Anda di halaman 1dari 312

Terberkatilah jiwa Anda yang mengikuti gerak Sang Hidup

untuk membaca buku ini.


Jiwa dimurnikan, kebenaran disingkapkan, kesadaran
dipenuhi sinar kebijaksanaan, dan kehidupan menjadi serba
selaras.
Selanjutnya jadilah penebar terang dan pembuat mahakarya
guna mengembalikan Bumi sebagai tempat surgawi.

(Setyo Hajar Dewantoro)


!ii SUWUNG - The Science of Truth


SUWUNG
The Science of Truth
Setyo Hajar Dewantoro


SUWUNG
The Science of Truth

Setyo Hajar Dewantoro

Diterbitkan oleh :

CV. Mahadaya Nusantara (Penerbit Mahadaya)

Permata Regency D37
Jalan Haji Keliek Srengseng Kecamatan Kembangan DKI 11630
Email: cv.mahadayanusantara@gmail.com

xvi + 294 Halaman, 15,5 cm x 23 cm



ISBN: 978-623-93986-4-4

Editor: Tim Penerbit Mahadaya



Design Sampul: Tim Penerbit Mahadaya

Design Isi: Farry Aprianto
Ilustrasi Gambar: Fajar Prihattanto

Cetakan Pertama Maret 2022


Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UCAPAN TERIMA KASIH

Buku ini benar-benar terlahir lewat kolaborasi dan kerja keras


banyak pihak. Saya tak akan bisa menuntaskan buku ini dengan
paripurna tanpa dukungan tim yang hebat dari Persaudaraan Matahari
dan Penerbit Mahadaya. Maka, saya ucapkan terima kasih yang tulus
pada semuanya: mereka yang bersusah payah mengumpulkan bahan
lama dan mentranskrip ceramah saya untuk menggenapi tulisan yang
memang saya buat khusus untuk buku ini, mereka yang berhari -hari
mengedit naskah ini sehingga meminimalkan segala kesalahan
manusiawi termasuk memperbaiki kalimat-kalimat yang semula sulit
dipahami, mereka yang dengan kemampuan kreatifnya membuat
sampul buku ini sekaligus memberi sentuhan artistik pada isi buku.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada tim yang mengkonversi
naskah menjadi E-Book yang bisa dibaca dengan nyaman oleh para
pembaca dimanapun berada.
Terima kasih tentunya juga saya ucapkan kepada semua yang
telah berjasa dalam hidup dan karya saya, yaitu ibu dan bapak saya,
istri dan anak-anak saya, dan banyak lagi yang tak bisa saya sebutkan
satu per satu.
Terberkatilah semua jiwa. Saya mengasihi Anda semua dengan
murni dan tanpa syarat.

Setyo Hajar Dewantoro



PENDAHULUAN

Spiritualitas sewajarnya didekati secara saintifik. Kebenaran


harus diungkapkan lewat pembuktian nyata dan paparan yang logis.
Tapi tentu saja, sains harus dikembalikan dulu kepada realitas
per mulaannya yang meng akui realitas non-empirik dan
mendayagunakan seluruh perangkat kecerdasan manusia secara utuh.
Maka, buku berjudul Suwung The Science of Truth ini hadir dengan
semangat penyelarasan antara sains dan spiritualitas. Saya
menuliskannnya sebagai seorang spiritualis yang bersikap selayaknya
saintis. Saya mempertanyakan segala sesuatu, tidak percaya sembarang
percaya, lalu saya menyelami kebenaran melalui jalan keheningan dan
perenungan. Saya mempergunakan rasa sejati, panca indera, sekaligus
otak, sebagai satu kesatuan yang utuh untuk menyingkap realitas
tentang diri, jagad raya dan Tuhan. Dengan cara itulah bisa ditemukan
dan dimengerti kebenaran yang utuh.
Saya mulai tertarik pada spiritualitas pada 2004, karena banyak
pertanyaan tak terjawab dengan hanya mengandalkan pendekatan
relijius dan filosofis-rasionalis. Tapi ternyata, meniti jalan spiritual
bukanlah hal yang gampang. Butuh belasan tahun lewat upaya yang
bersungguh-sungguh, barulah saya bisa memahami berbagai realitas
dan menemukan jawaban atas beragam hal yang saya pertanyakan.
Lewat keheningan, barulah bisa diketahui bahwa sejatinya
Tuhan adalah Kekosongan Absolut yang menjadi sumber dari segala
yang ada. KeberadaanNya pada tataran ini tanpa batas: memangku
seluruh keberadaan, meliputi segala yang ada. Tuhan dalam
keadaanNya sebagai Kekosongan Absolut hanya bisa disadari melalui
satu momen yang disebut momen Suwung: sebuah momen meditatif
dimana kita merasakan kemenyatuan dengan Kekosongan Absolut.
Dalam pengalaman ini, kita merasakan tubuh kita luruh, jagad raya ini
Pendahuluan

luruh tiada apa-apa lagi, yang kemudian ada hanyalah Kesadaran


Murni. Kita masih sadar bahwa kita ada, tapi keberadaan kita tak lagi
berupa, tidak lagi menjadi sosok yang terbatasi ruang dan waktu. Kita
hanya menjadi Sang Sadar yang luruh dalam Kekosongan Absolut.
Tuhan pada tataran ini adalah kesunyian yang agung. Tak ada
sosok, sabda dan seluruh atribut yang mungkin dipikirkan oleh
manusia. Maka kitapun tak akan bisa mengerti tentang titah atau
pesanNya. Tuhan baru bisa dimengerti keberadaanNya saat Ia telah
beremanasi atau bermanifestasi. Saat dari Kekosongan Absolut itu
muncul jagad raya dengan segala dinamikanya, barulah kita bisa
memberi atribut kepadaNya. Saat kita menyaksikan bahwa jagad raya
ini bekerja sebagai sistem komputasi yang maha canggih, maka kita
menjulukiNya sebagai Kecerdasan Tertinggi di balik segala yang ada.
Saat kita menyaksikan kehidupan yang tumbuh berkembang di jagad
raya, kita memberi atribut kepadaNya sebagai Yang Maha Pengasih.
Ketika seorang pejalan spiritual menyelami realitas dirinya
sendiri, mereka juga bisa menemukan Tuhan di sana. Baik pada
tataranNya sebagai Kekosongan Absolut yang meliputi diri maupun
sebagai Kecerdasan Tertinggi yang menggerakkan sistem kehidupan
super canggih di dalam diri. Termasuk yang bisa disaksikan adalah
realitas Tuhan sebagai penuntun agung di dalam diri. Kecerdasan
Tertinggi yang mempribadi di dalam diri, kita menjulukinya sebagai
Diri Sejati – dalam bahasa Jawa disebut sebagai Sukma Sayekti, atau
Aku Sejati– dalam bahasa Jawa juga disebut sebagai Hingsun.
Dalam bahasa Inggris kita bisa menamakannya sebagai The Highest
Self atau The Holly Spirit. Diri Sejati atau Aku Sejati inilah yang juga
disebut sebag ai Dewa Ruci – saat Ia menyosok
sebagaipribadibertubuh cahaya yang mirip dengan diri kita sendiri.
Pribadi bertubuh cahaya yang menjadi esensi setiap diri ini adalah
pribadi maha cerdas yang menuntun setiap jiwa untuk mengerti
realitas kehidupan apa adanya, dan membawa jiwa untuk hidup selaras
Rancangan Agung. Dalam peran inilah, Sang Dewa Ruci dijuluki juga

Setyo Hajar Dewantoro !vii


sebagai Guru Sejati– sebagai guru yang sesungguhnya di dalam diri
manusia. Pesan, titah dan petuah dari Tuhan, sesungguhnya
bersumber dari Dewa Ruci, Guru Sejati, Diri Sejati atau Hingsun ini.
Hanya ketika Tuhan mengejawantah menjadi Dewa Rucilah
firmanNya bisa didengar dan dimengerti.
Selama bertahun-tahun, sejak 2014, sembari saya terus belajar,
saya juga membimbing banyak orang untuk bisa menyelami
keheningan dan terhubung dengan Diri Sejatinya. Dalam
pembelajaran yang saya pandu, setiap pribadi diajak dan dituntun
untuk menjalankan laku dan memasuki pengalaman mistik yang satu
tahapan fundamentalnya adalah pertemuan dengan Sang Dewa Ruci
atau Diri Sejatinya dan bermuara kepada keadaan jumbuh kawula
Gusti (kesadaran kesatuan antara Diri Pribadi dan Sang Sumber/
Tuhan, juga Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi (kembali kepada
keadaan yang paling murni, kepada awal mula penciptaan sebagai
realitas energi dan kesadaran yang paling murni).
Saya konsisten menjelaskan, sang pejalan perlu memasuki
telenging manah atau pusat hati dengan meniti aliran nafas yang natural,
karena itulah pintu gerbang untuk sampai kepada tahtaNya di dalam
diri sekaligus memasuki realitas tanpa batas. Dalam proses menyelami
diri dengan memasuki pintu gerbang pusat hati inilah, jiwa mengalami
penjernihan. Terjadi proses bolak-balik yang unik : jiwa dijernihkan
oleh Mahadaya yang memancar dari Diri Sejati, tetapi dengan menjadi
semakin jernih maka jiwa bisa semakin terhubung kepada Diri Sejati
dan kesadarannya menjadi semakin murni. Pertemuan dengan Dewa
Ruci adalah bagian dari proses pencapaian kesadaran murni ini.
Setelah seseorang berjumpa dengan Dewa Rucinya dan setia
menjalankan titahnya, saat itulah ia diperjalankan menuju kepada
puncak kesadaran atau kesadaran murni: mengalami Bali Marang
Sangkan Paraning Dumadi.
Setiap pribadi sesungguhnya berpotensi mengalami momen
pertemuan atau keterhubungan yang utuh dengan Sang Dewa Ruci.

!viii SUWUNG - The Science of Truth


Pendahuluan

Tetapi soal cepat atau lambat, dan bagaimana intensitas serta kualitas
pertemuan itu, tergantung pada laku yang telah dijalani. Sebenarnya
juga, Sang Dewa Ruci selalu menyampaikan pesanNya kepada setiap
manusia, tapi tidak setiap orang menyadarinya atau bisa menangkap
pesan itu. Karena pikiran ragawinya belum terhubung dengan rasa
sejatinya. Dan tidak setiap orang yang menangkap pesan itu
kemudian, dengan penuh kesadaran menjalankannya. Sebagian malah
menyangkal pesan itu karena dianggap tidak selaras dengan penalaran
ragawinya.
Buku ini hendak membabarkan metoda spiritual menuju
kesadaran spiritual yang tertinggi, sekaligus menyingkapkan apa yang
ditemukan tentang realitas diri, jagad raya dan Tuhan, saat manusia
menyelami keheningan. Meski jalan hidup kita pastilah berbeda dan
setiap pribadi punya cerita unik ketika menyelami samudera
kehidupannya masing-masing, tentu ada formula yang bisa menjadi
acuan bersama. Formula itulah yang dijelaskan dengan gamblang di
buku ini.


Setyo Hajar Dewantoro !ix


DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................... v

PENDAHULUAN ...................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................x

Bagian Pertama

MENYINGKAP RAHASIA JAGAD RAYA .................................1
1. Jagad Raya Tanpa Batas ........................................................2
Big Bang ......................................................................................... 7
Adakah Sosok Pencipta? ............................................................12
2. Matriks Keberadaan .............................................................20
Dimensi Bawah ...........................................................................22
Dimensi Jiwa Gentayangan ....................................................... 26
Dimensi Manusia/Alam Tengah/Jagad Material ...................27
Dimensi Penantian......................................................................28
Dimensi Cahaya .......................................................................... 30
Dimensi yang Lebih Tinggi ....................................................... 31
3. Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi ...................................35
Temuan Saintis ............................................................................36
Kedatangan Alien di Bumi ........................................................ 38
Bangunan Purba Kreasi Alien ...................................................41
Alien di Masa Modern................................................................ 44
Daftar Isi

4. Bumi Surgawi .......................................................................49


Dinamika Bumi ...........................................................................50
Permulaan Adanya Manusia ......................................................52
Penghuni Bumi dari Dimensi Lain ...........................................54
Personifikasi Energi dan Kesadaran Bumi..............................57
Penjaga Kesetimbangan di Bumi ..............................................58
Portal Energi di Bumi ................................................................ 59
Evolusi Bumi ............................................................................... 61
Nasib Bumi Ke depan................................................................ 62

Bagian Kedua

MENYINGKAP RAHASIA JIWA .............................................65
1. Asal-Usul Jiwa ......................................................................66
Proses Terbentuknya Jiwa .........................................................68
Jiwa Manusia................................................................................ 69
Evolusi Jiwa .................................................................................72
2. Pembelajaran Jiwa Di Bumi ................................................74
Mengapa Manusia Ada............................................................... 74
Latar Kelahiran Manusia di Bumi............................................. 79
Cara Jiwa Belajar .........................................................................81
Data Jiwa ......................................................................................83
Contoh Jejak dari Masa Lalu ..................................................... 85
3. Misi Jiwa ...............................................................................88
Melampaui Ikatan Tumimbal Lahir di Bumi .......................... 89
Menuju Paripurna dan Menjadi Pekerja Cahaya ....................93

Setyo Hajar Dewantoro !xi


Daftar Isi

Mengajar dan Menyelamatkan Bumi ....................................... 94


Adakah yang Punya Missi Jiwa Menghancurkan Bumi dan

Umat Manusia?............................................................................97
4. Realitas Diri Manusia ..........................................................99
Realitas Jiwa .................................................................................99
Diri Sejati ...................................................................................101
Nyawa dan Tubuh .................................................................... 102
5. Relasi Jiwa dan Tubuh ........................................................104
Perangkat Bagi Sang Jiwa......................................................... 105
Mengapa Ada yang Perangkatnya Tidak Lengkap? .............114
Sikap pada Tubuh .....................................................................117
6. Kehidupan Setelah Kematian .............................................120
Sejatinya Tak Ada Kematian bagi Jiwa ..................................121
Keadaan Sang Jiwa.................................................................... 123
Misteri Kehidupan di Bumi yang Sangat Singkat ................124
Koneksi dengan Jiwa-Jiwa Luhur ...........................................126

Bagian Ketiga

LAKU SPIRITUAL ................................................................... 128
1. Tujuan Pembelajaran Spiritual ..........................................129
Kesempurnaan Jiwa ..................................................................131
Pencerahan................................................................................. 132
Pertumbuhan Energi ................................................................133
Kedamaian yang Konstan ....................................................... 134
Mengalami Sangkan Paraning Dumadi ................................. 135

!xii SUWUNG - The Science of Truth


Daftar Isi

Kunci Sukses Laku Spiritual.................................................... 136


2. Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran .................................138
Peta Kesadaran Menurut David R. Hawkins........................139
Perjalanan Pribadi .....................................................................141
Tingkat Kesadaran Hewan ...................................................... 151
3. Pemurnian Jiwa ..................................................................153
Mahadaya untuk Pemurnian.................................................... 154
Pemurnian Nalar dan Tubuh Pengetahuan...........................155
Pemurnian Tubuh Emosi ........................................................159
Pemurnian Tubuh Energi ........................................................163
Pemurnian Tubuh Karma ....................................................... 166
4. Pemberdayaan Energi .........................................................171
Kategori Energi ........................................................................171
Penguatan Divine Energy........................................................175
Akses Energi Malaikat dan Kadewatan................................. 177
Penyelarasan Mikrokosmos Makrokosmos ..........................178
Penataan Simpul Energi/Cakra .............................................. 179
Penguatan Kundalini ................................................................184
Penyelarasan Energi Maskulin dan Feminin ......................... 186
5. Peningkatan Kecerdasan ....................................................188
Kecerdasan Intelektual.............................................................188
Kecerdasan Artistik ..................................................................192
Kecerdasan Emosional ............................................................ 195
Kecerdasan Spiritual................................................................. 197

Setyo Hajar Dewantoro !xiii


Daftar Isi

Kecerdasan Kosmik ................................................................. 201


Kecerdasan Seksual ..................................................................202
Kecerdasan Finansial................................................................206
6. Aktivasi DNA ......................................................................211
DNA: Penghubung yang Materi dan Non-Materi............... 211
Fungsi DNA Spiritual .............................................................. 213
DNA Spiritual ...........................................................................215
Model Ideal ................................................................................217
Cara Aktivasi.............................................................................. 219
Perubahan Tubuh .....................................................................220
Evolusi Lebih Lanjut ................................................................221
Model Paripurna ....................................................................... 224
7. Evaluasi Pencapaian ...........................................................225

Bagian Keempat

PERMATA KEBIJAKSANAAN ...............................................229
1. Adakah Cara Lain Mencapai Pencerahan Selain

Hening?..............................................................................230
2. Jangan Mengatur-Atur Nafas .............................................233
3. Menggembala Pikiran ........................................................236
4. Pertanda Kemajuan Spiritual .............................................238
Bedanya Hening dan Melamun .............................................. 239
Prasangka, Ilusi dan Halusinasi .............................................. 241
Bedanya Suara Ego, Hati Nurani dan Suara Tuhan ............ 243
Tips Agar Tak Keliru Jalan...................................................... 244

!xiv SUWUNG - The Science of Truth


Daftar Isi

5. Guru Spiritual .....................................................................248


Kriteria Guru Spiritual .............................................................249
Pola Relasi Pembelajar dan Guru Spiritual ...........................252
Pentingnya Faktor Trust ..........................................................253
Bolehkah Belajar Kepada Lebih Dari Satu Guru 

Spiritual? .....................................................................................255
6. Sedulur Papat Dan Bakti Kepada Leluhur .........................258
Sedulur Papat .............................................................................258
Bakti pada Leluhur ...................................................................261
Perlukah Berbakti?.................................................................... 262
Perlunya Kehati-hatian .............................................................263
7. Perlukah Menghilangkan Ego? .........................................265
Melampaui Egoisme/Sikap Egoistik .....................................266
Melampaui Kesadaran yang Serba Terbatas ......................... 268
8. Melampaui Dualitas ...........................................................270
9. Kesatuan Agung .................................................................274
10. Tentang Kegelapan ............................................................276
11. Free Will Dan Ketetapan Tuhan ........................................278
12. Kehendak Tuhan ................................................................281
Rancangan Agung .....................................................................281
Tuntunan Diri Sejati ................................................................. 281
Ndableg Pangkal Celaka ..........................................................283
13. Misteri Dosa .......................................................................285
Pengampunan Dosa ................................................................. 287

Setyo Hajar Dewantoro !xv


Daftar Isi

Apakah Tuhan yang Membuat Kita Berdosa?...................... 289


14. Bebas Dari Dosa .................................................................292
Penutup..................................................................................... 294


!xvi SUWUNG - The Science of Truth


!

Bagian Pertama

MENYINGKAP RAHASIA
JAGAD RAYA

1
JAGAD RAYA TANPA BATAS

Jagad raya, dalam bahasa lain dinamakan Semesta, sepadan


dengan kata “Universe”. Sederhananya, ini adalah keseluruhan dari
kumpulan galaksi yang membentuk kesatuan ruang dan waktu. Di
dalam galaksi sendiri, ada planet dalam jumlah yang spektakuler, bisa
mencapai milyaran planet, tergantung dari galaksinya. Gerry Gilmore,
astronom dan guru besar di Universitas Cambridge, Inggris, yang
terlibat dalam proyek Gaia, yang antara lain memetakan langit dan
menghitung jumlah bintang di Bima Sakti, galaksi tempat kita berada.
Dari data yang dikumpulkan, tim Gaia menyusun model tiga dimensi
Bima Sakti, untuk menentukan jumlah bintang di galaksi ini. Dan
ditemukanlah angka 2 milyar untuk jumlah bintang/planet yang
menghuni Galaksi Bimasakti. Gilmore juga menjelaskan bahwa
hampir semua galaksi di Universe (yang kita tempati ini) memiliki
jumlah bintang/planet mirip dengan Bimasakti.1
Jika diketahui jumlah galaksi di universe ini maka bisa diprediksi
total jumlah bintang/planet yang ada. Tapi, berapa sebenarnya jumlah
galaksi yang ada di Universe yang kita tempati? Temuan para saintis
ternyata terus berkembang. Riset yang dipublikasikan pada tahun
2016, menyebutkan bahwa jumlah galaksi yang teridentifikasi ada di
Universe ini telah berkembang dari 2 milyar menjadi 2 trilyun.2 ‑

Bagaimana jumlah ini bisa diketahui? Proses pencacahan dilakukan

1 Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-44953287

2 Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Galaxy
Jagad Raya Tanpa Batas

dengan mempergunakan Teleskop Hubble yang diletakkan di luar


angkasa. Teleskop ini relatif lebih bisa menerima panjang gelombang
dari cahaya yang ada tanpa terhalangi atmosfer.
Teleskop Hubble melakukan pengamatan pada satu area atau
petak kecil di langit lalu menghitung jumlah galaksi di area itu.
Berdasarkan prinsip kosmologi bahwa penyebaran materi di jagad raya
ini homogen dan isotropik, maka bisa diperkirakan jumlah galaksi di
universe yang kita tempati.
Untuk bisa menemukan jumlah galaksi saat ini yang
diperkirakan 2 trilyun, bukanlah hal mudah. Karena Teleskop Hubble
harus dipastikan bisa menangkap cahaya dari galaksi-galaksi yang
tingkat terangnya berbeda-beda. Dan ini sangat menentukan jumlah
galaksi yang teridentifikasi. Pada 1996, Jumlah galaksi yang
diperkirakan jumlahnya oleh para astronom lewat survei Hubble Deep
Field 2 adalah 120 miliar galaksi. Dalam pengamatan ini, Teleskop
Hubble bisa mendeteksi keberadaan galaksi yang berada pada jarak 12
miliar tahun cahaya atau kurang dari 2 miliar tahun setelah Big Bang.
Survei berikutnya dilakukan oleh Teleskop Hubble setelah
instrumennya diperbaharui oleh NASA pada tahun 2009. Hasil survei
Hubble Ultra Deep Field mengungkap keberadaan 200 miliar galaksi di
alam semesta teramati. Kali ini teleskop Hubble berhasil menerima
informasi dari galaksi yang jaraknya 13 miliar tahun cahaya atau hanya
beberapa ratus juta tahun setelah Big Bang.3 ‑

Para pelaksana riset ini tetap menduga masih ada galaksi yang
belum teridentifikasi sehingga melakukan riset lanjutan. Untuk bisa
mengetahui ada berapa banyak galaksi yang tak terlihat, para
astronom mengamati galaksi terdekat untuk mengetahui
kecemerlangannya. Informasi ini kemudian diaplikasikan pada galaksi
yang ditemukan mulai dari galaksi yang massanya 10 miliar massa
Matahari sampai yang paling kecil yakni 1 miliar massa Matahari. Jika

3Sumber: http://nationalgeographic.grid.id/read/13307405/berapa-banyak-galaksi-
yang-ada-di-alam-semesta?page=all

Setyo Hajar Dewantoro !3


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

massanya kurang dari 1 miliar massa Matahari, maka obyek tersebut


dikelompokkan sebagai gugus bintang. Informasi yang ada kemudian
digunakan untuk mengetahui jumlah galaksi yang kecil dan redup
sampai jarak 13 miliar tahun cahaya atau saat pertama kali cahaya dari
galaksi-galaksi jauh tersebut memulai perjalanannya ke Bumi. Pada
saat itu, alam semesta baru berusia 650 juta tahun. Hasilnya, para
astronom bisa memperkirakan kalau alam semesta teramati diisi oleh
2 triliun galaksi.
Jika jumlah galaksi mencapai 2 trilyun ( 2 x 1012) dan jumlah
planet/bintang di satu galaksi mencapai 2 milyar (2 x 109), maka bisa
diperkirakan jumlah total planet/bintang di Universe yang kita
tempati ini mencapai 4 x 1021. Itu adalah jumlah yang susah
dibahasakan – jika dipaksakan maka kita menyebutnya dengan 4
MILYAR TRILYUN, artinya 1 trilyunnya ada 4 milyar kali. Nah, saya
kemudian justru bergeser arah perenungannya. Jika di Bumi saja ada
sekitar 7,53 jiwa, berapa jumlah total penghuni Universe kita? Tentu
sangat tidak logis jika planet yang bisa dihuni hanya Bumi sementara
ada demikian banyak planet dan galaksi di Universe kita.
Belum juga pertanyaan ini terbahas, kesadaran saya dibawa
berkelana lebih jauh. Apakah Universe yang ada itu cuma satu, yaitu
Universe yang kita tempati dan terdiri atas 2 trilyun galaksi? Jika
Universe ini terbentuk dimulai dengan Big Bang sekitar 13,75 milyar
tahun silam, apakah Big Bang hanya terjadi satu kali? Tidak adakah
Big Bang yang terjadi sebelum atau sesudah terjadinya Big Bang yang
membentuk Universe kita?
Terkait dengan pertanyaan ini, ijinkan saya membabarkan apa
yang apa yang saya temukan dalam keheningan. Big bang yang
mengawali terbentuknya satu Universe tidak hanya terjadi sekali.
Sebelum Big Bang yang terjadi 13,75 milyar tahun silam, telah terjadi
Big Bang yang lain: 100 milyar tahun silam terjadi juga Big Bang,
demikian juga pada 300 milyar tahun lalu, 500 milyar tahun yang lalu,
600 milyar tahun yang silam, 700 milyar tahun yang silam, 1000 milyar

!4 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

tahun silam, dan terus ditarik mundur ke belakang dalam jangka


waktu yang tak bisa didefinisikan. Setelah peristiwa Big Bang pada
13,75 milyar tahun silam juga terjadi Big Bang berikutnya pada sekitar
5 milyar tahun silam, dan terbaru, 1 juta tahun silam. Dengan
mempertimbangkan itu, maka bisa diungkapkan bahwa Universe
sebagai keseluruhan dari kumpulan galaksi yang membentuk dimensi
ruang waktu tertentu, tidaklah hanya satu. Jika ada satu, lalu ada
berapa? Tentu saja sejumlah Big Bang yang pernah terjadi. Karena Big
Bang sendiri kemudian diketahui tanpa batas, maka jumlah Universe
pun bisa kita nyatakan tanpa batas. Lebih tepatnya, kita tak bisa
mengetahuinya secara akurat karena apa yang bisa kita jangkau
memang terbatas sementara realitas yang hendak diketahui adalah
tanpa batas.
Sebuah artikel ilmiah populer mengungkapkan teori tentang
keberadaan Universe yang lebih dari satu, sebagai berikut:
Teori fisika modern membenarkannya. Berdasarkan teori itu,
semesta tak cuma satu, dunia adalah dunia yang multiverse. Semesta
tempat kita hidup berada dalam sebuah gelembung di mana ada semesta
lain yang terdapat di dalamnya. Tabrakan antar semesta adalah hal yang
mungkin terjadi.
Fisikawan dari University College London (UCL) kini
mengembangkan cara untuk mendeteksi jejak tabrakan itu. Mereka
membuat simulasi langit dengan atau tanpa tabrakan dan
mengembangkan algoritma dasar untuk menentukan citra yang sesuai
dengan data radiasi gelombang mikro kosmos dari Wilkinson Microwave
Aniostropy Probe (WMAP) milik NASA. Metode yang dikembangkan
para ilmuwan itu dipublikasikan di jurnal Physics Review Letters dan
Physical Review D yang terbit Juli 2011. Algoritma yang dikembangkan
memiliki keampuhan sebab bisa menyelesaikan masalah yang sering
dihadapi saat ini dalam mendeteksi jejak tabrakan antar semesta.
"Semua pola-pola yang didapatkan dalam data acak terlalu
mudah untuk diinterpretasikan lebih (seperti klaim penemuan pahatan

Setyo Hajar Dewantoro !5


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

wajah Mahatma Gandhi di Mars yang ternyata citra gunung). Jadi kami
berhati-hati dalam melihat data, seberapa mungkin tanda tabrakan ini
cuma kebetulan," kata Daniel Mortlock, ilmuwan UCL yang terlibat
penelitian ini. Mortlock mengatakan, dengan mengembangkan metode
untuk mendeteksi tabrakan, teori bahwa dunia terdiri atas banyak
semesta bisa dibuktikan atau dibantah. Selama ini, beberapa klaim
penemuan jejak tabrakan antar semesta ada, tapi belum bisa dipastikan
bahwa jejak yang dimaksud adalah hasil tabrakan atau hanya noise
dalam data.
Seperti dikutip Physorg, Rabu (3/8/2011), Stephen Feeney,
pelajar UCL yang terlibat penelitian itu mengungkapkan, "Penelitian ini
memberikan kesempatan untuk membuktikan teori yang benar-benar
mengejutkan, bahwa kita ada dalam dunia yang multiverse, di mana
semesta lain juga eksis di dalamnya."4‑

Dalam perspektif spiritual berdasarkan pengalaman


menjangkau realitas jagad raya menggunakan rasa sejati, bisa
dikatakan bahwa ada banyak sekali Universe seperti yang kita tempati
ini. Realitasnya tak ada batasan untuk waktu maupun ruang, sehingga
tak bisa dikatakan bahwa usia jagad raya hanyalah 13,75 milyar tahun
dengan mengacu pada Bigbang yang terindentifikasi. Karena jagad
raya dalam pengertian keseluruhan ruang dan waktu telah ada
sebelum saat itu. Telah ada banyak Universe sebagaimana yang kita
tempati saat ini. Kita tak bisa menjangkau permulaan dan
menyebutkan berapa usia jagad raya yang sesungguhnya. Kita juga tak
menyatakan di mana batasannya dari segi ruang. Apa yang kita anggap
sebagai batasan hanyalah batasan dari daya jangkau kita, bukan
batasan dari jagad raya itu sendiri. Dengan segala kerendahan hati kita
hanya bisa mengatakan bahwa kita memang tak tahu berapa jumlah
total Universe yang masing- masing bisa berisi trilyunan galaksi.

4Sumber: https://sains.kompas.com/read/2011/08/07/13121482/
Bukti.Alam.Semesta.Lebih.dari.Satu

!6 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

Keidaktahuan ini yang membuat kita mengungkapkannya dalam


bahasa lain: jumlahnya tak terbatas.
Pengertian tentang realitas jagad raya yang melampaui segala
batasan ruang dan waktu sebagaimana di atas, itu baru dari sudut
pandang material. Dalam artian kita memandangnya dari realitas jagad
raya sebagai struktur fisik yang tersusun dari atom-atom. Jika kita
melihat jagad raya dari segi dimensi yang melampaui materialitas, kita
juga akan menemukan realitas lain yang sama-sama mengarahkan kita
kepada ketidakterbatasan jagad raya Jagad raya secara sederhana bisa
kita katakan sebagai tumpukan dari berbagai dimensi yang masing-
masing merepresentasikan frekuensi vibrasi energi dan tingkat
kepejalan/kepadatan material yang berbeda-beda. Maka kita bisa
mengungkapkan jagad raya yang merupakan kesatuan materi dan
energi sebagai matriks. Matriks ini mencakup berbagai bagian yang
sebenarnya saling terhubung. Kesemuanya terlihat berbeda tapi
sebenarnya merupakan satu kesatuan.

Big Bang
Mari sadari bersama, bahwa pada permulaannya tidak ada apa-
apa. Yang ada hanyalah kekosongan absolut: tak ada benda, rupa dan
bentuk apapun, juga tak ada cahaya. Kekosongan menjadi keberadaan
tunggal dengan tanpa batasan. Sebuah universe yang tersusun dari
trilyunan galaksi, merupakan bagian dari dan terliputi oleh
kekosongan yang tanpa batas ini. Pertanyaannya, bagaimana universe
ini terbentuk? Bagaimana proses pembentukan galaksi-galaksi dan
planet/bintang yang menjadi penghuninya?
Dalam kacamata sains, universe terbentuk melalui satu peristiwa
yang dinamakan Big Bang (Dentuman Besar, atau Dentuman Agung).
Teori Big Bang menjelaskan bahwa Universe yang sekarang bisa
diketahui, jika ditarik mundur mengikuti garis waktu, akan membawa
kita pada Titik Nol: satu permulaan ketika yang ada hanyalah benih
keberadaan yang tunggal. Cara pandang ini mirip dengan jika kita

Setyo Hajar Dewantoro !7


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

membaca realitas tubuh manusia: ditarik mundur ke belakang, yang


ada hanyalah 1 zygoth. Zygoth merupakan hasil dentuman agung
ketika terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum. Zygot ini
seiring perjalanan waktu terus berekspansi - bertumbuh kembang
melalui pembelahan diri -hingga membentuk realitas diri manusia
yang kompleks dengan milyaran. Bukan kebetulan dan tanpa maksud
jika kemudian diri manusia dinyatakan sebagai mikrokosmos. Universe
yang dinamakan juga sebagai makrokosmos, mengada bermula dari
pertemuan energi maskulin dan energi feminin semesta yang
menghasilkan satu benih keberadaan - benih ruang waktu dengan
kepadatan sangat tinggi, yang kemudian berekspansi, bertumbuh
kembang, menjadi trilyunan bintang/planet yang terdistribusi kedalam
galaksi-galaksi yang teridentifikasi berjumlah spektakuler juga: 2
Trilyun.
Lebih jelasnya, kita simak paparan tentang Teori Big Bang dari
penemu pertama teori itu: Abbe Georges Lemaitre. Kosmolog atau
ahli Kosmologi dari Belgia ini mengungkapkan Teori Big Bang pada
tahun 1920-an. Menurutnya, alam semesta ini mulanya berasal dari
gumpalan superatom yang berbentuk bola api kecil dengan ukuran
sangat kecil. Saking kecilnya, bola itu hampir tak berbentuk dan lebih
dipandang sebagai titik dengan volume nol. Gumpalan ini memiliki
massa jenis yang luar biasa tinggi dengan suhu sekitar 1 trilyun derajat
celcius. Gumpalan superatom inilah yang nantinya mengembang dan
membentuk jagad raya yang kita tempati ini. Sekitar 10 pangkat -34
detik sebelum Big Bang dimulai, ukuran bola api kecil tersebut
bertambah hingga mencapai diameter 1,75 cm. Setelah itu, ukuran
superatom itu terus bertambah dengan sangat cepat dan tepat pada
waktu 0 detik (waktu mulainya ruang waktu), terjadilah dentuman
agung.
Big Bang melepaskan sejumlah besar energi di jagad raya yang
kelak membentuk seluruh materi jagad raya. Atom hidrogen terbentuk
bersamaan saat energi dari Bing Bang meluas keluar. Lebih dari jutaan

!8 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

tahun kemudian, atom hidrogen tersebut terus bertambah banyak


berkumpul membentuk debu dan awan hidrogen (nebula). Awan
hidrogen tersebut makin lama makin padat dengan temperatur jutaan
derajat celcius. Awan hidrogen inilah yang menjadi bahan pembentuk
bintang-bintang di alam semesta. Setelah terbentuk banyak bintang,
selanjutnya bintang tersebut berkumpul membentuk kelompok yang
kemudian disebut galaksi. Dari galaksi, lahirlah bermilyar-milyar tata
surya, salah satunya tata surya yang kita tinggali sekarang ini.5
Proses ekspansi atau pengembangan jagad raya yang bermula
dari dentuman agung ini, secara teoritis diduga pasti meninggalkan
jejak radiasi. Nah, Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno
Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis (Cosmic radiation wave
background), tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan
tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Kedua peneliti ini
kemudian menyingkap satu misteri bahwa radiasi ini merupakan sisa
radiasi yang terkait dengan permulaan peristiwa Big Bang. Atas
penemuan ini, Arno Penzias dan Robert Wilson dianugerahi Hadiah
Nobel.6
Temuan di atas diperkuat oleh hasil riset George Smoot,
fisikawan astrofisik (ahli astrofisika) dari Amerika Serikat dan ahli
kosmologi. Ia mendapatkan hadiah Nobel di bidang Fisika pada tahun
2006 bersama dengan John C. Mather untuk penemuan mereka
mengenai “bentuk benda hitam” (black body form) dan sifat
anisotrop dari radiasi latar gelombang mikro kosmik (cosmic
microwave background radiation). Untuk proyek ini, Smoot
menggunakan satelit COBE (Cosmic Background Explorer). COBE
membuktikan bahwa perhitungan Penzias dan Wilson memang tepat.
Menurut komite hadiah Nobel, projek-COBE ini juga dianggap

5Sumber: https://www.ilmusiana.com/2016/04/teori-big-bang-tentang-alam-
semesta.html

6 Sumber: https://cosmology.carnegiescience.edu/timeline/1964

Setyo Hajar Dewantoro !9


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

sebagai titik awal bagi ilmu kosmologi sebagai ilmu presisi (precision
science).7
Dilandasi temuan-temuan yang memperkuat Teori Big Bang,
maka teori ini dianggap sebagai penjelasan yang paling akurat
mengenai kejadian jagad raya (yang kita tempati ini, dimana Bumi
merupakan satu bagian darinya). Jika merujuk kepada penyingkapan
secara spiritual, bisa dikonfirmasi temuan yang sama: bahwa jagad
raya yang kita tempati ini memang bermula dari satu dentuman agung
– dan itu terjadi sekitar 13,7 milyar tahun silam. Untuk menjadi jagad
raya yang kita lihat atau ketahui seperti saat ini, banyak proses yang
telah terjadi dalam rentang waktu milyaran tahun.
Secara lebih detail, proses hingga terbentuknya jagad raya yang
kita kenal sekarang ini bedasarkan Teori Big Bang, diungkapkan oleh
Wikipedia sebagai berikut:
“Kira-kira 10−37 detik setelah, pengembangan transisi fase
menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam semesta mengembang
secara eksponensial. Setelah inflasi berhenti, alam semesta terdiri dari
plasma kuark-gluonbeserta partikel-partikel elementer lainnya.
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan
gerak partikel mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan
segala jenis partikel terus menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai
dengan suatu waktu, reaksi yang tak diketahui yang disebut bariogenesis
melanggar kekekalan jumlah barion dan menyebabkan jumlah kuark
dan leptonlebih banyak daripada antikuark dan antilepton sebesar satu
per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi antimateri pada
alam semesta.
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam
semesta terus menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun.
Transisi fase perusakan simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan
parameter- parameter partikel elementer berada dalam kondisi yang sama

7 Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/George_Smoot

!10 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

seperti sekarang.[36] Setelah kira-kira 10−11 detik, gambaran ledakan


dahsyat menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah menurun
mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel.
Pada sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk
barion seperti proton dan neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak
daripada antikuark membuat barion sedikit lebih banyak daripada
antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup tinggi untuk
menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya
terjadi adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010
proton dan neutron terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron,
dan elektron yang tersisa tidak lagi bergerak secara relativistik dan
rapatan energi alam semesta didominasi oleh foton (dengan sebagian kecil
berasal dari neutrino).
Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar
satu miliar Kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara,
neutron bergabung dengan proton dan membentuk inti atom deuterium
dan helium dalam suatu proses yang dikenal sebagai nukleosintesis
ledakan dahsyat.[37] Kebanyakan proton masih tidak terikat sebagai inti
hydrogen.
Seiring dengan mendinginnya alam semesta, rapatan energi massa
rihat materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000 tahun,
elektron dan inti atom bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa
hidrogen) dan radiasi materi mulai berhenti. Sisa- sisa radiasi ini yang
terus bergerak melewati ruang semesta dikenal sebagai radiasi latar
gelombang mikro kosmis.
Selama periode yang sangat panjang, daerah- daerah alam semesta
yang sedikit lebih rapat mulai menarik materi-materi sekitarnya secara
gravitasional, membentuk awan gas, bintang, galaksi, dan objek-objek
astronomi lainnya yang terpantau sekarang. Detail proses ini bergantung
pada banyaknya dan jenis materi alam semesta. Terdapat tiga jenis materi
yang memungkinkan, yakni materi gelap dingin, materi gelap panas, dan
materi barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan dari WMAP

Setyo Hajar Dewantoro !11


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

menunjukkan bahwa bentuk materi yang dominan dalam alam semesta


ini adalah materi gelap dingin. Dua jenis materi lainnya hanya
menduduki kurang dari 18% materi alam semesta.
Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan
radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis menyiratkan bahwa alam
semesta sekarang didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang
disebut sebagai energi gelap, yang tampaknya menembus semua ruang.
Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72% total rapatan energi alam
semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam semesta masih
sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap,
namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu,
gravitasi mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan
alam semesta. Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun
pengembangan, energi gelap yang semakin berlimpah menyebabkan
pengembangan alam semesta mulai secara perlahan semakin cepat.

Model Jagad Raya Berdasarkan Teori Big Bang



(Sumber Gambar: Wikipedia)

Adakah Sosok Pencipta?

!12 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

Tak hanya ada satu dentuman agung (Big Bang), juga tidak
hanya ada satu Semesta/Universe. Demikian yang bisa saya mengerti
berdasarkan penyelaman realitas menggunakan rasa sejati. 13,7 milyar
tahun yang lalu sebagai masa kejadian dentuman agung yang memulai
proses terbentuknya Universe yang kita tempati ini, dengan demikian
bukanlah permulaan waktu yang absolut. Ini hanya satu permulaan
waktu relatif yang dikaitkan dengan mulai terbentuknya ruang berupa
sekumpulan galaksi yang di dalamnya terdapat galaksi yang kita huni.
Sebelum dentuman agung 13,7 milyar lalu, ada dentuman agung
lainnya dalam jumlah yang tak terbatas, tak terjangkau. Maka, tak
mungkin bisa dinyatakan kapan titik 0 dari waktu secara absolut.
Untuk bisa mengerti realitas ini secara lebih utuh, mari kita
samakan dulu persepsi kita termasuk terminologi yang kita pakai.
Pertama-tama, perlu kita mengerti bahwa Semesta/Universe adalah
keberadaan yang punya batasan, maka ruang dan waktu menjadi
relevan di sana. Ada titik permulaan dari segi waktu, sekaligus ada
batasan dari segi ruang, itu yang membuat satu Semesta/Universe bisa
teridentifikasi. Semesta/Universe ini adalah kumpulan dari galaksi-
galaksi, sementara galaksi-galaksi mengandung gugusan bintang-
bintang/planet. Karena tersusun dari struktur materi yang mengalami
fase permulaan transisi atau transformasi dari energi, maka Semesta/
Universe ini punya tepian secara ruang, dan punya permulaan secara
waktu.
Seiring dengan keberadaan Semesta/Universe yang lebih dari
satu (multiverse) maka perlu diungkapkan lagi bahwa Jagad Raya/
Omniverse adalah gabungan dari Multiverse yang juga merupakan
gabungan dari Universe. Sehingga pada saat ini, dengan segala
kerendahan hati kita mesti menyatakan, tidak tahu berapa jumlah
Semesta/Universe yang ada di Jagad Raya ini, dan tak tahu kapan
permulaan waktu terbentuknya Jagad Raya ini. Dan, kita juga bisa
ungkapkan bahwa di balik keberadaan Jagad Raya sebagai satu

Setyo Hajar Dewantoro !13


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

struktur fisik, terdapat kekosongan absolut yang menjadi asal darinya


sekaligus meliputinya, dan kekosongan ini benar-benar tanpa batas.
Sekalipun permulaan terbentuknya Jagad Raya sebagai satu
realitas fisik tak bisa diketahui, tetapi kita bisa menyatakan bahwa pasti
ada satu masa dimana memang belum ada apa-apa, yang ada adalah
ketiadaan dan kekosongan yang tanpa batas. Itulah permulaan
segalanya, sekaligus sumber dari segala yang ada. Inilah yang disebut
sebagai Suwung. Dari pendekatan spiritual juga bisa diketahui bahwa
sebelum jagad raya secara fisik terbentuk, telah ada terlebih dahulu
jagad raya pada dimensi non fisik. Deteksi terhadap keberadaan jagad
raya non fisik ini, memberi satu kejelasan tentang hierarki keberadaan
yang bisa diungkapkan secara sederhana:

SUWUNG/KEKOSONGAN ABSOLUT

ENERGI/KECERDASAN/KESADARAN MURNI

JAGAD RAYA NON FISIK

JAGAD RAYA FISIK

Puncak segala keberadaan adalah ketiadaan, atau kekosongan


absolut. Kita menamakannya demikian karena tak ada rupa, bentuk,
dan batas. Tetapi sesungguhnya ketiadaan atau kekosongan ini punya
isi: isinya adalah Energi, yang dalam perspektif lain bisa dinyatakan
sebagai Kesadaran dan Kecerdasan. Energi/Kesadaran/Kecerdasan
dalam bentuknya yang paling murni, juga tetap tanpa rupa, bentuk

!14 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

dan batas. Mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari kekosongan


absolut; mereka memancar dan mengalir tanpa henti dari keksongan
absolut. Energi/Kesadaran/Kecerdasan ini selanjutnya
mengejawantah atau memanifestasi menjadi realitas non materi/
cahaya murni/keberadaan tanpa atom (atomless being). Nah, jagad
raya fisik/atom base being, adalah pengejawantahan atau manifestasi
dari realitas non materi.
Berbicara tentang realitas non materi, kita bisa menemukannya
dalam dua realitas berbeda: dimensi non-materi (sebagai wadah/
ruang) dan entitas non-materi (sebagai isi/penghuni). Dan kedua
realitas ini telah ada terlebih dahulu sebelum adanya dimensi materi
(maupun entitas bertubuh materi sebagai penghuninya). Jadi, jika
dipertanyakan, ada apakah sebelum terjadinya Big Bang 13,7 milyar
tahun lalu? Kita bsa menyebutkan secara gamblang: Sebelum itu telah
ada terlebih dahulu: Pertama, Suwung/Kekosongan Absolut yang kita
bisa sebut juga sebagai Sang Sumber; kedua, Energi/Kesadaran/
Kecerdasan Murni; ketiga, Dimensi Non Fisik dan Entitas Non Fisik
plus Semesta/Universe sebagai dimensi fisik yang telah terbentuk
lewat dentuman agung/big bang yang lebih awal.
Pertanyaan pentingnya, adakah sosok tertentu yang kemudian
ikut terlibat dalam proses dentuman agung dan pembentukan
Semesta/Universe yang kita tempati ini (maupun Semesta/Universe
lain yang telah ada sebelumnya)? Untuk menjawab ini pertama-tama
kita perlu mengerti, bahwa segenap entitas non-fisik termasuk yang
berkesadaran paling tinggi sekalipun, bukanlah Sang Sumber atau
Tuhan yang sesungguhnya. Merekapun adalah manifestasi dari Sang
Sumber, kualitas mereka tergantung dari sejauh mana mereka telah
merealisasikan karakter Sang Sumber di dalam diri. Di balik
keberadaan mereka, ada Energi/Kesadaran/Kecerdasan Murni yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Kekosongan Absolut. Energi/
Kesadaran/Kecerdasan Murni ini tak bersosok, tapi Ia membentuk
satu sistem dan memanifestasi menjadi segala yang ada termasuk

Setyo Hajar Dewantoro !15


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

menjadi entitas non-fisik tersebut (termasuk memanifestasi menjadi


entitas non-fisik berkesadaran tertinggi yang secara sederhana kita
juluki Mahadewa). Maka, setiap Mahadewa tidak berdiri sendiri, tetapi
mereka bisa dimengerti sebagai proyeksi atau bayangan dari Sang
Sumber. Dalam bahasa lain, mereka merupakan pengejawantahan dari
Sang Sumber sekaligus sebagai wahana terealisasinya rancangan agung
dari Sang Sumber. Dalam konteks penciptaan Semesta/Universe,
niscaya ada Mahadewa yang terlibat, tapi Mahadewa ini bukanlah
pencipta yang independen. Ia justru bekerja dalam satu sistem,
bekerja dengan menggunakan kuasa yang dilimpahkan dari Sang
Sumber, dan mempergunakan bahan baku yang telah disediakan oleh
Sang Sumber melalui proses mengada secara natural (lewat proses
manifestasi energi ke materi yang berjalan terus menerus).
Dalam kacamata fisikal, keberadaan Mahadewa yang terlibat
dalam penciptaan satu Semesta/Universe ini tentu saja tak terlihat.
Sehingga wajar jika seorang saintis seperti Stephen Hawking
mengatakan bahwa tak dibutuhkan keberadaan sosok pencipta bagi
terjadinya dentuman agung/big bang dan ekspansi Semesta/Universe.
Tetapi dalam kacamata spirtual keberadaan dari Mahadewa ini bisa
diidentifikasi. Dalam terminologi yang cukup mengakar di Nusantara
dan diceritakan dalam tradisi pewayangan, sosok Mahadewa yag
terlibat dalam penciptaan Semesta/Universe ini, dinamakan
Sanghyang Brahma. Tetapi sekali lagi, ia bukan sebagai pencipta
independen, melainkan sebagai manifestasi dari Sang Sumber/
Energi/Kesadaran/Kecerdasan Murni dan keberadaannya melebur
dengan sistem (baca: hukum jagad raya) yang telah terbentuk lewat
gerak spontan yang muncul dari kekosongan absolut.
Jadi, jika kita perlu menjawab pertanyaan: “Adakah sosok Tuhan
di balik penciptaan Semesta/Universe atau Jagad Raya/Multiverse
secara keseluruhan?”, maka jawabannya adalah: “Tidak ada!”. Apalagi
jika sampai membayangkan ada sosok Tuhan yang terpisah dari
Semesta/Universe yang diciptakannya – Tak ada sama sekali! Tuhan

!16 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

yang sesungguhnya bukan sosok, tetapi Ia adalah


Kekosongan  Absolut  yang  memanifestasi  menjadi  Energi/
Kesadaran/Kecerdasan Murni. Ada yang menyebutnya sebagai Sang
Hyang Tunggal, tetapi inipun bukan dimaksudkan sebagai
Keberadaan dengan satu sosok tertentu yang punya batasan ruang
dan waktu. Ini sebenarnya tentang Keberadaan yang meliputi segala
yang ada, satu kesatuan yang mencakup segala yang ada. Dan Sang
Hyang Tunggal ini menyatakan keberadaannya sebagai satu sistem
yang Maha Presisi: adanya satu Semesta/Universe merupakan hasil
pemaduan tiga variabel yang bekerja secara sistemik dan sinergis,
yaitu:
Pertama, Energi/Kesadaran/Kecerdasan Murni sebagai realitas
tak terlihat yang menjadi penyebab kemunculan segala yang ada
sekaligus penggerak dari segala yang ada itu.
Kedua,  Sistem  yang  mengejawantahkan  Energi/Kesadaran/Ke-
cerdasan Murni itu. Sistem ini identik dengan hukum jagad raya,
termasuk di dalamnya adalah hukum sebab akibat.
Ketiga, Mahadewa yang sebenarnya hanyalah “alat’ atau
“wahana” dari Sang Sumber yang tak terlihat dalam merealisasikan
rancangan agungNya. Dan ini bisa terjadi karena satu sosok
Mahadewa pasti berada dalam keselarasan energi/kesadaran/
kecerdasan dengan Sang Sumber. Ia telah jumbuh dengan Sang
Sumber. Sanghyang Brahma, dalam hal ini hanyalah satu entitas/
pribadi yang telah berhasil merealisasikan kuasa penciptaan dari Sang
Sumber. Ia mewadahi energi/kesadaran/kecerdasan dari Sang Sumber
dalam takaran tertentu yang memungkinkannya menjadi pelaksana
atau operator dari sebuah proyek penciptaan. Pada praktiknya, dalam
segenap detail penciptaan, diniscayakan keberadaan entitas/pribadi
lain yang juga terlibat – namun yang perlu dimengerti, keterlibatan
entitas/pribadi ini bukan benar- benar membuat sesuatu dari
kekosongan, tetapi lebih sebagai “pembuat hal baru dengan
memadukan bahan-bahan yang telah tersedia.” Inilah dasar pemberian

Setyo Hajar Dewantoro !17


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

julukan bahwa sejatinya setiap Jiwa dengan level kesadaran berbeda-


beda adalah Co-Creator.
Lebih jauh bisa diungkapkan, bahwa Mahadewa sebagaimana
dimaksudkan di atas, bukan hanya yang bertugas terhadap penciptaan,
tetapi ada juga yang bertanggung jawab terhadap kerja pemeliharaan
dan peleburan. Merekalah yang kita kenal sebagai Sanghyang Wisnu
dan Sanghyang Siwa. Keberadaan mereka sebagai entitas/pribadi yang
terlibat dalam proses gerak Universe/Semesta baik dalam aspek
pemeliharan maupun peleburan (terhadap segala yang mengganggu
harmoni Semesta/Universe), yang kemudian bekerja secara sinergis
bersama Sanghyang Brahma, membuat jagad raya termasuk semesta/
universe kita huni ini bisa tetap lestari. Karena itulah, Big Crunch yang
dianggap sebagai kebalikan dari Big Bang dimana ada masa Semesta/
Universe berhenti berekspansi lalu menyusut dan mengalami
kehancuran, bisa dipastikan tidak akan terjadi. Dalam bahasa yang
lebih saintifik, “Pengembangan atau ekspansi Semesta/Universe
memang akan melambat tapi tak akan berhenti lagi mengambil arah
terbalik yang menyebabkan kehancurannya”. Sejauh yang saya
mengerti lewat penelusuran dengan menggunakan rasa sejati,
Semesta/Universe yang ada di Jagad Raya/Multiverse ini selalu
berkembang, jikapun ada kerusakan atau pengurangan maka itu terjadi
pada lingkup parsial. Artinya, belum ada Semesta/Universe yang
hancur secara keseluruhan, yang ada hanyalah Semesta/Universe yang
baru muncul dan memulai proses ekspansinya. akibat adanya
dentuman agung yang muncul belakangan. Itu bisa terjadi karena
kekosongan absolut yang meliputinya benar-benar tanpa batas, selalu
ada ruang bagi setiap ekspansi.
Kemudian, perlu juga diungkapkan bahwa seiring dengan
tersingkapnya misteri bahwa ada banyak sekali Semesta/Universe di
Jagad Raya/Multiverse ini, bisa diungkapkan juga bahwa pertama, ada
banyak Mahadewa yang tidak kita kenali yang terlibat dalam
penciptaan, pemeliharaan dan peleburan di Semesta/Universe lain.

!18 SUWUNG - The Science of Truth


Jagad Raya Tanpa Batas

Tentang ini akan diungkapkan di bagian lanjut saat membahas


kemungkinan keterhubungan manusia dengan Mahadewa maupun
para penghuni di Semesta/Universe selain yang kita tempati ini.


Setyo Hajar Dewantoro !19


2
MATRIKS KEBERADAAN

Pada tataran fisikal, Jagad Raya/Multiverse merupakan


keberadaan yang tanpa batas. Tak ada tepian, tak ada permulaan
waktu. Kita tak pernah bisa tahu kapan pertama kali terjadi dentuman
agung yang membentuk Universe perdana. Kumpulan dari berbagai
Universe kita namakan Multiverse. Sementara itu, himpunan dari
berbagai Multiverse, membentuk realitas Omniverse. Kita juga tak
bisa menjangkau jumlah Universe yang tercakup di dalam Omniverse.
Ketakterbatasan dari Omniverse merefleksikan realitas Sang Sumber
yang tanpa batas. Omniverse atau Jagad Raya menjadi semacam wajah
atau penampakan dari keberadaanNya yang sesungguhnya misterius
karena tak terjangkau.
Ternyata, Jagad Raya/Omniverse ini bukan hanya memiliki
dimensi fisikal dimana strukturnya terdiri dari atom-atom berbagai
unsur yang membentuk molekul, dan gabungan dari molekul-molekul
itu menjadi benda/realitas yang bisa dicerap secara inderawi. Pada saat
yang sama, jagad raya ini juga memiliki dimensi-dimensi non fisik.
Maka dalam cara pandang ini, secara horizontal Jagad Raya/
Omniverse ini tanpa batas, mencakup kumpulan Universe yang tak
mungkin teridentifikasi jumlah pastinya, demikian pula secara
vertikalnya. Membaca Jagad Raya secara vertikal berarti membaca
t u m p u k a n - t u m p u k a n d i m e n s i y a n g b e r u j u n g ke p a d a
ketidakterbatasan. Uniknya, keberadaan dimensi-dimensi ini terkait
dengan realitas matriks ruang waktu yang bertumpuk. Matriks ruang-
waktu yang terbentuk dari keberadaan Universe yang kita tempati,
Matriks Keberadaan

belum tentu paralel berdampingan dengan Universe yang lebih tua,


tetapi bisa juga tercakup di dalam matriks-ruang waktu dari Universe
yang lebih tua.
Apa yang membedakan dimensi-dimensi ini? Setiap dimensi
berbeda dalam frekuensi vibrasi energinya, dan ini juga terkait dengan
tingkat kepejalan (density): yang membuat ada dmensi yang bisa
dijangkau oleh panca indera manusia, dan ada dimensi yang hanya
bisa dijangkau dengan perangkat lain seperti mata ketiga dan rasa
sejati. Kekosongan Absolut ada direpresentasikan sebagai dimensi
tertinggi, dimana sudah tak ada lagi rupa, tak ada batasan ruang dan
waktu. Dimensi ini memanifestasi menjadi dimensi-dimensi di
bawahnya, pada tingkatan/frekuensi vibrasi yang berbeda-beda.
Sejauh yang saya bisa tangkap melalui perenungan dan
menyelami keheningan, di balik realitas material yang kita temukan,
diniscayakan ada tumpukan dimensi di baliknya. Contoh, Planet Bumi
adalah bagian dari realitas manterial, Dimensi 5 dalam struktur 31
dimensi. Tapi keberadaan di Bumi bukanlah sekadar yang ada di
tataran fisikal. Planet Bumi ini juga memiliki dimensi-dimensi yang tak
bisa dijangkau dengan panca indera. Di Bumi banyak sekali terdapat
portal antar dimensi. Maka itupun berlaku pada galaksi, universe,
multiverse hingga omniverse.
Jika tumpukan dimensi pada setiap planet, galaksi, universe
maupun multiverse ini digambar atau dinyatakan secara visual, akan
tampak formasi flower of life. Demikianlah ilustrasi visual yang
disederhanakan dari berbagai dimensi yang membentuk geometri
sakral flower of life.
Keberadaan berbagai dimensi sebagaimana diungkapkan di atas,
punya kemiripan dengan apa yang disampaikan oleh para Buddha.
Empat Dimensi teratas, setara dengan Arupa Loka atau Dimensi
Jagad Non-Material. Sementara 27 Dimensi lainnya yang membentuk
matriks keberadaan di Universe, sepadan dengan gabungan dari Rupa
Loka (Dimensi yang Penuh Kebajikan), Kama Loka (Dimensi yang

Setyo Hajar Dewantoro !21


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

penuh  kenikmatan),  dan Apaya  (Dimensi  yang  penuh  penderitaan/


alam bawah).8

Sumber Gambar: https://www.gaia.com/article/sacred-geometry-flower-of-life

Secara lebih mendetail, keadaan dari tiap dimensi dijelaskan di


bagian berikut.

Dimensi Bawah
Di Planet Bumi maupun di planet-planet lain, terdapat dimensi-
dimensi keberadaan yang menjadi terkait dengan entitas- entitas
berkesadaran rendah. Yang paling rendah adalah dimensi yang secara
sederhana dapat kita juluki sebagai “Neraka”. Ini adalah tempat bagi
jiwa-jiwa yang melakukan pelanggaran hukum kasih dalam skala
sangat berat. Jiwa-jiwa ini membuat tubuh karmanya menjadi benar-
benar hitam legam karena berisi tumpukan jejak atau noda energi
hitam dari berbagai perbuatan yang tak selaras. Dikaitkan dengan
dimensi fisik dari Bumi, “neraka” ini dekat berada satu ruang dengan
sumber magma bumi yang sangat panas. Sejauh saya bisa mengerti
lewat menyelami keheningan, ada orang-orang tertentu yang memang

8 Sumber: https://www.accesstoinsight.org/ptf/dhamma/sagga/loka.html

!22 SUWUNG - The Science of Truth


Matriks Keberadaan

masuk ke dimensi ini. Sebagai contoh adalah pelaku bom massal yang
memakan korban ratusan orang; mereka melakukannya atas dasar
kepercayaan tertentu bahwa itu merupakan tindakan yang membawa
kepada kehidupan surgawi. Ilusi pikiran yang parah yang
menimbulkan kesombongan relijius, plus rasa sakit yang diderita para
korban, terekam di dalam tubuh karma mereka dan membuat tubuh
karma itu menjadi hitam legam. Sesuai dengan hukum timbal balik,
merekapun tertarik ke dimensi keberadaan yang paling bawah dengan
tingkat penderitaan maksimal. Dan secara faktual, cukup sulit
mengangkat jiwa-jiwa seperti ini naik ke dimensi yang lebih tinggi.
Benar-benar harus menunggu “waktu pembelajaran” bagi mereka
tuntas.

Dimensi bawah yang berikutnya adalah dimensi yang dihuni


para siluman dan makhluk astral lainnya yang menunjukkan karakter
serakah, penuh muslihat, atau buas. Contoh nama populer penghuni
dimensi ini adalah Nyi Blorong dan Nyi Roro Kidul. Penghuni
dimensi ini bisa terhubung dengan manusia yang tidak eling dan
waspada, dengan obsesi dan keserakahannya membuka kolaborasi
dengan mereka. Praktik semacam pesugihan, membuat seseorang

Setyo Hajar Dewantoro !23


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

terjerat dengan penghuni dimensi 2. Dan saat jiwa mereka lepas dari
tubuh, maka akan terjerat di dimensi ini.
Nah, yang kemudian hendak saya ungkap adalah, ada kalanya
jiwa yang semula hidup sebagai manusia lalu masuk ke dimensi ini, di
kehidupan berikutnya bisa turun derajat dan menjadi hewan. Dalam
beberapa kasus yang saya temui, ada jiwa-jiwa manusia yang harus
belajar kehidupan dengan menjadi anjing. Dalam sebuah retret di
Umajero Bali, ada pengalaman unik saat salah satu anjing yang
dipelihara tuan rumah mendekati saya lalu mengajak berkomunikasi
menggunakan rasa. Anjing itu betul-betul memelas minta diberkati
sembari meneteskan air mata. Dia betul-betul ingin diberkati agar
kembali naik ke alam manusia, dan dibantu terbebas dari jeratan
kesalahan yang diperbuat di kehidupan sebelumnya.
Dimensi bawah berikutnya yaitu dimensi 3 adalah dimensi yang
dihuni oleh para makhluk astral seperti jin, genderuwo, leak dan
celuluk. Kesadaran mereka secara rata-rata lebih tinggi ketimbang
penghuni dimensi 2.
Para makhluk astral penghuni dimensi 2-3 ini bisa saja punya
kecerdasan tinggi yang diterapkan lewat tipu muslihat yang sangat
lihai, juga dimungkinkan punya kekuatan supranatural tinggi, namun
keadaan dasarnya adalah mereka sangat tidak terbimbing oleh
Kesadaran Murni atau Sang Diri Sejati. Maka tindakan mereka
cenderung mencerminkan keangkaramurkaan dan membawa
kerusakan. Saya juga menemukan bahwa di antara mereka ini ada yang
kemudian terlahir sebagai manusia, dan membawa watak
ketidaksadarannya sehingga membuat Bumi penuh angkara murka.
Mereka sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk mengalami
peningkatan kesadaran dengan menjadi manusia agar bisa mencapai
dimensi yang lebih tinggi (seperti dimensi cahaya), tetapi pada
umumnya mereka memang memilih untuk mengabaikan peluang itu
dan cenderung mengumbar angkara murka. Selain itu, mereka juga
bisa memasuki kehidupan manusia melalui keberadaan portal energi

!24 SUWUNG - The Science of Truth


Matriks Keberadaan

yang menghubungkan dimensi material dimana manusia berada


dengan dimensi astral dimana mereka berada. Tentu saja pada saat
mereka memasuki kehidupan manusia, pengaruh yang diberikan
adalah pengaruh destruktif. Mereka mendekati manusia dan
berkolaborasi dengan manusia atas dasar hukum tarik menarik.
Manusia yang ambisius dan senang mengumbar angkara murka bisa
dimasuki entitas- entitas alam bawah yang punya kecerdikan dan
kekuatan supranatural ini sehingga jiwa mereka menyatu dengan jiwa
entitas alam bawah, lalu bersama-sama mengumbar angkara murka
dan membuat kerusakan di bumi. Banyak kasus jiwa manusia yang
terjerembab kesadarannya, terus terikat siklus reinkarnasi, atau
menjadi arwah gentayangan bahkan terlempar ke dalam neraka
penderitaan, gara-gara berkolaborasi atau dipengaruhi sepenuhnya
oleh entitas alam bawah yang masuk ke dalam tubuhnya.
Lebih jauh tentang dimensi bawah yang dihuni para siluman, jin,
atau entitas kegelapan lainnya, terdapat juga struktur organisasi yang
mirip dengan kerajaan atau institusi politik di kalangan manusia.
Mereka ada raja atau pimpinannya, mereka juga punya serdadu yang
masing-masing punya komandan. Semakin ting gi jabatan
strukturalnya, umumnya diiringi dengan semakin tinggi kemampuan
tipu muslihat dan kemampuan supranaturalnya. Saya menemukan
fakta unik, kadang-kadang mereka ini memang berkamuflase dan
bermarksas di tempat-tempat yang dianggap suci dan menjadi pusat
dari institusi agama tertentu.
Entitas alam bawah ini tak hanya ada di Bumi, tetapi juga ada di
planet-planet lain termasuk di galaksi lain. Saya menyebut mereka ini
sebagai dark alien. Mereka juga punya watak destruktif, senang
mengumbar angkara murka dan memanipulasi siapapun yang lemah.
Planet Mars yang hancur permukaannya, dan lamanya proses
pemulihan planet itu, diantaranya juga diakibatkan oleh keberadaan
dark alien ini yang terus mengganggu siapapun yang hendak
merealisasikan kebajikan, kebijaksanaan dan menjadi perintis upaya

Setyo Hajar Dewantoro !25


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

perbaikan satu planet. Keberadaan mereka pada umumnya sulit


dijangkau oleh panca indera, tetapi bisa dideteksi melalui pineal gland,
rasa sejati, atau teknologi pendeteksi gelombang dan getaran energi.

Dimensi Jiwa Gentayangan

Dimensi bawah yang berikutnya yaitu dimensi 4 adalah dimensi


yang dihuni oleh para arwah gentayangan. Arwah gentayangan adalah
terminologi populer untuk jiwa yang tidak mencapai dimensi
penantian (untuk reinkarnasi sebagai manusia), karena kesadarannya
rendah dan emosinya masih dipenuhi oleh emosi destruktif.
Kemarahan, dendam, sakit hati, rasa takut dan khawatir, yang terus
dipelihara terekam di tubuh halus yang membungkus jiwa setelah jiwa
lepas dari tubuh material. Itu membuat sang jiwa tenggelam dalam
kebingungan dan kesedihan, tak bisa meniti jalan cahaya menuju
dimensi penantian tempat seseorang yang masih terikat siklus
reinkarnasi di Bumi menunggu jadwal kelahiran kembali. Sejauh saya
mengerti, ada jiwa-jiwa yang menjadi arwah gentayangan ini hanya
beberapa hari karena kemudian ada yang menolong, ada juga yang

!26 SUWUNG - The Science of Truth


Matriks Keberadaan

menjalani kehidupan di dimensi ini selama ratusan tahun. Yang pasti,


jiwa-jiwa yang mengembara seperti disebutkan di atas, membutuhkan
pertolongan dari pribadi-pribadi berkesadaran agar menemukan
lorong cahaya menuju dimensi penantian. Mereka yang berjatah
menjadi penolong atau penyebrang arwah, pastilah pernah atau sering
mendapatkan pesan dari jiwa-jiwa yang membutuhkan bantuan untuk
dinaikkan ke dimensi penantian. Mereka bisa ditolong dengan energi
kasih murni dalam kapasitas yang memadai. Yang bisa menolong
mereka adalah yang sabda dan pancaran energinya memadai untuk
menembus tirai antar dimensi. Namun upaya pertolongan ini semata-
mata menaikkan mereka ke dimensi penantian, bukan melebur karma
buruk mereka. Di kehidupan selanjutnya mereka tetap menuai karma
buruk yang ditabur, belajar dari penderitaan hidup yang pasti muncul
karena tertarik oleh realitas tubuh karma mereka.

Dimensi Manusia/Alam Tengah/Jagad


Material
Manusia hidup bersama dengan tumbuhan, binatang dan
keberadaan lan yang tak terlihat secara ragawi di Planet Bumi. Dalam
diri manusia, terdapat matriks keberadaan yang kompleks karena
dimensi fisik menyatu dengan dimensi non fisik. Jiwa yang terlahir
sebagai manusia, dibungkus oleh 5 lapisan tubuh: tubuh fisik, tubuh
energi, tubuh karma, tubuh pengetahuan dan tubuh pengetahuan.
Jiwanya sendiri berlapis-lapis karena merangkum perjalanan jiwa yang
panjang semenjak keberadaannya yang sangat silam. Jiwa juga
memiliki esensi yang dinamakan sebagai Spirit, Atman atau Diri Sejati
yang merefleksikan keberadaan Tuhan di dalam diri manusia sebagai
Kebijaksanaan Tertinggi dan Kasih yang Paling Murni. Jiwa diikat
dengan tubuh melalui keberadaan nyawa yang terbentuk energi yang
mengalir dari 4 unsur alam: api, air, tanah, dan udara.
Manusia, dengan keberadaannya yang kompleks bisa memiliki
rentang kesadaran yang ekstrim. Ada yang memiliki tingkat kesadaran

Setyo Hajar Dewantoro !27


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

sebagaimana penghuni dimensi paling bawah (neraka) dengan watak


kejam yang ekstrim, ada yang berkesadaran sebagaimana para siluman
dan sebangsanya yang penuh tipu muslihat, tetapi saat yang sama ada
yang berkesadaran tinggi sebagaimana penghuni dimensi cahaya
bahkan setara kesadarannya dengan Pribadi yang telah melampaui
ruang dan waktu. Menjadi manusia adalah sebuah kesempatan
istimewa karena dimungkinkan mengalami loncatan kesadaran hingga
ke titik tertinggi yang dalam khazanah ajaran spiritual Jawa dinamakan
Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi, sepadan dengan kata Moksha
dan Nibanna.

Dimensi Penantian

Sejauh saya mengerti, dimensi ini adalah dimensi yang berada


dalam batas ruang satu galaksi. Di sini terdapat 6 layer/lapisan
dimensi yang bertumpuk-tumpuk dalam lingkup galaksi seperti
Galaksi Bimasakti yang kita tempati. Ini adalah tempat bagi mereka
yang telah cukup terhubung kepada Diri Sejatinya dan punya
kewelasasihan tetapi belum bisa mencapai dimensi cahaya maupun
mengalami moksha. Berdasarkan peta kesadaran yang saya
kembangkan, mereka yang memasuki dimensi ini adalah yang

!28 SUWUNG - The Science of Truth


Matriks Keberadaan

mencapai level kesadaran 300-500 (skala SHD). Mereka yang masuk


ke dimensi ini, masih terikat dengan siklus reinkarnasi di Bumi.
Mereka berada di sini sebelum mengalami kelahiran kembali di Bumi
yang memungkinkan jiwa mereka bertumbuh lebih jauh.
Berada di dimensi ini, setiap jiwa bisa merasakan keadaan yang
relatif menyenangkan. Tentu saja tataran kesenangan yang mereka
rasakan berbeda-beda tergantung tingkat kesadaran dan kemurnian
jiwa mereka. Semakin tinggi kesadaran dan kemurnian jiwa, semakin
haluslah manifestasi dari kesenangan yang dirasakan jiwa-jiwa
penghuni dimensi ini. Tetapi pada prinsipnya mereka di sini bukan
untuk berhenti berproses, tetapi justru bersiap untuk perjalanan
berikutnya. Di sini jiwa-jiwa melakukan evaluasi terhadap perjalanan
mereka di masa lalu, merenungkan apa kekeliruan yang telah
dilakukan Sang Jiwa di kehidupan sebelumnya dan belajar menemukan
makna dari itu semua, dan mengembangkan kurikulum pembelajaran
untuk kehidupan selanjutnya yang membantu jiwa menjadi semakin
sempurna. Kurikulum kehidupan ini tersusun berdasar tingkat
kejernihan tubuh karma, mempertimbangkan apa jejak perbuatan di
masa lalu yang perlu diperbaiki agar jiwa mengalami transformasi
menuju kemurnian. Kehidupan selanjutnya di Bumi, bagi jiwa-jiwa
yang sempat menghuni dimensi ini, pada dasarnya adalah semacam
pembelajaran agar mereka tidak terjerembab kepada kekeliruan yang
sama dan bisa bertumbuh menjadi jiwa yang lebih berkesadaran.
Namun, pada praktiknya, banyak yang terlahir kembali ke Bumi meski
telah mengalami momen evaluasi menyeluruh, terjebak kembali pada
kekeliruan serupa sehingga bolak balik harus terikat siklus kelahiran
kembali di Bumi. Dan dimensi surgawi ini menjadi semacam
persinggahan abadi karena terus menerus mereka masuki setelah
mereka lepas dari raga di satu fase kehidupan.
Sejauh yang saya mengerti, mereka yang dalam terminologi Jawa
dijuluki Danyang atau penjaga keselarasan di satu kawasan seperti
mata air, sungai, hingga tempat-tempat yang dianggap sakral, juga

Setyo Hajar Dewantoro !29


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

berada di dimensi 6-11. Sederhananya mereka hidup di dimensi paralel


Bumi dengan menjalankan tugas tertentu sesuai dengan capaian
mereka di kehidupan sebelumnya. Mereka ini sebenarnya ya hidup di
Bumi tetapi pada dimensi yang lebih tinggi dibandingkan dimensi
material (dimensi 5).

Dimensi Cahaya

Dimensi cahaya disebut juga dengan dimensi kadewatan, terdiri


dari 16 layer/lapisan dimensi dan berada dalam lingkup satu Semesta/
Universe. Berdasarkan peta kesadaran, manusia bisa memasuki
dimensi ini jika mereka berada pada tingkat kesadaran antara 501
hingga 999. Prasyarat lain, mereka telah bisa mentransformasi tubuh
minimal hingga menjadi silicon base body/cristalline body (4D).
Terlahir kembali di dimensi ini, bagi sebagian jiwa yang hidup di Bumi
menjadi semacam proses pulang ke rumah karena sebelum mereka
hidup di Bumi pernah hidup di dimensi ini. Semakin tinggi kesadaran
dan semakin tinggi tingkatan dimensi yang bisa dicapai dalam proses
transformasi tubuh, tentu saja semakin tinggi layer/lapisan dimensi
cahaya yang bisa dimasuki dan dihuni.

!30 SUWUNG - The Science of Truth


Matriks Keberadaan

Sangat jelas, bahwa penghuni dimensi cahaya atau dimensi


kadewatan ini bertingkat-tingkat kesadarannya. Merekapun ada dalam
alur evolusi menuju kesempurnaan, yaitu mencapai Bali Marang
Sangkan Paraning Dumadi/Moksha/Nibanna. Dalam bahasa lebih
teknis, mereka perlu naik ke dimensi cahaya yang lebih tinggi, bahkan
bisa melampaui dimensi cahaya yang masih tercakup dalam dimensi
rupa, menuju kepada dimensi tanpa rupa yang tak lagi terikat ruang
dan waktu. Karena itulah banyak penghuni dimensi ini yang memilih
terlahir ke Bumi untuk mengalami lompatan kuantum kesadaran.
Bumi memang menyediakan banyak peristiwa kehidupan yang
memungkinkan jiwa mengalami pembelajaran yang hebat dan
termurnikan jiwanya secara sempurna.
Tingkat kesadaran terendah di dimensi cahaya atau dimensi
kadewatan adalah 501 skala SHD. Ini menunjukkan keadaan yang
cukup menyatu dengan Diri Sejati, cukup bisa merefleksikan
Kebijaksanaan Tertinggi dan Kasih Murni, namun masih menyisakah
ruang untuk tidak selaras dengan Sang Sumber Hidup. Semakin
rendah layer/lapisan dari dimensi cahaya/kadewatan, tentu saja
keadaan kehidupannya lebih dinamis (lebih kental diwarnai dualitas
termasuk suka duka, benar salah) sebagai proyeksi dari dinamika jiwa
para penghuninya yang belum mengalami keheningantotal dan
kejumbuhan paripurna dengan Sang Sumber Hidup. Tetapi semakin
tinggi layer/lapisannya, tentu saja penghuninya semakin penuh
keheningan sehingga keadaannya semakin tidak dijangkau dualitas.
Pada layer/lapisan tertinggi dari dimensi ini, yang ada adalah
keheningan dan kebahagiaan paripurna dalam naungan cahaya di atas
cahaya.

Dimensi yang Lebih Tinggi


Sebenarnya tidak mudah untuk memahami realitas dimensi-
dimensi yang semakin tinggi, yaitu dimensi 28-31, karena mereka ada
di luar matriks ruang waktu dari Universe/Semesta yang kita tempati.

Setyo Hajar Dewantoro !31


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

Seperti yang diungkap di bagian terdahulu dari bab ini, di balik


matriks ruang waktu yang terbentuk dari keberadaan Universe/
Semesta yang kita tempati ini, ternyata ada matriks ruang waktu lain
yang melingkupinya. Jadi, Big Bang yang menjadi permulaan kejadian
Universe/Semesta yang kita tempati, terjadi dalam kekosongan yang
tercakup dalam matriks ruang waktu lain yang lebih tua dan lebih luas.
Dalam bahasa lain, Universe kita ini sebenarnya terlahir dari dan di
dalam Universe yang lebih tua dan besar yang mepresentasikan
keberadaan dimensi ke 28. Lalu, Universe yang terakhir ini juga
demikian, ia berada dalam cakupan Universe lain yang lebih tua dan
besar lagi yaitu dimensi 29. Dan Universe yang merepresentasikan
dimensi ke 29 ini, ternyata berada di dalam Universe yang lebih tua
dan besar lagi yang merepresentasikan dimensi ke 30. Apa yang
membedakan keberadaan dari Universe yang terkait dengan
keberadaan dimensi 28-30 dengan Universe yang kita tempati dan
tercakup dalam dimensi 1-27? Dimensi 28-30 ini semakin dekat
dengan keberadaan Suwung sebagai realitas yang tanpa batas.
Keterbatasan kitalah yang membuat dimensi-dimensi ini dipersepsikan
sebagai keberadaan tanpa rupa dan tanpa batas. Sesungguhnya
dimensi 28-30 merepresentasikan realitas energi murni yang menjadi

!32 SUWUNG - The Science of Truth


Matriks Keberadaan

asal dari segala materi yang sekarang kita kenali. Sementara itu,
dimensi 31 merepresentasikan Kekosongan Absolut, Sumber dari
segala energi dan materi. Inilah dimensi tertinggi yang bisa kita
ungkapkan. Apakah ada kemungkinan terdapat dimensi lain sehingga
jumlah dimensi sebenarnya bukan 31? Tentu saja kemungkinan itu
tetap terbuka. Karena jumlah 31 dimensi ini sekali lagi hanya
menunjukkan apa yang bisa dijangkau manusia menggunakan rasa
sejatinya ketika berada pada tingkat kesadaran tertentu. Pada dasarnya
Jagad Raya ini tanpa batas, maka demikianlah juga jika kita bicara
tentang dimensi yang ada, niscaya akan bertemu dengan
ketidakterbatasan juga. Saat kesadaran kita semakin bertumbuh, kita
niscaya bisa menyingkap realitas dimensi yang lebih banyak lagi. Tapi
bagi kita, penyingkapan 31 dimensi ini sudah lebih dari cukup untuk
menjadi acuan dalam memahami transformasi jiwa menuju kesadaran
multidimensi, termasuk untuk mengetahui dimensi tertinggi yang bisa
dicapai manusia dalam kaitannya dengan perjalanan jiwa menuju
kesempurnaan.
Adakah orang yang kesadarannya bisa mencapai dimensi 28-
31? Tentu saja ada. Mereka yang telah mencapai kesadaran paripurna
(Loc 1000 skala SHD), dengan tingkat kejernihan tubuh karma dan
tubuh pengetahuan100 persen, 12 cakra (7 cakra tubuh dan 5 cakra di
luar tubuh/langit) dan 12 Untai DNA teraktivasi sempurna, dan
tubuh telah mengalami transformasi menjadi Tubuh yang
Omnipresent (12D), setelah jiwa terlepas dari tubuh akan memasuki
dimensi tertinggi, mengalami Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi/
Moksha/Nibanna.
Saat ini, adalah momen yang istimewa bagi siapapun yang
berkehendak mencapai kesempurnaan jiwa dan mengalami Bali
Marang Sangkan Paraning Dumadi/Moksha/Nibanna. Melalui
ketekunan dalam laku yang berpadu dengan ketulusan, plus
bimbingan dari mereka yang telah mencapai puncak kesadaran,
dimungkinkan banyak jiwa yang ada di bumi mengalami loncatan

Setyo Hajar Dewantoro !33


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

kesadaran hingga ke titik yang tertinggi. Ini selaras dengan gerak bumi
sendiri yang tengah berevolusi menuju dimensi yang lebih tinggi.

!34 SUWUNG - The Science of Truth


3
KEHIDUPAN TAK HANYA ADA DI
BUMI

Apakah selain di Planet Bumi ada kehidupan? Siapapun yang


terlatih menyelami keheningan dan melampaui batasan ruang, niscaya
bisa memberi jawaban yang tegas: Ada. Tidak sedikit praktisi meditasi
yang mengungkapkan pengalaman bertemu dengan entitas atau sosok
yang dalam bahasa masa kini dinamakan alien, karena mereka
memang bukan penghuni Bumi tetapi penghuni planet atau galaksi
lain. Pertemuan ini terjadi ketika diri mengalami perluasan kesadaran,
jiwa berkelana melampaui batasan tubuh, masuk ke ruang angkasa dan
mendekati planet tertentu, atau masuk ke dimensi yang lebih halus.
Berdasarkan pendekatan di atas, saya bisa mengkonfirmasi
bahwa di Planet Mars, ada kehidupan sekalipun penghuni planet
tersebut tidak tinggal di permukaan tetapi di bawah tanah. Ini terjadi
karena Planet Mars yang dulunya mirip Bumi, mengalami satu fase
kemajuan secara teknologi, tapi kemudian penghuninya mengumbar
angkara murka sehingga teknologi tinggi yang ada malah menjadi
faktor perusak. Permukaan Planet Mars sekarang tandus seperti
padang pasir, dan dipenuhi sinar infra red yang merupakan jejak dari
penyalahgunaan nuklir di masa silam. Sejauh saya bisa deteksi,
penghuni Planet Mars yang sekarang hidup di bawah tanah berjumlah
sekitar 1 juta orang dengan tingkat kesadaran terendah 900 skala SHD
dan tingkat kesadaran tertinggi 1000 skala SHD. Jadi, mereka yang
sekarang hidup di Mars benar-benar jiwa yang terpilih dengan tolak
Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

ukur tingkat kesadaran atau Level of Consciousness “Mendekati


Tercerahkan” dan “Tercerahkan”.
Planet Venus juga memiliki penghuni. Karakter planet ini
berbeda dengan Mars, jika Mars cenderung panas, maka Venus justru
menunjukkan anomali, sekalipun dekat dengan Matahari, iklim di
Plane ini cenderung dingin. Penghuni Venus sekitar 5 juta jiwa, tetapi
tingkat kesadaran kolektifnya lebih rendah ketimbang penghuni Mars.
Di Venus, tingkat kesadaran terendah dari penghuninya ada di 100
skala SHD, yang tertiinggi adalah 1000 skala SHD, dengan tingkat
kesadaran kolektif 300 skala SHD.

Temuan Saintis
Dari sudut pandang Sains, memang belum ada jawaban yang
tegas tentang keberadaan penghuni planet dan galaksi lain. Tetapi
banyak ungkapan tersamar yang mengindikasikan benarnya hipotesa
bahwa kehidupan bukan hanya ada di Bumi, dan bahwa di planet
galaksi lain juga ada entitas yang cerdas. Dalam temuan NASA, ada
banyak planet yang mengandung air, di antaranya adalah Pluto,
Ganymede, Callisto, Eris, Sedna, Rhea, Triton, Oberon dan
sebagainya. Keberadaan air tentu menjadi penanda adanya kehidupan
organik sebagaimana yang ada di Bumi.
Kemudian, diberitakan juga bahwa Teleskop Kepler
menemukan beberapa planet di luar tata surya itu sangat mirip dengan
bumi, kemungkinan terdapat kehidupan di atasnya, dan berencana
untuk mengamati ribuan planet yang diduga sebagai planet terrestrial
(planet mirip bumi). Salah satu di antaranya adalah Planet Kepler 42b
(Bumi 2.0). Planet itu terletak berada di konstelasi Cygnus yang
jauhnya lebih dari 1,400 tahun cahaya dari bumi, dan sekitar 60% jauh
lebih besar dari Bumi, waktu yang dibutuhkan Kepler-452b untuk
mengorbit bintangnya (waktu 1 tahun) adalah 385 hari. Jumlah itu

!36 SUWUNG - The Science of Truth


Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi

tidak berbeda jauh dengan waktu 1 tahun di bumi yang berisi 365
hari.9
Kemudian, dengan metode perhitungan peradaban luar bumi-
Drake equation atau persamaan Drake yang dikemukakan pada 1960
oleh astronom Frank Drake, bisa diprediksi jumlah peradaban cerdas
baik di dalam maupun di luar galaksi yang mungkin berhubungan
dengan kita. Secara lebih jelas, dalam rumus ini:        N=R*(Fp)(Ne)
(Fl)(Fi)(Fc)L, N merepresentatifkan jumlah peradaban di dalam
galaksi yang mungkin berhubungan dengan kita”, R* adalah
“kecepatan pembentukan bintang di dalam galaksi”, sedangkan Fp
adalah “kemungkinan adanya planet pada bintang”, dan Ne adalah
“jumlah rata-rata planet yang terletak dalam lingkup yang cocok untuk
ekologi”, sementara Fl merepresentatifkan kemungkinan adanya
kehidupan yang dikembangkan dari planet-planet terkait di atas”, dan
fi adalah “kemungkinan mengevolusikan makhluk berintelegensi
tinggi”, sedangkan Fc adalah “kemungkinan makhluk cerdas mampu
melakukan kontak/komunikasi”, dan L merepresentasikan harapan
hidup dari peradaban cerdas.10
Terdapat juga berita tentang hasil penelitian di Planet Venus.
Seorang ilmuwan dari Pusat Penelitian Antariksa Rusia, Leonid
Ksanfomaliti mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisisnya pada
citra tangkapan wahana antariksa Venera-13 yang menjalankan
misinya pada 1982 silam, ada bukti kehidupan di Venus. Tanda
kehidupan yang dimaksudnya berupa obyek piringan, sayap hitam
kecil, dan obyek berbentuk kepiting. “Semua obyek tersebut muncul,

9Pelajari lebih lanjut di: https://exoplanets.nasa.gov/newworldsatlas/1907/


kepler-42b/, atau di https://en.wikipedia.org/wiki/Kepler-42

10Tentang persamaan Frank Drake ini, bisa ditelusuri lebih lanjut di banyak situs, antara lain
https://www.space.com/25219-drake-equation.html

Setyo Hajar Dewantoro !37


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

mengalami fluktuasi, dan menghilang, menunjukkan bahwa obyek itu


bergerak,” ujarnya.11
Yang pasti, meski belum ada pembuktian yang benar-benar valid
secara empirik, selalu ada ilmuwan yang berhipotesa tentang
keberadaan kehidupan di luar Bumi. Kepala Ilmuwan NASA Ellen
Stofan, pada tahun 2015 lalu mengungkapkan keyakinannya bahwa
bahwa kehidupan lain di luar planet Bumi akan ditemukan setidaknya
dalam beberapa waktu ke depan. "Saya percaya kita akan menemukan
indikasi kuat kehidupan di luar Bumi dalam beberapa dekade
berikutnya. Mungkin antara 10 sampai 20 tahun ke depan," katanya
dalam sebuah diskusi, yang dikutip dari Popsci.12

Kedatangan Alien di Bumi


Dalam kunjungan terakhir ke Candi Sukuh di Karanganyar Jawa
Tengah, saya banyak mendapatkan kesadaran baru. Saat menyaksikan
patung manusia burung di candi itu, lalu hening, muncul kesadaran
bahwa patung ini merupakan penanda datangnya ancient alien pada
era yang sangat lampau. Sejauh yang bisa dideteksi, ancient alien yang
berbentuk manusia burung ini, telah berkunjung ke Bumi sejak 600
juta tahun silam, sekitar 3,9 milyar tahun setelah Bumi terbentuk.
Ancient alien telah ikut mewarnai pertumbuhkembangan
peradaban di Bumi. Ada di antara mereka yang kemudian melakukan
body shifting atau perubahan tubuh sehingga bisa menjadi selaras
dengan tuntunan kehidupan di Bumi, ada juga di antara mereka yang
melakukan rekayasa genetik terhadap manusia purba dengan
mencampur gen manusia purba dengan gen mereka sehingga
muncullah Homo Sapiens yang kita kenal saat ini. Di berbagai tradisi,

11Sumber: http://www.erabaru.net/2017/01/24/ilmuwan-meyakini-ada-kehidupan-
di-venus/

12Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150408073438-199-44959/
nasa-ada-kehidupan-lain-di-luar-bumi

!38 SUWUNG - The Science of Truth


Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi

diungkapkan juga bahwa mereka telah ikut berperan mengajari


penduduk Bumi dengan berbagai teknologi dan sistem kehidupan
yang lebih canggih. Tetapi mereka juga dituduh bertanggung jawab
terhadap upaya penaklukan dan peperangan dengan manusia di Bumi.
Saintis yang mengungkapkan keberadaan ancient alien
diantaranya adalah Zecharia Sitchin. Ia menulis buku berdasarkan
Tablet Kuna Sumeria. Di dalam bukunya, Sitchin menjelaskan bahwa
para Anunnaki turun ke bumi dari Planet Nibiru. Mereka menemukan
sebuah planet yg dipenuhi kehidupan dan tanahnya kaya akan mineral.
maka dimulailah penambangan interplanet pertama ras anunnaki.
Mereka membangun tambang-tambang, dan segera koloni- koloni
pun bermunculan. koloni terbesar dan terindah mereka oleh Sitchin
disebut-sebut sebagai sebuah “kota dengan taman2 yang indah”.
Sayangnya dari dalam kota utama inilah dimulainya pemberontakan.
Menurut Sitchin pemberontakan berakhir dengan kemenangan dewan
tinggi Anunnaki dengan ketuanya Elohim. Kemudian Para
pemberontak dikeluarkan dari kota utama.
Setelah terjadinya pemberontakan, dewan iinggi (Elohim, Enki,
Enlil, Asaru, Asarualim, Asarualimnunna, Asaruludu, Namru,
Namtillaku, Tutu, dll) memutuskan untuk menciptakan ras pekerja
daripada menggunakan bangsa anunnaki sendiri sebagai pekerja
tambang. Saat itulah dimulainya proyek genetika bangsa Anunnaki.
kepala proyeknya Ninharsag, semacam ahli genetika sekarang ini.13

13 Dalam Tablet Sumeria juga dijelaskan sebagai berikut: “Enki-lah yang menjadi biological
designer, bertanggung jawab menyilangkan DNA manusia dengan DNA ‘Dewa’. Tujuannya,
berdasarkan tablet-tablet tersebut rupanya Annunaki ingin menciptakan ras pekerja/budak
yang dapat bekerja mengeksploitasi kekayaan bumi untuk mereka. Sebelum adanya ras
pekerja itu, kaum Annunaki harus mengerjakan semuanya sendiri. Para pekerja itulah yang
membangun piramid dan Sphinx (dengan kepala singa, sebelum penduduk Mesir mengganti
kepala Sphinx yang hancur akibat banjir besar dengan wajah Pharaoh pada sekitar 3000 SM).”
Sumber:
https://kriyayoganusantara.wordpress.com/2018/01/11/anunnaki-dan-asal-usul-
penciptaan-manusia/. Lebih jauh, bisa dipelajari materi-materi di web resmi Zecharia
Sitchin, http://www.sitchin.com/.

Setyo Hajar Dewantoro !39


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

Dalam proyek ini, hominid penduduk bumi di modifikasi secara


genetis agar menyerupai ras Anunnaki sendiri. Percobaan konon baru
berhasil setelah seekor primata ditanami gen anunnaki. “Manusia
Pertama” ini digambarkan sedang diangkat oleh Ninharsag dalam
Enuma Elish. Perlu ditekankan lagi bahwa Enuma Elish hanyalah
manuskrip kuno bangsa Sumeria yang menggambarkan mitologi
bangsa Sumeria, bukan semacam jurnal ilmiah, bahkan dalam
masyarakat Sumeria sendiri.
Sitchin menggunakan fakta tentang “kemunculan tiba-tiba”
Homo Sapien dan kenyataan bahwa generasi paling awal Homo
Sapien hidup berdampingan dengan hominid lain, sebagai dasar untuk
memperkuat anggapannya.
Menyebrang ke Meksiko, cerita tentang ancient alien juga
banyak diungkapkan. Di tahun 2012, Pemerintah Meksiko merilis
sejumlah artefak Maya kuno yang dirahasiakan selama hampir 80
tahun. Artefak kuno ini muncul di bawah piramida di Calakmul, dan
menggambarkan ruang angkasa dan kendaraan yang bisa terbang.
Terlihat pada artefak, kamu bisa melihat astronot yang mengontrol
pesawat terbang dan sebuah asteroid atau komet menuju bumi.
Masih mengenai kaitan antara Suku Maya dengan ancient alien,
kita cermati tentang Popol Vuh (bahasa K'iche' modern: Poopol Wuuj
[ˈpʰoːpʰol ˈʋuːχ]), Ini adalah cerita mitos-sejarah yang berasal dari
kerajaan K'iche' di dataran tinggi Guatemala barat. "Popol Vuh"
berarti "Buku Komunitas", "Buku Dewan", atau secara harfiah "Buku
Rakyat". Popol Vuh berisi tentang mitos penciptaan dan kisah
mengenai dua pahlawan kembar: Hunahpu (K'iche' modern: Junajpu)
dan Xbalanque (K'iche' modern: Xb‘alanke).
Popol Vuh merupakan teks yang penting karena tidak banyak
naratif Maya dari periode klasik yang menjelaskan mitologi
Mesoamerika. Popol Vuh dapat bertahan hingga masa modern berkat
seorang bruder Dominikan Spanyol dari abad ke-18 Francisco
Ximénez.

!40 SUWUNG - The Science of Truth


Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi

Popol Vuh antara lain mengungkapkan, keberadaan 4000


pemuda dari cakrawala kembali ke “bintang tujuh “, setelah mereka
menderita kekalahan dalam perkelahian dengan manusia. Secara
spesifik teks ini juga mencertakan keberadaan Dewa Kukulkan. Dia
digambarkan sebagai seekor ular yang berbulu dan datang dari langit.

Bangunan Purba Kreasi Alien


Jejak kedatangan ancient alien ke Bumi coba dibuktikan lewat
beberapa bangunan purba. Keberadaan bangunan ini dinyatakan
sebagai hasil kreasi para alien. Berikut ini daftar dari beberapa
bangunan purba yang dikaitkan dengan ancient alien:
1. Sacsayhuamán, Peru

Sumber Gambar: https://www.dosmanosperu.com/

Di kota Cusco, Peru, terdapat tumpukan bebatuan yang


disusun seperti puzzle. Penduduk setempat merasa kalau
tumpukan bebatuan itu merupakan hasil karya Suku Inca
dengan bantuan dari alien. Telah berusia lebih dari 1.000 tahun,
tumpukan bebatuan itu memang rasanya tidak mungkin disusun
oleh kekuatan manusia biasa. Bebatuan setinggi 3.701 meter
dengan berat satuan sekitar 300 ton yang ditumpuk tampak

Setyo Hajar Dewantoro !41


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

terpotong dan tersusun rapi, padahal teknik konstruksi yang


mumpuni belum ditemukan pada saat itu.
2. Nazca Lines, Peru
Di daratan gurun pasir Nazca yang terletak di kawasan
Lima, tersimpan sekitar 70 puluh ukiran kuno berukuran besar.
Sebagian besar ukiran itu berbentuk binatang, mulai dari laba-
laba, monyet sampai burung. Peneliti tentu saja keheranan
dengan konsep dan teknik yang digunakan, karena rasanya tidak
mungkin ada manusia yang bisa mengukir gambar sebesar dan
setepat itu, tanpa membuat dirinya mengambang di udara.

Sumber Gambar: http://www.history.com

3. Piramida Matahari (Pyramid of the Sun), Meksiko


Memiliki arti Kota Tuhan, piramida ini berada di
Teotihuacán, Kota Meksiko. Dibangun sekitar 2.000 tahun
silam, kerumitan teknik pembuatannya menjadi misteri sampai
saat ini. Peneliti meyakini kalau piramida ini merupakan pusat
dari aktivitas suku Maya, karena ditemukan banyak gambar,
ukiran, peralatan bertani, alat transportasi dan perhitungan
penanggalanyang masih sederhana di sana.

!42 SUWUNG - The Science of Truth


Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi

Sumber Gambar: https://www.smithsonianmag.com

Saya pribadi pernah berkunjung ke dua tempat yang dalam rasa


saya sangat terkait dengan keberadaan ancient alien, yaitu:
1. Pura Tinggar Sari di Tabanan

Sumber Gambar: koranjuri.com

Keberadaan batu-batu berukuran besar dalam bentuk


yang sama, membuat siapapun bisa menduga bahwa ini adalah
batu buatan dan sengaja ditumpuk di satu tempat sebagai satu
struktur bangunan. Sejauh bisa saya deteksi, pembuatnya adalah
adalah ancient alien yang datang ke Bali sekitar 200 tahun silam.

2. Situs Gunung Padang di Cianjur


Setyo Hajar Dewantoro !43


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

Sumber Gambar: cianjurkab.go.id

Situs Gunung Padang menunjukkan kenyataan


bertumpuk. Ini adalah warisan dari berbagai peradaban
termasuk Peradaban Lemurian. Tetapi, ada satu hal dalam
deteksi saya yang menjadi menjadi bagian dari fakta terkait situs
ini, bahwa ancient alien turut serta membuat sebagian atau salah
sau lapisan dari bangunan ini sekitar 100 ribu tahun silam.

Alien di Masa Modern


National UFO Reporting Center, selama puluhan tahun
berfungsi sebagai saluran hotline bagi para skeptis dan mereka yang
percaya akan eksistensi makhluk luar angkasa. Apabila anda melihat
obyek aneh di langit, mereka akan mencatat cerita anda secara
mendetail. Peter Davenport telah menjabat sebagai direktur lembaga
ini sejak 1994. Dia mengelola laporan penampakan UFO lewat situs
dan juga saluran telepon 24-jam, dan selalu berusaha memperbaharui
database NUFORC.

!44 SUWUNG - The Science of Truth


Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi

Berikut beberapa kejadian yang menurut Davenport layak


disebut bukti sahih memang ada UFO yang mendatangi Planet
Bumi:14

"Saya tidak bisa menjelaskan apa yang saya lihat."



Athens, Texas

5 Juli 2013

10:15 malam
Saya bersama keluarga sedang duduk-duduk di luar. Ketika saya
melihat ke langit, ada semacam bola api besar menyala berwarna oranye
yang sedang bergerak cepat sekitar 90 derajat ke atas. Sekitar satu atau
dua menit kemudian, kami melihat 3 obyek yang serupa bergerak ke jalur
yang sama seperti yang pertama.
Saya adalah mantan pilot pesawat tempur yang sudah pensiun,
mantan pilot pesawat komersil dan mantan astronot. Saya tidak bisa
menjelaskan apa yang kami baru saja lihat.

"Bentuknya tidak seperti bintang atau planet apapun yang


pernah saya lihat di langit."

Easpointe, Michigan

27 Mei 2016

11:11 malam
Ketika obyek yang saya lihat pertama kali muncul, warnanya
sangat biru dan terang, dan sinarnya tidak berkelip atau redup seperti
kebanyakan pesawat terbang. Bukan juga seperti bintang atau planet yang
pernah saya lihat di langit. Obyek ini sedikit lebih besar daripada Bintang
Utara, dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Dia bergerak sangat
mulus sampai akhirnyaberhenti total di arah timur laut.

14Sumber: https://www.vice.com/id_id/article/vvknpm/pakar-ufo-menampilkan-
bukti-bukti-paling-meyakinkan-kedatangan-alien-di-bumi. Lebih detail bisa dipelajari
data yang ada di situs berikut: http://www.nuforc.org/.

Setyo Hajar Dewantoro !45


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

"Seperti pesawat yang sedang bersembunyi didepan mata."



Di atas Gunung Shasta, California

16 Februari 2015

10:30 malam
Saya adalah seorang kapten penerbangan… Kami waktu itu
sedang menatap langit malam, mencari penampakan bintang jatuh atau
satelit yang sedang lewat. Bintang-bintang yang sedang kami tatap terlihat
seperti sinar yang sedang tidak bergerak. Mereka bukan satelit dan jelas
bukan bintang jatuh. Mereka tidak bergerak seperti bintang di luar
angkasa. Umat manusia tidak punya pesawat terbang yang bisa bergerak
di atas ketinggian seperti itu dan tidak bergerak sama sekali.

"Saya tidak bisa menyanggah apa yang sayalihat."



Arlington, OR

19 Februari 2015

11:55 siang
Saya tengah melihat keluar jendela penumpang mobil dan pararel
di atas saya terbang sebuah pesawat kubah, melayang di atas namun tetap
pararel dengan mobil seiring berjalan. Tingginya sekitar 3-4.5 meter di
atas permukaan air Sungai Columbia, di bawah jalan tol layang dan rel
kereta api layang. Waktu itu tidak ada kapal di atas sungai dan obyek
ini jelas sejenis pesawat terbang.
Peristiwa ini hanya berlangsung beberapa detik, mungkin sekitar
12 detik, tapi rasanya sangat lambatdan saya tidak bisa mempercayai apa
yang saya lihat.

"Saya sangat khawatir saat kejadian dan sampai sekarang


pun masih."

Gibson, Illinois

16 November 2014

3:30 sore

!46 SUWUNG - The Science of Truth


Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi

Saya tengah berburu rusa di tengah Illinois. Saya melihat objek


kecil turun dari langit sekitar 1.2 meter didepan saya. Awalnya saya kira
itu semacam laba-laba atau serangga. Setelah menatap obyek ini selama
beberapa detik, saya sadar itu bukan serangga. Objek ini berbentuk bola
bulat berukuran sedikit lebih kecil dari bola bekel dengan warna coklat
yang berubah-ubah, seperti oli motor. Bola ini terbang tepat ke depanmata
saya, sekitar 1.2 meter jaraknya. Peristiwa ini masih menghantui saya
karena rasanya tidak ada penjelasan logis yang bisa menjelaskan.

"Saya sangat sadar baru saja melihat apa."



Glendale, Arizona 

28 September 2013

7:15 malam
Saya adalah seorang mantan polisi yang sudah pensiun dari negara
bagian Arizona setelah mengabdi selama 35 tahun. Ketika tak sengaja
sedang melihat keluar dari jendela dapur yang menghadap ke utara, saya
melihat sinar terang berwarna oranye sedang melaju dari barat ke timur.
Saya kaget karena jumlahnya banyak sekali.
Mungkin ada sekitar 150 obyek berwarna oranye ini. Saya pikir
"wah saya punya bukti video nih", tapi ketika saya lihat foto-foto di
kamera, tidak ada penampakan apa-apa, hanya layar berwarna hitam.
Saya tahu apa yang saya lihat dan kecuali ada yang punya penjelasan
lebih baik, rasanya saya merasa beruntung .
Laporan Davenport sebagaimana terungkap di atas, menjadi
pembuktian bahwa issue alien sebenarnya bukanlah omong kosong.
Keberadaan alien itu nyata dan hingga kini manusia Bumi masih
berhubungan dengan alien dalam berbagai pola dan tingkatan. Maka
dengan tegas sebenarnya bisa kita katakan, “Di jagad raya ini kita
tidak hidup sendiri”.
Bagi saya pribadi, dan beberapa orang yang saya kenal,
terhubung atau mengadakan kontak dengan para alien bukan hal yang
aneh. Itu bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari keterhubungan itu

Setyo Hajar Dewantoro !47


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

kemudian kami menjadi tahu, ada yang bisa dinamakan sebagai dark
alien karena mereka senang mengumbar angkara murka, mereka
datang ke bumi untuk sebuah invasi. Sementara ada juga light alien,
yaitu alien yang punya kesadaran luhur dan datang ke Bumi untuk
menawarkan persahabatan dan dukungan guna meningkatkan kualitas
kehidupan di Bumi.


!48 SUWUNG - The Science of Truth


4
BUMI SURGAWI

Menurut pendekatan saintifik maupun deteksi dengan rasa


sejati, ditemukan usia Bumi saat ini mencapai 4,54 milyar tahun. Pada
permulaannya Bumi tidaklah seperti keadaannya saat ini. Sebagian
besar permukaan bumi meleleh karena ledakan gunung berapi yang
terus menerus dan sering juga bertabrakan dengan benda angkasa
lain. Bumi mulai mendingin, lalu terbentuk kerak bumi yang padat dan
memungkinkan ada cairan atau air di permukaannya, sekitar 2,5 milyar
tahun silam. Seiring dengan itu, kehidupan pertama yang paling
sederhana mulai muncul di Bumi. Mereka adalah keberadaan bersel
tunggal yang berukuran mikroskopis, sangat kecil. Sementara
kehidupan yang melibatkan fotosintesis, ini berarti tumbuhan berdaun
hijau mulai ada, sekitar 2 milyar tahun silam. Menurut prediksi
saintifik, keberadaan multisel baru muncul sekitar 580 juta silam.
Bumi terus berubah, berevolusi. Demikian juga penghuni Bumi:
dalam proses evolusi ini terjadi perubahan bentuk atau kemunculan
bentuk-bentuk baru, selain ada juga keberadaan yang punah.
Pergeseran tektonik pada lempengan bumi, berperan menciptakan
lautan dan memicu kehidupan di dalamnya. Seiring dengan proses
perubahan ini, berubah pula kondisi fisik bumi: mulai terbentuk
lapisan ozon, pengayaan oksigen dan terbentuknya tanah.
Batu tertua yang ditemukan di Bumi diperkirakan berusia 4
milyar tahun. Sementara serpihan zirkon yang ada di batu tertua itu
diperkirakan berusia 4,4 milyar tahun. Terciptanya bulan, dinyatakan
Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

terkait dengan tabrakan yang terjadi antara Bumi yang masih berusia
muda dengan benda angkasa. Akibat tabrakan ini, mantel dan kerak
bumi terlontar ke luar angkasa dan membentuk bulan yang kita kenal
sekarang. Intinya, butuh proses panjang hingga Bumi bisa menjadi
planet yang nyaman ditempati dengan atmosfer yang menyediakan
banyak oksigen, permukaan yang dihiasi hutan lebat dan menyediakan
banyak air jernih.
Dalam kacamata sains, kehidupan pertama di Bumi dinyatakan
terjadi karena terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan senyawa
sederhana, termasuk nukleo basa dan asam amino yang merupakan
unsur utama penyusun keberadaan yang hidup. Lebih teknis,
nukleobasa dan asam amino bisa terbentuk dari lingkungan air,
metana, amonia dan hidrogen dengan bantuan terpaan energi dari
petir. Ini merujuk pada hasil eksperimen di laboratorium yang
dilakukan oleh Stanley Miller dan Harold Urey. Tetapi, diduga juga
bahwa kehidupan di Planet Bumi terjadi akibat ada molekul organik
yang terbawa oleh serpihan benda angkasa yang menabrak bumi.
Setelah kehidupan pertama terbentuk dengan dua kemungkinan tadi,
tahap berikutnya kehidupan berkembang melalui: pertama, replikasi
diri – kemampuan menghasilkan keturunan yang mirip dirinya sendiri;
kedua, metabolisme – kemampuan memberi makan dan memperbaiki
diri sendiri; dan ketiga, membran sel eksternal – yang memungkinkan
makanan masuk dan limbah terbuang keluar. Sistem yang
memungkinkan ter jadinya per tumbuhkembang an dan
perkembangbiakan ini kemudian direkam di dalam DNA.

Dinamika Bumi
Keberadaan di bumi baik yang unisel maupun multisel, terus
mengalami diversifikasi: semakin bertambah banyak dan beragam Saat
yang sama, secara fisik Bumi juga terus berubah, termasuk dalam
kaitannya dengan dampak pengaruh benda semesta lain seperti
Matahari. Matahari punya proses evolusinya sendiri dan mengalami

!50 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

fase-fase menjadi semakin terang yang berdampak semakin memberi


kehangatan kepada Bumi. Tetapi nyatanya, Bumi tetap beberapa kali
mengalami fenomena bola salju dimana seluruh permukaan Bumi
ditutup oleh es.
Penghuni Bumi terus bertambah banyak melalui proses yang
dalam bahasa sains disebut sebagai evolusi. Beberapa ratus juta tahun
yang lalu, tanaman (mungkin menyerupai ganggang) dan jamur mulai
tumbuh di tepi air, dan kemudian mulai keluar dari air. Fosil jamur
tanah dan tanaman tertua yang pernah ditemukan berasal dari masa
480–460 juta tahun yang lalu, meskipun bukti molekuler menunjukkan
jamur mungkin telah hidup di daratan 1000 juta tahun yang lalu,
sedangkan tanaman 700 juta tahun yang lalu. Pada awalnya mereka
tetap dekat dengan tepi air. Akibat mutasi dan variasi, perlahan-lahan
mereka mulai mengkoloni lingkungan baru yang makin jauh dari air.
Sementara mengenai hewan yang keberadaan pertamanya ada di
lautan, belum diketahui pasti kapan mulai meninggalkan lautan; bukti
tertua yang paling jelas adalah artropoda dari 450 juta tahun yang lalu.
Ada juga bukti lain, namun belum dikonfirmasi bahwa artropoda
mungkin telah muncul di daratan 530 juta tahun yang lalu.
Pada lingkup binatang, evolusi yang bermuara pada kemunculan
spesies baru dan kepunahan spesies lama, berlangsung secara massif.
Semakin tua usia Bumi, semakin banyak terdapat spesies binatang.
Namun, ada binatang seperti dinosaurus dan berbagai jenis binatang
lain yang justru mengalami kepunahan. Terutama ketika terjadi
peristiwa yang dinamakan Peristiwa kepunahan Kapur- Tersier
(bahasa Inggris: Cretaceous–Tertiary extinction event.). Peristiwa ini
diperkirakan terjadi sekitar 65,6 juta tahun lalu. Di masa ini terjadi
kepunahan massal spesies hewan dan pada periode geologis yang
singkat. Peristiwa ini sering disingkat sebagai peristiwa kepunahan K-
T dan diasosiasikan dengan keberadaan tanda geologis batas K-T.
Batas K-T ini berupa lapisan tipis pada sedimentasi di berbagai bagian
dunia.

Setyo Hajar Dewantoro !51


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

Sebagai dampak dari semua proses tersebut, pada saat ini,


Planet Bumi memiliki sekitar 391.000 spesies tanaman vaskular yang
saat ini dikenal sains. Dari jumlah tersebut, sekitar 369.000 spesies
(atau 94 persen) adalah tanaman berbunga. Demikian yang tertera
dalam laporan berjudul ”Negara Tanaman Dunia “, yang dikeluarkan
oleh para periset di Royal Botanic Gardens, Kew, di Inggris.
Sementara mengenai binatang, sistem taksonomi Carl Linnaeus yang
terkenal tahun 1700-an, memperkenalkan 1,25 juta spesies. Sementara
berdasarkan riset pada 2011, dengan enggunakan pola dalam hierarki
taksonomi, jumlah spesies hewan—termasuk yang belum
dideskripsikan—dihitung menjadi sekitar 7,77 juta.

Permulaan Adanya Manusia


Kapankah manusia mulai ada? Jawaban secara sains, teologi, dan
penyingkapan mistik, memberi jawaban berbeda. Merujuk para ahli
yang menggunakan riset empirik, dinyatakan manusia modern (Homo
sapiens) mulai ada sejak 200.000 tahun lalu—atau lebih jauh lagi.
Mereka mulai muncul di benua Afrika; fosil tertua yang ditemukan
telah terukur berasal dari masa 160.000 tahun lalu. Dari Afrika mereka
kemudian bermigrasi dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Sekitar
11.000 tahun lalu, Homo sapiens mencapai ujung selatan Amerika
Selatan, benua tak berpenghuni yang terakhir (kecuali Antartika, yang
belum pernah dijamah sebelum tahun 1820 Masehi).
Mengikuti narasi teologi Semitik, dinyatakan pasangan manusia
pertama adalah Adam dan Hawa – tetapi sulit ditemukan pernyataan
yang mantap kapan mereka mulai ada dan berkembang biak.
Dalam tradisi India, leluhur manusia dijuluki Manu. Ia muncul
pada setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa.
Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu.
Menurut mitologi Hindu, zaman sekarang adalah Manwantara
ketujuh, dan umat manusia diturunkan oleh Manu ketujuh yang
bernama Waiwaswata, sebab merupakan putra Dewa Wiwaswat alias

!52 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

Surya. Sementara Manu pertama dijuluki Swayambu Manu, yang


dipercaya sebagai kakek moyang manusia pada Manwantara pertama.
Menurut mitologi India, Swayambu Manu menikah dengan Satarupa
dan memiliki keturunan. Anak cucu dari Manu disebut Manawa. Bisa
disimpulkan berdasarkan narasi ini bahwa manusia pertama adalah
para manusia setengah dewa; jadi cikal bakal manusia adalah para
dewa atau entitas cahaya.
Menurut penyelaman saya pribadi dengan menggunakan rasa
sejati guna membaca catatan angkasa, keberadaan manusia di Bumi
bermula sekitar 1 milyar tahun silam ketika entitas-entitas cahaya yang
semula berada di dimensi cahaya/kedewatan, mulai turun ke Bumi.
Entitas cahaya ini mulai mengejawantah sebagai manusia dengan
badan fisik di kisaran 10 juta tahun silam. Generasi pertama terdiri
dari 9 orang yang kemudian memunculkan 9 pasangan. Lokasi
turunnya, untuk generasi perdana yang terjadi pada 1 milyar tahun
silam, berfokus di Gunung Lawu dan berbagai berbagai gunung purba
lainnya di berbagai belahan Bumi. Di masa 10 juta tahun silam, sejauh
saya selami dengan rasa sejati, telah ada peradaban manusia di seputar
Gunung Lawu Indonesia dan Gunung Kilimanjaro Kenya. Mengenai
struktur tubuh, ukuran tubuh dari mereka, tentu jangan dibayangkan
sama persis dengan Homo Sapiens pada masa sekarang. Tentu mereka
punya mekanisme untuk membuat tubuh mereka sesuai dengan
keadaan pada jaman itu.
Namun, tidak semua manusia berasal dari entitas cahaya. Ada
juga yang berasal dari entitas kegelapan yang dalam bahasa Jawa
dijuluki derma manungsa. Mereka mulai mengejawantah menjadi
manusia sekitar 900 juta tahun silam, dengan jumlah perdana juga 9
pasang. Setelah itu semakin banyak muncul derma manungsa atau
manusia yang asalnya berasal dari entitas kegelapan (keberadaan
berkesadaran rendah yang menjadi antitesis dari entitas cahaya).
Realitas ini yang kemudian menjadikan dualitas antara gelap dan
terang dalam dinamika kehidupan manusia di Bumi.

Setyo Hajar Dewantoro !53


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

Keberadan alien yang melakukan body shifting atau perubahan


tubuh sehingga bisa hidup di Bumi juga perlu diakui keberadaannya.
Seperti yang pernah diungkapkan terlebih dahulu, alien purba telah
ada di Bumi sekitar 600 juta silam. Sebagian alien purba ini juga
melakukan rekayasa genetik terhadap manusia purba (semacam homo
erectus) yang telah ada sejak 10 juta tahun silam. Tetapi proses
rekayasa genetiknya sendiri, seperti yang dilakukan oleh Klan
Annunaki, diperkirakan terjadi sekitar 100 ribu tahun silam.
Kejadian manusia yang merupakan hasil evolusi dari keberadan
yang lebih sederhana – spesies Primata, seperti diungkapkan para ahli
bermazhab Darwinian, juga tak bisa disalahkan. Secara spiritual bisa
dikonfirmasi keberadaan Homo Sapiens yang mulai ada di Afrika
sebagai hasil evolusi dari dari manusia purba sekitar 200 tahun silam.
Sementara manusia purba sendiri merupakan produk evolusi lanjutan
dari Primata. Arinya dalam teori ini, Primata merupakan leluhur dari
manusia purba, dan otomatis, leluhur dari Homo Sapiens.
Berdasarkan uraian di atas, bisa dinyatakan bahwa proses
terjadinya manusia sangatlah kompleks melalui berbagai jalur. Manusia
pertama bukanlah hanya sepasang, dan ada di berbagai tempat.
Mereka kemudian secara simultan membentuk peradaban di tempat
masing- masing, yang ketika semakin kompleks peradaban ini saling
bersinggungan dan berbagai ras manusia dengan latar belakang yang
beragam mulai saling berinteraksi termasuk kemudian mengalami
persilangan genetik melalui perkawinan.

Penghuni Bumi dari Dimensi Lain


Bumi bukan hanya rumah bagi keberadaan atau makhluk yang
bisa dicerap panca indera. Sebagaimana telah diungkapkan, ada
dimensi bertumpuk di satu ruang. Demikian juga yang terjadi di
Planet Bumi: di sini ada banyak kategori makhluk astral, yang populer
di Indonesia aantara lain siluman, jin, genderuwo, banaspati, dan
semacamnya. Mereka adalah keberadaan tak kasat mata dengan

!54 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

kesadaran yang rendah, namun bisa punya kecerdasan tinggi yang


termanifestasi dalam kelicikan, dan kekuatan supranatural yang
bervariasi.
Pada dasarnya, mereka juga berada di Bumi sebagai bagian dari
proses evolusi menuju kesadaran yang lebih murni. Tetapi karena
mereka juga punya free will dimungkinkan mereka berbelok dari misi
utama kehidupannya. Sikap dasar kita pada mereka adalah mengasihi
dan menghargai eksistensi mereka sebagai sesama penghuni Bumi.
Bahkan jika mereka membutuhkan dan membuka diri, kita bisa
mengalirkan energi guna menaikkan mereka ke level kesadaran dan
vibrasi energi yang lebih tinggi. Tetapi jika kemudian mereka
melakukan tindakan destruktif, menjadi wajar bagi kita untuk bersikap
tegas termasuk dengan melebur keberadaan mereka agar mengalami
siklus kehidupan baru.
Keberadaan makhluk astral atau entitas dimensi bawah ini, ada
di banyak kategori tempat. Di kawasan yang sepi apakah itu hutan,
gunung, lautan, mereka bisa membentuk koloni atau kerajaan. Tetapi
seringkali mereka juga berada di tempat keramaian bahkan di tempat-
tempat yang tak terduga seperti tempat peribadatan. Menyangkut yang
terakhir ini, semua terjadi dalam kerangka hukum tarik menarik.
Mereka bisa datang ke tempat yang tak terduga tadi karena tertarik
atau diundang oleh oknum manusia yang ada di sana.
Di Indonesia, banyak praktik yang membuat manusia terjerat
oleh para makhluk astral atau entitas dimensi bawah. Misalkan praktik
pesugihan yang memanfaatkan kekuatan mereka untuk mendatangkan
kekayaan. Nyatanya, tak ada bantuan dari mereka yang gratis – jasa
mereka mesti dipertukarkan dengan energi murni dalam skema
penumbalan. Hasrat manusia untuk memiliki kekuatan supranatural
agar bisa dihormati, punya kekuasaan dan pengikut, juga menjadi jalan
terjebaknya manusia oleh para makhluk astral/entitas alam bawah.
Kadang para praktisi supranatural memakai kemasan saintifik atau

Setyo Hajar Dewantoro !55


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

jubah spiritual, tapi pada dasarnya mereka menggunakan kekuatan


hasil kolaborasi dengan makhluk astral/entitas dimensi bawah.
Ada dua sosok legendaris di Indonesia yang seringkali diduga
sebagai siluman atau entitas alam bawah: Eyang Semar dan Kanjeng
Ratu Kidul. Padahal, Eyang Semar sejatinya adalah salah satu sesepuh
di kalangan para dewata/sanghyang, dengan kesadaran yang sangat
tinggi. Sementara yang sering disebut sebagai Kanjeng Ratu Kidul
adalah seorang Dewi/entitas cahaya yang memang mengemban misi
menjaga keselarasan di Bumi yang dalam tradisi Tibet disebut sebagai
Dewi Tara Hijau. KRK ini sering dikaitkan dengan dua sosok lain
yang sebenarnya tidak terkait: Nyi Roro Kidul dan Nyi Blorong.
Kedua sosok ini ya memang betul siluman, dengan tingkat kesadaran
berbeda jauh dengan Kanjeng Ratu Kidul. Nyi Blorong memang
secara terbuka menawarkan kekuatan dan kekayaan dalam skema
penumbalan, dan dia sering ditemui oleh para praktisi supranatural.
Sementara Nyi Roro Kidul sering menyanar sebagai KRK dan pada
akhirnya membuat terjebak orang-orang yang kurang murni jiwanya
dan penuh obsesi.
Di kawasan lain, seperti Eropa, Afrika, China dan India, tentu
saja punya ciri khas tersendiri berkaitan dengan makhluk astral/entitas
alam bawah yang berada di sana. Yang unik, Eropa yang telah
berkembang maju berlandaskan gerakan renaissance, sejauh yang saya
bisa deteksi, punya tempat-tempat tertentu yang justru menjadi pusat
dari eksistensi entitas dimensi bawah. Umumnya tempat-tempat ini
menjadi angker, dan orang yang peka bisa merasakan
ketidaknyamanan ketika berada di situ. Di dunia Barat, sosok yang
sering dianggap sebagai kekuatan gelap padahal bukan, adalah Lucifer.
Namanya sering dikaitkan dengan ritus yang gelap dan kejam, yang
membuat manusia punya kekuatan iblis. Padahal, Lucifer yang
sesungguhnya adalah sosok malaikat yang misinya menebar sinar
kesadaran. Dan sosok yang mengaku sebagai Lucifer lalu menjadi icon
bagi para pemuja kegelapan (baca: angkara murka), benar-benar tak

!56 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

ada kaitannya dengan Lucifer yang asli. Lucifer menjadi korban fitnah
yang keji sebagaimana KRK di Indonesia.

Personifikasi Energi dan Kesadaran Bumi


Dalam perspektif spiritual, Bumi bukan sekadar benda fisik. Di
balik keberadaan Bumi, terdapat personifikasi dari energi berkarakter
feminin yang dijuluki Ibu Bumi, Ibu Pertiwi, atau Gaia. Dalam tradisi
Yunani, Gaia dinyatakan sebagai dewi perwujudan dari bumi. Dalam
tradisi Romawi, Gaia dikenal dengan nama Terra/Tellus. Ibu Bumi
merupakan entitas cahaya yang mengalami proses evolusi menuju
kesempurnaan, dan dinamikanya sebagai satu jiwa sangat tergantung
pada keadaan Bumi. Saat Bumi dilukai melalui eksploitasi yang
serampangan dan dilandasi keserakahan, maka Ibu Bumi akan
merasakan kesedihan sebagaimana seorang Ibu yang berhadapan
dengan anak-anaknya yang durhaka. Padahal, sikap dasar dari Ibu
Bumi adalah memberi. Dialah yang berada di balik pelimpahan
anugerah kepada manusia sehingga mereka bisa hidup di Bumi dan
menjalani proses pembelajaran menuju kesempurnaan jiwa.
Tradisi spiritual Nusantara mengarahkan agar setiap pribadi
yang tinggal di Bumi, bisa menghormati Ibu Bumi yang menjadi asal
dari tubuh mereka – karena tubuh fisik yang membungkus jiwa
memang berasal dari 4 elemen yang dilimpahkan Sang Ibu Bumi.
Lebih dari itu, prinsip hidup yang mesti dipegang oleh penghuni Bumi
adalah hamemayu hayunining bawana, membuat jagad raya (terutama
Bumi) yang sejatinya indah menjadi semakin indah.
Berbagai upacara tradisional di Nusantara, diselenggarakan
sebagai bentuk penghormatan kepada Bumi dan energi feminin yang
berada di balik realitas fisik Bumi. Intinya, melalui upacara itu manusia
dibimbing untuk hidup dalam harmoni dengan Bumi dan Ibu Bumi.
Bumi sesungguhnya memang dipersilakan untuk dikelola manusia
termasuk dalam konteks mengolah segala hasil bumi untuk
keberlangsungan hidup dan kemakmuran manusia. Namun catatan

Setyo Hajar Dewantoro !57


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

pentingnya, semua dilakukan secara sewajarnya tanpa keserakahan,


dan dalam prosesnya diselenggarakan dengan tetap memberi
penghormatan kepada Sang Ibu Bumi dalam bentuk penghormatan
yang sewajarnya diberikan kepada seorang Ibu.
Saat ini, seiring dengan perubahan yang terjadi di Bumi, Ibu
Bumi juga terus mengalami revolusi kesadaran menuju kesadaran yang
semakin tinggi dan murni. Peningkatan kesadaran Ibu Bumi, terkait
dengan gerakan peningkatan kesadaran yang tengah dilakukan
manusia. Realitasnya memang terjadi hubungan saling mempengaruhi
dan saling menguatkan, antara Ibu Bumi dan manusia-manusia yang
berkesadaran luhur.

Penjaga Kesetimbangan di Bumi


Setiap pulau, benua, sungai, danau, lautan, dan berbagai tempat
yang dianggap wingit, memiliki entitas penjaga kesetimbangan yang
dalam Bahasa Jawa dijuluki Danyang. Danyang ini ada yang maskulin,
ada pula yang feminin. Mereka adalah entitas tak kasat mata yang
mengemban tugas itu sebagai bagian dari proses evolusi jiwanya
menuju kesempurnaan. Laku orang Jawa, dalam kerangka hamemayu
hayuning bawana, menempatkan para danyang itu sebagai sosok yang
selayaknya dihormati sebagai tuan rumah. Maka, setiap mendatangi
tempat apapun, selalu dilakukan penghormatan kepada para danyang
baik secara verbal maupun secara simbolik dengan menggunakan
uborampe tertentu.
Para danyang ini, jika dihitung, jumlahnya banyak sekali.
Terutama di kawasan yang memang masih memiliki banyak tempat
wingit. Sebagai ilustrasi, jumlah danyang di Bali, ternyata jauh lebih
banyak ketimbang di Sumatra padahal Bali kalah luas ketimbang
Sumatra. Pada praktiknya, para danyang ini tak selamanya memiliki
peran efektif dalam menjaga kesetimbangan, terutama ketika manusia
sendiri memilih untuk berada dalam kebodohan spiritual dan angkara
murka. Jadi sangat dimungkinkan Bumi dan beragam tempat di

!58 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

dalamnya, seperti sungai, danau, lautan, mata air, hutan, gunung, bisa
dirusak oleh manusia. Para danyang ini memang bukan eksekutor
untuk menghukum langsung manusia atas perbuatan destruktif
mereka. Yang sering terjadi mereka sebatas memberi peringatan agar
manusia tidak bersikap sembarangan karena itu bisa merugikan
manusia sendiri. Tapi jika manusia memilih untuk mengabaikan
peringatan ini ya tetap bisa, dengan resiko pada akhirnya, terjadi
penyelarasan secara massif oleh Bumi melalui bencana dalam
berbagai bentuknya.
Sejauh saya mengerti, mereka yang menjadi para danyang,
tingkat kesadarannya relatif bagus, jiwa mereka mepresentasikan
kebajikan dan kewelasasihan meski belum tererahkan secara spiritual
Tetapi, manusia bisa membantu menaikkan level kesadaran mereka.
Saat ini, pada umumnya danyang yang bekerja di berbagai tempat di
Nusantara, telah mengalami peningkatan kesadaran cukup signifikan,
dan ini pasti akan berpengaruh konstruktif terhadap upaya
penyelamatan bumi dan peningkatan kesadaran manusia secara
kolektif.
Dikaitkan dengan dimensi, para Danyang ini hidup dimensi
9-11. Mereka tetap ada di Bumi tetapi pada dimensi yang lebih tinggi
atau lebih halus kepenjalan (density)nya.

Portal Energi di Bumi


Di Bumi, ada tempat-tempat tertentu yang menjadi
penghubung antar dimensi. Tempat inilah yang saya maksudkan
sebagai portal energi. Berada di portal energi membuat kita lebih
mudah terhubung dengan atau memasuki dimensi yang lebih tinggi.
Dalam tradisi Nusantara, portal energi ini biasanya dijadikan sebagai
Mandala atau Pusat Manajemen Energi Spiritual, dengan keberadaan
candi sebagai penandanya.

Setyo Hajar Dewantoro !59


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

Sejauh yang saya mengerti, portal-portal energi utama berada di


gunung atau sekitar gunung. Di Indonesia, portal paling purba dan
paling kuat, ada di Gunung Lawu dan Gunung Toba/Mahameru.
Tetapi pada dasarnya, portal energi itu ada juga di berbagai gunung
lain di Indonesia. Portal energi ini tentu saja juga ada di negara-negara
lain seperti di Stone Hang Inggris, Mancu Pichu di Peru, Gunung
Himalaya di India dan semacamnya.
Selain keberadaan portal energi yang natural, terdapat juga
portal energi buatan. Warisan nenek moyang manusia yang berfungsi
sebagai portal energi ini berbentuk candi dan piramid. Semua candi
yang dibangun di Indonesia, pada umumnya berada di portal energi
natural, sekalipun tingkat kekuatannya berbedap-beda. Para arsitek
dan pembangun candi itu tahu persis dimana terdapat portal energi,
karena mereka membangun candi tidak hanya dengan mengandalkan
teknologi tapi juga mengandalkan kecerdasan spiritual. Tempat-
tempat yang didiami oleh orang tercerahkan, atau sering dijadikan
sebagai tempat meditasi, pasti juga bertransformasi menjadi portal
energi. Semakin intensif meditasi dilakukan di situ oleh orang yang
kesadarannya semakin tinggi juga, akan semakin kuat portal energi
yang terbangun.
Portal energi ini, secara lebih jelas, selain berguna menjadi
saluran khusus agar manusia bisa terhubung dengan para entitas
cahaya, guru suci dan jiwa-jiwa agung yang tercerahkan sehingga
mendapatkan bimbingan dan pemberkatan dari mereka, juga bisa
didayagunakan untuk mengefektifkan upaya pemberkatan atau
penyebaran energi kasih murni dalam rangka menata keselarasan
energi Bumi dan jagad raya. Terhubung dengan portal-portal energi
membuat energi yang tersebuar mengalami proses konsolidasi dan
penguatan dampak.
Pada saat ini, salah satu misi yang perlu dilakukan para pekerja
cahaya adalah mengaktivasi portal-portal energi yang sebagian
memang tertutup. Penyebab tertutupnya portal energi, pertama,

!60 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

adalah perilaku orang-orang yang datang ke sana dengan niatan tidak


murni, obsesif dan mengandung keangkaramurkaan yang
menyebabkan terbentuknya selubung energi yang tidak selaras. Kedua,
ada orang yang sengaja menutupk portal energi itu agar tidak bisa
dipergunakan dalam rangka mengakselerasi peningkatan kesadaran
kolektif.

Evolusi Bumi
Selama milyaran tahun, Bumi berevolusi sehingga menjadi
Planet yang nyaman dihuni oleh manusia dan berbagai makhluk
lainnya. Setelah melewati berbagai fase perubahan besar yang
mendorong kepunahan sebagian penghuninya, Bumi semakin
memasuki fase stabilitas. Maka, dalam perspektif pembelajaran bagi
jiwa, Bumi menjadi salah satu tujuan favorit bagi jiwa-jiwa untuk
belajar bertumbuh bahkan meraih loncatan quantum kesadaran. Bisa
ditangkap, bahwa Bumi ada dalam satu rancangan agung untuk
menjadi “sekolah utama” bagi jiwa yang sedang berevolusi menuju
kesempurnaan.
Saat ini, sejauh saya mengerti melalui penyelaman keheningan,
Bumi tengah melanjutkan evolusinya. Evolusi kali ini mengarahkan
Bumi menjadi semakin spiritual. Bumi tengah bergerak naik secara
vibrasi, bergeser dari keadaannya sebagai Planet 3D menuju 5D. Ini
adalah tentang merealisasikan potensi Bumi menjadi tempat surgawi,
tempat yang penuh cahaya bagi jiwa-jiwa yang berkesadaran cahaya.
Jika kita tinjau sejauh mana evolusi ini telah berjalan, saya bisa katakan
bahwa saat ini Bumi ada di titik pertengahan menuju 4D, setelah
sampai 4D baru bergerak lagi ke 5D. Dan ini tampaknya akan
memakan waktu puluhan tahun.
Apa makna dari perubahan ini? Apakah Bumi kemudian
kehilangan karakter fisikalnya sehingga menjadi planet eterik? Apakah
Bumi akan tak bisa lagi dilihat dengan pendekatan inderawi karena
sudah bergeser frekuensi vibrasinya? Apakah juga, para penghuninya

Setyo Hajar Dewantoro !61


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

yang tak bisa menyesuaikan diri menjadi entitas 5D kemudian akan


mengalami kemusnahan?
Sejauh saya mengerti, mirip dengan yang terjadi pada
transformasi tubuh manusia, bukan berarti Bumi kehilangan karakter
fisikalnya. Tetapi Bumi hanya membuka kunci yang semula membuat
dirinya terus tertahan di 3D tanpa bisa merealisasikan lapisan
keberadaannya yang lebih halus. Jadi, secara praktis, Bumi tetap punya
sifat fisikal sebagai Planet 3D, tapi vibrasinya yang bergeser menjadi
makin lembut dan secara visual Bumi semakin berkilau karena
memancarkan cahaya.
Dengan keadaan di atas, maka penghuni Bumi akan semakin
mudah mengalami loncatan kesadaran dan juga bertransformasi ke
Tubuh 5D ke atas. Dalam bahasa lain, Bumi akan semakin banyak
dihuni oleh mereka yang berkesadaran luhur, merepresentasikan
karakter sebagai entitas cahaya. Dalam waktu dekat, Bumi memang
akan dihuni oleh orang-orang berkesadaran tinggi atau tercerahkan
dalam jumlah yang melimpah.

Nasib Bumi Ke Depan


Apakah terkait dengan proses evolusi bumi menjadi Planet 5D
kemudian bakal diiringi oleh bencana katastropik atau bencana dalam
skala besar yang meluluhlantakkan peradaban? Dalam kesadaran
pribadi, perubahan dalam konteks spiritual tidaklah mesti berdarah-
darah. Ascension atau naiknya vibrasi Bumi tidaklah harus berjalan
kasar dan membuat kehancuran massif. Jadi, jika evolusi ini berjalan
natural, semua akan seperti kenaikan vibrasi tubuh manusia yang tidak
membawa kehancuran apa-apa.
Nah, ancaman bencana katastropik justru datang akibat ulah
manusia sendiri yang selama ini banyak mengumbar angkara murka.
Teknologi yang dikembangkan sedemikian rupa tanpa landasan
kebijaksanaan, tapi dipadu dengan keserakahan dalam model ekonomi

!62 SUWUNG - The Science of Truth


Bumi Surgawi

kapitalistik, itulah yang merusak tatanan energi di Bumi dan


memungkinkan terjadinya bencana. Demikian juga kecenderungan
manusia untuk menjadi intoleran, senang berkonflik, mau menang
sendiri dan penuh hasrat menguasai pihak lain, akan bermuara pada
perang hebat yang menghancurkan peradaban manusia sendiri.
Jadi, bisa saja memang peradaban manusia di Bumi hancur
tetapi itu adalah manifestasi dari hukum timbal balik, manusia sendiri
yang menyebabkannya. Jika kecenderungan perilaku manusia selama
ratusan tahun ini tidak diubah, tentu saja prediksi bencana katastropik
sekaligus konflik yang menghancurkan bisa terjadi. Tetapi justru
orang-orang berkesadaran tinggi banyak dilahirkan di era ini untuk
mengubah arus di atas. Ada rancangan agung tentang Bumi yang perlu
direalisasikan, maka para entitas cahaya dan jiwa-jiwa agung yang tetap
berada di dimensinya, bekerja sungguh-sungguh menyelamatkan
Bumi bekerjasama dengan mereka yang memilih terlahir kembali
menjadi manusia di Bumi.
Tanpa revolusi kesadaran spiritual, memang sangat besar Bumi
mengalami bencana katastropik karena secara energi maupun secara
fisik Bumi dirusak habis-habisan oleh manusia. Dalam pengukuran
pribadi, di tahun 2012 kualitas Bumi secara eterik ada di 31%, berarti
memang Bumi banyak mengalami kerusakan di tataran energi. Tahun
2019 awal, angkanya bergerak ke 35% yang menunjukkan ada
perbaikan signifikan pada tatanan energi Bumi. Dan di tahun 2021
awal– kualitas Bumi secara eterik turun lagi ke 30%. Di 2022 awal,
kualitas Bumi secara eterik ada di posisi 33%. Lalu secara fisik, tingkat
kesehatan Bumi pada 2012 ada di angka 11%, artinya Bumi sangat
rusak. Kerusakan itu mencakup gundulnya hutan, terkotorinya danau,
sungai dan lautan oleh limbah peradaban manusia, polusi udara, juga
rusaknya lapisan ozon. Pada tahun 2018 awal, tingkat kesehatan fisik
Bumi ada di 10%. Dan pada tahun 2019 awal, tingkat kesehatan Bumi
ada di angka 11%. Lalu pada tahun 2022 angkanya adalah 8%. Bumi
memang mengalami ancaman besar untuk rusak parah. Justru

Setyo Hajar Dewantoro !63


Bagian Pertama: Menyingkap Rahasia Jagad Raya

keberadaan orang-orang yang tercerahkan secara spiritual adalah


untuk bekerja memulihkan bumi, menyembuhkannya dari segala
kerusakan yang dibuat para manusia serakah. Hanya dengan cara itu,
peradaban di Bumi bisa dihindarkan dari kemungkinan bencana
katastropik.


!64 SUWUNG - The Science of Truth


!

Bagian Kedua

MENYINGKAP RAHASIA
JIWA

1
ASAL-USUL JIWA

Poros perbincangan kita dalam buku ini adalah tentang Jiwa.


Inilah keberadaan di dalam tubuh manusia yang tidak terbatas oleh
ruang dan waktu sebagaimana tubuh. Saat tubuh lebur dan 4 unsur
tubuh kembali ke asalnya lewat proses kematian – dimana unsur tanah
kembali kepada tanah, api kembali kepada api, air kembali kepada air
dan udara kembali kepada udara – jiwa tetaplah ada dan hidup. Jiwa
adalah satu keberadaan atau pribadi unik yang merupakan
pengejawantahan dari Sang Sumber Hidup yang dijuluki juga sebagai
Sang Suwung. Masing-masing jiwa bisa menjadi berbeda karena
menangkap satu pola dari kemungkinan berjumlah tak terhingga, yang
keseluruhannya merefleksikan realitas Sang Sumber Hidup yang tanpa
batas. Setiap jiwa merealisasikan karakter Sang Sumber Hidup pada
pola dan tingkatan yang berbeda.
Sejak pertama kali ada, jiwa menjalani kehidupan dalam
berbagai dimensi keberadaan dan lakon kehidupan. Tubuh yang
membungkus jiwa, tempat dan dimensi yang menjadi panggung bagi
lakon sang jiwa, terus berubah dan berganti. Semua terjadi sebagai
proses evolusi Sang Jiwa menuju tataran sempurna. Kesempurnaan
Sang Jiwa terjadi manakala merealisasikan secara utuh karakter dari
Sang Sumber Kehidupan. Dalam bahasa kesadaran, ini adalah keadaan
saat Sang Jiwa mengalami kesadaran murni. Dalam perspektif lain
berarti mencapai pencerahan total dan mengalami kemenyatuan
dengan Sang Sumber Hidup: merasakan dengan nyata realitas diri
yang melingkupi segala yang ada. Inilah yang didalam khazanah
Asal-Usul Jiwa

pengetahuan spiritualitas Jawa disebut “bali marang sangkan paraning


dumadi – kembali kepada asal mula kejadian”.
Jiwa yang menjadi isi tubuh, yang telah ada sebelum tubuh ada
dan tetap ada setelah tubuh tiada, memiliki banyak penamaan di
berbagai tradisi. Jiwa sepadan dengan kata Sukma dalam Bahasa Jawa,
Atma dalam Bahasa Sanskerta, Soul dalam Bahasa Inggris, Nafs dalam
Bahasa Arab. Ini tentang realitas atau keberadaan yang di satu sisi
memiliki karakter kekekalan sebagaimana Sang Sumber Hidup karena
ia adalah cerminan dari Sang Sunber Hidup itu sendiri, tetapi ia juga
sekaligus berbeda dari Sang Sumber Hidup karena keadaan yang
melingkupinya selalu berubah. Jwa bisa mengalami suka duka, bisa
menderita dan bahagia.
Evolusi yang termanifestasi dalam berbagai lakon kehidupan,
sesungguhnya berorientasi membawa jiwa melampaui suka duka atau
derita dan bahagia yang dipengaruhi keadaan eksternal menuju
Kebahagiaan dan Kedamaian Sejati yang muncul saat Kasih Murni
tumbuh sempurna. Ini adalah tentang merealisasikan karakter dasar
dan utama dari Sang Sumber Hidup yang melandasi keberadaan dan
gerak jagad raya dengan segala isinya. Saat jiwa kembali menjadi
selaras sepenuhnya dengan esensi keberadaannya yaitu Sang Sumber
Hidup, saat itulah evolusi jiwa berakhir. Jiwa mencapai
kesempurnaannya.
Esensi keberadaan jiwa yang pada dasarnya adalah personalisasi
atau pempribadian dari Sang Keberadaan yang Tanpa Batas, sebagai
Kecerdasan dan Kebijaksaan Tertinggi di dalam diri, dijuluki juga
dengan berbagai nama: Sukma Sayekti/Guru Sejati/Dewa Ruci dalam
Bahasa Jawa, Atman dalam bahasa Sanskerta, Spirit dalam Bahasa
Inggris, Roh Kudus jika mengadopsi tradisi Semitik. Jiwa/Soul dan
Sukma Sejati/Spirit punya keterkaitan atau hubungan yang unik. Di
satu sisi kedua realitas ini ada dalam kesatuan, tetapi pada sisi lain
keduanya terpilah dan berbeda. Jiwa/Soul yang telah menempati raga
hingga memiliki kesadaran ragawi (baca: memiliki nalar/pikiran), bisa

Setyo Hajar Dewantoro !67


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

berselisih atau memilih melawan kehendak dan gerak dari Sukma


Sejati/Spirit. Inilah pangkal dan akar keterjatuhan jiwa dalam
ketidaksadaran dan penderitaan. Perjalanan spiritual sesungguhnya
adalah proses perjuangan Sang Jiwa untuk bisa selaras sepenuhnya
dengan Sang Sukma Sejati/Spirit yang merepresentasikan keberadaan,
kehendak dan kebijaksanaan dari Sang Sumber Hidup. Saat Sang Jiwa
menyatu sepenuhnya dalam kehendak dan gerak dari Sukma Sejati/
Spirit, itulah akar dari kesempurnaan jiwa dan tercapainya kebahagiaan
yang sejati.

Proses Terbentuknya Jiwa


Pada mulanya yang ada adalah kekosongan absolut. Orang-
orang tua di Jawa menyebutNya sebagai Hyang Suwung, sementara di
Bali menyebutNya sebagai Hyang Embang. Ini bukan kekosongan
tanpa isi, tetapi bersama kekosongan itu ada Energi Murni dan
Kesadaran Murni. Energi Murni terus memancar dari Kekosongan
Absolut, terus menerus menjadikan segala yang ada dan
memperbaharuinya. Energi murni ini terus menerus bermanifestasi
menjadi benih materi dan selanjutnya terbentuklah materi yang
berkembang menjadi makin kompleks. Sementara pada realitasNya
sebagai Kesadaran Murni, Hyang Suwung juga terus menerus
bermanifestasi menjadi entitas-entitas berkesadaran baru dengan
tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Ringkasnya, proses penciptaan
jagad raya dan penghuni jagad raya berjalan terus tiada henti.
Jiwa manusia, adalah salah satu manifestasi Hyang Suwung. Ia
terbentuk secara bertingkat: semula mengada di dimensi cahaya
(kasanghyangan/kadewatan) lalu mengada di bumi (dimensi materi).
Di dimensi cahaya, jiwa manusia sejatinya adalah entitas yang
terbentuk dari pertemuan energi maskulin feminin - di mana dalam
proses ini energi dan kesadaran murni mengalami ledakan hingga
bertaut dan bersenyawa dengan materi yang paling halus (kita
menyebutnya Akasha/materi langit/ether). Dalam keadaan ini, jiwa

!68 SUWUNG - The Science of Truth


Asal-Usul Jiwa

terbentuk sebagai entitas tersendiri yang bertubuh cahaya dengan


tingkat kesadaran tertentu.
Ringkasnya, di dimensi cahaya ada jiwa-jiwa yang membentuk
hierarki sesuai tingkat kesadarannya. Pada hierarki tertinggi terdapat
jiwa yang paling murni, paling merepresentasikan karakter dari Sang
Sumber (Hyang Suwung). Sementara sebaliknya yang ada di hierarki
terbawah adalah jiwa-jiwa yang kesadarannya lebih rendah karena
kurang murni. Kekurangmurnian ini terkait dengan proses
kejadiannya yang memang ada di sekuen yang semakin jauh dari
proses pembentukan jiwa perdana. Namun, setiap jiwa yang telah
menjadi pribadi tersendiri ini langsung berada jalur evolusi, semua
dalam dorongan untuk bergerak dan bertransformasi menuju
kemurnian sebagaimana Sang Sumber (bali marang sangkan paraning
dumadi).
Dengan menjadi manusia, jiwa mengalami proses manifestasi
berikutnya. Mereka bersenyawa dengan 4 unsur bumi dan mulailah
memiliki tubuh materi. Energi Murni/Kesadaran Murni/Roh Kudus/
Atman yang semula dibungkus tubuh cahaya kini memiliki tubuh
material. Maka kesadarannya bergeser karena sekarang dipengaruhi
bahkan dibatasi perangkat materialnya: otak. Dengan tubuh baru, sang
Jiwa bisa "lupa" akan asal usul dan kesadaran terdahulu. Pembelajaran
spiritual sejatinya adalah proses kita kembali pada kesadaran sebagai
entitas cahaya, dan lebih jauh, kembali pada kesadaran sebagai Sang
Suwung. Sekali lagi, inilah arti dari Bali Marang Sangkan Paraning
Dumadi.

Jiwa Manusia
Jiwa adalah entitas berkesadaran dengan keunikan karakter.
Meski semua Jiwa adalah manifestasi dari Sang Sumber Hidup, tapi
masing-masingnya merupakan satu pribadi atau individu yang
berbeda. Yang hendak kita bicarakan berikutnya adalah proses
pembentukan jiwa manusia. Sejauh bisa ditelusuri, dari sekitar 7,5

Setyo Hajar Dewantoro !69


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

milyar manusia saat ini, proses pembentukannya ternyata memang


berbeda-beda. Jiwa manusia pada mulanya terbentuk sebagai hasil
"penyatuan dan persenyawaan" antara Kesadaran Murni/Roh Agung
Semesta sebagai isinya, dan partikel lembut yang ada di jagad raya ini
sebagai wadahnya. Ada jiwa yang sejak semula punya kesadaran tinggi
karena merealisasikan karakter ketuhanan dengan cukup utuh. Inilah
jiwa manusia yang keberadaannya untuk pertama kali ada di dimensi
k a d e wa t a n / k a s a n g hy a n g a n . M e r e k a b e r a d a d i d i m e n s i
kasanghyangan/kadewatan dengan tingkat kesadaran berbeda-beda,
dan masing-masingnya masuk dalam gerak semesta: berevolusi
mencapai kesempurnaan jiwa. Mereka telah ada sebelum universe
yang kita kenal ini ada. Dalam bahasa lain, jiwa-jiwa di alam
kasanghyangan ini telah ada sebelum peristiwa big bang yanng
menjadi permulaan kejadian universe yang kita tempati, sekitar 13,5
milyar tahun silam.
Sebagai bagian dari gerak evolusi, jiwa-jiwa yang semula ada di
dimensi kasanghyangan/kadewatan turun atau menjelma sebagian
manusia penghuni Bumi. Mereka yang semula bertubuh halus atau
bertubuh cahaya, bertransformasi menjadi keberadaan dengan tubuh
material dan hidup di dimensi material/alam tengah, maka
terbentuklah apa yang kita kenal sebagai jiwa manusia. Berdasarkan
kesadaran terhadap realitas inilah leluhur Nusantara menyatakan
bahwa manusia adalah “para jawata kang ngejawantah”.
Tetapi tidak semua manusia jiwanya berasal dari alam
kasanghyangan/kadewatan. Ada pula jiwa manusia yang betul-betul
bermula dari keberadaan di bumi dengan tingkat kesadaran yang
terendah. Yang seperti ini, sebelum menjadi manusia harus mengalami
proses evolusi panjang - bermula dengan menjadi amuba hingga
mengalami gerak revolusi ke atas hingga memiliki tubuh yang makin
canggih dan kesadaran yang semakin tinggi. Ada pula manusia yang
merupakan pengejawantahan dari entitas kegelapan – kebalikan dari
entitas cahaya. Dalam bahasa Jawa, manusia kategori ini dinyatakan

!70 SUWUNG - The Science of Truth


Asal-Usul Jiwa

sebagai dermo manungsa. Inilah manusia yang asal mulanya adalah


jiwa yang hidup di alam astral sebagai siluman, iblis dan sebangsanya.
Ada pula manusia yang jiwanya merupakan pendatang dari planet atau
galaksi lain. Inilah yang kita kenal sebagai alien. Mereka mengalami
evolusi di planet atau galaksi masing-masing, lalu pada titik tertentu
berkesempatan untuk berkunjung ke bumi dan memulai kehidupan
baru di Bumi.
Sejauh saya telusuri menggunakan rasa sejati dan membaca
rekaman semesta, jiwa-jiwa yang semula ada di alam kasanghyangan/
kadewatan, telah menjelma atau mengejawantah menjadi manusia
sejak 10 juta tahun yang lalu. Bumi sendiri telah ada sekitar 4,5 milyar
tahun yang lalu. Ini generasi perdana dewa/dewi yang bertransformasi
menjadi manusia. Jumlah penghuni Bumi dari alam cahaya pun
menjadi terus bertambah lewat perkembangbiakan.
Semakin dini jiwa-jiwa dari alam cahaya ini turun ke bumi,
semakin tinggi level kesadaran perdananya. Dan merekalah yang
disebut sebagai The Ancient One. Dan memang tentang sekuen
penjelmaan sebagai manusia ini juga mirip dengan sekuen kejadian
entitas cahaya di alam kasanghyangan/kadewatan. Mereka yang
menjadi generasi perdana entitas cahaya yang turun menjadi manusia
di bumi.
Di Bumi juga ada manusia yang merupakan pengejewantahan
dari entitas kegelapan di Bumi. Mereka mulai muncul sekitar 900 juta
tahun silam, lalu terlahir sebagai manusia setelah para dewa-dewi juga
menjadi manusia dengan tubuh fisik. Prosesnya, jiwa mereka yang
sebelumnya hidup di alam astral dengan tubuh halus juga – tetapi
unsur dominannya adalah api atau air, mengalami transformasi
sehingga memiliki tubuh kasar. Jadi, semakin lama semakin bertambah
jumlah manusia dari alam bawah yang menghuni bumi.
Sementara itu, generasi perdana alien yang menjadi penghuni
Bumi muncul sekitar 600 juta tahun silam, tetapi tetap dengan tubuh
halus. Mereka tetap menggunakan tubuh sebagaimana di asal planet

Setyo Hajar Dewantoro !71


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

atau galaksinya dengan penyesuaian tertentu terhadap keadaan di


bumi. Tetapi kemudian sebagaian mereka melakukan semacam
shifting atau pergeseran secara genetik sehingga tubuh mereka
menjadi sebagaimana tubuh manusia yang kita kenal. Dan kelak di
kemudian hari, mereka juga melakukan rekayasa genetik dengan
mencampur gen mereka dengan gen manusia purba yang ada di bumi.
Ini mulai terjadi sekitar 1 juta tahun yang silam. Terjadi juga
persilangan genetik melalui proses yang secara sederhana kita
mengerti sebagai perkawinan antara ras alien ini dengan para ras
cahaya dan dermo manungsa.
Sementara itu, proses evolusi dari keberadaan di bumi yang
semula berkesadaran rendah sekelas amoeba menjadi jiwa manusia,
berjalan milyaran tahun. Sejauh saya telusuri dari rekaman semesta,
sebelum menjadi manusia sebagaimana kita kenal sekarang, mereka
yang mengalami evolusi dari bawah ke atas ini, terlebih dahulu
menjadi keberadaan mirip manusia sekarang yang kita kenal sebagai
manusia purba. Manusia purba ini telah ada sekitar 10 juta tahun
silam. Volume otak mereka lebih kecil dibandingkan otak manusia
modern, dan secara fisik masih menunjukkan ciri-ciri binatang
primata (monyet, gorila, dan sebagainya). Proses transformasi mereka
menjadi manusia sebagaimana yang sekarang kita kenal, terjadi sekitar
1 juta tahun silam berkat jasa para alien atau pendatang dari planet
dan galaksi lain yang melakukan rekayasa genetik.

Evolusi Jiwa
Proses evolusi yang telah dijalani jiwa manusia, termasuk
kejelasan dari mana asal muasal keberadaannya, menentukan karakter
dan tingkat kesadaran mereka pada kehidupan terkini. Mereka yang
pada mulanya adalah penghuni dimensi kasanghyangan/kadewatan,
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mendalami spiritualitas
yang berorientasi pada pemurnian jiwa. Sebaliknya, manusia dengan
jiwa perdana berada pada level kesadaran yang rendah (baik hasil

!72 SUWUNG - The Science of Truth


Asal-Usul Jiwa

evolusi dari manusia purba, alien maupun dermo menungsa) memang


cenderung lebih sulit untuk menekuni spiritualitas yang esensial
seperti itu.
Namun, berita gembiranya, setiap jiwa darimanapun berasal,
digerakkan untuk meniti satu proses evolusi menuju kesempurnaan.
Tujuan evolusi semua jiwa adalah keadaan saat sang Jiwa bisa masuk
pada kesadaran kemenyatuan yang utuh dengan Sang Sumber
Kehidupan. Memang sesungguhnya, esensi setiap diri dan jiwa adalah
Realitas Ilahi. Tuhan ada sebagai esensi dari segenap keberadaan,
bagaimanapun tingkat kesadarannya. Yang membedakan hanyalah
tingkat potensi dan realisasi terhadap karakter keilahian, ada yang
minimalis dan ada yang maksimalis. Perjalanan spiritual adalah
perjalanan untuk melampaui semua tabir yang membuat realitas
keilahian ini menjadi tertutup.


Setyo Hajar Dewantoro !73


2
PEMBELAJARAN JIWA DI BUMI

Sejak jiwa mengada sebagai satu pribadi yang unik, proses


evolusi menuju kesempurnaan dimulai. Ada banyak lakon dan peran
kehidupan yang kemudian dijalani. Termasuk di antaranya adalah
dengan menjalani hidup di Bumi sebagai manusia. Ya, Planet Bumi
adalah salah satu tempat dimana jiwa bisa belajar dan mengalami
peningkatan kesadaran. Jiwa-jiwa yang terlahir sebagai manusia di
bumi, bisa dikatakan tengah mendapat fasilitas pendidikan yang
memungkinkan mengalami loncatan kuantum kesadaran. Baik
bermula dari entitas dengan kesadaran rendah, maupun dari entitas
dengan kesadaran tinggi, semua berpotensi mencapai keadaan jiwa
murni: kembali menjadi esensi atau kembali menjadi asal mulanya
sebagai Realitas Tanpa Batas.
Maka siapapun kita, perlu mengambil kesempatan ini dengan
menyelami secara mendalam pembelajaran spiritual yang esensial.
Teknisnya, kita belajar untuk menjadi semakin terhubung dengan
Guru Sejati yang bertahta di pusat hati, yang memungkinkan secara
bertahap pikiran, emosi, tubuh energi dan tubuh karma menjadi
makin jernih seiring sirnanya semua distorsi. Ini akan kita dalami saat
masuk ke bagian yang membahas tentang Laku Spiritual. Di bagian ini
terlebih dahulu kita akan membahas bebeberapa isu yang biasa
muncul dalam diskursus filsafat eksistensial.

Mengapa Manusia Ada


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

Ada beragam pandangan tentang mengapa manusia ada dan


terlahir ke bumi. Pandangan yang berlatar relijius pada umumnya
mengkaitkan keberadaan manusia dengan keberadaan Tuhan yang
dipersepsi sebagai satu sosok/persona. Pada konteks ini, muncullah
bahasa: Manusia dicipta oleh Tuhan – atau – Tuhan mencipta
manusia. Lalu mulai muncul pertanyaan, “Mengapa Tuhan mencipta
manusia, atau mengapa manusia dicipta oleh Tuhan?” Selanjutnya,
muncullah ungkapan-ungkapan semacam, “Manusia dicipta untuk
menyembah dan berbakti kepada Tuhan”, “Manusia dicipta karena
Tuhan butuh dikenali”, dan seterusnya.
Sebagian manusia menerima penjelasan ini tanpa penyangkalan
apapun, semua dipercaya sebagai kebenaran karena ia dimunculkan
oleh pribadi-pribadi yang memiliki otoritas dalam struktur keagamaan
dan dianggap merepresentasikan kebenaran dari Tuhan sendiri.
Namun pada saat yang sama selalu ada orang-orang yang memilih
bernalar merdeka. Sebagian yang bernalar merdeka ini memilih
menjadi “atheis” dengan menyangkal keberadaan sosok Tuhan
sehingga pernyataan bahwa manusia dicipta oleh Tuhan juga otomatis
dibantah. Sebagian lagi memilih menjadi “spiritualis” - mereka
mengerti Tuhan bukan sebagai satu sosok tetapi sebagai keberadaan
yang meliputi segalanya sekaligus menjadi sumber dari segala yang
ada, dan dari situ menyatakan manusia sebagai pengejawantahan atau
manifestasi dari Tuhan.
Mari kita menyelami issue ini secara lebih mendalam, dengan
membergunakan baik nalar/logika maupun rasa sejati. Begini, kita
mulai dengan coba mengerti apa arti kata mencipta bagi manusia. Jika
dikaitkan dengan keberadaan manusia sendiri, manusia memang
punya kuasa untuk mencipta atau menjadikan sesuatu yang bisa
dianggap baru. Nah, saat manusia mencipta atau menjadikan sesuatu,
ada dua fakta yang muncul. Pertama, manusia menciptakan sesuatu
yang dia butuhkan, atau dibutuhkan oleh satu komunitas/peradaban
baik dengan motif sosial atau ekonomis. Contoh, manusia membuat

Setyo Hajar Dewantoro !75


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

laptop. Laptop dibuat karena manusia membutuhkan alat bantu untuk


meningkatkan kinerja maupun untuk menghibur diri. Kedua, antara
yang mencipta dan yang dicipta, antara yang membuat dan dibuat,
pasti terpisah. Meski tentu saja, gagasan sang pencipta/pembuat ada
pada barang/benda yang dicipta/dibuat. Contohnya ya antara
manusia dan lapop yang dibuatnya pasti terpisah, karena masing-
masing punya batasan ruang dan waktu sendiri. Tubuh manusia dan
benda yang dibuat bisa terpisah jarak mulai dari ukuran sekian
milimeter hingga ribuan kilometer.
Sehingga, pertama, diasumsikan Tuhan mencipta manusia
karena kebutuhan tertentu seperti “agar Tuhan disembah manusia”
atau “agar Tuhan dikenali manusia”. Kedua, diasumsikan antara
Tuhan dan manusia sebagai ciptaannya itu terpisah. Tuhan
dibayangkan ada di kejauhan sana sedang mengamati manusia yang Ia
telah ciptakan, bersiap memberi hukuman dan hadiah kepada manusia
sesuai tindakan mereka. Secara nalar/logika, pandangan di atas justru
bisa ditemukan kelemahannya. Faktanya, saat berbicara Tuhan, selalu
dinyatakan bahwa Tuhan adalah keberadaan yang tanpa batas, tidak
membutuhkan apapun. Nah, pernyataan-pernyataan di atas justru
mengindikasikan keberadaan Tuhan yang membutuhkan sesuatu dan
terbatasi ruang waktu. Ini justru membatalkan premis sebelumnya
bahwa Tuhan sejatinya tanpa batas dan tidak membutuhkan apapun
termasuk pengenalan dan penyembahan. Kontradiksi inilah yang kita
perlu lampaui. Kita membutuhkan pengertian baru yang lebih akurat
mengenai keterkaitan antara Tuhan dan manusia.
Perenungan mendalam yang memadukan antara nalar/logika
dan rasa sejati, niscaya membawa kita pada pencerahan tentang
perkara ini. Pertama, sadarilah bahwa sejatinya Tuhan adalah
keberadaan yang menjadi sumber segala yang ada dan meliputi segala
yang ada. Ia adalah realitas tanpa batas: tak ada batasan dalam bentuk
apapun, meliputi seluruh ruang dan waktu. Sejatinya Tuhan adalah
kekosongan absolut, kekosongan yang tanpa batas, dan bahwa

!76 SUWUNG - The Science of Truth


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

memang segala yang ada muncul dari kekosongan. Kekosongan


absolut inilah yang dalam bahasa Jawa dijuluki sebagai Suwung.
Suwung hamengku ana. Suwung sayektine sangkan paraning dumadi.
Kekosongan memangku segala yang ada. Kekosonganlah sejatinya
asal muasal keberadaan. Nah, kita perlu memahami terjadinya manusia
sebagaimana kita memahami kejadian jagad raya dan segala yang ada
di jagad raya ini.
Dari kekosongan absolut, selalu memancar energi yang dalam
bahasa sains disebut Dark Energy. Inilah energi yang bertanggung
jawab pada terjadinya ekspansi jagad raya. Dari Dark Energy inilah
terbentuk benih-benih materi yang dalam bahasa sains disebut string
yang pada tahap selanjutnya bermutasi menjadi materi yang lebih
kompleks dan mulai bisa dicerap oleh panca indera. Di dalam benih
materi, juga dalam setiap materi, maka selalu ada keberadaan yang
menjadi sumbernya. Maka dinyatakan pula bahwa sejatinya Suwung
itu menjadi esensi dari segala yang ada dan meliputi segala yang ada.
Jadi, sesungguhnya yang terjadi adalah proses pemanifestasian atau
pengejawantahan terus menerus oleh Sang Suwung atau Kekosongan
Absolut itu menjadi bentuk-bentuk yang terbatasi ruang dan waktu,
dalam beragam rupa, bentuk dan tingkat kompleksitasnya. Manusia
adalah bagian dari keberadaan yang muncul dari gerak spontan Dark
Energy yang terus menerus mengadakan segala sesuatu. Jadi,
kemunculan manusia adalah konsekuensi logis dari karakter Sang
Suwung yang selalu memunculkan sesuatu yang baru, yang secara
sederhana bisa dipahami sebagai perubahan terus menerus dari energi
menjadi materi dan sebaliknya.
Menimbang realitas di atas, maka kita perlu menjauhkan kata
motif atau kebutuhan dari proses kejadian manusia. Sejatinya Tuhan
adalah realitas yang tanpa motif dan kebutuhan dalam proses kejadian
Jagad Raya beserta segala isinya. Yang ada hanyalah proses
pemancararan energi terus menerus, perubahan dari energi menjadi
materi yang terus menerus, dan juga transformasi materi yang terus

Setyo Hajar Dewantoro !77


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

menerus menjadi materi yang lebih kompleks hingga menjadi energi


kembali. Inilah siklus yang terus berlangsung. Ringkasnya, manusia
ada karena demikianlah gerak alami dari Jagad Raya, bukan karena ada
satu sosok Tuhan yang ingin begini dan begitu. Jadi sebenarnya,
pertanyaan mengapa manusia ada atau diciptakan itu kurang relevan
karena itu memproyeksikan proses penciptaan benda-benda oleh
manusia yang didasari motif dan kebutuhan tertentu.
Dan berikutnya, perlu juga dimengerti bahwa antara Tuhan dan
manusia tidak pernah terpisah. Tuhan selalu bersama manusia sebagai
esensi dan keberadaan yang meliputi manusia. Karena pada
kenyataannya Tuhan sebagai kekosongan absolut memang tak pernah
terpisahkan dari segala yang ada di Jagad Raya ini mulai dari amuba
hingga satu galaksi besar. Tuhan menjadi esensi dari semuanya dan
keberadaan yang meliputi semuanya. Pada titik ini, lampauilah gagasan
tentang Tuhan yang ada di kejauhan, atau di singasanaNya, lalu
mengawasi manusia dan siap dengan hukuman atau hadiah bagi
manusia. Mengertilah manusia sebagai salah satu keberadaan di Jagad
Raya telah mengada lewat gerak semesta yang serba spontan, dan
setelah mengada dimulailah proses evolusi manusia menuju
kesempurnaan.
Kehidupan di bumi adalah bagian dari proses evolusi ini. Dan
yang perlu lebih disadari adalah bahwa alur evolusi melalui kehidupan
di bumi, manusia terikat dalam lingkaran suka dan duka. Manusia yang
telah hidup di bumi pada umumnya bisa merasakan kesenangan tetapi
tak pernah langgeng. Dan tak sedikit yang kemudian terjebak dalam
problematika kehidupan yang mendatangkan penderitaan. Maka,
pertanyaan yang lebih penting untuk kita jawab adalah, bagaimana kita
sebagaimana manusia bisa keluar dari lingkaran kesenangan yang tidak
kekal dan terlepas dari jebakan penderitaan?
Selanjutnya, kita bahas kembali tentang makna penting menjadi
manusia di Bumi. Bisa dikatakan bahwa menjadi manusia adalah satu
pencapaian tahap evolusi yang terbilang tinggi. Dengan menjadi

!78 SUWUNG - The Science of Truth


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

manusia kita berpeluang untuk merealisasikan karakter ketuhanan


secara utuh. Sebenarnya, di dalam seonggok batu, satu pohon dan
seekor tikuspun karakter ketuhanan ini ada. Tetapi tingkat evolusi
mereka tidak memungkinkan karakter ketuhanan ini terealisasi secara
utuh. Dengan menjadi manusia, kesempurnaan evolusi bisa terjadi.
Jiwa manusia bisa berada dalam kesadaran kemenyatuan yang utuh
dengan Sumber Segala Keberadaan. Inilah kondisi saat manusia
merealisasikan kesadaran murni dan kebijaksanaan tertinggi. Pikiran
dan tindakan manusia mencerminkan kehendak dan kuasa Tuhan
yang bermuara pada Hamemayu Hayuning Bawana: memperindah
jagad yang sejatinya telah indah. Maka, yang perlu kita jawab bersama
adalah, bagaimana kita mencapai tataran ini?
Dua pertanyaan diatas inilah yang menggerakkan munculnya
berbagai tradisi spiritual. Dalam buku ini, saya sebagai penulis
berupaya menjawabnya secara utuh berangkat dari pengalaman
pribadi.

Latar Kelahiran Manusia di Bumi


Kelahiran kita di bumi saat ini, pada umumnya bukan untuk
yang pertama kali. Sejauh yang saya telusuri dalam keheningan,
perjalanan jiwa saya sendiri, sejak pertama kali menjadi manusia
adalah 10 juta tahun yang silam.
Saya juga menemukan, ada manusia yang baru terlahir menjadi
manusia di Bumi 1000 tahun silam setelah sebelumnya hidup sebagai
binatang. Ada juga yang lebih banyak hidup di planet lain dan baru
kali ini menjadi manusia di Bumi. Mengapa manusia berkali-kali
terlahir di Bumi? Sejauh yang bisa saya tangkap, ada tiga kategori
manusia yang terlahir di Bumi ditinjau dari segi latar kelahirannya.
Pertama, adalah manusia yang memang terikat oleh siklus
reinkarnasi atau kelahiran kembali di Bumi karena tak kunjung
mengalami pencerahan bahkan saat meninggal kesadaran yang diraih

Setyo Hajar Dewantoro !79


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

tidak memungkinkannya untuk naik ke dimensi yang lebih tinggi.


Jumlah yang seperti ini mencapai 90 % dari populasi manusia di
Bumi.
Kedua, adalah manusia yang memilih untuk belajar lagi di Bumi
meski telah berada di dimensi yang lebih tinggi. Meski berada di
dimensi yang lebih tinggi ketimbang dimensi material, mereka belum
mencapai tahap kesempurnaan. Mereka sadar bahwa berada di Bumi
memungkinkan terjadinya akselerasi karena kehidupan di bumi
dengan tubuh material sangatlah kompleks dan bisa menyediakan
peristiwa- peristiwa dramatis yang membuat jiwa terpicu mencapai
pencerahan. Mereka juga memilih terlahir kembali di Bumi untuk
berbagi kesadaran kepada para penghuni Bumi lainnya sekaligus
menjalankan misi penyelamatan Bumi. Jumlah yang seperti ini
mencapai 9,8 % dari populasi manusia di Bumi.
Ketiga, terdapat juga orang-orang yang sebetulnya telah
mencapai pencerahan dengan berbagai tingkatan, mulai dari
pencerahan awal hingga pencerahan paripurna, yang memilih terlahir
kembali ke Bumi untuk berbagi kesadaran dan menjalankan misi
penyelamatan bumi. Kelahiran di Bumi ini merupakan hasil pilihan
sukarela karena sebenarnya mereka bisa memilih untuk hidup di
dimensi yang lebih tinggi yang dalam bahasa Jawa disebut Kahyangan
atau Jagad Kasanghyangan. Jumlah yang seperti ini mencapai 0,2 %
dari populasi manusia di Bumi.
Jadi, latar kelahiran manusia di Bumi ini berbeda-beda. Itu
ditentukan oleh pencapaian di kehidupan sebelumnya. Perjalanan jiwa
setiap manusia di Bumi memang umik, free will membuat manusia
mencapai tingkat kesadaran dengan spektrum yang sangat luas. Latar
kelahiran ke Bumi tergantung dengan tingkat kesadaran di kehidupan
sebelumnya. Memang Sebagian besar manusia terlahir ke Bumi karena
memang benar-benar untuk belajar menyempurnakan jiwa dengan
mencapai tingkat kesadaran yang semakin tinggi. Hidup di bumi
belum bisa melampaui siklus reinkarnasi yang di dalamnya berisi

!80 SUWUNG - The Science of Truth


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

lingkaran suka dan duka. Namun ada sebagian jiwa yang misinya
menjadi satu pilihan karena sebenarnya ada dimensi atau planet lain
yang mereka bisa pilih untuk belajar. Dan ada juga jiwa yang misinya
justru untuk mengajar kepada manusia lainnya, sehingga mereka rela
kembali untuk menjalani suka duka di Bumi karena rasa kasihnya
kepada sesama manusia.

Cara Jiwa Belajar


Setiap jiwa yang terlahir ke Bumi, dengan tubuh barunya
menjalani hidup dengan segenap cerita suka dukanya, dalam rangka
bertumbuh dan mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Semua
mengalami proses sebelum sampai pada titik kematangan/kedewasaan
atau mencapai tataran optimal sesuai potensi dirinya. Bahkan jiwa-jiwa
agung yang turun ke Bumi, yang kehidupan lampaunya sudah
mencapai pencerahan dengan badan yang baru tetap perlu belajar lagi.
Bisa dikatakan yang bersangkutan belajar lagi dari Nol, sekalipun
memiliki data jiwa yang mengandung pengalaman pencerahan.
Namun ia bisa mengalami akselerasi yang melampaui capaian orang
kebanyakan.
Meskipun jiwa tidak membawa banyak jejak karma buruk dari
masa lalu, bahkan ada jiwa yang terlahir dengan tubuh karma yang
benar-benar bersih, tetap saja perlu belajar dari kesulitan hidup
dengan tubuh barunya. Kesulitan hidup adalah semacam kurikulum
yang telah dipilih oleh Sang Jiwa untuk mencapai kesempurnaan pada
kehidupan terkininya.
Bagi jiwa-jiwa yang memiliki jatah menjadi pamomong bagi
banyak orang kesulitan hidup menjadi bekal otentik untuk membantu
dan memomong orang lain. Tetapi ada juga jiwa yang terlahir dengan
membawa jejak perbuatan dari kehidupan masa lalu, berupa jejak
karma buruk yang memenuhi tubuh karmanya. Maka, segenap
kesulitan hidup adalah keniscayaan karena tertarik oleh tatanan energi

Setyo Hajar Dewantoro !81


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

di tubuh karmanya. Dan dari segi pembelajaran, segala kesulitan hidup


itu menjadi pengasah jiwa, pendorong agar jiwa dimurnikan.
Berdasarkan pengertian ini, maka seseorang yang tertipu oleh
orang lain – atau mengalami kesialan/musibah dalam bentuk lain, bisa
punya tiga kemungkinan sebab: pertama, semata-mata karena ia tidak
waspada dan kurang mendengarkan tuntunan dari Guru Sejatinya;
kedua, karena ini adalah pengalaman yang harus dialami sebagai proses
pengayaan khazanah jiwa sebagai bekal untuk menjalankan misi
berbagi kepada banyak orang – dengan kata lain ini adalah kurikulum
yang memang telah dipilih oleh jiwa sebelum lahir ke bumi; ketiga,
memang merupakan buah dari karma buruknya sendiri yang terekam
di tubuh karma. Tetapi, apapun itu, semua jiwa belajar dari segenap
kesulitan hidup yang dialami.
Segala peristiwa hidup, terutama yang dramatis dengan muatan
duka yang ekstrim, menjadi pemicu setiap diri untuk bertumbuh dan
menjadi semakin matang. Dengan suka duka yang dialaminya, jiwa
mengalami transformasi dan meraih kesadaran yang semakin tinggi.
Seiring dengan naiknya tingkat kesadaran, pikiran dan emosi, tubuh
energi, tubuh karma dan tubuh pengetahuan, mengalami purifikasi
atau penjernihan hingga yang menjadi nyata dan mengemuka adalah
tubuh spirit/tubuh kebahagiaaan. Hidup menjadi selaras dengan
tuntunan gerak dari Hingsun/Diri Sejati. Inilah proses Bali Marang
Sangkan Paraning Dumadi.
Menimbang realitas yang demikian, setiap pribadi yang
berkesadaran niscaya memahami kehidupan di bumi sebagai anugerah,
bukan sebagai bencana. Hidup di Bumi tak lagi dimengerti sebagai
ajang pembalasan Tuhan atas dosa-dosa kita, juga bukan sebagai
momen pembayaran hutang-hutang karma kita. Tetapi segala
peristiwa suka dan duka adalah momen pembelajaran bagi sang jiwa
untuk bergerak menuju kesempurnaan. Semua rangkaian peristiwa
hidup yang dijalani sang jiwa adalah manifestasi kasih murni dari Sang
Sumber Hidup. Bahwa semuanya adalah anugerah yang nyata yang

!82 SUWUNG - The Science of Truth


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

patut dirayakan. Apapun yang kita alami, sewajarnya disikapi dengan


penuh rasa terima kasih dan sukacita. Karena dengan semua itu jiwa
terpacu meraih kesadaran murni dan pencerahan.

Data Jiwa
Pada umumnya manusia tidak bisa mengingat perjalanan
jiwanya di masa lalu. Ini yang menjadi alasan sebagian besar orang
tidak begitu saja menerima realitas kelahiran kembali. Di samping ada
juga yang menolak reinkarnasi karena alasan teologis. Tidak semua
agama dengan tegas mewartakan bahwa jiwa tak hanya hidup sekali
tetapi terus mengalami kelahiran di berbagai tempat dan dimensi.
Bahkan sebagian teologi formal dari agama rumpun Semitik, menolak
teori kelahiran kembali atau reinkarnasi.
Saat manusia terlahir di Bumi dengan tubuh material, basis
kesadarannya terletak pada otak. Otak ini semacam mesin utama pada
manusia, bisa dianalogikan dengan himpunan dari processor, RAM
dan Hardisk pada komputer. Bayangkan manusia yang baru lahir
sebagai komputer baru. Maka semua perangkat ragawinya memang
baru, belum pernah dipergunakan. Termasuk otak sebagai harddisk,
tak ada data di sana. Sehingga manusia yang hanya memperhatikan
data pada komponen ragawinya pasti tidak bisa menemukan data jiwa
termasuk cerita segenap perjalanannya di berbagai kehidupan.
Tetapi, manusia bukan hanya punya tubuh ragawi. Manusia
memiliki tubuh halus yang membungkus jiwa, dan tubuh halus ini
berlapis-lapis. Setidaknya ada dua lapisan tubuh halus yang itu
membawa data jiwa: tubuh karma dan tubuh pengetahuan. Tubuh
karma merekam semua jejak perbuatan kita di masa lalu, sementara
tubuh pengetahuan merekam apa yang pernah kita pelajari di masa
lalu. Jejak karma buruk kita ada di tubuh karma, sementara pada
tubuh pengetahuan terdapat segenap kebijaksanaan dan pengetahuan
yang pernah kita miliki.

Setyo Hajar Dewantoro !83


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

Seiring dengan perjalanan waktu, apa yang ada pada tubuh


karma akan termanifestasikan dalam kehidupan saat ini. Pada titik
inilah, ada orang yang bingung, mengapa hidupnya penuh dengan
musibah dan bencana, padahal seingat mereka tidak pernah atau
belum pernah melakukan tindakan yang buruk dan pantas
mendapatkan ganjaran berat.
Padahal yang terjadi memang tidak terkait langsung dengan
perbuatan pada kehidupan saat ini. Melainkan hanya manifestasi dari
kehidupan masa lampau yang datanya terbawa ke kehidupan sekarang.
Jika tubuh karma memang belum sempat dibersihkan pastilah
menarik peristiwa yang frekuensinya sama: yang dalam bahasa Jawa
disebut sengkala. Jadi, kehidupan lampau bisa saja tidak dipercayai,
tapi realitasnya tidak bisa disangkal karena hidup saat ini juga
dipengaruhi oleh kehidupan lampau.
Sementara itu, terkait dengan pengetahuan yang dimiliki jiwa,
ada satu bagian fisik manusia yang memuat data pengetahuan yang
pernah dipelajari jiwa. Itulah tulang ekor. Ada pada chip yang berada
di tulang ekor manusia yang mengkompress data pada tubuh
pengetahuan manusia. Hanya ketika energi kundalini mulai bergerak
secara lancar dan mengalir dari tulang ekor ke otak, rekaman yang ada
di tubuh pengetahuan mulai masuk ke otak. Lewat proses ini,
seseorang bisa mengakses kembali pengetahuan yang memang pernah
dipelajari di masa lalu. Titik resikonya, jika ada ilmu atau pengetahuan
yang destruktif, itu juga bisa terakses kembali. Maka, perlu dipastikan
tubuh pengetahuan dijernihkan dahulu sehingga yang bisa terakses
hanyalah peng etahuan yang relevan deng an kebutuhan
penyempurnaan jiwa pada saat ini.
Realitas dari perjalanan jiwa di berbagai kehidupan, bisa juga
dibuktikan lewat peristiwa Dejavu. Kita bisa merasakan kedekatan
dengan orang tertentu, tempat tertentu, atau peristiwa dan
pengetahuan tertentu, padahal di kehidupan sekarang kita belum
pernah berjumpa atau dekat dengan semua itu. Ini bisa terjadi karena

!84 SUWUNG - The Science of Truth


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

memang jiwa kita yang mengalami kedekatan dengan orang tertentu,


tempat tertentu, peristiwa tertentu dan pengetahuan tertentu, di
kehidupan yang lampau. Dejavu terjadi saat kesadaran ragawi kita
mulai bersentuhan dengan kesadaran jiwa. Saat otak mulai terhubung
dengan rasa sejati dan dengan itu mulai menangkap apa yang pernah
dialami oleh sang jiwa.

Contoh Jejak dari Masa Lalu


Sepanjang menggelar program pembelajaran yang berorientasi
pada penyempurnaan jiwa, saya dan tim menemukan beberapa kasus
unik mengenai kesinambungan masalah dalam berbagai masa
kehidupan. Ini semakin membuktikan bahwa jiwa memang pernah
hidup berkali-kali dengan tubuh berbeda, dan data jiwa selalu terbawa
hingga saat ini, termasuk yang membawa masalah. Jika jiwa belum
mengalami purifikasi lalu meninggal dunia, maka jejak-jejak yang
membuat jiwa keruh pasti terbawa ke kehidupan selanjutnya.
Kasus pertama yang ingin saya ungkapkan, dialami oleh seorang
pembelajar Suwung dari Sumedang. Dalam dua agenda retret yang dia
ikuti, selalu ada momen dimana dia mengalami trance. Dalam kondisi
transce dia melakukan gerakan-gerakan silat. Setelah ditelusuri, dia
memang pernah menjadi seorang senopati dan tinggal di Jawa Barat.
Sebagai senopati dia menguasai ilmu kadigdayan yang melibatkan
unsur kekuatan alam bawah. Ternyata, ini terbawa hingga kehidupan
saat ini. Saat ia mencoba masuk ke dalam kondisi hening, ada celah ia
mengalami trance. Kesadarannya diambil alih oleh kekuatan alam
bawah yang lalu membuat semua ilmu kadigdayan dari masa lalu
muncul ke permukaan. Ditelusuri secara lebih teknis, diketahui bahwa
kejernihan di tubuh pengetahuan hanya mencapai 10%. Berarti
memang tubuh pengetahuannya merekam ilmu-ilmu yang justru
menghambat pencapaian pencerahan dan kemurnian jiwa. Nah,
setelah mengalami penyadaran akan apa yang terjadi, yang
bersangkutan bersedia mendapatkan bantuan untuk memurnikan

Setyo Hajar Dewantoro !85


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

tubuh pengetahuannya dari jejak-jejak ilmu yang tidak relevan dengan


misi hidup saat ini. Saya sebagai pemandupun mengalirkan energi
kepada dia untuk membersihkan tubuh pengetahuannya, sehingga
saat ini tingkat kejernihan di tubuh pengetahuan mencapai 90%. Ini
mengindikasikan ilmu-ilmu kadigdayan yang berakar pada perannya di
masa lalu bisa disirnakan. Sehingga yang bersangkutan bisa lebih
mudah untuk mencapai tujuan tertinggi dari pembelajaran dan laku
spiritual.
Kasus kedua dialami pembelajar perempuan yang menderita
sakit kulit. Sekujur tubuhnya dipenuhi semacam sisik dan luka yang
tentunya membuat sangat tidak nyaman. Kasus ini sudah diobati
secara medis berkali-kali tetapi tidak pernah menemukan solusi.
Setelah yang bersangkutan mengikuti retret, ditemukan akar
permasalahannya di kehidupan lampau. Bahwa yang bersangkutan
dulu pernah hidup sebagai laki-laki dan juga punya peran sebagai
senopati perang. Nah, dalam kaitan dengan tugasnya menyelamatkan
satu daerah, ia belajar menguasai satu ilmu pendayagunaan racun ular,
berkolaborasi dengan ratu siluman ular. Ternyata, ilmu ini tetap
terbawa sampai kehidupan saat ini. Tentu saja, dalam konteks
pencapaian kesempurnaan jiwa, ilmu ini tidak lagi relevan. Dan
dikaitkan dengan hukum sebab akibat, setiap tindakan pasti punya
buahnya jika jejak energinya tak dimurnikan. Maka, menjadi satu
kewajaran yang bersangkutan mengalami sakit kulit yang terkait
dengan ilmu dan tindakannya di kehidupan lampau. Ini adalah
pembelajaran bagi sang jiwa dan pemicu agar yang bersangkutan
bergegas melakukan pemurnian jiwa.
Saat ini kasus yang bersangkutan sedang ditangani. Biasanya
setelah retret atau meditasi bersama, intensitas sakitnya berkurang.
Tapi memang belum bisa pulih betul karena sakit seperti ini perlu
ditangani intensif dan sakit akan sembuh secara bertahap. Tetapi bisa
dideteksi bahwa memang ada harapan sembuh menimbang tubuh

!86 SUWUNG - The Science of Truth


Pembelajaran Jiwa Di Bumi

karma dan tubuh pengetahuan menjadi semakin jernih. Lewat


keheningan, penjernihan jiwa raga pastilah terjadi.
Demikianlah gambaran tentang perjalanan jiwa dari masa ke
masa yang memang saling terkait, meski tubuh sudah berganti. Jiwa
memang selalu belajar dalam setiap fase kehidupan menuju puncak
kesadaran dan kemurnian. Jika ada yang belum tuntas atau keliru di
masa lalu, pasti ada sinyal semesta pada kehidupan sekarang untuk
membereskannya.

Setyo Hajar Dewantoro !87


3
MISI JIWA

Kelahiran di Planet Bumi adalah bagian dari proses evolusi


setiap jiwa menuju kesempurnaannya. Pembelajaran yang telah dialami
setiap jiwa di kehidupan sebelumnya tentu saja berbeda-beda. Itu yang
menentukan apa yang akan dialami dan dipelajari setiap orang dalam
kehidupanya di saat ini. Ini pula yang membuat setiap pribadi selain
punya misi jiwa yang umum juga punya misi pribadi yang unik.
Sekarang kita bahas misi jiwa yang umum dan cenderung sama
pada setiap orangnya. Yang pasti, misi jiwa yang pertama adalah
meningkatkan capaian dalam hal kesadaran dan pencerahan sehingga
jiwa mendekati bahkan meraih keadaan bali marang sangkan paraning
dumadi. Setiap pribadi perlu menyadari capaian di kehidupan
lampaunya dan berupaya meningkatkan pencapaian itu dalam
kehidupan saat ini. Dalam hal ini, orientasi dari pembelajaran setiap
jiwa adalah mencapai kejernihan pada berbagai aspek: tubuh fisik,
tubuh emosi, tubuh energi, tubuh karma dan tubuh pengetahuan.
Misi jiwa yang kedua, dalam terminologi Jawa, dinyatakan sebagai
hamemayu hayuning bawana. Bawana atau jagad raya ini adalah
tempat kita bertumbuh berkembang. Lebih spesifik, kita hidup dan
belajar di Planet Bumi yang menjadi bagian dari jagad raya. Di sini
jiwa mendapatkan segenap unsur yang membentuk tubuhnya: air, api,
tanah dan udara. Setiap saat jiwa yang telah berbungkus badan
material juga mendapatkan pasokan energi udara lewat bernafas,
energi tanah lewat makanan yang mengandung saripati tanah, energi
Misi Jiwa

air lewat minuman, dan energi api lewat limpahan sinar matahari. Kita
semua jiwa-jiwa yang tengah berevolusi menuju kesempurnaan dan
belajar di Bumi, didukung dan diayomi oleh Sang Ibu Bumi – yang
dalam bahasa lain disebut sebagai Ibu Pertiwi, Mother of Earth atau
Mother Gaia. Maka, sewajarnya setiap jiwa ikut melestarikan
keindahan Planet Bumi yang menjadi tempat kehidupan dan
pembelajarannya sekaligus berterimakasih kepada Sang Ibu Bumi yang
telah menjalankan tugas pengayoman kepada semua penghuni Bumi.
Inilah arti dari Hamemayu Hayuning Bawana (memperindah jagat
yang sejatinya telah indah).
Karena kita hidup di bumi maka kita fokus memperindah bumi
yang sejatinya telah indah. Misi kita adalah tempat di mana Bumi bisa
menjadi tempat pembelajaran yang indah bagi jiwa-jiwa yang berhasrat
menemukan kesempurnaan jiwanya. Dan saat kita menemukan Bumi
yang telah penuh luka akibat angkara murka manusia yang lupa akan
misi jiwanya, maka tugas kitalah untuk memulihkan dan
menyembuhkan segenap luka itu.
Dalam bagian selanjutnya, mari kita bahas misi jiwa yang lebih
spesifik. Faktanya, karena setiap pribadi memang terlahir dengan latar
belakang berbeda, masing-masing punya misi spesifik yang perlu
diselesaikan.

Melampaui Ikatan Tumimbal Lahir di Bumi


Terdapat orang-orang yang berkali-kali menjalani kehidupan di
Bumi, selalu berujung dalam keadaan yang mirip. Kategori pertama,
kesadarannya terbilang rendah dan jiwanya keruh, yang membuatnya
harus mengalami fase terjebak di alam astral sebelum masuk ke alam
penantian, dan selanjutnya terlahir di Planet Bumi untuk melanjutkan
pembelajaran. Jumlah yang seperti ini mencapai 60 % dari populasi
manusia di Bumi. Kategori kedua, kesadarannya lebih tinggi dan
jiwanya lebih jernih dibandingkan kategori pertama tetapi belum bisa
masuk atau terlahir di dimensi kehidupan yang lebih tinggi yang dalam

Setyo Hajar Dewantoro !89


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

bahasa Jawa dinamakan jagad kasanghyangan. Mereka yang seperti ini


langsung naik ke alam penantian dan menunggu proses terlahir
kemnbali ke bumi. Jumlah yang berada dalam kategori seperti ini
mencapai 30 % dari populasi di Bumi.
Baik kategori pertama atau kategori kedua, terikat oleh daya
gravitasi atau daya magnetik bumi karena tubuh halus yang
membungkus jiwanya masih penuh dengan residu dari pikiran, emosi
dan tindakan angkara murka. Melalui mekanisme hukum tarik
menarik yang berlaku di dunia materi dan energi, maka jiwa yang
belum murni dan punya kemelekatan yang kuat dengan kehidupan di
Planet Bumi ini dalam bahasa manusiawi, mereka ini belum selesai
pembelajarannya – atau belum lulus – sehingga mau tidak mau harus
belajar atau bersekolah lagi di Bumi.
Saat kembali terlahir ke Bumi, di antara pembelajarannya adalah
mengalami segenap buah dari tindakannya di kehidupan yang lampau.
Dalam terminologi Jawa diungkapkan, “Kabeh sing urip ngunduh
wohing pakarti” – “Semua yang hidup memetik buah dari kesadaran
dan perbuatannya sendiri”. Secara sederhana, segenap pikiran,
perasaan dan tindakan yang egoistik, tidak selaras dengan prinsip
kasih murni, atau dalam bahasa lain mencerminkan angkara murka,
pasti terekam di satu lapisan tubuh halus manusia yang disebut tubuh
karma. Jika satu pribadi tidak tuntas dalam menjernihkannya, maka ia
pasti terbawa saat satu jiwa terlepas dari tubuhnya melalui proses yang
kita namakan sebagai kematian. Dan dalam kelahiran kembali, apa
yang ada pada tubuh karma itu akan terproyeksikan atau
termanifestasikan dalam beragam peristiwa hidup yang oleh manusia
dikatakan sebagai kesulitan dan penderitaan. Tingkat kesulitan dan
penderitaan yang dialami, tentu saja tergantung tingkat kekeruhan jiwa
atau kepekatan residu keangkaramurkaan yang terekam di tubuh
karmanya.
Ini adalah hukum semesta yang tak bisa disangkal atau dihindari
oleh siapapun. Ini terkait dengan hukum timbal balik dan frekuensi

!90 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

energi. Kita memang pasti ngunduh wohing pakarti. Setiap jiwa


menerima segenap buah dari kesadaran dan perbuatan yang terekam
di tubuh karmanya. Peristiwa yang datang dalam kehidupan pasti
sesuai dengan frekuensi getaran energi yang terpancar dari tubuh
halus kita sendiri. Maka, sangat wajar kemudian jiwa seseorang yang di
kehidupan lampaunya belum tuntas dalam menjernihkan jiwa, di
dalam tubuh karmanya masih tersimpan residu dari pikiran, perasaan
dan tindakan yang tidak seleras dengan prinsip Kasih Murni, dalam
kehidupan sekarang pasti mengalami peristiwa-peristiwa yang
membawa derita. Dalam satu sudut pandang, tentu bisa dikatakan ini
sebagai semacam momen pembayaran hutang karma. Tetapi dalam
perspektif perjalanan jiwa, lebih tepat ini dimengerti sebagai momen
penjernihan jiwa dan pembelajaran yang mengantarkan jiwa menjadi
lebih jernih dan dekat dengan kesempurnaannya.
Diurai secara lebih mendetail, pembelajaran yang perlu
dituntaskan oleh orang-orang yang ada dalam kategori ini memiliki
banyak ragam. Ada yang harus belajar untuk mengatasi salah satu dari
problem berikut: kecemburuan, amarah, kebencian, dendam,
ketakutan, keserakahan, sikap hedonis, sikap egoistik atau kecemasan.
Ada juga yang sekaligus harus belajar beberapa issue sekaligus. Dan
tentu saja ada yang harus belajar kesemuanya karena di dalam
kehidupan lampau semua karakter angkara murka muncul dan
meninggalkan jejak di dalam tubuh karma tanpa sempat dijernihkan.
Bagaimana kita bisa mengetahui apa pembelajaran yang
memang harus kita jalani – atau apa problem jiwa yang harus
dituntaskan? Secara umum, orang-orang yang terikat oleh siklus
tumimbal lahir di Bumi dan sedang ngunduh wohing pakarti, belum
akan bertemu dengan pembimbing spiritual yang memandunya untuk
mengerti tentang perjalanan jiwanya. Maka, yang bersangkutan akan
langsung belajar dari peristiwa kehidupan. Orang yang di masa lalu
menonjolkan keserakahannya, akan belajar dengan menjadi obyek
atau korban dari keserakahan orang lain. Orang yang di masa lalu

Setyo Hajar Dewantoro !91


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

sangat menyombongkan harta bendanya, akan belajar dari


kemiskinan, kepapaan dan dinista orang sebagaimana dulu dia
melakukannya kepada orang lain. Orang yang belum selesai dengan
kecemasan dan ketakutan, akan dihadapkan pada peristiwa yang
memaksa dia untuk bisa melampaui itu. Demikianlah realitas
kehidupan yang dijalani setiap pribadi dalam rangka memurnikan jiwa
dan menggenapi pembelajaran guna meraih kebijaksanaan yang
mengantarkannya kepada kehidupan yang semakin selaras.
Tetapi uniknya adalah, setiap pribadi tetap punya pilihan:
pertama, berendah hati, menerima dan belajar dari semua peristiwa
hidup yang penuh kesulitan dan penderitaan itu; kedua, menyangkal
dan tak pernah mau belajar bahkan menambah keruh jiwanya dengan
perbuatan-perbuatan angkara murka yang baru. Tentu saja hasilnya
akan berbeda. Kategori pertama secara bertahap keluar dari fase
hidup yang penuh kesulitan dan penderitaan seiring dengan semakin
murni jiwanya. Dan pasti ada momen ia mendapatkan bimbingan
untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi sehingga pada kehidupan
berikutnya tidak lagi terikat siklus tumimbal lahir di Bumi. Sementara
kategori kedua, seiring dengan penyangkalan dan ketidakmauannya
untuk belajar, jiwanya tetap keruh bahkan semakin keruh. Maka sesuai
dengan hukum timbal balik, akan semakin menarik kesulitan dan
penderitaan yang semakin besar. Jika hingga titik kematian keadaan ini
terus berlangsung, yang bersangkutan akan kembali terjebak ke alam
astral menjadi realitas yang banyak orang menyebutnya sebagai arwah
gentayangan atau jiwa yang tertahan, yang menunggu momen untuk
dinaikkan ke alam penantian dan terlahir kembali di Bumi untuk
mengulangi kembali pembelajaran yang belum dituntaskan.
Berdasarkan uraian di atas, misi jiwa setiap pribadi sangat terkait
dengan kurikulum pembelajaran hidup seperti apa yang belum
dituntaskan – yang terkait dengan melekatnya satu atau beberapa
karakter angkara murka. Maka sangat membantu jika mereka yang ada
dalam kategori terikat siklus tumimbal lahir di Bumi ini bisa mengerti

!92 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

latar perjalanan jiwanya di masa lalu, juga realitas tubuh karmanya


pada saat ini, dan menemukan bimbingan untuk memurnikan tubuh
karma sembari belajar menangkap makna dari setiap benih karma
buruk yang kadung berbuah menjadi kesulitan dan penderitaan hidup.

Menuju Paripurna dan Menjadi Pekerja Cahaya


Di Bumi, terdapat orang-orang yang memang terlahir untuk
mengalami akslerasi peningkatan kesadaran dengan
mempertimbangkan realitas kehidupan yang sangat kompleks di
Bumi. Kehidupan di Bumi penuh dengan drama yang bisa memicu
jiwa untuk mengalami akselerasi dalam proses evolusi menuju
kesempurnaan jiwa. Dalam kasus ini, kelahiran di Bumi bisa dibilang
merupakan pilihan sukarela, dari pribadi-pribadi yang berdasarkan
capaian kehidupan masa lalunya bisa hidup di jagad kasanghyangan.
Ada juga kasus jiwa yang semula hidup di planet lain lalu memilih
untuk melanjutkan evolusi dan pembelajarannya di Bumi. Jumlah
mereka yang seperti ini mencapai 9,8 % dari populasi manusia di
Bumi.
Orang-orang dengan kategori seperti ini, memiliki tingkat
kesadaran yang relatif tinggi dan jiwa yang cukup murni meski belum
mencapai tataran sempurna atau paripurna. Maka, misi kelahiran di
Bumi adalah membereskan apa yang belum tuntas dari kehidupan di
masa lalunya, guna menjadi Manusia Sejati atau Manusia Paripurna.
Pada saat yang sama, mereka juga tergerak untuk terlahir di Bumi
guna terlibat dalam proses penyelamatan bumi dan berbagi tentang
kesadaran kepada orang-orang yang selama ini terjebak dalam ikatan
kelahiran di Bumi.
Sejauh saya bisa telusuri, terkait dengan misi pemurnian diri dan
penyempurnaan jiwa, mereka yang ada di dalam kategori seperti ini,
pada umumnya memang perlu sedikit lagi menjernihkan tubuh
karmanya. Masih ada jejak angkara murka yang perlu diruwat atau
dipurifikasi. Ada pelajaran tentang satu atau beberapa problem

Setyo Hajar Dewantoro !93


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

kejiwaan yang perlu dilampauinya, berupa hal-hal yang sangat


manusiawi: cemburu, ketakutan, kecemasan, kemelekatan pada orang
yang disayangi, dan semacamnya.
Selanjutnya, yang umumnya masih harus dibersihkan adalah
tubuh pengetahuan yang berada di lapisan lebih dalam ketimbang
tubuh karma. Ketidakparipurnaan dalam evolusi jiwa terjadi karena di
dalam kehidupan lampau masih ada kebodohan spiritual yang
dipelihara, masih ada ilusi yang dipertahankan, masih ada
pengetahuan yang tidak relevan dengan kesempurnaan jiwa namun
malah digenggam. Secara spesifik tentang apa yang perlu diselesaikan,
lebih mudah diketahui jika memiliki seorang pembimbing yang bisa
membaca jejak perjalanan dan evolusi jiwa.
Selanjutnya, setiap yang terlahir ke Bumi tentu dianugerahi
talenta tertentu. Maka dengan talenta inilah, setiap diri bisa
menjalankan misi hamemayu hayuning bawana. Secara sederhana
begini, ada orang yang bisa terlibat dalam proses penataan bumi lewat:
pertama, permainan energi baik menggunakan kata-kata maupun
pendayagunaan rupa dan bentuk mengikuti prinsip geometri sakral;
kedua, pelaksanaan tindakan praktis untuk menyelesaikan masalah
ekologi, ekonomi, politik, pendidikan, dan beragam aspek peradaban
lainnya. Mereka yang terpanggil untuk menjalankan misi-misi inilah
yang dalam bahasa kekinian disebut sebagai Light Worker atau Pekerja
Cahaya. Maka setiap pribadi perlu mengenali talentanya dan berkarya
sesuai talenta itu dalam rangka menjalankan misinya sebagai Pekerja
Cahaya dalam ranah yang spesifik.
Para pejalan spiritual kategori ini, dengan upaya yang tekun dan
ketulusannya, pasti bertemu dengan momentum yang tepat juga
pembimbing yang memang bisa mengantarkan mereka menuju
pencerahan yang semakin utuh.

Mengajar dan Menyelamatkan Bumi

!94 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

Ada sedikit orang yang terlahir di Bumi – jumlahnya 0,2 persen


dari populasi Bumi, yang dalam kehidupan lampau telah relatif
mencapai kesempurnaan jiwa. Kesadaran mereka sudah sangat tinggi
dan jiwanya sudah sangat murni. Sejatinya mereka bisa tetap hidup di
alam kasanghyangan dan menjalankan peran di dimensi itu. Tetapi
karena mereka punya kasih kepada penghuni Bumi, mereka memilih
untuk terlahir kembali di Bumi. Sebagian di antara mereka ada yang
dalam bahasa kuno dijuluki sebagai Avatar atau Awatara. Tentu saja
jumlahnya sangatlah terbatas, ada dalam hitungan jari.
Uniknya, mereka yang seperti ini, dengan tubuh barunya tetap
harus melewati fase-fase belajar dan mengalami suka duka
sebagaimana manusia pada umumnya. Soal mulai belajar dari titik nol,
memang demikianlah hukum yang berlaku di jagad raya. Setiap diri
yang memiliki tubuh baru, kesadaran ragawinya terbentuk dari
keberadaan otaknya yang belum mengandung data jiwa. Lewat proses
laku dan pembelajaranlah kesadaran ragawi akan terhubung dengan
kesadaran jiwa dan kesadaran spiritual, pikiran terhubung selaras
dengan jiwa/sukma dan spirit/Sukma Sejati. Pada titik inilah, mereka
yang memang punya bekal pencerahan dari masa lalu akan lebih cepat
sampai pada pencerahan yang paripurna.
Dalam proses menuju pencerahan paripurna ini, para pejalan
dalam kategori seperti ini, pada umumnya memang mengalami juga
pembelajaran dari orang lain. Mereka bisa secara formal berguru dan
mendapatkan bimbingan dari orang-orang yang dianggap sebagai
guru spiritual baik yang otentik maupun palsu. Tapi seringkali, pada
akhirnya mereka akan berjalan sendiri dan menemukan pencerahan
paripurna lewat lakunya sendiri tanpa bimbingan siapapun yang
memiliki badan wadag. Yang membimbing mereka seringkali justru
para entitas cahaya atau penghuni jagad kasanghyangan yang
menjalankan tugas mengajar manusia sehingga disebut sebagai Guru
Suci. Bisa juga, jika orang-orang seperti ini saling bertemu, mereka
bisa saling belajar dan saling mempertemukan. Ada juga kasus dimana

Setyo Hajar Dewantoro !95


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

kehadiran seorang Avatar atau Awatara mempercepat proses


pencapaian keparipurnaan lewat dukungan secara energi, bukan lewat
pembelajaran atau bimbingan formal.
Orang-orang yang terlahir ke Bumi dalam kategori ini, termasuk
seorang Avatar atau Awatara, juga mengalami fase-fase kehidupan
yang penuh kesulitan dan penderitaan. Ini bukan karena mereka
ngunduh wohing pakarti karena kekotoran tubuh karma dari masa
lalu. Tetapi, ini terjadi karena dua hal: pertama, sebelum lahir mereka
memang telah memilih kurikulum pembelajaran di Bumi yang
mengantrarkan mereka untuk menjadi pembimbing yang mengerti
problematika jamannya. Dan di antara yang harus dipelajari dengan
tubuh baru adalah kesulitan dan penderitaan manusia yang di
kemudian hari akan dibimbingnya. Pengalaman otentik berada dalam
kesulitan dan penderitaan, sekaligus bagaimana mengatasinya, sangat
diperlukan oleh yang bersangkutan yang bagaimanapun memiliki
tubuh baru dan punya kesadaran ragawi yang perlu diselaraskan dan
ditransformasi.
Kedua, bagaimanapun orang-orang yang tercerahkan dari masa
lalu, ketika terlahir kembali dengan tubuh baru, ada fase
kebelumsadarannya yaitu saat kesadaran ragawi belum terhubung
dengan kesadaran jiwa dan kesadaran spirit. Pada fase inilah
dimungkinkan terjadi tindakan yang tidak selaras dengan tuntunan
Sang Sumber Hidup sehingga mengeruhkan tubuh karma dalam
kehidupan sekarang dan berbuah kesulitan atau penderitaan hidup.
Tapi seiring dengan tuntasnya pembelajaran mereka dan semakin
terealisasinya kualitas ketuhanan di dalam diri, mereka bisa
membersihkan tubuh karmanya hingga pada titik sangat jernih atau
jernih sempurna. Dalam keadaan inilah mereka tidak lagi harus
ngunduh wohing pakarti dalam bentuk kesulitan dan penderitaan
hidup. Jikapun ada tantangan kehidupan, maka itu semata- mata
terkait dengan misi agung yang diembannya dan yang bersangkutan
pasti bisa menghadapinya dengan tenang dan penuh kesukacitaan.

!96 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

Berbeda dengan saat masih belajar atau ngunduh wohing pakarti


akibat tubuh karma yang keruh, dimana hidup terasa berat dan
menyesakkan.
Lebih jauh perlu dijelaskan bahwa manusia tercerahkan dari
masa lalu yang terlahir kembali sebagai manusia, memang memiliki
misi jiwa untuk menyelamatkan bumi dan meningkatkan kesadaran
kolektif umat manusia. Secara spesifik, tindakan yang dijalani bisa
berbeda-beda. Ada yang memang menjalankan fungsi pengajaran
secara massal termasuk menyebarluaskan tulisan kepada banyak
orang, ada yang hanya mendidik sedikit orang tapi sangat terpilih. Ada
yang bergerak di bidang teknologi dengan mengembangkan teknologi
yang berorientasi melestarikan sumber daya di bumi dan
menyembuhkan luka-luka bumi. Ada yang menjadi negarawan dengan
mengemban misi perbaikan peradaban lewat jalur politik. Ada juga
yang lebih banyak bekerja dalam mengembangkan mandala melalui
bangunan dan benda yang menerapkan prinsip geomteri sakral. Tetapi
yang pasti, mereka semua pasti juga melakukan permainan energi atau
menata keberadaan bumi dimulai dari penyelarasan energi bumi.

Adakah yang Punya Misi Jiwa Menghancurkan


Bumi dan Umat Manusia?
Pada kenyataannya ada orang-orang yang kesibukannya adalah
mengumbar angkara murka, merusak bumi dan menyebarluaskan
penderitaan dan ketidaksadaran kepada sesama manusia dan penghuni
bumi. Apakah memang demikian misi jiwanya? Tentu saja tidak.
Setiap manusia punya free will dan bisa memilih untuk tidak
berkesadaran lalu melakukan tindakan yang penuh angkara murka.
Tindakan angkara murka dalam bentuk apapun bukanlah ketetapan
atau kepastian dari Sang Sumber Kehidupan.
Sebagai buah dari perjalanan jiwa di masa lalu, memang ada
orang-orang yang cenderung mudah untuk menjadi penjahat

Setyo Hajar Dewantoro !97


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

kemanusiaan yang memberikan kehancuran maksimal pada kehidupan


di bumi termasuk peradaban manusia. Tetapi mereka melakukan
seperti itu bukan karena mengikuti sebuah Rancangan Agung. Itu
hanya kejadian yang dimungkinkan terkait dengan dualitas di Jagad
Raya dan keberadaan free will. Yang pasti, setiap orang punya misi
untuk menata tindakan dan memurnikan jiwanya. Tetapi mereka bisa
memilih untuk sebaliknya dengan resiko yang jelas. Seiring dengan
pilihan manusia untuk mengumbar keserakahan, kebencian, dan
sebangsanya, tubuh karma mereka makin keruh dan mereka makin
terjebak ke dalam siklus tumimbal lahir di Bumi dan terperangkap
dalam kesengsaraan baik ketika masih punya badan wadag maupun
ketika jiwa sudah lepas dari badan wadag.
Jadi, perlu disadari betul bahwa merebaknya kejahatan di Planet
Bumi ini bukanlah sebuah kepastian dan ketetapan tetapi ini adalah
kemungkinan atau probabilitas. Manusia secara kolektif bisa memilih
untuk meminimalisasi kejahatan di Bumi dan menjadikan Bumi
sebagai tempat surgawi yang penuh kedamaian dan kesukacitaan.
Justru inilah yang menjadi misi jiwa dari para Pekerja Cahaya dan
Avatar. Pada praktiknya memang akan ada benturan antara mereka
yang hendak terus menerus mengumbar angkara murka, yang terbiasa
selama ini menjajah manusia lain dan merusak bumi, dengan mereka
yang menjalankan misi peningkatan kesadaran dan penyelamatan
bumi. Pada saat buku ini tengah ditulis, demikianlah yang terjadi.
Dalam bahasa pewayangan itu disebut sebagai Bharata Yudha Jaya
Binangun: perang besar yang memang harus terjadi sebagai proses
bagi terbangunnya kejayaan. Namun, mereka yang berkesadaran tinggi
telah berupaya meminimalkan perang ini sehingga hanya ada di
tataran energi tidak sampai memanifestasi di tataran materiil agar tidak
menciptakan kerusakan besar yang sulit untuk dipulihkan.

!98 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

4
REALITAS DIRI MANUSIA

Ketika satu jiwa menjadi manusia, ternyata ia berada dalam satu


sistem yang kompleks. Tubuh manusia itu sendiri merupakan satu
sistem yang kompleks dengan keberadaan milyaran sel yang
membentuk organ dan sistem jaringan yang saling terhubung. Pada
level energi, di dalam tubuh juga terdapat simpul-simpul energi dan
saluran energi yang membentuk konfigurasi yang rumit. Dan jika
bicara isi tubuh, yang kita kenal sebagai jiwa, ternyata kita juga
menemukan realitas yang tak kalah kompleks. Bagian ini kita akan
membahas tentang hal ini, agar kita semua mengetahui realitas diri
secara lebih utuh dan akurat.

Realitas Jiwa
Jiwa adalah Atman/Sukma Sejati/Roh Kudus yang sudah
mempribadi berbungkus lapisan tubuh halus (berbahan baku material
halus – partikel debu kosmik yang memendarkan cahaya). Jiwa sudah
punya keunikan, berbeda satu dengan lainnya. Pada titik ini Karakter
Ketuhanan sudah mulai ada pada wilayah keragaman. Ada jiwa yang
kesadarannya rendah ada jiwa yang kesadarannya luhur. Karakter
Ketuhanan menjadi sesuatu yang bersifat potensial, menjadi aktual
lewat laku. Jiwalah yang mengalami proses perjalanan dalam rupa
inkarnasi dan reinkarnasi. Jiwa berada dalam gelaran kehidupan,
menjalani lakon sesuai free willnya dan memetik suka duka sesuai

Setyo Hajar Dewantoro !99


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

pilihan tindakannya. Yang kemudian perlu diuraikan adalah realitas


jiwa pada satu tubuh fisik yang ternyata bisa berlapis-lapis.
Beginilah uraiannya:
1. Jiwa poros
Dalam satu tubuh pasti terdapat jiwa yang memegang
otoritas mengambil keputusan. Inilah yang disebut jiwa poros.
Jiwa ini telah menjalani proses hidup yang beragam; pernah
hidup di berbagai masa dengan tubuh, nama dan lakon berbeda.
Dalam proses menjadi manusia di bumi, jiwa poros ini datang
dari dimensi penantian (reinkarnasi) atau dari dimensi luhur
(inkarnasi) melalui sperma laki laki yang kemudian bertemu sel
telur untuk menjadi zygoth. Karena pernah hidup di berbagai
masa, tentu terbentuk lapisan jiwa. Lapisan jiwa ini sebenarnya
adalah data jiwa yang terbawa hingga kehidupan sekarang. Data
jiwa ini tersimpan dalam tubuh karma dan tubuh pengetahuan.
Kompleksitas data tentu tergantung pada intensitas kehidupan
yang dialami sang jiwa. Analoginya, jiwa poros inilah adalah
kapten kapal, Ialah yang memegang kendali atas tubuh dan
menentukan keadaan diri akan seperti apa.
2. Titisan Leluhur
Saat kita menempati satu tubuh, seringkali juga masuk
jiwa dari leluhur ke dalam tubuh yang sama. Namun pada
umumnya waktu masuknya jiwa yang merupakan titisan leluhur
ke dalam tubuh, beda dengan jiwa poros. Jiwa-jiwa ini bisa
masuk saat jabang bayi sudah berusia beberapa Minggu atau
beberapa bulan, bahkan menjelang kelahiran jabang bayi.
Analogi jiwa- jiwa ini adalah laksana awak kapal atau
penumpang, otoritas tetap ada pada sang kapten kapal.
3. Titisan Entitas Suci
Ada orang-orang tertentu yang dititisi entitas suci dari
dimensi luhur yang hendak menjalankan Misi di bumi. Entitas

!100 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

suci ini membelah dan masuk ke dalam tubuh yang terpilih


sebagai Tirta suci dan teks suci. Secara teknis, seseorang yang
tubuhnya terpilih ditittisi entitas suci punya data kesadaran
murni yang bisa semakin terakses seiring kesempurnaan laku.
Proses penitisan ini bisa terjadi saat bayi di kandungan, bisa juga
saat sudah dewasa - saat seseorang menuntaskan sebuah laku.
Catatannya adalah, kita perlu waspada bahwa di luar konstelasi
jiwa sebagaimana dipaparkan di atas, dimungkinkan tubuh disusupi
penumpang gelap berupa entitas dari alam bawah berupa jin, siluman
atau lainnya. Jiwa poros atau diri kita justru dikendalikan dan dihisap
energi murninya. Bahkan kita menjadi alat untuk mengendalikan dan
menguasai manusia lain. Penumpang gelap seperti ini bisa masuk saat
kita penuh obsesi.

Diri Sejati
Satu ungkapan yang sering diungkapkan para pejalan spiritual
mengenai tujuan lakunya adalah "MENGENAL DIRI SEJATI".
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Diri Sejati? Ada dua
pengertian dari Diri Sejati:
Pengertian pertama: Esensi setiap diri, yaitu Sang Spirit/Atman/
Sukma Sejati/Roh Kudus. Inilah Sang Kehidupan yang menjadi dasar
seluruh keberadaan. Terminologi Diri Sejati menjelaskan bahwa setiap
pribadi pada dasarnya adalah emanasi/pengejawantahan dari Hyang
Suwung/Gusti/Tuhan. Sang tanpa batas itulah yang menjadi Sumber
Hidup sekaligus berperan sebagai Kecerdasan Tertinggi, Mahadaya
dan Kesadaran Murni di dalam diri. Pada dimensi inilah semua
manusia bahkan semua keberadaaan sejatinya satu: sebuah kesatuan
dalam cakupan kuasa ketuhanan yang tanpa batas. Bahwa kita
sejatinya adalah pengejawantahanNya, wajahNya yang nyata. Diri
Sejati dalam pengertian ini, bisa berperan sebagai penuntun agung
bagi setiap jiwa. Tuntunannya muncul saat kita memasuki keheningan.
Maka Ia bisa kita juluki juga sebagai Sang Guru Sejati.

Setyo Hajar Dewantoro !101


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

Pengertian Kedua: Pribadi kita dalam capaian kesadaran yang


tertinggi. Disadari bahwa jiwa mengalami perjalanan yang demikian
panjang, dengan keadaan kesadaran yang dinamis. Maka Diri Sejati
menjelaskan keberadaan sang jiwa saat berada di dimensi paling luhur
dan paling mencerminkan karakter ketuhanan. Ada manusia yang
mencatatkan sejarah kehidupannya di bumi sebagai manusia bertubuh
material, pernah menjalani keberadaannya sebagai entitas luhur di
dimensi kasanghyangan. Atau sesungguhnya jiwanya termasuk jejer
manungsa kawitan yang menjadi induk dari jiwa-jiwa lainnya. Diri
Sejati dalam pengertian seperti ini tentu punya nama: nama saat jiwa
masih ada di dimensi luhur dengan kesadaran murni. Mengakses nama
ini bisa menjadi kunci untuk masuk kepada kesadaran tertinggi Sang
Jiwa: mengunduh data kesadaran yang dimiliki sang jiwa.

Nyawa dan Tubuh


Jiwa dan esensinya yang kita juluki sebagai Sukma Sayekti/
Hingsun/Dewa Ruci yang sepadan dengan Atman dan Roh Kudus,
selalu berada sebagai satu kesatuan. Tidak pernah terpisah baik
sebelum berada di tubuh yang saat ini maupun setelah lepas dari
tubuh saat ini. Jiwa dan esensinya ini dibungkus oleh tubuh halus yang
tingkat kemurniannya tergantung tingkat kesadaran Sang Jiwa.
Ketika berada di dalam tubuh yang sekarang dan menjalani
proses pembelajaran di Bumi, Sang Jiwa terikat dengan tubuhnya oleh
daya hidup yang kita kenal sebagai nyawa. Tubuh manusia pada
awalnya hanya berupa satu sel berupa zygoth yang terbentuk dari hasil
penyatuan sel sperma dan sel telur/ovum. Saat dikandungan, ia
tumbuh berkembang karena mendapatkan limpahan daya hidup dari
ibunya. Saat terlahir ke Bumi menjadi bayi hingga dewasa, ia
memperoleh daya hidup itu secara mandiri melalui proses bernafas,
makan, minum dan terpapar sinar matahari. Daya hidup yang sejatinya
adalah paduan dari energi 4 unsur bumi yaitu air, api, tanah dan udara,
mengalir ke semua sel dan menjadikan sel terus hidup dan bisa

!102 SUWUNG - The Science of Truth


Misi Jiwa

bertumbuh kembang hingga kemudian tubuh itu sendiri menjadi


laksana mikrokosmos karena mengandung gelaran kehidupan yang
sangat kompleks.
Selama manusia bisa terhubung dengan 4 energi dari Bumi dan
4 energi itu terus mengalir di dalam tubuh, maka selama itu pula daya
hidup atau nyawa terus ada dan membuat setiap sel saling terhubung
bahkan terikat menjadi satu kesatuan tubuh dengan sistem kerja yang
kompleks. Tetapi ketika karena satu dan lain hal – baik karena
manusia dihambat keterhubungannya dengan 4 sumber energi bumi
maupun karena ada organ vital yang rusak parah, nyawa berhenti
bergerak, maka saat itulah sel-sel di dalam diri manusia akan mulai
mengalami kerusakan. Keterhubungan dan ikatan antar sel dalam
tubuh manusia juga akan berkurang. Sistem kerja organ terganggu dan
pada akhirnya, ketika kematian tiba, tubuh akan mengalami
penguraian. Kita menyebutnya sebagai proses pembusukan. Pada titik
inilah jiwa tidak bisa lagi berada di dalam tubuh dan menjadikan tubuh
sebagai kendaraan untuk hidup di Bumi. Jiwa lepas atau terpisah dari
tubuh dan memulai perjalanan ke dimensi yang baru tergantung
tingkat kesadaran dan kemurnian jiwanya saat itu.


Setyo Hajar Dewantoro !103


5
RELASI JIWA DAN TUBUH

Jiwa yang hendak terlahir ke Bumi, mula-mula memasuki sel


sperma pada seorang laki-laki. Inilah gerbang dan momen pertama
realitas yang semula bersifat metafisik mulai bertransformasi menjadi
realitas fisik. Melalui persenggamaan atau cara lain seperti teknologi
bayi tabung, sel sperma yang terpilih bisa bertemu dengan ovum dan
terbentuklah zygoth. Inilah fase berikutnya proses materialisasi yang
dialami Sang Jiwa. Jiwa mulai memiliki tubuh material sebagai calon
manusia yang merepresentasikan dua jalur genetik, dari pihak ayah
dan ibu. Selanjutnya, di dalam kandungan seorang perempuan, calon
manusia ini mengalami proses pematangan dan penyempurnaan.
Zygoth yang semula bersel tunggal, lewat mekanisme pembelahan sel,
terus bertumbuh berkembang sehingga menjadi janin. Sel bertambah
banyak, dan terbentuk sel-sel terspesialisasi yang membentuk kulit,
daging, darah dan tulang. Selama kurang lebih 9 bulan 10 hari, zygoth
bertransformasi menjadi janin yang siap dilahirkan. Selama di dalam
kandungan, janin mendapatkan limpahan energi kehidupan atau
nyawa dari ibunya. Penghubung antara seorang ibu dan janin di dalam
kandungan ini yang dalam khazanah Jawa disebut sebagai sedulur
papat: kakang kawah atau ketuban, adi ari-ari atau plasenta, puser dan
getih atau darah. Kelahiran adalah proses satu jiwa utuh menjadi
manusia mandiri, yang mengakses sendiri energi kehidupannya lewat
bernafas, menyerap sinar matahari, makan dan minum.
Setelah terlahir sebagai bayi yang mulai mandiri mengakses
energi kehidupan, dimulailah petualangan Sang Jiwa di Bumi.
Relasi Jiwa dan Tubuh

Dimulailah lakon kehidupan yang ditentukan berdasarkan misi jiwa


dan misi jiwa ini tergantung kepada capaian kesadaran di kehidupan
masa lalu. Lakon kehidupan ini sebenarnya adalah proyeksi dari
karakter manusia yang saat terlahir yang memiliki 4 determinan:
pertama, data jiwa – rekaman dari tindakan dan pembelajaran masa lalu
yang terekam di tubuh karma dan tubuh pengetahuan; kedua, data
genetik yang datang lewat jalur ayah maupun ibu – inilah karakter dari
leluhur yang terekam di dalam DNA manusia dan mempengaruhi
karakter mereka; ketiga, pengaruh benda-benda kosmik saat kelahiran
yang dirumuskan dalam astrologi; keempat, pengaruh tempat kelahiran.
Peristiwa suka duka selanjutnya pasti dialami oleh manusia, yang
muncul sebagai hasil interaksi dinamis antara free will manusia dalam
kehidupan terkini dan cetak biru yang terbentuk dari kehidupan
lampau. Lewat proses pembelajaran dari semua peristiwa suka duka
yang dialaminya, juga lewat pembelajaran dari beragam guru, karakter
seorang manusia bisa berubah sehingga alur kehidupanpun bisa
mengalami penyesuaian.

Perangkat Bagi Sang Jiwa


Tubuh adalah kendaraan bagi Sang Jiwa yang mendapatkan
kesempatan belajar (atau mengajar) kembali di Bumi. Dengan
kendaraan barunya ini, jiwa mendapatkan anugerah beragam
perangkat yang memang dibutuhkan dalam menjalankan peran dan
misinya. Secara lebih spesifik dijelaskan beragam perangkat tersebut:

Organ Tubuh
Organ tubuh luar seperti kaki dan tangan, adalah perangkat agar
jiwa bisa menjalankan peran sesuai talentanya. Dengan kakinya
manusia bisa melakukan mobilitas yang dinamis. Dengan tangannya
manusia bisa melakukan banyak hal termasuk membuat sesuatu.
Tentu ada manusia yang tidak memiliki tangan dan kaki sebagaimana
manusia pada umumnya. Fungsi tangan dan kaki bisa diganti oleh alat

Setyo Hajar Dewantoro !105


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

bantu, atau oleh organ lain – seperti orang yang melukis dengan kaki
atau mulutnya karena tak memiliki tangan, dan orang berjalan dengan
kaki palsu atau kursi roda. Sementara itu organ-organ dalam semacam
jantung, paru-paru, limpa, dan lainnya, terkait dengan kebutuhan
manusia untuk bertahan hidup. Semua organ itu adalah organ vital
yang kesehatan dan optimalisasi dalam fungsinya sangat menentukan
apakah daya hidup atau nyawa tetap bisa mengalir atau tidak di dalam
diri manusia.

Panca Indera
Panca Indera adalah penghubung antara manusia dengan jagad
raya yang meliputinya. Jiwa yang telah menempati tubuh, dengan
matanya bisa melihat segala yang ada di jagad raya ini dalam batasan
kemampuan mata. Dengan telinganya ia bisa mendengar segala bunyi
dan suara yang ada di jagad raya ini, tentu dengan batasan
kemampuan dari telinga. Perluasan jangkauan bisa dilakukan dengan
alat bantu. Ada juga yang mengalami disfungsi pada mata dan telinga,
maka pada diri yang bersangkutan ada kompensasi berupa
peningkatan ketajaman pada panca indera yang lain. Panca indera lain
adalah hidung untuk membaui, lidah untuk mengecap, dan kulit untuk
merasa. Lewat persentuhan panca indera dengan segala yang ada di
jagad raya, ada data yang mengalir ke otak yang pada fase berikutnya
berkembang menjadi pengetahuan bagi setiap diri. Maka panca indera
adalah anugerah besar yang memungkinkan sang jiwa dengan tubuh
materialnya bisa mencerap dan mengetahui beragam hal yang ada di
jagad raya ini.

Pikiran
Tubuh manusia memiliki satu mesin yang sangat canggih, yang
menginspirasi teknologi komputer yang saat ini menjadi basis
pengembangan peradaban: otak. Otak menjadi basis perangkat
kesadaran ragawi manusia. Dengan otaknya manusia bisa memiliki
pikiran dengan rincian fungsi: observasi, pengertian, memori,

!106 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

imajinasi, analisa dan persepsi/asumsi. Lebih rinci bisa dijelaskan,


bahwa dengan otaknya, pertama, manusia bisa memperhatikan apa
yang sedang dicerap oleh panca inderanya – inilah maksud dari fungsi
observasi pikiran; kedua, manusia bisa mengerti apa yang dicerap oleh
panca inderanya, termasuk yang terpenting adalah bahwa manusia bisa
mengerti tentang kenyataan dirinya – inilah fungsi pengertian dari
pikiran, yang dalam bahasa lain disebut juga sebagai fungsi
penyadaran; ketiga, otak manusia bisa mengingat atau menyimpan data
segenap peristiwa yang dialami dan pengetahuan yang muncul saat
panca indera mencerap satu obyek tertentu – inilah fungsi memori
dari pikiran; keempat, dengan pikirannya manusia juga bisa
membayangkan apa yang belum terjadi dan membuat rancangan atas
apa yang hendak dijadikan di masa depan – inilah fungsi imajinasi dari
pikiran, kelima, dengan pikirannya manusia bisa menganalisa segala
data yang masuk ke dalam otak lewat panca indera maupun perangkat
input data lainnya, memilah dan membedakan mana yang benar dan
salah, mengurai hubungan sebab akibat antar data, dan melakukan
sistematisasi data – inilah fungsi analisa dari pikiran; dan keenam,
fungsi persepsi atau asumsi – seseorang mengembangkan prasangka
terhadap apa yang belum diketahuinya secara utuh. Dari sini, manusia
juga bisa mengembangkan kepercayaan berdasarkan persepsi atau
asumsi yang dimiliki. Pada umumnya persepsi atau asumsi ini muncul
saat seseorang menganalisa satu hal yang datanya belum utuh.
Pikiran logis dan analitis yang dimiliki manusia, merupakan
fungsi dari belahan otak kiri manusia. Inilah yang membentuk
kecerdasan rasional yang dalam kajian psikologi disebut sebagai
Intelligence Quotient.

Kecerdasan Artistik
Manusia juga diberi anugerah berupa kecerdasan artistik yang
membuatnya bisa mengerti dan menikmati keindahan di jagad raya ini
baik dalam bentuk visual, audio maupun rasa. Kecerdasan jenis ini
muncul dari belahan otak kanan manusia. Kemampuan manusia

Setyo Hajar Dewantoro !107


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

dalam merealisasikan misi hamemayu hayuning bawana dengan


beragam mahakarya, sangat terkait dengan fungsi otak kanan.

Perasaan
Perasaan atau emosi adalah fungsi yang terbentuk karena
keberadaan otak manusia. Sebagai kelanjutan dari fungsi otak dalam
mengerti dan mempersepsi sesuatu, maka ada suasana atau mood di
dalam diri yang terbentuk seiring dengan hormon apa yang terpicu
untuk keluar. Secara spesifik, berikut ini hormon-hormon yang terkait
dengan perasaan atau emosi seorang manusia:
• Dopamin
Ini adalah hormon yang terkait dengan rasa senang
manusia. Sebagian orang menggunakan obat kimia
tertentu untuk merangsang keluarnya hormon ini.
Tindakan seperti ini yang bisa menciptakan kondisi
abnormal pada dopamin, yang membuat seseorang tidak
bisa terhubung dengan realitas, delusi, dan kurangnya
emosi, sementara tingkat paling rendah dikaitkan dengan
perilaku adiktif serta pengambilan risiko.
• Noradrenalin
Hormon ini berhubungan dengan adrenalin dan
juga salah satu hormon stres yang mengkoordinasikan
dalam merespon sesuatu. Hal tersebut berada pada
banyak komponen fisik emosi, termasuk denyut jantung
yang meningkat, kewaspadaan, kognisi, dan perilaku
pengambilan keputusan.
• GABA
Gamma amino butyric acid (GABA) merupakan
hormon yang berfungsi mengurangi rasa grogi. Jika terjadi
peningkatan aktivitas GABA pada otak maka akan
mengurangi kecemasan dan stres.

!108 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

• Serotonin
Pertama diakui karena kemampuannya untuk
menyempitkan pembuluh darah, serotonin secara luas
dikenal sebagai hormon kebahagiaan.
• Beta-endorphin
Endorfin mer upakan hor mon alami yang
diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap rasa sakit,
kegembiraan, dan saat olahraga. Beta-endorphin dapat
menjadi penghilang rasa sakit dan hadir pada saraf di otak
dan sumsum tulang belakang.
• Oksitosin
Hormon ini sering disebut sebagai hormon
kedekatan, hormon kepercayaan hormon, atau kadang-
kadang disebut hormon cinta. Meskipun penelitian ini
masih dalam proses, oksitosin diduga memainkanperan
penting dalam keintiman manusia, melahirkan, gairah
seksual, kepercayaan, dan ikatan pasangan.15 ‑

Terdapat juga 3 hormon yang secara spesifik terkait dengan


stress seseorang, yaitu:
• Adrenalin
Adrenalin adalah hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal setelah mendapatkan sinyal dari otak
ketika situasi yang cukup membuat stres muncul.
Adrenalin bekerjasama dengan hormon stres lain, yaitu
norepinephrine bertanggung jawab untuk memutuskan
reaksi Anda ketika stres muncul. Misalkan ketika Anda
sedang mengendarai mobil, kemudian ada mobil lain yang
bergerak cepat akan menabrak Anda. Anda membanting

15Sumber: https://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains-trendtek/16/01/01/
o09vri368-6-hormon-yang-memengaruhi-mood-anda

Setyo Hajar Dewantoro !109


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

setir, berhenti dan merasakan detak jantung Anda


meningkat. Otot Anda menegang, Anda bernapas lebih
cepat, dan berkeringat. Itulah yang dilakukan oleh
adrenalin. Selain meningkatkan detak jantung, adrenalin
juga meningkatkan energi yang memungkinkan Anda
melakukan sesuatu untuk menghindar dari bahaya, serta
membuat Anda semakin fokus.
• Norepinephrine
Hormon ini sama dengan Adrenalin yang
dikeluarkan oleh kelenjar adrenal dan berasal dari otak.
Fungsi hormon Norephnephryne adalah untuk membuat
Anda tetap fokus dan terjaga selama mengalami stres.
Anda akan menjadi lebih waspada, tak bisa tidur, dan
fokus pada masalah. Norepinephrine membantu
mengalihkan aliran darah pada tempat yang tak terlalu
membutuhkan untuk bagian tubuh lain yang lebih
penting, misalkan otot atau otak yang membuat Anda bisa
menghadapi bahaya dengan baik.
• Kortisol
Hormon kortisol juga dihasilkan oleh kelenjar
adrenal dan disebut juga sebagai hormon stres. Hormon
ini yang menentukan respon Anda terhadap situasi yang
meneg angkan dan yang bisa membuat stres.
Dibandingkan dengan hormon lainnya, hormon ini
bekerja lebih lambat. Pertama, bagian otak bernama
amygdala akan menentukan ancaman atau situasi yang
bisa menyebabkan stres. Kemudian sinyal dikirimkan
pada hypotalamus. Hypotalamus memproduksi hormon
CRH yang berhubungan dengan ACTH. ACTH
kemudian mengirim sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepaskan kortisol. Dalam banyak keadaan bahaya,
hormon kortisol bisa menyelamatkan nyawa manusia.

!110 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

Meski begitu terlalu banyak produksi hormon kortisol


juga tak baik untuk tubuh. Hormon ini menekan sistem
kekebalan tubuh, meningkatkan tekanan darah dan gula
darah, menyebabkan jerawat, obesitas, dan lainnya. 16
Masih ada beberapa hormon lain. Yang disebutkan berikut ini
terkait dengan munculnya rasa asmara pada diri manusia:
• Feromon
Feromon berasal dari kata phero (pembawa) dan mone
(sensasi). Feromon adalah suatu zat kimia yang berasal
dari kelenjar endokrin makhluk hidup untuk mengenali
individu lain di luar dirinya. Feromon bersifat tak kasat
mata, tidak dapat dirasakan oleh indra manusia dan
mudah menguap. Ketika terhirup, feromon akan
diteruskan ke hipotalamus (bagian otak yang mengatur
emosi). Feromon inilah yang disinyalir berperan dalam
timbulnya ketertarikan dengan lawan jenis yang dalam
bahasa manusianya disebut dengan jatuh cinta. Pada
awalnya feromon hanya ditemukan pada binatang, tetapi
pada penelitian selanjutnya, ditemukan bahwa feromon
juga terdapat pada manusia. Feromon pada manusia
dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada ketiak, telinga,
hidung, mulut, kulit, dan kemaluan.
• Hormon PEA (Phenyl Etil Amine)
PEA inilah yang paling berperan dalam
menumbuhkan cinta. PEA merupakan semacam
amphetamine yang diproduksi oleh tubuh dari hasil sekresi
melalui sistem saraf dan aliran darah yang menciptakan
respon yang setara dengan narkotika. PEA ini berperan
dalam membuat jantung berdebar-debar, tangan

16Source: https://www.merdeka.com/sehat/kenali-3-hormon-yang-berkaitan-
dengan-stres.html

Setyo Hajar Dewantoro !111


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

berkeringat, dan hati merasakan kegembiraan ketika


bertemu dengan orang yang dicintai.
• Hormon Norephineprine (NE)
Hormon ini mempunyai efek yang hampir sama
dengan dopamin dan juga adrenalin, yaitu menimbulkan
efek mempercepat aliran darah, mengobarkan semangat,
dan membuat seseorang lebih energik serta gembira.
Itulah sebabnya orang yang jatuh cinta merasa berdebar-
debar. Di samping memberikan rasa gembira,
norepinephrine juga dapat memberikan perasaan tenang dan
nyaman saat berada dekat dengan orang yang dicintai 17
Jadi, perasaan yang dimiliki manusia pada dasarnya adalah kerja
hormonal yang dipengaruhi persepsi manusia, dan persepsi manusia
pada umumnya terbentuk dipacu oleh realitas obyek yang ditangkap
panca indera. Dengan adanya fungsi perasaan inilah, manusia bisa
mengalami banyak drama dalam kehidupannya di bumi. Suka dan
duka silih berganti dialami Sang Jiwa, hingga pada titik tertentu
seiiring dengan kematangan jiwanya, ia bisa melampaui suka dan duka
yang banyak ditentukan oleh peristiwa di luar diri, masuk kepada
kedamaian dan kebahagiaan sejati yang memancar dari kedalaman diri.

Kelenjar Pineal
Manusia memiliki kelenjar pineal yang berada di antara belahan
otak kiri dan otak kanan. Di luar fungsi biologisnya untuk
menghasilkan hormon melatonin dan pinolin yang berkaitan dengan
pengaturan pigmentasi kulit, aktivitas seksual, pengaturan sel yang
sensitif pada cahaya dan beberapa fungsi lain18, bisa dibilang bahwa

kelenjar pineal adalah perangkat fisik manusia yang menjadi jembatan

17Sumber: https://www.brilio.net/creator/inilah-hormon-hormon-yang-bekerja-
ketika-kamu-jatuh-cinta-121812.html

18 Sumber: https://dosenbiologi.com/manusia/kelenjar-pineal

!112 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

penghubung manusia dengan dengan dimensi metafisik. Karena


dengan keaktifan dari kelenjar pineal yang sering juga disebut sebagai
mata ketiga (terhubung kepada cakra ajna di tengah kening) manusia
bisa merasakan, mendengar, melihat dan mengerti realitas metafisik/
non-fisik/non-empirik. Kemampuan ini muncul saat kelenjar pineal
menghasilkan DMT (Dimethyltryhptamine) yang merupakan zat
kimia penghubung realitas fisik dan metafisik.
Beragam perangkat fisik yang dimiliki manusia sebagaimana
dipaparkan di atas, melengkapi perangkat non-fisik yang telah ada
pada jiwa manusia yang membentuk kesadaran jiwa dan kesadaran
spirit.
Manusia memiliki perangkat kecerdasan non-fisik yang melekat
pada keberadaan jiwanya, yang membuatnya sadar sebagai satu jiwa
dengan perjalanan jiwa yang dinamis. Ada sistem kecerdasan yang
berakar pada tubuh halus (yang membuat jiwa bisa sadar akan
keberadaan dirinya, berpengetahuan dan mampu memilah mana
kebenaran dan mana kesalahan), sebagaimana pada tubuh halus itu
juga ada kemampuan merasa/beremosi (yang memungkinkan jiwa
mengalami suka dan duka). Selain itu, di luar panca indera fisiknya,
manusia pada tataran tubuh halusnya juga memiliki perangkat
penglihatan, pendengaran, dan alat perasa: inilah yang disebut indra
non fisik.
Lalu, berakar pada lapisan tubuh kebahagiaan atau tubuh spirit,
manusia juga memiliki perangkat kecerdasan holistik yang disebut
sebagai rasa sejati. Dengan perangkat ini manusia bisa mengetahui
realitas Jagad Raya dengan melampaui batasan ruang dan waktu. Rasa
sejati ini adalah perangkat yang memungkinkan manusia memiliki
Divine Intelligence atau Kecerdasan Ilahi, kecerdasan yang ada di
balik bekerjanya jagad raya sebagai satu system yang teratur. Rasa
sejati ini juga yang membentuk Kesadaran Murni, sebagaimana yang
dimiliki Sang Sumber Hidup sebagai sumber dari kuasa tanpa batas
yang meliputi jagad raya ini.

Setyo Hajar Dewantoro !113


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

Dengan laku spiritual, satu pribadi sesungguhnya dalam proses


mengintegrasikan semua perangkat fisik dan non fisik ini sehingga
kesadaran ragawi menjadi selaras dengan kesadaran jiwa dan
kesadaran spirit. Otak menjadi terhubung selaras dengan perangkat
kecerdasan yang membentuk pengetahuan/pengertian/kesadaran di
tubuh pengetahuan, dan rasa sejati yang berakar di tubuh spirit.

Mengapa Ada yang Perangkatnya Tidak


Lengkap?
Memperhatikan keadaan tubuh fisik manusia, satu pertanyaan
yang sering muncul adalah, “Mengapa ada orang yang terlahir tidak
dengan keadaan tubuh yang lengkap? Mengapa ada yang tidak
memiliki tangan atau kaki secara utuh? Mengapa ada yang tuna netra
dan tuna rungu? Mengapa ada yang down syndrom?” Mari kita bahas
secara utuh dalam perspektif perjalanan jiwa.
Tentu saja, keadaan-keadaan yang dituliskan di atas pasti
memiliki kausalitas material. Bahwa pada saat di kandungan,
dimungkinkan sang janin mengalami kekurangan nutrisi, atau orang
tuanya ceroboh sehingga janin terkena racun-racun kimiawi. Bisa juga
saat proses kelahiran, ada kekeliruan dalam penanganan sehingga ada
fungsi inderawi atau sistem syaraf yang terganggu. Apapun itu, tetap
pertanyaannya adalah, mengapa kejadian tersebut dialami oleh sang
bayi? Dalam beberapa kasus, bisa terjadi sakit atau kecelakaan pada
masa kanak-kanak, remaja atapupun dewasa yang membuat fungsi
tubuh seseorang tidak utuh lagi. Mengapa orang yang bersangkutan
harus mengalami itu, dan bukan orang lain yang mengalaminya?
Ini pertanyaan yang sangat sulit dijawab jika kita berpegang
pada kepercayaan non-reinkarnasi, bahwa jiwa hanya hidup sekali di
Bumi. Karena semua lalu dihubungkan kepada ketetapan Tuhan. Dan
kita pasti akan mempertanyakan, mengapa Tuhan tidak adil dengan
membuat sebagian orang punya tubuh dengansemua fungsi organ

!114 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

yang utuh dan sebagian lainnya tidak? Jika dijawab, keadilan tidaklah
mesti sama karena pasti orang yang punya kekurangan di satu aspek
pasti punya kelebihan di aspek lain, tetap saja muncul pertanyaan,
“Mengapa itu terjadi pada orang tertentu dan bukan pada lainnya?
Apa pertimbanganNya? Apa yang menjadi dasark ketetapan itu?”
Segala jawaban tetap saja masih bisa dipertanyakan karena
mengandung titik lemah untuk dikritisi.
Sementara itu, mereka yang memegang prinsip reinkarnasi,
mengungkapkan bahwa semua kembali kepada karma pribadi. Bahwa
tindakan yang bersangkutan di masa lalulah yang membuatnya bisa
mengalami kasus tubuh yang tidak berfungsi utuh. Jadi, jika ada
seseorang hanya punya satu kaki/tangan atau bahkan tidak punya
kedua-duanya, maka itu adalah buah dari karma buruknya, karena
yang bersangkutan tergolong manusia jahat dalam kehidupan di masa
lalu. Ia harus membayar hutang karma dengan keadaan sekarang.
Demikian juga jika seseorang mengalami tuna netra, tuna rungu atau
down sindrom. Apakah benar seperti itu? Apakah pasti demikian
kauasalitas non-material yang melandasi kasus ketidakutuhan tubuh
seseorang?
Dari sudut pandang bahwa setiap orang sebenarnya memetik
buah lakunya sendiri, bahwa kita sendirilah yang menuliskan lakon
kehidupan kita sendiri, jawaban di atas tentu memiliki sisi kebenaran.
Tetapi itu belum mengungkapkan realitas secara tepat dan akurat.
Untuk bisa mendapatkan jawaban yang tepat, kita tidak bisa nggebyah
uyah atau melakukan generalisasi. Pencapaian kesadaran setiap orang
perlu dianalisa untuk melihat korelasinya dengan apa yang dialami
dalam kehidupan sekarang. Apakah seseorang yang tidak utuh
tubuhnya pada saat ini, pasti membawa tubuh karma yang gelap
karena merekam banyak tindakan kejahatan di masa lalu? Tidak mesti

Setyo Hajar Dewantoro !115


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

begitu. Kita ambil contoh satu nama yang populer: Helen Keller.19 ‑

Seorang yang legendaris karena bisa melampaui ketunanetraan dan


ketunarunguan dan menjadi satu sosok yang inspiratif. Sejauh saya
bisa telusuri, sebelum terlahir sebagai Helen Keller pada 1880, jiwanya
pernah hidup di abad 15. Dalam skala 0-1000 yang saya buat, level
kesadaran pada saat kematian di abad 15 adalah 700. Ini adalah
tingkatan yang cukup tinggi karena berarti telah mencapai kesadaran
entitas cahaya. Dan dengan kesadaran seperti ini, ia tidak terikat siklus
reinkarnasi dengan harus terlahir di Bumi. Sebaliknya ia bisa masuk ke
alam kasanghyangan. Ketika terlahir sebagai Helen Keller, kejernihan
tubuh karmanya mencapai 98 % dan kejernihan tubuh pengetahuan
ada di 100 %. Itu data jiwa yang terbawa ke kelahiran terkini sebagai
Helen Keller, dan itu merupakan akumulasi hasil perjalanan dan
pembelajaran jiwa termasuk ketika berada di alam kasanghyangan.
Dengan keadaan tersebut, maka apa yang dialami Helen Keller
dengan mengalami tuna rungu dan tuna netra sejak usia 19 bulan
bukanlah karena ia memetik buah karma buruk. Tidak ada korelasi
antara kesadaran dan kejernihan jiwa yang dia miliki, dengan peristiwa
“musibah” yang ia alami. Lalu mengapa Helen Keller harus seperti
itu? Jawabannya adalah, jiwa-jiwa tertentu yang telah memiliki
keagungan, memang memilih lakon yang sulit terkait dengan misinya
untuk meraih kesempurnaan jiwa sekaligus berbagi kesadaran atau
memberi inspirasi yang fenomenal kepada banyak manusia. Dan itulah
yang dilakukan oleh seorang Helen Keller. Ketika meninggal sebagai
Helen Keller, kesadarannya mencapai 900. Ini kesadaran yang sangat

19Helen Adams Keller (lahir di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni 1880 – meninggal di Easton,
Connecticut, 1 Juni 1968 pada umur 87 tahun) adalah seorang penulis, aktivis politik dan
dosen Amerika. Ia menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of
Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah
[1]
hidupnya meraih 2 piala Oscar . Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya
The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille),
yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling
ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang
buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind danAmerican Foundation
for the Overseas Blind. Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Helen_Keller

!116 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

tinggi yang menunjukkan kemurnian jiwanya, dan lebih tinggi


ketimbang yang bisa dicapai dalam kehidupan sebelumnya. Bisa
dikatakan bahwa Helen Keller berhasil menjalankan misinya baik
untuk memberi inspirasi bagi banyak orang dalam mengatasi apa yang
dipersepsi sebagai “kekurangan”, maupun misi untuk meraih keadaan
jiwa yang lebih sempurna.
Jadi, peristiwa ketidakutuhan anggota tubuh tidak mesti dalam
konteks memetik buah karma buruk. Memang ada orang yang
mengalami kasus demikian, meski tetap ini bisa dibaca dalam
perspektif pembelajaran. Jiwanya membutuhkan keadaan spesifik
untuk bisa memurnikan diri dan menyelesaikan ketidakmampuan
mengatasi angkara murka diri pada kehidupan lampau. Tetapi dalam
banyak kasus lain, itu benar-benar sebuah pilihan sukarela dari orang-
orang yang berkesadarn cukup tinggi dengan jiwa jernih. Baik untuk
memberi pelajaran bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain
terutama keluarga dekatnya. Saya pernah berdiskusi dan
menyingkapkan realitas kepada satu keluarga yang memiliki anak
down sindrom. Bahwa anak itu memang sengaja memilih terlahir
dalam kondisi down sindrom, bukan karena ia memetik buah karma
buruknya. Tetapi ia yang telah memiliki kesadaran cukup tinggi di
masa lalu (ia terakhir hidup di abad 17, capaian kesadarannya adalah
600 dari 1000), memiliki misi memberi pelajaran kepada kedua orang
tuanya tentang kasih tanpa syarat atau unconditional love. Dengan
keadaan down sindrom yang berlangsung hingga usia dewasa,
sebetulnya anak ini tidak menderita seperti yang kita asumsikan.
Jiwanya cukup matang untuk bisa menerima itu semua. Dan faktanya
memang misi untuk memberi pelajaran tentang kasih murni atau
unconditional love telah berjalan – terutama ibunya yang paling
memiliki ikatan emosi dengannya, bertumbuh menjadi pribadi yang
welas asih dan berkesadaran tinggi.

Sikap pada Tubuh

Setyo Hajar Dewantoro !117


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

Setelah terlahir sebagai manusia di Bumi, jiwa manusia menjadi


satu kesatuan dengan tubuhnya diikat oleh keberadaan nyawa sebagai
energi yang menghidupi tubuh. Meski demikian, tetap bisa dipilah dan
dibedakan, antara jiwa sebagai isi dan tubuh sebagai wadah. Bahwa
jiwa adalah pengendara dan tubuh adalah kendaraan. Demikian juga,
bisa dipilah dan dibedakan antara jiwa dan perangkat yang
dianugerahkan kepadanya berupa pikiran, perasaan, panca indera dan
lainnya. Pusat kendali pada manusia sebenarnya terletak pada jiwanya,
di situlah free will terletak, meski jiwa sendiri dihidupi oleh Sang
Sumber Hidup melalui energi yang memancar dari kekosongan yang
menjadi esensi sang jiwa.
Jiwa yang telah menjadi isi dari satu tubuh material, memiliki
kesadaran ragawi yang basisnya di otak. Pada keadaan inilah, terbentuk
juga keakuan yang berpusat di kepala: dengan otaknya manusia bisa
menyadari dan merasakan dirinya sebagai yang berbeda dan unik
ketimbang diri lainnya. Lewat laku spiritual, otak menjadi terhubung
dengan rasa sejati, maka keakuan bisa luruh dan terbentuk rasa atau
kesadaran bahwa semua diri dan keberadaan sesungguhnya menyatu
dan punya kesamaan sebagai manifestasi dari Sang Sumber Hidup. Ini
akan kita bahas di bagian lain dari buku ini.
Saat ini, yang hendak kita bahas adalah, setelah kita mengerti
pola hubungan antara jiwa dan tubuh, bagaimana sewajarnya sikap
kepada tubuh dalam konteks laku spiritual guna mencapai
kesempurnaan jiwa? Ada tradisi yang mengarahkan agar setiap pejalan
spiritual, mengendalikan denganketat tubuhnya, menyangkal tubuhnya
hingga pada tahap menyiksa tubuh, karena diasumsikan tubuh adalah
penghalang jiwa dalam mencapai pencerahan. Tubuh dianggap harus
dilawan dan ditaklukkan karena padanya bersemayam segala hasrat
yang membelokkan jiwa dari tujuan utama pembelajaran spiritual.
Benarkah?
Semua kembali pada kesadaran. Persepsi pribadi kita perlu
dimurnikan. Berkenaan dengan tubuh, mari kita kembali pada

!118 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

kenyataan yang sejak semula sudah kita ungkapkan, bahwa tubuh


dengan segala perangkatnya adalah anugerah bagi Sang Jiwa. Tubuh
adalah kendaraan yang memungkinkan jiwa menjalankan misinya di
Planet Bumi. Maka, apa yang harus kita lakukan pada sesuatu yang
sejatinya merupakan anugerah? Apa yang harus dilakukan pada
kendaraan Sang Jiwa? Tentu saja, yang paling wajar adalah kita
kembangkan sikap rasa terima kasih kepada tubuh. Tubuh kita
sejatinya hidup, segenap sel itu hidup karena di dalamnya ada Sang
Sumber Hidup, dan bisa merespon sikap dasar kita kepadanya. Rasa
terima kasih kita akan terekam di dalam setiap sel dan membuahkan
respon balik dari tubuh yang melipatgandakan anugerah. Tubuh yang
sering menerima rasa terima kasih kita baik secara pikiran, verbal
maupun tindakan pastilah menjadi tubuh yang sehat.
Berikutnya, dengan kesadaran bahwa tubuh adalah kendaraan,
maka tentu saja sikap yang paling tepat adalah kita akrabi kendaraan
kita sehingga terjadi keselarasan dan keserasian gerak antara tubuh
dan jiwa. Jiwa sebagai pengendara, memperlakukan kendaraan dengan
rasa hormat dan penuh kasih. Kendaraan dipergunakan sebagaimana
mestinya dalam tuntunan dari Sang Sumber Hidup yang memberi
pesan dan tuntunan melalui rasa sejati. Kebutuhan tubuh sebagai
kendaraan bagi sang jiwa dipenuhi sebagaimana mestinya. Sebenarnya
hasrat tubuh hanyalah apa yang memang menjamin kelestarian hidup
di dalam tubuh itu. Yang membuat manusia bisa berbelok dari tujuan
evolusi adalah angkara murka yang ada pada jiwa, yang lalu
menunggangi pikiran dan emosi manusia, lalu mengejawantah dalam
hasrat tubuh yang tidak natural.
Lebih jauh, sang jiwa perlu menyadari dengan nyata hidup yang
ada dan bergerak mengalir di dalam tubuh. Keilahian dari tubuh
disadari sepenuhnya. Demikianlah sikap yang tepat yang memastikan
tubuh menjadi pendukung utama bagi pencapaian misi Sang Jiwa
dalam kehidupannya di Bumi.

Setyo Hajar Dewantoro !119


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

6
KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN

Satu peristiwa yang pasti dialami jiwa yang terlahir ke Bumi


adalah kematian. Apa sesungguhnya kematian? Dan kemana jiwa
setelah terjadinya kematian? Setiap orang pada umumnya akan
menjawab sesuai tingkat kesadarannya. Yang merasa beriman akan
menjawab sebagaimana yang diungkapkan "kitab suci" dan ditafsirkan
para "ahli agama". Di sini pembuktian tidak penting karena yang
penting adalah "kepercayaan". Entah nyata entah tidak, jika mau
disebut orang beriman ya harus percaya bahwa itu nyata.
Mereka yang merasa rasionalis dan harus berpikir saintifik
dengan pembuktian empirik, biasanya mengatakan bahwa kehidupan
dalam tubuh itu sekadar fenomena fisika dan kimia. Secara empirik
yang bisa diamati pada tubuh manusia yang hidup adalah adanya
fenomena kelistrikan dan kerja hormonal. Setelah kematian terjadi,
tak ada lagi gejala kehidupan dan sirnalah manusia. Tak ada lagi cerita
tentang Si A atau Si B, yang tertinggal hanyalah kenangan. Jadi,
berdasarkan pendekatan ini, kehidupan setelah kematian itu hanyalah
dongeng atau ilusi.
Adakah jawaban lain? Semua tergantung pendekatan yang
digunakan dalam menangkap kebenaran atau realitas. Jika seseorang
berupaya mengungkap kenyataan berdasarkan apa yang saat ini kita
mengerti sebagai pendekatan saintifik, tentu apa yang dinyatakan
sebagai kebenaran hanyalah apa yang bisa diobservasi menggunakan
panca indra dan seluruh alat bantunya. Sesuatu yang tidak terobservasi

!120 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

pasti dinyatakan tidak terbukti ada, alias tidak ada. Jika begitu
ceritanya, sampai kapanpun kehidupan setelah kematian akan tetap
menjadi misteri lalu menjadi ajang prasangka relijius. "Para tokoh
agama" kemudian akan berlomba menawarkan berita yang tak butuh
pembuktian hanya cukup dipercayai.
Untuk mengatasi dilema ini, maka pendekatan saintifik harus
diubah tidak hanya mengandalkan otak kiri, panca indra dan alat
bantu panca indra (mikroskop, teleskop, dsb). Pada titik ini para
ilmuwan harus membuka diri pada spiritualitas yang menawarkan dua
perangkat lain untuk dipergunakan dalam mengurai kenyataan: Pineal
gland (yang ada di tengah otak) dan Rasa Sejati (yang lokusnya di
pusat dada). Orang-orang yang menggunakan Pineal gland dan/atau
Rasa Sejati, pada umumnya bisa mengkonfirmasi bahwa cerita hidup
manusia tidak usai dengan adanya kematian. Tetapi realitasnya tidak
mesti sama dengan apa yang diungkapkan "para tokoh agama".

Sejatinya Tak Ada Kematian bagi Jiwa


Sesungguhnya tak ada kematian bagi Sang Jiwa. Sang Jiwa terus
berjalan dalam alur evolusi menuju kesempurnaan. Perpisahan
dengan satu tubuh hanyalah fase transisi, dimana Sang Jiwa masuk ke
dimensi baru dan bersiap-siap untuk menjalani pembelajaran dengan
tubuh dan lakon yang baru. Jadi apa yang kita namakan sebagai
kematian justru merupakan permulaan dari kehidupan baru.
Jiwa manusia tidak menjadi sirna dengan lenyapnya nyawa dari
tubuh dan mulai terurainya tubuh (kembali ke unsur asalnya: api, air,
tanah, udara) Perjalanan Jiwa Ternyata jiwa tetap hidup pasca
kematian, dan telah ada sebelum zygot terbentuk. Tubuh hanyalah
kendaraan yang bisa dimasuki dan ditinggalkan sang jiwa. Jika hendak
membuktikan hal ini, bisa dikumpulkan para praktisi spiritual yang
telah aktif secara optimal Pineal gland dan/atau Rasa Sejatinya. Beri
kesempatan mereka mengobservasi dan mengungkapkan apa yang

Setyo Hajar Dewantoro !121


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

mereka deteksi - lalu semua data yang terkumpul dianalisis untuk


mendapatkan kesimpulan.
Ada beberapa pengalaman yang bisa diungkapkan untuk
membuktikan bahwa memang ada kehidupan setelah kematian,
bahwa jiwa sesungguhnya tetap hidup setelah lepas dari raganya.
Dalam satu workshop yang diselenggarakan di Blitar, seorang peserta
yang terbilang senior, Pak Herman Santoso, tiba-tiba menangis saat
bersama-sama melaksanakan meditasi. Kepada semua yang hadir
dalam workshop, ia bercerita bahwa saat ia semakin masuk dalam
keheningan, justru tersingkap dimensi lain. Ia bisa ditemui oleh
banyak sekali jiwa yang meninggal saat Gunung Kelud meletus di
tahun 1960-an dan laharnya melintasi pemukiman penduduk kala itu.
Karena terjadi tengah malam saat orang tertidur lelap, banyak orang
yang tak sempat menyelamatkan diri. Hotel tempat kami
menyelenggarakan workshop pada saat itu termasuk kawasan yang
dilintasi lahar. Ribuan orang meninggal dunia dan jiwanya dalam
keadaan kaget, belum bisa menerima kematiannya. Merekalah yang
tertahan di dimensi astral dan meminta tolong untuk disempurnakan
perjalanannya. Maka, mengikuti pesan yang disampaikan melalui Pak
Herman, kami bersama-sama menjalankan meditasi untuk membantu
jiwa-jiwa yang tertahan itu. Energi kasih dipancarkan, dan disabdakan
pula kata-kata agar mereka masuk ke alam kedamaian. Demikianlah
yang kemudian terjadi, jiwa- jiwa yang semula tertahan ini bisa naik ke
alam yang lebih damai, yang dinamakan alam penantian. Tempat
mereka menunggu dalam kedamaian sebelum mendapatkan jatah
untuk terlahir kembali ke Bumi dan melanjutkan pembelajaran bagi
jiwa.
Dalam berbagai beberapa sessi meditasi bersama yang
momennya bersamaan dengan peristiwa musibah yang cukup menyita
perhatian publik seperti pemboman Gereja di Surabaya dan jatuhnya
pesawat Lion Air, sangat umum jika bisa ditangkap pesan dari para
korban agar jiwanya dibantu untuk naik ke dimensi kedamaian. Jiwa-

!122 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

jiwa mereka umumnya kebingungan, sebagian sakit hati – terutama


yang menjadi korban bom, sebagian masih belum sadar bahwa
mereka telah lepas dari tubuh dan mengalami kematian. Setelah
dilakukan meditasi untuk memberkati mereka, tentu ada dampak yang
langsung terjadi. Jiwa-jiwa mereka diliputi cahaya terang, lalu ditarik ke
semacam portal atau lorong vertikal yang terang, yang membawa
mereka naik kedimensi penantian.

Keadaan Sang Jiwa


Faktanya, memang sebagian jiwa yang telah lepas dari tubuhnya
tidak bisa langsung naik ke dimensi penantian atau masuk ke dimensi
yang lebih tinggi yang disebut sebagai dimensi kasanghyangan.
Seringkali dalam workshop, ada peserta yang menanyakan bagaimana
keadaan jiwa dari orang-orang yang mereka kasihi, apakah pasangan,
anak atau orang tua yang telah meninggal. Setelah ditelusuri bisa
ditemukan ada yang memang masih tertahan di dimensi bawah
(dimensi 1-4), ada yang telah memasuki dimensi penantian (dimensi 6-
11), ada juga yang karena selama hidup telah mencapai kesadaran
tinggi, bisa masuk ke dimensi kasanghyangan (dimensi 12-27), dan
tentu saja ada yang mengalami keadaan Bali Marang Sangkan Paraning
Dumadi, kembali kepada kemurnian (dimensi 28-31). Kita bisa
menolong mereka yang tertahan di dimensi astral dan merasakan
penderitaan di sana. Tingkat kemudahan dalam menolong tentu saja
tergantung kepada seberapa besar problem yang mereka hadapi
dikaitkan dengan laku dan kesadaran mereka selama hidup. Semakin
gelap tubuh karma mereka, semakin sering mereka melakukan
tindakan angkara murka, semakin sulit untuk dibantu.
Saya berikan ilustrasi dari jiwa seseorang yang sempat terjerat di
dimensi 2 dan menderita di sana karena kekeliruan lakunya sendiri –
yaitu berkolaborasi dengan siluman yang hidup di dimensi 2. Lalu,
dengan bantuan seseorang yang tepat, ia bisa dinaikkan ke dimensi
penantian (dimensi 6) yang membuatnya berada dalam kedamaian.

Setyo Hajar Dewantoro !123


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

Keadaan jiwa yang telah lepas dari tubuh memang akan selaras
dengan capaian kesadaran aat kematian terjadi. Ada yang terjebak
duka sebagai proyeksi dari kesadarannya yang rendah: dimana yang
bersangkutan masih diwarnai Angkara murka berupa kebencian,
kemarahan, kekejaman, keserakahan, dan emosi/tindakan lain yang
destruktif. Dalan ini tiap orang hanya menarik apa yang selaras
dengan vibrasi yang dia pancarkan. Tidak ada Tuhan atau malaikat
yang menyiksa. Yang ada hanya bekerjanya hukum alam: hukum
sebab akibat, hukum tarik menarik.
Nah, mereka yang berkesadaran tinggi dengan jiwa yang murni,
dimana keberadaannya diliputi watak kasih, saat terjadi kematian
jiwanya akan masuk kepada alam kesukacitaan. Rasa sukacita di alam
ini sama saja dengan yang dirasa saat kita meditasi mendalam dan bisa
melampaui semua gejolak pikiran dan perasaan. Jadi, jangan
mengharapkan anda masuk surga dimana anda bisa bersetubuh tiada
henti dengan para bidadari. Jiwa-jiwa akan berada pada keadaan yang
spektrumnya sangat luas. Apa yang dicapai sang jiwa adalah murni
hasil laku pemurnian jiwa dan peningkatan kesadaran.

Misteri Kehidupan di Bumi yang Sangat


Singkat
Ada beberapa jiwa yang hidup sangat singkat di Bumi. Baru
beberapa saat menjadi janin sudah keguguran sehingga tak pernah
berkesempatan menjadi manusia seutuhnya. Ada juga yang baru
terlahir beberapa saat, lalu meninggal dunia saat masih menjadi bayi.
Di luar kausalitas material baik karena soal sakit, kekurangan nutrisi
dan sebagainya, sesungguhnya ada kausalitas non-material.
Pada banyak kasus, ada jiwa-jiwa yang memilih hidup demikian
singkat di bumi. Mereka memilih mengisi peran dalam satu skenario
yang sebenarnya diperuntukkan bagi orang lain yang secara jiwa punya
ikatan dalam berbagai rentang kehidupan. Lebih jelasnya, ada orang-

!124 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

orang tertentu yang membutuhkan pembelajaran tentang bagaimana


mengatasi rasa duka akibat kehilangan orang-orang yang dicintai. Ini
tentang melampaui kemelekatan pada sosok di luar diri.
Untuk membuat skenario ini bisa berjalan, tentu saja
dibutuhkan peran atau lakon tertentu: antara lain sebagai anak yang
keguguran atau meninggal saat masih bayi. Jiwa-jiwa tertentu dengan
sadar memilih peran sebagai pengisi skenario ini agar pembelajaran
bagi jiwa yang tengah berperan sebagai orang tua bisa berjalan.
Setelah peran sebagai pengisi skenario ini tuntas, maka jiwa yang
bersangkutan akan kembali ke dimensi asalnya.
Tentu tidak semua kasus keguguran atau kematian ada dalam
latar atau konteks seperti ini. Karena kehidupan yang kompleks sangat
tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu teori meski teori itu
didasarkan pada penyaksian atas realitas sebagaimana adanya. Ada
juga jiwa-jiwa yang digugurkan dengan paksa, atau dibunuh saat bayi.
Mereka menjadi korban keangkaramurkaan dari orang dewasa. Nasib
jiwa mereka tentu saja berbeda dari yang tadi kita bicarakan. Seringkali
jiwa yang seperti ini memang mengalami fase tertahan di dimensi
astral, dan bagi orang yang menjadi penyebab mereka seperti itu tetap
memetik buah perbuatan baik dalam bentuk sakit atau penderitaan
lain. Sangat wajar jika kemudian muncul pertanyaan, mengapa para
jiwa yang digugurkan atau dibunuh ini mesti mengalami fase tertahan
di dimens i astral? Bukankah mereka tak bersalah? Begini, sama
dengan kasus pembunuhan pada orang dewasa, yang menjadi korban
tidak semuanya telah mengalami kematangan jiwa. Tetap ada yang
tidak bisa menerima realitas, yang punya rasa sakit hati akibat
peristiwa tragis ini, juga ada yang menyangkal fakta bahwa mereka
telah meninggal dan jiwanya tidak bisa lagi menggunakan tubuh
semula. Nah, rasa sakit hati, tidak terima, dan penyangkalan yang
berakar pada kemelekatan kuat pada tubuh dan hidup di Bumi yang
menjadi akar tertahannya satu jiwa di dimensi astral. Ini bisa terjadi
baik pada korban pengguguran, pembunuhan pada saat bayi, maupun

Setyo Hajar Dewantoro !125


Bagian Kedua: Menyingkap Rahasia Jiwa

pembunuhan saat dewasa. Selanjutnya mereka perlu menunggu waktu


lagi untuk bisa menjalani kehidupan di Bumi dan menuntaskan
pembelajaran.
Kita bisa belajar dari keadaan seperti ini, bahwa jiwa memang
realitas yang berbeda dengan tubuh, keadaan jiwa melampaui keadaan
tubuh yang sangat terbatasi ruang dan waktu. Jiwa-jiwa tetap hidup
meskipun tubuhnya baik saat sebagai zygoth, janin, tubuh bayi
ataupun tubuh dewasa sudah ditinggalkan. Dan setiap jiwa mengalami
suka duka sesuai tingkat kesadaran yang dimilikinya, bahkan Ketika
sudah terlepas dari tubuh.

Koneksi dengan Jiwa-Jiwa Luhur


Para penghuni berbagai dimensi di jagad raya ini memang
sesungguhnya memang bisa saling terhubung. Ada banyak
pengalaman dari orang-orang beragam latar belakang yang bisa
menguatkan kesadaran kita bahwa pada dasarnya jiwa itu tetaplah
hidup meski telah lepas dari raga. Orang-orang di Jawa, Bali dan
berbagai daerah di Nusantara, tak sedikit yang mengalami perjumpaan
dengan leluhur yang telah meninggal dunia, baik saat tidur dan
bermimpi, atau saat bermeditasi memasuki keheningan. Dalam
perjumpaan itu, leluhur yang telah meninggal dunia biasanya
menyampaikan pesan dan wejangan tertentu. Peristiwa ini memang
dimungkinkan. Siapapun yang saat hidup di Bumi mencapai kesadaran
tinggi, mereka bisa masuk ke alam kasanghyangan dan mereka bisa
mendampingi anak keturunan mereka yang hidup di Bumi. Sesekali
mereka turun untuk menunjukkan keberadaannya dan menyampaikan
pesan atau wejangan tertentu. Dengan bekal kesadaran tinggi, mereka
memang punya kuasa untuk melaksanakan itu dan menembus
gerbang antar dimensi.
Dalam berbagai sessi meditasi bersama yang saya pandu, baik di
ruangan tertutup maupun di tempat-tempat yang masuk kategori
portal energi, sangat umum jika para peserta bisa merasakan

!126 SUWUNG - The Science of Truth


Relasi Jiwa dan Tubuh

kehadiran jiwa-jiwa yang ada di dimensi kasanghyangan. Sebagian di


antara mereka adalah para leluhur dari peserta meditasi, sebagian lagi
adalah para leluhur agung Nusantara baik yang dulu berperan sebagai
raja maupun pandita, sebagian lagi adalah para tokoh legendaris dalam
dunia spiritual. Ada yang bisa menangkap mereka secara visual, benar-
benar melihat sosok mereka. Ada yang hanya merasakan vibrasi
kehadiran mereka, antara lain kehadiran mereka ditandai dengan hawa
yang sangat menyejukkan dan di dalam rasa sejati kita muncul
petunjuk tentang siapa yang datang.
Demikianlah rangkaian pengalaman nyata yang membuktikan
bahwa jiwa sesungguhnya bisa melampaui batasan ruang dan waktu.
Jiwa terus hidup meski tubuh telah dikembalikan ke asalnya. Jiwa
bahkan bisa terus berkarya sesuai kuasa yang dimilikinya, dan itu
ditentukan oleh pencapaian tingkat kesadaran selama hidup di Bumi.


Setyo Hajar Dewantoro !127


!

Bagian Ketiga

LAKU SPIRITUAL

1
TUJUAN PEMBELAJARAN SPIRITUAL

Setelah menekuni laku spiritual selama bertahun-tahun, menjadi


semakin terang benderang apa sebenarnya tujuan yang sewajarnya
dicapai oleh setiap pejalan spiritual. Secara sederhana bisa
diungkapkan bahwa tujuan pembelajaran dan laku spiritual adalah
tercapainya Kesadaran Murni. Kesadaran Murni adalah kesadaran
yang muncul saat diri terhubung secara penuh dengan Roh Kudus/
Hyang Atman/Sukma Sejati. Dalam keadaan ini segala sesuatu
dimengerti dan diketahui apa adanya, tanpa ada tabir ilusi. Pikiran
yang telah selaras sepenuhnya dengan Rasa Sejati atau Kecerdasan
Ilahi, bisa menangkap dengan jernih segenap realitas termasuk realitas
Sang Sumber Hidup. Kesadaran Murni hanya dicapai oleh jiwa yang
murni. Jiwa yang murni adalah jiwa yang telah kembali menjadi
esensinya sebagai keberadaan yang tanpa batas.
Inilah yang dalam khazanah Jawa dikenal sebagai keadaan "Bali
marang sangkan paraning dumadi." Jiwa pada permulaannya dapat
kita mengerti sebagai hasil persenyawaan antara Roh Kudus/Atman/
Sukma Sejati dengan eter atau materi paling halus - sehingga pada
permulaannya jiwa memang dibungkus tubuh eterik yang karena
terlihat berupa pendaran cahaya disebut juga sebagai tubuh cahaya.
Jiwa seperti inilah yang hidup di alam cahaya/alam kadewatan/alam
kasanghyangan. Jiwa yang kemudian terlahir ke muka bumi, memiliki
bungkus baru yang kita kenal sebagai tubuh materi/fisik. Kesadaran
sang jiwapun bergeser - dengan memiliki otak Sang Jiwa secara praktis
hidup dengan kesadaran ragawi.
Bagian Ketiga: Laku Spiritual

Lebih jauh, jiwa yang semula bisa tampil sebagai realitas yang
memendarkan cahaya murni, dengan dinamika hidup di bumi bisa
menjadi redup dan suram karena tertutup residu energi yang muncul
gejolak pikiran, emosi dan tindakan. Namun, saat yang sama, jiwa
yang hidup di bumi juga bisa berevolusi dan bertransformasi untuk
kembali menjadi jiwa murni. Lewat pembelajaran spiritual jiwa
dimurnikan dari segala distorsi yang membuatnya keruh, suram dan
gelap. Buah dari proses pemurnian ini adalah jiwa kembali kepada
tubuh cahaya yang memendarkan terang dan keindahan. Inilah fase
jiwa kembali ke alam cahaya. Lebih dari itu, saat Sang Jiwa terus
belajar hingga sadar penuh terhadap realitas kemenyatuan yang utuh
dengan Sang Sumber Hidup sebagai keberadaan yang tanpa batas,
kembalilah jiwa kepada esensinya atau bali marang sangkan paraning
dumadi.
Kesadaran manusia sesungguhnya merupakan cerminan atau
manifestasi dari keadaan jiwa. Apa yang diketahui atau dimengerti
Sang Jiwa, tergantung dari keadaannya apakah masih terikat erat
dengan tubuh fisiknya, atau sudah kembali menjadi entitas cahaya,
atau bahkan sudah melebur dengan Sang Sumber Hidup yang tanpa
batas. Dengan demikian kesadaran itu sesungguhnya bertingkat-
tingkat. Dan sejauh pengalaman saya, sebelum mencapai tahap
kemeleburan dengan Realitas Tanpa Batas, jiwa melampaui banyak
sekali tangga kesadaran.
Setiap tangga kesadaran sesungguhnya merepresentasikan
tingkat kemurnian jiwa dan derajat kemeleburan dengan Sang Sumber
Hidup. Pada setiap tangga kesadaran, kita bisa ketahui perbedaan
konfigurasi energi yang dipancarkan Sang Jiwa. Setiap pejalan spiritual
sewajarnya mengetahui berada di posisi mana. Lebih rinci, kita
sewajarnya mengetahui apakah perjalanan spiritual kita sesungguhnya
telah maju, stagnan atau malah mundur. Lebih memudahkan jika
Anda memiliki pembimbing yang bisa memberikan evaluasi secara
akurat dimana tingkat kesadaran kita, bagaimana kemurnian jiwa kita,

!130 SUWUNG - The Science of Truth


Tujuan Pembelajaran Spiritual

dan memberi solusi yang nyata tentang bagaimana jiwa bertumbuh


dan bertransformasi menuju Kesadaran Murni.

Kesempurnaan Jiwa
Selain mencapai kesadaran murni, tujuan dari pembelajaran
spiritual sering diungkapkan dengan bahasa lain tetapi sama esensinya:
meraih kesempurnaan jiwa. Apa yang dimaksud dengan jiwa yang
sempurna? Ia adalah jiwa kembali murni, sebagaimana asal mulanya
sebagai Roh Kudus/Kesadaran Murni yang mencerminkan
keberadaan dan kualitas dari Sang Sumber Hidup secara utuh. Inilah
yang disebut sebagai "bali marang sangkan paraning dumadi." Dibuat
analogi yang cukup mendekati, ini seperti proses mengupas kulit
bawang. Lapis demi lapis dikupas hingga bertemu intinya. Artinya,
kita setahap demi setahap menyadari realitas tubuh, nyawa, sang jiwa
dengan seluruh perjalanannya, dan sang Roh Kudus yang menjadi inti
hidup sang Jiwa. Kita mendekati ketuntasan dalam belajar saat
semakin bisa mengaktualisasikan kualitas sang Roh Kudus dalam
segenap pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dalam bahasa yang puitik, ini berarti sang aku mulai sirna yang
ada hanyalah Dia. Ini titik saat kita melepas free will untuk mengikuti
dorongan gerak dari Sang Sumber Hidup. Kemajuan kita dalam
proses ini diukur dengan tingkat kesadaran. Kita berada dalam puncak
pencapaian laku spiritual atau telah "Bali Marang Sangkan Paraning
Dumadi" saat kesadaran kita telah memasuki tingkatan infinity karena
kembali menjadi realitas energi/kesadaran yang murni. Sebelum itu
ada banyak tangga dan proses yang perlu kita lewati. Sungguh sayang
jika kita belajar tanpa mengalami proses kenaikan tingkat kesadaran.
Sungguh sayang juga kita berhenti belajar saat kita belum mencapai
titik tertinggi sesuai rancangan agung kita. Di sinilah perlu kejernihan
dan kerendahan hati untuk menempatkan diri kita dalam proses
belajar yang tiada henti. Sekaligus untuk cermat memilih dan memilih

Setyo Hajar Dewantoro !131


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

proses pembelajaran yang membuat kita benar-benar bergerak naik ke


tangga kesadaran tertinggi.

Pencerahan
Seseorang yang mengalami kemajuan paripurna dalam
perjalanan spiritual, sering dijuluki sebagai orang tercerahkan. Dalam
bahasa lain, bisa dikatakan bahwa pencerahan merupakan tujuan dari
laku spiritual. Apakah sesungguhnya pencerahan? Sederhananya,
pencerahan adalah terbukanya pikiran kita untuk mengerti berbagai
realitas. Penggambaran simboliknya, pikiran yang semula gelap
menjadicerah dan terang. Apa yang semula tak kita mengerti, spontan
kita menjadi mengerti. Inilah yang sering disebut sebagai Aha
Experience. Disebut Woww Experience juga boleh. Pada kenyataanya,
pencerahan ini berlapis-lapis sebagaimana realitas itu berlapis-lapis.
Maka orang yang mendapatkan pencerahan itupun ada tingkatannya.
Untuk setiap pribadi, pencerahan bisa terjadi bertahap. Kita
tiba-tiba bisa mengerti tentang makna hidup, kesejatian Tuhan, Missi
Jiwa, dan seterusnya. Pengertian itu muncul spontan saat kita
membuka diri untuk memperoleh pencerahan. Itu bisa muncul saat
kita duduk santai, minum kopi, jalan-jalan, baca buku, duduk meditasi,
dan berbagai kegiatan lainnya. Maka sebenarnya bisa dikatakan,
untuk mendapat pencerahan seperti tidaklah sulit. Ini perkara yang
sangat natural dan bisa dialami siapapun. Namun, kadang pencerahan
dimaknai secara sangat kompleks. Ini pencerahan yang terkait dengan
pencapaian kesadaran murni. Saat semua tabir ilusi pikiran tersingkap
dan seseorang bisa mengerti keberadaan dari Sang Sumber Hidup
saat disadari betul kemenyatuan satu pribadi dengan Keberadaan
Tanpa Batas yang menjadi sumber segala yang ada. Ini adalah
kemunculan pengertian secara utuh terhadap realitas yang diiringi
kesukacitaan mendalam dan kedamaian total.
Untuk meraih pencerahan ini, tentu tak bisa dibilang gampang
karena sangat sedikit orang yang mengalaminya. Tetapi, sebetulnya

!132 SUWUNG - The Science of Truth


Tujuan Pembelajaran Spiritual

manusia dirancang untuk bisa mengalami ini. Kita hanya perlu punya
kehendak kuat yang diiringi laku agar pencerahan total ini menjadi
nyata. Untuk itulah kita belajar spiritualitas dan menjalani lakunya.
Dan ada satu rumus tentang datangnya pencerahan seperti ini: Ia
datang pada orang yang berjatah, pada waktu yang tepat, dibimbing
pihak yang tepat juga. Orang yang berjatah berarti orang yang telah
menjalankan laku yang memadai sepanjang perjalanan jiwanya di
berbagai fase kehidupan. Momen ini soal gerak semesta, tentang
terbukanya "pintu langit". Pembimbing yang tepat, ini adalah orang
yang sudah mencapai pencerahan juga. Kombinasi dari tiga hal itu,
pasti berbuah pencerahan yang semakin utuh.

Pertumbuhan Energi
Telah kita bahas, bahwa setiap jiwa ada dalam jalur evolusi: jiwa
terus diarahkan untuk menuju kesempurnaan. Keadaan sempurna
terjadi saat sang jiwa merealisasikan dengan utuh Kecerdasan,
Kekuatan dan Kebijaksanaan Kosmik. Dalam bahasa lain, jiwa berada
dalam kesadaran dan energi yang penuh terkait kemenyatuannya
dengan Sang Sukma Sejati (spirit/Atman).
Diuraikan lebih detail, keadaan mencapai kesempurnaan
ditunjukkan oleh 2 hal: Pertama, kesadaran meluas dan murni. Dalam
artian, yang diketahui semakin utuh melampaui batasan2 pikiran, dan
persepsi terhadap realitas yang diketahui semakin jernih dari segala
bentuk ilusi dan distorsi. Kedua, energi/daya semakin meningkat
kapasitasnya sekaligus semakin murni. Dalam rangka mengatasi
berbagai tantangan hidup termasuk menangani kendala dalam laku
spiritual, dan merealisasikan kehidupan sesuai rancangan agung, setiap
pejalan membutuhkan energi yang semakin besar. Penngkatan
kesadaran sewajarnya diiringi dengan semakin menguatnya energi diri.
Tapi saat yang sama, energi ini perlu dipastikan jernih dan murni
dengan diakses dari Diri Sejati/Atman dan/atau para Divine Entity

Setyo Hajar Dewantoro !133


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

(para leluhur yang telah menjadi Manusia Sejati, para Sanghyang/dewa


Dewi).
Ada banyak metoda kultivasi atau cara dalam menumbuhkan
kesadaran dan energi. Meditasi, tapa brata, tirakat, adalah nama dari
pola kultivasi yang bisa dipilih seorang pejalan. Untuk berhasil
mencapai tujuan yang diharapkan, tentu saja perlu intensitas laku yang
didasari kemurnian kehendak/niat dan ketepatan Metoda. Umpan
balik dari sesama pejalan, ataupun arahan dari seorang Guru Spiritual,
akan sangat membantu.

Kedamaian yang Konstan


Para pembelajar dan pelaku jalan spiritual yang tekun, niscaya
menemukan keadaan dimana kedamaian menjadi warna kehidupan
sehari-hari. Kedamaian menjadi konstan kita rasakan. Bagaimana
keadaan ini bisa diraih? Kedamaian yang konstan adalah buah dari
langkah kehidupan pribadi yang selaras dengan irama semesta. Saat
pikiran dipenuhi kebijaksanaan ilahi, perasaan dipenuhi kasih murni,
perkataan dan tindakan digerakkan oleh Sang Maha Kasih. Inilah saat
dimana aku, Aku dan AKU menjadi kesatuan yang utuh dan selaras.
Itulah keadaan yang kita tuju, lewat laku spiritual kita. Tangga-tangga
kesadaran kita daki dengan penuh ketekunan, niscaya kita
diperjalankan dan disampaikan kepada dimensi ketidakterbatasan.
Kita hanya perlu punya hati penuh kasih, jiwa yang murni apa
adanya, pastilah daya yang tanpa batas bekerja pada diri kita. Kita
digerakkan, disampaikan pada tujuan. Sang Maha Kasih yang bekerja
saat kita bersedia untuk hening. Seorang pembimbing spiritual, dalam
posisi memancarkan energi kasih dan menyampaikan tuntunan untuk
mencapai pintu gerbang kemenyatuan dengan Sang Maha Kasih.
Saat Anda sudah sampai di sana, dan konsisten menjaga
kejernihan nalar dan emosi dengan ketekunan memasuki keheningan,

!134 SUWUNG - The Science of Truth


Tujuan Pembelajaran Spiritual

semua menjadi autopilot. KehendakNya menjadi kehendak kita. Sang


aku bahkan lebur yang ada adalah Keberadaan yang menyatu utuh.
Selamat menekuni jalan yang penuh keindahan ini. Mulailah
dengan cara yang sangat mudah: Rasakan dan resapi kasih murni
dalam setiap tarikan dan hembusan nafas.

Mengalami Sangkan Paraning Dumadi


Laku spiritual membawa kita mengerti secara utuh tentang
Sangkan paraning dumadi. Bukan sekadar mengerti secara kognitif
karena ada yang menjelaskan, tetapi kita mengerti karena mengalami.
Saat semakin tekun menyelami keheningan, ada momen kita
dihantarkan pada perjumpaan dengan realitas tanpa batas, kekosongan
absolut yang menjadi sumber segala yang ada. Perjumpaan ini bukan
dalam arti menjumpai satu obyek yang punya batasan, tetapi yang
terjadi, kita mengalami dan merasakan kemeleburan dengan Realitas
Tanpa Batas. Badan terasa sirna, sang aku terasa meluruh, yang ada
hanyalah kesadaran itu sendiri. Disadari bahwa diri ini ada tetapi telah
menjadi ada dengan tanpa batasan.
Keadaan ini adalah buah dari laku masuk ke dalam diri. Dalam
tuntunan Roh Kudus/Sang Hyang Atman/Guru Sejati/Dewa Ruci
kita menyingkap lapis demi lapis keberadaaan diri. Seperti mengupas
lapisan-lapisan kulit bawang kita pada ujungnya berjumpa lapisan
terdalam. Pada konteks perjalanan ke dalam diri, inilah keadaan ketika
kita menyadari realitas diri kita sebagai Roh Kudus yang menyatu
tanpa batas dengan Sang Sumber Hidup. Kemenyatuan ini adalah
dasar bagi proses transformasi diri. Jiwa yang dibungkus tubuh
terhubung dengan Energi dan Kesadaran Murni sekaligus
Kebijaksanaan Tertinggi.
Seiring dengan semakin utuhnya kemenyatuan ini, maka kita
pun semakin penuh daya, semakin berkesadaran dalam arti semakin
mengerti segala realitas, semakin dipenuhi Kasih Murni, serta semakin

Setyo Hajar Dewantoro !135


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

berkemampuan dalam melahirkan mahakarya dan membangun


harmoni di jagad raya. Mencapai ini, bisa dimulai dengan tindakan
sederhana. Perhatikan dan sadari sepenuhnya aliran nafas. Lalu
niatkan terhubung dengan Sang Guru Sejati yang bertahta di pusat
hati. Ketekunan yang didasari ketulusan niat, pasti membawa kita pada
pengalaman menyatu dengan Sangkan paraning dumadi yang berbuah
kesempurnaan jiwa.

Kunci Sukses Laku Spiritual


Kemajuan spiritual adalah buah dari latihan yang tekun: latihan
berkesadaran, latihan untuk terhubung dengan Guru Sejati yang
bertahta di pusat hati. Kita menamai latihan ini sebagai meditasi;
buahnya adalah hidup yang semakin meditatif. Yang perlu dimengerti,
meditasi tak mesti berupa duduk bersila. Semua tindakan untuk
meningkatkan kesadaran tentang apa yang sedang terjadi, untuk bisa
menikmati semua momen yang sedang kita alami, adalah meditasi. Itu
termasuk belajar menikmati secangkir kopi dengan kesadaran penuh,
berjalan-jalan di halaman rumah sembari menikmati sepenuhnya sinar
matahari yang menerpa kita, juga mendengarkan musik yang indah
secara penuh penghayatan.
Ketekunan bukan berarti mengejar; bukan memaksakan diri
untuk mencapai obsesi kita. Tekun itu soal intensitas berlatih namun
dengan jiwa yang relaks. Kata kuncinya adalah menikmati; setiap
proses dan perjalanan benar-benar dinikmati. Yang terpenting adalah
apa yang sedang kita alami saat ini: kita sadari sepenuhnya, kita terima
dengan rasa terima kasih. Hidup selalu ada dalam dinamika. Demikian
juga emosi diri.
Pribadi yang berkesadaran menerima dinamika itu apa adanya,
disadari bahwa itu adalah kewajaran yang memang harus dijalani dan
dilewati. Inilah arti dari sikap mengalir, berfokus meresapi apa yang
nyata dialami saat ini, sembari belajar menangkap pesan semesta
dalam setiap peristiwa dan mengikuti tuntunan dari Suara Diri Sejati

!136 SUWUNG - The Science of Truth


Tujuan Pembelajaran Spiritual

yang muncul dari keheningan. Mari, rayakan kehidupan kita dengan


sikap penuh terima kasih!


Setyo Hajar Dewantoro !137


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

2
MENDAKI TANGGA-TANGGA
KESADARAN

Eling lan Waspada, adalah dua kata yang sering dituturkan oleh
para leluhur Nusantara. Secara spesifik ini kita kenal sebagai petuah
dari Eyang Semar Badranaya. Eling dan waspada memang dua kualitas
jiwa yang merupakan buah dari laku penjernihan diri dengan
terhubung kepada Hingsun atau Guru Sejati yang bertahta di
telenging manah. Uniknya, dua kata ini sepadan dengan apa yang
diungkapkan para guru spiritual di era modern: tentang pentingnya
awareness dan consciousness.
Awareness itu sepadan dengan waspada: kita sadar betul apa
yang sedang kita hadapi dan jalani, kita mengerti dan menghayati betul
kita sedang apa, dimana dan bagaimana. Ini adalah tentang perhatian
penuh terhadap apa yang sedang kita alami, saat ini dan di sini.
Buahnya adalah keselamatan karena kita bahkan menjadi tahu resiko-
resiko yang menyertai langkah kita. Termasuk kita menjadi tahu dan
punya langkah antisipasi jika ada orang yang hendak memanipulasi
dan menjatuhkan kita.
Sementara itu, Consciousness sepadan dengan eling. Ini tentang
kemengertian kita terhadap realitas kehidupan secara utuh, mencakup
semua dimensinya. Kesadaran atau Consciousness yang kita miliki
menjelaskan akurasi pengertian kita mengenai realitas Tuhan, Jagad
raya, diri sendiri dan hukum-hukum kehidupan. Semakin kita
mengerti maka level of Consciousness kita semakin tinggi. Awareness

!138 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

dan Consciousness ini sangat ditentukan oleh sejauh mana kita


terhubung dengan Guru Sejati.
Awareness dan Consciousness kita akan melesat jika kita bisa
menyirnakan berbagai penghalang keterhubungan dengan Sang Guru
Sejati, yaitu ilusi yang memenuhi pikiran, emosi yang destruktif
seperti dendam dan kebencian, jejak karma buruk kita sekaligus juga
berbagai parasit energi. Dalam perspektif ini, maka laku spiritual
dapat diungkapkan sebagai proses peningkatan kesadaran. Siapapun
yang tekun dan menjalankan laku spiritual yang tepat, pasti
kesadarannya semakin tinggi.
Kesadaran sebagaimana dipaparkan di atas, bisa dikalibrasi
sehingga muncul angka yang masing-masing angka itu mewakili
tingkat kesadaran tertentu. Peneliti dari Amerika Serikat, David R
Hawkins, berdasarkan risetnya yang panjang membantu kita untuk
mehami peta pertumbuhan kesadaran manusia. Ia menjelaskan bahwa
setiap pribadi, secara dinamis mencapai tingkat kesadaran tertentu.
Hawkins menamainya sebagai Level of Consciousness. Ia menyusun
tabel yang merangkum spektrum kesadaran terendah hingga tertinggi.
Secara angka, terdapat level kesadaran mulai dari 0 hingga 1000. 1000
adalah angka LoC untuk orang orang yang tercerahkan penuh.
Sementara yang mendekati 0 adalah orang-orang yang punya problem
dengan hidup sampai pada titik punya hasrat untuk bunuh diri karena
menganggap itulah cara untuk mengakhiri penderitaan hidup. Laku
spiritual, dengan berbagai label: Suwung, Sastrajendra dan lainnya,
sesungguhnya bertujuan untuk meningkatkan awareness dan
aonsciousness ini. Mereka yang berhasil, akan hidup sebagaimana
diajarkan Eyang Semar: tansah eling lan waspada.

Peta Kesadaran Menurut David R. Hawkins


Mengikuti riset dari David R Hawkins, tingkat kesadaran
manusia tercerminkan dalam cara pandang yang akurat terhadap diri,
Tuhan dan kehidupan, juga dalam emosi yang dominan dan tindakan

Setyo Hajar Dewantoro !139


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

keseharian. Mereka yang berkesadaran tinggi adalah mereka yang


punya pandangan tepat tentang realitas diri, Tuhan dan kehidupan.
Semakin tinggi kesadaran semakin sirnalah ilusi. Ilusi adalah
pandangan yang keliru terhadap realitas, muncul dari prasangka akibat
kita tidak bisa menyaksikan realitas apa adanya. Pada puncak
kesadaran, ilusi ini total sirna. Selaras dengan itu, mereka yang
berkesadaran tinggi memililiki emosi yang dipenuhi kasih murni,
kesukacitaan dan kedamaian yang muncul dari dalam diri. Secara
praktis, mereka yang berkesadaran tinggi kemudian konsisten
melaksanakan tindakan yang serba konstruktif. Mereka hidup dalam
misi membuahkan mahakarya yang meningkatkan kualitas hidup
bersama
Dalam kajian David R Hawkins, pencapaian pencerahan
perdana direpresentasikan oleh Level of Consciousness (LoC) 700.
Sementara pencapaian pencerahan yang paripurna direpresentasikan
oleh LoC 1000. Nah, tonggak pencapaian seseorang sebelum
mencapai pencerahan, adalah saat seseorang mencapai tangga Pure
Love, Joy dan Bliss - yang ditandai dengan angka Level of
Consciousness 500, 540 dan 600. Di bawah itu, saat seseorang
mencapai LoC di atas 300, berarti ia masuk pada keadaan telah
memiliki hasrat yang kuat untuk mencapai pencerahan sekaligus mulai
masuk pada wilayah penerimaan dan pemaafan. Mereka yang
melampaui LoC 400 berarti mulai bisa menggunakan nalar secara
tepat.
Sementara itu, tataran kesadaran rendah diwakili oleh LoC 200
ke bawah. Pada titik ini, orang masih belum melepas berbagai beban
emosi atau dogma tertentu. Orang-orang yang dominan rasa bangga
dirinya, baik membanggakan kekayaan, jabatan, maupun kemampuan
supranatural, berada pada LoC 175. Mereka yang hidup diliputi
kemarahan, dengan alasan apapun, berada pada Loc 150. Sementara
orang-orang yang hidup untuk mengikuti pikiran liar yang terkait
dengan kesenangan ragawi, berada pada LoC 125. Mereka yang hidup

!140 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

penuh ketakutan termasuk ketakutan pada Tuhan ada di LoC 100.


Mereka yang hidup dalam kesedihan mendalam, berada pada LOC 75.
Selanjutnya, pada LoC orang mendekati 0, yang muncul adalah ilusi
yang sangat tebal terhadap diri, Tuhan dan kehidupan. Yang ada di
dalam emosinya adalah kepahitan, rasa malu, kebencian pada diri
sendiri, rasa bersalah yang kuat dan semacamnya. Dan ini tentu saja,
berimbas pada kecenderungan untuk merusak baik terhadap diri
maupun sesamanya. Jadi, tingkat kesadaran yang rendah punya
korelasi dengan kuatnya seseorang terlekati duka cita dan penderitaan.
Angka-angka di atas, dikalibrasi menggunakan muscle test. Ini
adalah teknik mendayagunakan kecerdasan dan kesadaran yang ada
pada setiap sel otot. Kita mengajukan pertanyaan tertutup pada sel
otot kita, yang bisa memberikan jawaban ya dan tidak melalui tanda
tertentu.

Perjalanan Pribadi
Sejujurnya, saya sangat terbantu oleh peta kesadaran yang
dikembangkan oleh David R Hawkins. Saya jadi bisa membaca
capaian saya pribadi maupun capaian dari saudara-saudari yang saya
bimbing. Kita menjadi tahu kita berada pada tangga kesadaran yang
keberapa dalam perjalanan panjang menuju puncak kesadaran.
Berdasarkan evaluasi itu, bisa diketahui pula langkah-langkah apa yang
perlu dijalankan agar kesadaran diri semakin meningkat.
Namun, saya kemudian malah menemukan rumusan sendiri
mengenai tangga-tangga kesadaran, yang mengacu pada apa yang saya
alami sepanjang menjalankan laku spiritual. Rumusan ini tentu
didapatkan dengan cara yang agak berbeda dengan yang didapatkan
oleh Hawkins. Jika Hawkins lebih banyak menggunakan observasi dan
eksperimen terhadap orang lain, saya justru mulai dengan
mengobservasi dan mengeksperimen diri sendiri. Jadi rumusan ini
berangkat dari spektrum kesadaran terendah dan tertinggi yang bisa
saya alami. Jadi, sangat wajar jika kebenarannya dikatakan sangat

Setyo Hajar Dewantoro !141


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

subyektif. Meski buat saya pribadi, ini lebih membantu untuk


menyelami realitas tangga-tangga kesadaran yang lebih kompleks
ketimbang yang telah dideskripsikan oleh Hawkins. Terutama
menyangkut keadaan ketika kita berada titik pencerahan: realitasnya
layer atau lapisan pada keadaan ini sangatlah kompleks. Jadi, saya
fokus untuk membuat rumusan tentang peta kesadaran atau tangga-
tangga kesadaran yang terkait dengan pencapaian pencerahan
tertinggi. Dikaitkan dengan laku bali marang sangkan paraning
dumadi, rumusan tingkat kesadaran ini menggambarkan proses mulai
dari perjumpaan dengan Sang Dewa Ruci hingga mencapai keadaan
melebur dengan Sang Realitas Tanpa Batas. Maka, rumusan yang saya
buat ini, dengan segala subyektivitasnya, bisa menggenapi apa yang
telah diungkapkan secara sangat bagus oleh David R Hawkins.
Menimbang perjalanan pribadi, saya pernah berada pada fase
kesadaran yang diliputi dengan dogma. Pikiran dipenuhi ilusi. Dan
tentu ini punya dampak pada ketidakstabilan secara emosi, serta
keruhnya tubuh energi dan tubuh karma. Ini terjadi sekitar tahun
1993- 2000. Lalu, saya mulai mempertanyakan apa yang semula saya
percayai sebagai kebenaran. Fase ini berlangsung pada 2000-2002.
Pada fase berikutnya, sampailah saya pada kondisi melampaui segala
dogma dan mulai masuk pada rasionalitas yang lebih murni. Saya
berada pada cara bernalar yang kritis: tidak bisa menerima begitu saja
segala konsep termasuk konsep yang berakar pada agama. Ini terjadi
pada tahun 2002-2005. Selanjutnya, saya tergerak untuk menekuni
spiritualitas karena merasakan keringnya rasionalitas. 2005-2008
adalah fase transisi dari rasionalitas menuju spiritualitas. Sejak 2008
saya mulai lebih serius menekuni mistisisme, masuk ke laku yang
melampaui rasionalitas. Tetapi, tentu saja, ada jatuh bangun di sini.
Hingga 2016, sekalipun wawasan semakin bertambah dan sempat
mengalami perjumpaan dengan Sang Dewa Ruci maupun mengalami
keadaan suwung dalam meditasi, saya belum bisa mencapai kemurnian
secara energi dan kesadaran. Dalam pengukuran dengan skala
Hawkins, pada era ini, saya bolak balik ada di tingkat kesadaran

!142 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

100-500. Ketika sedang terhubung dengan Dewa Ruci, saya ada di Loc
500. Ketika saya sedang ada dalam rasionalitas murni, saya berada di
LoC 400. Tapi ketika sedang terjebak dogma, saya ada di LoC 100.
Demikian pula ketika secara energi sedang terjebak oleh entitas alam
bawah, sekalipun wawasan sudah meluas, tingkat kesadaran hanya ada
di kisaran 100-200 dalam skala Hawkins.
Sejak 2017, saya mengalami berbagai momentum peningkatan
kesadaran yang diiringi pemurnian jiwa. Itu berlangsung terus hingga
saat saya menyelesaikan penulisan naskah buku ini di permulaan 2019.
Inilah yang kemudian menjadi dasar saya untuk merumuskan tangga-
tangga kesadaran yang berbeda dengan yang dirumuskan Hawkins.
Jika pada fase sebelumnya perjumpaan dengan Dewa Ruci hanya
menjadi momentum sesaat, bisa dibilang semacam diberi kesempatan
mencicipi, itu kemudian menjadi satu keadaan yang lebih permanen.
Pikiran, perasaan, dan tindakan semakin intensif tertuntun oleh Sang
Dewa Ruci. Itu yang membuat tingkat kesadaran stabil di angka 500
dalam skala Hawkins, dan bahkan bisa naik terus: menjangkau angka
540 saat jiwa stabil dalam kesukacitaan, dan 600 saat kedamaian
meliputi jiwa secara konsisten. Seiring dengan diri yang semakin
menyatu dengan Hingsung atau Aku Sejati, kesadaranpun naik terus
hingga mencapai 800, 850, 900,950, hingga setelah satu momentum
meditasi di Pura Gunung Kembar Desa Umajero Buleleng, angka
1000 dalam skala Hawkins bisa dicapai. Saat itulah saya sadar bahwa
tingkat kesadaran 1000 dalam skala Hawkins bukanlah ujung
perjalanan. Di situ bahkan banyak sekali layer: bahwa tingkat
kesadaran saya saat itu yang telah mencapai LoC 1000 dalam skala
Hawkins bukan berarti telah sama sadarnya dengan para Buddha dan
Kristus yang tertinggi.
Beberapa bulan setelah mengalami momen peningkatan
kesadaran di Umajero, rangkaian laku yang saya lakukan bersama
saudara-saudara seperjalanan di Pulau Lombok, tepatnya di Pura Watu
Bolong - mengantarkan saya untuk mengerti fenomena “menembus

Setyo Hajar Dewantoro !143


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

gerbang langit”. Ini adalah fase saat kesadaran manusiawi (kesadaran


sebagai entitas bertubuh material) mulai bertransformasi menjadi
kesadaran kadewatan (kesadadaran sebagai entitas bertubuh cahaya).
Pada keadaan ini, cara pandang terhadap berbagai realitas, termasuk
tentang Tuhan dan kehidupan, menjadi berbeda – semakin jernih dan
luas. Tetapi sekali lagi, inipun bukan ujung perjalanan. Justru ini
hanyalah permulaan dari penjelajahan tangga-tangga kesadaran yang
semakin tanpa batas, tak berujung.
Guru Sejati yang bertahta di dalam diri selalu menginspirasi agar
saya terus belajar sekaligus menjalankan laku. Itulah yang kemudian
berbuah pengetahuan yang selalu diperbarui dan kesadaran yang selalu
meningkat. Perkembangan berikutnya, saya dibuat mengerti terhadap
realitas lapisan-lapisan langit yang terkait denngan tingkat kesadaran
pribadi yang telah mencapai kualitas kadewatan. Pada awalnya, saya
mengalami proses menembus 7 lapisan langit. Jika peristiwa di Pura
Watu Bolong Lombok mengantarkan diri ini menuju langit tingkat 1,
maka peristiwa selanjutnya merupakan momen penyingkapan realitas
langit yang lebih tinggi. Sekali lagi, langit adalah kata simbolik untuk
lapisan-lapisan kesadaran. Laku spiritual yang tekun dengan cara yang
tepat, pastilah mengantarkan kita untuk menembus berbagai lapisan
kesadaran ini hingga tataran tertinggi.
Setiap pencapaian lapisan langit yang lebih tinggi, ditandai
dengan fenomena yang spesifik. Saat seseorang konsisten terus
terhubung dengan Guru Sejatinya, dan hidup dalam kewelasasihan,
Divine Energy-nya semakin menguat. Pada satu titik, ia menjadi
berkemampuan untuk melimpahkan energi dan meningkatkan
kesadaran orang lain. Inilah penanda seseorang yang telah masuk ke
langit kedua. Selanjutnya, pencapaian langit ketiga, ditandai dengan
aktivasi kundalini secara sempurna: secara visual tanpak formasi
energi berbentuk ular yang melintang vertikal dari ujung kepala hingga
menembus tulang ekor. Pencapaian langit keempat ditandai dengan
fenomena aktivasi secara sempurna 7 simpul energi atau cakra.

!144 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

Konfigurasi energi pada setiap simpul energi atau cakra, laksana


bunga yang mekar sempurna. Pencapaian langit kelima ditandai
dengan fenomena penyeimbangan energi maskulin dan feminin di
dalam diri. Saat kita bermeditasi atau hening, kita menyadari bagian
tubuh kita menjadi dua karakter berbeda, sebelah menunjukkan
karakter perempuan, sebelahnya lagi menunjukkan karakter laki-laki.
Pencapaian langit keenam ditandai dengan pengalaman, Jiwa kita
melampaui batasan fisik lalu jumeneng atau bertahta di jagad raya.
Kesadaran kita telah menyatu dengan Pribadi Agung yang berkuasa
dan bertahta atas jagad raya ini. Mencapai langit ketujuh, ditandai
dengan kesadaran bahwa diri ini meliputi segala yang ada di jagad raya.
Segala benda-benda kosmik, termasuk galaksi, semua dewa, malaikat,
siluman, jin, terasakan secara nyata ada di dalam diri kita. Kita telah
menjadi satu dengan realitas yang meliputi segalanya. Saat mengalami
ini, saya menjadi teringat akan apa yang diungkapkan di dalam
Bhagawad Gita, saat Sri Krisna menunjukkan realitasnya sebagai
Pribadi yang meliputi segalanya kepada Arjuna. Setelah itu, seseorang
bisa mencapai kesadaran bahwa dirinya menyatu seutuhnya dengan
realitas tanpa batas (Sang Suwung).
Selanjutnya, seiring perjalanan waktu dan semakin jumbuhnya
diri pribadi dengan Sang Diri Sejati, rahasia kehidupan dan jagad raya
ini semakin disingkapkan. Jadi, 7 lapis langit yang saya mengerti
sebelumnya, belum utuh mengungkapkan realitas matriks keberadaan
di jagad raya ini. Tetapi, yang paling sesuai dengan realitas sebenarnya
adalah keberadaan 31 dimensi jagad raya sebagaimana dibabarkan di
Bagian Pertama buku ini. Maka, tingkat kesadaran manusia
sebenarnya terkait dengan jangkauan terhadap dimensi-dimensi ini
yang merpresentasikan kesadaran multidimensi. Tingkat kesadaran
tertinggi yang merepresentasikan pencerahan paripurna, pada
dasarnya terkait dengan jangkauan kesadaran multidimensi yang
semakin utuh: kesadarannya menjangkau dimensi tertinggi, yaitu
dimensi ke 31. Tentu saja, kesemua ini punya korelasi juga dengan

Setyo Hajar Dewantoro !145


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

tingkat aktivasi 12 untai DNA, penjernihan simpul-simpul Merkaba


dan beragam pencapaian lainnya.
Berdasarkan pengalaman inilah, saya menyusun Tabel Tingkat
Kesadaran sebagai berikut:

Tabel Tingkat Kesadaran

ANGKA KESADARAN JANGKAUAN KETERANGAN


KETUHANAN DIMENSI
JAGAD RAYA

1000 Kemanyatuan 31 Mencapai pencerahan


seutuhnya, Tuhan paripurna,
sebagai kekosongan merealisasikan kualitas
absolut dan diri diri sebagai Divine
pribadi lebur dalam Entity, hidupdalam
kekosongan absolut kesadaranpenuh
ini. sebagai Avatar yang
menjadi poros
kesadaran manusia di
Bumi.

900-999 25-27 Mencapai kesadaran


bahwa Sang Diri
melampaui Batasan
tubuh, bertahta di atas
Jagad Raya. Maka
Kasih yang Memancar
dari dalam diri
menjadi Semakin
murni dan tanpa
syarat.

!146 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

800-899 21-24 Berada dalam


kemenyatuan yang
utuh dengan Diri
Sejati, dan menyadari
penuh keberadaan diri
sebagai
pengejawantahan Dari
Cahaya Murni yang
telah ada sebelum
Jagad Raya material
terbentuk

700-799 15-20 Kesadaran Sebagai


entitas Cahaya
semakin sempurna,
mengerti realitas
Dirinya sebagai
cahaya yang tak
terkungkung oleh
bentuk dan rupa.

600-699 13-14 Hidup dalam


kesadaran sebagai
entitas cahaya yang
mengasihi secara
murni, merealisasikan
uncondional love
semakin utuh
dibandingkan level
sebelumnya.

501-599 12 Mulai memasuki


kesadaran sebagai
entitas cahaya, yang
memandang
kehidupandengan
kebijaksanaan sejati
(non-prasangka).

Setyo Hajar Dewantoro !147


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

500 Tuhan adalah esensi 11 Berada di pintu


diri, mengejawantah gerbang kesadaran
sebagai Diri Sejati, langit/kesadaran
dan setiap pribadi sebagai entitas Cahaya
berevolusi untuk yang penuh
merealisasikan kewelasasihan.
kualitas Diri Sejati.

450 10 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakin kuat,
semakin welas asih
dibandingkan level
sebelumnya.

400 9 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakin kuat,
semakin welas asih
dibandingkan level
sebelumnya.

350 8 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakinkuat,
semakin welas asih
dibandingkan level
sebelumnya..

325 7 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakin kuat,
semakin welas asih

!148 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

300 6 Mulai hidup dalam


kewelasasihan karena
mengalami
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati

200 Tuhan adalahrealitas 5 Hidup dalam bingkai


terpisah,tetapi rasionalitas yang kuat,
penuhkewelasasihan memahami kehidupan
semakin obyektif,
mulai lepas dari segala
bentuk dogma,
semakin sungguh-
sungguh menata
hidup berdasarkan
prinsip kemanusiaan
yang luhur dengan
menggunakan
kekuatan pikirannya.

100 Tuhan sebagai 4 Hidup dengan emosi


realitas di luar diri yangkurang sehat,
yang emosional memendam luka
seperti manusia, batin, penuh emosi
yang menuntut yang bergolak
untuk disembah dan sehingga terjauhkan
dipatuhi. dari kebahagiaan dan
kedamaian sejati.

50 Tuhan sebagai 3 Menjalani kehidupan


konsep yang tak dalam pola yang
disadari keberadaan egoistik, dikendalikan
dan kehadiranNya oleh pikiran liar yang
secara nyata. sering manipulatif,
penuh tipu muslihat,
jauh dari ketulusan
dan kasih murni.

Setyo Hajar Dewantoro !149


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

10 2 Hidup mengingkari
tuntunan dari Diri
Sejatinya, sangat
dipengaruhi hasrat
egoistik yang
melanggar prinsip-
prinsip kemanusiaan
yang luhur, berada
dalam jerat persepsi
yang ilusif,

1 1 Hidup dalam jeratan


angkara murka yang
penuh, tindakannya
membawa kerusakan
secara massif.
Catatan: Tingkat kesadaran yang berkorelasi dengan transformasi tubuh ke dimensi yang
lebih tinggi dan menentukan dimensi mana yang dicapai saat jiwa lepas dari tubuh, adalah
tingkat kesadaran yang telah menjadi konstan atau konsisten. Karena bisa dalam satu waktu
tingkat kesadaran melambung tinggi, tapi karena cuma sesaat ia tidak berdampak pada
transformasi diri secara utuh.

Tingkat-tingkat Kesadaran sebagaimana yang dipaparkan dalam


tabel di atas, merupakan salah satu parameter yang menunjukkan
capaian dalam evolusi jiwa. Semakin tinggi angka Tingkat Kesadaran,
menunjukkan semakin berhasilnya laku spiritual yang bermuara
pencerahan paripurna dan terealisasinya keadaan bali marang sangkan
paraning dumadi. Tingkat Kesadaran ini selain menunjukkan tingkat
keterhubungan/kemenyatuan dengan Diri Sejati/Sang Sumber Hidup,
sebetulnya juga mencerminkan tingkat kejernihan energi dan
kejernihan emosi. Dimensi yang akan ditempati jiwa setelah lepas dari
tubuh, merupakan proyeksi dari tingkat kesadaran yang terakhir
dicapai. Tentu saja ada parameter lain yang juga berpengaruh seperti
Tingkat Kejernihan Tubuh Karma dan Tubuh Pengetahuan. Namun
secara umum terdapat korelasi bahwa semakin tinggi Tingkat
Kesadaran, maka akan semakin jernih pula Tubuh Karma dan Tubuh
Pengetahuan.

!150 SUWUNG - The Science of Truth


Mendaki Tangga-Tangga Kesadaran

Untuk mempermudah memahami Tabel di atas, bisa


diselaraskan dengan Tabel yang dibuat oleh David R Hawkins.
Demikianlah kesetaraannya:

Tabel Perbandingan Tingkat Kesadaran

SKALA SHD SKALA DAVID R.


HAWKINS
100 400

200 700

300 1000

350 >1000

400

450

501

600

Tingkat Kesadaran Hewan


Apakah hewan juga bisa diukur tingkat kesadarannya? Tentu
saja bisa. Dan sejauh saya selami, banyak hewan punya kesadaran
lebih tinggi ketimbang kesadaran manusia kebanyakan. Jika
menggunakan kalibrasi tingkat kesadaran berbasis skala SHD
(0-1000), saya menemukan rata-rata tingkat kesadaran dari Ikan Koi
ada di 150. Ikan Koi yang paling berkesadaran, mencapai angka 300.
Angka 300 ini setara dengan LoC 500 dalam skala Hawkins yang
menunjukkan keadaan yang mulai penuh kewelasasihan. Maka bisa
dirasakan, keberadaan ikan koi pada umumnya menyebarkan vibrasi
kedamaian dan kewelasasihan. Ada kasus unik yang diceritakan oleh
saudara seperjalanan di Blitar, Suhendro Winarno. Dua kali terjadi,
ikan koi yang hendak mati berpamitan dulu kepada dirinya baru

Setyo Hajar Dewantoro !151


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

menghembuskan nyawa terakhir. Sementara tikus, rata-rata berada


pada level kesadaran 10. Jauh sekali jika dibandingkan dengan Ikan
Koi. Kucing Persia rata-rata berada di tingkat kesadaran 100. Dari
angka itu tampaknya bisa dimengerti mengapa tikus secara umum
memberi kesan menjijikkan, sementara Kucng Persia memberi kesan
manis dan menyenangkan. Vibrasi yang ditimbulkan oleh dua jenis
binatang ini memang berbeda.
Dalam kesadaran pribadi, beberapa binatang dengan tingkat
kesadaran yang tinggi seperti Ikan Koi, Kucing Persia, beberapa jenis
Anjing, Ikan Paus, Ikan Lumba-lumba, dalam kehidupan berikut dari
jiwanya, akan menjadi manusia. Menjadi binatang jenis tersebut
tampaknya merupakan puncak evolusi jiwa di dunia binatang.
Sehingga setelah melampauinya, fase berikut adalah menjadi manusia.

!152 SUWUNG - The Science of Truth


3
PEMURNIAN JIWA

Setiap pribadi sesungguhnya selalu berada dalam kemenyatuan


dengan Sang Sumber Hidup. Keberadaan dan energiNya selalu
meliputi sekaligus menjadi esensi manusia. Sang Diri Sejati atau Sang
Dewa Ruci yang merupakan pengejawantahan paripurna dari Sang
Sumber Hidup, juga selalu bertahta di pusat hati. Namun pada
umumnya, manusia merasa terpisah sekaligus kesulitan mengakses
energi dan kebijaksanaan dari Sang Sumber Hidup. Mengapa bisa
demikian? Itu terjadi karena ada tabir penghalang antara pribadi kita –
dengan pikiran sadarnya, dan Sang Diri Sejati atau Sang Dewa Ruci
dengan Kesadaran Murninya. Maka dalam tradisi spiritual Jawa,
dinyatakan pentingnya prosesi Ruwatan yang esensinya adalah
menjernihkan diri manusia sehingga sirnalah segenap tabir. Hanya
dalam keadaan wening atau jernihlah manusia hanya bisa menyadari
kemenyatuan yang utuh dengan Sang Sumber Hidup, sekaligus bisa
mengakses energi murni dan kebijaksanaan tertinggi.
Sejauh yang bisa saya rumuskan berdasarkan pembelajaran yang
muncul dari laku pribadi, proses ruwatan atau purifikasi, perlu
mencakup seluruh aspek dari keberadaan manusia. Jiwa yang telah
menempati raga ini dan menjadi manusia, kenyataannya memang
berbungkus berbagai lapisan tubuh baik yang bersifat kasar maupun
halus. Secara terperinci, berbagai lapisan tubuh yang sewajarnya
diruwat atau dijernihkan adalah: tubuh fisik, tubuh emosi, tubuh
energi, tubuh karma dan tubuh pengetahuan. Pada bagian ini, mari
Bagian Ketiga: Laku Spiritual

kita bahas secara mendalam metoda atau tata cara ruwatan atau
purifikasi seutuhnya untuk jiwa dan raga kita.

Mahadaya untuk Pemurnian


Jiwa kita hanya bisa dimurnikan dengan Divine Energi atau
Mahadaya Suwung, yaitu energi paling murni yang memancar dari
Kekosongan Absolut, Keberadaan Tanpa Batas yang menjadi sumber
dari segala yang ada. Mahadaya ini bisa memancar lewat keberadaan
Sang Diri Sejati/Dewa Ruci di pusat hati, bisa juga mengalir kepada
seseorang lewat jalur portal energi dan esensi dari elemen-elemen
kosmik tertentu. Maka, proses peruwatan jiwa raga bisa dilakukan di
dalam ruang lewat meditasi memasuki keheningan dan terhubung
kepada Diri Sejati/Dewa Ruci. Bisa juga dengan bermeditasi di satu
tempat yang merupakan portal energi yang menghubungkan bumi
(dimensi material) dan langit (dimensi imaterial yang luhur).
Dalam tradisi Nusantara Kuna, ruwatan juga bisa dilakukan
dengan menggunakan air murni yang memancar dari mata air (air dari
sendang, pancuran atau sungai yang jernih), ataupun air kelapa.
Menyangkut yang terakhir ini, perlu diterangkan, mengapa air yang
sifatnya material, bisa membersihkan bagian dari diri yang bersifat
imaterial? Sebetulnya siapapun yang hendak meruwat atau
mempurifikasi diri, perlu terhubung dengan sumber energi murni di
balik keberadaan air yang memancar dari mata air maupun yang
berada di dalam kelapa. Karena yang dimurnikan adalah aspek
imaterial dari diri, maka yang didayagunakan juga sejatinya adalah
energi esensial atau air kehidupan yang ada di bali air dari mata air
maupun air kelapa.
Kunci dan dasar efektivitas semua proses ruwatan atau
purifikasi, tetap saja keterhubungan yang penuh dengan Sang Diri
Sejati/Dewa Ruci. Saat kita terhubung dan berada dalam keheningan,
mengalirlah mahadaya pemurnian lewat saluran dan unsur alam yang
tersedia. Hanya dengan hening dalam keterhubungan dengan Diri

!154 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

Sejati/Dewa Ruci, kita bisa membuka portal dimensi luhur. Tanpa


keterhubungan itu, kita malah membuka portal alam bawah yang
justru semakin membuat jiwa dan raga menjadi tidak jernih. Hanya
dengan hening juga kita bisa mengakses air kehidupan yang ada di
dalam air baik dari mata air maupun dari dalam kelapa.
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa dimengerti mengapa ada
orang yang menjalani ruwatan atau purifikasi tidak mendapatkan hasil
yang diharapkan. Atau malah sebaliknya, malah semakin menjadi tidak
murni karena tubuhnya dimasuki entitas alam bawah yang kemudian
mengotori tubuh energinya. Kita semua berada dilingkupi hukum
semesta tentang energi, vibrasi dan frekuensi. Kesadaran yang
mendasari laku kita, itulah yang menarik energi dengan frekuensi
vibrasi tertentu. Saat seseorang tulus dalam menjalani ruwatan atau
purifikasi, maka terakseslah mahadaya pemurnian. Tapi jika seseorang
niatnya kurang murni, atau sekadar menjalani satu ritual tanpa
kesadaran mendalam, atau dibantu orang yang justru energi dan
niatannya tidak murni, maka tujuan ruwatan atau purikasi memang
tidak mungkin terjadi. Malah energi yang tertarik justru membuat
yang bersangkutan semakin tidak jernih.

Pemurnian Nalar dan Tubuh Pengetahuan


Dalam kehidupan saat ini sebagai manusia, kita hidup dengan
kesadaran ragawi. Segenap langkah dan ekspresi kita didasari
pengertian kita akan realitas, yang dibentuk dari hasil analisa dan
sistematisasi instrumen rasional di dalam otak kita terhadap data-data
yang dicerap melalui panca indera, mata ketiga maupun rasa sejati.
Pengetahuan dan pengertian yang baru kita dapatkan disimpan di
instrumen memori di dalam otak, menjadi pikiran sadar kita. Namun
kapasitas memori di dalam otak ini cenderung terbatas, sehingga
ketika muncul pengetahuan dan pengertian baru, yang lama seolah
terlupakan, kadang dianggap hilang. Padahal pengetahuan dan
pengertian itu tidak hilang, datanya terekam di dalam lapisan yang

Setyo Hajar Dewantoro !155


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

lebih dalam, bahkan terekam di setiap sel yang ada pada tubuh
manusia. Meskipun cenderung kurang disadari tetapi sangat
mempengaruhi langkah dan ekspresi manusia. Itulah yang disebut
sebagai pikiran bawah sadar.
Pikiran sadar dan bawah sadar manusia tidak selamanya
mendapatkan masukan pengetahuan dan pengertian yang tepat dan
akurat. Adakalanya justru pikiran sadar dan bawah sadar ini merekam
berbagai bentuk ilusi: asumsi yang dianggap kebenaran padahal jauh
dari kebenaran karena tidak sesuai dengan kenyataan. Saat pikiran
sadar dan bawah sadar kita penuh ilusi, kita tertabiri dari Kebenaran
Sejati. Kita menjadi sulit terhubung kepada Diri Sejati/Dewa Ruci
untuk mengakses kebijaksanaan tertinggi maupun energi yang paling
murni.
Apakah contoh ilusi? “Tuhan menempati ruang dan waktu
tertentu”, “Tuhan terpisah dari manusia, Tuhan pemarah, pembenci
atau pendendam”, “Tuhan hanya menyukai pemeluk agama tertentu”,
“Hanya dengan memeluk agama tertentu manusia bisa selamat dan
masuk surga”, “Tuhan marah dan siap menyiksa perempuan seperti di
Jawa yang menggunakan sanggul atau rambut dibiarkan tergerai dan
terbuka”. Demikianlah contoh-contoh ilusi yang terkait dengan Tuhan
dan sifat Tuhan. Tentu masih banyak lagi ilusi yang lain, seperti yang
terkait dengan realitas manusia dan realitas kehidupan beserta segenap
hukumnya. Di antaranya adalah ilusi yang mengkerdilkan manusia
pada saat ini: “Manusia sekarang semakin tidak suci dibandingkan
manusia jaman dulu”, “Kita tak mungkin mencapai pencerahan yang
sama atau melebihi orang-orang yang dianggap sebagai utusan Tuhan
di masa lalu”, “Seorang tokoh besar adalah Tuhan sementara kita
bukan dan harus menyembahnya”.
Pencerahan dan keberdayaan yang sejati hanya bisa diraih jika
pikiran sadar dan bawah sadar dijernihkan. Penjernihan bisa terjadi
saat sinar suci memancar dari pusat hati, atau dilimpahkan oleh para
Guru Suci, jiwa-jiwa agung yang tercerahkan. Tetapi tentu ada

!156 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

prasyarat bagi bekerjanya proses penjernihan pikiran sadar maupun


bawah sadar ini. Sinar suci hanya bekerja pada diri setiap orang yang
mau membuka diri dan punya tekad kuat agar jiwa raganya
dijernihkan.
Terkait dengan proses penjernihan pikiran sadar dan bawah
sadar ini, sewajarnya setiap pribadi mengerti bahwa kebenaran
sesungguhnya adalah kenyataan yang tersingkap dan teralami. Maka,
segala informasi dari luar diri yang belum dialami sendiri, tetap
ditempatkan sebagai berita yang perlu dibuktikan lebih lanjut.
Kebenaran tentang Tuhan, kehidupan dan hukum-hukumnya,
termasuk realitas di jagad raya ini baik yang bersifat fisik dan
metafisik, yang disampaikan orang lain, seperti yang saya tulis di buku
saya atau saya sampaikan dalam kajian, workshop dan retreat, boleh
saja dipercaya. Tetapi itu dalam konteks menjadi acuan awal bagi Sang
Jiwa yang sedang berevolusi menuju pencerahan lewat laku mandiri.
Saat yang sama, tetap buka diri untuk menerima pernyataan dari orang
lain yang lebih logis, lalu peganglah pernyataan yang lebih selaras
dengan apa yang dialami secara pribadi. Pernyataan dari orang lain –
termasuk yang dianggap punya otoritas – yang belum terbukti
kebenarannya tetapi kadung dianggap sebagai kebenaran yang mutlak,
hanya akan menjadi ilusi yang menghambat pencerahan. Pikiran yang
terbuka, semangat belajar yang tiada pernah padam, dan hasrat kuat
untuk menyingkap lapisan-lapisan realitas yang tiada berujung, adalah
modal dasar bagi setiap Jiwa yang berkehendak terbebas dari ilusi dan
mendapatkan pencerahan sejati.
Lebih jauh, berdasarkan apa yang saya alami sendiri dan saya
observasi terhadap banyak orang, pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar kita yang bisa dipahami sebagai perangkat database pengetahuan
kita, akan menjadi laksana terkena virus jika seseorang justru
mempelajari kaweruh atau pengetahuan yang menjauhkan dari
Kesadaran Murni. Kaweruh atau pengetahuan yang berorientasi pada
kesaktian melalui pendayagunaan energi dari entitas alam bawah (yang

Setyo Hajar Dewantoro !157


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

dikenal sebagai khodam atau prewangan), akan menjadi tabir


tersendiri. Tabir itu terbentuk baik secara energi maupun melalui
dampak psikologis yang ditimbulkan: rasa bangga diri, sombong, ingin
menang dengan segala cara, dan semacamnya.
Selanjutnya, ilusi dan pengetahuan yang menjadi tabir pada
pencerahan, tidak hanya ada pada pikiran sadar dan bawah sadar yang
mengakumulasi hasil pembelajaran dan pengkondisian pada
kehidupan saat ini. Apa yang dipelajari di kehidupan masa lalu dan
terekam di tubuh pengetahuan manusia, juga bisa menjadi tabir.
Tubuh pengetahuan bisa kita pahami sebagai semacam hardisk bagi
Sang Jiwa, yang merekam segenap pembelajarannya di berbagai masa
kehidupan. Setiap pengetahuan atau keahlian yang dipelajari dalam
setiap masa kehidupan, akan menjadi satu file yang mengisi harddisk
ini. Jika pengetahuan atau keahlian itu justru kontradiktif dengan
tujuan mencapai pencerahan, dan tidak pernah dihapus, ia akan
menjadi virus yang terbawa sepanjang masa dan menjadi pengganggu
upaya pencapaian pencerahan di kehidupan terkini. Karena itulah,
pemurnian atau purfikasi juga perlu dilakukan secara utuh terhadap
tubuh pengetahuan sehingga tabir-tabir dari kehidupan lampau juga
bisa disirnakan.
Belakangan, saya menemukan fakta juga, bahwa tubuh
pengetahuan ini bisa dikotori oleh orang lain, dengan cara mengirim –
saya menyebutnya sebagai “virus” - yang bekerja dari dalam
mengubah cara berpikir dan kesadaran seseorang. Laksana sebuah
komputer, harddisknya akan terkena virus yang merusak berbagai file
sehingga komputer itu tak lagi bisa beroperasi dengan baik. Dan ini
akan berimbas pada ketidakjernihan di lapisan tubuh lainnya mulai
dari tubuh emosi, tubuh energi hingga tubuh karma. Orang yang
terkena virus seperti ini akan mengalami degradasi kesadaran dan
energi.
Maka, sinar suci tidak hanya dipergunakan untuk menjernihkan
pikiran sadar dan bawah sadar yang terbentuk dalam kehidupan saat

!158 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

ini, tetapi juga untuk secara utuh membersihkan semua data


pengetahuan dan pengertian yang ada di tubuh pengetahuan yang
merangkum semua pembelajaran semenjak sang jiwa mulai ada hingga
mengalami kehidupan terkini.
Tekniknya pemancaran sinar suci adalah dengan terhubung
kepada Guru Sejati/Dewa Ruci lalu menyabdakan agar sinar suci
memancar dari pusat hati. Menggenapi itu, terhubunglah dengan para
Guru Suci dan jiwa-jiwa agung tercerahkan agar beliau berkenan
melimpahkan sinar sucinya untuk membantu kita. Saat sinar suci
bekerja seusai kita memasuki hening dan menyabda, kita cukup
menikmati semua prosesnya dengan sikap menerima dan penuh rasa
terima kasih.

Pemurnian Tubuh Emosi


Setiap diri, memiliki benih-benih angkara murka di dalam
dirinya. Benih-benih angkara murka ini, saat ia bertumbuh dan
berkembang, jadilah akar bagi derita yang dirasakan Sang Jiwa. Jiwa
yang telah menjadi pribadi unik dan memiliki tubuh baik tubuh kasar
maupun tubuh halus, tak lagi hanya berisi Kesadaran dan Energi
Murni. Ia juga mulai diliputi berbagai unsur material jagad raya yang
membentuk kepribadian dan karakter, termasuk mulai dilengkapi
“kesadaran dan energi” yang merupakan antitesis dari Kesadaran dan
Energi Murni. Di dalam diri, terbentuk dualitas yang memproyeksikan
dualitas dari jagad raya: ada sisi “gelap” dan ada sisi “terang”. Sisi yang
terang sering dipahami sebagai sisi keilahian atau sisi kadewatan dari
seorang manusia. Sementara sisi lain yang gelap dimengerti sebagai
sisi keiblisan atau diyu/butha dari seorang manusia. Jiwa yang telah
menjadi pribadi unik dan independen, memiliki pilihan bebas untuk
mengikuti daya dorong dari Energi dan Kesadaran Murninya, atau
hanyut dalam daya dorong dari sisi yang lain – untuk
menyederhanakan, kita juluki sebagai sisi keiblisan, kebuthaan, atau
keangkaramurkaan. Di sinilah awal mula dinamika jiwa, bahwa jiwa

Setyo Hajar Dewantoro !159


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

bisa berada dalam kondisi selaras dan menyelaraskan, atau sebaliknya,


tidak selaras dan merusak.
Saat benih-benih angkara murka ini tak bisa dikelola dengan
Kesadaran dan Energi Murni, saat Kasih Murni tidak dominan di
dalam jiwa, maka benih-benih keangkaramurkaan akan tumbuh
membesar hingga pada titik yang membuat satu pribadi menderita.
Jika angkara murka itu terus membesar, akan terjadi penyebaran
penderitaan karena pasti ada pihak yang menjadi korban.
Saat Jiwa memiliki tubuh ragawi dan hidup di bumi, dualitas
keilahian/kedewaan dan keiblisan/kebuthaan ini terus terbawa. Justru,
menjadi manusia yang hidup di bumi adalah satu momen agar Sang
Jiwa bisa belajar mengelola dualitas ini agar tetap bisa merealisasikan
prinsip hamemayu hayuning bawana. Keberhasilan dalam proses
belajar ini akan membawa Sang Jiwa menuju keadaan paripurna/
sempurna. Sementara ketidakberhasilan, membuat Sang Jiwa terjebak
dalam ikatan kematian/kelahiran yang dipenuhi penderitaan.
Realisasi dari kualitas keilahian/kedewaan dan keiblisan/
kebuthaan, membentuk dua kutub emosi manusia: emosi konstruktif
dan emosi destruktif. Emosi konstruktif adalah segenap ekspresi
psikis manusia yang memuat energi kasih murni, yang membawa
keselarasan, kesukacitaan dan kedamaian bagi diri pribadi maupun
kepada sesama. Sementara emosi destruktif adalah ekspresi yang
membawa derita pada diri sendiri maupun orang lain. Contoh dari
emosi destruktif adalah: rasa berdosa/bersalah yang mencengkeram,
kemarahan yang tak terkendali, juga dendam dan kebencian yang
meluap. Beragam emosi destruktif inilah yang menjadi tabir Sang Jiwa
dengan Diri Sejatinya. Tak ada pribadi yang bisa mencapai pencerahan
sejati jika masih memelihara rasa bersalah, kebencian, dendam dan
kemarahan yang tak terkendali. Bentuk lain dari emosi destruktif
adalah kesombongan, keserakahan, sikap mementingkan diri sendiri,
semangat mengalahkan orang lain, dan semacamnya.

!160 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

Emosi destruktif yang menghambat pencapaian pencerahan


dan Kesadaran Murni, bisa dinetralkan atau disirnakan dengan
mendayagunakan air suci. Air suci ini adalah Mahadaya atau Energi
Ilahi paling murni yang memancar dari pusat hati dan mengambil
karakter esensial dari unsur air di dalam tubuh. Karakter air yang
esensial itu adalah membasuh dan membersihkan. Sejatinya, dalam
proses penjernihan tubuh emosi ini, kita berupaya agar yang betul-
betul meliputi diri adalah Kasih Murni. Seiring dengan itu, semua
ekspresi emosi yang membawa derita disirnakan, segenap luka emosi
disembuhkan. Dalam bahasa yang lebih teknis, sirnalah segenap rasa
bersalah, penyesalan, marah, dendam dan benci. Yang kemudian ada
adalah Kasih Murni yang membuahkan kesukacitaan dan kedamaian
yang memancar dari pusat hati.
Proses menjernihkan emosi ini, di satu sisi memang hanya bisa
berjalan saat kita terhubung Sang Diri Sejati/Dewa Ruci. Maka,
efektivitas dari mahadaya yang memancar dan bekerja dari pusat hati
sangat tergantung pada tingkat keterhubungan seseorang dengan Diri
Sejati/Dewa Rucinya. Pada konteks ini, seseorang yang berkesadaran
tinggi – otomatis menjadi sangat kuat keterhubungannya dengan Sang
Diri Sejati/Dewa Ruci, memang dimungkinkan untuk membantu
orang lain dengan memancarkan air suci yang membasuh jiwa,
menyembuhkan luka emosi, membuat emosi seseorang sepenuhnya
diliputi kasih. Sekalipun tentu saja, kunci dari keberhasilan proses ini
adalah kesediaan dan tekad kuat orang yang bersangkutan dalam
menjernihkan emosinya dan membawa jiwa kembali pada kemurnian.
Di sisi lain, dengan semakin jernihnya emosi seseorang, maka semakin
terhubunglah seseorang dengan Diri Sejati/Dewa Rucinya karena
tabir penghalangnya semakin sirna.
Proses penyembuhan luka emosi dan penjernihan diri dari
segala emosi destruktif, dilakukan dengan memasuki keheningan dan
terhubung kepada Sang Diri Sejati/Dewa Ruci lalu menyabda agar air
suci memancar dari pusat hati, menyebar ke seluruh bagian diri guna

Setyo Hajar Dewantoro !161


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

membasuh dan menjernihkan jiwa. Namun, efektivitas dari proses ini


hanya terjadi manakala kita terlebih dahulu masuk kepada kesadaran
penuh guna menerima, memaklumi dan memaafkan. Saat dalam
keheningan kita berkata penuh kesadaran bahwa kita menerima,
memaklumi dan menerima diri apa adanya, sekaligus memaafkan diri
yang telah berbuat keliru atau melanggar prinsip kasih murni, air suci
pastilah bekerja dengan efektif. Demikian juga, air suci bekerja efektif
saat kita menyatakan bahwa kita menerima semua peristiwa suka dan
duka, tiada penyesalan atas semua dinamika hidup, bahkan berterima
kasih terhadap tragedi hidup karena sadar semua itu merupakan
pemicu bagi jiwa untuk bertumbuh. Selanjutnya, air suci juga bisa
memancar dan bekerja secara efektif saat kita memaklumi, menerima
dan memaafkan siapapun yang pernah berbuat aniaya kepada kita.
Atas dasar kesadaran bahwa tindakan mereka yang menganiaya kita
dan melanggar prinsip hukum kasih itu justru menjadi pemicu
pembelajaran bagi Sang Jiwa, kita memeluk jiwa mereka dan
memancarkan energi kasih yang membawa semua kepada kedamaian
dan kesukacitaan.
Perlu saya jelaskan, bahwa jernih secara emosi tidak berarti tidak
punya emosi/perasaan. Seseorang yang jernih secara emosi tetap saja
punya emosi/perasaan, masih bisa merasakan dinamika emosi dalam
kutub suka dan duka, tapi tidak hanyut, larut dan terjebak dalam satu
ekspresi emosi apalagi sampai merusak diri dan orang lain. Pada
mereka, yang bertahta penuh di dalam diri adalah watak kasih murni
yang membuat diri bisa merasakan kesukacitaan dan kedamaian yang
memancar dari pusat hati secara konstan. Lebih dari itu, dengan
kesadaran yang diliputi Kasih Murni, seseorang bisa mengekspresikan
bentuk emosi tertentu yang selaras dengan misi penyelamatan baik
secara individual maupun kolektif. Maka, bisa saja seseorang
mengekpresikan marah yang terkendali dan disadari penuh dalam
rangka mengatasi watak angkara murka dari satu atau sekian banyak
orang yang justru membahayakan kehidupan bersama. Jadi, seseorang
yang telah jernih emosinya dan diliputi kasih murni, masih bisa sedih

!162 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

sampai batas tertentu, masih bisa marah secara terkendali, tapi tidak
akan mengumbar kemarahan, dendam, dan segala bentuk ekspresi
emosi yang merusak diri dan sesama.

Pemurnian Tubuh Energi


Sang Jiwa yang hidup di bumi dengan tubuh fisiknya,
keberadaannya merupakan satu kesatuan antara energi dan materi. Jadi
manusia bisa dilihat sebagai realitas energi sekaligus realitas materi.
Keberlangsungan hidup ragawi terjadi lewat aliran energi semesta saat
seseorang bernafas, mendapat limpahan sinar matahari, makan dan
minum. Energi semesta yang mengalir ke dalam tubuh, memunculkan
fenomena kelistrikan biologis yang menghidupkan seluruh sel dan
memicu gerak dan kerja seluruh organ dan jaringan tubuh.
Sebagaimana di balik seluruh dinamika jagad raya ada energi yang
menghidupi, demikian pula yang terjadi di dalam tubuh manusia.
Energi yang mengalir itu membentuk jalur energi dan simpul-simpul
energi.
Kesehatan secara fisik, juga kejernihan nalar dan emosi, sangat
tergantung pada kejernihan dari jalur energi dan simpul-simpul energi.
Saat ada penyumbatan dan distorsi, kualitas kesehatan fisik maupun
kejernihan nalar dan emosi pasti mengalami degradasi. Dalam hal
pencapaian pencerahan, distorsi secara energi juga berpengaruh: yaitu
saat ada entitas alam bawah (siluman, jin, dan sebangsanya) masuk ke
dalam tubuh manusia dan mendistorsi sistem energi manusia.
Lebih rinci saya jelaskan soal yang satu ini. Sistem energi tubuh
manusia, bisa terdistorsi oleh dua faktor: pertama, adalah, sumbatan
energi semata – bukan karena keberadaan entitas alam bawah di dalam
tubuh; kedua, karena keberadaan entitas alam bawah di dalam tubuh.
Kedua faktor pasti mempengaruhi kesehatan secara fisik. Keberadaan
sumbatan energi menyebabkan ketidakseimbangan energi, yang bisa
membuat organ tubuh tertentu tidak bekerja optimal, dan lebih jauh,
menyebabkan kerusakan organ yang kemudian kita definisikan sebagai

Setyo Hajar Dewantoro !163


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

sakit secara fisik. Demikian juga, jika ada entitas alam bawah di dalam
tubuh, mereka akan menyedot energi murni yang jika terjadi terus
menerus akan menciptakan ketidakseimbangan dan pada ujungnya
menyebabkan organ tertentu menjadi tidak bekerja optimal bahkan
mengalami kerusakan. Maka, ada banyak kasus seseorang didiagnosa
sakit fisik dengan kerusakan pada organ tubuh tertentu, tetapi tidak
bisa ditangani secara medis semata. Karena memang akarnya
bukanlah faktor medis melainkan faktor metafisik.
Namun keberadaan entitas alam bawah di dalam tubuh tak
hanya menyebabkan sakit secara fisik. Banyak kasus yang saya temui,
orang-orang yang menjadi sangat emosional dan pikirannya penuh
ilusi
– termasuk sering berhalusinasi – karena sistem berpikir dan
mekanisme pelepasan hormon-hormon yang terkait dengan mood
dikacau oleh entitas alam bawah yang masuk ke dalam tubuh. Lebih
dari itu, entitas alam bawah yang masuk ke dalam tubuh juga
menghalangi diri kita untuk terhubung dengan Sang Diri Sejati/Dewa
Ruci sekaligus mendistorsi pesan yang muncul dariNya. Jika tidak
dibersihkan, tentu saja seseorang akan sangat jauh dari pencerahan.
Jika kita mengukur level kesadaranpun, seseorang yang di dalam
tubuhnya terdapat entitas alam bawah yang mengendalikan
pikirannya, pasti berada pada level kesadaran rendah sekalipun ia bisa
mengatakan atau menuliskan dengan sangat bagus tentang kesadaran
dan kebijaksanaan.
Bagaimana entitas alam bawah bisa masuk ke dalam tubuh? Ada
banyak sebab atau alasan mengapa fenomena ini bisa terjadi. Pertama,
dengan sengaja seseorang memang memanggil entitas tertentu di alam
bawah untuk dijadikan prewangan/khodam untuk meningkatkan
kedigdayaannya, atau kekayaannya. Kedua, sebetulnya seseorang tidak
sengaja mendatangkan entitas alam bawah itu, tapi ia menjalankan
laku dengan niatan yang tidak murni, sehingga energi yang terpancar,
vibrasinya menarik entitas alam bawah yang satu frekuensi. Seseorang

!164 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

bisa menjalankan laku puasa, membaca mantra atau wirid, yang secara
teoritis sangat bagus, tapi karena keliru niat justru menarik masuknya
entitas alam bawah. Ketiga, seseorang bermeditasi di tempat-tempat
yang dianggap sakral. Tetapi karena punya niatan yang kurang jernih,
atau dilandasi obsesi atau ambisi tertentu, malah membuka portal
alam bawah dan menarik entitas alam bawah masuk ke tubuhnya.
Keempat, seseorang yang punya leluhur atau orang yang mempelajari
ngelmu tertentu dengan menarik entitas alam bawah sebagai khodam/
prewangan, menerima warisan prewangan/khodam itu meski tidak
meminta, tidak tahu dan tidak menyadarinya. Kelima, entitas alam
bawah itu dikirim oleh orang lain dengan berbagai tujuan:
mengendalikan dan mengacau pikiran sehingga karier dan bisnis
hancur, mengacak-acak emosi sehingga tidak bisa yang menjadi target
tidak bisa merasakan kedamaian hidup, membuat relasi dengan
pasangan memburuk, membuat tubuh fisik sakit, atau menutup jalan
rejeki sehingga mengalami kesulitan finansial.
Menimbang itu semua, penjernihan tubuh energi merupakan
satu prasyarat mutlak bagi siapapun yang hendak meraih pencerahan
tertinggi dan mencapai Kesadaran Murni. Setiap pejalan spiritual yang
bertekad mencapai keadaan bali marang sangkan paraning dumadi,
sewajarnya menjadikan hanya Sang Diri Sejati/Dewa Ruci yang
bertahta di dalam diri, tiada sedikitpun energi yang tidak murni
mendistorsi keberadaan dan kesadaran pribadi. Bagaimana caranya?
Prinsip dasarnya, dayagunakanlah energi ilahi/mahadaya yang
memancar dari pusat hati untuk menjernihkan diri dari segala bentuk
distorsi energi. Lewat tekad yang kuat untuk hanya bergantung kepada
Sang Sumber Keberadaan, dibarengi kepasrahan untuk ditata dan
dijernihkan, proses ruwatan/purifikasi yang membawa jiwa kepada
kemurniannya pasti terjadi. Jika kekuatan dari entitas alam bawah yang
ada di tubuh ternyata lebih kuat ketimbang kekuatan ilahi yang kita
bisa akses, maka kita memang membutuhkan bantuan dari luar, baik
dari sosok pembimbing spiritual yang kita percayai, atau dari Guru-

Setyo Hajar Dewantoro !165


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

Guru Suci di alam kadewatan/kasanghyangan yang selaras dengan


frekuensinya dengan kita.

Pemurnian Tubuh Karma


Segenap perbuatan kita, pasti punya dampak secara energi.
Segenap perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan dari Sang Diri
Sejati/Dewa Ruci, yang melanggar prinsip Kasih Murni, dan memberi
dampak kerusakan baik kepada sesama manusia, keberadaan lain
maupun kepada bumi ini, pasti meninggalkan sejak secara energi di
dalam tubuh halus yang membungkus jiwa. Lapisan tubuh halus yang
merekam semua jejak perbuatan manusia disebut tubuh karma.
Lebih jauh, mari kita mengerti tentang karma dan dosa dari
sudut pandang energi. Manusia memang tidak bisa melepaskan diri
dari hukum timbal balik. Segenap pikiran dan tindakan manusia,
memancarkan vibrasi energi dengan frekuensi tertentu. Pikiran dan
tindakan yang dilandasi keangkaramurkaan, kemudian merusak
kehidupan individu lain atau merusak bumi ini, pasti mengubah
tatanan energi di dalam tubuh halus kita. Pada dasarnya, saat pertama
kali ada, tubuh karma itu ibarat lembaran kertas kosong. Saat
seseorang melakukan tindakan angkara murka, itu akan meninggalkan
jejak noda energi di tubuh karma. Maka, tubuh karma yang semula
jernih, akan menjadi keruh atau kotor. Selanjutnya, jejak noda energi
itu memancarkan vibrasi energi dengan frekuensi tertentu yang akan
menarik peristiwa tertentu yang frekuensinya sesuai. Inilah momen
seseorang memetik buah karma buruk.
Apa saja yang membuat tubuh karma kita keruh? Saya belajar
betul dari perjalanan pribadi yang penuh dinamika. Ada fase-fase jatuh
bangun yang memberi pembelajaran termasuk mengenai keterkaitan
antara keadaan tubuh karma dan peristiwa hidup yang dijalani. Saya
merasakan fase-fase yang penuh kesulitan sejak tahun 2000 hingga
tahun 2017. Saya kemudian melacak, ada sebagian kesulitan itu yang
merupakan dampak dari perbuatan saat saya berada dalam

!166 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

ketidaksadaran pada masa dewasa awal (usia 20an) dan membuat


tubuh karma saya menjadi keruh. Kesulitan hidup yang saya alami
hanyalah mekanisme ngunduh wohing pakarti. Saat merenungkan
dengan jernih semua proses hidup di masa lalu, saya bisa mengerti
bahwa tindakan- tindakan yang punya kontribusi besar terhadap
keruhnya tubuh karma adalah kesombongan religius. Saya pernah
mengalami fase merasa berada dalam kebenaran dan menganggap
orang lain dalam kesesatan, sementara pikiran saya sendiri penuh
dengan ilusi. Saya pernah merasa telah suci hanya gara-gara memeluk
agama tertentu dan menjalankan ritual agama tertentu, padahal sangat
jauh dari pencerahan, lalu memandang orang lain yang beda agama
berada dalam kesesatan dan nista. Selain itu, dalam keadaan saya
belum terhubung kepada Guru Sejati/Dewa Ruci dan tubuh belum
murni secara energi karena tanpa sadar ditempeli entitas alam bawah,
saya juga sering bertindak sangat emosional, bisa tiba-tiba meledak
marah tanpa mempertimbangkan dampak kepada orang lain. Itulah
yang membuat tubuh karma saya menjadi sangat kotor, dan butuh
belasan tahun yang penuh derita untuk membersihkannya. Itu mesti
dijalani karena saya belum menemukan formula yang lebih sederhana
dan cepat untuk membersihkan tubuh karma yang dilandasi
keterhubungan dengan Guru Sejati/Dewa Ruci dan pendayagunaan
energi kasih murni.
Tentu saja, masih banyak tindakan lain yang membuat tubuh
karma kita menjadi keruh. Tetapi sejauh saya mengevaluasi diri, saya
tidak pernah melakukannya di kehidupan saat ini: memfitnah orang,
menjatuhkan orang lain karena iri hati, memanipulasi orang lain,
menipu orang lain, membunuh manusia karena angkara murka, dan
beragam tindakan yang semacam itu.
Dalam proses penulisan buku ini, saya juga mendapatkan
pembelajaran tentang beberapa tindakan yang membuat tubuh karma
menjadi keruh. Perdebatan yang dilakukan untuk memaksakan sebuah
kehendak dan hasrat menunjukkan kepintaran kita, itu memberi jejak

Setyo Hajar Dewantoro !167


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

noda energi yang mengeruhkan tubuh karma. Demikian juga, tubuh


karma menjadi keruh karena kesombongan yang termanifestasi dalam
sikap menolak semua saran yang muncul dari jiwa yang tulus. Karena
merasa lebih pintar, kita mentah-mentah menolak saran dari orang
lain dan tidak mempertimbangkannya dalam keheningan. Saya juga
belajar, bahwa meludah sembarangan tanpa rasa kasih kepada
tumbuhan dan rasa hormat pada Ibu Pertiwi, juga meninggalkan jejak
noda energi yang membuat tubuh karma menjadi keruh.
Tingkat kejernihan tubuh karma kita pada saat ini,
menunjukkan akumulasi jejak pikiran dan perbuatan kita pada
kehidupan saat ini maupun kehidupan kita di masa lalu. Pada
umumnya manusia, dalam kelahirannya yang terbaru, membawa jejak
noda energi akibat pikiran dan perbuatan dari kehidupan masa lalu
yang tak sempat dibersihkan. Tetapi ada juga segelintir orang yang
terlahir ke bumi ini dengan tubuh karma yang sangat jernih, tetapi
tetap sempat mengalami fase ketidaksadaran yang berdampak pada
kekeruhan tubuh karma. Keadaan tubuh karma yang dibawa dari
kehidupan sebelumnya, maupun yang dibentuk dalam kehidupan saat
ini, sangat menentukan garis kehidupan atau nasib yang dijalani
manusia. Ini hanyalah soal terealisasinya hukum timbal balik: kita
menarik apa yang selaras dengan tatanan energi diri. Dalam sudut
pandang pembelajaran, segenap peristiwa yang kemudian tertarik
akibat realitas tubuh karma, merupakan momen agar Sang Jiwa belajar
tentang prinsip kehidupan tertentu dalam rangka mencapai
kebijaksanaan dan kesempurnaan.
Dikaitkan dengan tujuan dari laku spiritual, bisa dinyatakan
secara tegas bahwa pencerahan sejati atau pencapaian keadaan bali
marang sangkan paraning dumadi, hanya terjadi saat tubuh karma
benar-benar jernih. Artinya, di tubuh karma tidak ada lagi jejak pikiran
dan perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan Guru Sejati/Dewa
Ruci dan melanggar prinsip kasih murni.

!168 SUWUNG - The Science of Truth


Pemurnian Jiwa

Berita gembiranya, jejak noda energi di tubuh karma, terhapus


tidak hanya setelah ia berbuah peristiwa duka yang sering dipahami
sebagai pembayaran hutang karma. Ada mekanisme lain untuk
membuat tubuh karma kembali menjadi jernih. Itu adalah dengan
mendayagunakan api suci yang memancar dari pusat hati. Api suci ini
adalah manifestasi dari Energi Kasih Murni yang memiliki karakter
membakar segala benih karma buruk (segala noda energi di tubuh
karma). Pada praktiknya, api suci ini bisa memancar dari pusat hati
dan bekerja menjernihkan tubuh karma saat kita berada dalam
keheningan lalu menyabdakannya. Tentu saja, ada landasan atau sikap
dasar yang membuat semua proses pembersihan tubuh karma berjalan
dengan baik: dengan segenap kerendahanhati kita menyadari
kemungkinan diri kita berbuat keliru baik dengan sengaja maupun
tidak sengaja, dan benar-benar mendengar suara dari pusat hati untuk
mengetahui tindakan mana yang memang keliru. Lalu, dengan
sepenuh hati meminta maaf atau pengampunan kepada semua jiwa
(tidak hanya manusia, tetapi tumbuhan, binatang dan makhluk lain
yang terlihat maupun tak terlihat) – yang secara sengaja maupun tak
sengaja terluka atau tersakiti oleh pikiran dan tindakan kita. Lalu
dengan kesadaran penuh kita memeluk semua jiwa itu, memancarkan
energi kasih pada mereka dan menyabdakan agar mereka semua
menemukan kedamaian dan kesukacitaan dalam naungan kasih yang
paling murni. Siapapun yang tekun melakukan praktik tersebut,
niscaya tubuh karmanya menjadi jernih karena semua benih karma
buruk terbakar oleh api suci.
Selain pembakaran dengan api suci, pikiran dan perbuatan yang
dilandasi Kasih Murni dalam rangka hamemayu hayuning bawana,
juga bisa membuat tubuh karma menjadi jernih. Sebagaimana
tindakan yang melanggar prinsip kasih murni meninggalkan jejak
noda energi di tubuh karma, maka tindakan yang selaras dengan
prinsip kasih murni, memberi dampak berupa sinar terang yang
menimpa jejak noda yang membuat tubuh karma menjadi keruh.
Semakin banyak kita berbuat dalam tuntunan Guru Sejati/Dewa Ruci

Setyo Hajar Dewantoro !169


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

yang membawa damai dan sukacita bagi diri pribadi maupun seluruh
keberadaan lainnya, tubuh karma kita menjadi terang dan jernih.
Tindakan pembakaran noda gelap di tubuh karma dengan api
suci, maupun upaya mengembangkan tindakan kasih murni yang
membawa sinar terang kepada tubuh karma, perlu dilakukan dengan
tekun. Sejauh observasi pribadi, peningkatan kesadaran belum tentu
langsung berpengaruh terhadap peningkatan kejernihan tubuh karma.
Artinya, butuh upaya sengaja dengan metoda tepat untuk
menjernihkan tubuh karma.
Memungkasi paparan di bab ini, bisa kita ungkapkan dengan
tegas, bahwa saat tubuh karma menjadi jernih, garis kehidupan diri
kita di masa depan pasti berubah, karena hukum timbal balik selalu
berjalan. Setiap orang menarik peristiwa yang selaras frekuensinya
dengan tatanan/vibrasi energi di dalam dirinya. Lebih dari itu,
kejernihan paripurna dari tubuh karma, menjadi landasan kokoh bagi
tercapainya keadaan bali marang sangkan paraning dumadi.

!170 SUWUNG - The Science of Truth


4
PEMBERDAYAAN ENERGI

Laku spiritual menuju keadaan sebagai manusia paripurna, tak


semata-mata terkait dengan peningkatan kesadaran, tetapi juga terkait
dengan peningkatan energi. Proses menuju pencerahan, jelas
membutuhkan energi yang memadai guna menyirnakan semua tabir
penghalang pencerahan dan menembus gerbang-gerbang lapisan
kesadaran. Efektivitas upaya permunian jiwa melalui penjernihan
tubuh emosi, tubuh energi, tubuh karma dan tubuh pengetahuan,
sangat tergantung pada kualitas energi pada diri kita. Semakin tinggi
level energi kita, semakin efektif kita melakukan proses pemurnian
itu. Bahkan kita bisa membantu proses pemurnian jiwa orang lain saat
memiliki level energi yang cukup tinggi. Demikian juga dalam
menjalankan misi hamemayu hayuning bawana, setiap pribadi
membutuhkan keberadaan energi dalam kapasitas yang memadai.
Sejauh mana kita bisa menjalankan misi hamemayu hayuning bawana
yang pasti melibatkan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan,
tergantung dari energi yang bisa didayagunakan.
Pada bab ini saya akan membahas secara gamblang perkara
energi. Termasuk mengenai laku untuk menaikkan level energi kita.

Kategori Energi
Permulaan dari semuanya adalah kekosongan absolut. Orang
Jawa menyebutnya sebagai Suwung. Kekosongan adalah bahasa
manusiawi kita untuk keberadaan tanpa batas, yang menjadi sumber
Bagian Ketiga: Laku Spiritual

dari segala yang ada. Dari kekosongan yang tanpa batas inilah
memancar energi perdana atau energi yang paling murni. Energi ini
yang bervibrasi atau bergetar dengan vibrasi tertentu menjadikan
segala yang ada (matter, materi) dengan segenap keragaman dan
kompleksitas yang berbeda. Satu universe yang terdiri dari sejumlah
galaksi, terbentuk oleh energi ini melalui proses big bang dan
transformasi energi menjadi materi. Para ilmuwan menyebutnya
sebagai dark energy. Disebut dark energy bukan karena terkait entitas
alam bawah yang secara simbolik dinyatakan berwatak gelap, tetapi
karena energi ini tak terlihat, tanpa warna. Energi ini yang
bertransformasi menjadi string (benih materi) yang lalu mengalami
proses transformasi lanjutan menjadi kuanta, atom dan materi dengan
segala tingkatan kompleksitasnya. Dalam kacamata spiritual, energi
paling murni ini disebut juga sebagai Divine Energy. Inilah energi
yang langsung terkait dengan keberadaan Sang Sumber Kehidupan. Ia
adalah energi yang berada di balik keberadaan jagad raya beserta
segenap isinya.
Pada diri manusia, energi ini terkait dengan keberadaan Sang
Diri Sejati/Sang Dewa Ruci. Energi inilah yang menjembatani proses
mengejawantahnya Sang Sumber Hidup yang semula tanpa batas,
impersonal, menjadi Jiwa sebagai satu entitas dengan kepribadian
tersendiri. Energi ini yang terkait dengan esensi Jiwa dan menghidupi
Sang Jiwa. Karena di dalam diri manusia yang terdiri dari materi dan
energi juga memiliki realitas kekosongan absolut yang mencerminkan
keberadaan Sang Sumber Hidup, maka energi ini memang memancar
dari kekosongan absolut itu. Sang Diri Sejati adalah wahana atau
jembatannya, karena Sang Diri Sejatilah yang mempribadikan
keberadaan Sang Sumber Hidup. Lokus pemancarannya berada di
pusat hati. Pusat hati menjadi gerbang untuk mengakses energi ini.
Inilah kategori energi yang pertama dan punya keterkaitan langsung
dengan proses pencapaian pencerahan/kesadaran murni.

!172 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

Kategori energi yang kedua, sering disebut sebagai Cosmic


Energi. Dalam bahasa lain juga dinamakan sebagai Prana/Chi. Ini
adalah energi yang muncul dan memancar dari segenap benda dan
elemen semesta. Setiap benda semesta seperti matahari, bintang,
bulan, bumi, memiliki inti. Inti dari masing-masing benda semesta ini
selalu berputar memancarkan energi dan menciptakan medan
elektromagnetik. Demikian juga, unsur-unsur jagad raya yang secara
sederhana dikategorikan sebagai unsur api, air, tanah dan udara,
masing-masing memiliki molekul yang tersusun dari atom-atom
tertentu. Masing-masing atom memiliki inti yang juga terus berputar
dan tentunya memancarkan energi dan menciptakan medan
elektromagnetik. Cosmic Energi/Prana/Chi atau dalam bahasa
Indonesia kita sebut sebagai energi semesta, merupakan derivasi dari
Divine Energy. Jika Divine Energi sudah ada sebelum jagad raya ada,
maka Cosmic Energy muncul setelah jagad raya ada.
Nah, manusia sebagai keberadaan yang tubuhnya tersusun dari
4 unsur alam (air, api, tanah, dan udara), dan secara faktual memang
tersusun dari berbagai molekul kimiawi yang masing-masingnya
memiliki atom, tentunya juga memiliki Cosmic Energy/Prana/Chi.
Energi ini mengalir melalui jalur energi dan simpul-simpul energi.
Untuk mengaksesnya, seseorang bisa memasuki gerbangnya yang
berada di bawah pusar (dalam bahasa Tiongkok disebut sebagai
Dantien). Lewat mekanisme tertentu energi jenis ini bisa ditingkatkan
kapasitasnya. Energi ini sebenarnya tidak terkait langsung dengan
pencerahan, namun memiliki kegunaan terkait misi manusia dalam
menjalankan misi hamemayu hayuning bawana. Tetapi tanpa landasan
kesadaran murni, akumulasi energi jenis ini bisa malah membuat
manusia memiliki daya rusak yang semakin besar. Karena energi ini
memang bisa digunakan untuk membangun maupun merusak.
Pada diri manusia, ternyata tidak hanya terdapat dua kategori
energi sebagaimana dipaparkan di atas. Ada juga yang disebut sebagai
Mind Power yang muncul dari pendayagunaan otak. Energi jenis ini

Setyo Hajar Dewantoro !173


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

terbangun saat seseorang berlatih konsentrasi sehingga dari otaknya


memancar energi yang besarannya tergantung tingkat konsentrasi dari
pikiran. Sama dengan cosmic energy, energi jenis ini tidak punya
kaitan langsung dengan pencerahan. Ia bisa berguna untuk kebutuhan
praktis manusia. Namun tanpa landasan kesadaran murni, ia juga bisa
dipergunakan unuk merusak.
Nah, kategori berikutnya dari energi yang bisa berada di dalam
diri manusia dan bisa dipergunakan oleh manusia adalah apa yang saya
sebut sebagai Demon Energy. Untuk mengerti ini, kita agak mundur
kebelakang. Begini, Divine Energy yang menjadi sebab efektif
keberadaan jagad raya, selain membentuk jagad raya itu juga
membentuk penghuni jagad raya. Nah, penghuni jagad raya ini mulai
berada dalam dualitas: gelap terang, sadar dan tak sadar, baik dan
buruk. Keberadaan di jagad raya yang menyerap secara optimal
Divine Energy dan dengan energi ini cenderung bertindak serba
harmonis, disebut sebagai entitas cahaya. Termasuk di dalamnya
adalah para sanghyang/dewa-dewi dan malaikat. Pada saat yang sama,
terbentuk keberadaan yang merupakan antitesisnya, yang secara
sederhana dikategorikan sebagai entitas gelap karena cenderung
menutupi kebenaran dan melakukan tindakan disharmoni yang
merusak kehidupan. Entitas semacam ini ada banyak kategori, tetapi
untuk menyederhanakan saya sebut semuanya itu sebagai entitas alam
bawah – sebagai kontras dari sanghyang/dewa-dewi dan malaikat yang
merupakan entitas alam atas.
Nah, entitas alam bawah ini juga mendapatkan limpahan energi
dari Sang Sumber Hidup yang bisa dipergunakan untuk menjalankan
hasrat merusaknya. Para entitas alam bawah ini juga punya
kemampuan untuk memanipulasi Cosmic Energy. Karena manusia
memang bisa terhubung dan berkolaborasi dengan entitas alam
bawah, maka dimungkinkan untuk mengakses demon energy dan
mendayagunakannya. Dengan demon energy ini manusia bisa
melakukan tindakan yang terkesan baik seperti melakukan

!174 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

penyembuhan, maupun mempertunjukkan berbagai kemampuan


supranatural. Dalam konteks yang lebih destruktif, demon energy ini
bisa digunakan untuk memanipulasi pikiran dan emosi orang lain,
bahkan bisa untuk menyakiti dan membunuh orang lain.
Tentunya, saat seseorang mempergunakan demon energy ini,
ada konsekuensi logis yang harus ditanggung. Yang bersangkutan
mesti memberi imbalan karena para entitas bawah tidak mungkin
memberikan energinya secara gratis – dan ini yang memunculkan
ritual penumbalan. Jika tidak dipenuhi dirinya sendiri yang akan
menjadi tumbal, energi murninya disedot, dengan resiko mulai dari
sakit hingga kematian. Berikutnya, yang bersangkutan juga pasti
menjadi terhalang dari pencapaian pencerahan dan kesadaran murni.
Seseorang yang berkolaborasi dengan entitas alam bawah pasti ikut
berada dalam kesadaran yang rendah.

Penguatan Divine Energy


Peningkatan kesadaran sewajarnya diiringi penguatan Divine
Energy, karena keduanya berakar pada keadaan yang sama: terhubung
kepada Sang Gur u Sejati/Dewa Ruci, yang mer upakan
pengejawantahan perdana/pempribadian Sang Sumber Hidup di
dalam diri manusia. Sejauh saya pengalaman pribadi, faktanya
memang peningkatan kesadaran belum tentu diiringi peningkatan
Divine Energy meskipun kedua realitas ini seperti dua sisi dari
sekeping uang logam. Jika kesadaran terkait dengan semakin luasnya
pengetahuan, semakin dalamnya pengertian, dan semakin
meningkatnya kebijaksanaan, maka peningkatan Divine Energy
berhubungan dengan semakin kuatnya daya proteksi diri dan
bertambahnya efektivitas dalam menjalankan misi hamemayu
hayuning bawana. Saya ingat, saat kesadaran sudah cukup berkembang
tetapi Divine Energy lemah, saya gampang sekali tertembus serangan
metafisik. Demikian juga, sangat terbatas kemampuan dalam berbagai
bentuk pelayanan: mulai dari penyembuhan hingga energy boosting

Setyo Hajar Dewantoro !175


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

untuk mempercepat peningkatan kesadaran dan pemurnian jiwa para


pembelajar yang saya asuh. Begitu Divine Energy meningkat, maka
semakin tak tersentuh oleh serangan metafisika, semakin mudah
dalam melakukan penyembuhan, demikian juga semakin efektif dalam
membantu peningkatan kesadaran dan pemurnian jiwa terhadap para
pembelajar yang saya asuh.
Prinsip dasar dari penguatan Divine Energy adalah dengan
semakin sering melakukan tindakan meditasi guna terhubung kepada
Sang Guru Sejati/Dewa Ruci. Ketekunan dalam bermeditasi pasti
diiringi dengan munculnya tuntunan kepada diri kita tentang laku
lanjutan yang perlu dijalani. Sejauh pengalaman pribadi, peningkatan
Divine Energy saya alami secara signifikan melalui laku berikut:
Pertama, mengakses kembali Divine Energy yang dulu pernah dimiliki
di kehidupan lampau dan tersimpan di tubuh pengetahuan, baik
dengan metoda tarian jiwa maupun dengan bermeditasi di tempat-
tempat yang terkait dengan proses laku di kehidupan lampau. Kedua,
melaksanakan meditasi di tempat-tempat tertentu yang merupakan
portal energi alam atas sesuai dengan tuntunan dari Guru Sejati/Dewa
Ruci. Ketiga, sering mendayagunakan Divine Energy yang sudah
dimiliki guna menolong orang lain atau menjalankan misi hamemayu
hayuning bawana, selaras dengan tuntunan Guru Sejati/Dewa Ruci.
Keempat, semakin sering memasuki keadaan suwung (ultimate state of
meditation), sembari menyabda agar Divine Energy di dalam diri
semakin bertumbuh. Kelima, membaca mantra agung semesta yang
merepresentasikan bunyi kosmik. Varian yang saya pakai adalah
HOOOOM, yang dibaca dengan penghayatan penuh dan saat
menutup pengucapan mantra ini lidah ditekuk ke langit-langit sembari
merasakan getaran yang muncul.
Metoda lain untuk meningkatkan Divine Energy adalah dengan
terhubung kepada Divine Entity, yaitu para Guru Suci, jiwa- jiwa
agung dan tercerahkan yang berada di dimensi kasanghyangan/
kadewatan. Ini akan saya jelaskan dibagian berikutnya.

!176 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

Akses Energi Malaikat dan Kadewatan


Divine Energy bisa terlimpah kepada diri kita melalui
keberadaan para Divine Entity: dewa dewi, malaikat, leluhur dan Guru
Suci yang telah mencapai pencerahan paripurna. Setiap pribadi
sebenarnya memiliki pola energi yang selaras dengan satu atau
beberapa Divine Entity tertentu. Divine Entity yang selaras dengan
pola energi kita ini, saya juluki sebagai Arketip. Jika kita bisa
mengenali Arketip kita, maka tentu langkah berikutnya adalah secara
spesifik menghubungkan diri kepada mereka, meniatkan untuk
mengalami penyatuan energi dengan mereka, dan dalam kepasrahan
total menerima limpahan energi dari mereka. Jika kita belum
menyadari atau mengetahui Arketip kita, maka proses keterhubungan
ini bisa dilakukan secara acak. Niatkan saja terhubung dengan seluruh
Divine Entity setelah sebelumnya terhubung kepada Guru Sejati/
Dewa Ruci, dan selanjutnya resapi keheningan dan pasrah menunggu
Divine Entity yang selaras frekuensinya. Jikapun kita belum peka,
cukup lakukan prosedur itu lalu pasrahkan diri untuk menerima
apapun yang dilimpahkan kepada kita. Terkait dengan prosesi di atas,
hal yang biasa saya lakukan adalah menghubungkan diri dengan
portal-portal energi alam atas yang ada di bumi, yang diiringi tindakan
membuka gerbang langit. Saat kita sudah terhubung dengan semua
portal itu dan gerbang langit terbuka, tentu saja limpahan energi dari
para Divine Energy melimpah dengan deras.
Laku standar yang biasa saya ajarkan kepada mereka yang saya
asuh, adalah dengan mengajak mereka terhubug kepada Trimurti:
Sanghyang Betara Brahma, Sanghyang Betara Wisnu dan Sanghyang
Betara Siwa yang merepresentasikan tiga manifestasi Divine Energy,
yaitu Energi Penciptaan, Energi Pemeliharaan dan Energi Peleburan.
Penigkatan tiga model energi ini tentunya membantu efektivitas setiap
pribadi dalam menjalankan misi hamemayu hayuning bawana. Saya
juga sering memandu para pembelajar untuk terhubung dengan para
Malaikat. Melalui keterhubungan ini, setiap jiwa bisa dilimpahi cahaya

Setyo Hajar Dewantoro !177


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

kesadaran yang menjernihkan jiwa raga, sekaligus semakin


menguatkan kualitas keilahian di dalam diri.
Keterhubungan dengan Guru Sejati/Dewa Ruci di dalam diri,
menjadi proses permulaan yang harus dijalani agar vibrasi energi kita
memiliki frekuensi yang selaras dengan frekuensi vibrasi energi para
Divine Entity. Jadi, sekali lagi, ini soal hukum tarik menarik secara
energi. Hanya jiwa murni yang tertuntun Guru Sejati/Dewa Ruci yang
bisa menerima limpahan Divine Energy dari para Divine Entity. Jika
jiwa tak murni, penuh dengan obsesi yang egoistik, meskipun kita
membaca mantra-mantra agung, kita bukannya terhubung dengan
Divine Entity, tetapi malah terhubung kepada entitas alam bawah yang
bisa menyusupkan Demon Energy.

Penyelarasan Mikrokosmos Makrokosmos


Cosmic Energy/Prana/Chi pada diri seseorang bisa
ditingkatkan dengan berbagai cara, baik lewat pola yang egoistik
maupun non egoistik. Karena laku kita mengarah pada tercapainya
pencerahan dan kesadaran murni, maka tentu saja pola laku yang
dipilih dalam meningkatkan kapasitas Cosmic Energy/Prana/Chi
adalah yang non egoistik. Prakteknya, ini dilakukan dengan cara
membangun keselarasan kepada 4 benda semesta dan 4 unsur alam:
matahari, bulan, bumi, bintang, api, air, tanah dan api. Kita tetap
memulainya dengan terhubung kepada Guru Sejati/Dewa Ruci, lalu
dengan pola meditasi yang statis (duduk diam) maupun dinamis
(tarian jiwa), kita menghubungkan diri dengan Divine Entity yang
mengampu 4 benda semesta dan 4 unsur alam. Kita memberikan rasa
hormat dan menghaturkan rasa terima kasih atas limpahan anugerah
yang diberikan kepada kita melalui keberadaan 4 benda semesta dan 4
unsur alam. Realitasnya memang selalu mengalir kepada diri kita
Cosmic Energy/Prana/Chi melalui 4 benda semesta dan 4 unsur alam
itu sehingga kehidupan kita sebagai manusia di bumi tetap terpelihara.

!178 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

Selanjutnya, kita hening, merasakan kemenyatuan dengan 4


benda semesta dan 4 unsur alam itu, merasakan energi yang mengalir
kepada kita. Resapi semuanya dan jika ada tuntunan untuk bergerak/
menggerakkan badan dan anggota badan, maka kita lakukan itu.
Semakin kita masuk dalam keheningan dan selaras dengan 4 benda
semesta dan 4 unsur alam itu maka semakin menguat keberadaan
Cosmic Energy/Prana/Chi di dalam diri kita.
Dalam laku ini, kita menghindari bahasa “menyerap” atau
“menyedot” yang menunjukkan keserakahan dan niatan egoistik.
Faktanya, tanpa kita memintapun kita sudah diberi dan dilimpahi
energi yang memungkinkan kita tetap hidup sebagai manusia Maka,
yang justru perlu dilakukan adalah sikap berterima kasih yang
ditindaklanjuti dengan laku penyelarasan. Faktanya, saat kita menjadi
obsesif dan serakah, yang ditunjukkan dengan niatan egoistik
“menyerap” dan “menyedot” Cosmic Energy/Prana/Chi, kita malah
bisa menarik Demon Energy ke badan kita. Makanya tak sedikit orang
yang Cosmic Energy/Prana/Chi-nya bercampur baur dengan Demon
Energy. Tentu saja jika ini terjadi, mereka bisa memiliki cukup
supranatural power, tapi kesadarannya rendah dan malah terjauhkan
dari pencerahan/kesadaran murni.

Penataan Simpul Energi/Cakra


Di dalam diri manusia, dimensi material terkait erat dengan
dimensi energi. Keadaan tatanan energi manusia pasti mempengaruhi
fungsi fisik sekaligus psikisnya. Satu pendekatan untuk mengetahui
keadaan tatanan energi manusia dalam kaitannya dengan kualitas dan
keberdayaan manusia, adalah dengan membaca 7 simpul energi.
Simpul energi ini dalam bahasa Sanskerta dinamai Chakra. Sebenarnya
ada banyak sekali simpul energi/chakra di dalam diri manusia, tetapi
kita fokuskan perhatian kepada 7 simpul energi/cakra utama.
Berdasarkan pengalaman pribadi maupun observasi terhadap
para pembelajar yang saya asuh, bisa diketahui bahwa masing-masing

Setyo Hajar Dewantoro !179


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

simpul energi/chakra memang mempengaruhi aspek tertentu dari


kualitas kehidupan manusia. Simpul energi pertama di bawah tulang ekor,
terkait erat dengan keterhubungan manusia kepada Bumi yang
menghidupi raganya. Ketidakselarasan dan adanya gangguan pada
simpul energi/chakra ini, membuat manusia manusia sulit memenuhi
kebutuhan dasarnya – terlebih lagi untuk meraih keberlimpahan secara
material. Dilandasi kesadaran bahwa tubuh adalah kendaraan bagi jiwa
yang sewajarnya dirawat secara tepat, dan bahwa tubuh menjadi lestari
berkat pasokan 4 unsur alam dari Bumi yaitu api, air, tanah dan udara,
maka simpul energi/chakra ini perlu ditata agar fungsinya menjadi
optimal. Bagaimana cara menata, menyalaraskan dan mengoptimalkan
fungsi dari chakra ini? Cara pertama, adalah dengan membiasakan diri
terhubung dengan Sang Ibu Bumi. Sadari Bumi ini ada yang
mengampu, sosok feminin yang mengayomi Bumi dan penghuninya,
itulah Ibu Bumi. Maka, sewajarnya kita sering berterima kasih dan
menghormati Ibu Bumi. Penerapan dari rasa terima kasih dan rasa
hormat ini adalah bersikap welas asih kepada Bumi. Sadari bahwa
Bumi dan segala isinya hidup, dan berdasarkan kesadaran itu,
pergunakan sumber daya di Bumi secara wajar sembari menjaga
kesetimbangan dan kelestariannya. Sikap eksploitatif yang didasari
keserakahan, hanya akan membawa kita menjadi tidak selaras dengan
Bumi. Pada titik tertentu, kita akan memetik buah dari
ketidakselarasan ini. Cara kedua, sering-seringlah menginjak tanah
secara langsung tanpa alas kaki. Rasakan keterhubungan dan
kemenyatuan dengan bumi. Rasakan juga limpahan anugerah dari
Bumi lewat semua yang ada dan tumbuh di Bumi. Cara ketiga, adalah
dengan bermeditasi, dalam hening memancarkan mahadaya dari pusat
hati ke simpul energi/chakra dasar lalu menyabdakan selaras. Rasakan
saat simpul energi/chakra dasar ditata.
Simpul energi/chakra yang kedua terkait dengan fungsi seksualitas
dan kreativitas. Ketidakselarasan dan gangguan pada simpul energi
kedua/chakra sex membuat kesehatan dan kemampuan reproduksi/
berkembang biak terhambat, demikian juga kemampuan dalam

!180 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

menikmati kehidupan seksual yang berkualitas. Perlu disadari bahwa


seks memang bukan hanya soal membuat anak, tapi ini adalah satu
ritus penting dalam menumbuhkan energi dan menjaga kesehatan
emosi. Maka, sewajarnya kita memastikan simpul energi/cakra ini
berfungsi optimal. Terlebih, jika ia tak berfungsi optimal maka daya
kreatif manusia yang terkait dengan kemampuan berinovasi
membangun peradaban juga menjadi rendah. Artinya, fungsi
hamemayu hayuning bawana juga menjadi terhambat.
Simpul energi ketiga/chakra solar plexus, berkenaan dengan
kekuatan hasrat manusia. Ini salah satu simpul kekuatan api pada
manusia, yang jika terlalu kekurangan atau berlebihan membuat hidup
manusia justru menjadi terjauhkan dari kesukacitaan dan kedamaian.
Ketidakselarasan dan gangguan pada simpul energi/chakra ini
membuat seseorang berada pada dua titik ekstrim: pertama, malas,
tidak bergairah, untuk membangun kehidupan terbaik; kedua
kebalikannya, terlalu berambisi dan terobsesi meraih apa yang
dipersepsikan sebagai kehidupan terbaik. Seseorang yang simpul
energi ketiga/chakra solar plexusnya selaras dan berfungsi optimal,
justru menunjukkan karakter yang unik: di satu sisi, ia merasa telah
mencapai semuanya, telah puas dan berterima kasih atas hidup yang
dijalani sehingga tak mengejar apapun; tetapi di sisi lain, ia juga penuh
gairah dalam berkarya dan melayani sesama dalam rangka hamemayu
hayuning bawana. Orientasi egoistiknya telah luruh, ia dengan
kesadaran penuh menyediakan diri menjadi wahana Sang Sumber
Hidup untuk merealisasikan rancangan agungNya.
Simpul energi keempat/chakra jantung, terkait erat dengan kualitas
kewelasasihan dan stabilitas emosi. Kurangnya kewelasasihan dan
emosi yang penuh gejolak atau dipenuhi angkara murka, tercerminkan
dalam keadaan simpul energi keempat/chakra jantung yang tidak
selaras dan penuh gangguan. Jadi, membangun pribadi yang matang,
dewasa, penuh welas asih, dan bisa mengelola semua benih angkara

Setyo Hajar Dewantoro !181


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

murka di dalam diri, bisa dilakukan dengan menyelaraskan dan


mengoptimalkan fungsi simpul energi/chakra ini.
Simpul energi kelima/chakra tenggorokan, terkait dengan
kemampuan komunikasi secara tertulis maupun verbal. Keselarasan
dan keoptimalan fungsi dari simpul energi/chakra ini membuat
seseorang menjadi sangat artikulatif, lancar menumpahkan gagasan-
gagasannya termasuk menceritakan pengalaman spiritualnya. Namun
yang perlu dicatat, ada orang yang lebih berbakat di aspek komunikasi
tertulis atau menulis, dan ada yang menonjol dalam komunikasi verbal
atau berbicara. Ada juga yang berbakat dua-duanya. Jadi, saat simpul
energi/chakra ini tertata sepenuhnya, kemampuan yang berkembang
optimal tentulah yang sesuai dengan bakatnya.
Simpul energi keenam/chakra mata ketiga, terkait dengan
kemampuan mencerap realitas metafisika: melihat, mendengar,
merasakan dan mengerti realitas yang melampaui pencerapan panca
indera. Tidak semua orang berbakat pada keseluruhan aspek itu.
Seperti saya pribadi, yang menonjol adalah kemampuan untuk
menangkap pengertian dari satu fenomena metafisika. Tapi saya tak
diberi jatah punya ketajaman visual, pendengaran dan sensing/
merasakan realitas metafisika menggunakan mata ketiga. Saya lebih
banyak menggunakan rasa sejati bukan mata ketiga. Namun, saat
simpul energi/chakra ini ditata maka ia akan menjadi optimal
fungsinya, yang aktif dari berbagai fungsi mata ketiga ini adalah apa
yang kemudian merupakan jatah kita. Pemaksaan untuk mengaktivasi
semua fungsi tidak akan menghasilkan apa-apa. Kelebihan dan
kekurangan kita justru menjadi dasar untuk mengembangkan
kolaborasi yang indah, dan menjaga kita tetap rendah hati karena
sadar kita tak hebat di semua hal, ada yang lebih hebat pada hal
tertentu meski kita punya banyak keunggulan.
Simpul energi ketujuh/chakra mahkota, adalah jembatan antara
bumi dan langit. Ini merupakan gerbang manusia untuk mengakses
kecerdasan kosmik. Perlu disadari bahwa jagad raya ini laksana mega

!182 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

jaringan komputer. Ada satu server yang menyimpan semua data


semesta – sering disebut sebagai catatan angkasa atau achasic record.
Nah, saat simpul energi ketujuh/cakra mahkota terbuka maka kita
akan menjadi mudah mendapatkan limpahan pengetahuan semesta
yang tak pernah kita pelajari sepenuhnya. Kita bisa secara spontan
mendapatkan limpahan pengetahuan dan kebijaksanaan yang sangat
akurat. Terkait dengan inilah, kita bisa membedakan antara “guru
akademik” dan “guru intuitif ”. Guru akademik, karena simpul energi
ketujuh/cakra mahkota belum teraktivasi, untuk bisa mengajar maka
perlu mengumpulkan dulu pengetahuan yang hendak diajarkan lewat
membaca atau mempelajari bahan-bahan yang bisa diakses dengan
panca inderanya. Sementara guru intuitif tak perlu melakukan itu
semua. Saat hendak mengajar, ia cukup hening maka apa yang akan
diajarkan melimpah secara spontan dari langit: tertumpah dari server
pengetahuan semesta melalui cakra mahkota dan ditangkap oleh otak
untuk diungkapkan kembali dengan bahasa manusiawi. Terkait dengan
ini, seberapa banyak seseorang bisa mengakses data semesta, terkait
dengan seberapa besar antah karana yang terbentuk. Antah karana ini
secara visual terlihat sebagai satu lorong cahaya yang muncul dari atas
ubun-ubun mengarah ke atas, ke langit. Jika antah karana besar atau
lebar, maka itu menunjukkan kapasitas akses terhadap server
pengetahuan semesta juga menjadi sangat besar. Demikian juga
sebaliknya. Ini semacam penentu bandwidth yang menentukan jumlah
data yang bisa diakses dan kecepatan pengaksesan dalam jaringan
komputer semesta. Sejauh pengalaman pribadi, kualitas aktivasi dari
simpul energi ketujuh/chakra mahkota dan besar tidaknya antah
karana, sangat terkait juga dengan tingkat keterbubungan seseorang
kepada Diri Sejati/Dewa Rucinya. Semakin menyatu kesadaran
seseorang dengan Sang Diri Sejati/Dewa Ruci tentu saja semakin
aktif simpul energi ketujuh/chakra mahkotanya, dan semakin besar
dan lebar antah karananya.
Penataan simpul energi kedua sampai ketujuh, bisa dilakukan
dengan meditasi dan memancarkan mahadaya dari pusat energi ke

Setyo Hajar Dewantoro !183


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

semua simpul energi yang perlu ditata. Niatkan dan sabdakan satu
persatu, lalu dalam hening rasakan mahadaya yang mengalir dan
bagaimana setiap simpul energi ditata dan diselaraskan. Tentu saja,
bantuan secara energi dari seorang pembimbing yang memiliki
kesadaran tinggi dan energi besar, akan mempercepat proses penataan
semua simpul energi/cakra yang ada pada diri kita.

Penguatan Kundalini
Kundalini adalah nama dari gabungan Divine Energy dan
Cosmic Energi yang mengalir dari titik di dekat tulang ekor, menuju
ubun-ubun. Bagi para praktisi meditasi ataupun yoga, kenaikan
kundalini dipandang sebagai indikator kemajuan dalam laku spiritual.
Sejauh pengalaman pribadi, memang demikian adanya. Saat laku kita
semakin tuntas, kita semakin selaras baik dengan Diri Sejati/Dewa
Ruci maupun dengan makrokosmos (yang direpresentasikan oleh 4
benda kosmik dan 4 unsur semesta), kundalini memang bangkit. Ia
ditandai dengan bergerak mengalirnya energi dari sekitar tulang ekor
melalui jalur energi di sekitar punggung yang disebut trinadi, menuju
cakra mahkota. Semakin intensif aliran ini, maka bisa dinyatakan
bahwa Kundalini semakin teraktivasi. Pada tataran aktivasi sempurna,
Kundalini akan tervisualisasikan sebagai ular yang melintang dari titik
tulang ekor hingga menembus ubun-ubun.
Apa dampak semakin teraktivasinya Kundalini? Sejauh
pengalaman pribadi, itu berdampak pada beberapa hal. Pertama,
semakin teraksesnya data jiwa berupa hasil pembelajaran kesadaran di
berbagai masa kehidupan yang tersimpan di tubuh pengetahuan.
Secara fisik, ada satu chip di tulang ekor yang mengkompres data di
tubuh pengetahuan ini. Saat Kundalini naik maka data di chip itu akan
mengalir ke otak dan terealisasi sebagai pengetahuan yang operasional
dan bisa didayagunakan pada saat ini. Kedua, kenaikan Kundalini
mengindikasikan semakin besarnya spiritual power yang kita miliki.
Tentunya ini merupakan faktor yang menentukan kemampuan kita

!184 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

dalam menjalankan misi hamemayu hayuning bawana. Secara spesifik,


energi penciptaan, pemeliharaan dan peleburan kita menjadi semakin
sempurna seiring dengan teraktivasi sempurnanya Kundalini.
Kemampaun penyembuhan, melebur energi angkara murka, dan
berbagai tugas lain yang diemban sebagai pekerja cahaya, tentunya
menjadi semakin mudah dilakukan pada saat Kundalini teraktivasi
sempurna. Ketiga, semakin teraktivasinya Kundalini juga berarti
semakin tertata selarasnya 7 simpul energi/chakra, yang berpengaruh
pada kualitas emosi, kesehatan dan kemampuan manusia dalam
berkarya. Termasuk di antaranya adalah, kenaikan Kundalini secara
sempurna membuat dimensi bumi pada diri kita menyatu dengan
dimensi langit. Lebih teknis, simpul energi ketujuh/chakra mahkota
menjadi terbuka sempurna dan antah karana terbentuk semakin
besar/lebar.
Bagaimanakah cara membangkitkan Kundalini atau membuat
tingkat aktivasinya sempurna? Kita perlu mengerti karakter dari
Kundalini sebagai energi gabungan dari Divine Energy dan Cosmic
Energy/Prana/Chi. Masing-masing menyumbang 70 % dan 30 %
terhadap kapasitas dari Kundalini kita. Jika seseorang semata-mata
melatih Cosmic Energy-nya dengan mengakses energi dari 4 benda
semesta dan 4 unsur alam, maka tingkat aktivasi maksimal dari
Kundalininya berada di angka 30 %. Jika seseorang hanya fokus untuk
terhubung dengan Diri Sejati/Dewa Ruci dan para Guru Suci, maka
tingkat aktivasi Kundalininya maksimal akan berada di angka 70 %.
Jika Divine Energy dan Cosmic Energy ditingkatkan secara simultan,
utuh dan selaras, maka kita bisa mencapai tingkat aktivasi yang
sempurna, di angka 100 %.
Nah, semua itu hanya bisa terjadi dengan laku pribadi. Tentu
saja, seorang pembimbing spiritual yang memiliki energi besar bisa
melakukan energy boosting untuk mempercepat kenaikan dan aktivasi
sempurna dari Kundalini. Namun, tetap tak bisa dipaksakan, semua
tergantung kesiapan dari pribadi yang bersangkutan. Pemaksaan dalam

Setyo Hajar Dewantoro !185


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

hal menaikkan Kundalini apalagi dengan menggunakan Cosmic


Energy/Prana/Chi yang pejal dan kasar hanya akan membahayakan
sang pembelajar, karena yang bersangkutan bisa mengalami sindrom
Kundalini yang resiko tertingginya adalah kematian akibat lonjakan
energi yang tak bisa ditampung badan dan malah merusak organ-
organ vital. Untuk itulah, dalam hal penguatan Kundalini ini, semua
perlu berjalan secara natural. Biarkan semua bertumbuh sesuai alur
masing- masing. Seorang pembimbing hanya bisa membantu
secukupnya dengan mempertimbangkan kesiapan tubuh sang
pembelajar.

Penyelarasan Energi Maskulin dan Feminin


Di dalam diri manusia memang terdapat sekaligus energi
maskulin dan feminin. Energi maskulin disimbolisasi dengan energi
matahari, sementara energi feminin disimbolisasi dengan energi bulan.
Yang satu panas, yang satu dingin – yang satu berunsur api yang satu
berunsur air. Laku spiritual mengarahkan penyatuan dan penyelarasan
dua energi ini. Saat keduanya menyatu selaras, terjadilah
kesempurnaan.
Satu fase yang saya alami dalam proses menuju pencerahan dan
kesadaran murni, adalah penyatuan dan penyelarasan energi maskulin
dan feminin ini. Itu ditandai dengan keberadaan dua karakter sekaligus
dalam satu tubuh: tubuh bagian kanan terasa dan terlihat sebagai laki-
laki, sementara tubuh bagian kiri terasa dan terlihat sebagai
perempuan. Selanjutnya, sisi maskulin dan feminin ini menyatu: inilah
arti dari perkawinan kosmik di dalam diri. Siapapun yang telah
mencapai fase ini, berarti semakin mendekati keparipurnaan sebagai
manusia.
Apa dampak dari keselarasan ataupun keseimbangan dari energi
maskulin dan feminin? Kita menjadi proporsional dalam
mengekspresikan sisi kelembutan dan ketegasan. Kita menjadi tahu
kapan saatnya mengelus dengan lembut, dan kapan melebur tanpa

!186 SUWUNG - The Science of Truth


Pemberdayaan Energi

keraguan. Ini terkait dengan misi mengayomi dan memelihara sesuatu


yang memang layak diayomi dan dipelihara, sekaligus misi melebur
apa yang sepatutnya dilebur. Hamemayu hayuning bawana tak bisa
hanya dijalankan dengan kelembutan seorang Ibu, tapi juga ada
kalanya memerlukan ketegasan seorang Bapak.
Bagaimana fase ini bisa dicapai? Pencapaiannya tak bisa
dipaksakan atau disengajakan, melainkan terjadi begitu saja seiring
laku yang semakin tuntas. Semakin kita terhubung selaras dengan Diri
Sejati/Dewa Ruci sekaligus dengan makrokosmos (4 benda semesta
dan 4 unsur semesta), otomatis proses penyatuan dan penyelarasan
energi maskulin dan energi feminin semakin terjadi. Untuk
mempercepat, cukup dengan sering-sering meniatkan selaras energi
maskulin dan energi feminin pada saat meditasi dan menyelami
keheningan.

Setyo Hajar Dewantoro !187


5
PENINGKATAN KECERDASAN

Laku spiritual ternyata berkaitan erat juga dengan peningkatan


berbagai kategori kecerdasan. Demikian yang bisa saya amati pada diri
sendiri maupun dengan mengobservasi teman-teman seperjalanan yang
saya bimbing. Prinsip kerjanya, di balik segenap fenomena jagad raya
dan kehidupan yang berada di dalamnya, memang ada Kecerdasan
Tanpa Batas yang menetapkan satu rancangan agung dan
menggerakkan segala sesuatunya untuk berada dalam keselarasan
dengan rancangan agung itu. Manusia sebagai manifestasi dari Sang
Sumber Hidup, memiliki potensi untuk merealisasikan Kecerdasan
Tanpa Batas itu melalui keterhubungan dengan Sang Diri Sejati/
Dewa Ruci dan mendayagunakan seluruh perangkat kecerdasan yang
ada di dalam diri. Manusia Paripurna adalah pribadi yang memiliki
kecerdasan holistik yang muncul dari kesadaran menyatu seutuhnya
dengan Keberadaan yang tanpa batas. Ini yang membawa manusia
mencapai hidup selaras, sehat, bahagia dan berkelimpahan. Seiring
peningkatan berbagai aspek kecerdasan, semakin besar juga peran dan
tanggung jawab yang diemban dalam rangka hamemayu hayuning
bawana.
Di dalam bab ini saya selaku penulis hendak menguraikan
bagaimana laku spiritual bisa berdampak pada peningkatan setiap jenis
kecerdasan.

Kecerdasan Intelektual
Peningkatan Kecerdasan

Jiwa yang telah berada di dalam tubuh fisik dan menjalani


kehidupan di Bumi, memiliki satu perangkat atau organ tubuh yang
menjadi pusat dari kesadaran ragawinya: otak. Otak berada di dalam
kepala, memiliki volume sekitar 1.350 c, lalu secara umum dinyatakan
terdiri dari sekitar 100 juta neuron (sel syaraf) plus sekitar 1 milyar sel
gilial. Sebenarnya angka hanyalah satu perkiraan yang masing-masing
pakar bisa berbeda pendapat karena mendapatkan hasil riset yang
berbeda.
Dengan keberadaan otak, manusia bisa memiliki kecerdasan
yang secara teknis dinamakan Kecerdasan Intelektual (Intellectual
Quotient), yang dengan alat tertentu bisa diukur tingkatannya.
Kecerdasan Intelektual disebut juga sebagai Kecerdasan
Rasional. Ini adalah tentang kemampuan manusia dalam
mengembangkan cara berpikir yang logis, menganalisa segenap data
yang dicerap dari berbagai perangkat input data terutama panca
indera, mengembangkan pengetahuan yang sistematik, serta yang
paling mendasar adalah mengerti dan menyadari kenyataan yang
dialami diri. Secara lebih spesifik, jenis kecerdasan ini dikaitkan
dengan keberadaan otak kiri manusia.
Dengan kecerdasan rasionalnya, manusia bisa melakukan
banyak hal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di Bumi yang
sebenarnya sama-sama punya otak, yaitu binatang. Buah dari
pendayagunaan kecerdasan rasional yang dilakukan manusia adalah
berkembangnya peradaban yang berbasis pengembangan sains dan
teknologi. Manusia bisa melakukan riset dan pengembangan
pengetahuan yang bermuara pada penciptaan berbagai alat yang
semula didedikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dalam hal ini, dengan Kecerdasan Intelektualnya, manusia
menyingkap hukum- hukum jagad raya. Segenap data yang didapatkan
melalui observasi baik dengan maupun tanpa alat bantu,
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan dengan berbagai
cabangnya, lalu diterapkan secara praktis untuk menciptakan berbagai

Setyo Hajar Dewantoro !189


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

karya teknologi di berbagai bidang, mulai dari bioteknologi, teknologi


bangunan, teknologi mesin dan kelistrikan, hingga teknologi luar
angkasa.
Manusia memang memiliki rancangan agung yang terkodekan di
dalam DNA-nya sehingga punya kapasitas dan potensi untuk menjadi
pembangun peradaban. Manusia berbeda dengan binatang yang secara
sederhana memang terkunci kapasitas dan potensinya dalam hal
membangun peradaban – terutama peradaban kompleks yang
semakin berkembang seiring makin banyaknya inovasi teknologi.
Tetapi, jika kapasitas dan potensi ini dibangkitkan tanpa bimbingan
kebijaksanaan, maka justru manusia bisa menjadi penghancur
peradaban termasuk menjadi perusak bumi yang didiaminya. Nah,
disinilah letak pentingnya menengok peran dari laku spiritual dalam
kaitannya dengan peningkatan Kecerdasan Intelektual/Rasional.
Laku spiritual, di satu sisi jelas membawa manusia terhubung
dengan Kebijaksanaan Tertinggi di dalam dirinya, yang dengan itu
membuat pikiran, perasaan dan tindakannya berorientasi pada
keselarasan, keselamatan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dalam
kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebijaksanaan
membuatnya menjadi konstruktif – hanya dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia, membangun peradaban, tanpa
merusak bumi yang telah memberi penghidupan pada manusia dan
seluruh keberadaan yang menghuninya. Di sisi lain, ternyata laku
spiritual juga bisa membantu meningkatkan kualitas Kecerdasan
Intelektual/Rasional manusia yang membuat manusia makin efektif
dalam menyingkap rahasia jagad raya dan mengembangkan sains/
teknologi. Lebih teknis, berdasarkan pengamatan terhadap
perkembangan para pembelajar yang tekun meningkatkan
keterhubungan dengan Diri Sejati/Dewa Ruci, bisa diungkapkan
bahwa mereka memang mengalami peningkatan dalam berbagai aspek
yang terkait dengan Kecerdasan Intelektual/Rasional, yaitu:
kemampuan berpikir logis, ketajaman analisa, kemampuan mengingat,

!190 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

kemampuan mensistematisasi data, juga kemampuan untuk mengerti


realitas yang melingkupinya.
Dalam khazanah psikologi modern, tingkat Kecerdasan
Intelektual/Rasional bisa diukur melalui serangkaian test dan
menghasilkan score tertentu. Manusia pada umumnya memiliki skore
IQ di kisaran 100-110. Sebagian orang dengan gangguan tertentu
pada otak bisa memiliki IQ lebih rendah dari itu. Beberapa kategori
dari orang berIQ rendah adalah sebagai berikut: Idiot (IQ 0-29),
Imbecile (IQ 30-40), Moron atau Debil (IQ 50-69), Kelompok bodoh
(IQ 70- 79) dan Normal rendah (IQ 80-89).
Sementara orang-orang yang dianggap jenius, diungkapkan
memiliki skor IQ di atas 140. Ilmuwan legendaris Albert Einstein
memiliki IQ 160. Tapi ternyata, dia bukan orang yang IQnya paling
tinggi. Masih ada beberapa nama lain, di antaranya: Judith Polgar,
pecatur wanita dari Hongaria di IQ 170, Leonardo da Vinci sang
pembuat mahakarya lukisan bertajuk Monalisa dan ahli di berbagai
bidang berada di IQ 180, Marlyn vos Savant yang berprofesi sebagai
penulis ada di IQ 190, Gary Kasparov yang juga seorang pecatur
punya IQ 194, Christoper Michael Langan yang pernah dianggap
sebagai orang paling jenius di Amerika ada di IQ 210, Kim Un Yong
seorang ahli matematika punya IQ 210, Christoper Hirata yang ahli
astrofisika punya IQ 225, Terence Tao yang ahli matematika ada di IQ
230, dan yang tercatat sebagai pemilik IQ tertinggi adalah William
James Sidis yang juga ahli matematika, di IQ 300.
Pada umumnya, IQ diukur menggunakan seperangkat test yang
disebut uji psikometrik. Test dilakukan menggunakan test tertulis
maupun tes performa, dan dibantu dengan komputer. Alat yang biasa
dipergunakan oleh mereka yang berlatar psikologi antara lain Stanford
Binnet Intelligence dan Wechsler Scales. Ada juga alat uji khas
Indonesia yang dijuluki TIKI.
Saya pribadi menerapkan deteksi rasa sejati dan muscle test
untuk mengukur IQ, yang cenderung memberi hasil sama dengan

Setyo Hajar Dewantoro !191


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

pengukuran standar yang dilakukan oleh para ahli psikologi. Tentu


saja, apa yang saya lakukan bisa dikatakan sangat subyektif. Tetapi bagi
saya ini sudah sangat membantu untuk memberi pembuktian pribadi
bahwa laku spiritual memang punya korelasi dengan peningkatan
Kecerdasan Intelektual/Rasioanl.
Berdasarkan pengalaman pribadi dan mengobservasi para murid
saya, saya bisa menyimpulkan laku spiritual yang tepat memang punya
dampak nyata pada peningkatan Kecerdasan Intelektual/Rasional.
Bagaimana ini bisa terjadi? Sejauh yang bisa saya mengerti,
peningkatan Kecerdasan Rasional/Intelektual sangat terkait dengan
pengembangan neuron di cerebral cortex (permukaan otak). Saat
seseorang semakin terhubung dengan Diri Sejati/Dewa Rucinya
melalui meditasi yang intensif, ada mahadaya atau energi murni yang
mengalir makin kuat ke otak lalu menata sistem syaraf (neuron) di
otak, baik melalui mekanisme menyirnakan blocking atau
penyumbatan energi yang muncul di cerebral cortex karena satu dan
lain hal, maupun dengan memunculkan jaringan sel syaraf/neuron
yang baru. Dalam bahasa komputasi, meditasi yang tepat dan intensif
menjadi semacam proses untuk meng-upgrade ROM dan Processor
yang berkaitan langsung dengan kemampuan komputer untuk
menangkap dan mengolah data.

Kecerdasan Artistik
Kecerdasan Intelektual/Rasional yang berbasis di otak kiri
bukanlah satu-satunya jenis kecerdasan yang dimiliki manusia. Para
pelukis, sastrawan, penggubah lagu, penyanyi, pematung, aktor dan
aktris, meraih kesuksesan melalui mahakaryanya dengan
mendayagunakan otak kanan yang memunculkan kecerdasan artistik –
yang terkait erat juga dengan kemampuan mendayagunakan imajinasi.
Kecerdasan artistik terkait dengan kemampuan manusia dalam
menangkap sisi keindahan dari jagad raya ini dan membuat sesuatu
yang memancarkan citarasa keindahan. Orang yang punya Kecerdasan

!192 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

Artistik tinggi bisa menghasilkan karya yang melampaui imajinasi


orang kebanyakan.
Setiap pribadi memang bisa memiliki keunggulan pada jenis
kecerdasan yang berbeda. Demikian yang saya amati pada teman-
teman yang saya asuh untuk bertumbuh secara spiritual. Bagi sebagian
orang yang membutuhkan, saya memang membantu mereka untuk
menemukan talenta mereka. Nah, sebagian memang ada yang lebih
menonjol talentanya di bidang seni: seni lukis, seni tari, seni patung,
seni suara, seni teater, atau lainnya. Merekalah orang-orang yang
terbilang memiliki keunggulan dalam kecerdasan artistik.
Nah, sebagaimana halnya Kecerdasan Intelektual/Rasional,
Kecerdasan Artistik juga bisa diukur mempergunakan deteksi rasa
sejati yang dipadu dengan muscle test. Bagi yang memang telah punya
talenta di bidang seni, penyadaran akan talenta ini sekaligus
pembabaran tentang bagaimana ia ditingkatkan, sangatlah diperlukan
untuk menemukan jalan hidup yang serba selaras. Sementara bagi
mereka yang kurang punya bakat artistik – atau Kecerdasan
Artistiknya belum berkembang, daya tangkap terhadap realitas
keindahan yang meliputi jagad raya, atau yang berada dalam segala
yang ada, memang perlu ditingkatkan guna menunjang keberhasilan
dalam laku spiritual. Saya membuat skala 0-1000 untuk mengukur
Kecerdasan Artistik seseorang. Mereka yang kurang punya citarasa
seni, Kecerdasan Artistiknya mendekati 0, sementara mereka yang
sangat punya bertalenta di bidang seni, punya Kecerdasan Artistik di
1000 atau mendekati 1000.
Sang Sumber Hidup yang menyatakan keberadaanNya sebagai
energi yang menghidupi dan meliputi jagad raya memang perlu
dimengerti lewat rasa, dan saat kita melakukan hal demikian, Sang
Sumber Hidup ini bisa dialami sebagai kenyataan yang indah.
Rasakanlah keberadaanNya dalam kicauan burung di pagi hari, bunga-
bunga yang mekar, semburat sinar matahari di pagi hari saat hendak
muncul maupun di sore hari saat hendak tenggelam, gemericik air

Setyo Hajar Dewantoro !193


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

yang menerpa bebatuan di sungai. Maka, kita akan menangkap


RealitasNya yang maha indah. Pengalaman menyelami keindahan ini,
bisa dituangkan kembali dalam satu karya artistik. Maka, dengan
menikmati sebuah karya artistik seseorang juga bisa mengalami
realitas keindahan yang mirip.
Para seniman di berbagai bidang, idealnya memang berperan
s e b a g a i p e wa r t a ke i n d a h a n j a g a d r ay a y a n g s e k a l i g u s
merepresentasikan kemahaindahan Sang Sumber Hidup. Jika para
seniman benar-benar mendayagunakan kecerdasan artistik yang
murni, mereka akan bisa menghidupkan rasa kita, membuat kita bisa
masuk ke dalam pengalaman keilahian dan lewat proses ini,
membantu kita untuk mengalami pencerahan. Berdasarkan uraian ini,
bisa dimengerti bahwa sebuah karya seni memang bisa diukur level
kesadarannya. Kita bisa mengukur sejauh mana sebuah karya seni
mengandung kecerdasan artistik yang murni sebagai buah
keterhubungan dengan Sang Diri Sejati/Dewa Ruci. Juga sejauh mana
karya itu bisa membantu penikmatnya dalam meraih peningkatan
kesadaran. Musik karya Leo Rojas, atau Karunesh, punya level
kesadaran sangat tinggi. Vibrasi atau pancaran getaran dari karya
artistik yang memuat kesadaran tinggi seperti itu, tentu berbeda
dengan karya seni yang level kesadarannya rendah.
Laku spiritual yang membuat seseorang semakin terhubung
kepada Sang Diri Sejati/Dewa Ruci tentu saja tak hanya meningkatkan
talenta artistik tertentu, tetapi sekaligus mengarahkan setiap pribadi
untuk bisa mendayagunakan talenta tersebut guna menjalankan misi
hamemayu hayuning bawana. Kepada mereka yang terindetifikasi
memiliki talenta artistik lalu bertanya, " Apa misi jiwa saya?”, saya
ungkapkan, “Misi jiwa Anda adalah melakukan permainan energi
melalui karya seni yang Anda buat, dalam rangka meningkatkan
kesadaran manusia, serta memperindah jagad yang telah indah – lebih
spesifiknya menata energi bumi dan memulihkan bumi yang terluka
karena angkara murka manusia.” Faktanya, satu lagu, tarian, patung,

!194 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

lukisan, dan karya seni lainnya, memang bisa menjadi media


penyebaran energi dan kesadaran yang murni. Dengan semakin
banyaknya seniman yang tercerahkan lewat laku spiritual, akan
semakin pula tersebar energi dan kesadaran murni yang membawa
banyak manusia mengalami peningkatan kesadaran sekaligus
membantu bumi tersembuhkan dan semakin selaras energinya.

Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional adalah salah satu kategori kecerdasan
manusia yang terkait dengan kemampuan dalam beremosi secara
sehat, mengembangkan kewelasasihan dan membangun pola
hubungan yang serba selaras dengan sesama keberadaan. Kecerdasan
Emosional punya korelasi kuat dengan tingkat kesadaran. Mereka
yang terhubung penuh dengan Sang Diri Sejati/Dewa Rucilah yang
bisa memiliki Kasih Murni atau kewelasasihan sejati. Saat Kasih
Murni melingkupi diri, maka sirna pulalah kecenderungan untuk
mengumbar angkara murka yang merusak diri pribadi dan sesama.
Kecerdasan Emosional yang rendah, termanifestasikan dalam
ekspresi emosi berikut: marah tak terkendali, kebencian, dendam, sakit
hati, rasa menyesal yang tiada berkesudahan, kesedihan yang
mencekam, ketakutan dan kekhawatiran, keserakahan dan berbagai
emosi destruktif lainnya. Dalam peta kesadaran yang dikembangkan
oleh David R Hawkins, segenap emosi tadi menjadi emosi dominan
pada orang-orang dengan tingkat kesadaran di bawah 200. Dan tentu
saja, semua itu punya keterkaitan dengan tingkat penderitaan manusia.
Manusia yang rendah Kecerdasan Emosionalnya dan hidup dalam
belengu angkara murka, terbiasa dilingkupi emosi destruktif, pasti
hidup dalam penderitaan, jauh dari kasih murni, kesukacitaan dan
kedamaian yang sejati.
Laku spiritual yang tepat, pasti berbuah pada peningkatan
Kecerdasan Emosi. Semakin seseorang semakin terhubung kepada
Diri Sejati/Dewa Rucinya dan bisa mengakses energi kasih murni dari

Setyo Hajar Dewantoro !195


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

pusat hatinya, maka cakra jantung/simpul energi 4 akan membesar


pusaran energinya. Semakin membesar dan selaras pusaran atau
pancaran energi dari cakra jantung/simpul energi 4, mengindikasikan
kasih murni, kesukacitaan dan kedamaian yang semakin kuat pula.
Orang-orang tercerahkan atau berkesadaran murni, pastilah
menunjukkan fenomena ini.
Jika dibalik, laku spiritual yang ternyata tidak berbuah pada
peningkatan Kecerdasan Emosional, tentunya menunjukkan ada yang
keliru pada laku itu. Umumnya itu terjadi ketika laku spiritual bergeser
ke laku supranatural yang berorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan
egoistik - baik secara sadar maupun tidak. Saat seseorang menjalankan
laku dengan niatan yang tidak tulus, atau seseorang yang tulus tapi
dibimbing oleh orang yang tidak tulus, itu akan membuatnya
terhubung kepada sumber Demon Energy. Tentu saja itu tak akan
berdampak pada peningkatan kasih murni, kesukacitaan dan
kedamaian sejati. Seseorang bisa saja punya kemampuan supranatural
hebat, tapi jiwanya tetap dipenuhi angkara murka: kemarahan,
kebencian, dendam, sakit hati, keserakahan dan semacamnya.
Mengapa ini bisa terjadi? Emosi sebenarnya berkaitan erat
dengan pikiran yang liar atau asumsi-asumsi bermunculan tanpa
kendali. Pikiran liar dan asumsi tanpa kendali itu memicu munculnya
bad mood atau suasana hati yang buruk. Saat seseorang terhubung
dengan Diri Sejatinya dan berada dalam keheningan, pikiran liar dan
asumsi tak terkendali ini umumnya bisa diatasi atau malah tak muncul.
Maka, segala penyebab emosi destruktif juga sirna dengan sendirinya.
Lebih dari itu, emosi destruktif juga terkait dengan sisi gelap manusia,
bahwa di dalam jiwa manusia memang bersemayam potensi keiblisan/
kebuthaan. Tanpa pengelolaan, ia akan mengejawantah menjadi
angkara murka yang merusak. Nah, itu hanya bisa dikelola dan diatasi
jika seseorang terhubung sepenuhnya dengan sumber kasih murni.
Kasih murni yang memancar dari Diri Sejati pastilah meredam segala
angkara murka di dalam diri. Tanpa keheningan dan memancarnya

!196 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

kasih murni dari pusat hati, sudah sewajarnya emosi menjadi buruk
dan keangkaramurkaan di dalam diri jadi meraja lela.
Sejauh ini, saya belum menemukan publikasi dari para pakar
psikologi tentang pengukuran tingkat Kecerdasan Emosional secara
kuantitatif sebagaimana IQ. Daniel Goleman20 yang memperkenalkan
rumusan Emotional Quotient pun lebih banyak menguraikan hal ini
secara kualitatif, tentang kualitas-kualitas pribadi yang menunjukkan
ragam tingkatan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Spiritual
Pertama kali saya mengetahui terminologi Spiritual Intelligence
atau Kecerdasan Spiritual, saat membaca karya Danah Zohar sekitar
tahun 2000.21 Zohar mengembangkankonsep ini didasari pembedaan

antara spiritualitas dan relijiusitas. Berdasarkan rumusan Zohar,


seseorang yang relijius belum tentu punya Kecerdasan Spiritual yang
tinggi, terutama jika ia menjadi intoleran dan kurang menghargai
kemanusiaan. Sebaliknya, orang yang tidak relijius bisa saja punya
Kecerdasan Spiritual tinggi saat hidup atas dasar kesadaran diri yang
utuh dan penuh kasih.

20Daniel Goleman yang dilahirkan pada 7 Maret 1946 adalah seorang penulis buku dan
jurnalis sains. Ia adalah profesor sosiologi di University of The Pacific, Amereika Serikat. Ia
menulis buku berjudul Emotional Intelligence pada 1996. Buku itu yang membuatnya dikenal
sebagai pakar kecerdasan emosi di seluruh dunia. Di India, Goleman pernah belajar kepada
seorang guru spiritual bernama Neem Karoli Baba. Berkenaan dengan Kecerdasan
Emosional, Goleman membaginya menjadi dua kecakapan, yaitu kecakapan pribadi dan
kecakapan sosial. Kecakapan pribadi menyangkut kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi
diri dan empati diri. Sementara kecakapan sosial menyangkut kemampuan mengelola emosi
saat berhubungan dengan orang lain.

21Danah Zohar belajar tentang Fisika dan Filsafat di MIT, lalu melanjutkan studi Harvard
University mempelajari Filsafat, Agama dan Psikologi. Konsep penting yang ditawarkannya
disebut dengan istilah kecerdasan spiritua l (spiritual intelligence) dan modal spiritual
(spiritual capital). Ia menulis banyak buku, antara lain The Quantum Self (1990), The
Quantum Society (1994), dan Rewiring The Corporate Brain (1997). Juga Spiritual
Qoutient (2000) dan Spiritual Capital (2004)

Setyo Hajar Dewantoro !197


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

Kemampuan mencerna suatu gagasan, tentu saja sangat


tergantung perkembangan tingkat kesadaran kita sendiri. Dulu saya
hanya mengerti di tingkat permukaan soal issue ini. Pengertian yang
mendalam baru terjadi saat laku spiritual saya semakin tuntas dan
kesadaran spiritual saya juga semakin meningkat. Pada ujungnya bisa
dimengerti bahwa Kecerdasan Spiritual sebenarnya adalah tentang
bagaimana manusia hidup dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang
berada di pusat hatinya, melalui keterhubungan dan kemenyatuan
dengan Sang Diri Sejati/Dewa Rucinya. Seseorang yang cerdas secara
spiritual, otaknya telah terhubung dan selaras dengan rasa sejatinya.
Dalam bahasa lain, kesadaran ragawi yang berbasis di otak telah
terhubung dan menjadi satu kesatuan dengan kesadaran spirit yang
bertahta di pusat hati. Seseorang yang semakin terhubung dan berada
dalam kesadaran yang menyatu dengan Sang Diri Sejati/Dewa Ruci
tentu saja bisa mengekspresikan pola pikir, pola emosi dan pola
tindakan yang menunjukkan karakter terluhur dan kebijaksanaan
tertinggi
Dalam kaitannya dengan tingkat kesadaran, Kecerdasan
Spiritual menjadi faktor utama dan penentu yang paling signifikan.
Semakin seseorang terhubung dengan Diri Sejati/Dewa Rucinya,
semakin tinggilah tingkat kesadarannya. Saya lagi-lagi mengukur
tingkat keterhubungan ini dengan menggunakan deteksi rasa sejati
yang dipadu dengan muscle test. Dari situ bisa diketahui, melalui
praktik yang intensif dalam bermeditasi – baik meditasi nafas,
meditasi guru sejati, meditasi untuk terhubung dengan para Guru
Suci, dan puncaknya meditasi suwung, seseorang pasti masti naik
tingkat kesadaran dan Kecerdasan Spiritualnya – yang berarti bahwa ia
semakin terhubung dengan Sang Diri Sejati/Dewa Ruci dan
menyadari kemenyatuannya dengan Sang Sumber Hidup sebagai
realitas tanpa batas yang meliputi seluruh keberadaan.
Secara lebih teknis, tingginya Kecerdasan Spiritual yang
berkorelasi dengan tingginya tingkat kesadaran, pertama-tama,

!198 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

terejawantahkan dalam pengertian yang semakin akurat dan utuh


terhadap realitas Sang Sumber Hidup. Tuhan tak lagi dipahami sebagai
sosok yang terpisah dari manusia, tetapi sebagai realitas yang menjadi
esensi dan yang meliputi setiap diri. Orientasi hubungan dengan
Tuhan bukan lagi pada penyembahan dari satu pribadi yang
dipandang rendah kepada pribadi yang dianggap lebih tinggi, tetapi
masuk ke pola realisasi kualitas ketuhanan di dalam diri. Dalam
terminologi Jawa, inilah pola eling marang jumbuhing kawula lan Gusti.
Pribadi yang berkecerdasan spiritual tinggi mengembangkan laku
untuk membuat dirinya kembali sebagaimana esensinya: bali marang
sangkan paraning dumadi, yang ditandai dengan semakin tumbuhnya
kualitas ketuhanan di dalam diri, pada aspek karakter, pengetahuan,
kebijaksanan dan daya.
Kedua, Kecerdasan Spiritual yang tinggi terejawantahkan pada
cara pandang yang akurat terhadap kehidupan. Kehidupan dimengerti
sebagai kesempatan untuk berevolusi menuju kesempurnaan, hidup
diterima sebagai anugerah bagi setiap jiwa, dan bahwa jalan hidup
setiap pribadi dibingkai oleh hukum-hukum semesta yang berkeadilan.
Lebih jauh, semakin tinggi Kecerdasan Spiritual seseorang, semakin
bisa ia menangkap keindahan dan keagungan dari kehidupan di bumi
dan jagad raya ini. Dalam setiap tarikan dan hembusan nafas, muncul
keterpesonaan dari sanubari yang paling dalam. Tersaksikanlah
segenap keindahan dan keagungan, baik saat memandang ke dalam
diri maupun ke luar diri.
Ketiga, seseorang yang memiliki Kecerdasan Spiritual tinggi,
sebagai buah dari keterhubungannya dengan Diri Sejati/Dewa Ruci,
selalu hidup dalam kasih murni, kesukacitaan dan kedamaian sejati. Ke
dalam diri ia mengembangkan sikap serba menerima dan mengasihi
tanpa syarat, demikian juga saat berhubungan dengan orang lain.
Kasih Murni menjadi karakter dasar dari segenap tingkah laku. Itu
yang kemudian membawa sukacita dan damai baik bagi diri sendiri
maupun orang-orang yang terhubung dengannya. Tentu saja perlu

Setyo Hajar Dewantoro !199


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

ditegaskan, bahwa bukan berarti orang dengan Kecerdasan Spiritual


tinggi lantas disukai semua orang. Faktanya tidak semua orang bisa
jujur pada dirinya sendiri, dan sangat kuat dipengaruhi angkara murka.
Maka mereka bisa justru tidak nyaman dan membenci orang-orang
yang penuh kasih. Perlu juga ditegaskan kembali bahwa seorang
berkecerdasan spiritual tinggi mengembangkan pola relasi yang
membawa keselamatan jiwa dan raga, sehingga kasih murni tidak
mesti ditunjukan lewat kelembutan, ada kalanya lewat ketegasan.
Keempat, seseorang dengan Kecerdasan Spiritual tinggi sadar
penuh bahwa misi hidupnya adalah untuk hamemayu hayuning
bawana. Secara spesifik, semakin seseorang terhubung dengan Diri
Sejati/Dewa Rucinya, maka ia semakin mengerti tentang garis
perjalanan hidupnya termasuk di kehidupan lampau. Maka bisa
dimengerti apa latar kelahiran di kehidupan saat ini, apa pula misi
spesifik yang diemban terkait dengan proses menuju kesempurnaan
jiwa. Termasuk ia mengenali talenta terbaik yang bisa dipergunakan
untuk menata dan menyelamatkan bumi yang telah banyak dilukai
manusia.
Untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita, kita resapi juga
pandangan dari David B King yang telah melakukan riset tentang
Kecerdasan Spiritual di Trent University, Amerika Serikat. King
mengartikan Kecerdasan Spiritual sebagai kemampuan mental untuk
menyadari dan beradaptasi dengan realitas non-material dan
transenden. Secara spesifik ia menjelaskan 4 kapasitas Kecerdasan
Spiritual:
1. Pemikiran Eksistensial yang kritis: kemampuan untuk
merenungkan secara kritis realitas dari kehidupan, keberadaan,
alam semesta, ruang, waktu, dan berbagai issue metafisika
lainnya, juga mencakup hubungan antar pribadi dalam konteks
kesatuan.
2. Produksi Makna Pribadi: Kemampuan merumuskan makna
dan tujuan agung dari setiap pengalaman fisik dan psikis,

!200 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

termasuk kemampuan untuk menetapkan tujuan agung dari


kehidupannya.
3. Kesadaran Transenden: Kemampuan mengidentifikasi
dimensi dan pola transenden dari diri, orang lain dan jagad raya
ini, dari sudut pandang non materialisme.
4. Perluasan Kesadaran: Kemampuan untuk masuk kepada
kesadaran yang lebih tinggi, yang dinamakan dengan kesadaran
murni, kesadaran kosmik, atau kesatuan, melalui berbagai pola
penyelaman realitas diri seperti meditasi dan berdoa.22

Kecerdasan Kosmik
Di bab sebelumnya kita telah membahas tentang terbukanya
cakra mahkota dan membesarnya antah karana, yang membuat
seseorang bisa mengakses pusat pengetahuan semesta. Nah, yang saya
maksud dengan Kecerdasan Kosmik terkait dengan itu. Kecerdasan
Kosmik menjelaskan tingkat kemampuan seseorang dalam mengakses
pusat pengetahuan semesta; ini tentang kemampuan menerima
inspirasi atau pewahyuan dari langit. Seseorang yang memiliki
Kecerdasan Kosmik tinggi, bisa membabarkan pengetahuan baik
secara verbal maupun tertulis tidak mesti dengan terlebih dahulu
belajar dari orang lain atau membaca buku. Tetapi saat berada dalam
keheningan, pengetahuan itu membanjiri otaknya melalui chakra
mahkota dan antah karana. Kita pahami bahwa jagad raya ini bekerja
dalam sistem komputasi yang maha canggih. Bahwa diri kita bisa
dianalogikan sebagai satu Personal Computer, yang bisa terhubung
dengan Personal Computer lainnya maupun terhubung dengan
berbagai Server melalui jaringan tertentu. Chakra mahkota dan antah
karana adalah perangkat metafisik yang membuat seseorang bisa
terhubung dengan seluruh sumber pengetahuan dan pusat kecerdasan
di jagad raya.

22 Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Spiritual_intelligence

Setyo Hajar Dewantoro !201


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

Berdasarkan realitas inilah, bisa dimengerti perbedaan antara


seorang pembelajar akademik dan pembelajar natural. Pembelajar
akademik mendapatkan data dan pengetahuan yang memenuhi
memorinya lewat panca inderanya. Sementara pembelajar natural
mendapatkan data dan pengetahuan itu langsung dari semesta –
tepatnya dari pusat pengetahuan semesta, dengan menghubungkan
dirinya kepada pusat pengetahuan semesta itu melalui chakra mahkota
dan antah karana. Makanya ada orang-orang yang tidak memiliki
pendidikan tinggi secara akademik, tapi punya pengetahuan luas,
bijaksana dan bisa melakukan inovasi dan dianugerahi penemuan di
bidang pengetahuan/teknologi tertentu. Tentu saja ada orang-orang
yang mengkombinasikan keduanya.
Dikaitkan dengan guru spiritual, maka bisa dikatakan bahwa
guru spiritual yang sesungguhnya memang sewajarnya mendapatkan
pengetahuan itu tidak hanya lewat pola akademik, belajar dari buku
atau mendengar pembabaran orang lain, melainkan melalui laku
pribadi yang memberi pencerahan otentik, kemudian digenapi dengan
kemampuan mengakses pengetahuan semesta lewat chakra mahkota
dan antah karananya. Maka, guru spiritual yang telah mencapai tataran
pencerahan, pastilah chakra mahkotanya telah teraktivasi sempurna
dan antah karana yang terbentuk sangat lebar.
Sebagaimana kategori kecerdasan yang lain, Kecerdasan Kosmik
juga bisa diukur secara numerik. Ini hanya pendekatan untuk
mengetahui tingkat perkembangan seseorang secara utuh. Pengukuran
menggunakan deteksi rasa sejati yang dipadu dengan muscle test ini,
sebenarnya mengkuantifikasi apa yang bisa terlihat secara visual: cakra
mahkota yang pancaran energinya semakin luas dan selaras, dan antah
karana yang ukurannya makin besar dan mantap.

Kecerdasan Seksual
Seks adalah issue sensitif jika dikaitkan dengan spiritualitas.
Sebagian pelaku spiritual memandang ini adalah sesuatu yang perlu

!202 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

dikendalikan bahkan diredam. Seks dinilai sebagai salah satu faktor


yang menghambat pencerahan. Sehingga, diasumsikan bahwa laku
spiritual semestinya berdampak pada semakin padamnya hasrat
seksual.
Saya pribadi punya pandangan yang berbeda. Seksualitas
bukanlah faktor penghambat untuk mencapai pencerahan dan
kesadaran murni. Laku spiritual tidak harus berdampak pada
teredamnya hasrat seks. Faktanya adalah, bagi sebagian orang, laku
spiritual yang dijalani malah membuat hasrat seks menguat. Mengapa
ini terjadi? Secara natural, laku spiritual berkaitan dengan
pembangkitan energi murni dan aktivasi segenap simpul energi/
chakra. Jika energi mengalir dengan lancar dan simpul energi kedua/
chakra seks semakin teraktivasi tentu saja hasrat seks akan meningkat.
Pada titik inilah saya memperkenalkan rumusan Kecerdasan Seksual
sebagai kemampuan mendayagunakan kekuatan seks sebagai wahana
menuju pencerahan. Alih-alih melawan dan menjadikan seksualitas
sebagai musuh, lebih tepat ia diterima apa adanya, dirangkul, dan
dipergunakan sebagai salah satu kendaraan untuk bertumbuh secara
spiritual. Tindakan seksual lebih khususnya bersenggama, sewajarnya
dimengerti sebagai satu bentuk laku spiritual untuk mencapai
kesadaran yang semakin tinggi dan energi yang semakin murni. Dalam
hal ini, seks ditempatkan sebagai sebentuk permainan energi.
Lebih jauh saya bisa ungkapkan, bahwa salah satu penghambat
pencerahan adalah kecenderungan pribadi untuk terkungkung oleh
konsepsi moral yang tidak realistis. Di antaranya adalah konsepsi
moral tentang seks sebagai satu tindakan tabu yang semestinya tidak
dilakukan orang tercerahkan maupun orang kebanyakan – jikapun
bisa, harus diatur dengan etika dan aturan yang ketat, tapi saat yang
sama melupakan dimensi energi dari seks. Nah, justru pandangan
seperti ini yang perlu dilampaui. Semua belengu pikiran perlu
dilampaui dan kenyataan sesungguhnya perlu dimengerti – termasuk
realitas seks dari sisi energi.

Setyo Hajar Dewantoro !203


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

Pada faktanya, tindakan seksual dalam arti spesifik


bersenggama, memang bisa menjadi sarana menata energi diri bahkan
membuat ledakan energi yang bisa bermuara pada penataan energi
bumi dan manusia secara lebih luas. Lewat seks, manusia
menghasilkan dentuman agung (big bang) sebagaimana itu terjadi
lewat penyatuan energi maskulin dan energi feminin semesta. Jadi,
seks tidak sewajarnya diredam apalagi dimatikan, ia hanya perlu
dilakukan dengan penuh kesadaran. Seks dilakukan dengan kesadaran
lebih murni dengan tujuan lebih tinggi ketimbang sebagai pemuasan
diri melalui kenikmatan fisikal. Ini sekali lagi adalah permainan energi
yang jika dilakukan dengan tepat, akan menunjang upaya pencapaian
pencerahan.
Dalam hal ini, pandangan saya mirip apa yang diungkapkan
Osho – yang ia katakan sebagai Jalan Tantra. Osho antara lain pernah
menulis sebagai berikut:
“Seks ada dalam dirimu, sebagai energi dasar – energi dasar
dimana engkau lahir melaluinya, lahir dengannya. Sel-sel dasar dari ada-
nya dirimu dan tubuhmu adalah seksual, sehingga pikiran manusia
berputar di sekitar seks. Dengan yoga engkau harus melawan energy sex
ini. Melalui pertarungan ini engkau membuat sebuah pusat yang berbeda
pada dirimu sendiri. Semakin engkau melawan, semakin engkau menjadi
terintegrasi di titik pusat yang berbeda. Maka seks tidak menjadi
pusatmu. Melawan seks – tentu saja, secara sadar – akan menciptakan
pusat yang baru dalam dirimu, penekanan baru, kristalisasi baru. Maka
seks tidak akan menjadi energimu. Engkau akan membuat energi untuk
bertarung dengan seks. Sebuah energi dan pusat yang berbeda dari ke-ada-
anmu akan terwujud.
Untuk tantra engkau harus menggunakan energi seks. Jangan
bertarung dengannya, tapi transformasi-kan. Jangan melihat sex dengan
mata permusuhan, bersikap ramah dengannya. Ini adalah energimu. ia
tidak jahat, tidak buruk. Setiap energi adalah alami. Energi itu dapat
berguna untukmu,dan dapat juga digunakan untuk melawanmu. Engkau

!204 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

dapat membuatnya sebagai batu hambatan, atau engkau dapat


membuatnya sebagai batu pijakan untuk engkau gunakan melangkah di
atasnya. Energy seks ini dapat digunakan. Digunakan dengan benar, ia
menjadi ramah; digunakan dengan salah, ia menjadi musuhmu. Energi itu
bukan teman dan bukan juga mush. Energi adalah sesuatu yang alami.
Kebanyakan manusia yang menggunakan seks, membuat seks menjadi
musuh, dan seks menghancurkan dia; ia menjadi tak berdaya melawan
seks.” 23
Nah, kemampuan untuk mendayagunakan seks sebagai
permainan energi untuk mencapai peningkatan kesadaran dan
pemurnian jiwa inilah yang saya sebut sebagai Kecerdasan Seksual.
Secara praktis, Kecerdasan Seksual ini mencakup beberapa aspek:
pertama, kemampuan melandasi tindakan seks dengan keheningan.
Bukan berarti melakukan seks tidak lagi menggunakan hasrat seksual
yang ada di dalam tubuh, tetapi hasrat itu selaras dengan tuntunan
Guru Sejati dan seseorang melakukan seks dalam keadaan hening,
berkesadaran penuh, bukan hasrat yang meledak-ledak karena pikiran
atau imajinasi yang liar. Kedua, kemampuan untuk mengidentifikasi
pola tindakan seks yang membawa kepada kenaikan kesadaran dan
pemurnian jiwa, dan kebalikannya, yang membawa degradasi
kesadaran dan kerusakan energi. Termasuk di dalamnya adalah
kemampuan untuk tidak serampangan memilih partner seks. Perlu
diakui juga bahwa tindakan seks yang serampangan, sembarangan,
tanpa kesadaran, apalagi jika melakukannya dengan orang yang masuk
kategori vampire energi, hanya akan membawa kita kepada kejatuhan
kesadaran dan jiwa yang semakin keruh. Ketiga, kemampuan untuk
memelihara kualitas yang prima dari organ-organ seksual, baik ketika
difungsikan untuk melakukan senggama yang berorientasi pada
pembuatan keturunan maupun sebagai permainan energi semata
tanpa menghasilkan keturunan. Sejauh saya mengamati, Kecerdasan
Seksual akan secara natural meningkat saat seseorang semakin

23 http://www.oshoindonesia.com/the-path-of-yoga-and-the-path-of-tantra-1/

Setyo Hajar Dewantoro !205


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

terhubung kepada Diri Sejatinya maupun saat ia semakin bisa


mendayagunakan 8 energi semesta yang ada di dalam diri (matahari,
bulan, bintang, bumi, air, api, tanah, udara).

Kecerdasan Finansial
Apa hubungannya laku spiritualitas dengan Kecerdasan
Finansial? Issue ini sangat sering disalahpahami sebagaimana issue
seksualitas. Karena itulah saya perlu saya paparkan secara lugas dan
jelas. Begini, sebagian orang memangberpendapat bahwa laku spiritual
mestinya membuat seseorang semakin tidak punya hasrat duniawi –
salah satu terapannya adalah semakin tidak suka uang, tidak mengejar
uang, tidak menganggap penting uang. Ada juga pelaku spiritual yang
menganggap uang sebagai akar kejahatan dan penghalang menuju
pencerahan.
Nah, kesadaran saya justru membimbing saya untuk mengerti
realitas ini dengan cara yang sebaliknya. Uang dimengerti sebagai
manifestasi energi, yang sebenarnya bisa membantu pencapaian
pencerahan dan kehidupan sempurna - kecuali kita keliru dalam
menggunakannya. Seorang pelaku spiritual termasuk Guru Spiritual,
tidak sewajarnya memusuhi uang, membenci uang, atau sekadar tidak
suka uang, lalu memilih pola hidup yang sama sekali tidak
menghasilkan uang lewat karya dan pelayanan tertentu. Justru, karena
uang dipahami dalam sudut pandang energi, bahwa ia adalah energi
yang mematerial dengan fungsi sebagai alat tukar, sewajarnya uang
dijadikan sahabat, disukai secukupnya dan sebagaimana mestinya, dan
didayagunakan dengan kesadaran penuh untuk meraih tujuan-tujuan
luhur sebagai manusia.
Demikianlah, dari pengertian itu saya merumuskan arti dari
Kecerdasan Finansial. Ini adalah tentang kemampuan yang mencakup
beberapa aspek: pertama, kemampuan untuk mengerti realitas uang
sebagai manifestasi dan alat tukar; kedua, kemampuan untuk
mendapatkan uang melalui karya dan pelayanan yang bermutu; ketiga,

!206 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

kemampuan untuk mempergunakan uang secara tepat untuk


mencapai tujuan luhur sebagai manusia, dan keempat, kemampuan
untuk tidak melekat erat pada uang, tidak menjadi serakah, dan tidak
menjadikan uang sebagai pangkal penderitaan.
Terkait dengan Kecerdasan Finansial ini, seorang pelaku
spiritual tidaklah perlu meniatkan untuk menjadi miskin dalam
pengertian hidup sulit secara finansial. Saat yang sama juga tidak perlu
berniat apalagi mengejar uang dalam jumlah yang banyak. Yang perlu
dilakukan hanyalah menyadari bahwa setiap diri memiliki jatah
finansial yang berbeda sesuai dengan perannya dalam kehidupan, dan
bahwa setiap orang yang telah serba selaras baik dengan Diri Sejati
maupun jagad raya pastilah berkecukupan/berkelimpahan secara
finansial. Terkait dengan kecukupan/keberlimpahan finansial ini, kita
hanya perlu untuk melakukan tiga hal: pertama, memastikan
hubungan kita dengan Ibu Bumi selalu selaras; kedua, memastikan
secara energi kita tidak ada blocking atau sumbatan sehingga daya
magnetik kita terhadap uang tetap optimal; ketiga, memastikan diri
kita semakin bisa menggali talenta dan mengembangkan karya sesuai
talenta untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan seluruh
keberadaan di Bumi.
Dalam proses bimbingan lewat kajian, workhop, retret maupun
privat, saya memandu setiap pribadi agar bisa mencapai titik optimal
dalam tiga aspek di atas. Dua aspek pertama yang terkait dengan
hubungan dengan Ibu Bumi dan daya magnetik pada uang,
sebenarnya bisa diukur secara numerik. Dalam skala 0-1000 bisa
diketahui jika terukur skornya mendekati 0, berarti memang punya
masalah dalam relasi dengan Ibu Bumi dan terhambat/tersumbat daya
magnetiknya terhadap uang. Relasi yang buruk dengan Ibu Bumi,
tentu karena sikap pribadi yang tidak akrab atau tidak menghormati
Sang Ibu Bumi. Tetapi menyangkut daya tarik pada uang, umumnya
menjadi rendah karena diganggu secara energi oleh orang lain.
Biasanya yang terdeteksi rendah tingkat hubungan dengan Ibu Bumi

Setyo Hajar Dewantoro !207


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

dan daya magnetik pada uang, secara faktual mereka pasti sedang
punya masalah secara finansial. Maka itu perlu dibenahi secara energi.
Sebaliknya ditemukan fakta, orang-orang yang berkelimpahan, lancar
kariernya, memang secara konsisten menunjukkan kinerja simpul
energi 1/chakra dasar yang baik, hubungan dengan ibu bumi yang
selaras, dan daya magnetik terhadap uang yang tinggi.
Sementara menyangkut kerja dan karya, sewajarnya setiap orang
bisa menemukan talenta lalu bekerja berdasarkan talenta itu,
disesuaikan dengan passion atau panggilan jiwanya. Sangat disarankan
bagi setiap pejalan, untuk tidak memaksakan diri bekerja atau
berbisnis hanya karena rasa takut tidak bisa bertahan hidup atau
keterpaksaan semata. Pekerjaan yang tidak sesuai panggilan jiwa dan
tak bisa dinikmati, hanya akan membuat tubuh kita rusak karena
konflik diri yang membawa distorsi energi hingga pada tataran sel.
Saya merekomendasikan untuk menyelami diri, menemukan tuntunan
dari dalam diri, dan patuh pada titah dari Guru Sejati tentang apakah
pekerjaan atau bisnis yang perlu dijalani. Kepatuhan pada tuntunan
atau titah dari Guru Sejati pastilah membawa pada keselamatan dan
keberlimpahan. Itulah yang saya alami saat menjalankan tuntunan dan
titah dari Sang Guru Sejati sebagai penulis dan pengajar tentang
kesadaran.
Di samping soal pilihan kerja dan karya yang selaras dengan
tuntunan Guru Sejati, keberlimpahan secara finansial – sejauh
pengalaman saya – bisa didapat dari kesadaran bahwa uang itu adalah
sebentuk energi yang perlu mengalir. Uang memang perlu dialirkan
lewat kedermawanan – kita belanjakan sesuai kebutuhan, atau berikan
kepada orang yang membutuhkan, tanpa rasa melekat pada uang itu,
juga tanpa ketakutan uang tak akan datang lagi. Semakin kita tak
melekat pada uang dengan menjadi kikir atau pelit, uang menjadi
semakin mudah mengalir melewati diri kita. Tentu saja, tetap ada yang
disimpan atau ditabung untuk kebutuhan di masa depan seperti
pendidikan anak dan investasi, tapi sadarlah bahwa uang memang

!208 SUWUNG - The Science of Truth


Peningkatan Kecerdasan

perlu dialirkan untuk membuat orang lain bisa punya pendapatan, bisa
bertahan hidup sekaligus bisa bersukacita karena merasakan anugerah
kehidupan. Dengan pola ini, kita akan menjadi pribadi yang dipercayai
semesta untuk menyebarluaskan anugerahNya yang memberi
kehidupan dan kesukacitaan kepada banyak orang.
Selanjutnya, perlu diungkapkan dengan tegas, bahwa saya
pribadi sangat menekankan kepada para pembelajar yang saya
bimbing, untuk tidak membayangkan bahwa pencerahan hanya bisa
diraih dengan menjadi pertapa di atas gunung. Tetapi pencerahan bisa
dilakukan dengan tapa ing rame, kita menjadi orang meditatif di
tengah keramaian. Kita tak perlu melepas pekerjaan atau bisnis kita,
sebaliknya kita justru semakin bersemangat melahirkan karya yang
membangun dan memperbaiki peradaban. Inilah salah satu
manifestasi dari prinsip hamemayu hayuning bawana. Seseseorang
yang memang diberi talenta sebagai pebisnis, sewajarnya
mengembangkan bisnis hingga titik yang paling optimal hingga
dengan cara itu, banyak orang yang bisa diayomi, bukan hanya
keluarga tetapi juga para pegawai dan orang-orang yang terkait. Yang
memang punya talenta sebagai seniman, berkaryalah di bidang itu
hingga karyanya memberi inspirasi dan membawa kesukacitaan bagi
banyak orang, dan atas dasar itu, mereka mendapatkan imbal balik
finansial yang berkelimpahan. Ringkasnya, yang saya ajarkan adalah
kesadaran spiritual yang realistis dan cara hidup yang progresif, yang
memandang Bumi sebagai tempat melahirkan mahakarya dan
merayakan kehidupan dengan segala pernak pernik keindahannya.
Seiring dengan pertumbuhan kesadaran, semakin murninya
jiwa, dan semakin besarnya spiritual energy/cosmic energy yang
dimiliki seorang pejalan, maka itu pasti berdampak kepada
meningkatnya Kecerdasan Finansial. Jadi laku spiritual yang sejati –
yang membuat seseorang semakin selaras dengan Diri Sejati dan jagad
raya, pasti berbuah penataan hidup secara utuh, termasuk mencakup

Setyo Hajar Dewantoro !209


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

aspek pemenuhan segala kebutuhan ragawi untuk menggenapi proses


penyempurnaan jiwa.

!210 SUWUNG - The Science of Truth


6
AKTIVASI DNA

Dalam perbincangan santai di Retret Meditasi Mahadaya


Suwung yang diselenggarakan di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, salah
satu peserta yang berprofesi sebagai dokter senior, yaitu dr. Yongki,
berbicara tentang DNA. Secara lebih spesifik, ia mengungkapkan
bahwa pada umumnya orang yang sakit memiliki tingkat aktivasi
DNA di bawah rata-rata. Jika tingkat aktivasi bisa ditingkatkan, orang
yang sakit bisa disembuhkan. Jika dibalik, orang yang sembuhdari
sakit pasti tingkat aktivasi DNAnya otomatis meningkat. Lalu ia
bercerita juga tentang keberadaan 2 untai DNA yang secara saintifik
diakui, dan 10 untai DNA tambahan yang lebih banyak diungkapkan
oleh para spiritualis ketimbang saintis.
Apa yang diungkapkan dr. Yongki di atas, membuat saya
teringat bahwa di tahun 2014, saya pernah membaca beberapa
literatur tentang 12 untai DNA yang terkait dengan rancangan
manusia sebagai keberadaan dengan kesadaran multidimensi. Saya pun
menjadi tergerak untuk mempelajari issue ini secara lebih mendalam
untuk mengetahui realitasnya seperti apa dan adakah kaitannya
dengan pengembangan metoda laku spiritual guna menjadi manusia
paripurna.

DNA: Penghubung yang Materi dan Non-


Materi
Bagian Ketiga: Laku Spiritual

Untuk mengerti manusia seutuhnya, mari kita menengok pada


proses terjadinya manusia. Pada mulanya, keberadaan manusia secara
fisik bermula dari keberadaan zygot yang merupakan hasil penyatuan
sel sperma dan ovum. Zygoth yang semula bersel tunggal,
berkembang menjadi keberadaan multisel yang dinamakan embrio.
Embrio berkembang lagi dan memperbanyak selnya menjadi janin
atau jabang bayi yang mengalami proses penyempurnaan di dalam
kandungan dan pada waktunya terlahir sebagai bayi. Bayi ini yang
kemudian bertumbuh kembang menjadi seorang anak, remaja, lalu
menjadi manusia dewasa.
Proses terbentuknya zygoth mengawali penyatuan antara jiwa
dengan tubuh halusnya sebagai keberadaan non-materi, dengan tubuh
yang bersifat materi. Tubuh halus yang membungkus jiwa, merekam
data perjalanan jiwa semenjak permulaan keberadannya. Lalu, saat
jiwa (yang dibungkus tubuh halus) ini berada di dalam zygoth yang
merupakan hasil penyatuan antara sel sperma dan sel telur, ia
ditambahi data tambahan berupa data genetik dari leluhur pihak ayah
dan ibu. Dalam bahasa lain, saat menjadi zygoth inilah mulai terjadi
penyatuan antara data perjalanan jiwa dan data genetik yang menjadi
determinan utama dari karakter manusia.
Selanjutnya, mari kita pahami DNA dengan mengacu kepada
latar terbentuknya zygoth ini. DNA (Deoxyribo Nucleik Acid), di satu
sisi bisa kita nyatakan sebagai penyimpan kode genetik yang
diwariskan lewat garis keturunan. Rancang bangun atau cetak biru
sebagai manusia baik secara fisik maupun mental, tertera di dalam
DNA yang berada di setiap inti sel dari seluruh sel pembentuk tubuh.
Berdasarkan kode genetik ini seorang manusia mewarisi bentuk tubuh
dan karakter mental dari leluhurnya. Pada sisi lain, DNA juga
menyimpan informasi berupa rancang bangun atau cetak biru jiwa
sebagai entitas spiritual, sekaligus menyimpan data perjalanan jiwa
dalam setiap fase kehidupannya. Tentu saja, cetak biru manusia

!212 SUWUNG - The Science of Truth


Aktivasi DNA

sebagai entitas spiritua dan data perjalanan jiwanya, juga memberi


pengaruh pada kondisi fisik dan mental seorang manusia.
Dari pembabaran di atas, bisa kita mengerti bahwa DNA
menjadi semacam chip yang menyatukan data/informasi yang
berkaitan dengan jiwa yang bersifat non materi dan tubuh yang
bersifat materi. Di dalam DNA-lah aspek non-materi dan materi dari
manusia terintegrasi. Berangkat dari cara pandang inilah kemudian
muncul terminologi DNA Fisik dan DNA Spiritual. Dan ini punya
korelasi dengan issue 12 Untai DNA yang di permulaan bab kita telah
bahas sekilas. Dua Untai DNA yang diakui secara saintifik, adalah
representasi dari DNA Fisik yang bertanggung jawab terhadap:
pertama, bentuk dan fungsi keseluruhan organ fisik yang dimiliki
manusia; kedua, kemampuan kognitif dasar dan fungsi emosi dari
manusia.24 Sementara 10 Untai DNA lainnya yang dalam wacana

saintifik sering disebut sebagai “sampah”, pada dasarnya memegang


peran penting menyimpan cetak biru manusia sebagai satu entitas
spiritual sekaligus merekam seluruh proses dan capaian selama jiwa
berevolusi menuju kesempurnaan. Inilah yang dimaksud dengan
DNA Spiritual.

Fungsi DNA Spiritual

24Uraian lebih teknis tentang DNA secara fisik, adalah sebagai berikut: Asam
deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi
instruksi-instruksi genetika setia p organisme dan banyak jenis virus. Instruksi-instruksi
genetika ini berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organisme
dan virus. DNA merupakan a sam nukleat; bersamaan dengan protein dan karbohidrat,
asam nukleatadalah makromolekul esensia l bagi seluruh makhluk hidup yang diketahui.
Kebanyakan molekul DNA terdiri dari dua unting biopolimer yang berpilin satu sama
lainnya membentuk heliks ganda. Dua unting DNA ini dikenal sebagaipolinukleotida
karena keduanya terdiri dari satuan-satuan molekul yang disebut nukleotida. Tia p-tiap
nukleotida terdiri atas salah satu jenis basa nitrogen (guanina (G), adenina (A), timina
(T), atau sitosina (C)), gula monosakarida yang disebut deoksiribosa, dan gugus fosfat.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_deoksiribonukleat

Setyo Hajar Dewantoro !213


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

10 Untai DNA yang dinamakan DNA Spiritual ini, tidak


menunjukkan bentuk fisik yang membuat para ahli biologi bisa mudah
bersepakat tentang keberadaannya, dan para ahli genetika bisa cepat
mengurai kode yang terkandung di dalamnya. Justru ia berbentuk
semacam hologram atau holografik dan berada di tataran eterik.
Dalam bahasa lain, keberadaan dari 10 Untai DNA yang merupakan
DNA Spiritual ini memang ada di tubuh eterik manusia. Dan untuk
mengerti realitas ini, kita perlu kembali menengok karakter dasar
manusia sebagai keberadan material sekaligus non-material/metafisik.
Jiwa yang berada di dalam tubuh fisik ini, memiliki tubuh halus yang
disebut sebagai tubuh eterik. Tubuh eterik ini pada dasarnya adalah
lapisan gelombang elektromagnetik yang membungkus keberadaan
Jiwa sebagai energi yang dinamis.
Secara lebih detail, tubuh eterik ini berisi dua lapisan tubuh
halus lain yang disebut sebagai tubuh karma dan tubuh pengetahuan,
dan kesemuanya membungkus realitas yang menjadi inti atau
esensinya, yang disebut sebagai tubuh spirit. Tubuh spirit ini pada
dasarnya adalah Realitas Tanpa Batas/Sang Sumber Hidup yang
mempribadi. Dari sini
kita bisa mengerti bahwa DNA Spiritual adalah perangkat yang
berfungsi menyimpan cetak biru manusia sebagai keberadaan ilahiah
(Divine Entity) - yang bisa mencapai keadaan bali marang sangkan
paraning dumadi dan merealisasikan kualitas seluruh ketuhanan. Nah,
realisasi dari cetak biru ini, tergantung dari data perjalanan jiwa yang
juga tersimpan di dalam DNA Spiritual. Saat seseorang memang telah
mengalami perjalanan jiwa yang memadai, tubuh karmanya jernih dan
tubuh pengetahuannya penuh dengan data pencerahan, maka di
kehidupan terbarunya ia menjadi sangat prospektif untuk mencapai
tataran optimal sebaga Divine Entity.
Jadi, dengan melihat secara utuh DNA manusia baik DNA Fisik
maupun DNA Spiritualnya, kita bisa menyatakan bahwa manusia
sejatinya adalah Divine Entity yang berbungkus badan fisik, yang

!214 SUWUNG - The Science of Truth


Aktivasi DNA

punya potensi mengalami realisasi optimal sebagai Divine Entity


meski masih berada di badan fisik. Dengan menempati badan fisik,
Sang Jiwa yang semula berada pada tataran kesadaran sebagai Divine
Entity pada faktanya memang bisa mengalami degradasi kesadaran: ia
menjadi kerdil, kurang berdaya, dan terperangkap penderitaan.
Dengan merealisasikan rancangan agung yang tertera dalam DNA
Spiritualnya, maka Sang Jiwa bisa mencapai keadaan agung, merdeka,
berdaya, dan bahagia yang langgeng.

DNA Spiritual
Mary Rodwel, penulis di www.agoracosmopolitan.com,
mengungkapkan hasil riset dari beberapa saintis Rusia tentang DNA,
sebagaimana dikumpulkan oleh Grazyna Fosar dan Franz Bludorf
dalam buku mereka yang bertajuk Vernetzte Intelligentz, sebagai
berikut: “DNA manusia dapat dimengerti sebagai Internet biologis,
dengan bukti-bukti yang telah ditemukan bahwa DNA bisa
dipengaruhi dan diprogram ulang menggunakan kata-kata dan
frekuensi.” Berdasarkan riset ini disimpulkan bahwa DNA manusia
tidak hanya bertanggung jawab terhadap pembentukan tubuh fisik
manusia, tapi ia juga menjadi gudang data dan instrumen komunikasi.
Nah, berdasarkan paparan di atas, terjustifikasilah upaya-upaya
untuk mempengaruhi dan memprogram ulang DNA manusia, baik
yang berupa DNA Fisik maupun DNA Spiritual. Dalam bahasa lain,
upaya ini disebut juga sebagai “aktivasi”. Terminologi “aktivasi”
dipergunakan karena pada faktanya, baik DNA Fisik maupun DNA
Spiritual manusia memang belum sepenuhnya terealsasi atau menjadi
aktif.
Riset terbaru tentang DNA oleh tim yang dipimpin Dr. Gerton
Lunter dari the University of Oxford's Wellcome Trust Centre for
Human Genetics in the UK, mengungkapkan bahwa hanya 8,2 % dari
DNA manusia yang telah berfungsi. Berarti 91,8 % dari DNA

Setyo Hajar Dewantoro !215


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

manusia belum didayagunakan.25 Kita bisa menduga ini adalah angka


rata-rata dari fungsionalisasi DNA pada manusia, dan dari sini kita
bisa mengerti mengapa banyak manusia yang terjebak dalam
kemiskinan, sakit, ketidakberdayaan, penderitaan, dan puncaknya,
masih sangat jauh dari karakter sebagai Divine Entity.
Berangkat dari uraian di atas, maka upaya mempengaruhi,
memprogram ulang, atau mengaktivasi DNA manusia menjadi
sesuatu yang masuk akal. Dalam kaitannya dengan upaya mendorong
manusia menjadi keberadaan ilahiah (Divine Entity) yang tercerahkan,
berkesadaran murni, sehat, berdaya. berkelimpahan, bahagia dan
damai, ini menjadi salah satu metoda yang sangat layak dilakukan. Kita
tinggal menemukan cara yang paling efektif berdasarkan prinsip yang
telah terbukti: DNA bisa dipengaruhi, dirubah, atau diaktivasi dengan
kata-kata dan frekuensi.
Kondisi manusia secara fisik, mental dan spiritual, sebenarnya
merupakan proyeksi dari realitas DNA. DNA manusia sendiri, baik
yang masuk kategori DNA Fisik maupun DNA Spiritual, bisa
mengalami mutasi atau perubahan seiring dengan perjalanan yang
dialami sepanjang masa kehidupannya. Dinamika kesadaran memicu
mutasi atau perubahan DNA, demikian juga sebaliknya. Realitas
hubungan timbal balik ini sama persis dengan Chakra-chakra/simpul-
simpul energi manusia yang sangat dipengaruhi dinamika kesadaran
sekaligus mempengaruhi dinamika kesadaran.
Jika manusia mengalami masalah fisik, tentu ini terkait dengan
keadaan DNA yang mengalami gangguan atau tidak teraktivasi
sempurna. Maka, penyembuhannya bisa dilakukan mulai dengan
menata DNA. Itu yang kemudian pernah saya eksperimen kepada
teman-teman yang saya asuh di Magelang. Mereka pernah berada pada
jalan hidup yang ekstrem dan dampaknya kemudian dialami hingga
tataran fisik. Ada yang mengalami kerusakan syaraf karena dulu sering

25 Sumber: https://phys.org/news/2014-11-dna-functional.html#jCp

!216 SUWUNG - The Science of Truth


Aktivasi DNA

minum pil koplo, ada yang penglihatan terganggu karena menenggak


minuman keras oplosan. Nah, saat di Jatinom, Klaten dalam rangkaian
retret yang saya pandu, mereka dibimbing untuk melakukan meditasi
sembari dialiri energi melalui penyebutan kata-kata/sabda tertentu dan
pengucapan “Hooom” yang merepresentasikan getaran kosmik.
Sejauh yang bisa diobservasi, memang terjadi perbaikan baik pada
tingkat aktivasi DNA – ini dikalibrasi menggunakan deteksi rasa sejati
yang dipadu dengan muscle test (dari 3% menjadi 20%), dan secara
fisik yang bersangkutan merasakan perbedaan pada kepala dan
matanya. Ini tentunya juga berlaku untuk masalah-masalah lain yang
dialami manusia. Mengubah realitas DNA bisa menjadi satu solusi.

Model Ideal
Berikutnya, saya coba mempelajari tokoh-tokoh terkenal dalam
kaitannya dengan tingkat aktivasi DNA mereka. Ini dilakukan untuk
menemukan pola keterkaitan antara keadaan DNA dengan tingkat
kesadaran dan kiprah seseorang di dalam kehidupannya. Tesis
permulaannya adalah, bahwa tingginya skore di berbagai ranah
kecerdasan: Kecerdasan Intelektual, Artistik, Spiritual, Emosional,
Kosmik, Seksual dan Finansial, pastilah sejalan atau berhubungan
langsung dengan tingkat aktivasi DNA secara optimal baik pada DNA
Fisik maupun DNA Spiritual.
Sebelum itu, saya mencoba untuk mengetahui apa sebenarnya
fungsi dari setiap untai DNA baik DNA Fisik maupun Spiritual.
Sejujurnya saya belum menemukan jawaban yang memuaskan saat
menelusuri Internet dan mengunjungi laman-laman yang membahas
issue ini. Maka, saya memasuki keheningan untuk mendapatkan
jawaban, dan muncullah informasi sebagai berikut:

Tabel Fungsi DNA Fisik & Spiritual

Setyo Hajar Dewantoro !217


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

PERANGKAT FUNGSI

Untai 1 DNA Fisik Bertanggung jawab pada kesehatan


tubuhfisik, optimalnya fungsi semua
sel, organ dan jaringan di dalam tubuh,
kemampuan
reproduksi manusia, juga
kemampuan bertahan hidup melalui
kerja produktif.
Untai 2 DNA Fisik Bertanggung jawab pada kemampuan
kognitif dasar dan kemampuan
memberi respon emosional pada
seluruh peristiwa yang dihadapi
manusia.
Untai 3 dan 4 DNASpiritual Bertanggung jawab pada kemampuan
untuk menjadi menjadi pencipta
melalui daya kreativitas dan inovasi,
sehingga berkembanglah peradaban
yang kompleksdilandasi teknologi yang
semakin canggih.
Untai 5 dan 6 DNASpiritual Bertanggung jawab pada kemampuan
untuk mengetahui realitas metafisik
dan mengerti tentang jagad raya
sebagai realitas energi dengan dimensi
yang berlapis-lapis.
Untai 7 dan 8 DNASpiritual Bertanggung jawab pada kemampuan
untuk mengakses kecerdasan semesta
danmendapatkan limpahan
pengetahuan tanpa batas dari pusat
pengetahuan semesta.
Untai 9 dan 10 DNASpiritual Bertanggung jawab pada kemampuan
terhubung selaras dengan jagad raya
didasari kesadaran bahwa manusia dan
jagad raya adalah satu kesatuan yang
sejatinya tak terpisahkan, yang diiringi
kemampuan mengakses energi semesta
yang bisa didayagunakan untuk
hamemayu hayuning bawana.
Untai 11 dan 12 DNASpiritual Bertanggung jawab pada kemampuan
mengalami pencerahan total melalui
kesadaran menyatu sepenuhnya
dengan Sang Sumber Hidup, yang
diiringi dengankemampuan
merealisasikan secara penuhkualitas
ketuhanan yang menjadi potensi setiap
manusia.

!218 SUWUNG - The Science of Truth


Aktivasi DNA

Jika dibuat kategori sederhana, maka 12 untai DNA yang


dimiliki manusia, sesungguhnya merepresentasikan 3 aspek yang ada
pada manusia:
1. Untai 1: berkenaan dengan Tubuh (Body)
2. Untai 2, 3 dan 4: berkenaan dengan Pikiran/Mental (Mind)
3. Untai 5,6,7,8,9,10,11 dan 12: berkenaan dengan Sukma Sejati
(Spirit).

Cara Aktivasi
Segalanya keberadaan yang menempati ruang dan waktu, adalah
manifestasi dari energi. Dan segala yang terkait dengan energi, pasti
bisa ditransformasi dengan energi pula.
Demikian pula DNA manusia baik DNA Fisik maupun DNA
Spiritual – ia bisa dipengaruhi, dirubah dan diaktivasi dengan
mendayagunakan energi. Di dalam diri manusia, terdapat Mahadaya
atau energi paling murni yang bisa mencipta, memelihara dan
melebur. Energi ini berpangkal pada Diri Sejati/Dewa Ruci dan
memancar dari pusat hati. Energi ini bisa bekerja sesuai program yang
kita berikan; prinsip dasarnya adalah ia diprogram lewat kata-kata, dan
saat memancar, ia menghadirkan vibrasi dengan frekuensi tertentu
Maka, upaya mengaktivasi tiap untai DNA bisa dilakukan
dengan menyabda dan mengalirkan energi kepada tiap untai DNA itu.
Proses ini tentu hanya efektif jika dilakukan saat kita berada dalam
hening, saat memasuki suwung dimana kita memasuki frekuensi
sebagai keberadaan yang penuh daya untuk mencipta, memelihara dan
melebur. Saat kita sudah berada dalam keheningan, sabdakan saja agar
tiap untai DNA menjadi selaras dan teraktivasi sempurna, lalu
pancarkan energi sembari mengucapkan “Hoom”. Lalu diam, rasakan
dan nikmati energi yang bekerja. Efektivitas dari proses yang kita
lakukan tentu saja tergantung dari kapasitas aktual dari spiritual power

Setyo Hajar Dewantoro !219


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

yang kita miliki. Nah, seorang pembimbing yang memiliki spiritual


power terbilang besar, tentu saja bisa membantu lewat mekanisme
energy boosting.
Hal lain yang perlu dimengerti, tentang aktivasi untai DNA,
pola nalar atau mindset kita juga turut berpengaruh. Jika seseorang
memiliki kepercayaan bahwa seksualitas itu harus diredam karena
mengganggu upaya pencerahan, lambat laun pasti itu menon-aktifkan
untai DNA yang terkait dengan seksualitas. Demikian juga jika
seseorang punya kepercayaan bahwa uang dan bisnis adalah hal yang
harus ditinggalkan oleh seorang pencari pencerahan. Secara otomatis
Untai DNA yang terkait dengannya juga akan mengalami proses
deaktivasi. Inilah mengapa sebagian yang memilih jalur sebagai
pertapa murni yang menjauhi apa yang dipersepsi sebagai hal duniawi,
dengan hidup berselibat dan tidak memikirkan soal uang maupun
bisnis, ada bagian dari Untai DNA-nya yang kurang aktif.
Saya pribadi mengajak setiap pejalan spiritual untuk menerima
realitas manusia apa adanya, tidak menyangkal semua dinamika yang
natural. Termasuk tidak menjauhi seks, uang dan bisnis. Maka yang
dijadikan model adalah pribadi seperti Harjuna Sasrabahu dan Sri
Krisna yang mencapai aktivasi sempurna pada 12 Untai DNA
termasuk Untai 1 DNA Fisik.

Perubahan Tubuh
Seiring perjalanan waktu, banyak misteri mulai terbuka.
Termasuk tentang aktivasi 12 untai DNA yang membawa perubahan
pada tubuh. Tubuh manusia di jaman sekarang, pada umumnya
berbasiskan carbon (carbon base body). Artinya, carbonlah yang
menjadi unsur utama pembentuk tubuh. Ternyata, saat laku spiritual
semakin sempurna dan 12 untai DNA teraktivasi maka tubuh
mengalami perubahan menjadi berbasis silicon (silicon base body),
lalu menjadi Light Body dan bermuara kepada Spiritual Body.
Perubahan pada kondisi tubuh inilah yang memungkinkan manusia

!220 SUWUNG - The Science of Truth


Aktivasi DNA

memasuki dimensi yang lebih tinggi. Tubuh yang telah berubah


menjadi cristalline body, secara visual juga akan berubah menjadi
bercahaya. Terlebih jika kemudian menjadi Light Body dan Spiritual
Body. Perubahan ini juga mempengaruhi kinerja otak dan kecerdasan
yang menjadi fungsinya. Jika dengan carbon base body, tingkat IQ
manusia maksimal akan berada di skor 300, maka dengan Spiritual
Body maka manusia bisa mencapai IQ hingga 1000.

Evolusi Lebih Lanjut


Semakin menyelami laku spiritual, semakin bisa dimengerti
bahwa tak ada ujung untuk pencapaian jiwa. Selalu ada hal baru yang
tersingkap seiring perjalanan waktu, selaras dengan makin jumbuhnya
setiap diri dengan Sang Sumber Hidup. Setelah tersingkap tentang
transformasi tubuh dari carbon base body (3D) menuju silicon base
body (4D) hingga Light Body (5D) dan Spiritual Body (12D),
tersingkap pula transformasi lanjiutan dari tubuh. Seiring dengan
aktivasi 12 Untai DNA baik DNA Fisik maupun Spiritual, maka akan
teraktivasi secara utuh juga bukan hanya 7 cakra yang ada di tubuh
tapi juga 5 cakra tambahan yang ada di langit (dimensi non material
dari tubuh). Sehingga total yang teraktivasi sempurna adalah 12
chakra. Kelima chakra tambahan itu adalah:
1. Cakra Thymus yang berwarna emas.
2. Cakra Thalamus yang berwarna perak.
3. Cakra Bintang Matahari yang berwarna biru tua.
4. Cakra Galactic yang berwarna hitam perak.
5. Cakra Gerbang Ilahi yang berwarna putih.
Selanjutnya, tubuh akan mengalami transformasi ke dimensi
yang lebih tinggi lagi. Dalam hal ini, bahasa yang tepat adalah, diri kita
bisa mengakses dimensi-dimensi tubuh yang semula terkunci. Orang
kebanyakan hanya mencapai 3D, dimensi 4 (4D) dan seterusnya

Setyo Hajar Dewantoro !221


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

terkunci. Lewat laku spiritual terhubung kepada Diri Sejati, seiring


dengan semakin memancarnya Divive Energy dan Cosmic Energy
maka setiap dimensi tubuh ini bisa terbuka kuncinya. Bertransformasi
ke dimensi tubuh yang lebih tinggi bukan berarti kita berubah
sepenuhnya secara fisik sehingga tak lagi punya tubuh fisik, tetapi
dengan tetap memiliki tubuh fisik, semua dimensi tubuh yang lain
juga mulai terealisasi.
Secara ilustratif demikianlah penampakan dari 12 chakra :

Sumber: michelmahieu.ca

!222 SUWUNG - The Science of Truth


Aktivasi DNA

Jika diuraikan secara kronologis, setelah tubuh bertransformasi


dari 3D ke 4D, lewat laku yang tepat, tubuh mengalami transformasi
lanjutan ke Light Body (Tubuh Cahaya). Tubuh pada dimensi ini
mulai atomless atau tanpa atom karena memuat energi murni yang
memendar. Light Body ini mencakup 3 dimensi tubuh: 5D, 6D dan
7D. Ini mewakili tingkat kesadaran yang berbeda, sekaligus
merefleksikan realitas energi yang semakin murni. Jadi seseorang yang
bisa mengakses Light Body (5D-7D), tubuhnya terlihat dalam rupa
cahaya tapi masih membentuk struktur atau bentuk manusia.
Jika perjalanan spiritual kita lanjutkan dan kesadaran kita
semakin meningkat, maka tubuh akan mengalami transformasi
berikutnya ke 8D. Ini adalah dimensi tubuh yang tak lagi berbentuk
seperti struktur manusia, tapi lebih menyerupai bentuk Diamond atau
Berlian yang memendarkan cahaya terang. Transformasi berikutnya
adalah menuju 9D-11D, yang merepresentasikan keberadaan tubuh
cahaya paripurna. Pada dimensi ini, tubuh menunjukkan
keberadaannya sebagai cahaya di atas cahaya, cahaya yang memendar
terang tanpa batasan struktur tertentu.
Dan selanjutnya, tubuh bisa bertransformasi ke 12 D. Ini adalah
realitas tubuh sebagai manifestasi dari Sang Sumber. Tubuh pada
dimensi ini, tak lagi terikat oleh ruang dan waktu. Ia merefleksikan
keberadaan kekosongan absolut. Mereka yang sampai pada 12D
berada pada kesadaran Omnipresent, bisa berada di berbagai ruang
pada waktu yang sama, sekaligus merangkum masa lalu, masa kini dan
masa depan pada satu titik.
Dari sudut pandang kesadaran, Tubuh 3D merepresentasikan
kesadaran yang masih terbatas pada tubuh pribadi, sebagai unit
terpisah dari keberadaan penghuni lainnya di Bumi. Tubuh 4D
merepesentasikan kesadaran yang semakin meluas, mulai menyadari
keberadaan diri sebagai satu kesatuan yang utuh dengan Bumi yang
ditempati dan seluruh penghuninya. Tubuh 5D-8D merepresentasikan
kesadaran yang semakin meluas, kesadarannya telah berkembang

Setyo Hajar Dewantoro !223


Bagian Ketiga: Laku Spiritual

menjadi kesadaran galaksi. Disadari bahwa diri merupakan satu


kesatuan dengan realitas galaksi dan seluruh penghuninya. Sementara
Tubuh 9D-11D merepresentasikan kesadaran yang lebih luas
lagi,bahwa diri ini adalah satu kesatuan dengan Semesta/Universe dan
seluruh penghuninya. Dan puncaknya, Tubuh 12D merepresentasikan
Kesadaran Omnipresent, disadari penuh kemenyatuan dengan Jagad
Raya/Multiverse yang tanpa batas.

Model Paripurna
Sejauh saya menelusuri dalam keheningan, Harjuna Sasrabahu
yang hidup sekitar 1 juta tahun silam adalah sosok yang bisa
merepresentasikan perkembangan-perkembangan di atas secara utuh.
Seiring dengan kemampuannya mengaktivasi 12 untai DNA, ia juga
bisa merealisasikan transformasi tubuh dari carbon base body ke spirit
body (3D ke 12D) hingga 100 %. Itu juga yang membuatnya bisa
mencapai IQ hingga 1000. Pertanyaan pentingnya, apakah kita
manusia di jaman sekarang bisa mengalami apa yang dicapai oleh
Harjuna Sasrabahu? Jawabannya adalah bisa, dengan menerapkan laku
spiritual yang dijalani Harjuna Sasrabahu yang dasarnya adalah terus
menerus meningkatkan kemenyatuan dengan Diri Sejati dan
memastikan jiwa raga mencapai kemurnian maksimal. Bahkan, kondisi
bumi yang terus berevolusi, membuat manusia pada saat ini – saat
buku ini ditulis – punya probabilitas lebih tinggi untuk mencapai
realisasi cristalline base body bahkan light body di tingkat 100 %. Ini
akan terjadi secara massal dan prosesnya telah dimulai.


!224 SUWUNG - The Science of Truth


7
EVALUASI PENCAPAIAN

Evaluasi secara personal maupun kolektif, tentu saja diperlukan


untuk melihat perkembangan para pembelajar spiritual. Tanpa evaluasi
yang akurat dan tepat, di satu sisi, seorang pembimbing spiritual tak
akan tahu apa dampak dari bimbingan dan pembelajaran yang
diberikan, dan di sisi lain, para pembelajar juga tak akan mengerti
apakah telah mencapai kemajuan, stagnan, atau malah mundur. Maka,
saya mempergunakan metoda yang semakin berkembang untuk
mengevaluasi capaian dari para pembelajar. Saat saya mulai mengenal
tentang teknik muscle test guna mengkalibrasi Level of
Consciousness yang dikembangkan oleh David R. Hawkins, saya
mulai menggunakan itu sebagai alat bantu mengevaluasi
perkembangan diri saya pribadi maupun para pembelajar yang saya
bimbing. Hingga dikemudian hari saya bisa mengembangkan
parameter sendiri yang agak berbeda dengan apa yang dikembangkan
oleh Hawkins. Tapi teknik muscle test ala Hawkins tetap saya pakai
sekalipun dipadu dengan metoda deteksi rasa sejati yang langsung
memunculkan angka di layar virtual yang muncul di pusat hati.
Seiring perkembangan waktu, muncullah parameter evaluasi
yang lebih komprehensif. Saya menamakannya “Human Perfection
Matrix”. Ini menjelaskan capaian dalam berbagai aspek kecerdasan,
realitas energi, dan keselarasan antara manusia dengan Diri Sejati
sebagai representasi Sang Sumber, juga dengan jagad raya –
diantaranya tingkat keselarasan dengan Ibu Bumi. Secara mendetail,
demikianlah parameter evaluasi yang saya kembangkan:

Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Human Perfection Matrix


PARA
 PENJELASAN SKALA
METER
IQ Intelectual Intelligence Quotient,tingkat kecerdasan 0-1000
rasional, menunjukkan kemampuan mengerti realitas
danmengembangan pengetahuan dengan otak kiri.
SQ Spiritual Intelligence Quotient, tingkat kecerdasan 0-1000
spiritual, menunjukkan tngkat koneksidengan Diri Sejati.
EQ Emotional Intelligence Quotient,tingkat kecerdasan 0-1000
emosional, menunjukkan sejauh mana kasih murni
memenuhi diri dan diri inijernih dari segala bentuk
angkara murka dan emosi destruktif.
CQ Cosmic Intelligence Quotient, tingkat kecerdasan 0-1000
kosmik, menunjukkan tingkat kemampuan mengakses
pusat pengehuan semesta, terkaitdengan tingkat aktivasi
cakra mahkota dan antah karana
CB Carmic Body, tingkat kejernihan tubuh karma, 0%-100%
menunjukkan sejauh mana seseorang terbebas dari jejak
perbuatan tidak selaras yang mendatangkansengkala/
peristiwa buruk.
CB Knowledge Body, tingkat kejernihan tubuh pengetahuan, 0%-100%
menunjukkan sejauh mana seseorang terbebas dari
segala bentuk ilusi dan pengetahuan yang menghambat
pencerahan.
SP Spiritual Power, menunjukkanseberapa kuat Divine 0-infinity
Energy yang tumbuh di dalam diri, sebagai hasil
keterhubungan dengan Diri Sejati dan Divine Entity.
Skala 0 – tak terbatas.
CP Cosmic Power, menunjukkan seberapa kuat Cosmic 0-infinity
Power yang tumbuh di dalam diri, hasilkeselarasan
dengan 4 benda kosmik (matahari, bintang,bulan, bumi)
dan 4 unsur kosmik (air, api, tanah, udara)
KA Kundalini Activation, menunjukkan sejauh mana tingkat 0%-100%
aktivasi Kundalini sebagai gabungan dari DivineEnergy
dan Cosmic Energy
EP Energy Purity, kejernihan tubuhenergi, menunjukkan 0%-100%
sejauh mana diri terbebas dari segala bentuk demon
energy
MEA Mother Earth Access, tingkat keselarasan dengan Ibu 0-1000
Bumi yang menentukan kemampuan mengakses energi
keberlimpahandari Ibu Pertiwi.

!226 SUWUNG - The Science of Truth


Adakah Cara Lain Mencapai Pencerahan Selain Hening?

PARA
 PENJELASAN SKALA


METER
MMP Money Magnetic Power, tingkatdaya magnetik kepada 0-1000
uang sebagai salah satu bentuk energi. Biasanya,
rendahnya MMP menunjukkan ada blocking pada cakra
bawah yang dilakukan olehpihak luar dengan tujuan
menghambat aliran finansial.
SxQ Sexual Intelligence Quotient, tingkat kecerdasan seksual, 0-1000
menunjukkan tingkat kesehatanalat-alat reproduksi dan
kemampuan dalam mengembangkan tindakan spiritual
sebagai wahana menuju pencapaian pencerahan.
TEP Third Eye Power, tingkat kemampuan/aktivasi mata 0-1000
ketigayang berkaitan dengan kesadaran multidmensi,
dalam ranah penglihatan, pendengaran, sensing dan
pengertian.
CP Communication Power, kemampuan komunikasi, terkait 0-1000
dengan tingkat kemampuan/aktivasi cakra
tenggorokan, termanifestasi dalam kemampuan
berbicara dan menulis.
AQ Artistic Quotient, Kecerdasanartistik, berkenaan dengan 0-1000
kemampuan mengembangkancitarasa seni dan membuat
mahakarya artistik yang menjadiwahana penyebaran
kesadaran dan penjernihan energi. Ini terkait dengan
tingkat aktivasicakra sex.
WP Will Power, kekuatan kehendak,yaitu kemampuan 0-1000
menyelaraskanhasrat dengan tuntunan dari Guru Sejati –
dalam bahasa lain,ini menyangkut kemampuan menjadi
semakin non-egoistik, non-obsesif, dan ini terkait dengan
kemampuan/tingkataktivasi cakra solar plexus.
SCA Spiritual Chakra Activation, menunjukkan tingkat 0%-100%
aktivasi 5cakra langit: chakra timus, chakra talamus,
chakra bintangmatahari, chakra galactic dan chakra
bumi.
DA DNA Activation, menunjukkantingkat aktivasi DNA 0%-100%
baik padaDNA Fisik maupun DNA Spiritual.
CBR Cristalline Body Realization, realisasi perubahan tubuh 0%-100%
dari carbon base body menuju silicon base body (4D)
LBR Light Body Realization, realisasi perubahan tubuh ke 0%-100%
tubuh cahaya (atomless) (5D-7D)
DBR Diamod Body Realization, realisasi perubahan tubuh ke 0%-100%
Berlian yang memendarkan cahaya (8D)
ULBL Ultimate Light Body Realization, realisasi perubahan ke 0%-100%
tubuh cahaya di atas cahaya. (9D-11D)
SBR Spritual Body Realization (12D),realisasi perubahan 0%-100%
tubuh ke tubuh energi murni yang melampaui batasan
ruang danwaktu.

Setyo Hajar Dewantoro !227


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Setiap parameter di atas, bisa ditentukan skornya dengan


menggunakan deteksi rasa sejati yang dipadu dengan muscle test.
Angka-angka yang didapatkan menunjukkan secara komprehensif
bagaimana pencapaian seseorang dalam kaitannya dengan proses
menuju keadaan sebagai manusia paripurna, yang mencapai tataran
Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi.
Sebenarnya, landasan utama dalam perkembangan setiap
parameter di atas, adalah koneksi setiap pribadi dengan Diri Sejatinya.

!228 SUWUNG - The Science of Truth


!

Bagian Keempat

PERMATA KEBIJAKSANAAN
1
ADAKAH CARA LAIN MENCAPAI
PENCERAHAN SELAIN HENING?

Secara lugas saya mengatakan bahwa tiada jalan lain untuk


mencapai pencerahan dan keselamatan, kecuali keheningan. Soal
keheningan yang disebut dengan banyak nama lain itu beda perkara.
Misalnya, jalan keselamatan yang namanya dzikir. Itu sama saja. Dzikir
adalah hening dalam Bahasa Arab. Sama juga dengan semedi.
Jadi, keheningan adalah jalan utama keselamatan yang bisa
dibahasakan dengan banyak nama. Intisari dari keheningan adalah
bagaimana kita bisa menyadari penuh keberadaan Sang Penuntun
Agung di dalam diri sebagai pemberi petunjuk untuk jalan
keselamatan. Adakah cara lain untuk terhubung dengan Sang
Penuntun Agung itu selain dengan meniti jalan nafas kita?
Coba dicari. Misalnya, saya bisa terhubung dengan Sang
Penuntun Agung dengan dangdutan? Kalau bisa saya akan validasi
sebagai cara lain untuk bisa terhubung dengan Guru Sejati. Secara
faktual, tidak bisa, Anda bisa rileks, bisa enjoy, tapi bukan terhubung.
Cara lain misalnya berendam (kungkum). Dalam tradisi spiritual
kuna, kungkum menjadi salah satu metode, tapi bukan metode utama.
Kungkum itu salah satu mekanisme untuk mendapatkan proses
penyelarasan oleh kekuatan di Alam Semesta. Oleh sebab itu,
kungkum dilakukan di tempat- tempat yang langsung menampung air
Adakah Cara Lain Mencapai Pencerahan Selain Hening?

dari mata air karena airnya masih murni. Tapi, untuk hal itu orang
harus punya s ikap yang tepat, harus betul- betul sambil menikmati
nafas, menyadari keterhubungan dengan Gusti, baru air kungkum itu
berguna. Jadi intinya bukan tentang kungkum-nya. Semua kembali
pada NAFAS.
Namun, secara faktual, kebanyakan orang kungkum itu tidak
termurnikan, adanya kedinginan. Tapi, sebaliknya, ada orang yang
enjoy di bathtub malah bisa tercerahkan. Ini tentang betul- betul
menyadari kasih murni dalam aliran napas. Jadi, tidak ada jalan lain,
kecuali betul-betul meniti jalan nafas itu. Bagaimana tentang puasa
mutih atau ngebleng tiga hari?
Ngebleng itu tidak makan, tidak minum tiga hari. Adanya dari
ngebleng (istilah jawa) jadi ngeblank karena jarang ada yang kuat dan
stabil. Kalau stabil, silakan dilakukan. Tapi, rata- ratanya Anda akan
ngeblank, tidak berdaya, tidak kerja, yang terjadi malah kesambet.
Puasa itu kalau dijalankan dengan hasrat egoistik tidak akan
mendatangkan kemajuan secara spiritual. Banyak orang yang
menjalankannya, tapi jiwanya tidak termurnikan.
Kalau dia itu beruntung, dia punya kekuatan supranatural.
Karena yang dihitung di sana adalah kekuatan tekad, kekuatan tekad
yang egoistik akan menarik entitas lain yang vibrasinya sama dengan
kekuatan itu. Makanya, orang yang bertapa di gunung dengan hasrat
egoistik yang dominan, ia bukan menjadi tercerahkan tetapi punya
kekuatan supranatural dari entitas yang mendompleng padanya.
Oleh sebab itu, saya tidak merekomendasikan Anda untuk
puasa yang bermacam- macam, kecuali jika Anda lakukan sesuai
dengan tuntunan Diri Sejati dalam konteks menyelaraskan badan
Anda. Badan Anda sedang butuh rehat. Tetapi, yang bikin pencerahan
bukanlah puasanya tetapi niat memurnikan jiwa raganya. Semuanya
kembali lagi pada kesadaran saat merasakan aliran nafas selama Anda
berpuasa. Dengan tegas saya mengatakan bahwa tidak ada jalan lain
untuk keselamatan, kecuali keheningan.

Setyo Hajar Dewantoro !231


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Kita fokus saja dengan jalan meniti nafas kita, menyadari nafas
kita untuk terhubung dengan Gusti. Tidak perlu pakai kungkum atau
puasa. Apakah bisa? Jawabannya bisa. Jadi, Anda mau pilih yang
mana? Berendam di bath tube atau jacuzzi sambil menikmati aliran
nafas atau Anda kungkum tengah malam di sebuah telaga sambil
kedinginan sehingga tidak menikmati itu? Opsi lain, Anda makan
mpek- mpek sambil menikmati nafas dan bersuka cita atas kasih Gusti
atau Anda ngebleng sambil menderita?

!232 SUWUNG - The Science of Truth


2
JANGAN MENGATUR-ATUR NAFAS

Segala teori yang membuat kita mengatur- mengatur nafas,


buang saja. Pokoknya, fokus pada apa yang Tuhan kerjakan dalam diri
ini, kita hanya memperhatikan sampai kita merasa tentram. Sampai
kita mengerti, memahami, menghayati betul bahwa kita dikasihi oleh
Tuhan.
Nah, kalau ini saja gagal, kesananya pasti nggak akan berhasil.
Kalau dalam nafas saja kita mulai sok-sokan ngatur, bagaimana hidup
yang lain? Nafas yang semestinya betul- betul kita rasakan, nikmati,
sadari, tak perlu kita atur- atur. Mengatur-atur nafas itu akhirnya sama
dengan kita menguatkan ego, begitu juga untuk hal- hal yang lain pasti
yang dominan jadi adalah egonya.
Kenapa meditasi itu dikatakan sebagai momen untuk
meluruhkan ego? Karena sebetulnya kita punya ego, tetapi ini tidak
kita pakai. Kita hanya menerima ketika Tuhan bekerja dalam diri kita.
Kita nggak ngatur- ngatur, kita hanya menerima dan berterima kasih
saja.
Semua ini adalah hal yang paling sederhana namun bagi
sebagian orang justru itulah yang paling sulit. Kadang- kadang
manusia itu disulitkan oleh pikirannya sendiri dengan membuat
bahasa- bahasa yang tidak realistik. Bahasa "menemukan kasih" yang
diungkapkan itu mengindikasikan ada sesuatu yang harus ditemukan,
ada objek yang harus kita bisa saksikan.
Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Menikmati adalah kuncinya, jika merasakan nafas sulit sekarang,


pembahasannya nggak usah tentang bernafas dulu. Ketika Anda
ngopi saja, menikmati kopi, dapatkah anda merasakan kasih? Jadi
tidak sulit bukan? Bukankah Bersama kopi itu ada nikmat, tidakkah
ada rasa terimakasih saat itu? Memangnya apa yang Anda cari dari
minum kopi?
Kalau nikmat berarti kasih, bukan? Di balik nikmat, itulah ada
rasa kasih dan syukur. Ketika Anda memainkan musik, adakah nikmat
dari suara yang indah, yang mendamaikan kita, apakah itu bukan
kasih? Jadi merasakan nafas artinya menyadari kasih yang muncul dari
dalam.
Mengertilah, dalam segala hal yang kita nikmati itu adalah wujud
kasih. Ada kasih Tuhan di sana. Sekarang kita bersandar, duduk rileks,
nikmat bukan? Itu wujud kasih atau bukan? Kaki kita bisa selonjoran,
itu bentuk kasih, atau bukan? Itulah bentuk kasih kita pada tubuh,
kalau tidak bisa melakukannya kita bisa menderita bukan? Lalu masih
lupa bersyukur/berterima kasih? Kalau lupa ya menderita.
Mindset harus diperbaiki dulu. Tidak perlu mencari-cari,
meminta-minta Kasih Tuhan.Tapi sadari, rasakan, nikmati ada
kasihNYA dalam setiap nafas kita. Di dalam nafas yang bisa kita
nikmati itulah ada kasihNYA. Maka berterima kasihlah kita masih bisa
bernafas. Begitu sederhananya.
Sederhana bukan perbedaan antara betul- betul menikmati nafas
dengan mengatur- atur napas? ini dua jurusan yang berbeda. Kalau
Anda menikmati napas, anda ada di jalan kepasrahan yang ujungnya
adalah kebahagiaan, inilah kenapa keheningan disebut sebagai jalan
keselamatan. Kalau Anda mengatur- atur napas, anda akan dibawa
kepada penguatan dan peninggian ego, apalagi jika tujuannya biar
sakti. Yang seperti itu bukanlah spiritualitas. Itu yang membuat Anda
nantinya terjebak, egonya semakin kuat, nanti ada kamuflase yang
seolah-olah anda dapat kekuatan spiritual padahal supranatural dan
tanpa sadar anda bisa semakin nyasar. Ketika ego semakin kuat, Anda

!234 SUWUNG - The Science of Truth


Jangan Mengatur-Atur Nafas

akan semakin terjerat didalam penderitaan. Itu pula yang mengundang


jeratan Dark Force (DF). Begitulah prosesnya.
Maka, pahami perbedaannya, ibarat kita naik bis jurusan
perjalanan antara menikmati napas dan mengatur – atur napas itu
berbeda. Kalau menikmati napas ketemunya kota Bahagia, kalau
mengatur-atur nafas ketemunya kota derita.
Ini adalah hal yang mendasar, jika ini belum benar, baik dalam
niat dan cara bernapasnya maka hal-hal lain dalam peningkatan
kesadaran spiritual tidak dapat terjadi.

Setyo Hajar Dewantoro !235


3
MENGGEMBALA PIKIRAN

Saat hening malah pikirannya yang menjadi kisruh, menjadi


penuh kecamuk. Mengapa? Ini lumrah bagi sebagian orang. Dalam
beberapa kasus, ini terjadi karena memang di pikiran bawah sadarnya
ada banyak data, ada banyak pengalaman, ada banyak pengetahuan
yang tidak selaras dengan diri sejatinya. Hal itulah yang muncul ketika
kita mencoba untuk masuk ke dalam keheningan, sehingga yang terasa
seperti konflik.
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa melampauinya? Latihan
hening yang intensif dimana didalamnya ada kepasrahan itulah satu-
satunya cara agar kita bisa berada dalam posisi mampu mengelola
pikiran kita sendiri. Walaupun pada awalnya susah teruslah berupaya
untuk menikmati napas, untuk merasakan kasihNya di dalam setiap
tarikan dan embusan napas.
Ketika pikiran berkecamuk, tidak usah dilawan dulu. Ikuti saja
kecamuk pikiran itu, kenali pikiran itu. Tapi satu hal yang mesti kita
sadari bahwa sebetulnya pikiran itu ada dalam kendali kita, maka kita
punya kuasa untuk membawa kembali pikiran agar kembali
memperhatikan napas. Pasti lama-lama pikiran ini ibarat hewan
ternak, dia bisa kita gembalakan. Kita bisa kelola supaya dia manut
dengan Sang Jiwa di dalam diri. Sang Jiwalah yang juga
menggembalakan pikiran, tubuh dan panca indera.
Ketika Anda bisa seperti itu, lama-lama Anda juga terhubung
penuh dengan Diri Sejati dan lewat keterhubungan itulah segala data
Menggembala Pikiran

yang tidak selaras yang memicu kecamuk pikiran itu bisa dibereskan.,
Termasuk bisa dibereskan sistem saraf yang rusak, yang juga jadi
pangkal kekisruhan pikiran. Kuncinya adalah jangan pernah
menyerah, terus lakukan yang terbaik yang bisa Anda lakukan,
berusahalah dengan tekun untuk menyelami keheningan sebisa Anda.

Setyo Hajar Dewantoro !237


4
PERTANDA KEMAJUAN SPIRITUAL

Ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan oleh para


pembelajar spiritual? Di antaranya, “Apa tanda bahwa saya sudah
terhubung dengan Diri Sejati/Guru Sejati?” “Apa indokator bahwa
suara yang muncul di dalam diri saya adalah suara dari Guru Sejati dan
bukannya suara dari Iblis atau suara pikiran/ego saya sendiri?”
“Bagaimana saya bisa mengetahui yang saya saksikan dalam meditasi
itu bukan halusinasi saya sendiri?” Pertanyaan-pertanyaan di atas
memang penting untuk mendapatkan jawaban yang memadai. Agar
setiap pejalan dan pembelajar spiritual benar-benar mantap dalam
menjalani laku mereka.
Begini, pembelajaran dan laku spiritual adalah sebuah upaya
transformasi jiwa, mencakup penataan emosi, energi dan berbagai
aspek lain pada diri kita. Setiap pribadi yang benar-benar menjalani
laku spiritual, pasti semakin terhubung kepada Diri Sejati/Guru
Sejati/Dewa Ruci yang bertahta di pusat hati. Ini berarti juga
kesadarannya menjadi semakin menyatu dengan Sang Sumber Hidup:
kesadaran ragawi, kesadaran jiwa dan kesadaran spiritual terhubung
selaras sebagai satu kesatuan. Dampak yang paling nyata adalah
seseorang menjadi semakin penuh welas asih karena dirinya semakin
diliputi Kasih Murni, ada energi murni dari pusat hati yang
mempengaruhi pikiran, emosi, perkataan dan tindakannya. Seorang
pejalan spiritual juga menjadi semakin bisa merasakan kebahagiaan
dan kedamaian yang memancar dari pusat hatinya. Dan itu selanjutnya
pasti terpancar ke sekelilingnya. Hidup menjadi semakin penuh
Pertanda Kemajuan Spiritual

ketentraman, tidak lagi grasa- grusu, bisa memahami, menerima segala


dinamika hidup.
Jadi terhubung dengan Diri Sejati tidak mesti Anda melihat apa
yang dimengerti sebagai visualisasi Diri Sejati/Dewa Ruci. Karena
tidak semua mesti atau bisa langsung melihatnya. Dengan berubahnya
keadaan pikiran dan emosi, yang berdampak pada perubahan
kebiasaan dalam berkata dan bertindak, kemudian menjadi semakin
welas asih, berbahagia dan damai, itu sudah merupakan pertanda
bahwa keterhubungan anda semakin erat dengan Diri Sejati/Dewa
Ruci.
Pembelajaran spiritual juga tak mesti berdampak pada
pemilikian kemampuan supranatural seperti kemampuan melihat hal-
hal yang metafisik, menerawang, dan semacamnya. Saat hidup
berubah menjadi semakin indah, diri semakin tenang meski
menghadapi beragam masalah, itulah tanda kita semakin naik
kesadarannya karena semakin terhubung kepada Diri Sejati/Dewa
Ruci. Keterhubungan dengan Diri Sejati/Dewa Ruci membuat kita
semakin punya daya dan kebijaksanaan untuk menjadi problem solver,
ia dapat menyelesaikan beragam masalah kehidupan, baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi sesama.

Bedanya Hening dan Melamun


Suara dari Tuhan yang mempribadi sebagai Diri Sejati/Dewa
Ruci dan bertahta di pusat hati, muncul saat kita berada dalam
keheningan. Apa penandanya? Ia muncul secara spontan dari pusat
dada sebagai petunjuk untuk mengerti realitas apa adanya dan
memilih keputusan yang membawa keselamatan. Sementara suara
pikiran, muncul dari kepala, dalam keriuhan pikiran yang meloncat
kesana kemari. Seseorang yang terbiasa hening pastilah bisa
merasakan betul getaran yang mengiringi munculnya petunjuk dari
keheningan. Nah, bagi para pembelajar pemula, tentang kemampuan
memilah suara dari keheningan dan suara pikiran ini, tak usah terlalu

Setyo Hajar Dewantoro !239


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

dipikir juga. Berlatih terus dan tak usah tak takut keliru. Jika kita
belajar untuk membaca suara dari keheningan, lalu kita jalankan
petunjuk dari keheningan padahal itu sebenarnya suara pikiran atau
hasrat egoistik kita, pasti akan segera muncul pembuktian dalam
kehidupan praktis. Tak usah menyesal jika ternyata kita keliru, karena
itu bagian dari proses belajar. Jika itu berdampak terhadap kejatuhan
dalam hidup, bangkitlah tanpa penyesalan. Sadari bahwa keliru dan
terjatuh adalah bagian dari proses pematangan dan penyempurnaan
jiwa. Teruslah berlatih, pada saatnya pasti menjadi ahli dalam bidang
ini.
Selanjutnya, kita juga perlu mengerti bahwa hening itu keadaan
pikiran yang terhubung penuh dengan rasa sejati. Kita ada dalam
tuntunan dan naungan kasih murni dari Sang Sumber Hidup. Dan ini
bisa diverifikasi dengan melihat tingkat kesadaran, pancaran aura,
maupun frekuensi gelombang otak. Dalam hening, jika diukur
menggunakan alat pengukur gelombang otak, bisa diidentifikasi
bahwa otak kita sedang memasuki fase “deep”. Pada titik inilah, segala
yang muncul bisa diverifikasi sebagai penyingkapan kebenaran
spiritual.
Iblis, Siluman, atau sumber dari suara yang menyesatkan, hanya
bisa mengelabui dan mempengaruhi mereka yang jiwanya tidak murni,
ada benih ketidaktulusan, obsesi dan watak angkara murka lainnya.
Pikirannya pun sibuk karena membayangkan keadaan-keadaan yang
dihasratkan pikiran egoistiknya. Dalam keheningan, fungsi pikiran
berupa mengingat, berimajinasi dan menganalisa, diisitirahatkan. Yang
difungsikan hanya fungsi pemerhati yang dihubungkan dengan rasa/
sense. Saat pikiran semakin dalam memperhatikan rasa/sense, pastilah
terhubung dengan rasa sejati dan masuklah kepada keheningan.
Sementara dalam ngelamun yang banyak bekerja adalah fungsi
imajinasi, mengingat dan menganalisa – inilah keadaan pikiran yang
sibuk berlawanan dengan kepasrahan. Jadi, jelas sekali bedanya
hening/meditatif dengan melamun/berkhayal. Siapapun yang

!240 SUWUNG - The Science of Truth


Pertanda Kemajuan Spiritual

memang berada di dalam keheningan dan berada dalam ketulusan


serta kemurnian jiwa, mantaplah untuk menerima segenap suara atau
gambaran yang muncul sebagai petunjuk dari Sang Sumber Hidup.
Juga jangan takut dengan menyangka bahwa apa yang
dialaminya adalah halusinasi. Karena halusinasi adalah peristiwa yang
muncul kepada orang-orang yang sedang melamun, bukan
bermeditasi. Bisa saja orang terlihat atau mengaku meditasi tapi
sesungguhnya tengah melamun. Itu bisa diverifikasi dari keadaan
pikirannya yang sibuk, terdeteksi dari gelombang otaknya. Bisa juga
terdeteksi dari pancaran aura dan vibrasi energi yang terkait erat
dengan tingkat kesadarannya. Dari sudut pandang warna aura, mereka
yang berhalusinasi tetap berada di warna aura merah atau kuning. Dari
tingkat kesadaran, saat mengalami peristiwa halusinasi itu, umumnya
berada di skore di bawah 200 dalam skala Hawkins. Halusinsi hanya
terjadi pada mereka yang pikirannya mengembara liar, tidak terhubung
dengan Diri Sejati dan tidak diliputi kasih murni.
Sangat mudah untuk menentukan benar tidaknya pengakuan
seseorang yang menerima wahyu, terhubung dengan Divine Entity
dan mendapat pesan dari mereka, atau mendapat petunjuk dari Guru
Sejati/Diri Sejati/Dewa Ruci di pusat hati. Tingkat kesadaran, tingkat
kejernihan, dan warna aura adalah indikator terpercaya untuk bisa
memverifikasi benar dan tidaknya pengakuan tersebut. Seseorang yang
tingkat kesadarannya di bawah 200 dalam skala Hawkins, warna aura
dasarnya adalah merah, tapi mengaku sebagai orang tercerahkan dan
dibimbing oleh Divine Entity pastilah itu merupakan pengakuan yang
tidak benar. Sudah pasti apa yang dilihat dan dianggap sebagai Divine
Entity tak lebih dari para siluman dan sebangsanya yang menyamar.

Prasangka, Ilusi dan Halusinasi


Perkara-perkara yang berada di balik kenyataan fisikal yang tak
bisa dijangkau panca Indra pada umumnya memunculkan prasangka.
Saat pikiran tak bisa menyingkap kebenaran yang utuh akibat

Setyo Hajar Dewantoro !241


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

minimnya data, iapun bergeser kepada tindakan menduga-duga.


Pikiran mengembangkan pernyataan yang belum pasti kebenarannya,
atau bahkan memang tidak benar. Mengapa orang berprasangka?
Karena ia enggan untuk benar-benar hening sehingga pikirannya bisa
terhubung dengan rasa sejati. Di hadapan rasa sejati tak ada misteri.
Semua gamblang terbaca apa adanya meski itu menyangkut realitas
metafisik yang tak bisa dijangkau apa adanya.
Saat seseorang mengeluarkan satu pernyataan, selalu ada
kemungkinan bahwa itu sekadar prasangka atau itu adalah kebenaran
yang dihasilkan dari penyelaman mendalam terhadap kenyataan.
Bagaimana membedakannya? Begini, seseorang yang berkesadaran
tinggi karena terbiasa terhubung dengan Guru Sejati/Hingsun/Atman
ya tentu tak butuh berprasangka. Karena segala sesuatu terbaca jelas
olehnya. Nah, kita tinggal mengetahui apa tanda orang berkesadaran
tinggi dan tajam mata batinnya. Menggunakan tolak ukur kasih, kita
bisa rasakan vibrasi kasihnya yang kuat. Secara visual kita bisa
menyaksikan aura yang cemerlang dan mekarnya semua simpul energi
atau chakra. Jika menggunakan deteksi terhadap kualitas kesadaran,
maka ia berada di level of consciousnes (LoC) yang tinggi. Sebaliknya,
seseorang yang sedang jatuh kesadarannya, sedang gelap secara energi,
otomatis kurang terhubung dengan Diri Sejati, hanya menggunakan
nalar tanpa tuntunan rasa sejati, cenderung untuk mengembangkan
prasangkanya.
Prasangka yang tidak sesuai kenyataan tapi dipercayai sebagai
kebenaran, jadilah ilusi. Semakin seseorang memperbanyak ilusi,
semakin jatuh kesadarannya. Semakin tebal tirai antara diri dengan
Diri Sejati/Atman. Dan itu pasti terdeteksi secara energi - auranya
menjadi gelap, simpul-simpul energi menjadi keruh, dan level of
consciousnes pasti rendah. Prasangka dan ilusi bisa muncul dalam
beragam situasi, termasuk dalam menilai seseorang. Dalam kasus ini,
saat seseorang terjauhkan dari Guru Sejati dan malah terjerat entitas
alam bawah yang mengendalikan pikiran, persepsi bisa terbolak-balik.

!242 SUWUNG - The Science of Truth


Pertanda Kemajuan Spiritual

Yang cemerlang dinilai gelap. Yang penuh tipu muslihat dipandang


penuh kasih. Yang murni dinyatakan palsu, yang palsu dipercaya
sebagai yang tercerahkan.
Saat seseorang terjauhkan dari Diri Sejati dan tidak hening,
muncul pula halusinasi. Ini adalah bayangan-bayangan di kepala, atau
sekadar perasaan yang muncul, yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Mekanisme kerjanya, ada distorsi informasi yang dimasukkan ke
dalam pikiran tapi ini dianggap kebenaran. Contoh halusinasi,
seseorang merasa dirinya sebagai titisan dewa, kesayangan leluhur,
atau semacam itu, sementara secara faktual kesadarannya rendah,
tubuh karnanya gelap, dan tubuh energinya dipenuhi demon energi.
Seseorang yang secara konsisten terhubung dengan Diri Sejati, tentu
saja terjauhkan dari halusinasi. Apa yang diungkapkan itulah
kebenaran. Sekalipun itu sulit dibuktikan dengan pendekatan logika
empirik. Nah, agar kita bisa memilah dengan jernih segala sesuatunya,
perlu latihan terus menerus dalam bimbingan Guru yang tepat.
Seperti apa Guru yang tepat? Sederhananya Sang Guru menimbulkan
trust di sanubari Anda. Dan sang waktu akan membuktikan itu.
Kepalsuan pasti terbongkar, kebenaran pastilah langgeng.

Bedanya Suara Ego, Hati Nurani dan Suara


Tuhan
Suara ego adalah ungkapan pikiran yang merefleksikan hasrat
diri sebagai pribadi yang punya free will - biasanya mewakili
kepentingan egoistik yang berlawanan dengan dorongan kasih murni.
Sering terkondisi oleh dogma yang memenuhi pikiran. Seringkali
hanya berdasarkan prasangka. Kadang mengabaikan kepentingan
bersama. Muncul saat kesadaran kita berfokus pada pikiran.
Sementara itu, hati nurani sebenarnya adalah bagian halus dari suara
ego. Ia muncul dari dalam hati kita namun bukan dari ruang yang
paling murni, masih merefleksikan nilai yang kita pelajari sejak kecil/
sepanjang perjalanan sang jiwa. Hati nurani adalah semacam polisi

Setyo Hajar Dewantoro !243


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

moral yang tertanam dalam diri kita karena nilai-nilai dan prinsip
sosial yang ditanamkan ke dalam diri kita lewat beragam skema
pembelajaran.
Sementara suara Tuhan adalah suara dari keheningan dan
kemurnian, pikiran hanya merekam dan mengungkapkan kembali apa
yang dicerap dalam keheningan. Suara itu sendiri muncul dari
keberadaan yang disebut Atman atau roh Kudus - ungkapannya tak
mesti sama dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan ke dalam pikiran,
termasuk bisa berbeda dengan hati nurani. Untuk bisa menangkap
suara Tuhan, pikiran harus menyatu dengan Rasa Sejati/God Feeling.
Suara Tuhan yang memancar lewat Sang Atman hanya bisa tercapai
jika kita melampaui semua konsepsi termasuk baik dan buruk. Ini saya
uraikan sejauh pengalaman pribadi.
Nah, terkait dengan hal ini, saya perlu menjelaskan tentang rasa
bersalah yang tak selamanya merupakan murni sebagai petunjuk
Tuhan bahwa kita benar-benar bersalah. Saya mulai bisa memilah
setelah merenungkan adanya guilty feeling pada satu momen. Saya
selami, dari mana guilty feeling ini muncul? Ternyata, ia muncul dari
membandingkan antara tindakan kita dengan nilai nilai yang
membentuk hati nurani. Saat saya menyelam terus, melampaui hati
nurani, ternyata tak ada penghakiman moral atau penetapan bahwa
tindakan saya salah. Saat itulah saya tahu bedanya hati nurani dan suara
Tuhan. Suara Tuhan mengungkapkan realitas dinamika energi. Bukan
berarti dalam keheningan kita tidak bisa menemukan pesan bahwa
suatu tindakan itu salah. Itu bisa terjadi, saat kita memang benar-benar
melakukan tindakan yang membuat tubuh karma menjadi lebih gelap.
Dari keheningan pasti muncul kesadaran dan pesan bahwa kita telah
bersalah sekaligus muncul tuntunan untuk kembali membuat jiwa
menjadi murni. Tetapi dalam keheningan tidak mungkin muncul
penghakiman moral yang tidak realistis.

Tips Agar Tak Keliru Jalan

!244 SUWUNG - The Science of Truth


Pertanda Kemajuan Spiritual

Perlu diakui bahwa saat ini gairah orang untuk belajar


spiritualitas tengah meningkat. Banyak orang berbondong-bondong
belajar beragam pengetahuan yang terkait dengan spiritualitas. Pada
saat yang sama, semakin banyak muncul "guru spiritual" dengan
beragam label. Tulisan ini membawa kita untuk bernalar secara kritis
terhadap fenomena di atas. Begini, tanpa kesadaran yang terus
dimurnikan, gairah belajar spiritualitas yang terus berkembang hanya
akan menjadi trend sesaat yang tidak membawa transformasi jiwa
pada pelakunya. Setiap pembelajar perlu mengerti dengan pasti apa
yang dituju dan tahu juga cara mengevaluasi apakah tujuannya sudah
benar dan tercapai. Jadi tanyakan kembali, apa yang sebenarnya Anda
tuju?
Sambil masing-masing merenung, saya hendak membabarkan
berbagai kasus pembelajaran spiritual yang berujung pada kegagalan.
Gagal dalam artian tidak meningkatkan kesadaran dan membuat
hidup menjadi tertata.
1. Banyak orang belajar spiritual untuk menyelesaikan
permasalahan praktis yang sedang dihadapi tapi lupa
menjalankan laku untuk menjernihkan diri (jiwa dan raga) dan
mentransformasi jiwa menjadi semakin berkesadaran. Tentu saja
masalah Anda tak akan selesai jika tubuh emosi, tubuh energi,
tubuh pengetahuan, maupun tubuh karma tetap keruh. Itulah
yang menjadi pangkal masalah. Tak ada guru yang bisa
mengubah nasib Anda jika Anda tak membuka diri untuk
dirubah dan berubah.
2. Sebagian orang senang mendengar cerita spiritual bukan
menjalaninya. Mereka senang jika ada cerita-cerita atau ilmu
yang terkesan baru, sibuk mengejarnya sehingga benaknya
penuh dengan informasi tapi jiwanya tak mengalami
transformasi karena kurang menjalani proses kultivasi.
3. Ada juga yang berasumsi semakin banyak belajar spiritual,
semakin banyak guru, akan semakin tercerahkan. Yang

Setyo Hajar Dewantoro !245


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

dilupakan adalah bahwa pencerahan itu bukan perkara


memasukkan data ke kepala, tapi ini tentang konsisten
menjalani laku terhubung kepada Diri Sejati. Konsisten
menjalankan satu metode yang terbukti tepat, tentu lebih
berguna ketimbang mengumpulkan banyak metoda tanpa
praktik mendalam.
4. Ada juga yang akhirnya gagal karena melupakan dimensi energi
dalam pembelajaran spiritual. Disangka semua yang bicara
spiritualitas energinya sama. Padahal, bisa berbeda-beda. Sama-
sama bicara tentang pencerahan, namun ada yang pakai divine
energy, dan ada yang pakai demon energy. Tanpa kehati-hatian
siapapun malah akan menjadi gelap.
Nah, sewajarnya setiap pribadi merenung, pola belajarnya
mengarahkan pada keberhasilan atau kegagalan. Untuk tahu diri
masing-masing telah ada di jalur yang tepat atau tidak, pola evaluasi
berikut bisa membantu:
1. Apakah masalah-masalah yang ada selama ini semakin terurai
dan ditemukan solusinya? Apakah semakin bisa damai dan
bahagia? Jika ia, lanjutkan. Jika tidak ya berarti kurang berguna
belajarnya.
2. Sesekali boleh scan aura, apakah ada perkembangan menjadi
hijau, biru atau ungu? Jika tetap merah atau kuning, ya berarti
ada yang tidak pas belajarnya.
3. Apakah tingkat kesadaran (LoC) Anda meningkat? Jika iya,
lanjutkan. Jika mandeg atau turun ya berarti ada yang keliru.
4. Apakah anda makin sehat? Jika malah jadi sering sakit bisa jadi
tubuh anda tersedot energi murninya oleh sesuatu yang tak
anda sangka- sangka yang muncul gara-gara anda keliru
memilih guru spiritual.
Selamat merenungi, selamat menemukan kesejatian. Sekali lagi
saya tegaskan, belajar spiritual sewajarnya mentransformasi jiwa secara

!246 SUWUNG - The Science of Truth


Pertanda Kemajuan Spiritual

paripurna, bukan hanya membuat kita banyak tahu dan pandai bicara
tentang pengetahuan spiritual.


Setyo Hajar Dewantoro !247


5
GURU SPIRITUAL

Ada yang bertanya kepada saya, “Apakah untuk meraih


pencerahan harus memiliki Guru Spiritual?” Dengan spontan saya
jawab, “Bagi sebagian orang bisa”, tetapi dalam jumlah yang sangat
sedikit, memang bisa didapatkan pencerahan atau kesadaran murni
tanpa perlu seorang Guru Spiritual, dalam arti satu pribadi berbadan
fisik yang memberi bimbingan untuk menjalani laku spiritual.
Mengapa bisa begitu? Pertama, pada praktiknya, mereka yang bisa
mencapai pencerahan tanpa didampingi seorang Guru Spiritual yang
juga telah tercerahkan, tetap pernah mendapatkan petunjuk dari orang
lain tentang laku yang perlu dijalani. Sekalipun yang memberi
petunjuk belum mencapai pencerahan, petunjuknya tetap berguna dan
membantu sampai batas tertentu. Kedua, mereka juga tetap punya
guru tapi tidak berbadan wadag. Mereka dibimbing oleh guru-guru
yang tak kasat mata, baik dari kalangan leluhur, dewa-dewi/
kesanghyangan ataupun angel/malaikat yang berkesadaran luhur.
Ketiga, mereka yang seperti ini memang sudah bisa menangkap
tuntunan dari Guru Sejati yang berada di pusat hati. Keempat, faktor
yang membuat mereka bisa mengalami berbagai keadaan sebagaimana
dipaparkan di point 1-3, adalah karena mereka telah pernah mencapai
pencerahan di kehidupan sebelumnya. Jadi, meski harus melewati
proses yang tak mudah berupa hidup yang penuh liku-liku, mereka
sudah cukup punya bekal dari masa lalu untuk mencapai pencerahan
lalu berbagi cara mencapai pencerahan itu kepada orang lain.
Guru Spiritual

Tapi bagi umumnya manusia, Guru Spiritual sangat dibutuhkan


untuk mengantarkan mereka ke puncak kesadaran. Faktanya, banyak
pejalan spiritual yang memang tak kunjung mencapai tataran
pencerahan, sebaliknya berputar-putar di tempat, bahkan terjerembab
karena keliru jalan tak kunjung menemukan jalan menuju puncak
kesadaran. Bagi orang kebanyakan, keberadaan Guru Spiritual
diperlukan untuk dua hal: pertama, memberi panduan dalam mencapai
pencerahan dan mengarahkan laku yang harus dijalani; kedua, juga
untuk mendukung secara energi – sebagai energy booster dalam
menembus tirai penghalang antara diri dengan Diri Sejati, sekaligus
membantu manakala ada tantangan-tantangan yang belum bisa di atasi
sendiri, seperti munculnya gangguan energi dari entitas alam bawah.
Tentu saja, tak sembarang orang bisa diposisikan sebagai Guru
Spiritual. Jika untuk sekadar mendapatkan pembelajaran dalam
kehidupan, atau sebagai cermin dalam menangkap makna kehidupan,
tentu saja seorang anak kecil pun bisa dijadikan tempat belajar.
Bahkan para kriminal juga bisa menjadi sumber pembelajaran kita.
Untuk konteks ini, semua orang bahkan semua makhluk bisa menjadi
sumber inspirasi untuk semakin mengerti arti kehidupan. Tetapi Guru
Spiritual yang dimaksud dalam kajian ini adalah pribadi tertentu dengan
kualifikasi spesifik: keberadaannya menjadi variabel penting dalam
keberhasilan seseorang saat meniti jalan spiritual menuju pencerahan
dan kesadaran murni.

Kriteria Guru Spiritual


Seorang Guru Spiritual berperan dalam proses transformasi
jiwa bukan sekadar menambah pengetahuan. Maka, kriteria pertama
seorang Guru Spiritual adalah telah mendapatkan pencerahan, atau
setidaknya telah mendekati pencerahan. Jika seseorang masih jauh dari
tercerahkan, tentu saja yang belajarpun tidak akan berjalan kemana-
mana kecuali sekadar bertambah pengetahuan tanpa mengalami
transformasi jiwa. Terkait dengan hal ini, apa yang disampaikan oleh

Setyo Hajar Dewantoro !249


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

David R Hawkins bisa menjadi rujukan, bahwa seorang True Spiritual


Teacher atau Guru Spiritual yang sesungguhnya adalah mereka yang
minimal mencapai LoC 540 – telah berada pada level merasakan
sukacita yang muncul dari pusat hati secara konsisten.
Saya pribadi, telah menjalani peran sebagai pembimbing
spiritual sejak kesadaran saya belum terlalu tinggi. Dan harus saya
akui, itu adalah bagian dari kenekadan saya – tapi itu juga bukan tanpa
alasan, saya hanya mengikuti tuntunan dari Guru Sejati untuk
merealisasikan cetak biru pribadi. Nah, saya bisa katakan bahwa
dampak yang terjadi pada para pembelajar sangat berbeda seiring saya
pribadi mengalami peningkatan level kesadaran, Saat seseorang belajar
kepada saya pada masa kesadaran saya di bawah 540 skala Hawkins,
jelas mendapatkan hasil yang berbeda ketika saya telah melewati level
itu apalagi saat mereka belajar kepada saya saat ini – saat menuntaskan
buku ini.
Semakin tinggi level kesadaran seorang Guru Spiritual, semakin
ia bisa memberi panduan yang sederhana, mudah dimengerti dan
efektif dalam hal meraih pencerahan kepada mereka yang belajar.
Berikutnya, ia juga semakin punya daya atau power untuk memicu
akselerasi pencapaian laku spiritual bagi para pembelajar. Saya pribadi
bisa mengevaluasi, loncatan kesadaran yang terjadi pada para
pembelajar yang saya asuh, memang benar-benar terjadi saat saya
semakin berkesadaran dan punya spiritual power yang memadai. Saat
laku saya pribadi belum tuntas, mereka yang belajar memang
cenderung tersendat-sendat.
Terkait dengan tingkat kesadaran dan spiritual power yang
dimiliki, tentu saja seorang Guru Spiritual perlu dipastikan berada
dalam kejernihan energi. Jika seorang Guru Spiritual ternyata malah
mempergunakan demon energy (dalam bahasa populer punya
prewangan/khodam), tentu saja sepintar apapun dia bicara tentang
spiritualitas, dia tak akan bisa membawa para pembelajar yang diasuh
menuju pencerahan. Bahkan sebaliknya, para pembelajar itu bisa

!250 SUWUNG - The Science of Truth


Guru Spiritual

menjadi semakin gelap dan terjauhkan dari pencerahan. Bukan hanya


itu, pada beberapa kasus, para pembelajar yang kadung tercengkeram
Guru Spiritual palsu yang baik sadar maupun tak sadar menggunakan
demon energy, bisa kehilangan banyak hal mulai dari harta hingga
nyawa. Mengapa? Karena Guru Spiritual yang mempergunakan
demon energy pasti mempergunakan skema penumbalan untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan powernya. Penumbalan ini
dilakukan dengan memberikan energi murni kepada entitas alam
bawah yang diajak berkolaborasi. Tentu saja, seringkali tanpa disadari,
yang dijadikan tumbal adalah orang-orang pembelajar yang kadung
terjerat karena tak waspada.
Maka sewajarnya siapapun yang hendak belajar tentang
spiritualitas guna mencapai pencerahan, perlu berhati-hati dan cermat
dalam memilih seorang Guru Spiritual. Tak semua yang berlabel Guru
Spiritual merupakan Guru Spiritual sesungguhnya yang dapat
mentransformasi jiwa menuju pencerahan. Sebagian di antara mereka
adalah palsu, dan sadarilah semakin tinggi demon energy yang mereka
miliki, semakin halus dan canggih kamuflasenya. Mereka bisa
berbicara sangat fasih tentang pencerahan, kasih murni, kesadaran dan
Diri Sejati. Padahal mereka sendiri secara faktual masih jauh dari
tercerahkan dan terhalang tirai tebal kepada Diri Sejati/Dewa
Rucinya. Pergunakanlah rasa sejati untuk memilah dan memilih,
dengarkan tuntunan dari Guru Sejati di dalam diri. Yang paling
sederhana, gunakan muscle test untuk mengkalibrasi Guru Spiritual
yang Anda hendak belajar kepadanya. Jika menggunakan pendekatan
logis, kumpulkan informasi yang lengkap dan akurat tentang rekam
jejak dan kiprahnya, baru ambil keputusan untuk belajar kepadanya
atau tidak. Jangan terkecoh dengan kata-kata indah atau perilaku
lembut dan sopan, banyak Guru Spiritual palsu sangat meyakinkan
kata-katanya, dan sangat lemah lembut perilakunya. Tapi di balik itu,
mereka punya segenap agenda tersembunyi yang baru akan terungkap
pada saatnya.

Setyo Hajar Dewantoro !251


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Seorang Guru Spiritual sewajarnya juga punya kemampuan


mengevaluasi para pembelajar yang diasuh. Tentu bukan evaluasi
secara akademik, tapi evaluasi perkembangan jiwa menggunakan
ketajaman rasa guna membaca realitas energi, pencapaian kesadaran,
tingkat kejernihan energi dan berbagai parameter lainnya. Sejujurnya,
saya pernah mengajar tentang spiritualitas tanpa kemampuan
mengevaluasi yang akurat. Ini benar-benar merepotkan karena para
pembelajar kemudian jadi tidak mengerti mereka telah bergerak maju,
jalan di tempat atau malah mundur. Dan lebih repot lagi, saya sendiri
tidak mengerti apakah yang belajar ini mau benar-benar belajar, mau
menyusup dan mengacau komunitas bahkan mengambil alih proses
pengajaran, atau sekadar mengikuti trend. Saat ini, seiring perjalanan
waktu dan peningkatan kesadaran, saya semakin mudah membaca
orang dan semakin terampil dalam mengevaluasi siapapun yang
belajar kepada saya. Saya juga bisa memilah apakah seseorang benar-
benar mau belajar atau punya tujuan tersembunyi. Secara terperinci
pola evaluasi ini telah saya babarkan di bagian terdahulu dari buku ini.

Pola Relasi Pembelajar dan Guru Spiritual


Peran Guru Spiritual adalah memberikan pendampingan agar
satu pribadi bisa bertumbuh terus kesadarannya hingga mencapai titik
pencerahan. Tentu saja, dalam menjalankan peran ini, gaya masing-
masing Guru Spiritual sangat berbeda. Guru-guru di jaman dulu
cenderung lebih banyak memberi ujaran simbolik dan mendorong
para pembelajar untuk menjalankan laku-laku asketik yang akan terasa
sangat berat jika diterapkan oleh pembelajar di masa kini. Tentu masih
ada Guru seperti ini di jaman modern, seperti Mbah Senawi yang
mengasuh Padepokan Matahati di Juwana, Pati, Jawa Tengah.
Tentu saja yang bisa melampaui kesulitan dalam metode
pengajaran seperti ini, akan menjadi seorang pejalan spiritual yang
tangguh.

!252 SUWUNG - The Science of Truth


Guru Spiritual

Saya pribadi, mengembangkan gaya yang dalam bahasa saya


lebih kekinian. Saya membabarkan secara detail semua isu spiritual
dan mendukungnya dengan pengetahuan-pengetahuan saintifik serta
mempergunakan bahasa Indonesia yang lugas. Dan saya memilihkan
pola laku yang paling realistis untuk para pejalan spiritual yang hidup
di jaman modern terutama di perkotaan yang berhadapan dengan
tantangan-tantangan kehidupan yang tak dihadapi oleh orang-orang di
masa lalu.
Berikutnya, ada Guru Spiritual yang cenderung menekankan
kewibawaan di hadapan mereka yang belajar, sehingga terkesan ada
jarak dan otoritas, Sang Guru dinyatakan dengan tegas secara lahiriah,
ditunjang dengan pemilihan busana dan cara bersikap. Pola ini banyak
dikembangkan di India. Tentu sah-sah saja jika ada yang
menggunakan gaya ini dan para pembelajar juga merasa nyaman. Yang
terpenting hasilnya jelas: siapapun yang belajar terbantu untuk
mencapai pencerahan. Sementara saya pribadi, lebih memilih ‘gaya
gaul”, pola relasi dengan orang-orang yang belajar nyaris tanpa jarak,
sangat akrab, kita bisa bercanda dan tertawa lepas bersama, dan secara
busana tidak ada beda dengan orang kebanyakan. Gaya ini muncul
secara spontan, demikianlah tuntunan dari Guru Sejati yang ada di
dalam diri saya. Bagi saya, wibawa bukan muncul dari busana,
pemilihan sikap dan tutur kata, tetapi dari energi pribadi yang
memancar tanpa bisa dimanipulasi dengan cara apapun. Para
pembelajar bebas untuk memilih gaya yang cocok bagi masing-masing
pribadi, yang penting mendapatkan kemajuan yang nyata dalam laku
spiritualnya.

Pentingnya Faktor Trust


Jika seseorang sudah memilah dan memilih Guru Spiritual lalu
menjatuhkan pilihan tentang kemana kepada siapa harus belajar, lalu
telah mempraktikan bimbingannya dan dari proses itu mendapatkan
kemajuan yang nyata, perlulah kemudian dia memiliki trust secara

Setyo Hajar Dewantoro !253


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

penuh kepada Guru Spiritualnya. Selama Sang Guru Spiritual ini tidak
secara nyata merugikan dirinya, baik secara finansial, energi maupun
lainnya, perlulah seorang pembelajar memelihara trust dengan cara
konsisten mengikuti bimbingan dari Sang Guru. Trust ini terkait
dengan kesetiaan, kejujuran dan kepatuhan dalam menjalankan laku.
Secara faktual, kemajuan yang diraih seorang pembelajar sangat
terkait dengan energi yang dilimpahkan seorang Guru Spiritual
kepadanya. Energi ini menggenapi upaya pribadi dari Sang
Pembelajar. Energi dariSang Guru Spiritual inilah y a n g
sesungguhnya mengakselerasi pencapaian, dan membuatnya bisa
mengatasi berbagai tantangan yang wajar muncul dalam proses
menuju pencerahan. Nah, energi ini hanya bisa bekerja secara efektif
jika ada sambung rasa yang termanifestasi dalam sikap trust atau
percaya penuh kepada Sang Guru.
Tentu saja, trust ini berbeda dengan percaya buta. Kesadaran
dan kewaspadaan para pembelajar tentu harus tetap dijaga. Seorang
Guru Spiritual yang sesungguhnya pasti bersikap atas dasar
kewelasasihan, tidak memanipulasi, tidak pula mengintimidasi dan
memaksakan apapun. Maka, trust ini perlu diletakkan pada konteks
yang tepat: trust diberikan kepada seorang Guru Spiritul yang telah
menjalankan perannya secara tepat, telah terbukti membawa kepada
kemajuan dalam segala aspek perkembangan diri, dan tidak melakukan
tindakan yang manipulatif dan intimidatif.
Trust ini sangat diperlukan karena sangat niscaya, akan ada
banyak pandangan dan tindakan Sang Guru yang sulit dinalar karena
melampaui cara bernalar orang kebanyakan. Terlebih Guru-guru
Spiritual yang telah melampaui dualitas dalam arti tidak lagi
terkungkung oleh konsepsi moral umumnya, pasti akan ada banyak
gagasan dan tindakannya yang mengagetkan. Nah, selama itu semua
tidak merugikan seorang pembelajar; lebih tegasnya, Sang Guru tidak
pernah menempatkan sang pembelajar sebagai korban dengan
menyalahgunakan otoritas, lebih layak bagi seorang pembelajar untuk

!254 SUWUNG - The Science of Truth


Guru Spiritual

tetap berendah hati, tidak merasa lebih pintar dari Sang Guru, apalagi
sampai menghakimi secara serampangan.
Terlebih, pada faktanya, semakin seorang Guru Spiritual
berkibar namanya, semakin banyak fitnah yang menerpanya, dan
semakin juga banyak serangan metafisik yang ditujukan kepadanya
dan juga kepada para pembelajar yang dia asuh. Pada titik inilah sikap
percaya penuh yang berlandaskan keterhubungan jiwa dalam tuntunan
Guru Sejati di dalam diri, sangat diperlukan agar sang pembelajar
tidak mental dan malah berbelok menuju degradasi kesadaran. Trust
menjadikan anda tidak mudah termakan segala gosip atau fitnah,
untuk itu peganglah pengalaman yang nyata saat Anda berhubungan
dengan Guru Spiritual Anda – karena pengalaman Anda itulah
kebenarannya, bukan cerita simpang siur yang datang ke telinga Anda.
Patut juga dimengerti, saat semakin banyak orang berjalan di
jalan pemurnian jiwa, di jagad raya yang mengandung dualitas hitam
putih, gelap terang, jahat baik, tentu saja meniscayakan kemunculan
dark force atau kekuatan gelap (baik dari kalangan manusia maupun
entitas dimensi bawah) yang berusaha membelokkan dengan segala
cara. Segala manuver mulai dari gosip, fitnah, hingga serangan
metafisik untuk merusak hubungan antara seorang pembelajar dengan
Guru Spiritual yang sesungguhnya, akan dilakukannya. Seorang Guru
Spiritual yang berkesadaran tinggi (dalam bahasa Jawa dijuluki
winasis/waskita), tentu mengerti akan hal ini dan terus berupaya
melindungi para pembelajar yang diasuhnya secara energi. Tapi pada
akhirnya, sang pembelajar sendirilah yang menentukan apakah dia
tetap di jalan pemurnian jiwa dan bergerak menuju pencerahan, atau
malah berbelok mengikuti tarikan dari dark force.

Bolehkah Belajar Kepada Lebih dari Satu Guru


Spiritual?

Setyo Hajar Dewantoro !255


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Ada pembelajar yang memilih untuk belajar kepada lebih dari


satu Guru Spiritual. Apakah ini diperbolehkan? Apakah ini akan lebih
membantu pencapaian pencerahan? Jawabannya: Tentu saja boleh,
dengan catatan para Guru Spiritual yang dijadikan sebagai pemandu
dalam perjalanan spiritual itu sama-sama berjiwa murni, sama-sama
berkesadaran tinggi. Perbedaan gaya dan teknik akan memperkaya
khazanah pengalaman spiritual sang pembelajar. Jadi, saya pribadi
tidak melarang mereka yang belajar kepada saya untuk belajar kepada
Guru Spiritual lain. Karena di antara sesama Guru Spiritual yang
sesungguhnya tidak ada persaingan, yang ada hanya semangat
melayani, dan senang jika menemukan kolega untuk berkolaborasi
mempercepat proses pencapaian pencerahan bagi para pembelajar
yang diasuh. Yang penting sang pembelajar memang benar-benar
menjalani laku bukan hanya memperbanyak pengetahuan.
Tetapi, jika Anda memilih untuk belajar dari Guru Spiritual
yang energinya saling bertolak belakang, Anda hanya akan
menyusahkan diri sendiri. Jika dari satu Guru Spiritual Anda belajar
tentang pemurnian jiwa, dan setelah bertemu dengannya diri Anda
pada semua aspeknya dijernihkan sepenuhnya, lalu ketika Anda belajar
pada Guru lain yang bertolak belakang, Anda malah membuat jiwa
anda menjadi kotor termasuk malah ditempeli entitas dimensi bawah
yang ditarik oleh prasangka dan ilusi anda, jika ini terjadi Anda benar-
benar telah menjadi orang yang tak menghargai anugerah yang telah
Anda terima. Meskipun niat Anda bagus, tapi ketidakwaspadaan Anda
hanya akan membuat diri Anda sendiri tak bergerak maju. Dengan
sikap demikian Anda justru sedang membuka jalan kejatuhan secara
spiritual.
Saya pribadi, jika menghadapi pembelajar yang seperti ini,
seringkali mengingatkan dengan banyak cara. Jika ada yang belajar ke
tempat lain kemudian energinya menjadi kotor dan kesadarannya
terdegradasi, biasanya dari jauh saya bersihkan sehingga kejernihan
energi dan tingkat kesadarannya pulih kembali. Tapi jika kemudian

!256 SUWUNG - The Science of Truth


Guru Spiritual

semua peringatan diabaikan berkali-kali, dan bolak balik karena


ketidakwaspadaannya sendiri terjerat energi entitas dimensi bawah,
maka saya lepaskan dan bebaskan dia untuk mengambil jalan yang
disukai. Itu bagian dari free will yang sangat saya hargai. Saya hanya
bertanggung jawab mengasuh, membimbing dan mendukung secara
energi mereka yang memang mau belajar dan punya trust penuh pada
diri saya.
Sebaliknya, saya sering merekomendasikan dan mendorong
mereka yang belajar kepada saya untuk juga belajar kepada para Guru
Spiritual lain yang saya tahu betul punya kesadaran tinggi dan jernih
energinya. Bagi saya, belajar kepada Guru Spiritual lain yang memiliki
kriteria demikian, akan membantu seorang pembelajar untuk
bertumbuh dan berkembang semakin optimal.

Setyo Hajar Dewantoro !257


6
SEDULUR PAPAT DAN BAKTI
KEPADA LELUHUR

Pembelar spiritual yang berangkat dari latar belakang tradisi


Jawa, pasti sangat familiar dengan konsep sedulur papat dan berbakti
kepada leluhur. Sering ada yang bertanya kepada saya, “Perlukah
sedulur empat dibangkitkan?” “Perlukah kita tahu para leluhur kita
siapa saja dan menemuinya untuk mendapatkan wejangan?” Bab ini
akan memberi jawaban atas dua pertanyaan ini.

Sedulur Papat
Saat zygot di dalam ovarium seorang perempuan terus
berkembang menjadi embrio lalu menjadi janin dan pada akhirnya
terlahir sebagai bayi manusia, Sedulur Papat memegang peranan besar.
Sedulur Papat menjadi wahana dan perantara pemberian daya hidup
dari sang ibu. Sedulur Papat yang dikenal dalam tradisi Jawa
mencakup kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), adi getih
(darah) dan adi puser (tali pusat). Fungsi mereka ini memang
menghantarkan energi dari 4 unsur alam yang kemudian menjadi
nyawa bagi sang janin: energi air, energi tanah, energi api dan energi
udara. Dengan adanya nyawa inilah janin terus bertumbuh di dalam
kandungan Ibu.
Orang Jawa sering memandang segala sesuatu sebagai
keberadaan yang hidup; mereka mempersonifikasi daya atau energi
Sedulur Papat Dan Bakti Kepada Leluhur

yang ada pada 4 hal di atas sehingga muncul julukan sedulur papat ini
muncul. Sedulur berarti saudara, berarti sang janin punya 4 saudara
yang menemaninya selama berada di dalam kandungan. Ketika
terlahir, keempat saudara ini turut “terlahir” juga. Kelahiran sang bayi
didahului oleh pecahnya air ketuban sehingga ia disebut sebagai
kakang atau kakak karena lahir duluan. Dan setelah jabang bayi keluar
dari perut, ikut keluar juga darah, ari-ari dan puser sehingga mereka
disebut sebagai adi atau adik.
Pada umumnya, placenta dikubur lewat satu upacara tertentu,
demikian juga tali puser yang telah lepas, disimpan dengan hormat. Ini
adalah bentuk penghormatan kepada para saudara dari si jabang bayi
– yang begitu banyak jasanya selama si jabang bayi berada di dalam
kandungan.
Tetapi kemudian, apa yang disebut dengan membangkitkan
saudara empat yang sering menjadi sebentuk laku bagi orang-orang
Jawa? Sejauh saya selami, kakang kawah adi ari-ari, getih dan puser,
seiring dengan kelahiran sang bayi, telah menyelesaikan tugasnya dan
kembali menyatu dengan sumber 4 unsur (air, tanah, udara, api) yaitu
Bumi. Saat seseorang menjalani laku kesempurnaan, tidaklah perlu
memanggil atau membangkitkan saudara empat itu terlebih dengan
mengasumsikan mereka adalah sosok kembaran dari diri kita yang
masing-masing bisa memberi daya linuwih. Justru yang perlu menjadi
fokus perhatian adalah apa yang dijuluki dengan Pancer di dalam diri,
yaitu Hingsun/Aku Sejati/Dewa Ruci yang menjadi esensi dari setiap
diri. Untuk terhubung sepenuhnya dengan Hingsun tak perlu terlebih
dahulu membangkitkan saudara empat yang ada di luar diri. Cukup
sadari asalnya bahwa tubuh kita memang berasal dari 4 unsur bumi,
dan niatkanlah untuk selalu selaras dengan keempat unsur itu.
Jikapun hendak lebih akrab dengan saudara empat/sedulur
papat, maka perhatikanlah apa yang ada di dalam diri. Sebagaimana
berbagai tempat dan dimensi di jagad raya ini ada penjaganya, maka di
dalam diri, lapisan kulit, daging, tulang dan darah yang membentuk

Setyo Hajar Dewantoro !259


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

tubuh, masing-masing ada penjaganya – dalam bahasa modern (baca:


bahasa Inggris) mereka dijuluki sebagai Guardian Angel, dalam bahasa
Jawa Kuna dijuluki Ngabida (pelajari lebih lanjut tentang hal ini di
buku terdahulu saya Medseba Meditasi Nusantara Kuna). Maka terkait
dengan ini semua, sewajarnya disadari bahwa tubuh sebagai
mikrokosmos berada dalam keteraturan sistemik sebagaimana
makrokosmos (jagad raya). Sistem ini melibatkan aspek fisik dan non-
fisik. Keberadaan Guardian Angel atau Ngabida di dalam diri ini
adalah bagian dari kesempurnaan sistem di dalam tubuh yang
merepresentasikan dimensi non-fisik sebagai pasangan dan
penggenap dari dimensi fisik tubuh. Dalam konteks laku spiritual,
kembangkan rasa hormat dan terima kasih kepada 4 realitas ini. Tetapi
tetap yang menjadi fokus adalah bagaimana mengalami
keterhubungan total dengan Hingsun, karena saat kita terhubung total
dengan Hingsun, otomatis kita menjadi selaras dengan para Guardian
Angel/Ngabida di dalam diri.
Upaya membangkitkan sedulur papat yang berada di luar diri,
apalagi dilatari niatan obsesif untuk punya daya linuwih atau
kesaktian, justru menjadi faktor penarik masuknya entitas dimensi
bawah ke dalam tubuh. Dan mereka ini bisa mengkamuflasekan
dirinya sebagai “sedulur papat”. Seolah kita mendapatkan kekuatan
dari 4 sedulur papat yang merepresentasikan 4 unsur semesta, padahal
sejatinya kita justru terdistorsi secara energi oleh entitas dimensi
bawah yang masuk ke dalam tubuh dan pasti berdampak pada
degradasi kesadaran. Jadi, saya tegaskan kita tak perlu melakukan
upaya pembangkitan dan pemanggilan sedulur papat yang ada di luar
diri ini termasuk dengan menggunakan mantra tertentu. Pusatkanlah
laku pada keterhubungan dengan Hingsun/Aku Sejati/Diri Sejati
yang bertahta di pusat hati, hormati dan sadari 4 Guardian Angel/
Ngabida di dalam diri, dan berterima kasihlah kepada Sang Ibu Bumi
yang menjadi wahana terlimpahnya dan mengalirnya 4 unsur alam
pembentuk daya hidup (nyawa) ke dalam tubuh.

!260 SUWUNG - The Science of Truth


Sedulur Papat Dan Bakti Kepada Leluhur

Bakti pada Leluhur


Berbakti pada leluhur menjadi salah satu laku sentral dalam
ajaran spiritual Nusantara. Dalam ritual yang umum dijalankan,
biasanya disampaikan Uluk Bekti kepada leluhur: artinya kita
menghaturkan rasa hormat dan bakti kepada mereka. Seringkali juga
dipergunakan pola simbolik, kita menghaturkan rasa hormat dan bakti
tanpa kata melainkan mempergunakan uborampe/sesaji tertentu.
Saya memandang perlu membahas soal ini sebagai bahan
perenungan para saudara seperjalanan menuju kesempurnaan hidup.

Siapakah Leluhur
Ada empat pengertian umum. Pertama, leluhur adalah siapapun
yang lebih dahulu hidup di bumi ini dibandingkan diri kita dan punya
hubungan genetik dengan diri kita. Mereka adalah ibu bapak, kakek
nenek, buyut dan seterusnya Kedua, jejer manungsa kawitan atau
manusia yang menjadi cikal bakal keberadaan umat manusia secara
umum, atau satu etnis dan bangsa tertentu. Ketiga, para tokoh yang
berperan membangun fondasi kebudayaan dan kesadaran spiritual
sebuah bangsa. Walau tidak secara langsung punya kaitan genetik
dengan kita, kita tetap menyebutnya dengan leluhur. Keempat, mereka
yang secara nyata telah ada di dimensi luhur. Jadi para pendahulu kita
yang terkait secara genetik dengan diri kita tapi masih ada di alam kembara
atau arwahnya masih gentayangan, dalam konteks ini, tidak kita sebut sebagai
leluhur. Maka dalam menjalankan satu prosesi yang terkait dengan
leluhur, perjelas dulu leluhur dalam pengertian apa yang kita maksud.
Pola Relasi Keterkaitan leluhur (dalam seluruh pengertiannya) bisa
terkait dengan diri kita dalam berbagai pola yaitu:
1. DNA
Pola relasi yang terkait dengan DNA, data DNA dari para
leluhur berupa karakter, talenta, kesadaran, sesungguhnya

Setyo Hajar Dewantoro !261


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

tersandikan di dalam DNA atau kode genetik diri kita. Setiap


pribadi raganya pasti mengandung data leluhur itu.
2. Titisan
Terdapat pola dimana leluhur tertentu menitis diri kita,
bisa muncul saat jabang bayi telah ada di kandungan atau
setelah terlahir. Dalam pola ini, leluhur yang bersangkutan turun
ke bumi untuk menjalankan misinya dengan mengendarai tubuh
kita. Tetapi ia tidak menjadi jiwa utama yang telah ada di sperma
dan terbentuk menjadi jabang bayi saat sel sperma bertemu sel
telur.
3. Tumimbal Lahir
Leluhur benar-benar terlahir kembali sebagai diri kita.
Baik karena ikatan siklus reinkarnasi maupun karena pilihan
bebas untuk menjalankan Misi, jiwa leluhur masuk ke sperma,
bertemu sel telur yang membentuk raganya, dan terlahir sebagai
manusia baru.
4. Ngampingi
Leluhur yang telah berkesadaran tinggi dan berada di
dimensi luhur, memilih tidak terlahir kembali ke bumi, tapi
dalam raga halusnya berperan sebagai guru Niskala bagi
keturunannya yang dipandang cocok. Tak hanya membimbing
tapi juga sering berperan laksana Guardian Angel (melindungi,
mendukung secara energi).

Perlukah Berbakti?
Berbakti pada leluhur tentu saja sebuah kemestian,
mempertimbangkan: Pertama, keberadaan diri kita saat ini hanya bisa
terjadi lewat jasa ibu bapak biologis kita - termasuk para leluhur di
atasnya yang terkait secara genetik; Kedua, kita sewajarnya berterima
kasih karena kita menikmati kehidupan di satu negeri yang diwariskan

!262 SUWUNG - The Science of Truth


Sedulur Papat Dan Bakti Kepada Leluhur

leluhur atau pendahulu kita - negeri ini merdeka, punya kebudayaan


luhur, karena jasa mereka semua.
Bagaimana cara berbakti yang tepat? Kepada leluhur genetik
kita bisa menyabdakan kesempurnaan bagi mereka dan mengalirkan
energi kasih. Ini diperlukan terutama kepada leluhur yang belum
sempurna kesadarannya dan tertahan di dimensi antara. Kepada
mereka yang telah berkesadaran luhur dan menempati dimensi luhur/
dimensi Kasanghyangan, kita cukup nyambung rasa. Kita haturkan
rasa hormat dan berkomitmenlah untuk meneruskan Misi mereka
dalam Hamemayu Hayuning Bawana. Dan cara yang paling kongkrit
adalah dengan bertindak selaras atau Hamemayu Hayuning Bawana
sesuai talenta kita sehingga negeri yang kita tempati menjadi negeri
yang gemah ripah loh jinawi.

Perlunya Kehati-hatian
Pada praktiknya kita perlu berhati-hati saat menjalankan ritual
terhubung leluhur. Mengapa? Pertama, belum tentu leluhur yang
menampakkan dirinya pada kita adalah leluhur kita sesungguhnya.
Bisa saja mereka cuma entitas sebangsa siluman atau jin yang
menyamar. Maka sangat diperlukan kejernihan, terhubunglah selalu
dengan Guru Sejati agar tak terkecoh. Kedua, tidak semua leluhur kita
telah sempurna kesadarannya. Maka perlu kecermatan untuk tidak
mengakses kemampuan tertentu seperti kadigdayan yang justru
menghambat laku penyempurnaan jiwa. Perlu selektif juga terhadap
wejangan mereka - tidak semua selaras dengan kebenaran sejati.
Selanjutnya perlu saya tegaskan bahwa sesungguhnya prosesi
untuk terhubung dan berkomunikasi dengan leluhur bisa dilakukan
kapan saja dimana saja. 24 jam, 365 hari dalam setahun, saluran
komunikasi tak pernah tertutup.
Demikian juga jika hendak menyabda dan menyempurnakan
arwah mereka. Adanya hari tertentu untuk menjalankan prosesi

Setyo Hajar Dewantoro !263


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

didasarkan pada konstelasi energi yang lebih powerful saat itu bisa
dipergunakan, tapi bukan berarti pada hari lain tidak bisa.

!264 SUWUNG - The Science of Truth


7
PERLUKAH MENGHILANGKAN
EGO?

Satu isu penting dalam pembelajaran spiritual, adalah tentang


Ego. Seringkali diungkapkan seperti ini, “Untuk mencapai
pencerahan, kita harus melenyapkan Ego. Orang-orang yang telah
mencapai kesadaran tinggi, Egonya sirna.” Mari kita perdalam
pengertian kita tentang Ego. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), terdapat beberapa arti dari kata Ego, yaitu: “aku,
diri pribadi”, “rasa sadar akan diri sendiri”, “konsepsi individu tentang
dirinya sendiri”. Berdasarkan pengertian sebagaimana adanya, Ego
mengindikasikan realitas yang netral secara nilai, tidak baik maupun
buruk. Pada setiap manusia ya memang selalu ada “aku atau diri
pribadinya”. Sang aku atau diri pribadi itu jika fungsi otaknya berjalan
normal pasti akan punya “rasa sadar akan diri sendiri” – dia akan
menyadari dirinya sebagai pribadi unik yang berbeda dengan pribadi
lainnya. Dan setiap diri juga pasti punya “konsepsi tentang dirinya
sendiri”. Kesemua itu, sesungguhnya tak bisa dihilangkan atau
disirnakan. Maka laku spiritual tidaklah bertujuan untuk
menghilangkan atau menyirnakan Ego.
Apakah orang-orang yang telah tercerahkan akan sirna atau
hilang Egonya atau sirna realitasnya sebagai pribadi yang unik?
Apakah Sidharta Gautama, Yeshua, Sri Krisna, dan para tokoh
legendaris lain sirna akunya? Jika sirna tentu tak lagi bisa dikenali.
Faktanya hingga saat ini mereka semua tidak sirna, sebagai diri pribadi
Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

yang unik mereka tetap ada dan bisa dikenali setinggi apapun
kesadaran yang mereka telah capai.
Lalu sebenarnya bagaimana ajaran spiritual yang tepat dan
realistis mengenai Ego?

Melampaui Egoisme/Sikap Egoistik


Sekali lagi, Ego dalam semua arti sebagaimana tertera dalam
KBBI jelas tidak bisa dihilangkan selama jiwa masih ada. Maka, tujuan
dari jiwa yang berevolusi memang bukan untuk melenyapkan
realitasnya sebagai sang aku atau diri pribadi yang unik. Keberadaan
sang aku atau diri pribadi yang unik, saling berbeda, justru adalah
cerminan kemahaagungan dari Sang Sumber. Keberadaan diri pribadi
yang berbeda-beda justru perlu dipertahankan karena itulah sumber
dari keindahan jagad raya yang sebagai manifestasi dari keberadaan
Sang Sumber Hidup. Di jagad raya, sudah sewajarnya ada keragaman
dalam spektrum yang tanpa batas. Setiap diri pribadi yang unik
sejatinya laksana permata yang berbeda-beda karakter keindahannya,
dan itu bukan untuk disamakan tetapi untuk dibiarkan sama-sama
bersinar dalam keberbedaan.
Rasa sadar akan diri sendiri juga tidak untuk dihilangkan karena
jika seseorang malah tidak lagi punya rasa sadar akan diri sendiri
berarti dia kehilangan kesadaran, dan itu justru sesuatu yang hendak
dijauhi dalam proses evolusi jiwa melalui pembelajaran spiritual.
Fondasi dari bergerak majunya evolusi jiwa justru terletak pada
kesadaran yang semakin tinggi, utuh dan murni. Demikian juga,
konsepsi tentang diri sendiri merupakan kewajaran. Jikapun hendak
ditata pada aspek ini, maka itu adalah tentang perlunya menyirnakan
konsepsi yang ilusif tentang diri sendiri. Setiap pejalan spiritual perlu
menyadari diri sebagaimana adanya, bukan berdasarkan prasangka
ataupun konsepsi-konsepsi yang tidak realistis apalagi jika itu semua
malah menghambat pencapaian pencerahan dan kesadaran murni.

!266 SUWUNG - The Science of Truth


Perlukah Menghilangkan Ego?

Sebenarnya, yang menjadi penghambat dalam proses


pencapaian kesempurnaan jiwa adalah terlekatinya diri kita oleh
Egoisme atau sikap Egoistik, yaitu sikap mementingkan diri pribadi
tanpa memperhatikan kepentingan bersama. Diri sendiri diutamakan,
sembari membiarkan pihak lain mengalami kerugian, itulah sikap yang
sewajarnya harus dilampaui karena bertentangan dengan prinsip
Kasih Murni atau Kasih Tanpa Syarat. Saat seseorang semakin
terhubung dengan Diri Sejati/Dewa Rucinya, tentu watak kasih di
dalam diri menguat dan sikap egoistik semakin berkurang. Pada titik
kejumbuhan dengan Diri Sejati, saat kesadaran melebur dengan
Realitas Tanpa Batas, tentu saja yang akan berkembang adalah watak
Non Egoistik. Semua ekspresi pribadi berada pada upaya
merealisasikan misi Hamemayu Hayuning Bawana.
Perkataan dan tindakan yang Non Egoistik dengan orientasi
menyelamatkan, yang merealisasikan prinsip kasih, tidak mesti lembut
dan halus. Ada kalanya keras, tegas, dan sangat mungkin bisa
mengganggu keakuan seseorang yang justru tidak senang dirinya atau
orang lain diselamatkan. Seseorang yang mengeluarkan segala
kemampuannya untuk menjalankan perannya, misal sebagai penjaga
kesadaran kolektif, dengan membabarkan secara tegas dan lugas mana
jalan keselamatan, mana jalan kejatuhan, tidak bisa dikatakan tengah
berlaku Egoistik. Sebaliknya ia memang tengah merealisasikan watak
kasih di dalam dirinya. Justru orang seperti ini akan banyak tidak
disukai oleh orang-orang yang kepentingan Egoistiknya terganggu.
Mereka yang punya Egoisme terselubung dengan tidak menginginkan
semakin banyak orang yang tercerahkan, pastilah terganggu dengan
keberadaan para light worker atau para pewarta kebenaran dari langit.
Memang ada orang yang tidak suka jika dirinya coba
diselamatkan dengan diberi tahu tentang kenyataan sebenarnya akan
sesuatu. Mereka kadung nyaman dengan asumsinya. Perubahan besar
akan terasa menyakitkan baginya. Justru, yang seperti inilah sikap
Egoistik yang perlu dilampaui. Jiwa yang murni, akan menerima

Setyo Hajar Dewantoro !267


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

apapun petunjuk yang membawanya menuju pencerahan, meski itu


terkesan tidak menyenangkan karena membuatnya har us
meninggalkan segenap prasangka yang telah dipegangnya demikian
kukuh.

Melampaui Kesadaran yang Serba Terbatas


Yang hendak dicapai lewat laku spiritual sebenarnya adalah
kesadaran multidimensi. Melalui keterhubungan yang penuh dengan
Diri Sejati/Dewa Ruci sesungguhnya setiap pribadi dibawa menuju
pada kesadaran yang melampaui konsepsi nalar yang serba terbatas
karena dibangun dari hasil cerapan inderawi. Dalam keheningan, jiwa
diajak untuk melampaui tubuh yang terbatasi oleh ruang dan waktu.
Jiwa yang semakin menyatu dengan Diri Sejatinya niscaya masuk pada
kesadaran yang semakin meluas, sadar bahwa dirinya bukan hanya
satu tubuh atau diri yang terbatas, tetapi ia merupakan satu kesatuan
dengan Planet Bumi, dengan Galaksi Bimaksakti, dengan Universe/
Semesta yang ditempati, dengan Multiverse yang meliputi berbagai
Universe, dan pada akhirnya menyadari kemenyatuan yang seutuhnya
dengan Kekosongan Absolut atau Sang Suwung yang menjadi sumber
segala yang ada.
Pribadi yang bergerak menuju kesadaran di atas, pada dasarnya
menyirnakan konsepsi diri sebagai yang terbatas dan masuk pada
kesadaran baru bahwa sejatinya diri adalah realitas yang tak terbatas.
Dalam meditasi yang dalam, memang bisa dirasakan dan
disadari dengan nyata tentang realitas diri yang menyatu dengan Sang
Sumber. Pada titik ini, tubuh terasa sirna sebagaimana disadari
sirnanya Jagad Raya material. Yang ada kemudian hanyalah kesadaran
yang murni. Inilah salah satu ekspresi pencerahan.
Saat seseorang konsisten berada pada kesadaran ini, berarti ia
telah masuk pada kesadaran dimensi tertinggi dimana dia sadar
realitasnya sebagai yang Omnipresent, meliputi ruang dan waktu.

!268 SUWUNG - The Science of Truth


Perlukah Menghilangkan Ego?

Tetapi tetap saja, identitas diri sebagai satu pribadi unik tidak hilang.
Kita hanya tidak terjebak pada identitas diri yang membatasi. Kita
membuka gembok-gembok kesadaran atau meng-unlock lapisan-
lapisan kesadaran diri yang semakin tinggi yang bermuara kepada
ketidakterbatasan. Inilah keadaan yang dinamakan Bali Marang
Sangkan Paraning Dumadi. Dalam bahasa lain, inilah keadaan
Sirnaning Kawula lan Gusti – dalam kesadaran sudah tak ada lagi
hamba dan Tuhan yang terpisah, karena keduanya adalah kesatuan
utuh yang tak terpisahkan. Jumbuh kawula lan Gusti.

Setyo Hajar Dewantoro !269


8
MELAMPAUI DUALITAS

Salah satu realitas yang pasti di dalam diri kita itu ada dualitas.
Yakni, ada kecenderungan untuk mengikuti keilahian di dalam diri
atau kebalikannya, kita mengikuti watak angkara, mengikuti
kecenderungan kejahatan di dalam diri. Laku keheningan bisa
membuat Anda melampaui dualitas. Artinya, Anda memilih untuk
tekun di jalan keheningan sehingga hidup Anda betul-betul diliputi
kasih murni, sehingga setiap gerak pikir, kata-kata, dan tindakan itu
mencerminkan kasih murni itu, hingga tidak ada lagi yang namanya
kejahatan di dalam diri. Yang bertanggung jawab supaya Anda tidak
terjebak di dalam kejahatan itu adalah Anda sendiri. Yang
bertanggung jawab untuk menyelamatkan diri Anda, ya Anda sendiri.
Setiap penuntun jalan, setiap guru yang betul-betul memandu kepada
keselamatan hanya menunjukkan jalan, hanya membantu. Tetapi, yang
memastikan Anda selamat atau tidak itu adalah Anda sendiri.
Para pembaca yang saya kasihi, belajarlah untuk bertanggung
jawab kepada nasib Anda sendiri. Laku spiritual itu membimbing
Anda untuk sungguh-sungguh bisa mengerti dan melebur segala
watak angkara didalam diri yang mungkin muncul atau masih ada.
Seseorang jika tidak waspada bisa terjebak dalam keserakahan,
kekejaman, watak manipulatif, kepalsuan, kompetitif (nggak mau
kalah), mau menang sendiri, dan semacamnya. Nah, laku spiritual bisa
membuat Anda mengenali hal ini. Kalau itu sudah kita kenali, kita
pangkas, kita sirnakan, hingga pada suatu titik nanti Anda tidak punya
lagi watak angkara dalam diri, pada titik itulah Anda menjadi pribadi
Melampaui Dualitas

Ilahiah, menjadi pribadi yang hanya punya kasih, bahagia, damai, dan
membawa keselarasan. Maka pada titik inilah, Anda disebut telah
melampaui dualitas.
Pada ajaran Nusantara ada istilah Jumbuh Kawula Gusti. Kalau
kita menyatu dengan Tuhan yang sebenarnya dari awal juga kita sudah
menyatu. Tapi, karena kita punya Free Will, seringkali tidak tersingkap
sikap yang tepat sesuai dengan kualitas Ketuhanan. Laku spiritual
yang tepat membuat Anda segala gerak langkahnya mengikuti
tuntunan Gusti. Itulah artinya kalau nanti suatu saat Anda sudah
penuh mengikuti Dia sampai ke fase Jumbuh Kawula Gusti, Anda sudah
tidak lagi punya watak angkara, itulah indikasinya Anda sudah Jumbuh
Kawula Gusti, pada taraf ini anda pasti selamat. Keselamatan Anda
tergantung pada hal ini, ketidakselamatan Anda adalah buah dari
watak angkara yang belum sirna, watak angkara menciptakan dosa,
dosa itu menciptakan medan energi yang tidak selaras,
ketidakselarasan memberikan penderitaan. Saya mengajak Anda untuk
betul-betul bisa memastikan agar yang ada hanyalah keselamatan, saat
ini maupun ketika jiwa Anda melewati gerbang kematian.
Kalau ada yang punya pertanyaan, “Apakah boleh saya
menyebut Sang Sumber ini dengan bahasa Jawa ‘Gusti’?” Boleh.
Boleh tidak dengan bahasa Arab, boleh bahasa Inggris, silakan. Nah,
lalu cara apa yang bisa dilakukan agar betul-betul kita ini ada di jalan
keselamatan? Terserah Anda mau mempraktikkan dengan cara apa,
tetapi yang penting esensi keheningan adalah Kembali kepada
kesadaran itu.
“Bagaimana kalau saya tetap salat lima waktu?”
Loh, yang melarang siapa? Kalau Anda merasa cocok dengan
itu, dan menjadikannya sebagai latihan spiritual Anda sendiri, dan
dengan itu Anda bisa menyadari kehadiran Tuhan lebih konsisten
dengan seluruh gerakan dan kata-kata, silakan dilakukan.

Setyo Hajar Dewantoro !271


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

“Boleh nggak saya melakukan cara yang lain?” Ya boleh juga.


Apakah dengan tidak melakukan cara ini, saya pasti masuk neraka?”
Belum tentu. Bentuk apa pun caranya yang penting Anda sampai
kepada kesadaran di dalam diri Anda itu ada kasih yang murni.
Mari kita mulai dengan mempertanyakan, adakah orang yang
tidak ingin bahagia? Adakah orang yang didera kesulitan finansial tapi
sama sekali tak berharap lepas dari kesulitan itu? Adakah orang yang
terjebak konflik rumah tangga yang tidak merindukan ketentraman
dan kedamaian? Adakan orang yang tidak ingin nasibnya berubah
menjadi lebih baik? Adakah orang yang tidak menginginkan hidup
surgawi di bumi maupun kelak di kehidupan berikutnya? Sejauh saya
mengobservasi manusia, tidak ada satupun yang tidak ingin bahagia.
Tidak ada satupun yang mau bertahan dengan penderitaan yang
dialami. Tidak ada satupun yang tidak merindukan hidup yang lebih
selaras. Jikapun ada yang berbeda, situasinya cuma begini:
Ada orang yang kesulitan merumuskan apa yang dia mau,
pikirannya ruwet padahal jelas jiwanya ingin bahagia. Ada orang yang
terjebak "konsep spiritual" semua sudah baik adanya, merasa tak ingin
apa- apa lagi padahal ya hidupn ya masih ruwet. Ini fenomena orang
yang pikirannya tidak sinkron dengan hasrat jiwanya yang paling
murni.
Orang memang bisa berbeda-beda dalam memaknai bahagia
dan merumuskan jalan menuju bahagia; ini persoalan lain kepala lain
isi, padahal hasrat dan kehendak jiwa sih sama saja.
Ringkas kata, sangat wajar jika Anda ingin bahagia ketika Anda
belum bahagia, ingin berubah nasib ketika Anda masih merasakan
derita dan ketidaknyamanan.
Jika Anda belajar spiritual karena Anda ingin bahagia dan
berubah nasib, itu artinya ANDA WARAS. Tetapi Anda salah alamat
jika Anda belajar spiritual ingin bahagia dan mengubah nasib, namun
Anda melakukan ini:

!272 SUWUNG - The Science of Truth


Melampaui Dualitas

1. Tidak mau mengubah realitas jiwa Anda, tidak mau menjalani


proses purifikasi dengan segala alasannya.
2. Anda memaksakan maunya Ego Anda; Anda bersikukuh agar
lewat jalan spiritual hasrat Egoistik tentang harta, jabatan dan
pasangan bisa diraih.
Belajar spiritual mestinya membuat Anda mengerti tentang
hukum semesta; bahwa setiap diri membentuk realitas medan energi
yang melingkupinya dan menarik apapun yang sesuai dengan karakter
medan energi itu. Maka hidup surgawi hanya bisa diraih oleh siapapun
yang telah tuntas memurnikan dirinya.
Jika Anda ingin merasakan hidup surgawi tapi tak mau berjuang
memurnikan diri, itu artinya Anda curang dan pasti harapan Anda tak
akan terjadi. Jika Anda menganggap bisa bahagia ketika Anda masih
memiliki sifat egoistik, keserakahan, sikap kompetitif, sombong, licik
dan manipulatif, ya berarti Anda berhayal. Tak ada orang yang
sungguh- sungguh bahagia meski bergelimang harta dan kuasa jika
masih punya watak angkara dan banyak dosa.
Spiritualitas itu mentransformasi diri dan hidup Anda. Tetapi
jelas Anda harus memenuhi persyaratan untuk bertransformasi.
Kuncinya tetaplah terus menerus hening dengan cara yang tepat,
selalu rendah hati, tekun dan pantang menyerah dalam belajar.
Spiritualitas yang sejati bukan membuat Anda jadi tukang ngayal,
contoh “aku tidak ingin apa- apa, semua baik- baik saja”, padahal
nyatanya Anda masih merana, jiwa anda masih protes atau merasa ada
yang kurang, itu semua karena kehendak murni sang jiwa diabaikan
oleh si Ego.

Setyo Hajar Dewantoro !273


9
KESATUAN AGUNG

Segala sesuatunya sesungguhnya memang ada dalam kesatuan;


setiap keberadaan saling terhubung dan dipersatukan oleh jaring-
jaring energi. Satu keberadaan berpotensi mempengaruhi realitas dari
keberadaan lainnya lewat persentuhan vibrasi. Keseluruhan
keberadaan itu kemudian kita mengerti diliputi oleh Sang Sumber
Keberadaan, Kecerdasan Tertinggi, yang tanpa batas dan meliputi
segalanya.
Pada tataran ideal, jejaring energi yang menghubungkan seluruh
keberadaan ini membentuk pola energi yang disebut sebagai flower of
life. Jika pola flower of life ini stabil mengada di tataran energi, maka
kehidupan di tataran fisik pastilah merealisasikan apa yang merupakan
rancangan agung dari kecerdasan tertinggi.
Namun, karena keberadaan manusia memiliki free will,
dimungkinkan tatanan energi berubah. Vibrasi yang muncul dari
ketidakselarasan atas pikiran dan emosi manusia, juga keberadaan
lainnya, merusak jaringan flower of life ini. Inilah yang membuat
kehidupan di tataran fisik tidak berjalan sebagaimana rancangan
Agung.
Kehidupan surgawi di bumi belum terbentuk karena banyak
manusia yang memilih untuk serakah dan menjadi raja tega. Banyak
yang hidup Egoistik dan hanya memikirkan keuntungan bagi diri
pribadi atau tanpa kasih yang murni. Tak ada kesadaran kesatuan ini
pada diri para perusak harmoni.
Kesatuan Agung

Para Avatar datang untuk menyadarkan kembali tentang


kesatuan ini dan keselarasan. Mereka juga bekerja di tataran energi
memulihkan jejaring flower of life yang terkoyak, agar juga ada
perubahan konstruktif di tataran fisik.
Kesatuan Agung bisa juga dimengerti sebagai level kesadaran
tertinggi didalam perjalanan spiritual. Mereka yang mencapai tataran
Kesatuan Agung/oneness ini adalah yang telah tuntas memurnikan
jiwanya dan meluruhkan Egonya. Mengucapkan atau membicarakan
tentang “oneness” atau Kesatuan Agung dengan mengalami atau
mencapai tatatan Oneness ini adalah hal berbeda.
Siapapun bisa menjelaskan atau menuturkan tentang Oneness,
tapi yang bisa mencapainya hanyalah para Avatar, para Jiwa Agung
yang telah lulus dalam mempraktikkan berbagai tradisi spiritual kuna.
Siapapun jelas jauh dari tataran oneness jika masih punya jejak sakit
hati, masih senang memanipulatif, masih banyak prasangka, banyak
dosa dan terjerat Demon segala jenis.
Hanya hening atau keterhubungan dengan Sang Sumber yang
konsisten dan yang tepat caranya yang akan mengantarkan Anda
mengalami Oneness/Kesatuan yang Agung ini.

Setyo Hajar Dewantoro !275


10
TENTANG KEGELAPAN

Ada banyak ungkapan menggunakan kata "gelap" dengan


beragam makna. Jika Anda seorang pembelajar spiritual, sewajarnya
Anda mengerti secara utuh jangan sampai salah mengerti.
Mari kita rinci satu persatu.
1. Dark Side
B a h a s a l a i n n y a a d a l a h p h s y c o l o g i c s h a d o w.
Dialihbahasakan sebagai "sisi gelap". Ini adalah penghambat
dalam pertumbuhan spiritual. Inilah akar dari derita. Sisi gelap
adalah segala bentuk luka jiwa/trauma psikologis, watak angkara
dan ilusi pada manusia.

Tentu saja kalau Anda mau tercerahkan, Anda jangan pelihara
sisi gelap ini. Sisi gelap harus diluruhkan melalui proses
purifikasi.
2. Dark Energy
Saya sering menggunakan terminologi ini dalam konteks
fenomena kosmik. Dark energy adalah energi perdana yang
memancar dari kekosongan absolut yang bertanggung jawab
terhadap segala kejadian atau ekspansi Jagad Raya. Dengan
adanya dark energy inilah selalu ada materi baru, universe baru.
Saat saya menuliskan tentang dark energy, jelas maksudnya
bukan "black magic".
3. Dark Matter
Tentang Kegelapan

Ini juga terkait dengan fenomena kosmik. Dark matter


atau materi gelap adalah keberadaan yang punya massa,
mengandung daya gravitasi supertinggi, karenanya tidak
bercahaya, menjadi penyelaras terhadap keberadaan dark
energy; ia menghambat ekspansi sehingga omniverse ini selalu
ada dalam kesetimbangan.
4. Dark Forces
Kuasa Kegelapan. Ini maksudnya adalah entitas yang
hidup, punya free will, sesuai fase evolusinya mereka hidup di
dimensi rendah, diliputi watak angkara. Istilah lainnya adalah
"makhluk kegelapan", "entitas alam bawah", dengan beragam
kategori: demon/iblis, siluman, dll. Jelas bahwa para pembelajar
spiritual yang bertujuan meraih keselamatan dan pencerahan
tidak bisa memelihara dark force di dalam tubuhnya; siapapun
harus memastikan agar jiwanya tidak terjerat dark forces.
Absolute Darkness : sepadan dengan kata " absolute
emptiness", "absolute nothingness" atau "Suwung". Inilah asal dari
segala realitas dan eksistensi: menjadi esensi segalanya, meliputi
segalanya. Ini bahasa lain dari Tuhan sebagai keberadaan yang tanpa
batas. Inilah yang diselami dalam keheningan mendalam.
Puncak hening adalah saat kita benar- benar merasakan
kesatuan seutuhnya dengan absolute darkness/absolute emptiness ini.
Justru lewat proses ini, manusia pasti mengalami purifikasi,
diluruhkan segala dark side dan jeratan dark forces di dalam diri.
Sebaliknya saat manusia tuntas memurnikan diri dari segala dark side
dan dark forces, ia konstan dalam kesadaran menyatu dengan Sang
Sumber - disebut juga mengalami tataran Jumbuh Kawula Gusti atau
Oneness atau Unio Mystica. Gak ada orang mencapai Oneness kalau
masih penuh luka jiwa dan watak angkara sehingga menarik Demit di
badannya.


Setyo Hajar Dewantoro !277


11
FREE WILL DAN KETETAPAN
TUHAN

Sekarang jiwa ada di dalam kehidupan material dibungkus oleh


badan. Badan ini representasi atomic world. Badan ini disusun oleh
atom- atom, disusun oleh sel- sel. Pada setiap sel, pada setiap atom
juga ada keberadaan Tuhan.
Esensinya adalah Tuhan itu sendiri. Makanya, sel itu punya
kecerdasan, ini sudah ditata sedemikian rupa oleh Sang Kecerdasan
Tertinggi. Sel itu berbeda dengan jiwa, berbeda dengan Ego. Sel- sel
yang membentuk semua organ itu bekerja semata- mata taat kepada
kehendak Tuhan, sesuai dengan rancangan Agung.
Makanya, hidung itu tidak tiba- tiba memanjang sendiri. Telinga
pun tidak bisa tiba- tiba membentuk semau sendiri. Semuanya ada
rancangannya.
Tetapi, Ego manusia yang merepresentasikan keberadaan jiwa
yang sudah dibungkus oleh tatanan fisik bisa punya mau sendiri. Nah,
kenapa bisa punya mau sendiri? Karena dia punya yang
NamanyaFreeWill/kebebasan berkehendak/kebebasan berkeinginan.
Kebebasan berkeinginan itu bukan berarti kebebasan untuk
melakukan apa saja. Itu dua hal yang berbeda. Kita bisa punya
keinginan banyak hal, tetapi tidak semua keinginan itu bisa dilakukan
karena kita tidak mampu.
Free Will Dan Ketetapan Tuhan

Contohnya, boleh saja Anda saat ini berkehendak untuk pergi


ke hutan Amazon atau ke Siberia atau piknik di Paris, kemana saja kan
bebas, ini namanya kehendak. Tetapi, apakah kita bisa
mewujudkannya? Belum tentu, tergantung dari apa yang kita punya.
Nah, yang kita punyai disebut sebagai takaran/kapasitas.
Kapasitas ini dibentuk oleh bagaimana perjalanan jiwa dan
kehidupan kita di masa lalu, kemudian kita diikat oleh hukum
Semesta, the Law of Universe.
Kebebasan berkehendak ini satu paket dengan kapasitas sebagai
pembatas, dan satu paket juga dengan the Law of Universe sebagai
koridornya. Dengan kebebasan berkehendak pada akhirnya kita bisa
memilih, "Saya mau ini", batasannya adalah kapasitas, nanti
dampaknya ada dalam koridor the Law of Universe. Law of Universe
ini yang sesungguhnya merupakan ketetapan Tuhan.
Misalnya, Anda memilih untuk makan makanan beracun. Bebas,
siapa yang melarang? Tidak ada, dalam arti memaksa Anda untuk
tidak makan itu, tidak ada. Tetapi, Tuhan di dalam diri Anda
memberikan tuntunan, "Jangan makan itu karena akan menciptakan
kerusakan pada badan Anda." Tapi, kalau Anda memaksa selama
Anda mampu atau bisa membeli makanan beracun itu, Anda bisa
melakukan itu. Ketika Anda makan, Anda tidak akan lepas dari
akibatnya. Badan Anda akan mengalami kerusakan, Anda akan sakit.
Pertanyaannya, "Ketika Anda sakit, apakah Tuhan ikut sakit?" Tidak
sama sekali. Yang sakit adalah Anda, itulah free will.
Ini juga yang disebut ngunduh wohing pakarti, setiap orang itu
akan memetik buah perbuatannya sendiri karena pada dasarnya
manusia itu punya free will atau kebebasan berkehendak.
Kita hidup dengan anugerah yang nyata dari Sang Sumber
Kehidupan atau Tuhan. Kita jelas punya kebebasan untuk
mendayagunakan semua anugerah itu, tetapi silakan memilih untuk
mengikuti jalan kebenaran, yaitu jalan yang ditunjukkan oleh Sang Diri

Setyo Hajar Dewantoro !279


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Sejati Anda. Hanya dengan cara itu, Anda akan memetik buah
perbuatan yang selaras, buah perbuatan yang manis. Jadi, kalau Anda
kemudian menderita atau Anda bahagia sebetulnya itu adalah buah
pilihan Anda sendiri. Jangan pernah menyalahkan Tuhan atau
siapapun.
Tindakan- tindakan yang konyol, misalnya ada orang yang
karena ceroboh, kemudian dia masuk selokan. Akhirnya, untuk
menghibur diri dia bilang, "Ya sudahlah, ini sudah kehendak Tuhan."
Siapa yang menghendaki Anda masuk selokan? Anda jangan suka
menuduh Tuhan sembarangan. Kalau Anda masuk selokan, semua itu
karena buah perbuatan Anda sendiri. Anda punya free will untuk
Anda bisa memilih tidak masuk ke selokan itu. Tidak ada Tuhan yang
memaksa anda masuk selokan. Tapi, itu terjadi karena Anda ceroboh,
Anda tidak berhati- hati, karena itu Anda masuk selokan. Jadi, jangan
sembarang menyalahkan Tuhan.
Misalnya, Anda kemudian bangkrut dalam bisnis, mengalami
penderitaan dalam rumah tangga, stoplah, menghibur diri dengan
kata- kata yang ilusif, "Ini memang sudah kehendak Tuhan". Tidak
begitu ceritanya. Kenyataan sebenarnya adalah apa pun yang Anda
dapatkan, itu adalah hasil pilihan Anda yang anda pilih secara sadar
maupun tidak sadar. Anda bisa saja memilih dengan prasangka Anda.
Orang- orang baik bisa terjerumus jika dia culun, tidak waspada,
mengambil keputusan berdasarkan prasangka yang itu sebetulnya
membahayakan dirinya, karena ia mengabaikan sinyal dari dalam
dirinya. Pasti nanti buahnya adalah masalah, kecelakaan, penderitaan.
Jadi, siapa pun yang mengalami itu, jangan sembrono menyalahkan
Tuhan dengan mengatakan itu ketetapan Tuhan.


!280 SUWUNG - The Science of Truth


12
KEHENDAK TUHAN

Sebetulnya apa yang disebut kehendak Tuhan?

Rancangan Agung
Kehendak Tuhan yang sejati itu adalah Rancangan Agung.
Setiap orang sesuai dengan perjalanan jiwanya di masa lalu, kemudian
terlahir ke bumi atau terlahir di planet mana pun untuk melanjutkan
proses evolusinya. Dalam proses evolusi itu ada Rancangan Agung
yang pada akhirnya manusia bisa naik level, bisa semakin bertumbuh
benih keilahiannya, bisa semakin dekat dengan kualitas keilahiannya,
menemukan kebahagiaan sejati. Nah, Rancangan Agung ini tidak
dipaksakan kepada manusia. Secara faktual, manusia itu ada
Rancangan Agungnya, tapi ada opsi lainnya. Manusia bebas memilih,
karena manusia punya Free Will.

Tuntunan Diri Sejati


“Bagaimana supaya manusia tetap ada di Rancangan Agung
yang membawa keselamatan bagi jiwanya?” Setialah kepada Diri Sejati,
kepada tuntunan Agung di dalam diri. Kalau Anda mengikuti
Ego(tidak didasari kasih murni), hanya memilih yang enaknya, itulah
yang nantinya membuat Anda tidak sampai kepada tujuan utama yang
merupakan rancangan Agung anda.
Kehendak Tuhan itu meliputi:
Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

1. Rancangan AgungNYA; 2. apa yang dituntunkan/disabdakan


di dalam diri Anda, di relung hati Anda. Tapi, kehendak Tuhan dalam
konteks ini tidak pernah memaksa. Kalau Anda betul-betul mau
menyelami keheningan, Anda akan tahu bahwa Gusti itu Maha
Pengasih pada Anda, dan juga Maha Sabar, sedableg (senakal) apa pun
Anda. Dia sesungguhnya sering menuntun anda kesana, kesini, itulah
kehendak Tuhan yang nyata. Nah, kebiasaan manusia itu banyak
ngeyel (menyangkal), suka mengikuti Egonya sendiri yang akhirnya
mencelakai diri sendiri. Kenapa? Karena tidak mengikuti kehendak
Tuhan yang nyata.
Maka, sekarang pahamilah kehendak Tuhan itu apa, pahamilah
ketetapan Tuhan itu apa. Ikutilah kehendak Tuhan yang nyata yang
muncul di dalam hati Anda, yang bisa Anda mengerti ketika Anda ada
dalam keheningan. Ikuti rancangan Agung hidup Anda yang juga
Anda bisa tahu, saat Anda setia kepada tuntunan Agung di dalam diri.
Dan biarlah ketetapan Tuhan terjadi. Artinya apa? Hukum Semesta
dengan segala keadilannya, akurasinya, presisinya itu menjadi nyata
membentuk hidup yang serba selaras, hidup yang surgawi. Pada titik
inilah, Anda harus belajar tentang keheningan supaya tidak ngawur
dalam melangkah, tidak lagi melangkah berdasarkan Ego dan
prasangkanya.
“Apakah yang ada di dalam kitab suci itu sebetulnya merupakan
tuntunan Tuhan?”
Silakan Anda selami di dalam keheningan, Anda pelajari teks-
teks itu satu per satu Anda rasakan vibrasinya. Nanti Anda akan tahu,
mana yang betul- betul itu tuntunan Tuhan pada konteks dan zaman
itu, dan mana yang itu adalah hasil keakuan orang yang diselipkan.
Anda nanti akan mengerti betul. Supaya aman, yang pertama
harus Anda lakukan adalah menghidupkan "pembeda" di dalam diri.
Dalam bahasa Arab istilahnya alfurqon, sehingga nanti Anda mengerti
mana kebenaran sejati, mana yang tidak, mana yang haq mana yang
batil supaya Anda tidak bisa ditipu oleh apa pun. Ini ada pada Rasa

!282 SUWUNG - The Science of Truth


Kehendak Tuhan

Sejati. Rasa Sejati itu bisa Anda temukan kalau Anda betul- betul
hening. Hening artinya menyadari nafas, menyadari kasih murni,
menyadari keberadaan Diri Sejati dan keterhubungan dengan Dia
sepanjang waktu. Hanya dengan mengikuti tuntunan Agung di dalam
diri itulah Anda akan ada didalam keselamatan.

Saya tidak mengajak siapa pun untuk melecehkan agama apa


pun. Tapi, saya mengajak kita untuk punya kritisisme yang sehat.
Jangan gampang percaya, jangan gampang menyangkal juga, tapi juga
jangan menghina. Jangan menista. Karena semuanya adalah sebuah
bagian dari proses kesemestaan. Kesalahan seseorang itu bagian dari
proses yang itu lumrah terjadi. Kesalahan sejarah di masa lalu juga itu
lumrah terjadi. Jadi, kita terima semuanya sebagaimana adanya, kita
maklumi semuanya, tetapi kita kemudian bergerak, berproses untuk
menemukan kebenaran sejati.

Ndableg Pangkal Celaka


Sebagai orang- orang yang menekuni laku spiritualitas, kalau
bicara tentang bagaimana menjalankan kehidupan, menciptakan
kehidupan surgawi saat ini dan disini, yang harus dimengerti adalah
bagaimana matematika Semesta ini bekerja. Kita harus mengetahui
rumus kehidupan ini seperti apa.
Satu hal yang pasti, hidup Anda adalah medan energi yang Anda
ciptakan sendiri. Mereka yang menekuni spiritualitas berbeda dengan
kaum atheis yang hanya mengandalkan Egonya karena menolak
keberadaan Tuhan.
Dia hanya mengandalkan pikirannya hanya karena tidak percaya
kepada tuntunan Tuhan. Kita menyadari betul bahwa selalu ada
tuntunan Tuhan yang nyata yang muncul dari relung hati. Dan, kalau
kita ikuti pasti membawa kepada keselamatan. Tetapi, pada saat yang
sama kita juga mengerti bahwa kita sebagai manusia itu punya opsi

Setyo Hajar Dewantoro !283


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

untuk ndableg (nakal) atau ngeyel(menyangkal). Kenapa itu membuat


kita celaka?
Tentu saja ndableg, ngeyel, lebih parah lagi budeg itu dapat
membuat kita celaka. Dalam pikirannya tahu dan percaya bahwa di
pusat hati ada Hingsun/Diri Sejati. Sudah ada di level percaya bahwa
sesungguhnya tuntunan Agung itu selalu ada tetapi secara faktual
diabaikan, tidak mau hening dan tidak mau menangkap tuntunan dari
Hingsun, gimana mau selamat?
Ada lagi yang lebih parah dari budeg, yakni yang menjadi
penuntun agungnya itu demit (merasa mendapat tuntunan dari relung
hati, padahal palsu). Kasus ini yang sekarang banyak terjadi di
berbagai komunitas spiritual. Sedikit- sedikit berkata, "Saya mendapat
tuntunan untuk pergi ke sana, saya mendapat titah dari Gusti untuk
melakukan ini itu."
Ketika kita membaca dengan cermat bagaimana realitas jiwanya,
dia sangat tidak murni. Ternyata ada yang menyusup di dalam
sanubarinya. Kita menyebutnya sebagai dark force (kuasa kegelapan)
atau makhluk- makhluk alam bawah dan segala bentuknya. Kasus ini
sedang ada dalam masa penelitian, sebetulnya apa yang membuat
mereka sangat mudah masuk ke para pembelajar keheningan. Yang
pasti, ini sangat merepotkan karena membuat orang sering nyasar
tidak jelas, nyasar karena merasa tertuntun atau tercerahkan padahal
tidak.


!284 SUWUNG - The Science of Truth


13
MISTERI DOSA

"Tuhan, ampunilah dosa- dosaku".


Demikianlah pernyataan yang sering diungkapkan oleh siapapun
yang percaya bahwa dosa itu ada dan bisa diampuni Tuhan. Saya
sering melakukan itu saat menjadi orang yang sangat relijius. Saya
senang melakukan itu, memanjatkan doa meminta ampun, sekalipun
juga tidak tahu pasti apakah dosa saya diampuni apa tidak. Dulu saya
membayangkan akan tahu soal ini saat meninggal dunia.
Lalu saya sempat menjadi atheis. Saya menggugat dosa. Dosa
bagi saya saat itu adalah bagian dari omong kosong, sebagaimana
Tuhan juga adalah omong kosong. Karena saya gagal jadi atheis yang
berbahagia, saya mulai belajar spiritual. Saya mendalami meditasi.
Setelah tekun meditasi bertahun- tahun, saya mulai mengerti apa itu
dosa yang sebenarnya.
Dosa sebenarnya bentuk terapan dari the law of universe atau
hukum semesta. Ini bagian dari hukum sebab akibat, hukum tarik
menarik. Dosa menjadi resiko bagi s iapapun yang punya free will atau
kebebasan berkehendak.
Intinya gitu, setiap gerak pikir, kata- kata dan tindakan kita, pasti
memberi dampak di tataran energi. Lebih spesifik, dampaknya itu bisa
disaksikan di tubuh halus manusia. Ada yang membuat tubuh halus
itu jadi keruh, ada juga yang bikin terang. Kesemuanya terekam dan
meninggalkan jejak.
Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Apa gerak pikir yang membuat tubuh halus jadi keruh? Segala
gerak pikir yang merupakan prasangka. Eksperimen aja, biarkan aja di
pikiran Anda muncul ini, "SHD emang halu, tukang bohong." Dicek
nanti apa dampaknya ke tubuh halus yang membungkus jiwa - lebih
spesifiknya itu adalah bagian dari tubuh halus yang kita sebut sebagai
tubuh karma.
Apa kata-kata yang membuat jiwa keruh? Omelin saja orang-
orang yang lewat di depan Anda. Tiap ada yang lewat sumpahin aja,
"Asu kowe! Brengsek!" (Tapi jangan keras-keras, jangan sampai
eksperimen ini berakhir dengan Anda dipukuli orang).
Apa tindakan yang membuat jiwa jadi keruh? Gampang, coba
saja: ludahin aja pohon yang paling dekat dengan Anda. Atau Anda
ambil lumpur, kotorin saja tembok tetangga. Tapi jangan ketahuan
nanti Anda dilaporin ke polisi. Atau mau lebih keren, Anda coba
praktik pesugihan, cari dukun terdekat untuk bikin dagangan Anda
laris.
Secara faktual, sejauh saya saksikan, kesemuanya itu membuat
ada noda di tubuh karma. Itulah yang disebut dosa atau karma buruk.
Jika tidak pernah dibersihkan apalagi terus menumpuk ya pasti ada
momen ngunduh wohing pakarti, karma itu berbuah: ada umpan balik
berupa "peristiwa yang membawa derita", disebut juga sebagai
musibah.
Semesta itu meresonansi kualitas jiwa dan vibrasi kita, termasuk
merespon secara adil dan akurat saat kita penuh jejak dosa.
Jika jejak dosa ini tak kunjung jernih sampai kematian, itu akan
kita petik hasilnya di kehidupan pasca kematian: terjebak di neraka
dimensi rendah, atau menderita kemalangan saat terlahir kembali ke
bumi.
Pertanyaannya, bisakah dosa diampuni dan tubuh karma jadi
jernih kembali? Bisa. Tapi tidak gampang. Saya akan ceritakan di
tulisan lanjutan bagaimana saya terbebas dari jejak dosa.

!286 SUWUNG - The Science of Truth


Misteri Dosa

Pengampunan Dosa
Saya kembali menulis tentang dosa, berdasarkan observasi
terhadap berbagai kasus. Tentunya observasi yang dilakukan bukan
menggunakan perangkat inderawi, tapi menggunakan rasa sejati. Rasa
sejati ini alat di relung hati untuk membaca realitas multidimensi, bisa
dipergunakan oleh siapapun yang tekun di dalam keheningan.
Dosa, adalah dampak dari perilaku yang tidak selaras: melanggar
tuntunan Diri Sejati/Tuhan, bertentangan dengan prinsip kasih
murni, menciptakan kerusakan. Siapapun yang melakukan dosa lewat
pikiran, kata- kata maupun tindakan, otomatis memunculkan jejak
noda di tubuh halusnya - tepatnya di tubuh karma (karmic body).
Tidak perlu pengadilan oleh dewa dewi atau malaikat, jejak dosa ini
otomatis muncul karena apapun yang dilakukan manusia langsung
terinput kedalam sistem keadilan semesta yang presisi.
Nah, saat saya hidup dengan Ego, karena memang belum
mengerti keheningan, saya secara nyata menumpuk jejak dosa. Tubuh
karma saya keruh akibat ilusi saya, akibat kebiasaan memaksakan
maunya Ego, akibat bicara tanpa kesadaran murni, juga akibat berlaku
mengikuti sistem yang sebenarnya salah. Tubuh karma saya pernah
keruh.
Terlebih saat ceroboh dalam belajar spiritual, saya terjerat dark
force, itu menambah dosa juga. Akumulasi dari kesemua itu, tentu
membentuk nasib saya: saat tiba masanya memetik buah karma,
datanglah berbagai peristiwa yang membawa duka. Mulai dari
kesulitan finansial, konflik rumah tangga, sakit, dan sebagainya. Dulu
saya protes pada Tuhan atas apa yang terjadi, karena saya merasa
orang baik dan taat secara religi.
Saat saya menemukan kesadaran murni lewat keheningan - tentu
karena karma baik yang berbuah, saya menjadi mengerti mengapa
saya dulu penuh dosa. Sekalipun kalo dibandingkan, dosa saya saat itu
cuma 1/10.000 dari dosa para penjahat durjana papan atas di negeri

Setyo Hajar Dewantoro !287


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

ini. Dosa tetaplah dosa dan pasti ada umpan baliknya dari semesta.
Karena saya juga punya banyak karma baik, umpan balik ini datang
cepat sehingga saya cepat juga terpacu untuk bertransformasi. Hidup
dengan banyak masalah dan derita kan memang gak asyik, maka saya
berjuang mengatasinya: ternyata caranya adalah purifikasi diri lewat
laku hening.
Jejak dosa bisa terhapus dengan dua cara: pertama, ia berbuah
sebagai derita hidup lalu kita menangkap pelajaran dari derita itu
untuk memperbaiki laku hidup. Banyak derita tapi ndableg gak
belajar- belajar ya gak akan membuat kita bebas dari dosa. Kedua, ia
dilebur dengan menghayati sepenuhnya kasih murni Tuhan, dengan
kerendahan hati sungguh- sungguh meminta maaf atas kesalahan, dan
berupaya maksimal memulihkan kerusakan yang ditimbulkan secara
energi dan materi.
Kita tangkap pelajaran berharga dari kesalahan di masa lalu, dan
memperbaiki laku agar tidak terjebak pada kesalahan yang sama.
Inilah yang saya sebut sebagai "meditasi api suci". Tapi jangan
sembrono dengan menganggap sekadar mendengarkan audio meditasi
api suci dari saya maka dosa Anda langsung diampuni. Enak aja. Tidak
begitu cara kerjanya. Anda harus sungguh- sungguh masuk pada
kesadaran baru, terlahir kembali jadi manusia yang setia pada Diri
Sejati/Tuhan.
Saya bebas dari jejak dosa masa lalu pada akhir 2018, setelah
menjalani program purifikasi dengan sungguh- sungguh sejak 2016.
Sebelum 2016 saya masih terjerat sesuatu yang membuat saya tak
kunjung benar- benar melakukan purifikasi, saya belum berjalan di
pakem saya sendiri. Meski ada beberapa tindakan ngawur di
2016/2017, saya pada dasarnya sungguh- sungguh berjuang
memperbaiki diri.
Setelah itu, saya menjadi sangat peka jika berbuat salah, saya
langsung melakukan pertaubatan. Saya ingat, tahun 2019 ada 3
tindakan dosa yang saya lakukan: meludah sembarangan, tergoda

!288 SUWUNG - The Science of Truth


Misteri Dosa

untuk pencitraan, dan satu momen saya ngeyel sama Diri Sejati.
Tahun 2020 dan 2021, saya semakin setia pada Diri Sejati/Tuhan,
sehingga semakin terbebas dari dosa dan akar derita. Saya semakin
menikmati sorga yang nyata. Tentu saya semakin hati- hati agar tidak
ada celah untuk kejatuhan dari sorga yang nyata.

Apakah Tuhan yang Membuat Kita Berdosa?


Dosa menjadi perkara yang absurd jika kita bayangkan
hubungan Tuhan dan manusia seperti dalang dan wayang. Niscaya
muncul pertanyaan, "Jika manusia digerakkan oleh Tuhan, mengapa
manusia mesti disalahkan dan menanggung konsekuensi dari
kesalahan itu?" Nah justru itu, untuk memahami realitas dosa,
persepsi tentang dalang dan wayang harus dibongkar dulu. Analogi ini
sama sekali tidak pas.
Kita lihat dulu soal dalang.
Secara faktual dalang itu ada bossnya, yaitu penanggap acara.
Dalang menerima energi hidup alias honor darinya. Dalang punya
keterbatasan, seperti saat ini, gak bisa mentas karena dilarang Satgas
Copit. Pasukan wayang entah ksatria dan raksasa sama sekali tak
berdaya. Dalang juga saat bermain, menggelarkan lakon dengan
pakem tertentu, dengan improvisasi minimalis. Jadi dalang ini penuh
keterbatasan, tidak bisa disamakan dengan Tuhan yang tanpa batas.
Apalagi dalang hanya berlaku untuk wayang kulit dan wayang golek,
tidak untuk wayang orang.
Sementara itu, wayang, pada dasarnya adalah benda mati. Ia tak
punya kehendak sama sekali, hanya bergerak jika digerakkan. Sekali
jadi Sengkuni ya selamanya jadi Sengkuni. Jelas beda dengan manusia,
yang memang dapat limpahan energi dari Sang Sumber Hidup tapi
punya kehendak sendiri. Wayang satu kotak itu ada pada manusia
semua, tinggal manusia yang pilih mau mainkan lakon yang mana.
Manusia tak pernah dipaksa untuk jadi Sengkuni, ia bisa memilih jadi

Setyo Hajar Dewantoro !289


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

Krisna atau Puntadewa. Semua pilihan itu yang kemudian memberi


resiko.
Dalang dan wayang juga secara faktual adalah realitas terpisah.
Beda dengan Tuhan dan manusia: Tuhan menjadi esensi sekaligus
meliputi manusia. Tuhan dan manusia ada dalam kesatuan, saat yang
sama manusia punya kebebasan membentuk nasib sendiri dalam
batasan kapasitas yang terbentuk oleh pilihan di masa lalu, dan ada
dalam koridor hukum semesta yang absolut.
Jadi, sirnakan ilusi ada sosok Tuhan yang menggerakkan diri
kita seenaknya. Yang benar terjadi adalah Tuhan mengejawantah
sebagai Diri Sejati dan menuntunkan jalan keselamatan. Kita yang
memilih menerima atau menyangkal tuntunan itu dengan resiko yang
nyata. Segenap penyangkalan, pengabaian, adalah dosa. Itulah pangkal
derita manusia. Jadi derita itu hasil pilihan manusia sendiri. Jangan
pernah salahkan Tuhan atau menuntut Tuhan.
Saat ini, mayoritas manusia berkubang dalam dosa, karena
konsisten mengabaikan tuntunan kebenaran dan keselamatan dari Diri
Sejati. Manusia kemudian menanggung dosa individu sekaligus dosa
kolektif. Maka mayoritas manusia terjerat roda samsara.
Di berbagai era, datang Avatar atau Juru Selamat. Mereka
memandu manusia untuk menebus dosa individunya lewat laku
keheningan, dan dengan kebajikan diri yang ekstrim, mereka mereset
dosa kolektif, sehingga terjadi keselamatan massal. Tanpa itu,
lingkaran dosa dan derita manusia tak akan pernah terputus. Butuh
terobosan quantum untuk melampaui kebiasaan manusia yang terus
menumpuk dosa dan mencipta roda samsara yang tak berujung.
Dosa individu diselesaikan dengan laku keheningan plus
kerelaan menerima buah dari dosa itu (dalam bentuk penderitaan) dan
belajar darinya. Semakin sirna jejak dosa, semakin naik tingkat
kesadaran hingga datanglah kehidupan sorgawi (dalam skala terbaru,
itu dicapai di loc 500 yang stabil). Sementara itu, seorang Avatar, jelas

!290 SUWUNG - The Science of Truth


Misteri Dosa

adalah pribadi tercerahkan, telah terbebas dari segala bentuk jejak


dosa. Jiwanya murni, kasihnya berlimpah.
Tingkat kesadarannya supertinggi, kebajikannya sangat ekstrim,
sehingga tingkat kejernihan karma kolektif satu bangsa maupun umat
manusia bisa naik drastis, sehingga terjadi keselamatan, tanpa
mengabaikan tegaknya keadilan bagi para durjana.


Setyo Hajar Dewantoro !291


14
BEBAS DARI DOSA

Saya sudah sering jelaskan parameter dari orang tercerahkan


(enlightened). Satu hal saya garis bawahi: tidak ada orang tercerahkan
yang masih punya jejak dosa. Mereka yang tercerahkan, indikatornya
LoC (Level of Consciousness) minimal 500 dan jiwanya mencapai
dimensi 12 ke atas, niscaya pernah berbuat dosa tapi itu semua telah
tuntas ditebus di dalam keheningan yang konsisten.
Saat ini dibumi ini jelas ada beberapa orang tercerahkan. Mereka
telah bebas dari dosa, tubuh karmanya jernih 100%, dan tentunya
mereka telah merasakan kehidupan surgawi di sini, saat ini. Tentu saja
selama hidup dengan raga di bumi ini, siapapun bisa terjatuh ke dalam
belengu dosa jika tidak eling waspada. Untuk tetap bebas dari dosa
siapapun memang harus berupaya keras tetap hening penuh,
terhubung selaras dengan Diri Sejati, setia penuh kepadaNya dalam
setiap gerak pikiran, kata- kata dan tindakan.
Siapapun yang tekun hening, konsisten hidup dalam keselarasan
dengan kehendak Gusti yang muncul dari relung hati, bisa menjaga
diri dari prasangka/ilusi, watak egoistik dan jeratan dark force, tentu
saja menjadi terbebas dari dosa. Meski orang lain menganggap dia
halu, penipu, amoral, dan semacamnya.
Semesta punya perhitungan tersendiri yang beda dengan asumsi
para manusia yang mengandalkan prasangka dan suka nyinyir. Justru
jiwa mereka semakin lama menjadi semakin murni laksana berlian
yang terus digosok. Pada diri mereka semakin tumbuh benih
Bebas Dari Dosa

keilahian, semakin tinggi LoC dan dimensi yang dicapai hingga


mencapai tataran Avatar/Kristus/Buddha/Insan Kamil.
Kita tak bisa mendeteksi seseorang penuh dosa atau bebas dosa
dari sekadar kata-kata dan tindakan yang tampak di permukaan.
Banyak orang yang dihormati dan sering bicara pelan, dosanya paling
banyak di satu negara. Tak sedikit orang yang dianggap spiritualis/
guru spiritual/orang suci, eh....dosanya bejibun karena selama ini
menikmati kepalsuan.
Orang yang hanya mengandalkan panca indera bahkan juga
pineal gland/mata ketiga, pasti gampang tertipu. Hanya yang hatinya
murni dan mendayagunakan rasa sejati yang bisa membaca kebenaran
tentang dosa berdasarkan vibrasi seseorang.
Secara pribadi Anda bisa menyelami sejauh mana Anda masih
terjerat dosa, dengan kejujuran pada diri sendiri: sejauh mana Anda
konsisten merasakan bahagia dari dalam diri, sejauh mana hidup ini
bebas dari masalah/penderitaan.
Jika hidup Anda sudah semakin konsisten bahagia dan damai
surgawi, itu artinya Anda semakin bebas dari dosa.


Setyo Hajar Dewantoro !293


PENUTUP
Para pembaca yang saya kasihi. Anda telah membaca rajutan
aksara yang memaparkan kesadaran murni. Anda telah dibawa untuk
menyelami dasar-dasar dari kebenaran sejati. Maka selanjutnya Anda
yang menentukan apakah Anda betul-betul mengalami transformasi
atau tidak. Transformasi menuju hidup surgawi hanya terjadi saat
Anda tekun menjalani laku keheningan.
Inti dari berspiritual memang menjalani keheningan kapanpun
dimanapun, agar disadari penuh keterhubungan dengan Diri Sejati
dan dengan cara itu jiwa raga dimurnikan. Hanya manusia yang telah
mencapai kemurnian yang bisa mengalami kebahagiaan secara
konstan, tidak terjebak pusaran dualitas. Siapapun bisa mengalami
kebahagiaan yang konstan asal mau benar-benar melatih kemampuan
hening, tekun meresapi setiap tarikan dan hembusan nafas.
Teruslah bertumbuh. Jalani segenap proses dalam kesukacitaan.
Upaya yang sungguh-sungguh pasti membawa hasil. Ketulusan yang
berpadu dengan ketekunan dan sikap pantang menyerah dalam
memurnikan jiwa raga pasti membuahkan hidup surgawi.
Bebas Dari Dosa

Setyo Hajar Dewantoro !295


Bagian Keempat: Permata Kebijaksanaan

!296 SUWUNG - The Science of Truth

Anda mungkin juga menyukai