SUWUNG
The Science of Truth
Diterbitkan oleh :
CV. Mahadaya Nusantara (Penerbit Mahadaya)
Permata Regency D37
Jalan Haji Keliek Srengseng Kecamatan Kembangan DKI 11630
Email: cv.mahadayanusantara@gmail.com
Tetapi soal cepat atau lambat, dan bagaimana intensitas serta kualitas
pertemuan itu, tergantung pada laku yang telah dijalani. Sebenarnya
juga, Sang Dewa Ruci selalu menyampaikan pesanNya kepada setiap
manusia, tapi tidak setiap orang menyadarinya atau bisa menangkap
pesan itu. Karena pikiran ragawinya belum terhubung dengan rasa
sejatinya. Dan tidak setiap orang yang menangkap pesan itu
kemudian, dengan penuh kesadaran menjalankannya. Sebagian malah
menyangkal pesan itu karena dianggap tidak selaras dengan penalaran
ragawinya.
Buku ini hendak membabarkan metoda spiritual menuju
kesadaran spiritual yang tertinggi, sekaligus menyingkapkan apa yang
ditemukan tentang realitas diri, jagad raya dan Tuhan, saat manusia
menyelami keheningan. Meski jalan hidup kita pastilah berbeda dan
setiap pribadi punya cerita unik ketika menyelami samudera
kehidupannya masing-masing, tentu ada formula yang bisa menjadi
acuan bersama. Formula itulah yang dijelaskan dengan gamblang di
buku ini.
PENDAHULUAN ...................................................................... vi
Bagian Pertama
MENYINGKAP RAHASIA JAGAD RAYA .................................1
1. Jagad Raya Tanpa Batas ........................................................2
Big Bang ......................................................................................... 7
Adakah Sosok Pencipta? ............................................................12
2. Matriks Keberadaan .............................................................20
Dimensi Bawah ...........................................................................22
Dimensi Jiwa Gentayangan ....................................................... 26
Dimensi Manusia/Alam Tengah/Jagad Material ...................27
Dimensi Penantian......................................................................28
Dimensi Cahaya .......................................................................... 30
Dimensi yang Lebih Tinggi ....................................................... 31
3. Kehidupan Tak Hanya Ada Di Bumi ...................................35
Temuan Saintis ............................................................................36
Kedatangan Alien di Bumi ........................................................ 38
Bangunan Purba Kreasi Alien ...................................................41
Alien di Masa Modern................................................................ 44
Daftar Isi
Bagian Kedua
MENYINGKAP RAHASIA JIWA .............................................65
1. Asal-Usul Jiwa ......................................................................66
Proses Terbentuknya Jiwa .........................................................68
Jiwa Manusia................................................................................ 69
Evolusi Jiwa .................................................................................72
2. Pembelajaran Jiwa Di Bumi ................................................74
Mengapa Manusia Ada............................................................... 74
Latar Kelahiran Manusia di Bumi............................................. 79
Cara Jiwa Belajar .........................................................................81
Data Jiwa ......................................................................................83
Contoh Jejak dari Masa Lalu ..................................................... 85
3. Misi Jiwa ...............................................................................88
Melampaui Ikatan Tumimbal Lahir di Bumi .......................... 89
Menuju Paripurna dan Menjadi Pekerja Cahaya ....................93
Bagian Ketiga
LAKU SPIRITUAL ................................................................... 128
1. Tujuan Pembelajaran Spiritual ..........................................129
Kesempurnaan Jiwa ..................................................................131
Pencerahan................................................................................. 132
Pertumbuhan Energi ................................................................133
Kedamaian yang Konstan ....................................................... 134
Mengalami Sangkan Paraning Dumadi ................................. 135
Bagian Keempat
PERMATA KEBIJAKSANAAN ...............................................229
1. Adakah Cara Lain Mencapai Pencerahan Selain
Hening?..............................................................................230
2. Jangan Mengatur-Atur Nafas .............................................233
3. Menggembala Pikiran ........................................................236
4. Pertanda Kemajuan Spiritual .............................................238
Bedanya Hening dan Melamun .............................................. 239
Prasangka, Ilusi dan Halusinasi .............................................. 241
Bedanya Suara Ego, Hati Nurani dan Suara Tuhan ............ 243
Tips Agar Tak Keliru Jalan...................................................... 244
Bagian Pertama
MENYINGKAP RAHASIA
JAGAD RAYA
1
JAGAD RAYA TANPA BATAS
1 Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-44953287
2 Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Galaxy
Jagad Raya Tanpa Batas
Para pelaksana riset ini tetap menduga masih ada galaksi yang
belum teridentifikasi sehingga melakukan riset lanjutan. Untuk bisa
mengetahui ada berapa banyak galaksi yang tak terlihat, para
astronom mengamati galaksi terdekat untuk mengetahui
kecemerlangannya. Informasi ini kemudian diaplikasikan pada galaksi
yang ditemukan mulai dari galaksi yang massanya 10 miliar massa
Matahari sampai yang paling kecil yakni 1 miliar massa Matahari. Jika
3Sumber: http://nationalgeographic.grid.id/read/13307405/berapa-banyak-galaksi-
yang-ada-di-alam-semesta?page=all
wajah Mahatma Gandhi di Mars yang ternyata citra gunung). Jadi kami
berhati-hati dalam melihat data, seberapa mungkin tanda tabrakan ini
cuma kebetulan," kata Daniel Mortlock, ilmuwan UCL yang terlibat
penelitian ini. Mortlock mengatakan, dengan mengembangkan metode
untuk mendeteksi tabrakan, teori bahwa dunia terdiri atas banyak
semesta bisa dibuktikan atau dibantah. Selama ini, beberapa klaim
penemuan jejak tabrakan antar semesta ada, tapi belum bisa dipastikan
bahwa jejak yang dimaksud adalah hasil tabrakan atau hanya noise
dalam data.
Seperti dikutip Physorg, Rabu (3/8/2011), Stephen Feeney,
pelajar UCL yang terlibat penelitian itu mengungkapkan, "Penelitian ini
memberikan kesempatan untuk membuktikan teori yang benar-benar
mengejutkan, bahwa kita ada dalam dunia yang multiverse, di mana
semesta lain juga eksis di dalamnya."4‑
4Sumber: https://sains.kompas.com/read/2011/08/07/13121482/
Bukti.Alam.Semesta.Lebih.dari.Satu
Big Bang
Mari sadari bersama, bahwa pada permulaannya tidak ada apa-
apa. Yang ada hanyalah kekosongan absolut: tak ada benda, rupa dan
bentuk apapun, juga tak ada cahaya. Kekosongan menjadi keberadaan
tunggal dengan tanpa batasan. Sebuah universe yang tersusun dari
trilyunan galaksi, merupakan bagian dari dan terliputi oleh
kekosongan yang tanpa batas ini. Pertanyaannya, bagaimana universe
ini terbentuk? Bagaimana proses pembentukan galaksi-galaksi dan
planet/bintang yang menjadi penghuninya?
Dalam kacamata sains, universe terbentuk melalui satu peristiwa
yang dinamakan Big Bang (Dentuman Besar, atau Dentuman Agung).
Teori Big Bang menjelaskan bahwa Universe yang sekarang bisa
diketahui, jika ditarik mundur mengikuti garis waktu, akan membawa
kita pada Titik Nol: satu permulaan ketika yang ada hanyalah benih
keberadaan yang tunggal. Cara pandang ini mirip dengan jika kita
5Sumber: https://www.ilmusiana.com/2016/04/teori-big-bang-tentang-alam-
semesta.html
6 Sumber: https://cosmology.carnegiescience.edu/timeline/1964
sebagai titik awal bagi ilmu kosmologi sebagai ilmu presisi (precision
science).7
Dilandasi temuan-temuan yang memperkuat Teori Big Bang,
maka teori ini dianggap sebagai penjelasan yang paling akurat
mengenai kejadian jagad raya (yang kita tempati ini, dimana Bumi
merupakan satu bagian darinya). Jika merujuk kepada penyingkapan
secara spiritual, bisa dikonfirmasi temuan yang sama: bahwa jagad
raya yang kita tempati ini memang bermula dari satu dentuman agung
– dan itu terjadi sekitar 13,7 milyar tahun silam. Untuk menjadi jagad
raya yang kita lihat atau ketahui seperti saat ini, banyak proses yang
telah terjadi dalam rentang waktu milyaran tahun.
Secara lebih detail, proses hingga terbentuknya jagad raya yang
kita kenal sekarang ini bedasarkan Teori Big Bang, diungkapkan oleh
Wikipedia sebagai berikut:
“Kira-kira 10−37 detik setelah, pengembangan transisi fase
menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam semesta mengembang
secara eksponensial. Setelah inflasi berhenti, alam semesta terdiri dari
plasma kuark-gluonbeserta partikel-partikel elementer lainnya.
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan
gerak partikel mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan
segala jenis partikel terus menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai
dengan suatu waktu, reaksi yang tak diketahui yang disebut bariogenesis
melanggar kekekalan jumlah barion dan menyebabkan jumlah kuark
dan leptonlebih banyak daripada antikuark dan antilepton sebesar satu
per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi antimateri pada
alam semesta.
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam
semesta terus menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun.
Transisi fase perusakan simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan
parameter- parameter partikel elementer berada dalam kondisi yang sama
7 Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/George_Smoot
Tak hanya ada satu dentuman agung (Big Bang), juga tidak
hanya ada satu Semesta/Universe. Demikian yang bisa saya mengerti
berdasarkan penyelaman realitas menggunakan rasa sejati. 13,7 milyar
tahun yang lalu sebagai masa kejadian dentuman agung yang memulai
proses terbentuknya Universe yang kita tempati ini, dengan demikian
bukanlah permulaan waktu yang absolut. Ini hanya satu permulaan
waktu relatif yang dikaitkan dengan mulai terbentuknya ruang berupa
sekumpulan galaksi yang di dalamnya terdapat galaksi yang kita huni.
Sebelum dentuman agung 13,7 milyar lalu, ada dentuman agung
lainnya dalam jumlah yang tak terbatas, tak terjangkau. Maka, tak
mungkin bisa dinyatakan kapan titik 0 dari waktu secara absolut.
Untuk bisa mengerti realitas ini secara lebih utuh, mari kita
samakan dulu persepsi kita termasuk terminologi yang kita pakai.
Pertama-tama, perlu kita mengerti bahwa Semesta/Universe adalah
keberadaan yang punya batasan, maka ruang dan waktu menjadi
relevan di sana. Ada titik permulaan dari segi waktu, sekaligus ada
batasan dari segi ruang, itu yang membuat satu Semesta/Universe bisa
teridentifikasi. Semesta/Universe ini adalah kumpulan dari galaksi-
galaksi, sementara galaksi-galaksi mengandung gugusan bintang-
bintang/planet. Karena tersusun dari struktur materi yang mengalami
fase permulaan transisi atau transformasi dari energi, maka Semesta/
Universe ini punya tepian secara ruang, dan punya permulaan secara
waktu.
Seiring dengan keberadaan Semesta/Universe yang lebih dari
satu (multiverse) maka perlu diungkapkan lagi bahwa Jagad Raya/
Omniverse adalah gabungan dari Multiverse yang juga merupakan
gabungan dari Universe. Sehingga pada saat ini, dengan segala
kerendahan hati kita mesti menyatakan, tidak tahu berapa jumlah
Semesta/Universe yang ada di Jagad Raya ini, dan tak tahu kapan
permulaan waktu terbentuknya Jagad Raya ini. Dan, kita juga bisa
ungkapkan bahwa di balik keberadaan Jagad Raya sebagai satu
SUWUNG/KEKOSONGAN ABSOLUT
ENERGI/KECERDASAN/KESADARAN MURNI
Dimensi Bawah
Di Planet Bumi maupun di planet-planet lain, terdapat dimensi-
dimensi keberadaan yang menjadi terkait dengan entitas- entitas
berkesadaran rendah. Yang paling rendah adalah dimensi yang secara
sederhana dapat kita juluki sebagai “Neraka”. Ini adalah tempat bagi
jiwa-jiwa yang melakukan pelanggaran hukum kasih dalam skala
sangat berat. Jiwa-jiwa ini membuat tubuh karmanya menjadi benar-
benar hitam legam karena berisi tumpukan jejak atau noda energi
hitam dari berbagai perbuatan yang tak selaras. Dikaitkan dengan
dimensi fisik dari Bumi, “neraka” ini dekat berada satu ruang dengan
sumber magma bumi yang sangat panas. Sejauh saya bisa mengerti
lewat menyelami keheningan, ada orang-orang tertentu yang memang
8 Sumber: https://www.accesstoinsight.org/ptf/dhamma/sagga/loka.html
masuk ke dimensi ini. Sebagai contoh adalah pelaku bom massal yang
memakan korban ratusan orang; mereka melakukannya atas dasar
kepercayaan tertentu bahwa itu merupakan tindakan yang membawa
kepada kehidupan surgawi. Ilusi pikiran yang parah yang
menimbulkan kesombongan relijius, plus rasa sakit yang diderita para
korban, terekam di dalam tubuh karma mereka dan membuat tubuh
karma itu menjadi hitam legam. Sesuai dengan hukum timbal balik,
merekapun tertarik ke dimensi keberadaan yang paling bawah dengan
tingkat penderitaan maksimal. Dan secara faktual, cukup sulit
mengangkat jiwa-jiwa seperti ini naik ke dimensi yang lebih tinggi.
Benar-benar harus menunggu “waktu pembelajaran” bagi mereka
tuntas.
terjerat dengan penghuni dimensi 2. Dan saat jiwa mereka lepas dari
tubuh, maka akan terjerat di dimensi ini.
Nah, yang kemudian hendak saya ungkap adalah, ada kalanya
jiwa yang semula hidup sebagai manusia lalu masuk ke dimensi ini, di
kehidupan berikutnya bisa turun derajat dan menjadi hewan. Dalam
beberapa kasus yang saya temui, ada jiwa-jiwa manusia yang harus
belajar kehidupan dengan menjadi anjing. Dalam sebuah retret di
Umajero Bali, ada pengalaman unik saat salah satu anjing yang
dipelihara tuan rumah mendekati saya lalu mengajak berkomunikasi
menggunakan rasa. Anjing itu betul-betul memelas minta diberkati
sembari meneteskan air mata. Dia betul-betul ingin diberkati agar
kembali naik ke alam manusia, dan dibantu terbebas dari jeratan
kesalahan yang diperbuat di kehidupan sebelumnya.
Dimensi bawah berikutnya yaitu dimensi 3 adalah dimensi yang
dihuni oleh para makhluk astral seperti jin, genderuwo, leak dan
celuluk. Kesadaran mereka secara rata-rata lebih tinggi ketimbang
penghuni dimensi 2.
Para makhluk astral penghuni dimensi 2-3 ini bisa saja punya
kecerdasan tinggi yang diterapkan lewat tipu muslihat yang sangat
lihai, juga dimungkinkan punya kekuatan supranatural tinggi, namun
keadaan dasarnya adalah mereka sangat tidak terbimbing oleh
Kesadaran Murni atau Sang Diri Sejati. Maka tindakan mereka
cenderung mencerminkan keangkaramurkaan dan membawa
kerusakan. Saya juga menemukan bahwa di antara mereka ini ada yang
kemudian terlahir sebagai manusia, dan membawa watak
ketidaksadarannya sehingga membuat Bumi penuh angkara murka.
Mereka sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk mengalami
peningkatan kesadaran dengan menjadi manusia agar bisa mencapai
dimensi yang lebih tinggi (seperti dimensi cahaya), tetapi pada
umumnya mereka memang memilih untuk mengabaikan peluang itu
dan cenderung mengumbar angkara murka. Selain itu, mereka juga
bisa memasuki kehidupan manusia melalui keberadaan portal energi
Dimensi Penantian
Dimensi Cahaya
asal dari segala materi yang sekarang kita kenali. Sementara itu,
dimensi 31 merepresentasikan Kekosongan Absolut, Sumber dari
segala energi dan materi. Inilah dimensi tertinggi yang bisa kita
ungkapkan. Apakah ada kemungkinan terdapat dimensi lain sehingga
jumlah dimensi sebenarnya bukan 31? Tentu saja kemungkinan itu
tetap terbuka. Karena jumlah 31 dimensi ini sekali lagi hanya
menunjukkan apa yang bisa dijangkau manusia menggunakan rasa
sejatinya ketika berada pada tingkat kesadaran tertentu. Pada dasarnya
Jagad Raya ini tanpa batas, maka demikianlah juga jika kita bicara
tentang dimensi yang ada, niscaya akan bertemu dengan
ketidakterbatasan juga. Saat kesadaran kita semakin bertumbuh, kita
niscaya bisa menyingkap realitas dimensi yang lebih banyak lagi. Tapi
bagi kita, penyingkapan 31 dimensi ini sudah lebih dari cukup untuk
menjadi acuan dalam memahami transformasi jiwa menuju kesadaran
multidimensi, termasuk untuk mengetahui dimensi tertinggi yang bisa
dicapai manusia dalam kaitannya dengan perjalanan jiwa menuju
kesempurnaan.
Adakah orang yang kesadarannya bisa mencapai dimensi 28-
31? Tentu saja ada. Mereka yang telah mencapai kesadaran paripurna
(Loc 1000 skala SHD), dengan tingkat kejernihan tubuh karma dan
tubuh pengetahuan100 persen, 12 cakra (7 cakra tubuh dan 5 cakra di
luar tubuh/langit) dan 12 Untai DNA teraktivasi sempurna, dan
tubuh telah mengalami transformasi menjadi Tubuh yang
Omnipresent (12D), setelah jiwa terlepas dari tubuh akan memasuki
dimensi tertinggi, mengalami Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi/
Moksha/Nibanna.
Saat ini, adalah momen yang istimewa bagi siapapun yang
berkehendak mencapai kesempurnaan jiwa dan mengalami Bali
Marang Sangkan Paraning Dumadi/Moksha/Nibanna. Melalui
ketekunan dalam laku yang berpadu dengan ketulusan, plus
bimbingan dari mereka yang telah mencapai puncak kesadaran,
dimungkinkan banyak jiwa yang ada di bumi mengalami loncatan
kesadaran hingga ke titik yang tertinggi. Ini selaras dengan gerak bumi
sendiri yang tengah berevolusi menuju dimensi yang lebih tinggi.
Temuan Saintis
Dari sudut pandang Sains, memang belum ada jawaban yang
tegas tentang keberadaan penghuni planet dan galaksi lain. Tetapi
banyak ungkapan tersamar yang mengindikasikan benarnya hipotesa
bahwa kehidupan bukan hanya ada di Bumi, dan bahwa di planet
galaksi lain juga ada entitas yang cerdas. Dalam temuan NASA, ada
banyak planet yang mengandung air, di antaranya adalah Pluto,
Ganymede, Callisto, Eris, Sedna, Rhea, Triton, Oberon dan
sebagainya. Keberadaan air tentu menjadi penanda adanya kehidupan
organik sebagaimana yang ada di Bumi.
Kemudian, diberitakan juga bahwa Teleskop Kepler
menemukan beberapa planet di luar tata surya itu sangat mirip dengan
bumi, kemungkinan terdapat kehidupan di atasnya, dan berencana
untuk mengamati ribuan planet yang diduga sebagai planet terrestrial
(planet mirip bumi). Salah satu di antaranya adalah Planet Kepler 42b
(Bumi 2.0). Planet itu terletak berada di konstelasi Cygnus yang
jauhnya lebih dari 1,400 tahun cahaya dari bumi, dan sekitar 60% jauh
lebih besar dari Bumi, waktu yang dibutuhkan Kepler-452b untuk
mengorbit bintangnya (waktu 1 tahun) adalah 385 hari. Jumlah itu
tidak berbeda jauh dengan waktu 1 tahun di bumi yang berisi 365
hari.9
Kemudian, dengan metode perhitungan peradaban luar bumi-
Drake equation atau persamaan Drake yang dikemukakan pada 1960
oleh astronom Frank Drake, bisa diprediksi jumlah peradaban cerdas
baik di dalam maupun di luar galaksi yang mungkin berhubungan
dengan kita. Secara lebih jelas, dalam rumus ini: N=R*(Fp)(Ne)
(Fl)(Fi)(Fc)L, N merepresentatifkan jumlah peradaban di dalam
galaksi yang mungkin berhubungan dengan kita”, R* adalah
“kecepatan pembentukan bintang di dalam galaksi”, sedangkan Fp
adalah “kemungkinan adanya planet pada bintang”, dan Ne adalah
“jumlah rata-rata planet yang terletak dalam lingkup yang cocok untuk
ekologi”, sementara Fl merepresentatifkan kemungkinan adanya
kehidupan yang dikembangkan dari planet-planet terkait di atas”, dan
fi adalah “kemungkinan mengevolusikan makhluk berintelegensi
tinggi”, sedangkan Fc adalah “kemungkinan makhluk cerdas mampu
melakukan kontak/komunikasi”, dan L merepresentasikan harapan
hidup dari peradaban cerdas.10
Terdapat juga berita tentang hasil penelitian di Planet Venus.
Seorang ilmuwan dari Pusat Penelitian Antariksa Rusia, Leonid
Ksanfomaliti mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisisnya pada
citra tangkapan wahana antariksa Venera-13 yang menjalankan
misinya pada 1982 silam, ada bukti kehidupan di Venus. Tanda
kehidupan yang dimaksudnya berupa obyek piringan, sayap hitam
kecil, dan obyek berbentuk kepiting. “Semua obyek tersebut muncul,
10Tentang persamaan Frank Drake ini, bisa ditelusuri lebih lanjut di banyak situs, antara lain
https://www.space.com/25219-drake-equation.html
11Sumber: http://www.erabaru.net/2017/01/24/ilmuwan-meyakini-ada-kehidupan-
di-venus/
12Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150408073438-199-44959/
nasa-ada-kehidupan-lain-di-luar-bumi
13 Dalam Tablet Sumeria juga dijelaskan sebagai berikut: “Enki-lah yang menjadi biological
designer, bertanggung jawab menyilangkan DNA manusia dengan DNA ‘Dewa’. Tujuannya,
berdasarkan tablet-tablet tersebut rupanya Annunaki ingin menciptakan ras pekerja/budak
yang dapat bekerja mengeksploitasi kekayaan bumi untuk mereka. Sebelum adanya ras
pekerja itu, kaum Annunaki harus mengerjakan semuanya sendiri. Para pekerja itulah yang
membangun piramid dan Sphinx (dengan kepala singa, sebelum penduduk Mesir mengganti
kepala Sphinx yang hancur akibat banjir besar dengan wajah Pharaoh pada sekitar 3000 SM).”
Sumber:
https://kriyayoganusantara.wordpress.com/2018/01/11/anunnaki-dan-asal-usul-
penciptaan-manusia/. Lebih jauh, bisa dipelajari materi-materi di web resmi Zecharia
Sitchin, http://www.sitchin.com/.
14Sumber: https://www.vice.com/id_id/article/vvknpm/pakar-ufo-menampilkan-
bukti-bukti-paling-meyakinkan-kedatangan-alien-di-bumi. Lebih detail bisa dipelajari
data yang ada di situs berikut: http://www.nuforc.org/.
kemudian kami menjadi tahu, ada yang bisa dinamakan sebagai dark
alien karena mereka senang mengumbar angkara murka, mereka
datang ke bumi untuk sebuah invasi. Sementara ada juga light alien,
yaitu alien yang punya kesadaran luhur dan datang ke Bumi untuk
menawarkan persahabatan dan dukungan guna meningkatkan kualitas
kehidupan di Bumi.
terkait dengan tabrakan yang terjadi antara Bumi yang masih berusia
muda dengan benda angkasa. Akibat tabrakan ini, mantel dan kerak
bumi terlontar ke luar angkasa dan membentuk bulan yang kita kenal
sekarang. Intinya, butuh proses panjang hingga Bumi bisa menjadi
planet yang nyaman ditempati dengan atmosfer yang menyediakan
banyak oksigen, permukaan yang dihiasi hutan lebat dan menyediakan
banyak air jernih.
Dalam kacamata sains, kehidupan pertama di Bumi dinyatakan
terjadi karena terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan senyawa
sederhana, termasuk nukleo basa dan asam amino yang merupakan
unsur utama penyusun keberadaan yang hidup. Lebih teknis,
nukleobasa dan asam amino bisa terbentuk dari lingkungan air,
metana, amonia dan hidrogen dengan bantuan terpaan energi dari
petir. Ini merujuk pada hasil eksperimen di laboratorium yang
dilakukan oleh Stanley Miller dan Harold Urey. Tetapi, diduga juga
bahwa kehidupan di Planet Bumi terjadi akibat ada molekul organik
yang terbawa oleh serpihan benda angkasa yang menabrak bumi.
Setelah kehidupan pertama terbentuk dengan dua kemungkinan tadi,
tahap berikutnya kehidupan berkembang melalui: pertama, replikasi
diri – kemampuan menghasilkan keturunan yang mirip dirinya sendiri;
kedua, metabolisme – kemampuan memberi makan dan memperbaiki
diri sendiri; dan ketiga, membran sel eksternal – yang memungkinkan
makanan masuk dan limbah terbuang keluar. Sistem yang
memungkinkan ter jadinya per tumbuhkembang an dan
perkembangbiakan ini kemudian direkam di dalam DNA.
Dinamika Bumi
Keberadaan di bumi baik yang unisel maupun multisel, terus
mengalami diversifikasi: semakin bertambah banyak dan beragam Saat
yang sama, secara fisik Bumi juga terus berubah, termasuk dalam
kaitannya dengan dampak pengaruh benda semesta lain seperti
Matahari. Matahari punya proses evolusinya sendiri dan mengalami
ada kaitannya dengan Lucifer yang asli. Lucifer menjadi korban fitnah
yang keji sebagaimana KRK di Indonesia.
dalamnya, seperti sungai, danau, lautan, mata air, hutan, gunung, bisa
dirusak oleh manusia. Para danyang ini memang bukan eksekutor
untuk menghukum langsung manusia atas perbuatan destruktif
mereka. Yang sering terjadi mereka sebatas memberi peringatan agar
manusia tidak bersikap sembarangan karena itu bisa merugikan
manusia sendiri. Tapi jika manusia memilih untuk mengabaikan
peringatan ini ya tetap bisa, dengan resiko pada akhirnya, terjadi
penyelarasan secara massif oleh Bumi melalui bencana dalam
berbagai bentuknya.
Sejauh saya mengerti, mereka yang menjadi para danyang,
tingkat kesadarannya relatif bagus, jiwa mereka mepresentasikan
kebajikan dan kewelasasihan meski belum tererahkan secara spiritual
Tetapi, manusia bisa membantu menaikkan level kesadaran mereka.
Saat ini, pada umumnya danyang yang bekerja di berbagai tempat di
Nusantara, telah mengalami peningkatan kesadaran cukup signifikan,
dan ini pasti akan berpengaruh konstruktif terhadap upaya
penyelamatan bumi dan peningkatan kesadaran manusia secara
kolektif.
Dikaitkan dengan dimensi, para Danyang ini hidup dimensi
9-11. Mereka tetap ada di Bumi tetapi pada dimensi yang lebih tinggi
atau lebih halus kepenjalan (density)nya.
Evolusi Bumi
Selama milyaran tahun, Bumi berevolusi sehingga menjadi
Planet yang nyaman dihuni oleh manusia dan berbagai makhluk
lainnya. Setelah melewati berbagai fase perubahan besar yang
mendorong kepunahan sebagian penghuninya, Bumi semakin
memasuki fase stabilitas. Maka, dalam perspektif pembelajaran bagi
jiwa, Bumi menjadi salah satu tujuan favorit bagi jiwa-jiwa untuk
belajar bertumbuh bahkan meraih loncatan quantum kesadaran. Bisa
ditangkap, bahwa Bumi ada dalam satu rancangan agung untuk
menjadi “sekolah utama” bagi jiwa yang sedang berevolusi menuju
kesempurnaan.
Saat ini, sejauh saya mengerti melalui penyelaman keheningan,
Bumi tengah melanjutkan evolusinya. Evolusi kali ini mengarahkan
Bumi menjadi semakin spiritual. Bumi tengah bergerak naik secara
vibrasi, bergeser dari keadaannya sebagai Planet 3D menuju 5D. Ini
adalah tentang merealisasikan potensi Bumi menjadi tempat surgawi,
tempat yang penuh cahaya bagi jiwa-jiwa yang berkesadaran cahaya.
Jika kita tinjau sejauh mana evolusi ini telah berjalan, saya bisa katakan
bahwa saat ini Bumi ada di titik pertengahan menuju 4D, setelah
sampai 4D baru bergerak lagi ke 5D. Dan ini tampaknya akan
memakan waktu puluhan tahun.
Apa makna dari perubahan ini? Apakah Bumi kemudian
kehilangan karakter fisikalnya sehingga menjadi planet eterik? Apakah
Bumi akan tak bisa lagi dilihat dengan pendekatan inderawi karena
sudah bergeser frekuensi vibrasinya? Apakah juga, para penghuninya
Bagian Kedua
MENYINGKAP RAHASIA
JIWA
1
ASAL-USUL JIWA
Jiwa Manusia
Jiwa adalah entitas berkesadaran dengan keunikan karakter.
Meski semua Jiwa adalah manifestasi dari Sang Sumber Hidup, tapi
masing-masingnya merupakan satu pribadi atau individu yang
berbeda. Yang hendak kita bicarakan berikutnya adalah proses
pembentukan jiwa manusia. Sejauh bisa ditelusuri, dari sekitar 7,5
Evolusi Jiwa
Proses evolusi yang telah dijalani jiwa manusia, termasuk
kejelasan dari mana asal muasal keberadaannya, menentukan karakter
dan tingkat kesadaran mereka pada kehidupan terkini. Mereka yang
pada mulanya adalah penghuni dimensi kasanghyangan/kadewatan,
memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mendalami spiritualitas
yang berorientasi pada pemurnian jiwa. Sebaliknya, manusia dengan
jiwa perdana berada pada level kesadaran yang rendah (baik hasil
lingkaran suka dan duka. Namun ada sebagian jiwa yang misinya
menjadi satu pilihan karena sebenarnya ada dimensi atau planet lain
yang mereka bisa pilih untuk belajar. Dan ada juga jiwa yang misinya
justru untuk mengajar kepada manusia lainnya, sehingga mereka rela
kembali untuk menjalani suka duka di Bumi karena rasa kasihnya
kepada sesama manusia.
Data Jiwa
Pada umumnya manusia tidak bisa mengingat perjalanan
jiwanya di masa lalu. Ini yang menjadi alasan sebagian besar orang
tidak begitu saja menerima realitas kelahiran kembali. Di samping ada
juga yang menolak reinkarnasi karena alasan teologis. Tidak semua
agama dengan tegas mewartakan bahwa jiwa tak hanya hidup sekali
tetapi terus mengalami kelahiran di berbagai tempat dan dimensi.
Bahkan sebagian teologi formal dari agama rumpun Semitik, menolak
teori kelahiran kembali atau reinkarnasi.
Saat manusia terlahir di Bumi dengan tubuh material, basis
kesadarannya terletak pada otak. Otak ini semacam mesin utama pada
manusia, bisa dianalogikan dengan himpunan dari processor, RAM
dan Hardisk pada komputer. Bayangkan manusia yang baru lahir
sebagai komputer baru. Maka semua perangkat ragawinya memang
baru, belum pernah dipergunakan. Termasuk otak sebagai harddisk,
tak ada data di sana. Sehingga manusia yang hanya memperhatikan
data pada komponen ragawinya pasti tidak bisa menemukan data jiwa
termasuk cerita segenap perjalanannya di berbagai kehidupan.
Tetapi, manusia bukan hanya punya tubuh ragawi. Manusia
memiliki tubuh halus yang membungkus jiwa, dan tubuh halus ini
berlapis-lapis. Setidaknya ada dua lapisan tubuh halus yang itu
membawa data jiwa: tubuh karma dan tubuh pengetahuan. Tubuh
karma merekam semua jejak perbuatan kita di masa lalu, sementara
tubuh pengetahuan merekam apa yang pernah kita pelajari di masa
lalu. Jejak karma buruk kita ada di tubuh karma, sementara pada
tubuh pengetahuan terdapat segenap kebijaksanaan dan pengetahuan
yang pernah kita miliki.
air lewat minuman, dan energi api lewat limpahan sinar matahari. Kita
semua jiwa-jiwa yang tengah berevolusi menuju kesempurnaan dan
belajar di Bumi, didukung dan diayomi oleh Sang Ibu Bumi – yang
dalam bahasa lain disebut sebagai Ibu Pertiwi, Mother of Earth atau
Mother Gaia. Maka, sewajarnya setiap jiwa ikut melestarikan
keindahan Planet Bumi yang menjadi tempat kehidupan dan
pembelajarannya sekaligus berterimakasih kepada Sang Ibu Bumi yang
telah menjalankan tugas pengayoman kepada semua penghuni Bumi.
Inilah arti dari Hamemayu Hayuning Bawana (memperindah jagat
yang sejatinya telah indah).
Karena kita hidup di bumi maka kita fokus memperindah bumi
yang sejatinya telah indah. Misi kita adalah tempat di mana Bumi bisa
menjadi tempat pembelajaran yang indah bagi jiwa-jiwa yang berhasrat
menemukan kesempurnaan jiwanya. Dan saat kita menemukan Bumi
yang telah penuh luka akibat angkara murka manusia yang lupa akan
misi jiwanya, maka tugas kitalah untuk memulihkan dan
menyembuhkan segenap luka itu.
Dalam bagian selanjutnya, mari kita bahas misi jiwa yang lebih
spesifik. Faktanya, karena setiap pribadi memang terlahir dengan latar
belakang berbeda, masing-masing punya misi spesifik yang perlu
diselesaikan.
4
REALITAS DIRI MANUSIA
Realitas Jiwa
Jiwa adalah Atman/Sukma Sejati/Roh Kudus yang sudah
mempribadi berbungkus lapisan tubuh halus (berbahan baku material
halus – partikel debu kosmik yang memendarkan cahaya). Jiwa sudah
punya keunikan, berbeda satu dengan lainnya. Pada titik ini Karakter
Ketuhanan sudah mulai ada pada wilayah keragaman. Ada jiwa yang
kesadarannya rendah ada jiwa yang kesadarannya luhur. Karakter
Ketuhanan menjadi sesuatu yang bersifat potensial, menjadi aktual
lewat laku. Jiwalah yang mengalami proses perjalanan dalam rupa
inkarnasi dan reinkarnasi. Jiwa berada dalam gelaran kehidupan,
menjalani lakon sesuai free willnya dan memetik suka duka sesuai
Diri Sejati
Satu ungkapan yang sering diungkapkan para pejalan spiritual
mengenai tujuan lakunya adalah "MENGENAL DIRI SEJATI".
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Diri Sejati? Ada dua
pengertian dari Diri Sejati:
Pengertian pertama: Esensi setiap diri, yaitu Sang Spirit/Atman/
Sukma Sejati/Roh Kudus. Inilah Sang Kehidupan yang menjadi dasar
seluruh keberadaan. Terminologi Diri Sejati menjelaskan bahwa setiap
pribadi pada dasarnya adalah emanasi/pengejawantahan dari Hyang
Suwung/Gusti/Tuhan. Sang tanpa batas itulah yang menjadi Sumber
Hidup sekaligus berperan sebagai Kecerdasan Tertinggi, Mahadaya
dan Kesadaran Murni di dalam diri. Pada dimensi inilah semua
manusia bahkan semua keberadaaan sejatinya satu: sebuah kesatuan
dalam cakupan kuasa ketuhanan yang tanpa batas. Bahwa kita
sejatinya adalah pengejawantahanNya, wajahNya yang nyata. Diri
Sejati dalam pengertian ini, bisa berperan sebagai penuntun agung
bagi setiap jiwa. Tuntunannya muncul saat kita memasuki keheningan.
Maka Ia bisa kita juluki juga sebagai Sang Guru Sejati.
Organ Tubuh
Organ tubuh luar seperti kaki dan tangan, adalah perangkat agar
jiwa bisa menjalankan peran sesuai talentanya. Dengan kakinya
manusia bisa melakukan mobilitas yang dinamis. Dengan tangannya
manusia bisa melakukan banyak hal termasuk membuat sesuatu.
Tentu ada manusia yang tidak memiliki tangan dan kaki sebagaimana
manusia pada umumnya. Fungsi tangan dan kaki bisa diganti oleh alat
bantu, atau oleh organ lain – seperti orang yang melukis dengan kaki
atau mulutnya karena tak memiliki tangan, dan orang berjalan dengan
kaki palsu atau kursi roda. Sementara itu organ-organ dalam semacam
jantung, paru-paru, limpa, dan lainnya, terkait dengan kebutuhan
manusia untuk bertahan hidup. Semua organ itu adalah organ vital
yang kesehatan dan optimalisasi dalam fungsinya sangat menentukan
apakah daya hidup atau nyawa tetap bisa mengalir atau tidak di dalam
diri manusia.
Panca Indera
Panca Indera adalah penghubung antara manusia dengan jagad
raya yang meliputinya. Jiwa yang telah menempati tubuh, dengan
matanya bisa melihat segala yang ada di jagad raya ini dalam batasan
kemampuan mata. Dengan telinganya ia bisa mendengar segala bunyi
dan suara yang ada di jagad raya ini, tentu dengan batasan
kemampuan dari telinga. Perluasan jangkauan bisa dilakukan dengan
alat bantu. Ada juga yang mengalami disfungsi pada mata dan telinga,
maka pada diri yang bersangkutan ada kompensasi berupa
peningkatan ketajaman pada panca indera yang lain. Panca indera lain
adalah hidung untuk membaui, lidah untuk mengecap, dan kulit untuk
merasa. Lewat persentuhan panca indera dengan segala yang ada di
jagad raya, ada data yang mengalir ke otak yang pada fase berikutnya
berkembang menjadi pengetahuan bagi setiap diri. Maka panca indera
adalah anugerah besar yang memungkinkan sang jiwa dengan tubuh
materialnya bisa mencerap dan mengetahui beragam hal yang ada di
jagad raya ini.
Pikiran
Tubuh manusia memiliki satu mesin yang sangat canggih, yang
menginspirasi teknologi komputer yang saat ini menjadi basis
pengembangan peradaban: otak. Otak menjadi basis perangkat
kesadaran ragawi manusia. Dengan otaknya manusia bisa memiliki
pikiran dengan rincian fungsi: observasi, pengertian, memori,
Kecerdasan Artistik
Manusia juga diberi anugerah berupa kecerdasan artistik yang
membuatnya bisa mengerti dan menikmati keindahan di jagad raya ini
baik dalam bentuk visual, audio maupun rasa. Kecerdasan jenis ini
muncul dari belahan otak kanan manusia. Kemampuan manusia
Perasaan
Perasaan atau emosi adalah fungsi yang terbentuk karena
keberadaan otak manusia. Sebagai kelanjutan dari fungsi otak dalam
mengerti dan mempersepsi sesuatu, maka ada suasana atau mood di
dalam diri yang terbentuk seiring dengan hormon apa yang terpicu
untuk keluar. Secara spesifik, berikut ini hormon-hormon yang terkait
dengan perasaan atau emosi seorang manusia:
• Dopamin
Ini adalah hormon yang terkait dengan rasa senang
manusia. Sebagian orang menggunakan obat kimia
tertentu untuk merangsang keluarnya hormon ini.
Tindakan seperti ini yang bisa menciptakan kondisi
abnormal pada dopamin, yang membuat seseorang tidak
bisa terhubung dengan realitas, delusi, dan kurangnya
emosi, sementara tingkat paling rendah dikaitkan dengan
perilaku adiktif serta pengambilan risiko.
• Noradrenalin
Hormon ini berhubungan dengan adrenalin dan
juga salah satu hormon stres yang mengkoordinasikan
dalam merespon sesuatu. Hal tersebut berada pada
banyak komponen fisik emosi, termasuk denyut jantung
yang meningkat, kewaspadaan, kognisi, dan perilaku
pengambilan keputusan.
• GABA
Gamma amino butyric acid (GABA) merupakan
hormon yang berfungsi mengurangi rasa grogi. Jika terjadi
peningkatan aktivitas GABA pada otak maka akan
mengurangi kecemasan dan stres.
• Serotonin
Pertama diakui karena kemampuannya untuk
menyempitkan pembuluh darah, serotonin secara luas
dikenal sebagai hormon kebahagiaan.
• Beta-endorphin
Endorfin mer upakan hor mon alami yang
diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap rasa sakit,
kegembiraan, dan saat olahraga. Beta-endorphin dapat
menjadi penghilang rasa sakit dan hadir pada saraf di otak
dan sumsum tulang belakang.
• Oksitosin
Hormon ini sering disebut sebagai hormon
kedekatan, hormon kepercayaan hormon, atau kadang-
kadang disebut hormon cinta. Meskipun penelitian ini
masih dalam proses, oksitosin diduga memainkanperan
penting dalam keintiman manusia, melahirkan, gairah
seksual, kepercayaan, dan ikatan pasangan.15 ‑
15Sumber: https://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains-trendtek/16/01/01/
o09vri368-6-hormon-yang-memengaruhi-mood-anda
16Source: https://www.merdeka.com/sehat/kenali-3-hormon-yang-berkaitan-
dengan-stres.html
Kelenjar Pineal
Manusia memiliki kelenjar pineal yang berada di antara belahan
otak kiri dan otak kanan. Di luar fungsi biologisnya untuk
menghasilkan hormon melatonin dan pinolin yang berkaitan dengan
pengaturan pigmentasi kulit, aktivitas seksual, pengaturan sel yang
sensitif pada cahaya dan beberapa fungsi lain18, bisa dibilang bahwa
‑
17Sumber: https://www.brilio.net/creator/inilah-hormon-hormon-yang-bekerja-
ketika-kamu-jatuh-cinta-121812.html
18 Sumber: https://dosenbiologi.com/manusia/kelenjar-pineal
yang utuh dan sebagian lainnya tidak? Jika dijawab, keadilan tidaklah
mesti sama karena pasti orang yang punya kekurangan di satu aspek
pasti punya kelebihan di aspek lain, tetap saja muncul pertanyaan,
“Mengapa itu terjadi pada orang tertentu dan bukan pada lainnya?
Apa pertimbanganNya? Apa yang menjadi dasark ketetapan itu?”
Segala jawaban tetap saja masih bisa dipertanyakan karena
mengandung titik lemah untuk dikritisi.
Sementara itu, mereka yang memegang prinsip reinkarnasi,
mengungkapkan bahwa semua kembali kepada karma pribadi. Bahwa
tindakan yang bersangkutan di masa lalulah yang membuatnya bisa
mengalami kasus tubuh yang tidak berfungsi utuh. Jadi, jika ada
seseorang hanya punya satu kaki/tangan atau bahkan tidak punya
kedua-duanya, maka itu adalah buah dari karma buruknya, karena
yang bersangkutan tergolong manusia jahat dalam kehidupan di masa
lalu. Ia harus membayar hutang karma dengan keadaan sekarang.
Demikian juga jika seseorang mengalami tuna netra, tuna rungu atau
down sindrom. Apakah benar seperti itu? Apakah pasti demikian
kauasalitas non-material yang melandasi kasus ketidakutuhan tubuh
seseorang?
Dari sudut pandang bahwa setiap orang sebenarnya memetik
buah lakunya sendiri, bahwa kita sendirilah yang menuliskan lakon
kehidupan kita sendiri, jawaban di atas tentu memiliki sisi kebenaran.
Tetapi itu belum mengungkapkan realitas secara tepat dan akurat.
Untuk bisa mendapatkan jawaban yang tepat, kita tidak bisa nggebyah
uyah atau melakukan generalisasi. Pencapaian kesadaran setiap orang
perlu dianalisa untuk melihat korelasinya dengan apa yang dialami
dalam kehidupan sekarang. Apakah seseorang yang tidak utuh
tubuhnya pada saat ini, pasti membawa tubuh karma yang gelap
karena merekam banyak tindakan kejahatan di masa lalu? Tidak mesti
begitu. Kita ambil contoh satu nama yang populer: Helen Keller.19 ‑
19Helen Adams Keller (lahir di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni 1880 – meninggal di Easton,
Connecticut, 1 Juni 1968 pada umur 87 tahun) adalah seorang penulis, aktivis politik dan
dosen Amerika. Ia menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of
Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah
[1]
hidupnya meraih 2 piala Oscar . Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya
The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille),
yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling
ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang
buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind danAmerican Foundation
for the Overseas Blind. Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Helen_Keller
6
KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
pasti dinyatakan tidak terbukti ada, alias tidak ada. Jika begitu
ceritanya, sampai kapanpun kehidupan setelah kematian akan tetap
menjadi misteri lalu menjadi ajang prasangka relijius. "Para tokoh
agama" kemudian akan berlomba menawarkan berita yang tak butuh
pembuktian hanya cukup dipercayai.
Untuk mengatasi dilema ini, maka pendekatan saintifik harus
diubah tidak hanya mengandalkan otak kiri, panca indra dan alat
bantu panca indra (mikroskop, teleskop, dsb). Pada titik ini para
ilmuwan harus membuka diri pada spiritualitas yang menawarkan dua
perangkat lain untuk dipergunakan dalam mengurai kenyataan: Pineal
gland (yang ada di tengah otak) dan Rasa Sejati (yang lokusnya di
pusat dada). Orang-orang yang menggunakan Pineal gland dan/atau
Rasa Sejati, pada umumnya bisa mengkonfirmasi bahwa cerita hidup
manusia tidak usai dengan adanya kematian. Tetapi realitasnya tidak
mesti sama dengan apa yang diungkapkan "para tokoh agama".
Keadaan jiwa yang telah lepas dari tubuh memang akan selaras
dengan capaian kesadaran aat kematian terjadi. Ada yang terjebak
duka sebagai proyeksi dari kesadarannya yang rendah: dimana yang
bersangkutan masih diwarnai Angkara murka berupa kebencian,
kemarahan, kekejaman, keserakahan, dan emosi/tindakan lain yang
destruktif. Dalan ini tiap orang hanya menarik apa yang selaras
dengan vibrasi yang dia pancarkan. Tidak ada Tuhan atau malaikat
yang menyiksa. Yang ada hanya bekerjanya hukum alam: hukum
sebab akibat, hukum tarik menarik.
Nah, mereka yang berkesadaran tinggi dengan jiwa yang murni,
dimana keberadaannya diliputi watak kasih, saat terjadi kematian
jiwanya akan masuk kepada alam kesukacitaan. Rasa sukacita di alam
ini sama saja dengan yang dirasa saat kita meditasi mendalam dan bisa
melampaui semua gejolak pikiran dan perasaan. Jadi, jangan
mengharapkan anda masuk surga dimana anda bisa bersetubuh tiada
henti dengan para bidadari. Jiwa-jiwa akan berada pada keadaan yang
spektrumnya sangat luas. Apa yang dicapai sang jiwa adalah murni
hasil laku pemurnian jiwa dan peningkatan kesadaran.
Bagian Ketiga
LAKU SPIRITUAL
1
TUJUAN PEMBELAJARAN SPIRITUAL
Lebih jauh, jiwa yang semula bisa tampil sebagai realitas yang
memendarkan cahaya murni, dengan dinamika hidup di bumi bisa
menjadi redup dan suram karena tertutup residu energi yang muncul
gejolak pikiran, emosi dan tindakan. Namun, saat yang sama, jiwa
yang hidup di bumi juga bisa berevolusi dan bertransformasi untuk
kembali menjadi jiwa murni. Lewat pembelajaran spiritual jiwa
dimurnikan dari segala distorsi yang membuatnya keruh, suram dan
gelap. Buah dari proses pemurnian ini adalah jiwa kembali kepada
tubuh cahaya yang memendarkan terang dan keindahan. Inilah fase
jiwa kembali ke alam cahaya. Lebih dari itu, saat Sang Jiwa terus
belajar hingga sadar penuh terhadap realitas kemenyatuan yang utuh
dengan Sang Sumber Hidup sebagai keberadaan yang tanpa batas,
kembalilah jiwa kepada esensinya atau bali marang sangkan paraning
dumadi.
Kesadaran manusia sesungguhnya merupakan cerminan atau
manifestasi dari keadaan jiwa. Apa yang diketahui atau dimengerti
Sang Jiwa, tergantung dari keadaannya apakah masih terikat erat
dengan tubuh fisiknya, atau sudah kembali menjadi entitas cahaya,
atau bahkan sudah melebur dengan Sang Sumber Hidup yang tanpa
batas. Dengan demikian kesadaran itu sesungguhnya bertingkat-
tingkat. Dan sejauh pengalaman saya, sebelum mencapai tahap
kemeleburan dengan Realitas Tanpa Batas, jiwa melampaui banyak
sekali tangga kesadaran.
Setiap tangga kesadaran sesungguhnya merepresentasikan
tingkat kemurnian jiwa dan derajat kemeleburan dengan Sang Sumber
Hidup. Pada setiap tangga kesadaran, kita bisa ketahui perbedaan
konfigurasi energi yang dipancarkan Sang Jiwa. Setiap pejalan spiritual
sewajarnya mengetahui berada di posisi mana. Lebih rinci, kita
sewajarnya mengetahui apakah perjalanan spiritual kita sesungguhnya
telah maju, stagnan atau malah mundur. Lebih memudahkan jika
Anda memiliki pembimbing yang bisa memberikan evaluasi secara
akurat dimana tingkat kesadaran kita, bagaimana kemurnian jiwa kita,
Kesempurnaan Jiwa
Selain mencapai kesadaran murni, tujuan dari pembelajaran
spiritual sering diungkapkan dengan bahasa lain tetapi sama esensinya:
meraih kesempurnaan jiwa. Apa yang dimaksud dengan jiwa yang
sempurna? Ia adalah jiwa kembali murni, sebagaimana asal mulanya
sebagai Roh Kudus/Kesadaran Murni yang mencerminkan
keberadaan dan kualitas dari Sang Sumber Hidup secara utuh. Inilah
yang disebut sebagai "bali marang sangkan paraning dumadi." Dibuat
analogi yang cukup mendekati, ini seperti proses mengupas kulit
bawang. Lapis demi lapis dikupas hingga bertemu intinya. Artinya,
kita setahap demi setahap menyadari realitas tubuh, nyawa, sang jiwa
dengan seluruh perjalanannya, dan sang Roh Kudus yang menjadi inti
hidup sang Jiwa. Kita mendekati ketuntasan dalam belajar saat
semakin bisa mengaktualisasikan kualitas sang Roh Kudus dalam
segenap pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dalam bahasa yang puitik, ini berarti sang aku mulai sirna yang
ada hanyalah Dia. Ini titik saat kita melepas free will untuk mengikuti
dorongan gerak dari Sang Sumber Hidup. Kemajuan kita dalam
proses ini diukur dengan tingkat kesadaran. Kita berada dalam puncak
pencapaian laku spiritual atau telah "Bali Marang Sangkan Paraning
Dumadi" saat kesadaran kita telah memasuki tingkatan infinity karena
kembali menjadi realitas energi/kesadaran yang murni. Sebelum itu
ada banyak tangga dan proses yang perlu kita lewati. Sungguh sayang
jika kita belajar tanpa mengalami proses kenaikan tingkat kesadaran.
Sungguh sayang juga kita berhenti belajar saat kita belum mencapai
titik tertinggi sesuai rancangan agung kita. Di sinilah perlu kejernihan
dan kerendahan hati untuk menempatkan diri kita dalam proses
belajar yang tiada henti. Sekaligus untuk cermat memilih dan memilih
Pencerahan
Seseorang yang mengalami kemajuan paripurna dalam
perjalanan spiritual, sering dijuluki sebagai orang tercerahkan. Dalam
bahasa lain, bisa dikatakan bahwa pencerahan merupakan tujuan dari
laku spiritual. Apakah sesungguhnya pencerahan? Sederhananya,
pencerahan adalah terbukanya pikiran kita untuk mengerti berbagai
realitas. Penggambaran simboliknya, pikiran yang semula gelap
menjadicerah dan terang. Apa yang semula tak kita mengerti, spontan
kita menjadi mengerti. Inilah yang sering disebut sebagai Aha
Experience. Disebut Woww Experience juga boleh. Pada kenyataanya,
pencerahan ini berlapis-lapis sebagaimana realitas itu berlapis-lapis.
Maka orang yang mendapatkan pencerahan itupun ada tingkatannya.
Untuk setiap pribadi, pencerahan bisa terjadi bertahap. Kita
tiba-tiba bisa mengerti tentang makna hidup, kesejatian Tuhan, Missi
Jiwa, dan seterusnya. Pengertian itu muncul spontan saat kita
membuka diri untuk memperoleh pencerahan. Itu bisa muncul saat
kita duduk santai, minum kopi, jalan-jalan, baca buku, duduk meditasi,
dan berbagai kegiatan lainnya. Maka sebenarnya bisa dikatakan,
untuk mendapat pencerahan seperti tidaklah sulit. Ini perkara yang
sangat natural dan bisa dialami siapapun. Namun, kadang pencerahan
dimaknai secara sangat kompleks. Ini pencerahan yang terkait dengan
pencapaian kesadaran murni. Saat semua tabir ilusi pikiran tersingkap
dan seseorang bisa mengerti keberadaan dari Sang Sumber Hidup
saat disadari betul kemenyatuan satu pribadi dengan Keberadaan
Tanpa Batas yang menjadi sumber segala yang ada. Ini adalah
kemunculan pengertian secara utuh terhadap realitas yang diiringi
kesukacitaan mendalam dan kedamaian total.
Untuk meraih pencerahan ini, tentu tak bisa dibilang gampang
karena sangat sedikit orang yang mengalaminya. Tetapi, sebetulnya
manusia dirancang untuk bisa mengalami ini. Kita hanya perlu punya
kehendak kuat yang diiringi laku agar pencerahan total ini menjadi
nyata. Untuk itulah kita belajar spiritualitas dan menjalani lakunya.
Dan ada satu rumus tentang datangnya pencerahan seperti ini: Ia
datang pada orang yang berjatah, pada waktu yang tepat, dibimbing
pihak yang tepat juga. Orang yang berjatah berarti orang yang telah
menjalankan laku yang memadai sepanjang perjalanan jiwanya di
berbagai fase kehidupan. Momen ini soal gerak semesta, tentang
terbukanya "pintu langit". Pembimbing yang tepat, ini adalah orang
yang sudah mencapai pencerahan juga. Kombinasi dari tiga hal itu,
pasti berbuah pencerahan yang semakin utuh.
Pertumbuhan Energi
Telah kita bahas, bahwa setiap jiwa ada dalam jalur evolusi: jiwa
terus diarahkan untuk menuju kesempurnaan. Keadaan sempurna
terjadi saat sang jiwa merealisasikan dengan utuh Kecerdasan,
Kekuatan dan Kebijaksanaan Kosmik. Dalam bahasa lain, jiwa berada
dalam kesadaran dan energi yang penuh terkait kemenyatuannya
dengan Sang Sukma Sejati (spirit/Atman).
Diuraikan lebih detail, keadaan mencapai kesempurnaan
ditunjukkan oleh 2 hal: Pertama, kesadaran meluas dan murni. Dalam
artian, yang diketahui semakin utuh melampaui batasan2 pikiran, dan
persepsi terhadap realitas yang diketahui semakin jernih dari segala
bentuk ilusi dan distorsi. Kedua, energi/daya semakin meningkat
kapasitasnya sekaligus semakin murni. Dalam rangka mengatasi
berbagai tantangan hidup termasuk menangani kendala dalam laku
spiritual, dan merealisasikan kehidupan sesuai rancangan agung, setiap
pejalan membutuhkan energi yang semakin besar. Penngkatan
kesadaran sewajarnya diiringi dengan semakin menguatnya energi diri.
Tapi saat yang sama, energi ini perlu dipastikan jernih dan murni
dengan diakses dari Diri Sejati/Atman dan/atau para Divine Entity
2
MENDAKI TANGGA-TANGGA
KESADARAN
Eling lan Waspada, adalah dua kata yang sering dituturkan oleh
para leluhur Nusantara. Secara spesifik ini kita kenal sebagai petuah
dari Eyang Semar Badranaya. Eling dan waspada memang dua kualitas
jiwa yang merupakan buah dari laku penjernihan diri dengan
terhubung kepada Hingsun atau Guru Sejati yang bertahta di
telenging manah. Uniknya, dua kata ini sepadan dengan apa yang
diungkapkan para guru spiritual di era modern: tentang pentingnya
awareness dan consciousness.
Awareness itu sepadan dengan waspada: kita sadar betul apa
yang sedang kita hadapi dan jalani, kita mengerti dan menghayati betul
kita sedang apa, dimana dan bagaimana. Ini adalah tentang perhatian
penuh terhadap apa yang sedang kita alami, saat ini dan di sini.
Buahnya adalah keselamatan karena kita bahkan menjadi tahu resiko-
resiko yang menyertai langkah kita. Termasuk kita menjadi tahu dan
punya langkah antisipasi jika ada orang yang hendak memanipulasi
dan menjatuhkan kita.
Sementara itu, Consciousness sepadan dengan eling. Ini tentang
kemengertian kita terhadap realitas kehidupan secara utuh, mencakup
semua dimensinya. Kesadaran atau Consciousness yang kita miliki
menjelaskan akurasi pengertian kita mengenai realitas Tuhan, Jagad
raya, diri sendiri dan hukum-hukum kehidupan. Semakin kita
mengerti maka level of Consciousness kita semakin tinggi. Awareness
Perjalanan Pribadi
Sejujurnya, saya sangat terbantu oleh peta kesadaran yang
dikembangkan oleh David R Hawkins. Saya jadi bisa membaca
capaian saya pribadi maupun capaian dari saudara-saudari yang saya
bimbing. Kita menjadi tahu kita berada pada tangga kesadaran yang
keberapa dalam perjalanan panjang menuju puncak kesadaran.
Berdasarkan evaluasi itu, bisa diketahui pula langkah-langkah apa yang
perlu dijalankan agar kesadaran diri semakin meningkat.
Namun, saya kemudian malah menemukan rumusan sendiri
mengenai tangga-tangga kesadaran, yang mengacu pada apa yang saya
alami sepanjang menjalankan laku spiritual. Rumusan ini tentu
didapatkan dengan cara yang agak berbeda dengan yang didapatkan
oleh Hawkins. Jika Hawkins lebih banyak menggunakan observasi dan
eksperimen terhadap orang lain, saya justru mulai dengan
mengobservasi dan mengeksperimen diri sendiri. Jadi rumusan ini
berangkat dari spektrum kesadaran terendah dan tertinggi yang bisa
saya alami. Jadi, sangat wajar jika kebenarannya dikatakan sangat
100-500. Ketika sedang terhubung dengan Dewa Ruci, saya ada di Loc
500. Ketika saya sedang ada dalam rasionalitas murni, saya berada di
LoC 400. Tapi ketika sedang terjebak dogma, saya ada di LoC 100.
Demikian pula ketika secara energi sedang terjebak oleh entitas alam
bawah, sekalipun wawasan sudah meluas, tingkat kesadaran hanya ada
di kisaran 100-200 dalam skala Hawkins.
Sejak 2017, saya mengalami berbagai momentum peningkatan
kesadaran yang diiringi pemurnian jiwa. Itu berlangsung terus hingga
saat saya menyelesaikan penulisan naskah buku ini di permulaan 2019.
Inilah yang kemudian menjadi dasar saya untuk merumuskan tangga-
tangga kesadaran yang berbeda dengan yang dirumuskan Hawkins.
Jika pada fase sebelumnya perjumpaan dengan Dewa Ruci hanya
menjadi momentum sesaat, bisa dibilang semacam diberi kesempatan
mencicipi, itu kemudian menjadi satu keadaan yang lebih permanen.
Pikiran, perasaan, dan tindakan semakin intensif tertuntun oleh Sang
Dewa Ruci. Itu yang membuat tingkat kesadaran stabil di angka 500
dalam skala Hawkins, dan bahkan bisa naik terus: menjangkau angka
540 saat jiwa stabil dalam kesukacitaan, dan 600 saat kedamaian
meliputi jiwa secara konsisten. Seiring dengan diri yang semakin
menyatu dengan Hingsung atau Aku Sejati, kesadaranpun naik terus
hingga mencapai 800, 850, 900,950, hingga setelah satu momentum
meditasi di Pura Gunung Kembar Desa Umajero Buleleng, angka
1000 dalam skala Hawkins bisa dicapai. Saat itulah saya sadar bahwa
tingkat kesadaran 1000 dalam skala Hawkins bukanlah ujung
perjalanan. Di situ bahkan banyak sekali layer: bahwa tingkat
kesadaran saya saat itu yang telah mencapai LoC 1000 dalam skala
Hawkins bukan berarti telah sama sadarnya dengan para Buddha dan
Kristus yang tertinggi.
Beberapa bulan setelah mengalami momen peningkatan
kesadaran di Umajero, rangkaian laku yang saya lakukan bersama
saudara-saudara seperjalanan di Pulau Lombok, tepatnya di Pura Watu
Bolong - mengantarkan saya untuk mengerti fenomena “menembus
450 10 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakin kuat,
semakin welas asih
dibandingkan level
sebelumnya.
400 9 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakin kuat,
semakin welas asih
dibandingkan level
sebelumnya.
350 8 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakinkuat,
semakin welas asih
dibandingkan level
sebelumnya..
325 7 Tingkat
keterhubungan
dengan Sang Diri
Sejati semakin kuat,
semakin welas asih
10 2 Hidup mengingkari
tuntunan dari Diri
Sejatinya, sangat
dipengaruhi hasrat
egoistik yang
melanggar prinsip-
prinsip kemanusiaan
yang luhur, berada
dalam jerat persepsi
yang ilusif,
200 700
300 1000
350 >1000
400
450
501
600
kita bahas secara mendalam metoda atau tata cara ruwatan atau
purifikasi seutuhnya untuk jiwa dan raga kita.
lebih dalam, bahkan terekam di setiap sel yang ada pada tubuh
manusia. Meskipun cenderung kurang disadari tetapi sangat
mempengaruhi langkah dan ekspresi manusia. Itulah yang disebut
sebagai pikiran bawah sadar.
Pikiran sadar dan bawah sadar manusia tidak selamanya
mendapatkan masukan pengetahuan dan pengertian yang tepat dan
akurat. Adakalanya justru pikiran sadar dan bawah sadar ini merekam
berbagai bentuk ilusi: asumsi yang dianggap kebenaran padahal jauh
dari kebenaran karena tidak sesuai dengan kenyataan. Saat pikiran
sadar dan bawah sadar kita penuh ilusi, kita tertabiri dari Kebenaran
Sejati. Kita menjadi sulit terhubung kepada Diri Sejati/Dewa Ruci
untuk mengakses kebijaksanaan tertinggi maupun energi yang paling
murni.
Apakah contoh ilusi? “Tuhan menempati ruang dan waktu
tertentu”, “Tuhan terpisah dari manusia, Tuhan pemarah, pembenci
atau pendendam”, “Tuhan hanya menyukai pemeluk agama tertentu”,
“Hanya dengan memeluk agama tertentu manusia bisa selamat dan
masuk surga”, “Tuhan marah dan siap menyiksa perempuan seperti di
Jawa yang menggunakan sanggul atau rambut dibiarkan tergerai dan
terbuka”. Demikianlah contoh-contoh ilusi yang terkait dengan Tuhan
dan sifat Tuhan. Tentu masih banyak lagi ilusi yang lain, seperti yang
terkait dengan realitas manusia dan realitas kehidupan beserta segenap
hukumnya. Di antaranya adalah ilusi yang mengkerdilkan manusia
pada saat ini: “Manusia sekarang semakin tidak suci dibandingkan
manusia jaman dulu”, “Kita tak mungkin mencapai pencerahan yang
sama atau melebihi orang-orang yang dianggap sebagai utusan Tuhan
di masa lalu”, “Seorang tokoh besar adalah Tuhan sementara kita
bukan dan harus menyembahnya”.
Pencerahan dan keberdayaan yang sejati hanya bisa diraih jika
pikiran sadar dan bawah sadar dijernihkan. Penjernihan bisa terjadi
saat sinar suci memancar dari pusat hati, atau dilimpahkan oleh para
Guru Suci, jiwa-jiwa agung yang tercerahkan. Tetapi tentu ada
sampai batas tertentu, masih bisa marah secara terkendali, tapi tidak
akan mengumbar kemarahan, dendam, dan segala bentuk ekspresi
emosi yang merusak diri dan sesama.
sakit secara fisik. Demikian juga, jika ada entitas alam bawah di dalam
tubuh, mereka akan menyedot energi murni yang jika terjadi terus
menerus akan menciptakan ketidakseimbangan dan pada ujungnya
menyebabkan organ tertentu menjadi tidak bekerja optimal bahkan
mengalami kerusakan. Maka, ada banyak kasus seseorang didiagnosa
sakit fisik dengan kerusakan pada organ tubuh tertentu, tetapi tidak
bisa ditangani secara medis semata. Karena memang akarnya
bukanlah faktor medis melainkan faktor metafisik.
Namun keberadaan entitas alam bawah di dalam tubuh tak
hanya menyebabkan sakit secara fisik. Banyak kasus yang saya temui,
orang-orang yang menjadi sangat emosional dan pikirannya penuh
ilusi
– termasuk sering berhalusinasi – karena sistem berpikir dan
mekanisme pelepasan hormon-hormon yang terkait dengan mood
dikacau oleh entitas alam bawah yang masuk ke dalam tubuh. Lebih
dari itu, entitas alam bawah yang masuk ke dalam tubuh juga
menghalangi diri kita untuk terhubung dengan Sang Diri Sejati/Dewa
Ruci sekaligus mendistorsi pesan yang muncul dariNya. Jika tidak
dibersihkan, tentu saja seseorang akan sangat jauh dari pencerahan.
Jika kita mengukur level kesadaranpun, seseorang yang di dalam
tubuhnya terdapat entitas alam bawah yang mengendalikan
pikirannya, pasti berada pada level kesadaran rendah sekalipun ia bisa
mengatakan atau menuliskan dengan sangat bagus tentang kesadaran
dan kebijaksanaan.
Bagaimana entitas alam bawah bisa masuk ke dalam tubuh? Ada
banyak sebab atau alasan mengapa fenomena ini bisa terjadi. Pertama,
dengan sengaja seseorang memang memanggil entitas tertentu di alam
bawah untuk dijadikan prewangan/khodam untuk meningkatkan
kedigdayaannya, atau kekayaannya. Kedua, sebetulnya seseorang tidak
sengaja mendatangkan entitas alam bawah itu, tapi ia menjalankan
laku dengan niatan yang tidak murni, sehingga energi yang terpancar,
vibrasinya menarik entitas alam bawah yang satu frekuensi. Seseorang
bisa menjalankan laku puasa, membaca mantra atau wirid, yang secara
teoritis sangat bagus, tapi karena keliru niat justru menarik masuknya
entitas alam bawah. Ketiga, seseorang bermeditasi di tempat-tempat
yang dianggap sakral. Tetapi karena punya niatan yang kurang jernih,
atau dilandasi obsesi atau ambisi tertentu, malah membuka portal
alam bawah dan menarik entitas alam bawah masuk ke tubuhnya.
Keempat, seseorang yang punya leluhur atau orang yang mempelajari
ngelmu tertentu dengan menarik entitas alam bawah sebagai khodam/
prewangan, menerima warisan prewangan/khodam itu meski tidak
meminta, tidak tahu dan tidak menyadarinya. Kelima, entitas alam
bawah itu dikirim oleh orang lain dengan berbagai tujuan:
mengendalikan dan mengacau pikiran sehingga karier dan bisnis
hancur, mengacak-acak emosi sehingga tidak bisa yang menjadi target
tidak bisa merasakan kedamaian hidup, membuat relasi dengan
pasangan memburuk, membuat tubuh fisik sakit, atau menutup jalan
rejeki sehingga mengalami kesulitan finansial.
Menimbang itu semua, penjernihan tubuh energi merupakan
satu prasyarat mutlak bagi siapapun yang hendak meraih pencerahan
tertinggi dan mencapai Kesadaran Murni. Setiap pejalan spiritual yang
bertekad mencapai keadaan bali marang sangkan paraning dumadi,
sewajarnya menjadikan hanya Sang Diri Sejati/Dewa Ruci yang
bertahta di dalam diri, tiada sedikitpun energi yang tidak murni
mendistorsi keberadaan dan kesadaran pribadi. Bagaimana caranya?
Prinsip dasarnya, dayagunakanlah energi ilahi/mahadaya yang
memancar dari pusat hati untuk menjernihkan diri dari segala bentuk
distorsi energi. Lewat tekad yang kuat untuk hanya bergantung kepada
Sang Sumber Keberadaan, dibarengi kepasrahan untuk ditata dan
dijernihkan, proses ruwatan/purifikasi yang membawa jiwa kepada
kemurniannya pasti terjadi. Jika kekuatan dari entitas alam bawah yang
ada di tubuh ternyata lebih kuat ketimbang kekuatan ilahi yang kita
bisa akses, maka kita memang membutuhkan bantuan dari luar, baik
dari sosok pembimbing spiritual yang kita percayai, atau dari Guru-
yang membawa damai dan sukacita bagi diri pribadi maupun seluruh
keberadaan lainnya, tubuh karma kita menjadi terang dan jernih.
Tindakan pembakaran noda gelap di tubuh karma dengan api
suci, maupun upaya mengembangkan tindakan kasih murni yang
membawa sinar terang kepada tubuh karma, perlu dilakukan dengan
tekun. Sejauh observasi pribadi, peningkatan kesadaran belum tentu
langsung berpengaruh terhadap peningkatan kejernihan tubuh karma.
Artinya, butuh upaya sengaja dengan metoda tepat untuk
menjernihkan tubuh karma.
Memungkasi paparan di bab ini, bisa kita ungkapkan dengan
tegas, bahwa saat tubuh karma menjadi jernih, garis kehidupan diri
kita di masa depan pasti berubah, karena hukum timbal balik selalu
berjalan. Setiap orang menarik peristiwa yang selaras frekuensinya
dengan tatanan/vibrasi energi di dalam dirinya. Lebih dari itu,
kejernihan paripurna dari tubuh karma, menjadi landasan kokoh bagi
tercapainya keadaan bali marang sangkan paraning dumadi.
Kategori Energi
Permulaan dari semuanya adalah kekosongan absolut. Orang
Jawa menyebutnya sebagai Suwung. Kekosongan adalah bahasa
manusiawi kita untuk keberadaan tanpa batas, yang menjadi sumber
Bagian Ketiga: Laku Spiritual
dari segala yang ada. Dari kekosongan yang tanpa batas inilah
memancar energi perdana atau energi yang paling murni. Energi ini
yang bervibrasi atau bergetar dengan vibrasi tertentu menjadikan
segala yang ada (matter, materi) dengan segenap keragaman dan
kompleksitas yang berbeda. Satu universe yang terdiri dari sejumlah
galaksi, terbentuk oleh energi ini melalui proses big bang dan
transformasi energi menjadi materi. Para ilmuwan menyebutnya
sebagai dark energy. Disebut dark energy bukan karena terkait entitas
alam bawah yang secara simbolik dinyatakan berwatak gelap, tetapi
karena energi ini tak terlihat, tanpa warna. Energi ini yang
bertransformasi menjadi string (benih materi) yang lalu mengalami
proses transformasi lanjutan menjadi kuanta, atom dan materi dengan
segala tingkatan kompleksitasnya. Dalam kacamata spiritual, energi
paling murni ini disebut juga sebagai Divine Energy. Inilah energi
yang langsung terkait dengan keberadaan Sang Sumber Kehidupan. Ia
adalah energi yang berada di balik keberadaan jagad raya beserta
segenap isinya.
Pada diri manusia, energi ini terkait dengan keberadaan Sang
Diri Sejati/Sang Dewa Ruci. Energi inilah yang menjembatani proses
mengejawantahnya Sang Sumber Hidup yang semula tanpa batas,
impersonal, menjadi Jiwa sebagai satu entitas dengan kepribadian
tersendiri. Energi ini yang terkait dengan esensi Jiwa dan menghidupi
Sang Jiwa. Karena di dalam diri manusia yang terdiri dari materi dan
energi juga memiliki realitas kekosongan absolut yang mencerminkan
keberadaan Sang Sumber Hidup, maka energi ini memang memancar
dari kekosongan absolut itu. Sang Diri Sejati adalah wahana atau
jembatannya, karena Sang Diri Sejatilah yang mempribadikan
keberadaan Sang Sumber Hidup. Lokus pemancarannya berada di
pusat hati. Pusat hati menjadi gerbang untuk mengakses energi ini.
Inilah kategori energi yang pertama dan punya keterkaitan langsung
dengan proses pencapaian pencerahan/kesadaran murni.
semua simpul energi yang perlu ditata. Niatkan dan sabdakan satu
persatu, lalu dalam hening rasakan mahadaya yang mengalir dan
bagaimana setiap simpul energi ditata dan diselaraskan. Tentu saja,
bantuan secara energi dari seorang pembimbing yang memiliki
kesadaran tinggi dan energi besar, akan mempercepat proses penataan
semua simpul energi/cakra yang ada pada diri kita.
Penguatan Kundalini
Kundalini adalah nama dari gabungan Divine Energy dan
Cosmic Energi yang mengalir dari titik di dekat tulang ekor, menuju
ubun-ubun. Bagi para praktisi meditasi ataupun yoga, kenaikan
kundalini dipandang sebagai indikator kemajuan dalam laku spiritual.
Sejauh pengalaman pribadi, memang demikian adanya. Saat laku kita
semakin tuntas, kita semakin selaras baik dengan Diri Sejati/Dewa
Ruci maupun dengan makrokosmos (yang direpresentasikan oleh 4
benda kosmik dan 4 unsur semesta), kundalini memang bangkit. Ia
ditandai dengan bergerak mengalirnya energi dari sekitar tulang ekor
melalui jalur energi di sekitar punggung yang disebut trinadi, menuju
cakra mahkota. Semakin intensif aliran ini, maka bisa dinyatakan
bahwa Kundalini semakin teraktivasi. Pada tataran aktivasi sempurna,
Kundalini akan tervisualisasikan sebagai ular yang melintang dari titik
tulang ekor hingga menembus ubun-ubun.
Apa dampak semakin teraktivasinya Kundalini? Sejauh
pengalaman pribadi, itu berdampak pada beberapa hal. Pertama,
semakin teraksesnya data jiwa berupa hasil pembelajaran kesadaran di
berbagai masa kehidupan yang tersimpan di tubuh pengetahuan.
Secara fisik, ada satu chip di tulang ekor yang mengkompres data di
tubuh pengetahuan ini. Saat Kundalini naik maka data di chip itu akan
mengalir ke otak dan terealisasi sebagai pengetahuan yang operasional
dan bisa didayagunakan pada saat ini. Kedua, kenaikan Kundalini
mengindikasikan semakin besarnya spiritual power yang kita miliki.
Tentunya ini merupakan faktor yang menentukan kemampuan kita
Kecerdasan Intelektual
Peningkatan Kecerdasan
Kecerdasan Artistik
Kecerdasan Intelektual/Rasional yang berbasis di otak kiri
bukanlah satu-satunya jenis kecerdasan yang dimiliki manusia. Para
pelukis, sastrawan, penggubah lagu, penyanyi, pematung, aktor dan
aktris, meraih kesuksesan melalui mahakaryanya dengan
mendayagunakan otak kanan yang memunculkan kecerdasan artistik –
yang terkait erat juga dengan kemampuan mendayagunakan imajinasi.
Kecerdasan artistik terkait dengan kemampuan manusia dalam
menangkap sisi keindahan dari jagad raya ini dan membuat sesuatu
yang memancarkan citarasa keindahan. Orang yang punya Kecerdasan
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Emosional adalah salah satu kategori kecerdasan
manusia yang terkait dengan kemampuan dalam beremosi secara
sehat, mengembangkan kewelasasihan dan membangun pola
hubungan yang serba selaras dengan sesama keberadaan. Kecerdasan
Emosional punya korelasi kuat dengan tingkat kesadaran. Mereka
yang terhubung penuh dengan Sang Diri Sejati/Dewa Rucilah yang
bisa memiliki Kasih Murni atau kewelasasihan sejati. Saat Kasih
Murni melingkupi diri, maka sirna pulalah kecenderungan untuk
mengumbar angkara murka yang merusak diri pribadi dan sesama.
Kecerdasan Emosional yang rendah, termanifestasikan dalam
ekspresi emosi berikut: marah tak terkendali, kebencian, dendam, sakit
hati, rasa menyesal yang tiada berkesudahan, kesedihan yang
mencekam, ketakutan dan kekhawatiran, keserakahan dan berbagai
emosi destruktif lainnya. Dalam peta kesadaran yang dikembangkan
oleh David R Hawkins, segenap emosi tadi menjadi emosi dominan
pada orang-orang dengan tingkat kesadaran di bawah 200. Dan tentu
saja, semua itu punya keterkaitan dengan tingkat penderitaan manusia.
Manusia yang rendah Kecerdasan Emosionalnya dan hidup dalam
belengu angkara murka, terbiasa dilingkupi emosi destruktif, pasti
hidup dalam penderitaan, jauh dari kasih murni, kesukacitaan dan
kedamaian yang sejati.
Laku spiritual yang tepat, pasti berbuah pada peningkatan
Kecerdasan Emosi. Semakin seseorang semakin terhubung kepada
Diri Sejati/Dewa Rucinya dan bisa mengakses energi kasih murni dari
kasih murni dari pusat hati, sudah sewajarnya emosi menjadi buruk
dan keangkaramurkaan di dalam diri jadi meraja lela.
Sejauh ini, saya belum menemukan publikasi dari para pakar
psikologi tentang pengukuran tingkat Kecerdasan Emosional secara
kuantitatif sebagaimana IQ. Daniel Goleman20 yang memperkenalkan
rumusan Emotional Quotient pun lebih banyak menguraikan hal ini
secara kualitatif, tentang kualitas-kualitas pribadi yang menunjukkan
ragam tingkatan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Spiritual
Pertama kali saya mengetahui terminologi Spiritual Intelligence
atau Kecerdasan Spiritual, saat membaca karya Danah Zohar sekitar
tahun 2000.21 Zohar mengembangkankonsep ini didasari pembedaan
‑
20Daniel Goleman yang dilahirkan pada 7 Maret 1946 adalah seorang penulis buku dan
jurnalis sains. Ia adalah profesor sosiologi di University of The Pacific, Amereika Serikat. Ia
menulis buku berjudul Emotional Intelligence pada 1996. Buku itu yang membuatnya dikenal
sebagai pakar kecerdasan emosi di seluruh dunia. Di India, Goleman pernah belajar kepada
seorang guru spiritual bernama Neem Karoli Baba. Berkenaan dengan Kecerdasan
Emosional, Goleman membaginya menjadi dua kecakapan, yaitu kecakapan pribadi dan
kecakapan sosial. Kecakapan pribadi menyangkut kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi
diri dan empati diri. Sementara kecakapan sosial menyangkut kemampuan mengelola emosi
saat berhubungan dengan orang lain.
21Danah Zohar belajar tentang Fisika dan Filsafat di MIT, lalu melanjutkan studi Harvard
University mempelajari Filsafat, Agama dan Psikologi. Konsep penting yang ditawarkannya
disebut dengan istilah kecerdasan spiritua l (spiritual intelligence) dan modal spiritual
(spiritual capital). Ia menulis banyak buku, antara lain The Quantum Self (1990), The
Quantum Society (1994), dan Rewiring The Corporate Brain (1997). Juga Spiritual
Qoutient (2000) dan Spiritual Capital (2004)
Kecerdasan Kosmik
Di bab sebelumnya kita telah membahas tentang terbukanya
cakra mahkota dan membesarnya antah karana, yang membuat
seseorang bisa mengakses pusat pengetahuan semesta. Nah, yang saya
maksud dengan Kecerdasan Kosmik terkait dengan itu. Kecerdasan
Kosmik menjelaskan tingkat kemampuan seseorang dalam mengakses
pusat pengetahuan semesta; ini tentang kemampuan menerima
inspirasi atau pewahyuan dari langit. Seseorang yang memiliki
Kecerdasan Kosmik tinggi, bisa membabarkan pengetahuan baik
secara verbal maupun tertulis tidak mesti dengan terlebih dahulu
belajar dari orang lain atau membaca buku. Tetapi saat berada dalam
keheningan, pengetahuan itu membanjiri otaknya melalui chakra
mahkota dan antah karana. Kita pahami bahwa jagad raya ini bekerja
dalam sistem komputasi yang maha canggih. Bahwa diri kita bisa
dianalogikan sebagai satu Personal Computer, yang bisa terhubung
dengan Personal Computer lainnya maupun terhubung dengan
berbagai Server melalui jaringan tertentu. Chakra mahkota dan antah
karana adalah perangkat metafisik yang membuat seseorang bisa
terhubung dengan seluruh sumber pengetahuan dan pusat kecerdasan
di jagad raya.
22 Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Spiritual_intelligence
Kecerdasan Seksual
Seks adalah issue sensitif jika dikaitkan dengan spiritualitas.
Sebagian pelaku spiritual memandang ini adalah sesuatu yang perlu
23 http://www.oshoindonesia.com/the-path-of-yoga-and-the-path-of-tantra-1/
Kecerdasan Finansial
Apa hubungannya laku spiritualitas dengan Kecerdasan
Finansial? Issue ini sangat sering disalahpahami sebagaimana issue
seksualitas. Karena itulah saya perlu saya paparkan secara lugas dan
jelas. Begini, sebagian orang memangberpendapat bahwa laku spiritual
mestinya membuat seseorang semakin tidak punya hasrat duniawi –
salah satu terapannya adalah semakin tidak suka uang, tidak mengejar
uang, tidak menganggap penting uang. Ada juga pelaku spiritual yang
menganggap uang sebagai akar kejahatan dan penghalang menuju
pencerahan.
Nah, kesadaran saya justru membimbing saya untuk mengerti
realitas ini dengan cara yang sebaliknya. Uang dimengerti sebagai
manifestasi energi, yang sebenarnya bisa membantu pencapaian
pencerahan dan kehidupan sempurna - kecuali kita keliru dalam
menggunakannya. Seorang pelaku spiritual termasuk Guru Spiritual,
tidak sewajarnya memusuhi uang, membenci uang, atau sekadar tidak
suka uang, lalu memilih pola hidup yang sama sekali tidak
menghasilkan uang lewat karya dan pelayanan tertentu. Justru, karena
uang dipahami dalam sudut pandang energi, bahwa ia adalah energi
yang mematerial dengan fungsi sebagai alat tukar, sewajarnya uang
dijadikan sahabat, disukai secukupnya dan sebagaimana mestinya, dan
didayagunakan dengan kesadaran penuh untuk meraih tujuan-tujuan
luhur sebagai manusia.
Demikianlah, dari pengertian itu saya merumuskan arti dari
Kecerdasan Finansial. Ini adalah tentang kemampuan yang mencakup
beberapa aspek: pertama, kemampuan untuk mengerti realitas uang
sebagai manifestasi dan alat tukar; kedua, kemampuan untuk
mendapatkan uang melalui karya dan pelayanan yang bermutu; ketiga,
dan daya magnetik pada uang, secara faktual mereka pasti sedang
punya masalah secara finansial. Maka itu perlu dibenahi secara energi.
Sebaliknya ditemukan fakta, orang-orang yang berkelimpahan, lancar
kariernya, memang secara konsisten menunjukkan kinerja simpul
energi 1/chakra dasar yang baik, hubungan dengan ibu bumi yang
selaras, dan daya magnetik terhadap uang yang tinggi.
Sementara menyangkut kerja dan karya, sewajarnya setiap orang
bisa menemukan talenta lalu bekerja berdasarkan talenta itu,
disesuaikan dengan passion atau panggilan jiwanya. Sangat disarankan
bagi setiap pejalan, untuk tidak memaksakan diri bekerja atau
berbisnis hanya karena rasa takut tidak bisa bertahan hidup atau
keterpaksaan semata. Pekerjaan yang tidak sesuai panggilan jiwa dan
tak bisa dinikmati, hanya akan membuat tubuh kita rusak karena
konflik diri yang membawa distorsi energi hingga pada tataran sel.
Saya merekomendasikan untuk menyelami diri, menemukan tuntunan
dari dalam diri, dan patuh pada titah dari Guru Sejati tentang apakah
pekerjaan atau bisnis yang perlu dijalani. Kepatuhan pada tuntunan
atau titah dari Guru Sejati pastilah membawa pada keselamatan dan
keberlimpahan. Itulah yang saya alami saat menjalankan tuntunan dan
titah dari Sang Guru Sejati sebagai penulis dan pengajar tentang
kesadaran.
Di samping soal pilihan kerja dan karya yang selaras dengan
tuntunan Guru Sejati, keberlimpahan secara finansial – sejauh
pengalaman saya – bisa didapat dari kesadaran bahwa uang itu adalah
sebentuk energi yang perlu mengalir. Uang memang perlu dialirkan
lewat kedermawanan – kita belanjakan sesuai kebutuhan, atau berikan
kepada orang yang membutuhkan, tanpa rasa melekat pada uang itu,
juga tanpa ketakutan uang tak akan datang lagi. Semakin kita tak
melekat pada uang dengan menjadi kikir atau pelit, uang menjadi
semakin mudah mengalir melewati diri kita. Tentu saja, tetap ada yang
disimpan atau ditabung untuk kebutuhan di masa depan seperti
pendidikan anak dan investasi, tapi sadarlah bahwa uang memang
perlu dialirkan untuk membuat orang lain bisa punya pendapatan, bisa
bertahan hidup sekaligus bisa bersukacita karena merasakan anugerah
kehidupan. Dengan pola ini, kita akan menjadi pribadi yang dipercayai
semesta untuk menyebarluaskan anugerahNya yang memberi
kehidupan dan kesukacitaan kepada banyak orang.
Selanjutnya, perlu diungkapkan dengan tegas, bahwa saya
pribadi sangat menekankan kepada para pembelajar yang saya
bimbing, untuk tidak membayangkan bahwa pencerahan hanya bisa
diraih dengan menjadi pertapa di atas gunung. Tetapi pencerahan bisa
dilakukan dengan tapa ing rame, kita menjadi orang meditatif di
tengah keramaian. Kita tak perlu melepas pekerjaan atau bisnis kita,
sebaliknya kita justru semakin bersemangat melahirkan karya yang
membangun dan memperbaiki peradaban. Inilah salah satu
manifestasi dari prinsip hamemayu hayuning bawana. Seseseorang
yang memang diberi talenta sebagai pebisnis, sewajarnya
mengembangkan bisnis hingga titik yang paling optimal hingga
dengan cara itu, banyak orang yang bisa diayomi, bukan hanya
keluarga tetapi juga para pegawai dan orang-orang yang terkait. Yang
memang punya talenta sebagai seniman, berkaryalah di bidang itu
hingga karyanya memberi inspirasi dan membawa kesukacitaan bagi
banyak orang, dan atas dasar itu, mereka mendapatkan imbal balik
finansial yang berkelimpahan. Ringkasnya, yang saya ajarkan adalah
kesadaran spiritual yang realistis dan cara hidup yang progresif, yang
memandang Bumi sebagai tempat melahirkan mahakarya dan
merayakan kehidupan dengan segala pernak pernik keindahannya.
Seiring dengan pertumbuhan kesadaran, semakin murninya
jiwa, dan semakin besarnya spiritual energy/cosmic energy yang
dimiliki seorang pejalan, maka itu pasti berdampak kepada
meningkatnya Kecerdasan Finansial. Jadi laku spiritual yang sejati –
yang membuat seseorang semakin selaras dengan Diri Sejati dan jagad
raya, pasti berbuah penataan hidup secara utuh, termasuk mencakup
24Uraian lebih teknis tentang DNA secara fisik, adalah sebagai berikut: Asam
deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi
instruksi-instruksi genetika setia p organisme dan banyak jenis virus. Instruksi-instruksi
genetika ini berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organisme
dan virus. DNA merupakan a sam nukleat; bersamaan dengan protein dan karbohidrat,
asam nukleatadalah makromolekul esensia l bagi seluruh makhluk hidup yang diketahui.
Kebanyakan molekul DNA terdiri dari dua unting biopolimer yang berpilin satu sama
lainnya membentuk heliks ganda. Dua unting DNA ini dikenal sebagaipolinukleotida
karena keduanya terdiri dari satuan-satuan molekul yang disebut nukleotida. Tia p-tiap
nukleotida terdiri atas salah satu jenis basa nitrogen (guanina (G), adenina (A), timina
(T), atau sitosina (C)), gula monosakarida yang disebut deoksiribosa, dan gugus fosfat.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_deoksiribonukleat
DNA Spiritual
Mary Rodwel, penulis di www.agoracosmopolitan.com,
mengungkapkan hasil riset dari beberapa saintis Rusia tentang DNA,
sebagaimana dikumpulkan oleh Grazyna Fosar dan Franz Bludorf
dalam buku mereka yang bertajuk Vernetzte Intelligentz, sebagai
berikut: “DNA manusia dapat dimengerti sebagai Internet biologis,
dengan bukti-bukti yang telah ditemukan bahwa DNA bisa
dipengaruhi dan diprogram ulang menggunakan kata-kata dan
frekuensi.” Berdasarkan riset ini disimpulkan bahwa DNA manusia
tidak hanya bertanggung jawab terhadap pembentukan tubuh fisik
manusia, tapi ia juga menjadi gudang data dan instrumen komunikasi.
Nah, berdasarkan paparan di atas, terjustifikasilah upaya-upaya
untuk mempengaruhi dan memprogram ulang DNA manusia, baik
yang berupa DNA Fisik maupun DNA Spiritual. Dalam bahasa lain,
upaya ini disebut juga sebagai “aktivasi”. Terminologi “aktivasi”
dipergunakan karena pada faktanya, baik DNA Fisik maupun DNA
Spiritual manusia memang belum sepenuhnya terealsasi atau menjadi
aktif.
Riset terbaru tentang DNA oleh tim yang dipimpin Dr. Gerton
Lunter dari the University of Oxford's Wellcome Trust Centre for
Human Genetics in the UK, mengungkapkan bahwa hanya 8,2 % dari
DNA manusia yang telah berfungsi. Berarti 91,8 % dari DNA
rata-rata dari fungsionalisasi DNA pada manusia, dan dari sini kita
bisa mengerti mengapa banyak manusia yang terjebak dalam
kemiskinan, sakit, ketidakberdayaan, penderitaan, dan puncaknya,
masih sangat jauh dari karakter sebagai Divine Entity.
Berangkat dari uraian di atas, maka upaya mempengaruhi,
memprogram ulang, atau mengaktivasi DNA manusia menjadi
sesuatu yang masuk akal. Dalam kaitannya dengan upaya mendorong
manusia menjadi keberadaan ilahiah (Divine Entity) yang tercerahkan,
berkesadaran murni, sehat, berdaya. berkelimpahan, bahagia dan
damai, ini menjadi salah satu metoda yang sangat layak dilakukan. Kita
tinggal menemukan cara yang paling efektif berdasarkan prinsip yang
telah terbukti: DNA bisa dipengaruhi, dirubah, atau diaktivasi dengan
kata-kata dan frekuensi.
Kondisi manusia secara fisik, mental dan spiritual, sebenarnya
merupakan proyeksi dari realitas DNA. DNA manusia sendiri, baik
yang masuk kategori DNA Fisik maupun DNA Spiritual, bisa
mengalami mutasi atau perubahan seiring dengan perjalanan yang
dialami sepanjang masa kehidupannya. Dinamika kesadaran memicu
mutasi atau perubahan DNA, demikian juga sebaliknya. Realitas
hubungan timbal balik ini sama persis dengan Chakra-chakra/simpul-
simpul energi manusia yang sangat dipengaruhi dinamika kesadaran
sekaligus mempengaruhi dinamika kesadaran.
Jika manusia mengalami masalah fisik, tentu ini terkait dengan
keadaan DNA yang mengalami gangguan atau tidak teraktivasi
sempurna. Maka, penyembuhannya bisa dilakukan mulai dengan
menata DNA. Itu yang kemudian pernah saya eksperimen kepada
teman-teman yang saya asuh di Magelang. Mereka pernah berada pada
jalan hidup yang ekstrem dan dampaknya kemudian dialami hingga
tataran fisik. Ada yang mengalami kerusakan syaraf karena dulu sering
25 Sumber: https://phys.org/news/2014-11-dna-functional.html#jCp
Model Ideal
Berikutnya, saya coba mempelajari tokoh-tokoh terkenal dalam
kaitannya dengan tingkat aktivasi DNA mereka. Ini dilakukan untuk
menemukan pola keterkaitan antara keadaan DNA dengan tingkat
kesadaran dan kiprah seseorang di dalam kehidupannya. Tesis
permulaannya adalah, bahwa tingginya skore di berbagai ranah
kecerdasan: Kecerdasan Intelektual, Artistik, Spiritual, Emosional,
Kosmik, Seksual dan Finansial, pastilah sejalan atau berhubungan
langsung dengan tingkat aktivasi DNA secara optimal baik pada DNA
Fisik maupun DNA Spiritual.
Sebelum itu, saya mencoba untuk mengetahui apa sebenarnya
fungsi dari setiap untai DNA baik DNA Fisik maupun Spiritual.
Sejujurnya saya belum menemukan jawaban yang memuaskan saat
menelusuri Internet dan mengunjungi laman-laman yang membahas
issue ini. Maka, saya memasuki keheningan untuk mendapatkan
jawaban, dan muncullah informasi sebagai berikut:
PERANGKAT FUNGSI
Cara Aktivasi
Segalanya keberadaan yang menempati ruang dan waktu, adalah
manifestasi dari energi. Dan segala yang terkait dengan energi, pasti
bisa ditransformasi dengan energi pula.
Demikian pula DNA manusia baik DNA Fisik maupun DNA
Spiritual – ia bisa dipengaruhi, dirubah dan diaktivasi dengan
mendayagunakan energi. Di dalam diri manusia, terdapat Mahadaya
atau energi paling murni yang bisa mencipta, memelihara dan
melebur. Energi ini berpangkal pada Diri Sejati/Dewa Ruci dan
memancar dari pusat hati. Energi ini bisa bekerja sesuai program yang
kita berikan; prinsip dasarnya adalah ia diprogram lewat kata-kata, dan
saat memancar, ia menghadirkan vibrasi dengan frekuensi tertentu
Maka, upaya mengaktivasi tiap untai DNA bisa dilakukan
dengan menyabda dan mengalirkan energi kepada tiap untai DNA itu.
Proses ini tentu hanya efektif jika dilakukan saat kita berada dalam
hening, saat memasuki suwung dimana kita memasuki frekuensi
sebagai keberadaan yang penuh daya untuk mencipta, memelihara dan
melebur. Saat kita sudah berada dalam keheningan, sabdakan saja agar
tiap untai DNA menjadi selaras dan teraktivasi sempurna, lalu
pancarkan energi sembari mengucapkan “Hoom”. Lalu diam, rasakan
dan nikmati energi yang bekerja. Efektivitas dari proses yang kita
lakukan tentu saja tergantung dari kapasitas aktual dari spiritual power
Perubahan Tubuh
Seiring perjalanan waktu, banyak misteri mulai terbuka.
Termasuk tentang aktivasi 12 untai DNA yang membawa perubahan
pada tubuh. Tubuh manusia di jaman sekarang, pada umumnya
berbasiskan carbon (carbon base body). Artinya, carbonlah yang
menjadi unsur utama pembentuk tubuh. Ternyata, saat laku spiritual
semakin sempurna dan 12 untai DNA teraktivasi maka tubuh
mengalami perubahan menjadi berbasis silicon (silicon base body),
lalu menjadi Light Body dan bermuara kepada Spiritual Body.
Perubahan pada kondisi tubuh inilah yang memungkinkan manusia
Sumber: michelmahieu.ca
Model Paripurna
Sejauh saya menelusuri dalam keheningan, Harjuna Sasrabahu
yang hidup sekitar 1 juta tahun silam adalah sosok yang bisa
merepresentasikan perkembangan-perkembangan di atas secara utuh.
Seiring dengan kemampuannya mengaktivasi 12 untai DNA, ia juga
bisa merealisasikan transformasi tubuh dari carbon base body ke spirit
body (3D ke 12D) hingga 100 %. Itu juga yang membuatnya bisa
mencapai IQ hingga 1000. Pertanyaan pentingnya, apakah kita
manusia di jaman sekarang bisa mengalami apa yang dicapai oleh
Harjuna Sasrabahu? Jawabannya adalah bisa, dengan menerapkan laku
spiritual yang dijalani Harjuna Sasrabahu yang dasarnya adalah terus
menerus meningkatkan kemenyatuan dengan Diri Sejati dan
memastikan jiwa raga mencapai kemurnian maksimal. Bahkan, kondisi
bumi yang terus berevolusi, membuat manusia pada saat ini – saat
buku ini ditulis – punya probabilitas lebih tinggi untuk mencapai
realisasi cristalline base body bahkan light body di tingkat 100 %. Ini
akan terjadi secara massal dan prosesnya telah dimulai.
Bagian Keempat
PERMATA KEBIJAKSANAAN
1
ADAKAH CARA LAIN MENCAPAI
PENCERAHAN SELAIN HENING?
dari mata air karena airnya masih murni. Tapi, untuk hal itu orang
harus punya s ikap yang tepat, harus betul- betul sambil menikmati
nafas, menyadari keterhubungan dengan Gusti, baru air kungkum itu
berguna. Jadi intinya bukan tentang kungkum-nya. Semua kembali
pada NAFAS.
Namun, secara faktual, kebanyakan orang kungkum itu tidak
termurnikan, adanya kedinginan. Tapi, sebaliknya, ada orang yang
enjoy di bathtub malah bisa tercerahkan. Ini tentang betul- betul
menyadari kasih murni dalam aliran napas. Jadi, tidak ada jalan lain,
kecuali betul-betul meniti jalan nafas itu. Bagaimana tentang puasa
mutih atau ngebleng tiga hari?
Ngebleng itu tidak makan, tidak minum tiga hari. Adanya dari
ngebleng (istilah jawa) jadi ngeblank karena jarang ada yang kuat dan
stabil. Kalau stabil, silakan dilakukan. Tapi, rata- ratanya Anda akan
ngeblank, tidak berdaya, tidak kerja, yang terjadi malah kesambet.
Puasa itu kalau dijalankan dengan hasrat egoistik tidak akan
mendatangkan kemajuan secara spiritual. Banyak orang yang
menjalankannya, tapi jiwanya tidak termurnikan.
Kalau dia itu beruntung, dia punya kekuatan supranatural.
Karena yang dihitung di sana adalah kekuatan tekad, kekuatan tekad
yang egoistik akan menarik entitas lain yang vibrasinya sama dengan
kekuatan itu. Makanya, orang yang bertapa di gunung dengan hasrat
egoistik yang dominan, ia bukan menjadi tercerahkan tetapi punya
kekuatan supranatural dari entitas yang mendompleng padanya.
Oleh sebab itu, saya tidak merekomendasikan Anda untuk
puasa yang bermacam- macam, kecuali jika Anda lakukan sesuai
dengan tuntunan Diri Sejati dalam konteks menyelaraskan badan
Anda. Badan Anda sedang butuh rehat. Tetapi, yang bikin pencerahan
bukanlah puasanya tetapi niat memurnikan jiwa raganya. Semuanya
kembali lagi pada kesadaran saat merasakan aliran nafas selama Anda
berpuasa. Dengan tegas saya mengatakan bahwa tidak ada jalan lain
untuk keselamatan, kecuali keheningan.
Kita fokus saja dengan jalan meniti nafas kita, menyadari nafas
kita untuk terhubung dengan Gusti. Tidak perlu pakai kungkum atau
puasa. Apakah bisa? Jawabannya bisa. Jadi, Anda mau pilih yang
mana? Berendam di bath tube atau jacuzzi sambil menikmati aliran
nafas atau Anda kungkum tengah malam di sebuah telaga sambil
kedinginan sehingga tidak menikmati itu? Opsi lain, Anda makan
mpek- mpek sambil menikmati nafas dan bersuka cita atas kasih Gusti
atau Anda ngebleng sambil menderita?
yang tidak selaras yang memicu kecamuk pikiran itu bisa dibereskan.,
Termasuk bisa dibereskan sistem saraf yang rusak, yang juga jadi
pangkal kekisruhan pikiran. Kuncinya adalah jangan pernah
menyerah, terus lakukan yang terbaik yang bisa Anda lakukan,
berusahalah dengan tekun untuk menyelami keheningan sebisa Anda.
dipikir juga. Berlatih terus dan tak usah tak takut keliru. Jika kita
belajar untuk membaca suara dari keheningan, lalu kita jalankan
petunjuk dari keheningan padahal itu sebenarnya suara pikiran atau
hasrat egoistik kita, pasti akan segera muncul pembuktian dalam
kehidupan praktis. Tak usah menyesal jika ternyata kita keliru, karena
itu bagian dari proses belajar. Jika itu berdampak terhadap kejatuhan
dalam hidup, bangkitlah tanpa penyesalan. Sadari bahwa keliru dan
terjatuh adalah bagian dari proses pematangan dan penyempurnaan
jiwa. Teruslah berlatih, pada saatnya pasti menjadi ahli dalam bidang
ini.
Selanjutnya, kita juga perlu mengerti bahwa hening itu keadaan
pikiran yang terhubung penuh dengan rasa sejati. Kita ada dalam
tuntunan dan naungan kasih murni dari Sang Sumber Hidup. Dan ini
bisa diverifikasi dengan melihat tingkat kesadaran, pancaran aura,
maupun frekuensi gelombang otak. Dalam hening, jika diukur
menggunakan alat pengukur gelombang otak, bisa diidentifikasi
bahwa otak kita sedang memasuki fase “deep”. Pada titik inilah, segala
yang muncul bisa diverifikasi sebagai penyingkapan kebenaran
spiritual.
Iblis, Siluman, atau sumber dari suara yang menyesatkan, hanya
bisa mengelabui dan mempengaruhi mereka yang jiwanya tidak murni,
ada benih ketidaktulusan, obsesi dan watak angkara murka lainnya.
Pikirannya pun sibuk karena membayangkan keadaan-keadaan yang
dihasratkan pikiran egoistiknya. Dalam keheningan, fungsi pikiran
berupa mengingat, berimajinasi dan menganalisa, diisitirahatkan. Yang
difungsikan hanya fungsi pemerhati yang dihubungkan dengan rasa/
sense. Saat pikiran semakin dalam memperhatikan rasa/sense, pastilah
terhubung dengan rasa sejati dan masuklah kepada keheningan.
Sementara dalam ngelamun yang banyak bekerja adalah fungsi
imajinasi, mengingat dan menganalisa – inilah keadaan pikiran yang
sibuk berlawanan dengan kepasrahan. Jadi, jelas sekali bedanya
hening/meditatif dengan melamun/berkhayal. Siapapun yang
moral yang tertanam dalam diri kita karena nilai-nilai dan prinsip
sosial yang ditanamkan ke dalam diri kita lewat beragam skema
pembelajaran.
Sementara suara Tuhan adalah suara dari keheningan dan
kemurnian, pikiran hanya merekam dan mengungkapkan kembali apa
yang dicerap dalam keheningan. Suara itu sendiri muncul dari
keberadaan yang disebut Atman atau roh Kudus - ungkapannya tak
mesti sama dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan ke dalam pikiran,
termasuk bisa berbeda dengan hati nurani. Untuk bisa menangkap
suara Tuhan, pikiran harus menyatu dengan Rasa Sejati/God Feeling.
Suara Tuhan yang memancar lewat Sang Atman hanya bisa tercapai
jika kita melampaui semua konsepsi termasuk baik dan buruk. Ini saya
uraikan sejauh pengalaman pribadi.
Nah, terkait dengan hal ini, saya perlu menjelaskan tentang rasa
bersalah yang tak selamanya merupakan murni sebagai petunjuk
Tuhan bahwa kita benar-benar bersalah. Saya mulai bisa memilah
setelah merenungkan adanya guilty feeling pada satu momen. Saya
selami, dari mana guilty feeling ini muncul? Ternyata, ia muncul dari
membandingkan antara tindakan kita dengan nilai nilai yang
membentuk hati nurani. Saat saya menyelam terus, melampaui hati
nurani, ternyata tak ada penghakiman moral atau penetapan bahwa
tindakan saya salah. Saat itulah saya tahu bedanya hati nurani dan suara
Tuhan. Suara Tuhan mengungkapkan realitas dinamika energi. Bukan
berarti dalam keheningan kita tidak bisa menemukan pesan bahwa
suatu tindakan itu salah. Itu bisa terjadi, saat kita memang benar-benar
melakukan tindakan yang membuat tubuh karma menjadi lebih gelap.
Dari keheningan pasti muncul kesadaran dan pesan bahwa kita telah
bersalah sekaligus muncul tuntunan untuk kembali membuat jiwa
menjadi murni. Tetapi dalam keheningan tidak mungkin muncul
penghakiman moral yang tidak realistis.
paripurna, bukan hanya membuat kita banyak tahu dan pandai bicara
tentang pengetahuan spiritual.
penuh kepada Guru Spiritualnya. Selama Sang Guru Spiritual ini tidak
secara nyata merugikan dirinya, baik secara finansial, energi maupun
lainnya, perlulah seorang pembelajar memelihara trust dengan cara
konsisten mengikuti bimbingan dari Sang Guru. Trust ini terkait
dengan kesetiaan, kejujuran dan kepatuhan dalam menjalankan laku.
Secara faktual, kemajuan yang diraih seorang pembelajar sangat
terkait dengan energi yang dilimpahkan seorang Guru Spiritual
kepadanya. Energi ini menggenapi upaya pribadi dari Sang
Pembelajar. Energi dariSang Guru Spiritual inilah y a n g
sesungguhnya mengakselerasi pencapaian, dan membuatnya bisa
mengatasi berbagai tantangan yang wajar muncul dalam proses
menuju pencerahan. Nah, energi ini hanya bisa bekerja secara efektif
jika ada sambung rasa yang termanifestasi dalam sikap trust atau
percaya penuh kepada Sang Guru.
Tentu saja, trust ini berbeda dengan percaya buta. Kesadaran
dan kewaspadaan para pembelajar tentu harus tetap dijaga. Seorang
Guru Spiritual yang sesungguhnya pasti bersikap atas dasar
kewelasasihan, tidak memanipulasi, tidak pula mengintimidasi dan
memaksakan apapun. Maka, trust ini perlu diletakkan pada konteks
yang tepat: trust diberikan kepada seorang Guru Spiritul yang telah
menjalankan perannya secara tepat, telah terbukti membawa kepada
kemajuan dalam segala aspek perkembangan diri, dan tidak melakukan
tindakan yang manipulatif dan intimidatif.
Trust ini sangat diperlukan karena sangat niscaya, akan ada
banyak pandangan dan tindakan Sang Guru yang sulit dinalar karena
melampaui cara bernalar orang kebanyakan. Terlebih Guru-guru
Spiritual yang telah melampaui dualitas dalam arti tidak lagi
terkungkung oleh konsepsi moral umumnya, pasti akan ada banyak
gagasan dan tindakannya yang mengagetkan. Nah, selama itu semua
tidak merugikan seorang pembelajar; lebih tegasnya, Sang Guru tidak
pernah menempatkan sang pembelajar sebagai korban dengan
menyalahgunakan otoritas, lebih layak bagi seorang pembelajar untuk
tetap berendah hati, tidak merasa lebih pintar dari Sang Guru, apalagi
sampai menghakimi secara serampangan.
Terlebih, pada faktanya, semakin seorang Guru Spiritual
berkibar namanya, semakin banyak fitnah yang menerpanya, dan
semakin juga banyak serangan metafisik yang ditujukan kepadanya
dan juga kepada para pembelajar yang dia asuh. Pada titik inilah sikap
percaya penuh yang berlandaskan keterhubungan jiwa dalam tuntunan
Guru Sejati di dalam diri, sangat diperlukan agar sang pembelajar
tidak mental dan malah berbelok menuju degradasi kesadaran. Trust
menjadikan anda tidak mudah termakan segala gosip atau fitnah,
untuk itu peganglah pengalaman yang nyata saat Anda berhubungan
dengan Guru Spiritual Anda – karena pengalaman Anda itulah
kebenarannya, bukan cerita simpang siur yang datang ke telinga Anda.
Patut juga dimengerti, saat semakin banyak orang berjalan di
jalan pemurnian jiwa, di jagad raya yang mengandung dualitas hitam
putih, gelap terang, jahat baik, tentu saja meniscayakan kemunculan
dark force atau kekuatan gelap (baik dari kalangan manusia maupun
entitas dimensi bawah) yang berusaha membelokkan dengan segala
cara. Segala manuver mulai dari gosip, fitnah, hingga serangan
metafisik untuk merusak hubungan antara seorang pembelajar dengan
Guru Spiritual yang sesungguhnya, akan dilakukannya. Seorang Guru
Spiritual yang berkesadaran tinggi (dalam bahasa Jawa dijuluki
winasis/waskita), tentu mengerti akan hal ini dan terus berupaya
melindungi para pembelajar yang diasuhnya secara energi. Tapi pada
akhirnya, sang pembelajar sendirilah yang menentukan apakah dia
tetap di jalan pemurnian jiwa dan bergerak menuju pencerahan, atau
malah berbelok mengikuti tarikan dari dark force.
Sedulur Papat
Saat zygot di dalam ovarium seorang perempuan terus
berkembang menjadi embrio lalu menjadi janin dan pada akhirnya
terlahir sebagai bayi manusia, Sedulur Papat memegang peranan besar.
Sedulur Papat menjadi wahana dan perantara pemberian daya hidup
dari sang ibu. Sedulur Papat yang dikenal dalam tradisi Jawa
mencakup kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), adi getih
(darah) dan adi puser (tali pusat). Fungsi mereka ini memang
menghantarkan energi dari 4 unsur alam yang kemudian menjadi
nyawa bagi sang janin: energi air, energi tanah, energi api dan energi
udara. Dengan adanya nyawa inilah janin terus bertumbuh di dalam
kandungan Ibu.
Orang Jawa sering memandang segala sesuatu sebagai
keberadaan yang hidup; mereka mempersonifikasi daya atau energi
Sedulur Papat Dan Bakti Kepada Leluhur
yang ada pada 4 hal di atas sehingga muncul julukan sedulur papat ini
muncul. Sedulur berarti saudara, berarti sang janin punya 4 saudara
yang menemaninya selama berada di dalam kandungan. Ketika
terlahir, keempat saudara ini turut “terlahir” juga. Kelahiran sang bayi
didahului oleh pecahnya air ketuban sehingga ia disebut sebagai
kakang atau kakak karena lahir duluan. Dan setelah jabang bayi keluar
dari perut, ikut keluar juga darah, ari-ari dan puser sehingga mereka
disebut sebagai adi atau adik.
Pada umumnya, placenta dikubur lewat satu upacara tertentu,
demikian juga tali puser yang telah lepas, disimpan dengan hormat. Ini
adalah bentuk penghormatan kepada para saudara dari si jabang bayi
– yang begitu banyak jasanya selama si jabang bayi berada di dalam
kandungan.
Tetapi kemudian, apa yang disebut dengan membangkitkan
saudara empat yang sering menjadi sebentuk laku bagi orang-orang
Jawa? Sejauh saya selami, kakang kawah adi ari-ari, getih dan puser,
seiring dengan kelahiran sang bayi, telah menyelesaikan tugasnya dan
kembali menyatu dengan sumber 4 unsur (air, tanah, udara, api) yaitu
Bumi. Saat seseorang menjalani laku kesempurnaan, tidaklah perlu
memanggil atau membangkitkan saudara empat itu terlebih dengan
mengasumsikan mereka adalah sosok kembaran dari diri kita yang
masing-masing bisa memberi daya linuwih. Justru yang perlu menjadi
fokus perhatian adalah apa yang dijuluki dengan Pancer di dalam diri,
yaitu Hingsun/Aku Sejati/Dewa Ruci yang menjadi esensi dari setiap
diri. Untuk terhubung sepenuhnya dengan Hingsun tak perlu terlebih
dahulu membangkitkan saudara empat yang ada di luar diri. Cukup
sadari asalnya bahwa tubuh kita memang berasal dari 4 unsur bumi,
dan niatkanlah untuk selalu selaras dengan keempat unsur itu.
Jikapun hendak lebih akrab dengan saudara empat/sedulur
papat, maka perhatikanlah apa yang ada di dalam diri. Sebagaimana
berbagai tempat dan dimensi di jagad raya ini ada penjaganya, maka di
dalam diri, lapisan kulit, daging, tulang dan darah yang membentuk
Siapakah Leluhur
Ada empat pengertian umum. Pertama, leluhur adalah siapapun
yang lebih dahulu hidup di bumi ini dibandingkan diri kita dan punya
hubungan genetik dengan diri kita. Mereka adalah ibu bapak, kakek
nenek, buyut dan seterusnya Kedua, jejer manungsa kawitan atau
manusia yang menjadi cikal bakal keberadaan umat manusia secara
umum, atau satu etnis dan bangsa tertentu. Ketiga, para tokoh yang
berperan membangun fondasi kebudayaan dan kesadaran spiritual
sebuah bangsa. Walau tidak secara langsung punya kaitan genetik
dengan kita, kita tetap menyebutnya dengan leluhur. Keempat, mereka
yang secara nyata telah ada di dimensi luhur. Jadi para pendahulu kita
yang terkait secara genetik dengan diri kita tapi masih ada di alam kembara
atau arwahnya masih gentayangan, dalam konteks ini, tidak kita sebut sebagai
leluhur. Maka dalam menjalankan satu prosesi yang terkait dengan
leluhur, perjelas dulu leluhur dalam pengertian apa yang kita maksud.
Pola Relasi Keterkaitan leluhur (dalam seluruh pengertiannya) bisa
terkait dengan diri kita dalam berbagai pola yaitu:
1. DNA
Pola relasi yang terkait dengan DNA, data DNA dari para
leluhur berupa karakter, talenta, kesadaran, sesungguhnya
Perlukah Berbakti?
Berbakti pada leluhur tentu saja sebuah kemestian,
mempertimbangkan: Pertama, keberadaan diri kita saat ini hanya bisa
terjadi lewat jasa ibu bapak biologis kita - termasuk para leluhur di
atasnya yang terkait secara genetik; Kedua, kita sewajarnya berterima
kasih karena kita menikmati kehidupan di satu negeri yang diwariskan
Perlunya Kehati-hatian
Pada praktiknya kita perlu berhati-hati saat menjalankan ritual
terhubung leluhur. Mengapa? Pertama, belum tentu leluhur yang
menampakkan dirinya pada kita adalah leluhur kita sesungguhnya.
Bisa saja mereka cuma entitas sebangsa siluman atau jin yang
menyamar. Maka sangat diperlukan kejernihan, terhubunglah selalu
dengan Guru Sejati agar tak terkecoh. Kedua, tidak semua leluhur kita
telah sempurna kesadarannya. Maka perlu kecermatan untuk tidak
mengakses kemampuan tertentu seperti kadigdayan yang justru
menghambat laku penyempurnaan jiwa. Perlu selektif juga terhadap
wejangan mereka - tidak semua selaras dengan kebenaran sejati.
Selanjutnya perlu saya tegaskan bahwa sesungguhnya prosesi
untuk terhubung dan berkomunikasi dengan leluhur bisa dilakukan
kapan saja dimana saja. 24 jam, 365 hari dalam setahun, saluran
komunikasi tak pernah tertutup.
Demikian juga jika hendak menyabda dan menyempurnakan
arwah mereka. Adanya hari tertentu untuk menjalankan prosesi
didasarkan pada konstelasi energi yang lebih powerful saat itu bisa
dipergunakan, tapi bukan berarti pada hari lain tidak bisa.
yang unik mereka tetap ada dan bisa dikenali setinggi apapun
kesadaran yang mereka telah capai.
Lalu sebenarnya bagaimana ajaran spiritual yang tepat dan
realistis mengenai Ego?
Tetapi tetap saja, identitas diri sebagai satu pribadi unik tidak hilang.
Kita hanya tidak terjebak pada identitas diri yang membatasi. Kita
membuka gembok-gembok kesadaran atau meng-unlock lapisan-
lapisan kesadaran diri yang semakin tinggi yang bermuara kepada
ketidakterbatasan. Inilah keadaan yang dinamakan Bali Marang
Sangkan Paraning Dumadi. Dalam bahasa lain, inilah keadaan
Sirnaning Kawula lan Gusti – dalam kesadaran sudah tak ada lagi
hamba dan Tuhan yang terpisah, karena keduanya adalah kesatuan
utuh yang tak terpisahkan. Jumbuh kawula lan Gusti.
Salah satu realitas yang pasti di dalam diri kita itu ada dualitas.
Yakni, ada kecenderungan untuk mengikuti keilahian di dalam diri
atau kebalikannya, kita mengikuti watak angkara, mengikuti
kecenderungan kejahatan di dalam diri. Laku keheningan bisa
membuat Anda melampaui dualitas. Artinya, Anda memilih untuk
tekun di jalan keheningan sehingga hidup Anda betul-betul diliputi
kasih murni, sehingga setiap gerak pikir, kata-kata, dan tindakan itu
mencerminkan kasih murni itu, hingga tidak ada lagi yang namanya
kejahatan di dalam diri. Yang bertanggung jawab supaya Anda tidak
terjebak di dalam kejahatan itu adalah Anda sendiri. Yang
bertanggung jawab untuk menyelamatkan diri Anda, ya Anda sendiri.
Setiap penuntun jalan, setiap guru yang betul-betul memandu kepada
keselamatan hanya menunjukkan jalan, hanya membantu. Tetapi, yang
memastikan Anda selamat atau tidak itu adalah Anda sendiri.
Para pembaca yang saya kasihi, belajarlah untuk bertanggung
jawab kepada nasib Anda sendiri. Laku spiritual itu membimbing
Anda untuk sungguh-sungguh bisa mengerti dan melebur segala
watak angkara didalam diri yang mungkin muncul atau masih ada.
Seseorang jika tidak waspada bisa terjebak dalam keserakahan,
kekejaman, watak manipulatif, kepalsuan, kompetitif (nggak mau
kalah), mau menang sendiri, dan semacamnya. Nah, laku spiritual bisa
membuat Anda mengenali hal ini. Kalau itu sudah kita kenali, kita
pangkas, kita sirnakan, hingga pada suatu titik nanti Anda tidak punya
lagi watak angkara dalam diri, pada titik itulah Anda menjadi pribadi
Melampaui Dualitas
Ilahiah, menjadi pribadi yang hanya punya kasih, bahagia, damai, dan
membawa keselarasan. Maka pada titik inilah, Anda disebut telah
melampaui dualitas.
Pada ajaran Nusantara ada istilah Jumbuh Kawula Gusti. Kalau
kita menyatu dengan Tuhan yang sebenarnya dari awal juga kita sudah
menyatu. Tapi, karena kita punya Free Will, seringkali tidak tersingkap
sikap yang tepat sesuai dengan kualitas Ketuhanan. Laku spiritual
yang tepat membuat Anda segala gerak langkahnya mengikuti
tuntunan Gusti. Itulah artinya kalau nanti suatu saat Anda sudah
penuh mengikuti Dia sampai ke fase Jumbuh Kawula Gusti, Anda sudah
tidak lagi punya watak angkara, itulah indikasinya Anda sudah Jumbuh
Kawula Gusti, pada taraf ini anda pasti selamat. Keselamatan Anda
tergantung pada hal ini, ketidakselamatan Anda adalah buah dari
watak angkara yang belum sirna, watak angkara menciptakan dosa,
dosa itu menciptakan medan energi yang tidak selaras,
ketidakselarasan memberikan penderitaan. Saya mengajak Anda untuk
betul-betul bisa memastikan agar yang ada hanyalah keselamatan, saat
ini maupun ketika jiwa Anda melewati gerbang kematian.
Kalau ada yang punya pertanyaan, “Apakah boleh saya
menyebut Sang Sumber ini dengan bahasa Jawa ‘Gusti’?” Boleh.
Boleh tidak dengan bahasa Arab, boleh bahasa Inggris, silakan. Nah,
lalu cara apa yang bisa dilakukan agar betul-betul kita ini ada di jalan
keselamatan? Terserah Anda mau mempraktikkan dengan cara apa,
tetapi yang penting esensi keheningan adalah Kembali kepada
kesadaran itu.
“Bagaimana kalau saya tetap salat lima waktu?”
Loh, yang melarang siapa? Kalau Anda merasa cocok dengan
itu, dan menjadikannya sebagai latihan spiritual Anda sendiri, dan
dengan itu Anda bisa menyadari kehadiran Tuhan lebih konsisten
dengan seluruh gerakan dan kata-kata, silakan dilakukan.
Sejati Anda. Hanya dengan cara itu, Anda akan memetik buah
perbuatan yang selaras, buah perbuatan yang manis. Jadi, kalau Anda
kemudian menderita atau Anda bahagia sebetulnya itu adalah buah
pilihan Anda sendiri. Jangan pernah menyalahkan Tuhan atau
siapapun.
Tindakan- tindakan yang konyol, misalnya ada orang yang
karena ceroboh, kemudian dia masuk selokan. Akhirnya, untuk
menghibur diri dia bilang, "Ya sudahlah, ini sudah kehendak Tuhan."
Siapa yang menghendaki Anda masuk selokan? Anda jangan suka
menuduh Tuhan sembarangan. Kalau Anda masuk selokan, semua itu
karena buah perbuatan Anda sendiri. Anda punya free will untuk
Anda bisa memilih tidak masuk ke selokan itu. Tidak ada Tuhan yang
memaksa anda masuk selokan. Tapi, itu terjadi karena Anda ceroboh,
Anda tidak berhati- hati, karena itu Anda masuk selokan. Jadi, jangan
sembarang menyalahkan Tuhan.
Misalnya, Anda kemudian bangkrut dalam bisnis, mengalami
penderitaan dalam rumah tangga, stoplah, menghibur diri dengan
kata- kata yang ilusif, "Ini memang sudah kehendak Tuhan". Tidak
begitu ceritanya. Kenyataan sebenarnya adalah apa pun yang Anda
dapatkan, itu adalah hasil pilihan Anda yang anda pilih secara sadar
maupun tidak sadar. Anda bisa saja memilih dengan prasangka Anda.
Orang- orang baik bisa terjerumus jika dia culun, tidak waspada,
mengambil keputusan berdasarkan prasangka yang itu sebetulnya
membahayakan dirinya, karena ia mengabaikan sinyal dari dalam
dirinya. Pasti nanti buahnya adalah masalah, kecelakaan, penderitaan.
Jadi, siapa pun yang mengalami itu, jangan sembrono menyalahkan
Tuhan dengan mengatakan itu ketetapan Tuhan.
Rancangan Agung
Kehendak Tuhan yang sejati itu adalah Rancangan Agung.
Setiap orang sesuai dengan perjalanan jiwanya di masa lalu, kemudian
terlahir ke bumi atau terlahir di planet mana pun untuk melanjutkan
proses evolusinya. Dalam proses evolusi itu ada Rancangan Agung
yang pada akhirnya manusia bisa naik level, bisa semakin bertumbuh
benih keilahiannya, bisa semakin dekat dengan kualitas keilahiannya,
menemukan kebahagiaan sejati. Nah, Rancangan Agung ini tidak
dipaksakan kepada manusia. Secara faktual, manusia itu ada
Rancangan Agungnya, tapi ada opsi lainnya. Manusia bebas memilih,
karena manusia punya Free Will.
Sejati. Rasa Sejati itu bisa Anda temukan kalau Anda betul- betul
hening. Hening artinya menyadari nafas, menyadari kasih murni,
menyadari keberadaan Diri Sejati dan keterhubungan dengan Dia
sepanjang waktu. Hanya dengan mengikuti tuntunan Agung di dalam
diri itulah Anda akan ada didalam keselamatan.
Apa gerak pikir yang membuat tubuh halus jadi keruh? Segala
gerak pikir yang merupakan prasangka. Eksperimen aja, biarkan aja di
pikiran Anda muncul ini, "SHD emang halu, tukang bohong." Dicek
nanti apa dampaknya ke tubuh halus yang membungkus jiwa - lebih
spesifiknya itu adalah bagian dari tubuh halus yang kita sebut sebagai
tubuh karma.
Apa kata-kata yang membuat jiwa keruh? Omelin saja orang-
orang yang lewat di depan Anda. Tiap ada yang lewat sumpahin aja,
"Asu kowe! Brengsek!" (Tapi jangan keras-keras, jangan sampai
eksperimen ini berakhir dengan Anda dipukuli orang).
Apa tindakan yang membuat jiwa jadi keruh? Gampang, coba
saja: ludahin aja pohon yang paling dekat dengan Anda. Atau Anda
ambil lumpur, kotorin saja tembok tetangga. Tapi jangan ketahuan
nanti Anda dilaporin ke polisi. Atau mau lebih keren, Anda coba
praktik pesugihan, cari dukun terdekat untuk bikin dagangan Anda
laris.
Secara faktual, sejauh saya saksikan, kesemuanya itu membuat
ada noda di tubuh karma. Itulah yang disebut dosa atau karma buruk.
Jika tidak pernah dibersihkan apalagi terus menumpuk ya pasti ada
momen ngunduh wohing pakarti, karma itu berbuah: ada umpan balik
berupa "peristiwa yang membawa derita", disebut juga sebagai
musibah.
Semesta itu meresonansi kualitas jiwa dan vibrasi kita, termasuk
merespon secara adil dan akurat saat kita penuh jejak dosa.
Jika jejak dosa ini tak kunjung jernih sampai kematian, itu akan
kita petik hasilnya di kehidupan pasca kematian: terjebak di neraka
dimensi rendah, atau menderita kemalangan saat terlahir kembali ke
bumi.
Pertanyaannya, bisakah dosa diampuni dan tubuh karma jadi
jernih kembali? Bisa. Tapi tidak gampang. Saya akan ceritakan di
tulisan lanjutan bagaimana saya terbebas dari jejak dosa.
Pengampunan Dosa
Saya kembali menulis tentang dosa, berdasarkan observasi
terhadap berbagai kasus. Tentunya observasi yang dilakukan bukan
menggunakan perangkat inderawi, tapi menggunakan rasa sejati. Rasa
sejati ini alat di relung hati untuk membaca realitas multidimensi, bisa
dipergunakan oleh siapapun yang tekun di dalam keheningan.
Dosa, adalah dampak dari perilaku yang tidak selaras: melanggar
tuntunan Diri Sejati/Tuhan, bertentangan dengan prinsip kasih
murni, menciptakan kerusakan. Siapapun yang melakukan dosa lewat
pikiran, kata- kata maupun tindakan, otomatis memunculkan jejak
noda di tubuh halusnya - tepatnya di tubuh karma (karmic body).
Tidak perlu pengadilan oleh dewa dewi atau malaikat, jejak dosa ini
otomatis muncul karena apapun yang dilakukan manusia langsung
terinput kedalam sistem keadilan semesta yang presisi.
Nah, saat saya hidup dengan Ego, karena memang belum
mengerti keheningan, saya secara nyata menumpuk jejak dosa. Tubuh
karma saya keruh akibat ilusi saya, akibat kebiasaan memaksakan
maunya Ego, akibat bicara tanpa kesadaran murni, juga akibat berlaku
mengikuti sistem yang sebenarnya salah. Tubuh karma saya pernah
keruh.
Terlebih saat ceroboh dalam belajar spiritual, saya terjerat dark
force, itu menambah dosa juga. Akumulasi dari kesemua itu, tentu
membentuk nasib saya: saat tiba masanya memetik buah karma,
datanglah berbagai peristiwa yang membawa duka. Mulai dari
kesulitan finansial, konflik rumah tangga, sakit, dan sebagainya. Dulu
saya protes pada Tuhan atas apa yang terjadi, karena saya merasa
orang baik dan taat secara religi.
Saat saya menemukan kesadaran murni lewat keheningan - tentu
karena karma baik yang berbuah, saya menjadi mengerti mengapa
saya dulu penuh dosa. Sekalipun kalo dibandingkan, dosa saya saat itu
cuma 1/10.000 dari dosa para penjahat durjana papan atas di negeri
ini. Dosa tetaplah dosa dan pasti ada umpan baliknya dari semesta.
Karena saya juga punya banyak karma baik, umpan balik ini datang
cepat sehingga saya cepat juga terpacu untuk bertransformasi. Hidup
dengan banyak masalah dan derita kan memang gak asyik, maka saya
berjuang mengatasinya: ternyata caranya adalah purifikasi diri lewat
laku hening.
Jejak dosa bisa terhapus dengan dua cara: pertama, ia berbuah
sebagai derita hidup lalu kita menangkap pelajaran dari derita itu
untuk memperbaiki laku hidup. Banyak derita tapi ndableg gak
belajar- belajar ya gak akan membuat kita bebas dari dosa. Kedua, ia
dilebur dengan menghayati sepenuhnya kasih murni Tuhan, dengan
kerendahan hati sungguh- sungguh meminta maaf atas kesalahan, dan
berupaya maksimal memulihkan kerusakan yang ditimbulkan secara
energi dan materi.
Kita tangkap pelajaran berharga dari kesalahan di masa lalu, dan
memperbaiki laku agar tidak terjebak pada kesalahan yang sama.
Inilah yang saya sebut sebagai "meditasi api suci". Tapi jangan
sembrono dengan menganggap sekadar mendengarkan audio meditasi
api suci dari saya maka dosa Anda langsung diampuni. Enak aja. Tidak
begitu cara kerjanya. Anda harus sungguh- sungguh masuk pada
kesadaran baru, terlahir kembali jadi manusia yang setia pada Diri
Sejati/Tuhan.
Saya bebas dari jejak dosa masa lalu pada akhir 2018, setelah
menjalani program purifikasi dengan sungguh- sungguh sejak 2016.
Sebelum 2016 saya masih terjerat sesuatu yang membuat saya tak
kunjung benar- benar melakukan purifikasi, saya belum berjalan di
pakem saya sendiri. Meski ada beberapa tindakan ngawur di
2016/2017, saya pada dasarnya sungguh- sungguh berjuang
memperbaiki diri.
Setelah itu, saya menjadi sangat peka jika berbuat salah, saya
langsung melakukan pertaubatan. Saya ingat, tahun 2019 ada 3
tindakan dosa yang saya lakukan: meludah sembarangan, tergoda
untuk pencitraan, dan satu momen saya ngeyel sama Diri Sejati.
Tahun 2020 dan 2021, saya semakin setia pada Diri Sejati/Tuhan,
sehingga semakin terbebas dari dosa dan akar derita. Saya semakin
menikmati sorga yang nyata. Tentu saya semakin hati- hati agar tidak
ada celah untuk kejatuhan dari sorga yang nyata.