Anda di halaman 1dari 73

DAFTAR ISI

Pengantar...........................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
JOKO WIDODO...............................................................................................................
 Biografi Singkat.......................................................................................................
 Kata-kata Bijak........................................................................................................
DAHLAN ISKAN..............................................................................................................

 Biografi Singkat.......................................................................................................
 Kata-kata Bijak........................................................................................................
BJ HABIBIE......................................................................................................................

 Biografi Singkat.......................................................................................................
 Kata-kata Bijak........................................................................................................
CHAIRUL TANJUNG......................................................................................................

 Biografi Singkat.......................................................................................................
 Kata-kata Bijak........................................................................................................
MAHFUD MD....................................................................................................................

 Biografi Singkat.......................................................................................................
 Kata-kata Bijak........................................................................................................
JUSUF KALLA..................................................................................................................

 Biografi Singkat.......................................................................................................
 Kata-kata Bijak........................................................................................................
REFERENSI......................................................................................................................
JOKO WIDODO

Biografi Singkat

Pada 21 Juni 1961, Sujiatmi melahirkan dengan selamat sesosok bayi mungil yang
sehat di Poliklinik Brayat Minulyo, Solo, Jawa Tengah. Oleh suaminya, Notomiharjo, sang
jabang bayi kemudian diberi nama Joko Widodo. Pemberian nama Joko Widodo tersebut
tentu bukan tanpa maksud. Terlebih orang zaman dulu sangat berhati-hati dalam memberikan
nama untuk anak-anaknya—tidak seperti sekarang yang kebanyakan berkiblat pada nama-
nama Barat. Nama Joko Widodo sendiri memiliki makna yang positif. Dalam bahasa Jawa,
Joko berarti anak muda (pemuda), sedangkan Widodo berarti selamat. Jadi, maksud
pemberian nama Joko Widodo oleh Notomiharjo barangkali agar anak laki-lakinya itu kelak
bisa menjadi orang yang sukses dan selamat dunia akhirat.
Joko Widodo mulai mengenyam pendidikan akademik di sekolah TK (Taman Kanak-
Kanak) di Ketelan, Banjarsari. Selama setahun, ia menghabiskan waktunya untuk bermain
dan belajar di sekolah itu. Selanjutnya, ia melanjutkan sekolah di SD Negeri 111 Tirtoyoso,
Solo. Meski jarang belajar, namun selama enam tahun di SD ia selalu menjadi juara kelas.
Setelah lulus SD tahun 1974, ia melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Solo. Saat
duduk di bangku SMP ini, kesadaran belajarnya mulai meningkat. . Ia semakin rajin belajar
dan sering menjadi juara kelas. Hal ini mungkin didorong oleh teman-temannya, karena SMP
Negeri 1 Solo adalah sekolah favorit di mana para siswanya pandai-pandai.
Meski berangkat dan pulang sekolah hanya berjalan kaki, semangat belajar Joko
Widodo tak pernah surut. Kala itu, anak sekolah naik sepeda masih tergolong langka,
sehingga berjalan kaki adalah hal yang biasa. Lagi pula, waktu itu zaman masih susah, tidak
seperti sekarang yang telah tersedia bermacam-macam alat transportasi.

Setelah lulus dari SMP, teman-teman dekatnya melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1
Solo, sekolah favorit yang menjadi incaran para siswa lulusan SMP di kota Solo, termasuk
dirinya. Namun, impiannya untuk masuk ke SMA favorit itu harus kandas karena tidak lulus
ujian seleksi. Ia kalah bersaing dari siswa-siswa lainnya. Akhirnya, dengan “berat hati”, ia
masuk ke SMA Negeri 6 Solo.
Joko Widodo merasa sangat kecewa tidak diterima di SMA Negeri 1 Solo. Ia sempat
murung dan hanya mengurung diri di kamar. Ia keluar kalau hendak berangkat ke sekolah
saja. Bahkan, ia sempat sakit tifus. Setahun pertama, sekolah ia jalani dengan setengah hati.
Seolah tak berselera untuk bersekolah. Namun, setelah naik ke kelas dua, gairahnya untuk
sekolah kembali membuncah. Ia menjadi semangat belajar setelah motivasinya dilecut oleh
sang ibu. Ibunya menasihati, apabila ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri favorit,
maka ia harus belajar.
Setelah menerima nasihat dari ibunya, Joko Widodo kembali termotivasi karena ingin
melanjutkan ke perguruan tinggi favorit, Universitas Gadjah Mada. Namun demikian,
menurut sang ibu, secara umum, Joko Widodo termasuk tekun belajar. Bahkan, ia tidak perlu
memaksa anak lelaki satu-satunya itu untuk belajar. Dengan niat dan kemauannya sendiri,
Joko Widodo rajin belajar serta mengerjakan tugas sekolah dengan tepat waktu.
Wajar saja jika Jokowi kecewa dan enggan masuk ke SMA Negeri 6. Pasalnya,
sekolah itu merupakan hasil rombakan dari Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan
(SMPP) Nomor 40 Surakarta yang berdiri tahun 1976. Saat posisi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dijabat oleh Daoed Joesoef, kebijakan dan kurikulum diubah, dan nama SMPP
diubah menjadi SMA. Awalnya, sekolah itu masih menjadi satu dengan SMA Negeri 5 yang
letaknya memang berdekatan.
Dan, ketika Joko Widodo masuk SMA Negeri 6 tahun 1978, sekolah itu baru saja
berubah status dari SMPP menjadi SMA. Ia adalah angkatan pertama dan lulusan pertama
tahun 1980. Kala itu, ada enam SMA negeri di Solo, dan SMA Negeri 6 adalah yang paling
jelek mutunya. Dan, karena namanya semula adalah SMPP (Sekolah Menengah Persiapan
Pembangunan), sehingga orang sering salah sangka, dikiranya SMP.
SMPP semula disiapkan untuk mendidik siswa-siswa yang ingin siap kerja begitu
lulus, kalau sekarang semacam sekolah menengah kejuruan (SMK). Karena itulah, SMPP
dibangun dengan banyak laboratorium, seperti laboratorium kayu, besi, mesin, listrik, IPS
(mengetik), dan pembukuan. Namun, begitu jabatan Mendikbud Muhammad Mashuri
digantikan oleh Daoed Joesof, semua SMPP disamaratakan menjadi SMA. Kemudian, nama
SMPP (yang ada di Solo) ditulis dalam kurung SMA Negeri 6, karena banyak yang mengira
SMP.
Dan, benar saja, setelah lulus dari SMA Negeri 6 Solo pada 1980 dengan nilai terbaik
dan menjadi juara umum, ia masuk ke Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Karena sedari
kecil bercita-cita ingin menjadi pengusaha kayu, ia mengambil jurusan Teknologi Kayu
Fakultas Kehutanan UGM.
Keputusan Joko Widodo melanjutkan kuliah tentu menjadi beban tersendiri bagi
ayahnya yang hanya seorang tukang kayu, yang pendapatannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saya kuliah ketika kemampuan ekonomi orang tua tidak
hanya terbatas, tetapi minus,” kenang Joko Widodo.
Kendati hidup pas-pasan, bahkan minus, sang ayah tidak patah arang. Ia terus bekerja
keras agar keempat anaknya bisa menyelesaikan pendidikan hingga tuntas. Dan, Joko
Widodo pun tak mau mengecewakan jerih payah sang ayah. Apalagi kakeknya juga ikut
membantu membiayai kuliah dengan menjual sapinya. Karena itulah, ia terus memacu diri
agar tetap bersemangat kuliah dan cepat lulus. Nilai indeks prestasinya pun cukup tinggi.
Selama kuliah di Yogyakarta, Joko Widodo indekos. Mengingat kondisi keluarga
yang pas-pasan, ia pun mencari rumah kos yang paling murah. Karena itulah, ia sering
berpindah-pindah kos, sedikitnya hingga lima kali. Setiap seminggu atau sebulan sekali, ia
pulang ke Solo naik bus.
Saat kuliah ini pula, Joko Widodo menemukan tambatan hatinya, Iriana, seorang
gadis cantik nan sederhana. Asal mula perkenalan Joko Widodo dengan Iriana adalah lewat
adiknya. Iriana adalah teman kuliah adiknya dan sering bermain ke rumah, sehingga mereka
kerap bertemu.
Semenjak berkenalan dengan Iriana dan mulai berkomitmen untuk berpacaran
dengannya, Joko Widodo tidak pernah berpaling ke perempuan lain. Kesetiaan hatinya
kepada Iriana memang benar-benar teruji. Lagi pula, Joko Widodo sama sekali tidak
memiliki potongan untuk menjadi lelaki playboy.
Selepas lulus kuliah pada 1985, Joko Widodo langsung mendapatkan pekerjaan di PT.
Kertas Kraft Aceh di Aceh. Sehingga, ia pun harus meninggalkan Solo beserta ibu dan adik-
adiknya. Setelah menikahi Iriana pada 24 Desember 1986, ia langsung memboyong istrinya
itu ke Aceh. Tetapi, setelah istrinya hamil, ia memutuskan untuk kembali ke Solo. Dari hasil
pernikahannya dengan Iriana, ia dikaruniai tiga orang anak, yakni Gibran Rakabuming,
Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.

Menuju solo 1
Setelah Sukses merintis usaha mebel membuat Jokowi sangat terkenal di kalangan
rekan sesama pebisnis mebel. Tak tanggung-tanggung, atas penunjukan rekan-rekannya, ia
menjabat posisi tertinggi dalam Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia, sebuah
organisasi yang ia dirikan bersama rekan-rekan bisnisnya pada Juli 2002. Selain itu, rekan-
rekan pengusaha mebel pun menunjuk dirinya sebagai ketua Komda Solo Raya selama dua
periode, yakni 2002–2004 dan 2004–2008.
Di sinilah, karakter kepemimpinan Jokowi yang ngemong dan visioner terlihat.
Karena itulah, oleh rekan-rekannya, ia didorong untuk terjun ke dunia politik dengan ikut
mencalonkan diri sebagai wali kota. Akhirnya, pada 2005, ia melemparkan tugas sebagai
ketua Asmindo jabatan ketua Asmindo dan ketua Koma Solo Raya untuk terjun ke dunia
politik guna mencalonkan diri menjadi wali kota Solo. Padahal, sebelumnya tak pernah
terlintas dalam benaknya untuk menjadi wali kota. Jangankan membayangkan menjadi wali
kota, terobsesi untuk terjun ke dunia politik saja tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya,
apalagi untuk memimpin sebuah daerah seperti Solo.
Namun, kendala utama yang ia hadapi kala itu terkait rencana pencalonannya sebagai
wali kota adalah kendaraan politik yang akan ia gunakan, mengingat saat itu ia sama sekali
tidak tergabung dengan partai politik mana pun. Singkat cerita, akhirnya ia dipertemukan
dengan ketua DPC PDI Perjuangan Solo, F.X. Hadi Rudyatmo. Dengan kata lain, ia dipinang
oleh PDI Perjuangan. Setelah proses peminangan dan kedua belah pihak menemukan
kecocokan, akhirnya Jokowi dan F.X. Hadi Rudyatmo maju sebagai pasangan calon wali kota
dan wakil wali kota Solo, dengan mengusung ekonomi kerakyatan.
Perihal rencana pencalonannya sebagai calon wali kota itu, sebelumnya ia telah
mengonsultasikannya kepada sang ibunda tercinta. Pada awalnya, ia hanya menyampaikan
kepada ibunya, Sujiatmi, bahwa dirinya dilamar, tanpa memberikan penjelasan detail. Tak
ayal, Sujiatmi pun terheran-heran dibuatnya. Dalam hati, ia cemas dan bertanya-tanya,
jangan-jangan anaknya akan menikah lagi. Tetapi, mana mungkin, Jokowi ‘kan tidak
memiliki potongan untuk berpoligami?
Selama beberapa hari, Sujiatmi berada dalam kecemasan dan perasaan was-was yang
menderu, sampai akhirnya Jokowi datang kepadanya dan menjelaskan maksud kata “dilamar”
yang sempat ia lontarkan beberapa hari yang lalu. Kepada ibunya, Jokowi mengatakan jika
dirinya sedang dilamar oleh PDI Perjuangan untuk maju ke bursa pemilihan wali kota Solo.
Mendengar pengakuan anaknya, Sujiatmi terhenyak. Ia tidak langsung memberikan
restu atas niatan anaknya itu. Ia meminta Jokowi untuk berpikir kembali dan
mempertimbangkannya secara matang perihal rencananya itu. Namun, Jokowi berusaha
meyakinkan ibunya dan mengatakan bahwa dirinya sudah mantap ingin maju dalam
pemilihan wali kota.
Karena putra sulungnya itu sudah benar-benar mantap dengan keinginannya, Sujiatmi
pun merestuinya. Ia berpesan kepada Jokowi agar berjuang serta terus berdoa. Dan, akhirnya
pada pemungutan suara Pilkada Solo 27 Juni 2005, pasangan Jokowi dan F.X. Hadi
Rudyatmo menang dengan persentase lebih dari 37%.
Prestasi-prestasi
Nama Joko Widodo mulai menjadi sorotan ketika terpilih menjadi Walikota
Surakarta. Awalnya publik menyangsikan kemampuan pengusaha mebel ini untuk memimpin
dan mengembangkan kota Surakarta, namun beberapa perubahan penting yang dibuat untuk
membangun Surakarta di tahun pertama kepemimpinannya menepis keraguan ini.
Diawali dengan branding, di bawah kepemimpinan Jokowi kota Surakarta atau yang
sering disebut dengan Solo punya slogan 'Solo: The Spirit of Java' yang mendasari semangat
warga Solo untuk mengembangkan kotanya. Ini bukan sekedar branding, sejak tahun 2006
lalu kota Surakarta telah menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia. Dengan
keanggotaan tersebut, di tahun berikutnya (2007) Solo menjadi tempat Festival Musik Dunia
(FMD) yang diadakan di Benteng Vastenburg. Penyelenggaraan event ini membawa misi
penyelamatan situs bersejarah karena benteng tersebut terancam akan digusur untuk
kepentingan bisnis. Bahkan tahun 2008, Solo menjadi tuan rumah penyelenggara konferensi
Organisasi Kota-kota Warisan Dunia ini. 
Proses relokasi pedagang barang bekas yang biasanya selalu diwarnai dengan
penolakan dan protes bisa dilakukan Jokowi dengan baik karena komunikasi yang langsung
dan jelas dijalin dengan masyarakat. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah melalui
saluran televisi lokal di mana masyarakat bisa langsung berinteraksi dengan walikotanya.
Masalah lahan hijau juga menjadi perhatian Jokowi, relokasi pedagang barang bekas tersebut
juga dilakukan dalam rangka revitalisasi lahan hijau di kota Solo
Langkah besar lain yang diambil oleh Jokowi adalah menetapkan persyaratan bagi
para investor untuk memperhatikan kepentingan publik dan tidak segan untuk menolak
mereka jika tidak bisa mengikuti peraturan yang ada dalam kepemimpinan Jokowi. Nama
Surakarta kembali menjadi perbincangan ketika para siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di Solo ini berhasil merakit mobil yang diberi nama Esemka. Jokowi sangat
mendukung hasil yang membanggakan ini dengan ikut mengendarai mobil Esemka tersebut.
Untuk prestasinya ini Jokowi kemudian mencalonkan diri di Pemilihan Gubernur DKI
Jakarta tahun 2012 bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakilnya. Mereka
berdua menjadi pasangan calon gubernur yang paling kuat berdasarkan perhitungan cepat
yang dilakukan di hari pemilihan (Rabu, 11 Juli 2012), dan menjadi cagub yang paling
banyak disoroti dalam Pilgub DKI 2012 ini. Namun demikian pencalonan Jokowi diwarnai
dengan isu SARA yang dikeluarkan oleh Rhoma Irama dalam ceramahnya di Masjid Al'Isra
Tanjung Duren Jakarta Barat. Dalam kesempatan itu, Rhoma Irama mengimbau warga agar
memilih pemimpin yang seiman, dan beliau menyebutkan bahwa ibu Jokowi adalah seorang
non-muslim. Pernyataan ini menuai protes keras dari publik hingga Panwaslu DKI
melakukan pemeriksaan atas Rhoma Irama atas dugaan menyebarkan isu SARA.
Dan Jokowi menjadi walikota terbaik ketiga di dunia ketika memimpin Surakarta
dalam pemilihan World Mayors Project yang diselenggarakan oleh The City Mayors
Foundation, yayasan walikota dunia, berbasis di Inggris.
 
Kata-kata Bijak
---(Joko Widodo)---

”Kurangi instruksi, banyak mendelegasi. Kurangi perintah, perbanyak berkomunikasi.”

“Berantas korupsi itu tergantung komitmen pemimpinnya, maka bawahan akan ikut. Sebab,
kalau pimpinannya bersih dan anak buah kotor maka tinggal ganti bawahannya.”

“Jangan lagi ada yang bilang ini pencitraan Tujuh tahun jadi Walikota Solo, saya tidak
pernah pasang foto saya, di baliho, di brosur tentang kota Solo. Tidak ada.”

“Mobil Kiat Esemka memang layak kita gunakan. Saya ingin menumbuhkan rasa semangat
dan rasa kebanggan terhadap produk dalam negeri.”

“Jangan mencari sisi gelapnya karena kami ingin membangun semangat dan motivasi.
Terbukti anak-anak SMK kita juga ikut semangat dan bangsa, mobil buatan mereka dipakai.”

“Banyak yang mau menyuap saya. Mungkin mereka telah 5-10 kali minta izin pendirian mal
atau hypermarket, tapi seolah saya persulit. Lantas mereka merayu dan menawarkan saya
sesuatu. Tapi saya tolak, sebab itu melanggar aturan.”

“Pikiran Bung Karno itu hebat. Sedangkan ibu saya itu sangat pekerja keras. Jadi saya kira
contoh sperti itu yang saya ambil.”

“Saya juga tidak alergi dengan demonstrasi. Dulu saya sering didemo, sekarang tidak.
Silakan demo, toh saya jadi tahu apa saja yang harus saya lakukan demi
perbaikan pembangunan kota Solo.”

“Saya tidak ada potongan jadi presiden, jadi walikota saja saya tidak punya potongan, apalagi
presiden”

“Pemimpin harus sering turun di lapangan.”

“Jangan punya kepentingan, kepentingan kita hanya satu: untuk rakyat.”


“Kita harus berani membuat terobosan. Jangan rutinitas, jangan monoton, harus ada
pembaharuan, ada inovasi.”

“Jika bisa dipermudah, kenapa dipersulit jika bisa dipercepat, kenapa mesti diperlambat.”

“Kalau orang lain banyak yang pesimis dengan pemberantasan korupsi, saya adalah orang
yang optimis. Berantas korupsi itu mudah asal sadar tekad dari para pemimpin.”

"Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakukanlah yang membuat jadi sulit.
Jadi, jangan mudah menyerah!"

"Pemimpin adalah ketegasan tanpa ragu."

“Anak-anak saya adalah pemberi dukungan sempurna di dalam ketidaksetujuan mereka pada
kiprah saya sebagai pemimpin kota.”

“Saya berterima kasih kepada pemimpin-pemimpin Jakarta terdahulu yang telah


mengguratkan karya sangat besar dalam pembangunan Jakarta. Kini, saya akan menjawab
kepercayaan rakyat Jakarta untuk secepat dan setepatnya memperbaiki kota ini.”

“Ini hanya sebuah tugas. Tidak lebih dan tidak kurang. Menjadi gubernur DKI Jakarta
merupakan amanah ditempat yang lebih luas.”

“Setiap ada yang bertanya kebenaran, isu bahwa saya akan maju ke pilkada Jakarta, selalu
saya jawab, “Ah, itu lemparan isu dari Jakarta.” Memang seperti itu. Pikir saya, buat apa
gelisah. Posisi saya jauh dari jakarta.”

“Pembangunan sebuah kota tak hanya mengarah pada pengembangan fisik. Tapi juga energi
batin penduduknya.”

“Sebuah kepemimpinan akan berhasil bila mampu melayani kalangan terbawah.”

“Berpikir sederhana, bertindak sederhana.”


“Tak ada sesuatu yang luar biasa yang saya buat. Saya hanya melakukan yang semestinya
memang harus dilakukan.”

“Saya mengandalkan hati nurani saat memimpin. Sesederhana itu. Tapi ternyata, juga tidak
terlalu sesederhana saat orang banyak menanggapinya.”

“Saya percaya bahwa tugas pemimpin daerah sebetulnya sangatlah simpel. Yakni mampu
mengenali permasalahan rakyat, mampu mengendus perasaan rakyat, bisa menganalisis
masalah di lapangan dan mampu mengatasi persoalan.”

“Semua pemimpin akan berangkat dengan modal keyakinan rakyat. Juga keraguan. Keraguan
itulah justru sumber kesungguhan untuk bekerja.”

“Masa kecil saya adalah pembelajaran pertama tentang bagaimana memahami kehidupan
rakyat. Apa yang saya lakoni saat ini tak bisa terlepas dari atmosfer yang menumbuhkan
saya. Bantaran sungai kumuh di surakarta itu mengajarkan saya banyak hal. Hidup manusia
dan harapan.”

“Saya bisa melewati kehidupan yang cukup baik jika takarannya adalah bisa makan tiga kali
sehari dan bersekolah. Orang tua saya, Notomihardjo dan Sujiatmi, adalah sosok luar biasa
yang tahu bagaimana mengelola keluarga bahagia walau berada dalam kondisi serba
terbatas.”

“Kehidupan masa kecil saya memanglah sarat pemandangan-pemandangan yang menyiratkan


keprihatinan, tapi tak membuat kami merasa sedih. Yang pasti di masa itu, role model saya,
yakni bapak, memperlihatkan semangat tak putus-putus dan itu cukup mampu menumbuhkan
harapan.”

“Pelepasan ekspresi kegelisahan melalui musik rock ternyata sangat dahsyat menajamkan
kepekaan saya. Kemiskinan dan keprihatinan yang terlihat dalam kehidupan masyarakat,
mulai membuat saya berpikir kritis.”
“Tidak perlu merasa miskin ketika kita berada dalam kondisi kekurangan. Merasa miskin
hanya pantas disematkan pada orang-orang yang putus harapan dan tak memiliki semangat
apa-apa lagi untuk mengubah nasib.”

“Saya tak pernah bermimpi jadi pengusaha. Apalagi, membuat peta strategi untuk menjadi
pebisnis. Namun, hidup mengantarkan saya pada pemikiran ilmiah untuk melakukan
pembaruan. Berdagang akhirnya menjadi pilihan. Dari bisnis, saya belajar banyak hal.
Kepercayaan, ketekunan, hubungan antar manusia dan kerakyatan.”

“Saya enyahkan segala kekhawatiran. Bila BUMN sudah berkecimpung disana, mustahil
hidup saya tak aman di dalam hutan. Keluarga saya memberi dukungan penuh. Apa yang
perlu dikhawatirkan,wong setiap hari juga sudah masuk kategori peluang.”

“Walau bekerja dengan bekal stres sisa rasa syok ditipu pemesan dari Jakarta, saya tak
melenturkan semangat untuk mengerjakan yang terbaik. Klien-klien saya puas, dan mereka
terus menjadi “Corong” yang menaikkan pamor saya sebagai pengusaha kecil yang memiliki
bakat maju.”

“Saya telah melihat fenomena yang baik dan sehat dalam konsep kemitraan. Pengalaman
saya di masa kecil telah mengajarkan saya bahwa sebuah bisnis yang baik dan sehat mampu
menjadi cahaya dan saluran berkat bagi bisnis-bisnis kecil di sekitarnya.”

“Hingga saat ini, saya masih gelisah menyoal fenomena pendidikan di Indonesia. Sekolah-
sekolah internasional masuk dengan segala fasilitas mewahnya, dan tuntutan yang hanya bisa
dipenuhi siswa-siswa dari keluarga berkantong tebal. Anak-anak miskin ditempatkan di dunia
tersudut melalui sekolah-sekolah berkekurangan, yang seolah disematkan sebagai penjelas
nasib mereka.”

“Panggung politik, apalagi jabatan strategis seperti walikota, bukan tujuan hidup saya,
semula. Saya lebih berminat menggumuli dunia dagang dan melakukan banyak karya disana.
Karya yang menghasilkan, juga karya kemanusiaan. Organisasi pengusaha yang saya geluti
kemudian mengasah saya dengan cepat. Lalu, orang-orang mulai mengatakan saya cocok jadi
walikota.”
“Saya merenung. Pembangunan ini milik siapa dan untuk siapa? Disisi masyarakat yang
beroleh keberuntungan bisa menikmati yang dinamakan ‘pembangunan’, ada masyarakat lain
yang hanya menjadi penonton.”

“’Yang penting kami bisa setia pada profesi yang diwariskan leluhur....’ begitu kalimat yang
saya sering dengar, yang diungkapkan dalam bahasa jawa.”

“Dugaan saya bahwa gerakan membujuk saya itu hanya bersifat musiman, ternyata salah
total. Suara dorongan dari dalam organisasi semakin riuh terdengar.”

“Bagi saya adalah aneh bila kampanye disandingkan dengan penggelontoran dana dalam
jumlah yang kadan sangat fantastis. Itu tidak ada fungsinya bagi rakyat, dan menjadi simbol
egoisme sepihak.”

“Sebuah ajang yang mendebarkan. Ada satu titik, diantara keyakinan saya, juga
ketidakyakinan. Akankah anak pedagang kayu yang dulu tinggal di bantaran kali ini bisa
menjadi pemimpin sebuah kota?”

“Dalam kancah bisnis, sahabat bertambah dengan cepat. Dalam dunia politik, musuh
bertambah dengan cepat. Tapi, saya sudah komit. Solo saya bangkitkan dengan segala
risiko.”

“Saat itu saya menyadari, hari-hari saya ke depan akan menyedot kemampuan saya untuk
bersabar dan tangguh secara mental. Begitulah politik. Penuh dengan ancaman, tekanan dan
teror. Walau sempat kaget, saya membiasakan diri seketika.”

“Setelah saya menjabat sebagai walikota, kacamata yang saya gunakan untuk memandang
solo tak lagi sama. Saya tidak hanya memandang tampak luar dan menghirup sisi agungnya
semata. Namun, juga menatap hal-hal buruk yang tak terungkap di brosur-brosur wisata.”

“Korupsi? Jangan ditanya. Sangat bisa dilacak dari gaya birokrasi yang demikian ruwet dan
susahnya. Dibalik birokrasi yang bertele-tele, tersimpan niat untuk mendulang rupiah. Saya
adalah pengusaha, jadi saya tahu benar itu.”
“Memimpin sebuah kota adalah mengenali setiap permasalahan dan menyelesaikannya.
Bersikap tegas itu tak harus keras.”

“Bagi saya, sebuah kota baru akan kuat jika potensi lokalnya diperhatikan. Di solo jumlah
PKL ada ribuan. Pastilah di kota lain juga sama atau lebih banyak.”

“Saya tidak tegang dengan tekanan dalam pekerjaan. Saya bukan orang yang mudah ditekan.”

“Saya maju terus. Saya kuatkan hati para staf. Saya katakan pada mereka bahwa kunjungan-
kunjungan itu tidak akan sia-sia, karena kami juga membicarakan banyak hal yang penting
bersama pedagang.”

“Sikap sportif menjadi peringatan yang terus menerus saya kumandangkan setelah para
pedagang bersedia pindah. Persoalan belum selesai. Mereka harus diyakinkan bahwa tempat
baru akan mendatangkan rezeki yang tidak jauh berbeda.”

“Saya selalu percaya bahwa pendekatan dengan cara memahami hati akan menciptakan solusi
yang lebih dari sekedar solusi. Saya yakin bahwa di dalam keikhlasan dan kebahagiaan
komunitas PKL yang bersedia dipindahkan itu terselip doa untuk kota.”

“Mau menjadikan solo seperti apa? Apakah akan menjadi kota yang asyik membangun untuk
dikatan sebagai kota yang maju? Atau, merawat saja tradisi yang telah ada? Saya, meramu
keduanya.”

“Kamiakan lebih berbahagia ketika orang-orang dari luar daerah datang, dan kami bisa
mengatakan, ‘Kami berhasil mempertahankan peninggalan ini dan itu. Dan ya, masyarakat
kami juga sejahtera.’”
“Memang ada kerepotan yang harus dilakoni, dan terasa tak berguna bila orang hanya
berpikir praktis. Tapi, jadi pemkot memang harus repot kalau ingin kreatif.”

“Saya menyukai kemurnian, keotentikan, kerendahhatian. Hal-hal luar biasa yang terbungkus
dalam sikap sederhana. Di solo keagungan budaya terkondisikan seperti itu. Para seniman
bergelut dengan profesi mereka seperti pengabdian tulus tanpa pamrih.”
“Saya selalu kobarkan semangat untuk berbicara, mengeluarkan ide, berargumentasi. Solo
adalah tambang budaya. Banyak yang masih bisa digali.”

“Memimpin itu membenahi. Ketika yang dibenahi adalah pengkhianatan terhadap sistem atau
janji kepada rakyat, saya tidak pernah membuang waktu untuk menuntaskannya.”

“Pembenahan yang saya lakukan pada birokrasi bukan hanya memperbaiki kualitas
pelayanan pada masyarakat, tapi juga mengubah kinerja para karyawan Pemkot.”

“Saya berprinsip, ketika orientasi pengambilan keputusan adalah seutuh-utuhnya ditujukan


untuk kebaikan rakyat, maka yang akan menjaga keselamatan adalah pantulan niat baik.
Tidak lebih tidak kurang.”

“Memimpin sebuah kota adalah juga memotivasi. Menggerakkan rakyat muntuk menggapai
kehidupan lebih baik. Memacu kesanggupan dan kreativitas. Energi kota memberi pengaruh.
Esemka lahir dari spirit positif itu.” (Jokowi ketika berbicara tentang mobil ESEMKA)

“Solo menarik!” “Saya ingin mengajak rakyat untuk sadar bahwa kota yang kami tinggali dan
menjadi tempat kami mengarungi hidup ini adalah sesuatu yang bernilai. Nilai itu muncul
karena manusia-manusianya juga unggul.”

“Saya percaya, ketika kita memiliki tekad, keyakinan, kemauan untuk berupaya, dan mantap
menyatakan kesanggupan, maka kekuatan untuk berbuat sesuatu akan hadir.”

“Kegembiraan saya akan terciptanya Esemka tidak berakhir sebatas mengagumi dan
membeli. Saya secara resmi memanfaatkan Esemka sebagai kendaraan dinas saya. Murah,
bagus, penuh dengan kebanggaan. Jauh lebih bangga dari naik mobil mewah buatan luar
negeri.”

“Ya, majunya saya ke pilkada Jakarta memang sebuah tugas yang dititahkan PDI Perjuangan.
Namun, dari dalam diri saya juga lahir suatu panggilan. Di arena yang lebih luas ini, karya
kepemimpinan saya bisa menggapai lebih banyak orang.”
“Bisakah Jakarta berubah? Banyak orang juga telah frustasi untuk meyakini bahwa ini
mampu kita capai. Jakarta memiliki peluang untuk menjadi kota yang ramah dan
menenteramkan nila kita mau merevisi gaya hidup dan cara pandang kita terhadap
pembangunan sebuah kota.”

“Lagi-lagi intervensi sosial yang akan menjadi agenda besar saya untuk menangani masalah
ini. bukan hanya pembangunan fisik yang perlu masuk ke kampung-kampung, tapi juga
pembangunan hati.”

“Saya sangat mendukung pembangunan Opera House yang bisa menjadi tempat pergelaran
pertunjukan berkualitas tinggi. Masyarakat Jakarta harus diajak aktif untuk memahami
budaya dan melihat ini sebagai khazanah yang akan memperkaya kehidupan.”

“Jakarta bisa menjadi kota yang nyaman dan berenergi positif.”

“Kami membuat kesepakatan hanya melebur sebagai ayah dan anak, bukan sebagai gubernur
dan anak gubernur. Saya membuat batas yang jelas antara pekerjaan dan atmosfer keluarga.”

“Saya tidak ada potongan jadi walikota. Badan kurus, jelek dan tidak terkenal. Makanya
banyak yang sangsi ketika saya terpilih jadi walikota.”
DAHLAN ISKAN

Biografi Singkat

Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dengan kondisi yang serba


kekurangan, namun sangat kental akan nuansa religius. Ia lahir di Dusun Kebondalem, Desa
Tegalarum, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Semasa hidup, orang
tuanya tidak pernah ingat kapan tepatnya ia dilahirkan. Menurut saudara-saudaranya, tanggal
lahirnya mereka tulis dengan kapur tulis di bagian belakang lemari dapur. Maklum, ibunya,
Siti Kholismah, tidak bisa menulis karena memang tak pernah mengenyam pendidikan formal
apa pun. Sementara, ayahnya, Muhammad Iskan, cuma menempuh pendidikan sampai kelas
dua Sekolah Rakyat dan hanya bisa menulis menggunakan huruf Arab. Karena itu, saudara-
saudaranyalah yang menuliskan tanggal lahirnya di belakang lemari tersebut.
Sialnya, di kemudian hari, lemari itu dijual untuk biaya pengobatan sang ibu yang
sakit. Tak ayal, tanggal lahir Dahlan yang tertera di balik lemari itu pun turut hilang. Karena
tidak tahu secara pasti, Dahlan memutuskan untuk memilih tanggal 17 Agustus 1951 sebagai
tanggal kelahirannya, dengan alasan agar mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan
hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian, tanggal itu pun diabadikan dalam ijazah
Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah-nya.

Hidup Serba Kekurangan


Semenjak kecil, Dahlan Iskan sudah terbiasa hidup susah. Ayahnya hanya bekerja
sebagai tukang bangunan, itu pun tidak semua bangunan, tetapi khusus bangunan masjid.
Terkadang, sang ayah harus menginap sampai sebulan untuk membangun masjid di luar
daerah. Karena pembangunan masjid tidak setiap saat ada, pendapatan yang diperoleh sang
ayah pun hanya “Senin-Kamis”. Bahkan, sering kali sang ayah hanya bekerja selama sebulan,
lalu tiga bulan setelahnya menganggur di rumah.
Jika hanya mengandalkan penghasilan dari sang ayah yang tidak pasti ini, tentu saja
keluarga Dahlan tak bisa makan dan harus berpuasa selama berbulan-bulan. Karena itulah,
sang ibu tidak tinggal diam. Selain membatik, untuk membantu memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari, sang ibu menjual daun pisang ke pasar. Setiap sore, sang ibu memetik daun
pisang yang ada di pekarangan rumah. Daun-daun pisang itu dilipat rapi, lalu diikat menjadi
satu gulungan kecil. Pagi harinya, gulungan daun pisang itu dibawa ke pasar yang berjarak
lima belas kilometer dari rumah, dengan berjalan kaki.
Melihat sang ayah dan ibu yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga, Dahlan
pun tak tinggal diam. Untuk membantu menopang kehidupan keluarganya, ia bekerja sebagai
kuli nyeset dengan menyabut daun tebu yang menguning di kebun tebu dekat rumahnya.
Kelaparan pun sudah menjadi hal yang biasa ia rasakan. Untuk menghilangkan atau
setidaknya menyamarkan rasa lapar itu, ia kerap mengikat perutnya dengan sarung.
Dan, untuk menyiasati rasa laparnya, Dahlan kecil kerap bertingkah bandel. Ketika
kambing tetangga yang ia gembalakan sedang merumput di kebun atau lapangan, ia malah
meninggalkannya dan masuk ke kebun tebu milik PTP hanya untuk mengganjal perutnya
yang kelaparan dengan air tebu. Bahkan, ia sering sembunyi-sembunyi dari kejaran penjaga
kebun yang memergokinya mencuri tebu. Terkadang, ia mengerat tebu memakai sabit, namun
tak jarang pula ia menggunakan giginya secara langsung.
Jika musim panen kacang tanah tiba, ia pun meninggalkan kebun tebu dan beralih ke
sawah. Bersama anak-anak lain di desanya, ia mengais sisa kacang tanah di dalam tanah yang
ditinggalkan oleh para pemanennya setelah batang kacang tanah dicabut. Tanpa direbus atau
pun digoreng, Dahlan langsung menyantapnya, karena sudah tak kuat lagi menahan rasa
lapar.

Sarung Ajaib Dahlan Iskan


Ada kisah unik yang dimiliki Dahlan terkait sarungnya. Di samping untuk mengganjal
perutnya ketika lapar, sarung kesayangannya mempunyai sejumlah kegunaan lainnya. Bagi
Dahlan, sarung bisa ia jadikan apa saja, mulai alat ibadah, mencari rezeki, alat untuk hiburan,
kesehatan, sampai alat untuk menakut-nakuti teman-temannya saat bermain ninja-ninjaan.
Dalam bukunya yang berjudul Ganti Hati, Dahlan menceritakan kalau sewaktu kecil
ia hanya memiliki satu celana pendek dan satu baju. Jadi, kalau ia sedang mencuci baju,
sarungnya bisa ia balutkan pada badan atasnya. Kalau sedang mencuci celana, sarungnya bisa
ia jadikan sebagai bawahan. Kalau sedang mencari sisa-sisa panen kacang tanah atau umbi di
sawah orang kaya, sarungnya bisa ia jadikan karung untuk menampung kacang tanah dan
umbi-umbi itu.
Kemudian, kalau sedang kedinginan, sarungnya bisa ia jadikan selimut. Kalau ia mau
sholat, maka jadilah sarung itu sebagai perlengkapan ibadah. Bahkan tatkala sarungnya sudah
aus atau sobek pun, ia masih sangat bermanfaat. Sarung yang sudah sobek bisa dijadikan
popok bayi atau bisa juga dimanfaatkan sebagai bahan tambalan untuk baju yang rusak atau
sobek.
Pendidikan Dahlan Iskan
Meskipun dilahirkan di keluarga yang secara ekonomi serba terbatas, namun keluarga
Dahlan bermartabat secara moral dan sosial. Pasalnya, keluarga Dahlan memiliki kesadaran
yang tinggi terhadap pendidikan anak-anaknya, meskipun sang ibu buta huruf. Pada era 1950-
an, keluarga yang bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke tingkat Aliyah dipandang
sebagai keluarga bermartabat. Bukan karena sekolah membutuhkan biaya yang tinggi,
melainkan perlu kesadaran pendidikan yang tinggi, yang tidak semua keluarga memilikinya.
Dahlan mengawali pendidikan sekolah dasarnya di Sekolah Rakyat. Setelah lulus dari
Sekolah Rakyat, sebenarnya ia ingin melanjutkan ke SMP Magetan. Namun, keinginannya itu
tidak mendapat restu dari sang ayah. Akhirnya, ia pun menuruti keinginan ayahnya untuk
meneruskan pendidikan Tsanawiyah di Pesantren Sabilil Muttaqien. Pada saat duduk di
bangku Tsanawiyah inilah, ia harus rela kehilangan sang ibu tercinta yang meninggal akibat
perutnya yang terus membesar. Selama lima tahun, ibunya menderita penyakit itu tanpa
diketahui asal-muasal penyebabnya. Belakangan, setelah Dahlan dewasa, diketahui jika
ibunya menderita penyakit kista, yang dalam dunia medis modern sebenarnya bisa
disembuhkan lewat operasi.
Hidup dalam kemiskinan tak lantas membuat Dahlan menyerah pada keadaan.
Sewaktu remaja, ia sudah menorehkan prestasi yang membanggakan. Terbukti, ia berhasil
menjadi santri dengan predikat nilai terbaik ketika masih duduk di kelas dua Tsanawiyah.
Selain itu, ia juga pernah menjadi kapten tim voli Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien
saat menjuarai kejuaraan bola voli se-Kabupaten Magetan. Selepas lulus dari Tsanawiyah, ia
melanjutkan pendidikan Aliyah di pesantren yang sama, yakni Pesantren Sabilil Muttaqien.
Setelah lulus dari Aliyah, Dahlan sempat masuk ke IAIN Samarinda dan Universitas
17 Agustus Samarinda, namun tak sampai lulus karena ia lebih suka menekuni bidang
jurnalistik, yang pada akhirnya nanti akan membawanya menjadi pengusaha raksasa media di
Indonesia.

Mimpi Sederhana Dahlan Kecil


Sewaktu kecil, Dahlan memiliki mimpi yang unik. Tidak seperti anak-anak lain pada
umumnya, mimpinya sangat sederhana, yakni ingin memiliki sepatu. Karena orang tuanya tak
mampu membelikan sepatu, setiap hari ia harus berjalan kaki ke sekolah sejauh enam
kilometer tanpa alas kaki. Ia pertama kali memiliki sepatu yakni ketika duduk di bangku
kelas dua Aliyah. Itu pun atas hasil jerih payahnya sendiri.
Uang dari hasil melatih tim voli anak-anak pengelola kebun tebu di sekitar
kampungnya, ia kumpulkan untuk membeli sepatu tersebut. Jangan dibayangkan ia membeli
sepatu baru yang bagus. Sepatu pertamanya kala itu hanyalah sepatu bekas yang bolong,
sehingga ujung jempolnya bisa mencuat keluar sewaktu-waktu. Kendati demikian, Dahlan
tetap bersyukur. Setidaknya, telapak kakinya tidak akan berlumur kotoran jika melewati jalan
becek, kepanasan karena menginjak jalan (aspal), atau sakit karena menginjak kerikil atau
duri.
Kesederhanaan Dahlan Iskan masih terlihat sampai sekarang. Sepatu kets yang ia
kenakan sehari-hari saat bekerja telah menjadi ciri khasnya. Ia berpesan bahwa hidup dalam
kemiskinan tidak perlu dibuat menderita. “Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa
adanya,” kata Dahlan seperti dikutip oleh Khrisna Pabichara dalam novelnya, Sepatu Dahlan.
Sebelum dikenal sebagai sosok penting bagi perkembangan Indonesia saat ini, Dahlan
Iskan adalah seorang reporter surat kabar di Samarinda, Kalimantan Selatan. Satu tahun
kemudian, 1976, Dahlan Iskan beralih profesi menjadi seorang wartawan majalah Tempo.
Karirnya berkembang dengan baik, sehingga pada tahun 1982, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai
pimpinan surat kabar Jawa Pos hingga 2012
Dahlan Iskan merupakan seorang sosok penting dalam revitalisasi Jawa Pos. Pada saat
itu, Jawa Pos yang dapat dikatakan hampir mati mampu berkembang dan mencapai oplah
hingga 300.000 dari 6.000 eksemplar dalam kurun waktu lima tahun. Lima tahun kemudian,
terbentuklah Jawa Pos News Network (JPNN) yang menaungi 134 surat kabar, tabloid, dan
majalah. Selain itu, JPNN juga memiliki 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia.
Kemudian pada tahun 1997, Dahlan Iskan mendirikan Graha Pena di Surabaya.
Selain jurnalistik, Dahlan Iskan juga mendirikan stasiun televisi lokal JTV (Jawa
Timur TV) di Surabaya pada tahun 2002. Stasiun TV serupa didirikan di Batam dan di Riau
dengan nama BatamTV dan RiauTV.
Pada awal 2009, Dahlan Iskan mulai mengembangkan karirnya dengan menjabat
sebagai komisaris PR Fangbian Iskan Corporindo (FIC). Perusahaan tersebut membangun
Sambungan Komunikasi Kabel laut (SKKL) antara Surabaya dan Hong Kong dengan
panjang serat optik 4.300 kilometer.
Selain sambungan komunikasi, Dahlan Iskan juga memiliki banyak rencana
cemerlang untuk sambungan listrik. Sejak akhir tahun 2009, Dahlan Iskan memimpin PLN.
Dia menggantikan Fahmi Mochtar sebagai Direktur Utama PLN yang sebelumnya menuai
kritikan pedas akibat seringnya lampu mati di daerah Jakarta. Sehubungan dengan hal
tersebut, Dahlan Iskan mencanangkan gebrakan bebas byar pet dalam 6 bulan untuk seluruh
wilayah Indonesia. Lalu, dia juga mencanangkan gerakan sehari sejuta sambungan. Setelah
itu, dia merencanakan pembangunan PLTS untuk 100 pulau di Indonesia Bagian Timur untuk
daerah Pulau Banda, Manado, Derawan, Wakatobi, dan Citrawangan. Selain itu, Dahlan
Iskan juga merupakan presiden direktur PT Cahaya Fajar Kaltim dan PT prima Electric
Power di Surabaya; perusahaan pembangkit listrik swasta.
Prestasi Dahlan Iskan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam listrik,
tentunya, mendapatkan respon positif dari pemerintah. Pada 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan
terpilih sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggantikan Mustafa
Abubakar yang sakit. Pada saat itu bisa dibilang Dahlan Iskan berat untuk menerima tawaran
tersebut karena dia sedang berada di puncak semangat untuk memperbarui sistem PLN.
Dalam karirnya sebagai Menteri BUMN, target awal Dahlan Iskan adalah menyusutkan
jumlah BUMN dalam program rekstrukturisasi aset negara. Rencana tersebut menunggu
persetujuan Menteri Keuangan.
Selain profesi tersebut, Dahlan Iskan adalah seorang penulis. Dia menulis "Ganti
Hati" pada tahun 2008 silam, berdasarkan pengalamannya cangkok hati di Tiongkok.
Pada Desember 2012, Dahlan memperkenalkan secara resmi mobil sport listrik buatan
anak bangsa Tucuxi   di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan. Pembuatan mobil listrik, baik
yang berkonsep citycar maupun Tucuxi, merupakan proyek pribadinya. Meski masih menjadi
proyek pribadi, ke depan pemerintah menginginkan agar mobil listrik bisa diproduksi secara
massal dan bisa menjadi mobil nasional di masa mendatang.
Namun sayang, saat mencoba mobil listrik yang dikemudikan Dahlan Iskan dan
mekaniknya Ricky itu mengalami kecelakaan di Magetan setelah mengalami masalah pada
rem pada 5 Januari 2013. Beruntung keduanya tidak mengalami cedera berarti.
Kata-kata Bijak
---(Dahlan Iskan)---
“Innovasi selalu melanggar, dahlan iskan sedang innovasi. bertaruh segalanya untuk negara.
Tuhan selalu memberikan nilai "a" kepada siapa saja yang bernawaitu mulia.”

“Ilmu pengetahuan dan teknologi jangan kalah dengan politik.”

“Celaka kala inovasi jangan menyumbat nyali.”

“Sesuatu yang baru selalu mengundang gerutu.”

“Hanya orang bodoh yang bersukaria ketika melihat yang lain duka.”

“Beberbuat maslahat untuk negara jangan setengah-setengah, nyawa pun jadi.”

“Soal sesulit apapun bisa terselesaikan dengan membaca, namun menyelesaikan masalah
untuk negara, kadang harus menerima duka.”

“Sulit untuk melihat orang berhasil, mudah melihat orang gagal, sesungguhnya kita telah
gagal.”

“Memaki dan membeci hadir dengan deras jika orang sedang celaka.”

“Bertahan atas cercaan, maju dalam haru biru, tanda awal matinya kegagalan.”

“Pintar itu sering berangkat dari kegagalan.”

“Mencerca itu amat mudah, semudah kita mengucap oooooooooooooooooooo.”

“Saat baik menerima kritik ketika gagal.”

“Keberhasilan tak hadir tiba-tiba dan mulus.”


"Saya benar-benar siap kalau harus mati. Saya punya filsafat tersendiri dalam menyikapi
umur. Yakni, filsafat "Intensifikasi umur", Umur pendek tidak apa-apa asal penggunaannya
sangat intensif"

"Saya ingat kata-kata bijak, "Waktu muda mati-matian bekerja sampai mengorbankan
kesehatan untuk memperoleh kekayaan,. Waktu tua menghabiskan kekayaan itu untuk
membeli kembali kesehatannya dan banyak yang gagal"

“Saya memang sangat pro anak muda. Saya percaya hanya yang muda yang bisa diajak
balapan di segala bidang."

“Syukur Terbaik Itu Bekerja Keras!”

“Kaya Bermanfaat, Miskin Bermartabat.”

“Semua harus seimbang: beribadah dengan sungguh-sungguh'seperti besok akan mati,


bekerja sungguh-sungguh, seperti akan hidup seribu tahun lagi.”

“Sakit keras bukan karena kerja keras.”

“Sakit bisa dinikmati. Miskin pun bisa dinikmati. Apalagi suasananya sering diciptakan
demikian.”

“Bisnis itu memabukkan; Kian Ditenggak, Kian Enak,....”

“Hanya orang yang tidur seumur hidupnya yang tidak pernah rugi.”

“Jangan ingin masuk surga sendirian.”

“Kekalahan perang sering bukan karena kalah amunisi, tapi karena hilannya kepercayaan
diri.”

"Intergeitas dan antusia tinggi menjadi modal utama untuk kemajuan suatu perusahaan."
"Dream team itu intinya bagaimana agar BUMN maju. BUMN  itu tidak (akan) maju kalau
direksinya tidak kompak. Untuk bisa komp[ak, harus dibentuk tim yang kuat. Bisa saja
masing-masing direksi BUMN pintar, Tapi beluym tentu cocok untuk sebuah Tim yang
kuat."

"Akhirnya saya punya prinsip bahwa kalu miskin bermartabat dan kalau kaya bermartabat.
Kalau menyalahkan orang, ya tidak bermartabat."

“Bisnis itu ibarat belajar naik sepeda yang nggak ada sekolahnya, kita bisa naik sepeda kalau
kita sudah berkali-kali jatuh. Yang penting jangan kapok (jera), sekali-kali rugi itu boleh
karena namanya bisnis ya begitu itu. Ada juga kegagalan yang lebih gawat, yakni ditipu.”

“Pertama-tama Anda pegang sepeda itu, menuntunnya. Setelah itu Anda terjatuh dan bangun
lagi, serta akan terus merusaha untuk bisa menjalankan sepeda itu. Ya,seperti itulah bisnis.”

“Saya tidak mau dikecam dan anak saya dikecam karena tindakan nepotisme itu.”
"Dalam dunia korporasi, kecepatan meruypakan hal penting, karena banyak kesempatan yang
hilang jika kita tidak cepat meraihnya."

“Saya ini benar-benar seperti air mengalir, tetapi kalau bisa yang deras. Jangan air yang
mengalir tapi biasa saja. Karena apa? saya pikir saya ini tidak punya cita-cita."

"Kaya bermanfaat, Miskin bermartabat" berarti juga "Ketika miskin tidak jatuh sampai
menjual diri dan jabatan. Dan, ketika sudah kaya tidak sewenang-wenang."

“Orang mau dapat itu harus kerja keras. Kalau mau sukses harus kerja keras.”

“Mengapa saya memutuskan ganti liver? Tidakkah taku gagal? Mengapa liver saya sakit?
Separah apa? Bagaimana jalannya penggantian liver? Bagaiman mempersiapkan diri?
Bahkan sampai ke doa apa yang saya ucapkan?”

“Live saya sendiri, ternyata sudah amat rusak. Setelah liver saya dibuang setahun kemudian,
tampaklah nyata bahwa liver saya sudah seperti daging yang dipanggang terlalu masak.
Padahal, seharusnya mulus seperti pipi bayi. Ini yang membuat saya meninggal dunia dalam
hitungan dua-tiga tahun. Bahkan, sebenarnya liver itu yang membuat limpa saya membesar
dan membuat seluruh saluran darah di sepanjang pencernaan saya penuh dengan balon-balon
darah yang siap pecah.”

“Di umur 55 tahun, ternyata saya harus ‘turun mesin’. Begitu parahnya kerusakan organ-
organ di dalam badan saya sampai harus pada keputusan menambal seluruh saluran
pencernaan saya, memotong sepertiga limpa saya, dan mengganti sama sekali organ terbesar
yang dimiliki manusia: liver.”

“Kebiasaan saya membuat keputusan berani, keputusan besar dan keputusan yang cepat di
perusahaan ikut memengaruhi kualitas yang sama untuk diri sendiri. Lalu, keyakinan bahwa
saya mampu me-manage hal-hal yang rumit selama ini, tentu juga akan mampu me-manage
kerumitan persoaalan yang ternyata ada dalam tubuh saya.”

“Banyak keluarga say mati muda, sehingga saya pun seperti sudah siap sejak kecil bahwa
saya juga akan mati muda. Ibu saya meninggal dalam usia 36 tahun (muntah darah). Kakak
saya digelari agennya Nurcholish Madjid di jatim untuk urusan pembangunan pemikiran
islam, meninggal dalam usia 32 tahun (muntah darah).”

“Paman saya dan pakde saya juga meninggal muda. Penyebabnya juga sama: muntah darah.
Muntah darah sebenarnya bukan penyebab, tapi begitulah orang di desa mengatakannya,
karena tidak tahu bahwa semua itu berawal dari persoalan liver. Tapi, ada juga sedikit
harapan bahwa saya bisa berumur panjang; bapak saya bisa berumur panjang: bapak saya
meninggal dalam usia 93 tahun. Kakak tertua saya yang amat baik, Khosiyatun, yang juga
ketua umum ‘Aisyiah Kaltim, kini berumur hampir 70 tahun dan masih aktif mengajar di SD
swasta di samarinda. Enthlah, saya ikut yang mana.”

“Saya benar-benar sudah siap kalau harus mati. Saya punya filsafat tersendiri dalam
menyikapi umur. Yakni, filsafat ‘intensifikasi umur’. Umur pendek tidak apa-apa asal
penggunaannya sangat intensif.”

“Ya, saya memang berhasil menyembunyikan semuanya. Tapi, saya sebenarnya tidak sengaja
menyembunyikannya. Kalau ada yang bertanya tentang penyakit saya, selalu saya jawab apa
adanya. Cuma, memang tidak banyak yang bertanya. Kalau ada yang bertanya pun, jawaban
saya jujur, tapi saya sampaikan dengan nada yang menyenangkan.”

“Menceritakan penyakit dengan cara yang menyenangkan, itulah kuncinya. Pernah dalam
satu rapat evaluasi bulanan yang amat disiplin di PT PWU, saya jelaskan semua penyakit
saya. Juga bahaya-bahayanya. Mereka memang ngeri mendengarnya, tapi juga tertawa-tawa.
Setelah itu rapat evaluasi berjalan seperti biasa. Yang harus dimarahi, ya dimarahi. Yang
harus dipuji, ya dipuji. Tetap saja persoaalan rumit harus dipecahkan. Padahal, persoaalan
Perusda tidak hanya soal bisnis, tapi jiga politis.”

“Suatu saat, istri saya memandangi wajah saya lama sekali. Lalu memberikan komentar yang
sudah sering saya dengar itu. Ada nada sedih ketika mengucapkan itu. Sedih bercampur
perasaan malu. Karena itu, kadang dia hanya memperhatikan wajah saya tanpa mengucapkan
komentar apa-apa. Pandangannya penuh keprihatinan. Saya tahu dia menyimpan dua
kekhawatiran. Pertaman, khawatir akan kesehatan saya. Kedua, merasa malau kalau saja saya
meninggal dalam keadaan wajah yang menghitam.”

“Sudah menjadi opini awam bahwa seseorang yang meninggal dalm keadaan wajah yang
menghitam, tandanya tidak diterima oleh Tuhan. Tuhan murka padanya. Kalau sampai itu
terjadi pada saya, alangkah malunya istri saya. Apalagi dia aktif di kegiatan keagamaan.
Suaminya meninggal dalam keadaan di murkai Tuhan. Karena banyak sekali dosa yang
diperbuatnya. Dosa sebagai lelaki, dosa sebagai atasaan yang kejam, dosa sebagai suami yang
amat sibuk, dosa sebagai pribadi yang sombong, dosa sebagai orang kaya yang pelit, dan
tentu saja masih banyak sekali sisi negatif yang bisa dihubung-hubungkan.”

“Saya harus berdoa. Saya tidak mau ada kesan bahwa saya sombong kepada Tuhan. Tapi,
segera saja saya terlibat perdebatan dengan diri saya sendiri: harus mengajukan permintaan
apa kepada Tuhan? Bukankah manusia cenderung minta apa saja kepada Tuhan sehingga
terkesan dia sendiri malas berusaha? Saya tidak mau Tuhan mengejek saya sebagai oranh
yang bisanya hanya berdoa. Saya tidak mau Tuhan mengatakan kepada saya: untuk apa kamu
saya beri otak kalau sedikit-sedikit masih juga minta kepada-Ku.”
“Karena itu, saya memutuskan tidak akan banyak-banyak mengajukan doa. Saya tidak mau
serakah. Kalu saya minta-minta terus kepada Tuhan, kapan saya menggunakan pemberian
Tuhan yang paling berharga itu: otak? Maka, saya putuskan akan berdoa sesimpel mungkin.”

“Sampai sehari sebelum operasi saya masih ‘masuk kelas’, seperti besok tidak akan terjadi
apa-apa. Ada juga sedikit terbesit perasaan untuk apa ya saya susah-susah belajar begini. Toh,
kalau operasi gagal, besok saya sudah tidak akan bisa lagi memanfaatkan hasil belajar saya
ini. malaikat toh akan bertanya kepada saya di akhirat sana dengan (eh, pake bahasa apa, ya?)
bahasa malaikat sendiri.”

“Malam menghadapi operasi besar, saya tidak punya kekhawatiran apa-apa. Malam itu, saya
tidur nyenyak sebagaiman biasa. Tidak punya perasaan galau sedikit pun, meski saya akan
menjalani penggantian organ terbesar dalam tubuh seorang manusia.”

“Suasana orang yang lagi mau siuman selalu saja begini: mula-mla terdengar dulu
pembicaraan orang-orang yang berada disekitar kita. Tapi, mata tidak mau membuka. Seperti
orang yang ngantuknya luar biasa. Apalagi seperti saya, yagng baru saja dibius selama 18
jam. Suara-suara itu tambah lama tambah jelas. Ingin sekali melihat siapa saja yang bersuara
itu, tapi tetap saja tidak punya kemampuan membuka kelopak mata sendiri.”

“Sesaat kemudian, napas terasa sesak. Seperti orang yang lagi kekurangan oksigen. Perasaan
lantas seperti setengah berharap, setengah putus asa. Berharap karena ternyata masih bisa
bernapas. Putus asa karena jumlah oksigen kok seperti tidak segera cukup dan seperti
mengancam kehidupan. Rasanya kok seperti mau mati karena kekurangan udara.”

“Saya yang sudah pengalaman beberapa kali dibius (meski dulu tidak sampai 18 jam seperti
saat penggaantian liver kali ini), sadar bahwa saya ini sedang dalam proses dari tidak sadar ke
sadar. Saya yakin bahwa saya segera mengatasi persoalan sesak napas itu. Tapi, kok sulit
sekali ya? Maka, saya tetap berusaha sekuat tenaga. Saya lantas memberikan isyarat kepada
perawat dengan tangan saya. Antara sadar dan tidak, saya coba menggerakkan jari-jari tangan
saya seperti sedang memutar keran. Maksud saya, ini permintaan agar keran oksigen
diperbesar.”
“Sakit hati, ada kalanya sangat penting. Banyak orang sukses bermula karena sakit hati:
kepada saudara, tetangga, teman, mantan pacar, mantan kongsi, atau kepada pesaing yang
pernah mengalahkannya.”

“Sakit hati kadang juga menyangkut harga diri. Banyak orang sukses bukan karena ingin
kaya, tapi karena tidak ingin harga dirinya diremehkan. Mereka ini golongan yang setelah
sukses tidak kelihatan menikmati kekayaannya untuk kemewahan hidupnya.”

“Dalam dunia bisnis, tidak dijamin pemilik barang menjual lebih murah dari pedagang. Bisa
saja pedagang kuat membeli barang dalam jumlah besar dengan diskon yang tinggi. Lalu
menjual kepada konsumen dengan harga lebih murah.”

“Kalau anda menunda keputusan hanya karena takut heboh, perusahaanlah yang sulit. Kalau
perusahaan menjadi sulit banyak yang akan menderita. Orang-orang yang dulu mengecam itu
(atau memuji itu) tidak akan ikut bersedih! Jadikan kecaman-kecaman itu bahan
mengingatkan diri sendiri agar jangan ada main-main disini. Takutlah pada permainan
patgulipat.”
BJ HABIBIE

Biografi Singkat

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-


Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari
delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai
dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama
saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah
ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda
dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia
harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena
serangan jantung saat ia sedang shalat Isya.
Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan
kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya
membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan
untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di
SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran
eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di
ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan
beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman,
karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi
Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi
pesawat terbang di  Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH)Ketika sampai
di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan
mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari.
Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang
belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau
swasta dari pada teman-temannya yang lain Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru
kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku.
Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-
temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk
bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische
Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada
tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya
makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat
kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari
dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat
pencucian umum untuk mencuci baju untuk menhemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun
1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat
sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer
Maschinenwesen Aachean.
Rumus yang di temukan oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa
menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat
terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. dari tempat yang sama tahun
1965. Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga
internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan
Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal
Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de
l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu
penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan
Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie
mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja
Manggala Bhakti Kencana.
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum
namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan
bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu
menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih
gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu
bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi
panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,
memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI,
dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto
menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu
kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula
lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato
Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa,
kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Pada tanggal 22 Mei 2010, Hasri Ainun Habibie, istri BJ Habibie, meninggal di
Rumah Sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinikum, Muenchen, Jerman. Ia meninggal
pada hari Sabtu pukul 17.30 waktu setempat atau 22.30 WIB. Kepastian meninggalnya Hasri
Ainun dari kepastian Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota DPR yang ditunjuk menjadi
wakil keluarga BJ Habibie. Ini menjadi duka yang amat mendalam bagi Mantan Presiden
Habibie dan Rakyat Indonesia yang merasa kehilangan. Bagi Habibie, Ainun adalah
segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah
segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap
mimpi mempunyai batas.
Pada Awal desember 2012, sebuah film yang berjudul "Habibie dan Ainun"
diluncurkan, film ini Mengangkat kisah nyata tentang romantisme keduanya saat remaja
hingga menjadi suami istri dan saat ajal memisahkan mereka. Film yang diambil dari buku
terlaris karya BJ Habibie.
Kata-kata Bijak
---(B.J. Habibie)---
“Kromosom intelegensia datang dari ibu disempurnakan oleh kontribusi kromosom dari ayah.
Inilah yang mungkin menghasilkan apa yang terjadi dan ada dalam tubuh saya.”

“Diantara teman-teman mahasiswa Indonesia di Aachen ada yang beranggapan bahwa


mahasiswa yang memakai paspor hijau, ‘tidak memenuhi syarat’, karena itu ada yang
memberikan nasehat agar saya jangan memalukan bangsa Indonesia. Bahkan di kantin, ada
mencandai dengan minta tolong diambilkan air minum. Saya hanya tersenyum dan
memberikan mereka air minum. “Siapa yang mau?”, saya tawarkan kepada kawan yang lain.”

“Pada zaman sebelum perang para pelajar dan mahasiswa kita di negeri belanda bergerak
untuk berusaha memerdekakan bangsanya; untuk itu kita sebagai pejuang bangsa harus pula
berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara selama kita berada di Eropa ini. Perjuangan kita
adalah mengisi kemerdekaan.”

SUMPAHKU!!!
“Terlentang!!!
Jatuh! Perih! Kesal!
Ibu Pertiwi
Engkau pegangan
Dalam perjalanan
Janji pusaka dan sakti
Tanah tumpah darahku
Makmur dan suci
...............
...............
...............
Hancur badan
Tetap berjalan
Jiwa besar dan suci
Membawa aku,.... padamu!!!”
“Saya bersyukur telah dipertemukan oleh Allah SWT, dua insan yang memang dijodohkan.
Saya selalu berkata kepada isteri saya, kamu dilahirkan untuk saya, dan saya dilahirkan untuk
kamu. Itu yang saya rasakan dalam seluruh tubuh saya.”
“Saya membawa teman-teman bekerja di HFB kemudian menjadi MMB di Jerman, waktu itu
“numpang” menuntut ilmu. Bukan menunmpang hidup untuk selamanya.”

“Selama satu setengah tahun saya tidak memiliki kantor resmi. Waktu pak Ibnu Sutowo
bertanya, apakah saya perlu kantor, saya tegas menjawab, Belum, biar begini saja dulu.
Memang sasarannya yang pertama adalah sistem kerja, membuat organisasi, mengumpulkan
data. Selain itu saya tidak mempunyai maksud apa-apa.”

“Waktu saya kembali, saya sudah 20 tahun di Eropa. I have a house, i have a job, a good
income. Saya kembali saya harus boyong. Sekarang mau ke singapura, mau ke Jogya harus
minta permisi. Jadi kalau ditanya interms of income, don’t ask that.”

“Mustahil ada inovasi jika tidak ada SDM yang unggul.”

“Saya membutuhkan orang yang andal untuk membuat bangsa Indonesia tetap berproduksi
menghasilkan SDM yang terbarukan dan tidak terbarukan (non renewable resources)

“Karena itu saya katakan ini suatu Long March. Tidak untuk satu peperangan (militer), tapi
fighting against proverty (perang melawan kemiskinan) dan kebodohan, untuk seluruh
bangsa tak ada kecuali, dengan umat Islam di garis depan.”

“Kalau ada yang mengatakan bahwa ICMI turut menentukan personel kabinet, itu ngawur. Itu
namanya ngarang.”

Dengan diangkatnya B.J. Habibie sebagai koordinator Harian Dewan Golkar awal tahun
1993, jelas makin menambah beban kerjanya. “Ya, ini tahun paling sibuk. Karena ada
pekerjaan yang sebenarnya di luar pendidikan saya.”

“Saya benar-benar merasa lega sekarang. Satu tugas lagi telah saya selesaikan. Rasanya bila
sekarang saya harus pensiun pun saya sudah siap.” (kata Habibie sambil bersyukur apa yang
diharapkannya telah terwujud. Ia telah mewariskan sesuatu kepada gemerasi penerusnya;
mungkin sebuah ilmu, dedikasi, motivasi, kerja keras, keyakinan, keberanian, determinasi
dan semua generasi penerus itu telah melakukannya dengan baik).

“Memperhatikan saran tim dokter dan mengingat kami turut berperan pada 4 pemilu, sejak
’82, ‘87, ’92,’97 dan selama 20 tahun bekerja sebagai Anggota Kabinet Pembangunan III, IV,
V, VI disamping banyak jabatan lainnya dalam pengabdian kami bersama, adalah wajar
jikalau Ainun dan saya pensiun.”

“Ada orang yang ingin agar saya bersikap dan berbicara seperti Presiden Soeharto, tapi anak-
anaka saya, ‘Tidak, kami ingin menilhat Bapak seperti apa adanya. Menjadi diri sendiri’,
tuturnya bersahaja.”

“Ia orang yang baik. Suatu ketika ia mengatakan kepada saya, ‘Rudi, suatu hari kelak banyak
orang yang mengamati kamu. Banyak orang yang mengenal kamu. Kamu akan menjadi orang
yang paling kesepian di dunia karena harus mengambil keputusan sendiri.’ Dan kini,” lanjut
B.J. Hbibie, “Saya sudah mengalaminya.” (B.J. Habibie ketika membicarakan tentang
Soeharto)

“Kini pesawat yang nyaris menghujam ke bumi itu sudah terbang dalam posisi mendatar.
“Maka, jangan tendang-tendang kursi pilot. Jangan paksa orang lain mengambil. Don’t do
that, karena pilot sudah bertindak benar. Saya butuh tiga tahun untuk menerbangkan pesawat
ke ketinggian. Tapi saya tidak mau jual kecap.”

“Tidak ada yang membisiki saya untuk menulis keputusan itu. Yang membisiki saya adalah
otak saya sendiri.”

“Saya bersedia menjadi presiden lagi hanya jika rakyat menghendaki. Jika mereka tidak
menghendaki saya, saya tidak dapat memaksa mereka. Saya tidak akan merekayasa. Itu
bukan gaya dan cara saya. Jika saya jadi presiden, itu adalah kesempatan terakhir bagi saya
karena yang sekarang ini merupakan kesempatan pertama, meski hanya 18 bulan. Saya
menolak disebut sebagai presiden transisi. Begitulah jika saya dipercaya lagi.”

“Menjadi Presiden bukanlah segala-galanya.”


“Saya tidak dapat mengerti, karena sama sekali tidak beralasan rasional, mengapa IMF pada
akhir tahun 1997 menuntut agar pemerintah segera tidak membantu IPTN untuk
menyelesaikan pesawat turboprop N250 yang canggih dan terbang perdananya pada tanggal
10 Agustus 1995 berhasil.”

“Profesor masuk ke ruangan dan matanya memandang mata saya, sambil mengangguk
memberikan tanda detik-detik terakhir Ainun akan sebentar lagi pindah ke alam dimensi
lain.”

“48 Tahun 10 hari, Allah Engkau telah menitipi Cinta Abadi yang menjadikan kami
MANUNGGAL. MANUNGGAL yang dipatri oleh Cinta yang murni, suci, sempurna dan
abadi.
Hari ini 17.30, Ainun telah tidur untuk selamanya dan pindah ke alam Barzah meninggalkan
saya di dunia.
INNA LILLAAHI WA INNA ILAIHI ROOJI’UUN AINUN saya sangat cinta padamu.
ALLAH Pencipta Alam semesta dan umat manusia lebih mencintaimu.
ALLAH, berilah ketenangan, ketentraman, kenikmatan disisi-MU pada AINUN isteriku
tercinta di alam Barzah.
Terima kasih Allah, KEMANUNGGALAN kami di Dunia, di alam Barzah melekat didiri
kami sepanjang masa.
Allah berilah kepada Ainun dan saya kekuatan untuk mengatasi semua yang sedang dan akan
kami hadapi.
Ampuni dosa kami dan lindungi kami dari pencemaran Cinta murni, suci, sempurna dan
abadi kami. (Doa B.J. Habibie untuk Ainun tepat pukul 17.30 waktu Muenchen saat Ainun
dengan tenang dan damai pindah ke dimensi lain).

“Kita telah mengandalkan sumberdaya alam daripada sumberdaya manusia; Kita lebih
berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang (mentalitas “kasir”); Kita lebih melirik
makro daripada mikro ekonomi, dst.”

“Saya tidak bisa menjanjikan banyak hal. Saya tidak tahu apakah hidup kita di Jerman akan
sulit atau tidak, apakah Ainun tetap bisa menjadi dokter atau tidak. Tapi yang jelas, saya akan
menjadi suami yang terbaik untuk Ainun.”
“Masa lalu saya adalah milik saya, masa lalu kamu adalah milik kamu, tapi masa depan
adalah milik kita.”

“Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang
ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini
adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-
benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya
mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan
tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada
airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah
kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi
rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku-lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa
kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang
kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau
ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang
kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku .... “

“Antara saya dan Ainun, adalah dua raga tetapi dalam satu jiwa.”

“Dimanapun engkau berada selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang terbaik dari
yang bisa kita berikan.”

““Ainun, saya tidak bisa menjanjikan kepadamu banyak hal. Seperti mobil, rumah, dengan
segala kehidupan yang (langsung) mapan di Jerman. Tapi saya janji, akan menjadi suami
terbaik untukmu. Mau kah Ainun ikut saya ke Jerman? menemani saya sebagai teman
hidup?"
CHAIRUL TANJUNG

Biografi Singkat

Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada 16 Juni 1962, di tengah-tengah keluarga yang
cukup berada. Ayahnya, A. G. Tanjung, adalah seorang wartawan pada zaman orde lama
yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Dalam buku Chairul Tanjung; Si Anak
Singkong, dikisahkan secara panjang lebar bagaimana Chairul menjalani masa kecilnya.
Diceritakan, Chairul Tanjung kecil melalui hari-harinya dengan penuh keceriaan sebagai
anak pinggiran kota metropolitan. Ia bermain bersama teman-temannya membuat pisau dari
paku yang digilaskan di roda rel kereta api dekat rumahnya di Kemayoran. Meski tampaknya
berbahaya, namun itu adalah kegiatan yang seru dan menyenangkan bagi dirinya. Selain itu,
ia juga kerap bersepeda beramai-ramai setiap akhir pekan di kawasan Ancol, sambil jajan
penganan murah, seperti buah lontar.
Sewaktu kelas 1 hingga 2 sekolah dasar, Chairul selalu diantar-jemput oleh Kak Ana,
salah seorang sanak keluarganya dari Sibolga, dengan naik oplet. Setelah naik ke kelas 3
sekolah dasar, ia sudah berani pulang-pergi sekolah sendiri, sehingga tak perlu diantar-jemput
lagi. Selama kurun waktu itu, Chairul bersama kelima saudaranya hidup berkecukupan.
Namun, memasuki zaman Orde Baru, ketika Chairul duduk di bangku SMP, sang ayah
dipaksa menutup usaha surat kabarnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa
pada zaman itu. Saat itu, ayahnya menjabat sebagai Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI)
Ranting Sawah Besar. Karena bertentangan dengan rezim penguasa kala itu, semua surat
kabarnya diberedel dan dinyatakan pailit oleh pemerintah. Akibatnya, seluruh aset sang ayah
terpaksa dijual untuk menutupi seluruh kerugian dan hutang-hutang, bahkan sampai tidak
memiliki rumah satu pun.
Barangkali demi gengsi, karena sebelumnya memang sudah terbiasa hidup serba
berkecukupan, pada awal-awal, sang ayah menyewa sebuah losmen kecil di kawasan Kramat
Raya, Jakarta untuk tempat tinggal mereka sekeluarga. Namun, itu hanya satu kamar dan
dihuni oleh delapan orang, yakni kedua orang tua Chairul serta keenam orang anaknya,
termasuk Chairul sendiri. Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka
kemudian memutuskan untuk pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis, salah satu kantong
kemiskinan di daerah Jakarta kala itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul dari pihak
ibunya.
Selepas kebangkrutan usaha sang ayah, kehidupan keluarga Chairul diliputi oleh
kesusahan dan kesulitan. Chairul pun harus merasakan kerasnya hidup. Namun demikian,
kedua orang tua Chairul tetap mengutamakan pendidikan anak-anaknya. Mereka mempunyai
prinsip, agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus
ditempuh dengan segala daya dan upaya. Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak
mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.

Menantikan Kepulangan sang Ayah untuk Membayar Zakat


Banyak kisah mengharukan yang dialami oleh Chairul remaja. Suatu hari, saat malam
takbiran, kegalauan luar biasa menghinggapi perasaan Chairul. Saat itu, ia masih duduk di
kelas dua SMP. Ia cemas karena sang ayah belum juga pulang. Ia menunggu di ujung gang
seraya berdoa semoga sang ayah segera pulang dan membawa uang untuk membayar zakat
fitrah bagi dirinya sekeluarga.
Nanar hati Chairul melihat gegap-gempita malam takbiran kala itu. Teman-teman
sebayanya sudah bergembira menyambut datangnya hari kemenangan, bahkan beberapa di
antaranya menyewa becak untuk berkeliling kota. Beberapa kali air mata Chairul sempat
menetes. Saat itu, ada tetangga baik hati yang memperhatikannya dan sempat akan
memberikan zakat kepada keluarga Chairul, tetapi ditolak. Sebab, meskipun tidak memiliki
uang, mereka masih bisa mencari, pikir Chairul kala itu.
Syukurlah, menit-menit terakhir menjelang shalat Ied, sang ayah yang ditunggu-
tunggu akhirnya pulang dan membawa sejumlah uang untuk membayar zakat mereka
sekeluarga. Pukul 03.30 pagi, Chairul membangunkan pengurus masjid yang tengah terlelap,
dan menyerahkan uang zakat itu kepadanya. Lega hati Chairul karena akhirnya bisa
membayar zakat. Pagi harinya, ia pun segera bergegas ke masjid untuk melaksanakan shalat
Ied meski tanpa pakaian baru seperti teman-temannya.

Jiwa Entrepreneurship Seorang Chairul Tanjung


Selepas lulus dari SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dan lulus enam tahun kemudian, yakni tahun 1987.
Saat menempuh kuliah, Chairul terkendala masalah biaya. Untuk mengatasinya, ia pun mulai
berbisnis dari yang paling dasar, yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaus, dan barang-
barang lain di kampusnya. Kemudian, ia membuka usaha fotokopi di kampusnya.
Selanjutnya, dari hasil usaha itu, ia membuka toko peralatan kedokteran dan laboratorium di
bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat. namun akhirnya bangkrut. Meski disibukkan dengan
aktivitas bisnis, Chairul tetap mengutamakan kuliahnya dan berprestasi. Terbukti ia pernah
memperoleh penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984–1985. Sayang,
karena sifat sosialnya yang sering memberi fasilitas kepada teman-teman kuliah serta
mentraktir mereka, usaha itu akhirnya bangkrut.
Namun, menjadi pebisnis rupanya telah memikat hati Chairul. Setelah menutup toko
peralatan kedokteran dan laboratoriumnya, ia membuka usaha baru lagi, kali ini di bidang
kontraktor. Namun, usaha itu juga kurang berhasil. Kendati demikian, ia merasa mendapat
pelajaran banyak hal dari bisnis-bisnis yang pernah ia tangani. Dari bekal pengetahuan itulah,
ia memberanikan diri mendirikan CV pertamanya pada tahun 1984. Dan, pada tahun itu pula,
di masa kuliah tahun keempatnya, ia telah mampu membeli mobil Honda Civic warna cokelat
keluaran tahun 1976 seharga Rp3,6 juta.
Pada 1987, setelah lulus dari FKG IU, Chairul bersama tiga rekannya mendirikan
pabrik sepatu bernama PT Pariarti Shindutama. Dengan modal awal Rp150 juta yang
diperoleh dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Kali ini,
keberuntungan berpihak pada Chairul, karena usaha yang didirikan bersama tiga rekannya itu
langsung mendapatkan pesanan dari seorang pengusaha Italia sebanyak 160.000 pasang
sepatu. Menyusul kesuksesan dalam bisnis sepatu, usaha mereka mulai merambah ke produk
yang lain, di antaranya genting, sandal, dan properti. Sayang, di tengah kesuksesan itu,
Chairul memiliki perbedaan visi tentang ekspansi usaha dengan ketiga rekannya. Maka, ia
pun memilih memisahkan diri dan mendirikan usahanya sendiri.
Setelah keluar dari PT Pariarti Shindutama, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga
bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multimedia. Kepiawaiannya dalam membangun
jaringan dan berorganisasi membuat bisnisnya dari hari ke hari semakin berkembang pesat.
Selanjutnya, ia mendirikan sebuah kelompok perusahaan dengan nama Para Group.
Perusahaan konglomerasi tersebut mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding
company, yang membawahi beberapa sub-holding, seperti Para Global Investindo (bidang
keuangan), Para Inti Investindo (bidang media dan investasi), dan Para Inti Propertindo
(bidang properti).
Di bidang keuangan, pada 1996, Chairul mengambil alih Bank Karman yang kini
berganti nama menjadi Bank Mega dan telah mengalami peningkatan peringkat dari bank
urutan bawah menjadi bank kelas atas. Hingga September 2005, tercatat Bank Mega memiliki
nilai buku aset mencapai Rp1,5 triliun. Di bawah Para Group, selain Bank Mega, Chairul
juga memiliki sejumlah perusahaan lain di bidang finansial, di antaranya Asuransi Umum
Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Mega Capital Indonesia, Bank Mega
Syariah, dan Mega Finance.
Di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Mahagagaya
Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio. Pada bisnis penyiaran dan
multimedia ini, Chairul juga berhasil mengakuisisi TV7 yang nyaris bangkrut. Trans TV,
lewat induk perusahaannya Trans Corp, pada Juni 2006 membuat MoU untuk membeli
sebagian saham TV7 yang dipegang oleh Kelompok Kompas Gramedia, serta mengubah
nama dan identitas perusahaan TV7 menjadi Trans 7. Chairul mengatakan, dirinya tertarik
dengan dunia penyiaran karena televisi berperan sebagai alat transformasi ke arah yang lebih
baik. Selain itu, menurutnya, masyarakat Indonesia masih lebih menyukai hiburan
dibandingkan berita.
Sementara, di bidang properti dan investasi, Para Group membawahi Para Bandung
Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, dan Mega Indah Propertindo..
Khusus di bisnis properti, Para Group juga telah membuat sebuah proyek prestisius di kota
Bandung, yang dikenal dengan Bandung Supermall. Konon, mal seluas tiga hektar tersebut
menghabiskan dana pembangunan mencapai Rp.99 miliar. Bandung Supermall sendiri
diluncurkan pada 1999 sebagai Central Business District.
Adapun di bidang investasi, pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya,
Trans Corp (melalui PT. Trans Ritel, sebuah anak perusahaan Trans Corp), mengakuisisi
40% saham Carrefour, salah satu ritel raksasa Prancis, senilai lebih dari Rp.3 triliun. Proses
negosiasi akuisisi Carrefour hanya dilakukan dalam waktu tiga bulan. Penandatanganan MoU
(memorandum of understanding) dilakukan pada 12 Maret 2010 di Prancis. Setelah akuisisi
tersebut, komposisi pemegang saham Carrefour (Indonesia) adalah Trans Ritel 40%,
Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%.
Langkah akuisisi Para Group tersebut direspons positif oleh sesama pengusaha di
dalam negeri. Diharapkan, di bawah Chairul Tanjung, Carrefour bisa mengedepankan
kepentingan nasional, yaitu dapat menyumbangkan pembinaan terhadap usaha kecil dan
menengah (UKM) di Indonesia. Selain itu, kehadiran pengusaha lokal di sebuah perusahaan
asing juga diharapkan mampu memberikan keyakinan bahwa kiprah Carrefour di Indonesia
tidak semata-mata hanya untuk kepentingan pemodal asing.
Dan kini, Chairul Tanjung telah resmi memiliki 100% saham Carrefour Indonesia
tepatnya pada tanggal 19 November 2012. Untuk mengambil alih 60% saham Carrefour
Indonesia, Trans Retail mendapatkan pinjaman dari 10 bank internasional sebesar US$.750
juta atau Rp.7,2 triliun. Beberapa diantaranya dari Credit Suisse, BNP Paribas, JP Morgan
Securities, ING Bank, ANZ, Goldman Sachs, Deutche Bank, Royal Bank of Scotland,
Standard Chartered Bank dan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ.
Kata-kata Bijak
---(Chairul Tanjung)---
“Lupakan cinta jiwa yang tak berujung ke pelaminan. Tujuan pacaran sesungguhnya adalah
tuk menikah bukan tuk galau.”

“Melakukan apa pun dengan cara yang tidak sebaik mungkin, adalah penyia-nyiaan hidup.”

“Hari ini aku akan menjadi kuat dan tegas, karena aku bertanggung-jawab bagi
kebahagiaanku sendiri.. Selamat pagi!!”

“Bahagia itu sederhana. Saat aku memejam mata, ada kamu yang tersenyum.”

“Wanita hebat mampu menjaga jiwanya agar tak mudah terisi hal yang tak pasti.”

“Janganlah menelantarkan yang telah kau miliki, hanya karena yang kau inginkan lebih baik
daripadanya.”

“Mataku punya cara sederhana untuk bahagia, menatap matamu misalnya.”

“Mencintamu, seperti bernafas. Meski kadang tersengal, tersedak, terbatuk-batuk, aku terus
bernafas. Tidak berhenti mencintamu.”

“Sebelum menerima cinta seseorang, pastikan kesetiaannya bergaransi seumur hidup.”

“Kenangan selalu mengajarkan arti sebuah kehilangan.”

“Lakukanlah semua hal dengan cinta dan kasih, maka semua akan berjalan dengan indah.”

“Saat seseorang meniru penampilanmu, itu artinya dia tertarik padamu dan mencoba untuk
menjalin hubungan denganmu.”

“Pria yang tak mampu menjaga ibadahnya akan sulit menjaga hati pasangannya.”
“Kalau suatu hubungan tidak membuatmu lebih baik, mungkin kamu sedang menjalin
hubungan dengan orang yang salah.”

“Belajarlah dari kesalahan dan jangan menyerah sebelum berperang.”

“Terkadang perpisahan adalah cara Tuhan tuk mempertemukanmu dengan jodohmu.”

“Jika rindu bisa dikubur di halaman rumahku, akan aku lakukan tuk melupakanmu.”

“PILIHLAH JALAN yg sesuai dengan " KATA HATI". Pilihan yang berbeda dengan
"umum" bukan berarti pilihan yang salah.”

“Tuhan tak pernah merencanakan yang jahat tuk dirimu. Percayalah, semuanya akan indah
pada waktu-Nya.”

“Mengingat keterbatasan dalam banyak hal terutama biaya, langkah apapun sudah saya
pertimbangkan dengan matang, termasuk setelah lulus sekolah menengah atas dan mulai akan
menempuh perguruan tinggi.”

“Keuntungan awal dari bisnis fotokopi ini Rp.15.000 dan praktis didapatkan dengan proses
mudah. Kuncinya sederhana: jaringan dan kepercayaan.”

“... hidup sebagai mahasiswa yang memiliki penghasilan sendiri sungguh indah luar biasa
kala itu. Dunia cerah ceria laksana bulan tanpa terhalang awan di puncak purnama.”

“Kemudian saya mulai diberi barang atau peralatan praktikum yang terdiri dari pinset,
gipsum, wax, eskavator dan lain-lain. Saya jual kepada teman-teman dengan harga lebih
murah daripada harga di toko yang biasa mereka beli.”

“Beberapa buku sengaja saya baca hingga habis agar memiliki banyak referensi sebagai
bahan berbincang dengan sang jenderal.
“Saya masih terlalu muda, masih sangat idealis, polos lebih tepatnya. Namun dari situ saya
petik pelajaran yang sangat berharga yang tidak akan pernah lupa sampai kapanpun. Betapa
jahatnya pilitik.”

“Pola pendidikan yang diterapkan orangtua saya lebih kepada tingkah laku seperti pola
orangtua zaman dulu pada umumnya. Lebih kepada bentuk dan contoh konkret.”

“Beberapa kali air mata ini sempat menetes, sangat sesak rasanya. Ada tetangga yang
memeperhatikan dan sempat akan memberi keluarga kami zakat, saya tolak.”

“Saya senang membaca, mungkin karena sering menemui perihnya kehidupan menjadikan
saya serius memandang sesuatu dan lebih peka dibandingkan teman saya lainnya.”

“Kemampuan megontrol diri untuk meminimalkan publikasi diri sendiri. Manusia menjadi
tinggi karena publikasi, saat saat sudah begitu rasa sakit saat jatuh menjadi tak terperi.”

“Kesempatan tidak haya dicari, tapi juga diciptakan. Itu mungkin insight-nya jika saya
simpulkan.”

“Kebiasaan bekerja keras da hidup dibawah tekanan sudah dijalani sejak kecil. Jadi sudah
menjadi hal biasa. Rasa galau dan stress harus dijadikan teman hidup sehari-hari dan
menjalaninya dengan tenang dan ringan.”

“Hingga kini, kemampuan membaca cepat benar-benar berguna dalam keseharian.


Tumpukan dokumen di meja kerja akan menghabiskan waktu berhari-hari jika dibaca detail
satu persatu, sementara saya hanya memiliki waktu tidak lebih dari 30 menit.”

“Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis, nasionalis kerakyatan, karena ini tugas
kemanusiaan. Karena kekayaan tidak dibawa mati. Inilah watak kebangsaan paling sejati.
Kita berbuat, tidak hanya sekedar beretorika.”

“Sungguh indah apabila semua bergerak saling membantu saudara yang lain dan tidak perlu
menunggu komando pemerintah, seperti yang kita lakukan dulu tahun 1998. Menghapus
tangis dan meretas tingkat kemiskinan.”
“Visi Indonesia 2030 merupakan sumbangan pemikiran Yayasan Indonesia Forum sebagai
komponen bangsa yang mengimpikan Indonesia bisa maju dan sejajar dengan negara besar di
dunia.

“Saya sangat yakin Indonesia bisa menjadi negara maju da modern serta masyarakatnya
sejahtera.”

“Ulama bertanggung jawab atas ketidakmampuan umat Islam yang mayoritas dalam jumlah,
tetapi minoritas dalam penguasaan sektor ekonomi.”

“Kami juga menginginkan reformasi tidak sekadar berubah. Kami ingin perubahan yang
berkelanjutan. Kami ingin Indonesia menjadi lebih baik, bukan hanya satu tahapan,
melainkan berkelanjutan dan tidak pernah putus. Maka kami pilih transformasi Trans Tv.”

“Ada tiga peran yang harus dilakukan media, terutama media televisi, yakni memberikan
informasi, melakukan edukasi, dan menyuguhkan hiburan. Agar ketiga peran tersebut bisa
dilakukan, perusahaan harus mempunyai sarana, yaitu keuntungan. Jadi, mendapatkan
keuntungan itu bukan tujuan, melainkan sarana agar perusahaan bisa menjalankan cita-
citanya.”

“Akan sangat tidak baik kalau jaringan retail di Indonesia tidak dikuasai orang Indonesia
sendiri. Oleh karena itu, kepemilikan Carefour Indonesia dibuat sedemikian sebagai jalur
distribusi agar keberadaanya bermanfaat bagi bangsa Indonesia.”

“Era baru tersebut adalah kolusi pemerintah dengan pengusaha adalah sebuah kolusi untuk
membuat ekonomi Indonesia lebih maju dan sebuah kolusi untuk menghadirkan
kesejahteraan ke tengah masyarakat secara nyata.”

“Selama 50 tahun perjalanan hidup saya, pengalaman berharga yang saya rasakan adalah saat
kita memiliki cita-cita untuk selalu lebih baik.
Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan esok harus lebih baik daripada hari ini.”
"Masalah utama untuk membuka usaha adalah permodalan. Tetapi, itu jangan dijadikan
halangan, yang penting adalah kemauan untuk memulai usaha.”
MAHFUD MD

Biografi Singkat

Mahfud yang nama lengkapnya Mohammad Mahfud dilahirkan pada 13 Mei 1957 di
Omben, Sampang Madura, dari pasangan Mahmodin dan Suti Khadidjah. Mahmodin, pria
asal Desa Plakpak, Kecamatan Pangantenan ini adalah pegawai rendahan di kantor
Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. Mahmodin lebih dikenal dengan panggilan Pak
Emmo (suku kata kedua dari Mah-mo-din, yang ditambahi awalan em). Dalam bislit
pengangkatannya sebagai pegawai negeri, Emmo diberi nama lengkap oleh pemerintah
menjadi Emmo Prawiro Truno. Sebagai pegawai rendahan, Mahmodin kerap berpindah-
pindah tugas. Setelah dari Omben, ketika Mahfud berusia dua bulan, keluarga Mahmodin
berpindah lagi ke daerah asalnya yaitu Pamekasan dan ditempatkan di Kecamatan Waru. Di
sanalah Mahfud menghabiskan masa kecilnya dan memulai pendidikan sampai usia 12 tahun.
Dimulai belajar dari surau sampai lulus SD.
Mahfud adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, Tiga kakaknya antara
lain Dhaifah,Maihasanah dan Zahratun. Sementara ketiga adiknya bernama Siti
Hunainah, Achmad Subkhi dan Siti Marwiyah. Latar kehidupan keluarganya yang berada di
lingkungan taat beragama membuat pemberian nama arab tersebut penting. Khusus bagi
Mahfud, arti dari nama “Mahfud” sendiri adalah “orang yang terjaga”. Dengan nama itu
diharapkan Mahfud senantiasa terjaga dari hal-hal yang buruk. Adapun inisial MD di
belakang nama Mahfud adalah singkatan dari nama ayahnya, Mahmodin, dan bukan
merupakan gelar akademik seperti sebagian orang menganggapnya.
Sebenarnya sampai lulus SD tidak ada inisial MD di belakang nama Mahfud. Baru
ketika ia memasuki sekolah lanjutan pertama, tepatnya masuk ke Pendidikan Guru Agama
(PGA), tambahan nama itu bermula. Saat di kelas I sekolah tersebut ada tiga murid yang
bernama Mohammad Mahfud. Hal itu membuat wali kelasnya meminta agar di belakang
setiap nama Mahfud diberi tanda A, B, dan C. Namun karena kode tersebut dirasa seperti
nomer becak, wali kelas lalu memutuskan untuk memasang nama ayahnya masing-masing
dibelakang nama mahfud. Jadilah Mahfud memakai nama Mahfud Mahmodin sedangkan
teman sekelasnya yang lain bernama Mahfud Musyaffa’ dan Mahfud Madani. Dalam
perjalanannya, Mahfud merasa bahwa rangkaian nama Mahfud Mahmodin terdengar kurang
keren sehingga Mahmodin disingkatnya menjadi MD. Tambahan nama inisial itu semula
hanya dipakai di kelas, tetapi pada waktu penulisan ijazah kelulusan SMP (PGA), inisial itu
lupa dicoret sehingga terbawa terus sampai ijazah SMA, Perguruan Tinggi, dan Guru Besar.
Hal itu disebabkan karena  nama pada ijazah di setiap tingkat dibuat berdasarkan nama pada 
ijazah sebelumnya. Berangkat dari situlah nama resmi Mahfud menjadi Moh. Mahfud.

Pendidikan Mahfud MD
Secara umum, pendidikan atau sekolah Mahfud cenderung berlika-liku. Rangkaian
pendidikannya merupakan kombinasi dari pendidikan agama dan pendidikan umum. Mahfud
mengenyam pendidikan dasar dengan belajar agama Islam dari surau dan madrasah diniyyah
di desa Waru, utara Pamekasan. Masuk usia tujuh tahun, Mahfud  disibukkan dengan belajra
setiap harinya. Pagi hari menjalani pendidikan Sekolah Dasar, belajar di madrasah ibtidaiyah
pada sorenya, dan menghabiskan waktu malam hingga pagi di surau. Setamat dari SD,
Mahfud dikirim belajar ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan.
Pada masa itu, ada kebanggaan tersendiri bagi orang Madura kalau anaknya bisa menjadi
guru ngaji, ustadz, kyai atau guru agama. Lulus dari PGA setelah 4 tahun belajar, Mahfud
terpilih mengikuti Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sebuah sekolah kejuruan
unggulan milik Departemen Agama yang terletak di Yogyakarta. Sekolah ini merekrut luluan
terbaik dari PGA dan MTs seluruh Indonesia.
Mahfud tamat dari PHIN pada 1978, rencananya hendak melanjutkan sekolah ke
PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an) di Mesir. Sementara menunggu persetujuan
beasiswa, Mahfud coba-coba kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dan
Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Arab) UGM. Tapi rupanya karena telanjur betah di Fakultas
Hukum, Mahfud memutuskan meneruskan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia yang dirangkapnya dengan kuliah di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Gadjah Mada Jurusan Sastra Arab. Namun kuliahnya di Fakutas Sastra tidak berlanjut karena
merasa ilmu bahasa Arab yang diperoleh di jurusan itu tidak lebih dari yang didapat ketika di
pesantren dulu.
Mengingat kemampuan ekonomi orang tua yang pas-pasan, Mahfud giat mencari
biaya kuliah sendiri termasuk gigih mendapatkan beasiswa. Hal itu tidak sulit bagi Mahfud,
melalui tulisan-tulisan yang dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat dan Harian Masa Kini,
Mahfud berhasil mendapatkan honorarium. Begitu juga, beasis Rektor UII, Yayasan
Supersemar dan Yayasan Dharma Siswa Madura berhasil diperolehnya.
Lulus dari Fakultas Hukum pada tahun 1983, Mahfud tertarik untuk ikut bekerja,
mengajar di almamaternya sebagai dosen dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sekian waktu menggeluti ilmu hukum, Mahfud menemukan berbagai kegundahan terkait
peran dan posisi hukum. Kekecewaannya pada hukum mulai terungkap, Mahfud menilai
hukum selalu dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik. Berangkat dari kegundahan itu,
Mahfud termotivasi ingin belajar Ilmu Politik. Menurut Mahfud, hukum tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya karena selalu diintervensi oleh politik. Dia melihat bahwa energi
politik selalu lebih kuat daripada energi hukum sehingga ia ingin belajar ilmu politik.
Oleh sebab itu, ketika datang peluang memasuki Program Pasca Sarjana S-2 dalam
bidang Ilmu Politik pada tahun1985 di UGM, Mahfud tanpa ragu-ragu segera mengikutinya.
Di UGM, Mahfud menerima kuliah dari dosen-dosen Ilmu Politik terkenal seperti Moeljarto
Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhamin, Amien Rais, dan lain-lain.
Keputusannya mengambil Ilmu Politik yang notabene berbeda dengan konsentrasinya
di bidang hukum tata negara bukan tanpa konsekuensi. Sebab sebagai dosen (PNS), bila
mengambil studi lanjut di luar bidangnya tidak akan dihitung untuk jenjang kepangkatan.
Karena itulah selepas lulus dari Program S-2 Ilmu Politik, Mahfud kemudian mengikuti
pendidikan Doktor (S-3)  dalam Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM
sampai akhirnya lulus sebagai doktor (1993). Disertasi doktornya tentang “Politik Hukum”
cukup fenomenal dan menjadi bahan bacaan pokok di program pascasarjana bidang
ketatanegaraan pada berbagai perguruan tinggi karena pendekatannya yang
mengkombinasikan dua bidang ilmu yaitu ilmu hukum dan ilmu politik.
Dalam sejarah pendidikan doktor di UGM, Mahfud tercatat sebagai peserta
pendidikan doktor yang menyelesaikan studinya dengan cepat. Pendidikan S-3 di UGM itu
diselesaikannya hanya dalam waktu 2 tahun 8 bulan. Sampai saat itu (1993) untuk bidang
Ilmu-Ilmu Sosial di UGM hampir tidak ada yang bisa menyelesaikan secepat itu, rata-rata
pendidikan doktor diselesaikan selama 5 tahun. Tentang kecepatannya menyelesaikan studi
S-3 itu Mahfud mengatakan bukan karena dirinya pandai atau memiliki keistimewaan
tertentu, malainkan karena ketekunan dan dukungan dari para promotornya yaitu Prof.
Moeljarto Tjokrowinoto, Prof. Maria SW Sumardjono, dan Prof. Affan Gaffar. Selain selalu
tekun membaca dan menulis di semua tempat untuk keperluan disertasinya, ketiga promotor
tersebut juga mengirim Mahfud ke Amerika Serikat, tepatnya ke Columbia University (New
York) dan Northern Illinois University (DeKalb) untuk melakukan studi pustaka tentang
politik dan hukum selama satu tahun. Ketika melakukan studi pustaka di Pusat Studi Asia,
Columbia University, New York Mahfud berkumpul dengan Artidjo Alkostar, senior dan
mantan dosennya di Fakultas Hukum UII yang sekarang menjadi hakim agung, sedangkan
ketika menjadi peneliti akademik di Northern Illinois University, DeKalb Mahfud berkumpul
dengan Andi A. Mallarangeng yang sekarang menjadi juru bicara Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Ketika itu Andi Mallarangeng menjadi Ketua Perhimpunan Muslim di wilayah
itu sehingga Mahfud diberi satu kamar tanpa menyewa di sebuah kamar yang dijadikan
masjid dan tempat berkumpulnya keluarga mahasiswa muslim di berbagai negara.

Karir Pekerjaan dan Jabatan


Perjalanan karier pekerjaan dan jabatan Mahfud MD termasuk langka dan tidak lazim
karena begitu luar biasa. Bagaimana tidak, dimulai dari karier sebagai kemudian secara luar
biasa mengecap jabatan penting dan strategis secara berurutan pada tiga cabang kekuasaan,
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Akademisi
Mahfud MD memulai karier sebagai dosen di almamaternya, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, pada tahun 1984 dengan status sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Pada 1986-1988, Mahfud dipercaya memangku jabatan Sekretaris Jurusan
Hukum Tata Negara FH UII, dan berlanjut dilantik menjadi Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum UII dari 1988 hingga 1990. Pada tahun 1993, gelar Doktor telah diraihnya dari
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Berikutnya, jabatan sebagai Direktur Karyasiswa UII
dijalani dari 1991 sampai dengan 1993. Pada 1994, UII memilihnya sebagai Pembantu Rektor
I untuk masa jabatan 1994-1998. Di tahun 1997-1999, Mahfud tercatat sebagai Anggota
Panelis Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Mahfud sempat juga menjabat
sebagai Direktur Pascasarjana UII pada 1998-2001.Dalam rentang waktu yang sama yakni
1998-1999 Mahfud juga menjabat sebagai Asesor pada Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi. Puncaknya, Mahfud MD dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Profesor bidang Politik
Hukum pada tahun 2000, dalam usia masih relatif muda yakni 40 tahun.
Mahfud tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih derajat
Doktor pada tahun 1993. Dia meloncat mendahului bekas dosen dan senior-seniornya di UII,
bahkan tidak sedikit dari bekas dosen dan senior-seniornya yang kemudian menjadi
mahasiswa atau dibimbingnya dalam menempuh pendidikan pascasarjana.
Didukung oleh karya tulisnya yang sangat banyak, baik dalam bentuk buku, jurnal,
maupun makalah ilmiah, dari Lektor Madya, Mahfud melompat lagi, langsung menjadi Guru
Besar. Jika dihitung dari awal menjadi dosen sampai meraih gelar guru besar, Mahfud hanya
membutuhkan waktu 12 tahun. Hal itu menjadi sesuatu yang cukup berkesan baginya. Sebab
umumnya seseorang bisa merengkuh gelar Guru Besar minimal membutuhkan waktu 20
tahun sejak awal kariernya. Dengan rentang waktu tersebut, Mahfud memegang rekor
tercepat dalam sejarah pencapaian gelar Guru Besar. Pencapain itu diraih Mahfud saat
usianya baru menginjak 41 tahun. Tidak heran jika pada waktu itu, Mahfud tergolong sebagai
Guru Besar termuda di zamannya. Satu nama yang dapat disejajarkan adalah Yusril Ihza
Mahendra, yamng juga meraih gelar Guru Besar pada usia muda.
Eksekutif
Karier Mahfud kian cemerlang, tidak saja dalam lingkup akademik tetapi masuk ke
jajaran birokrasi eksekutif di level pusat ketika di tahun 1999-2000 didaulat menjadi
Pelaksana Tugas Staf Ahli Menteri Negara Urusan HAM (Eselon I B). Berikutnya pada tahun
2000 diangkat pada jabatan Eselon I A sebagai Deputi Menteri Negara Urusan HAM, yang
membidangi produk legislasi urusan HAM. Belum cukup sampai di situ, kariernya terus
menanjak pada 2000-2001 saat mantan aktivis HMI ini dikukuhkan sebagai Menteri
Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional di era pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid. Sebelumnya, Mahfud ditawari jabatan Jaksa Agung oleh Presiden Abdurrahman
Wahid tetapi menolak karena merasa tidak memiliki kemampuan teknis.
Selain menjadi Menteri Pertahanan, Mahfud sempat pula merangkap sebagai Menteri
Kehakiman dan HAM setelah Yusril Ihza Mahendra diberhentikan sebagai Menteri
Kehakiman dan HAM oleh Presiden Gus Dur pada 8 Februari 2001. Meski diakui, Mahfud
tidak pernah efektif menjadi Menteri Kehakiman karena diangkat pada 20 Juli 2001 dan
Senin, 23 Juli, Gus Dur lengser. Sejak itu Mahfud menjadi Menteri Kehakiman dan HAM
demisioner.
Legislatif
Ingin mencoba dunia baru, Mahfud memutuskan terjun ke politik praktis. Mahfud
sempat menjadi Ketua Departemen Hukum dan Keadilan DPP Partai Amanat Nasional
(PAN) di awal-awal partai itu dibentuk dimana Mahfud juga turut membidani. Sempat
memutuskan untuk kembali menekuni dunia akademis dengan keluar dari PAN dan kembali
ke kampus. Meski memulai karier di PAN, Mahfud tak meneruskan langkahnya di partai
yang dia deklarasikan itu, justru kemudian bergabung dengan mentornya, Gus Dur di Partai
Kebangkitan Bangsa. Tidak menunggu lama, Mahfud dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum
Dewan Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 2002-2005. Di tengah-tengah
kesibukan berpolitik itu, Universitas Islam Kadiri (Uniska) meminang Mahfud MD untuk
menjadi Rektor periode 2003-2006. Meski bersedia, namun beberapa waktu kemudian
Mahfud mengundurkan diri karena khawatir tidak dapat berbuat optimal saat menjadi Rektor
akibat kesibukan serta domisilinya yang di luar Kediri. Kiprahnya terus berlanjut, kali ini di
dunia politik, Mahdud terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2004-2008. Mahfud MD
bertugas di Komisi III DPR sejak 2004.bersama koleganya di Fraksi Kebangkitan Bangsa.
Namun sejak 2008, Mahfud MD berpindah ke Komisi I DPR. Di samping menjadi anggota
legislatif, sejak 2006 Mahfud juga menjadi Anggota Tim Konsultan Ahli pada Badan
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Depkumham).
Yudikatif
Belum puas berkarier di eksekutif dan legislatif, Mahfud mantap menjatuhkan pilihan
mengabdi di ranah yudikatif untuk menjadi hakim konstitusi melalui jalur DPR.  Setelah
melalui serangkaian proses uji kelayakan dan kepatutan bersama 16 calon hakim konstitusi di
Komisi III DPR akhirnya Mahfud bersama dengan Akil Mochtar dan Jimly Asshiddiqie
terpilih menjadi hakim konstitusi dari jalur DPR.
Mahfud MD terpilih menggantikan hakim Konstitusi Achmad Roestandi yang
memasuki masa purna tugas. Pelantikannya menjadi Hakim Konstitusi terhitung sejak 1 April
2008, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 14/P/Tahun 2008, yang ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 28 Maret 2008.
Selanjutnya, pada pemilihan Ketua Mahkamah Konstitusi, yang berlangsung terbuka
di ruang sidang pleno Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa 19 Agustus 2008,
Mahfud MD terpilih menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2011 menggantikan
ketua sebelumnya,  Jimly Asshiddiqie. Dalam pemungutan suara, Mahfud menang tipis, satu
suara yakni mendapat 5 suara sedang Jimly 4 suara. Secara resmi, Mahfud MD dilantik dan
mengangkat sumpah Ketua Mahkamah Konstitusi di Gedung Mahkamah Konstitusi, pada
Kamis 21 Agustus 2008
Kata-kata Bijak
----(Mahfud MD)---
“Kalau saya berusaha mencapai kedudukan yang lebih tinggi, saya akan menjadi tidak adil
sebagai hakim.”

“Jarang kita berpikir bahwa irama enak sebuah musik itu didukung oleh orang dan alat-alat
musik yang berbeda-beda kemauan maupun iramanya.”

“Semua hakim konstitusi pernah melakukan dissenting opinion. Jadi, tidak masuk akal
seandainya mengelompokkan hakim progresif dan hakim konservatif hanya berdasar
dissenting opinion.”

“Setiap perkara yang masuk ke MK memang sudah mengandung perbedaan pendapat sejak
awal.”

“Saya adalah mantan menteri pertahanan. Jadi, saya tahu bahwa dilingkungan Polri dan TNI,
hukuman bagi seseorang yang mengundurka diri sangat berat karena tindaka itu adalah
desersi.”

“Saya meyakini dan selalu meneriakkan bahwa nasionalisme sekarang ini harus berbasis
keadilan.”

“Kalu sudah menjadi hakim lebih baik diam, menutup pintu, dan siap kesepian. Tapi
kemudian pandangan itu tak saya ikuti karena kerapkali kita harus mendorong perubahan
melalui bicara dengan pers.”

“Saya hanya ingin menceritakan bahwa saya percaya pada kekuatan rakyat yang didorong
oleh pers.”

“Perkara di MK itu bisa diurus melalui telepon karena pertemuan tak bisa diurus melalui
SMS atau surat, bahkan melalui kunjungan pertemuan.”

“Ternyata kami hanya butuh waktu 15 menit untuk memutuskan perkara tersebut.”
“Pengadilan bukan hanya menjadi corong undang-undang tetapi juga harus menegakkan
keadilan guna menyelamatkan masayaarakat dari Chaos.”

“Mungkin ada juga orang-orang yang meniru suara saya dengan dialek madura kalau
menelepon orang minta uang”

“Pada awal-awal saya menjadi ketua MK, sebenarnya saya sudah berpikir untuk tidak
banyak bicara. Tetapi kemudian ada kalanya kami dihadapkan pada situasi tertentu yang
mengharuskan saya bicara kepada pers.”

“Istilah Sisminbakum sendiri baru saya ketahui setelah kasus itu diributkan media, ketika
saya sudah menjadi ketua MK.”

“Saya minta mereka percaya bahwa saya akan mengadili sesuai dengan hukum dan rasa
keadilan, tidak dipengaruhi oleh siapapun.”

“Ternyata tidak ada cara hukuman mati yang menjamin tidak menyakitkan.”

“Saya merasa apa yang dilakukan Pak Jimly menjadi beban berat bagi saya.”

“Saya punya keyakinan bahwa Tuha benar-benar mengatur setiap orang menjadi apa serta
bagaimana nasibnya.”

“Tuhan memberikan anugerah melebihi apa yang saya minta.”

“Yang memperjuangkan keatilan tapi dibungkus dengan kebaikan atau keadilan yang palsu
pasti dan pasti akan merugi. Maka berdialoglah dengan hati nurani.”

“Kebenaran pasti menang, tapi harus diprjuangkan dan diorganisir dengan baik. Kalau Tuhan
mengehndaki sesuatu maka diciptakan jalannya sehingga benar-benar trjadi.”

“Ayo beraktifiktas dengan lurus. Pilih hal-hal yang penting dan berguna. Jangan hirau pd
ocehan orang sakit jiwa. Biar anjing menyalak, kafilah terus jalan.”
“Saya bukan pemberani seperti kata orang. Saya penakut karena takut berbuat salah. Saya
takut pada takut untuk berbuat salah saperti korupsi dan kesewenang-wenangan.”

“Setiap menjadikan orang parpol sebagai tersangka, KPK selalu dituduh berkonspirasi dan
mempolitisasi. Tapi jangan takut KPK wajib tabrak yang prokorupsi.”

“Saya percaya komisioner KPK tak terlibat konspirasi. Memangnya konspirasi dengan siapa
dan untuk apa? Berdosa nuduh-nuduh. Demi negara, kita dukung KPK.”

“Ada yang tanya, kok hanya Slank yang dterima menghadap ketua MK. Yang benar tiap hr
saya menerima banyak tamu. Tapi hanya Slank yang diberitakan media.”

“Wahai, betapa indah dan kaya alam yang dikarunikan Tuhan pada kita. Sudah 2 hari saya di
Papua, tak habis-habis menikmati keindahan dan kekayaan alamnya.”

“Demokrasi dan nomokrasi (hukum) harus seimbang. Demokrasi untuk membuka


penggunaan hak-hak rakyat, nomokrasi untuk mengawal agar demokrasi tidak liar.”

“Secara yuridis RSBI harus bubar karena dasar hukumnya sudah dibatalkan. Kalau diteruskan
maka statusnya seperti kursus, civil effect ijazahnya tak diakui.”

“Dulu guru dan orang tua sering saling berkunjung untuk bersama-sama mengarahkan anak
didik. Sekrang keakraban/kerjasama guru dan orang tua terasa kering.”

“Pikir dulu apa yang akan kita katakan. Sebab kata-kata itu bisa kita kuasai sebelum
diucapkan. Tapi kalau sudah diucapkan kata-kata itu bisa menguasai kita.”

“Hati-hatilah dalam setiap langkah, jangan sampai salah. Dengan begitu kita takkan takut
mengritik dan tetap bisa santai menghadapi gosip sampah.”

“Di negeri ini banyak kasus hukum dipolitisir dan dimafiakan. Tapi tak semua kasus hukum
dipolitisr dan dimafiakan. Kita harus memilah secara arif.”
“Mari kita mulai hari pertama tahun 2013 ini dengan niat dan semangat baik. Semoga semua
hari di tahun 2013 berisi dengan kebaikan-kebaikan bagi bangsa kita.”

“Adagium sesat: "’Jangankan yang halal, yang haram pun tak kebagian’. Harusnya, ‘Yang
halal pun tak prlu diambil berlebihan, biar dinikmati orang lain”

“Kalau hukum ditegakkan maka pembenahan ekonomi, politik, sosial, ideologi akan baik.
Selama ini semua jadi rusak karena hukum lumpuh di depan korupsi.”

“Agama apa pun hadir untuk kedamaian bagi manusia. Kedamaian adalah kebutuhan
manusia. Kalau ingin damai hormatilah semua pemeluk agama dengan tulus.”

“Saat saya sakit ditengah malam ibuku duduk di sampingku. ‘Tak ngantuk, Mak?’ Tanyaku.
‘Tidak, nak’, jawabnya. Ibu ngantuk, tapi berbohong karena kasih.”

“4 syarat agar bernyali: Berani lawan tekanan, tak terjebak budaya rikuh untuk berterbuka,
tak ambisi secara berlebihan, dan tak tersandera kasus.”

“Jawaban-jawaban serius saya tentang pencapresan sudah berulang-ulang. Sekarang gurau


yang tak seriuspun diberitakan seperti: Mahfud siap nyapres, Mahfud sudah dilamar parpol.”

“Terhadap tiap vonis MK, pasti ada yang memuji dan ada yang memaki. Hakim harus kokoh,
tak boleh bangga atas pujian dan tak boleh takut atas cercaan.”

“Merisaukan, tiap hari ada berita sidang pengadilan diserang, eksekusi dilawan,
petugas/kejaksaaan dilawan massa. Sebab, hukum tak beri keadilan.”

“Janganlah bersedekah/menyumbang karena riya'/sombong. Tapi boleh saja menerima


sumbangan dari orang riya'/sombong. Riya' itu bukan urusan yang menerima.”

“Selamat Hari Anti Korupsi Sedunia. Kalau Anda cinta Indonesia berjihadlah melawan
korupsi. Negara bisa hancur, tak bermartabat karena korupsi.”
“Kita sering dibelenggu oleh etika semu, katanya pejabat tak boleh mengritik pejabat lain. Itu
etika palsu, menyebabkan korupsi merajalela.”

“Pagi ini saya menggerutu karena SMS TAHAJJUD CALL baru masuk jam 7 pagi. Tapi
ternyata saya yang salah. Jam 7 di Sayadney sama dengan jam 3 di Jakarta.”

“Saya katakan Indonesia adalah negara Pancasila yang masyarakatnya Islami dengan warga
muslim terbesar yang moderat dan toleran. Diskusi di Sayadney seru.”

“Hari ini Saya berdiskusi dengan masayarakat dan berceramah di masjid Alhijrah Sayadney.
Meski di luar negeri mereka tahu apa yang terjadi di Indonesia.”

“Agar tak simpang siur, saya tegaskan, saya tak mengundurkan diri dari MK. Saya hanya
beritahu ke DPR masa tugas habis 1 April dan saya tak meneruskan.”

“Jawabannya sudah ada di vonis MK, lengkap. Juga sudah disiarkan media massa.
Pemerintah juga sudah menjelaskan, tak ada masalah, semua jalan.”

“Sebenarnya dalam vonis MK sudah lengkap alasan-alasan, termasuk ketentuan peralihan.


Masalahnya, orang sering tak baca atau tak paham arti aturan peralihan.”

“Saya berweekend panjang di Madura. Kampungku yang dulu sunyi-sepi sekarang sudah jadi
seperti kota. Tapi tetap saja ada kesejukan, persaudaraan, kedamaian.”

“Salah tuh Lie Cheng Wei. Tahun 2001 saya sudah tak di kabinet berhenti karena Gus Dur
berhenti. Jadi saya tak ikut buat UU Migas Tahun 2002 itu.”

“Mengada-ada kalau negara rugi 1 triliun/hari karena pembubaran BP Migas. Kan kontrak-
kontraknya dilanjuntkan oleh pemerintah sesuai perjanjian masing-masing.”

“Mantan Menko Kesra Azwar Anas, selalu berpesan agar kita tidak hanya berperang
melawan korupsi, tetapi harus ikut berperang memberantas narkoba.”
“Ini adalah soal yang amat serius dan tak boleh dipandang sebagai permainan sirkus politik
seperti yang sering terjadi. Ini adalah soal yang amat serius dan tak boleh dipandang sebagai
permainan sirkus politik seperti yang sering terjadi.”

“Memberi grasi memang hak dan wewenangnya. Tetapi masak bisa kecolongan.”

“Kata Pak Sudi pernah beritahu Ketua MK: MK pernah langgar UU. Oi, kapan dan dalam
kasus apa? Tak pernah dia bilang itu kepada saya? Siapa bohong? Buka saja.”

“Klau ingin nyaman dan tegar dalam berjuang, jangan ingin mendapat apa-apa dan jangan
takut kehilangan apa-apa yang duniawi. Lurus saja, Anda akan tegar.”

“Hidup ibarat saluran air yang begitu banyak aliran-alirannya. Kita boleh memilih, mau
mengalir di kotornya air comberan atau di air jernih.”

“Agar paham, siapa yang kalap atau khilaf, baca saja deh berita Kompas Cetak hal 4 hari ini
yang diributkan soal grasi narkoba itu. Amat sepele.”

“Yang harus diperjuangkan sekrang, rasanya bukan bagaimana "memperbaiki" tapi


bagaimana "menyelamatkan" negara dair ancaman kehancuran. Ini serius.”

“Penegakan hukum tak jelas, terjebak dalam retorika yang tak berujung. Mencemaskan,
Indonesia bisa hancur kalau hukum tak benar-benar ditegakkan.”

“Penegakan hukum tak jelas, terjebak dalam retorika yang tak berujung. Mencemaskan,
Indonesia bisa hancur kalau hukum tak benar-benar ditegakkan.”

“Lihat dan bayangkan berita-berita hari ini. Apa enaknya jadi pejabat tinggi dan kaya kalau
disorot publik karena indikasi korupsi? Negeri, hidup gelisah.”

“Hal yang bahaya bagi ketatanegaraan kita adalah tak percayanya rakyat terhadap DPR-
Parpol. Padahal DPR-Parpol adalah pilar demokrasi. Sehatkan DPR/Parpol.”
“Seumpama pun iklan diskon TKI bukan dibuat oleh lembaga resmi di Malaysia tetaplah kita
sangat malu. Martabat kita sebagai bangsa terlecehkan.”

“Wali itu berteriak "Naudzubillah, itu monyet bertawaf". Yang ditunjuk ternyata jamaah haji
sedang tawaf di Ka'bah. Tapi dia berhaji dengan uang korupsi.”

“Pemberani dan pemalu juga tak terganggu pada gonggongan anjing buduk saat bermusafir.”

“Jadilah pemberani dan pemalu. Pemberani tak takut bicara jujur dan tegas; Pemalu tak mau
sembarang bicara, tak suka narsis, tak suka sombong.”

“Jadilah pemberani dan pemalu. Pemberani tak takut bicara jujur dan tegas; Pemalu tak mau
sembarang bicara, tak suka narsis, tak suka sombong.”

“Menyembelih binatang ternak sebagai kurban harus dimaknai juga sebagai membunuh sifat
binatang, hedonis, egois, dan korupsi yang masih melekat pada diri kita.”

“Anda baik kalau sudah berusaha untuk menjadi baik, walau nyatanya tidak sungguh-
sungguh baik. Yang berusaha untuk baik tentu akan baik meski tetap relatif.”

“Ditanya: putera yang disembelih Nabi Ibrahim itu Ismail apa Ishaq sih? Gus Dur bilang:
Ngapain ribut? Kan tak jadi dsembelih, diganti kambing.”

“Banyak yang bicarar soal kesehatan dan RS gratis sebagai isi kampanye politik. Tapi jarang
yang bicara ‘politik pembangunan kesehatan’ sebagai amanat konstitusi.”

“Dalam hidup pasti ada saja orang dengki yang menjelek-jelekkan Anda. Tapi selama Anda
salalu berusaha lurus dan berusaha berbuat baik maka Anda akan baik-baik saja.”

“Mari kita dukung Jokowi-Ahok untuk bekerja memimpin DKI. Mereka adalah hasil pilihan
rakyat. Jangan direcoki tapi tetap harus dikritisi agar efektif.”

“Kekebasan hakim itu penting, tapi sering juga kebebasan hakim digunakan sebagai cara
yang bebas, tak bisa dicampuri, untuk memutus sesuai dengan harga.”
“Kebebasan itu bagus karena menghormati HAM. Tapi kebebasan jugs bisa jadi bencana
karena ia sering digunakan untuk melanggar HAM dan kemaslahatan publik.”

“Di Polri itu banyak orang-orang yang baik dan nasionalis. Lihatlah Novel dan Tito
Karnavian. Juga Oegroseno dll. Saya kenal ratusan polisi baik seperti mereka.”

“Tak sadar pulakah mereka bahwa setiap pengkhianat selalu menerima akibat buruk dari
pengkhianatannya? Hidup pengkhianat selalu berakhir pahit.”

“Mengapa negeri ini jadi begini? Apa mereka tak sadar bahwa mereka sedang mengkhianati
para pahlawan/pendiri yang dengan tulus sudah mendirikan negara untuk kita?”

“Jangan terpancing pada gosip dan provokasi karena banyak hal yang jauh lebih penting
untuk diurus. Ahli gosip itu sakit jiwa yang tak layak untuk dilayani.”

“Di Sulsel ada yang mau kasih hadiah ayam ketawa pada saya. Ayam itu memang bisa
kokok-ketawa. Tapi saya tolak, sebab kalau di Jakarta ayam itu akan nangis.”

“Kalau Jokowi berhasil mengatasi korupsi birokrasi dan melawan konspirasi politik, maka
menangani macet dan banjir akan lebih mudah.”

“Tugas terberat Jokowi bukan atasi macet atau banjir tapi bersihkan birokrasi dari korupsi
dan melawan pemerasan/penyanderaan politik.”

“Karena relatif bersih Jokowi bisa buat gebrakan untuk membersihkan birokrasi DKI dari
korupsi. Dia tak tersandera. Parpol-parpol harus bermitra bukan intervensi.”

“Rakyat DKI sudah memilih. Yang kalah harus sportif, yang menang harus amanah. Itulah
cara hidup yang beradab dan menghormati rakyat. Mari melangkah maju.”

“Nakoula membuat film IoM, menghina Nabi. Mengapa orang memrotes Amerika dan
mengganggu tempat umum? Nakoula itu berhasil mengadu domba.”
“Alangkah enak hidup ini andai semua orang tunduk pada perintah Tuhan, apapun agamanya.
Tuhan semua agama memerintahkan kedamaian, bukan kekerasan.”

“Andai saya punya semua wewenang, saya bereskan semua urusan. Tapi andai saya punya
semua wewenang berarti negara ini tidak demokratis dan saya jadi otoriter.”

“Orang punya aspirasi belum tentu punya wewenang. Saya punya aspirasi tentang hukuman
bagi koruptor tapi wewenang untuk menetapkannya ada di legislatif.”

“Fatwa NU agar koruptor dihukum mati melegakan. Ini berlaku bagi semua. Siapapun yang
koruptor harus digelandang ke pengadilan, tak boleh dibela.”

“Tanpa ada pemerintah yang berwenang bertindak negara bisa kacau dan chaos. Tapi tak
berarti pemerintah boleh sewenang-wenang atau tak bisa digugat.”

“Menurut konstitusi DPR wajib ada. Seperti apapun, lebih baik ada DPR daripada tak ada
DPR. Tapi juga DPR harus lurus dan aspiratif atas rakyatnya.”

“Via telepon ke Bedah Editorial MI, 11/9, Bu Tati, Wonogiri minta DPR dibubarkan. Banyak
yang geram pada DPR. Harus kita selamatkan, demi konstitusi.”

“Konsep-konsep tentang subisatansi/isi hukum kita sudah lumayan. Yang jadi masalah adalah
implementasinya dalam penegakan hukum yang ternyata miskin etika.”

“Hancurnya bangsa-bangsa terdahulu karena kalau ada orang kuat secara politik dan ekonomi
melanggar hukum, tak dihukum; tapi orang kecil langsung dihukum.”

“Tak sulit memberi tawshiyyah atau maw'idzah hasanah (nasihat-nasihat baik) tapi tak mudah
memberi dan menjadi uswah hasanah (contoh teladan yang baik).”

“Setelah banyak baca tweet-tweet, saya sadar betapa banyak ilmu yang tak saya ketahui,
betapa banyak kebajikan dan hikmah yang baru saya pahami. Trims, untuk semua.”
“Banyak orang yang bisa beramar makruf (mengajak ke kebaikan), tapi sedikit orang yang
berani bernahi munkar (mencegah dan melawan kezaliman).”

“Pemimpin-pemimpin seperti Hatta, Natsir, Sayafruddin, sungguh mulia. Mereka bahagia


kalau rakyatnya gembira. Malu rasanya kalau kita melihat diri kita.”

“Pencitraan itu tak dilarang, malah harus. Artinya setiap pejabat harus berusaha bekerja
dengan baik dan jujur agar bercitra baik, bukan bercitra korup.”

“Kalau Indonesia tak merdeka tak mungkin saya menjadi seperti sekarang. Paling-paling
hanya jadi buruh tani yang kumuh. Syukuri dan ratakan kemerdekaan ini.”

“Inilah manusia baik: Saat dilahirkan dia menangis keras "oaaak" sedang orang-orang tertawa
ria; namun saat dia mati orang-orang menangis sedang dia tertawa damai.”

“Perbedaan itu fitrah. Kalau Tuhan ingin umat itu satu warna pastilah bisa disatukan karena
Tuhan Maha Bisa. Jadi Tuhanlah yang ingin keragaman itu.”

“Ternyata menertawakan dan mengejek diri sendiri itu enak. Cobalah tertawakan kekonyolan,
kebodohan, dan keteledoran anda sendiri. Hati jadi lapang.”

“Kalau ingin hidup tenang, tidur nyenyak, dan makan nikmat istiqamahlah, jangan usil pada
orang dan jangan hirau pada orang usil. Tenang: kebutuhan hidup.”

“Nasionalisme dulu diekspresikan dengan angkat senjata untuk melawan penjajah. Sekarang
ekspresinya harus melawan ketidakadilan di tubuh kita sendiri.”

“Karena Indonesia merdeka, kita bisa meraih cita tanpa diperbudak oleh penjajahan. Syukur
ya Tuhan, terimakasih hai para pahlawan. Merdeka!”

“Sambutlah kritik dengan lapang. Tapi jangan hiraukan cercaan. Pencerca itu sakit jiwa dan
makin gila kalau ditanggapi. Kasihanilah dia.”
“Merugilah orang yang tak bisa mengambil hikmah untuk memperbaiki diri dari apa pun
yang dialami, didengar, atau dilihat. Hikmah ada dimana-mana.”

“Jangan 'lamis' meminta-minta pada manusia. Mintalah apa pun keinginan kita kepada Allah.
Allah tak pernah menutup pintu untuk diminta.”

“Kafilah-kafilah di gurun pasir sering digonggongi anjing kurap, tapi mereka tak hirau dan
terus berlalu. Jangan buang-buang waktu untuk hirau pada yang tak berguna.”

“Utamakanlah punya ilmu. Ilmu itu kalau dibagikan/dikeluarkan semakin bertambah,


sedangkan harta kalau dibelanjakan semakin berkurang.”

“Mintalah pada Allah, jangan minta pada manusia. Allah marah kalau kita tak meminta
kepada-Nya; tapi manusia sering marah kalau diminta oleh kita.”

“Kepada para penanya tentang budaya politik, saya sarankan buka Google. Tak cukup space
untuk menjelaskannya melalui twit. Bisa juga buka ensiklopedia.”

“Menyumbang untuk membangun gedung KPK, berapa pun jumlahnya, adalah penting
sebagai simbol dukungan atas perang besar melawan korupsi. Ayo, nyumbang.”

“Kita memerdekakan negara agar setiap kita dapat berpolitik dengan bebas. Biarlah setiap
orang bebas berpolitik sesuai asal jujur dan tak merusak.”

“Hakim harus memutus dengan dasar hukum, tapi yang terjadi banyak putusan hanya
berdasar mata duitan. Itulah pesan seorang kawan untuk hakim-hakim.”

“Kalau mau independen, Pengadilan harus tegak lurus, tak boleh tunduk pada tekanan
penguasa maupun tekanan LSM dan publik. Juga harus tegas terhadap dirinya.”

“Dalam hukum restoratif, penegakan hukum bukan hanya menghukum penjahat tetapi
sekaligus harus melindungi korban agar martabatnya tidak hancur.”

“Hak asasi bisa dibatasi oleh hukum sesuai dengan tuntutan moral, nilai-nilai agama”
“Saat saya di Medan ada yang bilang begini, ‘Lady Gaga dilarang karena tak sesuai budaya
kita; apakah korupsi itu memang budaya kita sehingga dibiarkan?’”

“Kata Abu Nawas, "Umuuri naaqishun fi kulli yaum", Umur berkurang tiap hari, tapi dosa
bertambah banyak bagai pasir. Umur melesat, amal menyusut.”

“Faaqidus sayaai'i laa yu'thiihi, yang tak punya sesuatu takkan bisa memberikan sesuatu itu.
Yang tak bermoral tak bisa mendidik orang untuk bermoral.”

“Penuhi yang wajib, perbanyak yang sunnah, hindari yang makruh. Silakan lakukan yang
mubah, tapi jangan lakukan yang haram. Dengan itu Anda akan tenang.”

“Tak ada parpol jelek atau baik. Di parpol-parpol ada orang-orang baik dan ada orang-orang
yang jelek. Tak bisalah stigmatisasi untuk suatu parpol secara institusi.”

“Disorientasi leadership timbulkan distrust, distrust timbulkan disobey, disobey memancing


disintegrasi. Mari kita jaga NKRI agar tetap utuh.”

“Tak usah bingung Tut, saya tak punya warisan jadi tak punya dan tak bisa bayangkan uang 1
T kayak apa. 1 tetes kale. Saya hanya bangga punya moral.”

“Jangan gubris orang yang jahil mencerca dengan dengki. Orang yang ocehannya tak
digubris akan terhina oleh dirinya sendiri sehingga hidupnya jadi tersiksa.”

“Keadilan subisatantifnya ya tak dihukum itu meski unsur pidananya terbukti. Soal salah
benarnya alat bukti itu penilaian hakim, bukan pengamat.”

“Analisis banyak media 'Meninggalkan 2011 Menuju 2012' banyak yang pesimis tentang
Indonesia. Hati jadi gundah. Kita harus optimis dan bersemangat. Ayoo.”

“Bagi orang-orang yang menghayati kultur Indonesia, cerita-cerita lucu dari Gus Dur itu
mengandung taushiyah yang dalam. Kalau sempat saya ingin membukukannya.”
“Wahai, begitu banyak orang yang baru mau menyuarakan kebenaran setelah tak ada di
posisi penting dan tak punya pengaruh. Jadilah mereka seperti angin lalu.”

“Jangan risau atas cemoohan orang kalau Anda yakin yang Anda lakukan benar. Berusahalah
meneriakkan kebaikan selagi suara Anda didengar orang.”

“Acuhkan setan, dekati Tuhan. Teriakkan kebenaran meski ada yang tak suka. Sebaik apapun
manusia pastilah ada manusia lain yang iri/dengki. Maju!”

“Diukurnya dari rasa keadilan masyarakat, bukan dari yang berperkara atau pengacaranya.
Rasa keadilan ada di denyut kehidupan masyarakat.”

“Vonis pengadilan yang baik itu tak bisa diukur dengan persetujuan/kesukaan semua orang.
Sebab tiap vonis pasti ada yang setuju, ada yang tak setuju.”

“Teruslah menggebrak untuk kebenaran dan pemberdayaaan dhuafa'. Jangan lena karena
pujian, jangan takut pada makian. Sabar berarti tangguh dan berani.”

“Kalau saat akan melakukan sesuatu Anda menunggu disetujui/didukung semua orang
pastilah Anda takkan pernah melakukan apa pun. Berbuatlah.”

“Yang harus kita takuti dalam hidup ya takut itu sendiri. Kalau kita takut untuk takut maka
kita akan berani. Itu nasihat guru yang pernah saya dengar.”

“Membiarkan kejahatan terhadap demokrasi dan konstitusi berarti membiarkan pengkhiatan


terhadap bangsa dan negara. jangan takut menggilas pengkhianatan.”

“Saya akan terus bersemangat meski dituduh apa pun. Bahayalah masa depan bangsa kalau
tak ada yang berani bertindak hanya karena takut dituduh macam-macam.”

“Wahai ibu pertiwi, alangkah sedih hati kami. Di pangkuanmu banyak koruptor, tapi
pemimpin-pemimpin seperti tak berdaya. Masa depan negeri jadi taruhan.”
“Wahai ibu pertiwi, alangkah sedih hati kami. Di pangkuanmu banyak koruptor, tapi
pemimpin-pemimpin seperti tak berdaya. Masa depan negeri jadi taruhan.”

“Tokoh-tokoh agama benar: pemerintah gagal menindakan arkisme secara hukum, tapi benar
juga bahwa tokoh-tokoh agama gagal mendidik sebagian umat untuk toleran.”
JUSUF KALLA

Biografi Singkat

Muhammad Jusuf Kalla lahir di Wattampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15


Mei 1942. Ia menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin
Makassar tahun 1967 dan The European Institute of Business Administration Fountainebleu,
Prancis (1977). Pada Oktober 2004 menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Pasangan
Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) berhasil sebagai pemenang Pemilu. SBY
dilantik sebagai Presiden RI ke-6 dan M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI ke-10.
Pasangan ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih rakyat secara
langsung. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4), M.
Jusuf Kalla dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri
Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog. Pada masa Presiden Megawati
Soekarnoputri (2001-2004) ia dipilih menduduki jabatan Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat. Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai Menko Kesra RI sebelum maju
sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain tugas-tugas sebagai Menko Kesra, M. Jusuf Kalla telah meletakkan kerangka
perdamaian di daerah konflik Poso, Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku. Lewat pertemuan
Malino I dan Malino II dan berhasil meredakan dan menyelesaian konflik di antara
komunitas Kristen dan Muslim.
Kunjungan kerjanya sebagai Menko Kesra ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada awal
tahun 2004 memberinya inspirasi untuk menerapkan pengalaman penyelesaian konflik
Ambon-Poso di NAD. Upaya penyelesaian Aceh di dalami dan dilanjutkan penanganannya
saat setelah dilantik menjadi Wakil Presiden RI. Akhirnya, kesepakatan perdamaian untuk
NAD antara Pemerintah dan tokoh-tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berhasil
ditandatangani di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005.
Pengalaman pada organisasi pemuda/mahasiswa seperti Ketua HMI Cabang Makassar
tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin (UNHAS) 1965-1966,
serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1967-1969
memberi bekal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sulit tersebut.
Tahun 1965 sesaat setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya
(Sekber Golkar), M. Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi
Selatan dan Tenggara (1965-1968). Kemudian, terpilih menjadi Anggoa DPRD Provinsi
Sulawesi Selatan Periode 1965-1968 mewakili Sekber Golkar. Pada Musyawarah Nasional
(Munas) Golkar di Bali, bulan Desember 2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar
Periode 2004-2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat DPP
Golkar, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Utusan Golkar
(1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).
Putra pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah ini sebelum terjun ke pemerintahan dikenal
luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha sukses. Usaha-usaha yang dirintis ayahnya, NV.
Hadji Kalla, diserahkan kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana
Ekonomi di Universitas Hasanuddin Makassar Akhir Tahun 1967.
Di samping menjadi Managing Director NV. Hadji Kalla, juga menjadi Direktur
Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik Utama.
Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi, dikembangkan usaha
yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan,
jembatan, dan irigasi guna mendorong produktivitas masyarakat pertanian.
Anak perusahaan NV. Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang konstruksi)
dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi, irigasi di Sulsel, dan
Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka Teknik Utama didirikan untuk rekayasa
industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal Mixing Plant (AMP) dan gangway
(garbarata) di Bandara, dan sejumlah anak perusahaan di bidang perumahan (real estate);
transportasi, agrobisnis dan agroindustri.
Atas prestasinya di dunia usaha, Jusuf Kalla dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua
Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan
Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia (ISEI), Sulawesi Selatan (1985-1995), Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan
Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).
Di bidang pendidikan, Jusuf Kalla menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang
mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali,
Universitas Islam Makassar. Selain itu, ia menjabat Ketua Dewan Penyantun (Trustee) pada
beberapa universitas, seperti Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar; Institut Pertanian
Bogor (IPB); Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar; Universitas Negeri Makassar
(UNM), Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina; Ketua Ikatan Keluarga Alumni
(IKA) UNHAS.
Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla dikenal sebagai
Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan
tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU
Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar.
Ketika akan membangun masjid bersama Alm. Jenderal M. Jusuf, Jusuf Kalla dipilih menjadi
Ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend. M. Jusuf). Sekarang,
Masjid tersebut menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur.
Di kalangan agama-agama lain selain Islam, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum
Antar-Agama Sulsel.
Penggemar olah raga golf ini, selama sepuluh tahun (1980-1990) menjadi Ketua
Persatuan Sepak Bola Makassar (PSM) dan Pemilik Club Sepak Bola Makassar Utama (MU)
tahun 1985-1992.
H. M. Jusuf Kalla yang menikah dengan Nyonya Hajjah Mufidah Jusuf telah
dikaruniai satu putra dan empat putri serta dikaruniai sembilan cucu.
Selain tugas rutin, Wakil Presiden Republik Indonesia juga melaksanakan program-program
strategis pemerintah Indonesia, meliputi: revitalisasi pertanian dan kehutanan, pertanian;
peningkatan kinerja industri dalam negeri dengan membangun industri listrik, dan industri
pertahanan, energi dan sumber daya mineral; pekerjaan umum dengan percepatan
pembangunan jalan tol Trans-Jawa, jalan di luar Jawa serta proyek pengairan skala
menengah.
Program strategis Wakil Presiden Republik Indonesia juga mencakup: percepatan
pembangunan bandara udara, pelabuhan dan kereta api; perdagangan dengan peningkatan
ekspor; kelautan untuk peningkatan produksi perikanan; tenagakerja dengan penyelesaian
masalah perburuhan; perumahan dengan membangun rumah susun; pariwisata dengan
peningkatan; bidang BUMN dengan peningkatan kinerja BUMN; bidang Usaha Kecil
Menengah dengan menghidupkan kembali sistem jaminan untuk kredit kecil; dan bidang
penanaman modal dengan menyusun program perbaikan Doing Business.
Kata-kata Bijak

---(Jusuf Kalla)---
“Jadi, sebenarnya yang penting adalah bagaimana saya bisa efektif (memimpin), yaitu cari
cara. Tujuan memimpin itu bisa memengaruhi orang untuk mencapai tujuan. itu yang saya
lakukan.”

"Patut disyukuri perbedaan dan keragaman di negeri ini merupakan anugerah, pada
hakikatnya semuanya sama dan perbedaan itu merupakan spirit kebangsaan sebagai perekat
persatuan.”

“Satu kata satu perbuatan.”

“Saya tidak takut dengan kekalahan. Tapi, saya tidak mau jadi orang yang kalah. Itu dua hal
yang berbeda. Satya ingin menang dengan membuat strategi yang lain.”

“Lebih cepat, lebih baik.”

“Jangan sia-siakan kesempatan, jika ia datang, rangkul segera.”

“Peran Masyarakat itu Menjadi Mata dan Telinga Aparat.”

“Masyarakat Harus Bantu Aparat Berantas Teroris.”

“Zakat melatih kita untuk berbagi kebahagiaan bagi sesama manusia.”

“Relokasi kepadatan penduduk ke bangunan rusun, bisa menghemat dua pertiga lahan, dan
manfaatnya akan sangat terasa untuk wilayah seperti JKT.”

“Rusun itu berguna untuk membuat tata kota kita ini lebih teratur dan rapi.”

“Tanggung jawab pemerintah untuk mensubsidi masyarakat miskin, merupakan amanat UU.
Kurangi kepadatan penduduk dengan efektifitas rusun”
“Subsidi harus diberikan kepada masyarakat tidak mampu yang tidak sanggup menyewa
rusun.”

“Maksimalkan pembangunan rusun itu salah satu solusi padatnya penduduk Jakarta.”

“Walaupun banjir tetap merugikan, namun kerugian kebakaran jauh lebih besar.”

“Populasi padat, kurang "perhatian", ketidakdisiplinan menimbulkan datangnya bencana-


bencana. Pemerintah harus fokus pada keadaan pahit ini.”

“Indonesia sempat mengalami konflik Poso dan Ambon. Ya agak miriplah. Harus cepat dicari
resolusinya.”

“Mudah-mudahan ada itikad baik dari pemerintah Myanmar untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi di Rohingya.”

“Kemudian, konflik etnik di Rohingya terus melebar dengan masalah agama. Konflik yang
tidak diselesaikan akan terus membesar. Ini tidak baik.”

“Awali Jum'at ini dengan berdoa untuk warga Rohingya, dan mari bersama tunjukkan peran
Indonesia.”

“Dari pada untuk kegiatan politik, jadikan masjid sebagai pusat kesehatan masyarakat.”

“Alhamdulillah, Malam bulan Ramadhan itu memang indah. Selamat Istirahat sejenak.”

“Tempe tahu itu khas Indonesia... Dan lezat...”

“Apa kabar ya etnik Rohingya di Myanmar? Mari berdoa bersama untuk keselamatan mereka
dalam mempertahankan tauhidnya.”

“Sejak MOU Helsinki telah disepakati dengan GAM tidak akan menggunakan bendera GAM.
Tentunya apalagi dengan pemerintah Aceh saat ini.”
“Soal bendera Aceh, adalah komunikasi antara Aceh dan pemerintah pusat. Dalam MOU
Helsinki, yang dikedepankan adalah semangat perdamaiannya.”

“Kalau BBM (bensin) dinaikkan dari 4500 menjadi 6000 rupiah orang setuju. Tidak ada
demo. Dari pada APBN jebol karena beban subsidi.”

“Kurang subsidi BBM, agar bisa bangun sekolah dan jalanan.”

“Setiap tindakan tidak jujur atau kekerasan harus diatasi dengan tegas, jangan negeri ini
terjadi hukum rimba.”

“Karena itu harus dilaksanakan secara jujur dan adil oleh KPU dan seluruh peserta.”

“Pilkada tujuannya memilih pemimpin daerah secara demokratis untuk melaksanakan


pembangunan.”

“Prihatin dengan peristiwa pembakaran kantor pemerintah dan swasta di Palopo Sulsel
sebagai dampak dari Pilkada.”

“Assalamu Alaikum, selamat pagi semua. Bangsa yang mandiri, adalah bangsa yang
dibangun dari tangan sendiri, kantong sendiri dan otak sendiri.”
“Ketika tsunami Aceh, semua harus dapat layanan kemanusiaan termasuk GAM. Karena itu
saya perintahkan juga drop makanan di atas markas GAM.”

“Memberantas Korupsi jangan pake amarah dan emosional. Harus dengan kecerdasan .
Karena kita juga berurusan dengan orang-orang yang "cerdas" pula.”

“Jadi kalau saya jadi Ketua PMI ada di daerah bencana, bukan ingin pamer. Tapi memberi
ketauladanan bahwa saya ikut bekerja.”

“Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki ketegasan, dan kemampuan kecepatan


mengatasi masalah.”
“Hari ini di Palu ceramah soal konflik dihadapan asosiasi DPRD Kota se-Indonesia dan
Melantik pengurus DMI Sulawesi Utara di Manado.”

“Ucapan Syukur akan membantu kita menemukan kebaikan di tengah keburukan.”

“Dalam Mencari Solusi untuk berbagai permasalahan bangsa hendaknya jangan sampai
menimbulkan persoalan baru.”

“Hampir semua Program partai sama karena memang itulah kebutuhan bangsa ini, yang
membedakn yaitu kepercayaan orang pada partai bisa berbuat baik apa tidak.”

“Demokrasi harus mendongkrak kebersamaan bukan perbedaan.”


REFERENSI

Adi Susilo, Taufik. 2010. Membaca JK: Biografi Singkat Jusuf Kalla. Yogyakarta: Garasi.
Darmawan, Aris. 2012. Dua Tangis Sejuta Damprat. Jakarta: Elex Komputindo.
Endah, Alberthiene. 2012. Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta. Metagraf.
Gunawan Diredja, Tjahja. 2012. Chairul Tanjung, Si Anak Singkong. Jakarta: Kompas.
Habibie, Baharudin Jusuf. 2010. Habibie & Ainun. Jakarta. Gramedia.
Makka, A.Makmur. 2008. The True Life of Habibie. Mizan
Triana, Rita. 2012. Kontroversi Mafud MD. Jakarta: Konstitusi Press.

bandar-katabijak.blogspot.com

beritajatim.com.
biografi-tokoh.com

bisniskeuangan.kompas.com
dahlaniskan.wordpress.com

forbes.com
jakarta.tribunnews.com

kaskus.co.id

mahfudmd.com

news.detik.com

twitter.com

voaindonesia.com

wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai