Anda di halaman 1dari 3

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,hingga kami beroleh

hati yang bijaksana. Mazmur 90:12


Pencarian tujuan hidup telah membingungkan banyak orang. Hal ini
disebabkan oleh karena kita pada umumnya memulai dengan titik awal yang
keliru, yaitu diri kita sendiri. Kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berpusat pada diri sendiri seperti, Ingin menjadi apakah aku kelak? Apa
yang sebaiknya aku lakukan dengan hidupku? Apakah sasaran-sasaranku,
ambisi-ambisiku, impian-impianku untuk masa depanku? Tetapi
memusatkan perhatian pada diri sendiri tidak akan pernah menyingkapkan
tujuan hidup kita. Firman-Nya menyaksikan bahwa di dalam tangan-Nya
terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia (Ayub 12:10).
Itu menjadi suatu pertanda bahwa Tuhan-lah yang empunya segala sesuatu
dalam hidup kita. Lalu, pertanyaan yang muncul - bagaimana kita
menemukan tujuan Tuhan Allah menciptakan kita? Kita diperhadapkan
dengan dua pilihan. Pilihan pertama adalah spekulasi, yang merupakan
pilihan sebagian besar orang. Banyak orang menebak, menduga, dan
berteori. Ketika orang berkata, Aku selalu berpikir bahwa hidup ini
adalah, yang mereka maksudkan ialah inilah perkiraan terbaik yang bisa
ku hasilkan. Banyak sekali orang pintar disekitar kita bahkan termasuk diri
kita sendiri, berspekulasi tentang makna kehidupan. Dengan berupaya
mengkaitkannya terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita
cenderung mendefenisikan bahwa tujuan hidup adalah seperti ini, seperti
itu, dan sebagainya menurut cara berpikir kita masing-masing. Filsafat
adalah suatu ilmu penting dan memiliki manfaat, tetapi apabila filsafat
menentukan tujuan hidup, bahkan para filsuf yang paling bijak sekali pun
hanyalah sekedar mampu menebak saja. Itu berarti, tiada satu pun di dunia
ini yang dapat merumuskan tujuan hidup manusia secara utuh. Ini sangat
penting untuk kita pahami. Kemudian pilihan kedua adalah penyataan, yang
merupakan cara Tuhan Allah sendiri menyatakan tentang kehidupan di
dalam Firman-Nya. Cara termudah untuk menemukan suatu jenis barang
tertentu adalah dengan bertanya langsung pada si pembuat (pencipta)
barang tersebut. Demikian pula hal yang sama berlaku untuk menemukan
tujuan hidup kita, mari kita tanyakan pada Tuhan Allah Sang Pencipta,
bukan sebaliknya malah bertanya apalagi sampai menaruh pengaharapan
terhadap kuasa duniawi. Hikmat Allahtersembunyi jauh di dalam maksud-
maksud-Nya Apa yang Tuhan Allah tentukan sebagai cara untuk
memunculkan hal terbaik yang Ia ciptakan di dalam kita merupakan berita
yang sudah ada sejak semula sebelum dunia dijadikanNya (1 Korintus
2:7). Tuhan Allah adalah sumber kehidupan, maka untuk menemukan
tujuan hidup kita harus melihat FirmanNya yang mengandung hikmat dan
kebijaksanaan, bukan sebaliknya hikmat dunia. Kita harus membangun
kehidupan ini di atas kebenaran-kebenaran kekal, bukan dari psikologi
umum, motivasi sukses, atau kisah-kisah yang memberi inspirasi. Itu
memang diperlukan, tetapi sifatnya hanyalah pelengkap sedangkan yang
menjadi substansi pokok adalah hikmat dari Tuhan Allah sendiri. Sebab
FirmanNya berkata, Di dalam Kristuslah kita menemukan siapa kita dan
untuk apa kita hidup (Efesus 1:11). Ini sungguh mengajak kita untuk dapat
lebih mengenal diri sendiri sebagai pribadi yang otentik, pribadi yang unik,
pribadi yang berharga di mata-Nya. Merupakan suatu kebanggaan tersendiri
bagi kita, ketika kita memasuki satu kesempatan yang baru dengan
mengenang kembali peristiwa hari lahir ke dunia, itulah yang selanjutnya
kita sebut dengan peristiwa Ulang Tahun. Peristiwa ulang tahun bagi
sebagian orang kerap sekali dijadikan sebagai moment perayaan, yang di
dalamnya kita dapat saling berbagi, tertawa bersama, saling menguatkan
dengan cara memberikan kata-kata peneguhan dan motivasi sebagai
pelengkap tujuan hidup itu tadi, dan yang terpenting adalah mengucap
syukur kepada-Nya atas berkat dan perlindungan yang sudah diberikan.
Dengan bertambahnya usia terhadap seseorang diharapkan dapat
menambahkan kedewasaan berpikir dan bertindak. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu panduan yang mampu menuntun arah perjalanan hidup
seseorang supaya lebih baik adanya di waktu mendatang. Pemazmur dalam
nas renungan ini menyampaikan maksudnya kepada kita dengan
mengkemasnya dalam bentuk doa permohonan. Doa permohonan tersebut
lahir dari keyakinan imannya bahwa Tuhan Allah adalah Penolong Israel
yang setia dan Penolong yang mahakuasa bagi manusia ~ manusia yang
sungguh begitu tiada berarti dan patut menerima penghukuman. Dalam
permohonan itu disebutkan supaya diberi hati yang bijaksana yakni hati
yang sadar akan hakikat kepapaan manusia dan tahu hidup sesuai
dengannya. Sebab hidup ini merupakan benar-benar singkat dan selalu
berada dalam ancaman hukuman Tuhan bila kita menyimpang dari jalanNya,
maka dibutuhkan suatu pengontrol bagi kita agar mampu menjalani hidup
supaya baik adanya dengan memiliki hati yang bijaksana. Hati yang
bijaksana ialah hati yang mengenal kekuatan murka Tuhan (bnd.Mazmur
90:11). Oleh karena itu untuk memperoleh hati yang bijaksana maka
manusia perlu dibimbing oleh Tuhan Allah (ajarlah). Ungkapan Ajarlah
kami menghitung hari-hari sungguh mau mengatakan bagi kita, tidak
perlu malu untuk belajar, membuka diri terhadap kekurangan dan
kelemahan diri sendiri, meminta pertolonganNya supaya kita dianugerahkan
hati yang bijaksana. Justru banyak orang pada zaman sekarang sangat sulit
untuk membuka diri, belum mampu mengenali diri sendiri dan menerimanya
apa adanya. Hal ini sungguh patut untuk dipergumulkan.Mengenai hal ini,
seseorang pernah menulis catatan ini:"Ketika aku muda, aku ingin
mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulitnya mengubah
seluruh dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku saja. Ketika
aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha
mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah
mengubah kotaku. Maka aku pun mulai mengubah keluargaku. Kini aku
semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Aku sadari bahwa
satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri. Tiba-tiba aku
tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku
pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan
mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini." Pesan
yang kita peroleh dari tulisan di atas ialah: Tidak ada yang bisa kita ubah
sebelum kita mengubah diri sendiri. Tak bisa kita mengubah diri sendiri
sebelum mengenal diri sendiri. Takkan kenal pada diri sendiri sebelum
mampu menerima diri ini apa adanya. Saudara, para pembaca Buletin
Narhasem Yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, ulang tahun merupakan
moment yang sangat penting bagi kita untuk dapat mengevaluasi karya dan
upaya yang sudah dikerjakan pada masa lampau, selanjutnya kita dapat
berbenah diri untuk melangkah lebih pasti pada masa yang akan datang
dengan dibekali hati yang bijaksana sebagai bentuk penyertaan Tuhan Allah
dalam hidup kita. Sungguh patutlah kita mengucap syukur kepada-Nya,
sebab Tuhan itu sungguh baik. Perjalanan pelayanan HKBP Semper yang
sudah memasuki usia ke-35 merupakan bukti nyata penyertaanNya, bahwa
Tuhan Allah itu sungguh baik sehingga Dia memelihara gerejaNya,
memberkati jemaatNya, serta memperlengkapi hamba-hambaNya dengan
hikmat dan kebijaksanaan daripadaNya, agar melalui pelayanan HKBP
Semper semakin bertambah bilangan orang percaya demi perwujudan
kerajaanNya di tengah-tengah dunia ini. Selamat Ulang tahun yang ke-35
untuk HKBP Semper. Selamat merayakan Natal bagi segenap pembaca
sekalian. Tuhan Yesus Kristus memberkati Saudara. Amin.

Anda mungkin juga menyukai