Anda di halaman 1dari 27

TADABBUR

Mari buka Mushaf masing-masing, tepatnya pada Surah Saba ayat ke 34-35
Allah azza wa jalla berfirman yang artinya:
َ َ ُْ ُ ‫ا َ َ ْ ُ َ ا‬ َ َ َْ َ
‫ال ُم َتفوها ِإنا ِب َما أ ْر ِسلت ْم ِب ِه ك ِاف ُرون‬ ‫َو َما أ ْر َسلنا ِ يف ق ْر َي ٍة ِم ْن ن ِذ ٍير ِإَّل ق‬
‫ي‬ َ ‫َو َق ُالوا َن ْح ُن َأ ْك ََ ُت َأ ْم َو ااَّل َوَأ ْو ََّل ادا َو َما َن ْح ُن ب ُم َع اذب‬
ِ ِ
"Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami
mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". Dan mereka berkata:
"Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-
kali tidak akan diazab. (QS: Saba: 34-35)
Bila kita melihat sejarah, maka kita akan mendapati bahwa banyak diantara
umat-umat terdahulu yang gagal melewati ujian kekayaan dan kelapangan. Tak begitu
berbeda dengan yang terjadi pada manusia dewasa ini.
Alih-alih membelanjakan harta dengan baik, sebagian orang kaya bersikap
kejam kepada kaum yang fakir dan lemah. Akibatnya, muncullah mazhab sosialisme
yang menafikan hak kepemilikan individu dan mengukuhkan peperangan antarkelas.
Konflik dan perseteruan itu terus berlangsung memperebutkan kekayaan duniawi
yang fana. Saat ini, kita melihat rambu-rambu agama telah begitu dalam terkubur,
cakrawala semakin gelap, kemudian muncul berbagai filsafat serta pemikiran yang
menuntun manusia pada pengabdian terhadap dunia dan melalaikan akhirat. Dan
satu-satunya jalan keselamatan adalah kembali kepada agama yang benar, menyusuri
jalan imam menuju nikmat aman dunia dan akhirat.
Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah azza wa jalla telah mengabarkan keberhasilan Iblis
dalam menggelincirkan manusia:
‫ي‬َ ‫وه إ اَّل َفر ايقا م َن ْال ُم ْؤمن‬
ُ ُ َ ‫َو َل َق ْد َص اد َق َع َل ْيه ْم إ ْبل ُ َ ا ُ َ ا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫يس ظنه فاتبع‬ ِ ِ ِ
"Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap
mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.
(QS: Saba: 20)
Maksudnya, Iblis menyangka bahwa dia dapat menguasai manusia dan membawa
mereka ke jalan kesesatan sebagaimana yang diikrarkan di hadapan Allah.
‫قال فبعزتك ألغوينهم أجمعي إَّل عبادك منهم المخلصي‬
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (QS: Sad: 82-83)
Walau demikian, Iblis mengakui bahwa ia takkan sanggup menggoda orang-orang
beriman dan mukhlis. Wallahu a'lam IG: @act_elgharantaly ACT_El-Gharantaly
TADABBUR
Mari buka Mushaf masing-masing. Tepatnya pada Surah Shaad ayat: 29.
Allah azza wa jalla berfirman:
َْ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ َ ُ ‫َ ٌ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ ٌ َ ا ا‬
)٢٩:‫اب (ص‬
ِ ‫ِكتاب أنزلناه ِإليك مبارك ِليدبروا آي ِات ِه و ِليتذكر أولو األلب‬
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka mentadabbur ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.
Jika seseorang ingin mendapatkan mutiara dari dasar lautan, tapi hanya berdiri
di tepi pantai, menikmati pasir putih, nyanyian burung camar, debur ombak dan
sepoinya angin tepi pantai, kira-kira kapan dia akan mendapatkan mutiara dan berapa
banyak yang didapatnya? Tidak ada. Karenanya, dia harus menyelam dan
membongkah batu-batu karang.
Seperti itulah orang yang membaca Al-Qur’an tapi tidak memahami isinya,
menghafal tetapi miskin pemahaman. Ia harus menyelam membongkah batu-batu
karang untuk memperoleh mutiara. Begitulah cara bertadabbur.
Lalur, apa itu tadabbur...?
Saat menafsirkan ayat diatas Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
rahimahullah berkata, "Maksudnya adalah memahami sedikit demi sedikit ayat-ayat
tersebut, berfikir tentangnya, memperdalam pengamatan ke dalamnya sehingga
memahami hidayah-hidayah yang dikandungnya." (Adhwa'ul Bayan 6/344)
Perintah untuk mentadabburi Al-Qur’an juga ditegaskan di dalam firman-Nya:
ُ ََْ ُُ ََ َْ َ ْ ُْ َ ُ‫َََ َََ ا‬
‫وب أقفال َها‬
ٍ ‫أفَل يتدبرون القرآن أم ع َٰل قل‬
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka
terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Pada ayat ini, Allah menyifati hati yang jauh dari tadabbur sebagai hati yang terkunci.
Dahulu, kaum muslimin hanya memiliki satu kitab yaitu Al-Qur’an. Dengan satu
kitab itu mereka menjadi umat yang disegani dunia. Prestasi itu diraih hanya kurang
dari 40 tahun sejak risalah diturunkan.
Saat ini... Tak terhitung berapa kitab yang tersimpan di dalam khazanah
keilmuan islam, namun kondisi mereka terpuruk. Sejak runtuhnya khilafah 93 tahun
yang lalu, mereka seperti tak bisa bangkit, terpuruk dan tercabik-cabik bak hidangan
diatas meja musuh.
Mengapa..?
Dahulu... Satu kitab itu benar-benar dijadikan pedoman. Pesan-pesan Al-
Qur’an hidup di hati para sahabat dan tabi'in. Mereka berhasil menjadi penerjemah
terbaik Al-Qur’an lewat amal-amal mereka.
Adapun hari ini... Jutaan buku yang menyesaki lemari kaum muslimin seolah
tak ada artinya. Buku-buku itu hanya dipelajari untuk meraih gelar akademik, ilmu
islam berubah menjadi wawasan ditangan orang-orang yang katanya cendekiawan.
Al-Qur’an hanya dibaca pada acara-acara ceremonial. Tilawahnya diperlombakan,
namun pesan-pesannya diabaikan.
Dua warna yang berbeda bukan...?
Hari ini, kita butuh lebih dari sekedar musabaqah tilawatil qur'an. Kita butuh
musabaqah (perlombaan) dalam mengamalkan Al-Qur'an. Dan untuk itu, dibutuhkan
tadabbur yang lebih dalam. Agar kita memahami dan mengerti pesan-pesan Al-Qur’an
dengan baik, sehingga mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan kita.
Wallahu a'lam

IG: @act_elgharantaly
Kisah Imam Syaqiq al-Balkhi dan Muridnya Hatim al-Ashom
Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada muridnya, Hatim al-Ashom, “Berapa lama
kamu telah belajar kepadaku?” Hatim menjawab: “Sudah selama 33 tahun.”
Syaqiq bertanya lagi, “Apa yang telah kamu pelajari dariku selama itu?”
Hatim menjawab, “Ada delapan perkara.”
Syaqiq berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Aku habiskan umurku bersamamu
selama itu dan kamu tidak belajar kecuali delapan perkara?!”
Hatim menjawab, “Guru, aku tidak belajar selainnya. Sungguh aku tidak bohong.”
Syaqiq kemudian berkata lagi, “Coba jelaskan kepadaku apa yg sudah kamu pelajari.”
Murid (Hatim) menjawab:
Pertama, “Ketika aku memperhatikan makhluk yg ada di dunia ini, aku melihat
masing-masing mempunyai kekasih, dan ia ingin selalu bersama kekasihnya bahkan
hingga ke dalam kuburnya, tetapi ketika dia sudah sampai di kuburnya, kekasihnya
justru berpaling darinya. Ia pun merasa kecewa karena kekasihnya tidak lagi dapat
bersama masuk ke dalam kuburnya dan berpisah dengannya. Karena itu aku ingin
menjadikan amal kebaikan sebagai kekasihku, sebab jika aku masuk kubur, maka
semua amal kebaikan akan ikut bersamaku.”
Kedua, “Saya merenungkan firman Allah:
ْ ْ ‫َ َ ا َ ْ َ َ َ َ َ َ ِّ َ َ َ ا‬
َ ِ ‫)فإ ان ْال َج ان َة‬
)٤١( ‫ه ال َمأ َوى‬
َ
٤٠ ( ‫ى‬‫و‬َ ‫س َعن ْال َه‬
َ ‫الن ْف‬ ‫وأما من خاف مقام رب ِه ونَه‬
‫ي‬ ِ ِ
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”
(Qs. An-Nazi’at: 40-41)
Maka saya berusaha keras untuk meneguhkan diri dalam menundukkan hawa nafsu,
hingga nafsu saya mampu tegar atau tenang (tidak goyah) diatas ketaatan kepada
Allah.”
Ketiga, “Saya memperhatikan manusia, dan saya amati masing-masing memiliki
sesuatu yg berharga, yang dia menjaganya agar barang tersebut tidak hilang.
Kemudian saya membaca firman Allah:
‫اق‬ َ َّ ‫َما ع ْن َد ُك ْم َي ْن َف ُد َو َما ع ْن َد‬
ٍ ‫اَّلل ب‬
ِ ِ ِ
“Apa yg di sisimu akan lenyap, dan apa yg ada di sisi Allah adalah kekal.”(Qs. An-Nahl:
96)
Oleh karena itu, apabila setiap aku memiliki sesuatu yg berharga dan bernilai, segera
saja aku serahkan kepada Allah, agar milikku terjaga bersama-Nya dan tidak hilang
(agar kekal di sisi Allah).
Keempat, “Saya memperhatikan manusia dan saya ketahui masing-masing mereka
membanggakan hartanya, pangkatnya (kedudukannya) dan nasabnya
(keturunannya). Kemudian aku memperhatikan firman Allah:
ُ َ ْ َ َّ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ‫ا‬
‫اَّلل أتقاك ْم‬
ِ ‫ِإن أ كرمكم ِعند‬
“Sesungguhnya orang yg paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu.” (Qs. Al-Hujurat: 13)
Maka aku berbuat dalam koridor takwa (aku kerjakan konsekuensi takwa), hingga
menjadikan aku di sisi Allah, sebagai orang yang mulia.”
Kelima, “Saya memperhatikan manusia dan (saya tahu) mereka saling mencela dan
mengumpat antara satu dan lainnya. Saya tahu masalah utamanya di sini adalah sifat
iri hati (dengki). Maka saya kemudian memperhatikan firman Allah:
ْ ُّ ْ َ َ َ َ َ َ
‫ن ْح ُن ق َس ْمنا َب ْين ُه ْم َم ِعيشت ُه ْم ِ يف ال َح َي ِاة الدن َيا‬
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia.” (Qs. Az-Zukhruf: 32)
Maka saya kemudian meninggalkan sifat iri hati dan menghindar dari banyak
orang, karena saya tahu bahwa pembagian rejeki itu benar-benar dari Allah, yang
menjadikanku tidak patut memusuhi dan iri kepada orang lain.”
Keenam, “Ketika kupandangi makhluk yg ada di dunia ini, ternyata mereka suka
berbuat kedurhakaan dan berperang satu sama lain, akupun kembali kepada firman
Allah:
ُ َ ُ ُ ‫ا ا ْ َ َ َ ُ ْ َ ُ ٌّ َ ا‬
‫وه عدوا‬ ‫ِإن الشيطان لكم عدو فات ِخذ‬
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu).”
(Qs. Fathir: 6)
Maka aku tinggalkan permusuhan diantara manusia, karena itu setan
kupandang sebagai musuhku satu-satunya dan akupun sangat berhati-hati
kepadanya, karena Allah menyatakan setan adalah musuhku.”
Ketujuh, “Saya memperhatikan manusia, maka saya melihat masing-masing diantara
mereka memasrahkan jiwanya dan menghinakan diri mereka sendiri dalam mencari
rezeki. Bahkan ada diantara mereka yang berani melakukan cara-cara yang tidak halal.
Maka aku melihat kepada firman Allah:
ُ ْ َّ َ َ ‫َ َ ْ َ ا‬
‫اَّلل ِرزق َها‬
ِ ‫ض ِإَّل عَل‬
ْ
ِ ‫وما ِمن داب ٍة ِ يف األر‬
“Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yg menanggung
rizkinya.” (Qs. Hud: 11)
Saya kemudian menyadari bahwa saya adalah salah satu dari makhluk melata,
sehingga Allah pasti akan menanggung rezekinya. Maka saya menyibukkan diri dengan
apa yang menjadi hak Allah dan saya membiarkan hak saya atas Allah. (Saya
meninggalkan apa-apa yg tidak dibagikan kepadaku).”
Kedelapan, “Saya memperhatikan manusia, maka saya lihat masing-masing dari
mereka menyerahkan diri (bertawakkal) kepada sesama makhluk (orang ataupun
barang). Ada yang menyandarkan hidupnya kepada sawah ladangnya, sebagian
kepada perniagaannya, sebagian kepada hasil karya produksinya, sebagian lain
kepada kesehatan badannya dan simpanannya/tabungannya. Lalu saya melihat
kepada firman Allah:
ُ َ َّ َ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ َ
‫اَّلل ف ُه َو َح ْس ُبه‬
ِ ‫ومن يتوكل عَل‬
“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Ia akan mencukupi (keperluan)-
nya.” (Ath-Thalaaq: 3)
Maka saya kemudian menyerahkan diri dan mempercayakan semuanya kepada Allah,
karena Dia akan mencukupi segala keperluanku.
Mendengar pernyataan-pernyataan Hatim, sang guru yaitu Imam Syaqiq al-Balkhi
mendo’akannya, “Semoga Allah memberi berkah kepadamu…!” Aamiin

Rahimahumullah rahmatan wasian

Wallohu a’lam

(Al-Ihya: 1 hal: 65)

✍Abu Abdillah El-Madiny


KITA DAN MEREKA
َُ َ ْ َ َ ٌ َ ْ َ َ ُّ ُ
‫اص ع ِاد ٌّي ِف نظ ِر َم ْن َّل َي ْع ِرفنا‬‫كلنا اشخ‬
Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yg tidak mengenal
kita..
َ ْ ْ َ َ ٌ ‫َو ُك ُّل َنا َا ْش َخ‬
‫اص َر ِائ ُع ْون ِف نظ ِر َم ْن َيف َه ُمنا‬
Kita adalah orang yg menarik di mata orang yang memahami kita..
َ ْ َ َ ُ ٌ ‫َو ُك ُّل َنا َا ْش َخ‬
‫اص ُم َم ِّت ْون ِف نظ ِر َم ْن ُي ِح ُّبنا‬
Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yg mencintai kita..
َ ُ ْ َ َ ْ ٌ َ ْ َ َ ُّ ُ َ
‫اص َمغ ُر ْو ُر ْون ِف نظ ِر َم ْن َي ْح ُسدنا‬‫وكلنا اشخ‬
Kita adalah pribadi yang menjengkelkan di mata orang-orang yang hasad pada kita..
َ ََ ُ ْ َ َ ُ ٌ ‫َو ُك ُّل َنا َا ْش َخ‬
‫اص َس ِّيئ ْون ِف نظ ِر َم ْن َي ْح ِقد عل ْينا‬
Kita adalah orang jahat dimata orang-orang yang iri pada kita..
َ َْ ُ َ َْ َْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ ِّ ُ
‫ فَل تت َع ْب نف َسك ِلت ْح ِس َن ِعند اآلخ ِر ْي َن‬،‫ص نظ َرته‬
ٍ ‫ِلكل شخ‬
Pada akhirnya, setiap orang punya persepsi masing masing. Maka tak usah berlelah-
lelah agar tampak baik di mata orang lain..
ُْ َ ٌ َ ‫َ ا‬ َ َْ ُ‫َ ْ ْ َ َ ه‬
‫اس غ َاية َّل تد َرك‬
ِ ‫ ِرضا الن‬، ‫يك ِفيك ِرضا اَّلل عنك‬
Cukuplah bila Alloh ridho padamu. Sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yg
tak akan pernah tercapai..
ْ ْ َ ْ َْ ْ ْ َ ْ ْ َ ُْ َ ٌ َ ُ‫َ َ ه‬
‫ َواد ِرك َما َّل ُي َتك‬، ‫ فات ُرك َما َّل ُيد َرك‬، ‫اَّلل غ َاية َّل ت َتك‬ ‫و ِرضا‬
Sedangkan ridha Alloh adalah tujuan yang tidak boleh ditinggalkan.
Maka tinggalkan apa yang tak bisa kau capai, dan fokuslah pada sesuatu yang tidak
boleh kau tinggalkan ...

-Syaikh Ali Mustofa Thantawi -rahimahullah-


HATI-HATI DENGAN HUTANG
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ا‬ ُ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ‫َ ْ َ َ َ ُّ ُ ْ َ َ َ َ ُ َ َ ٌ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ا‬
‫ول َوالد ْي ِن‬
ِ ‫من فارق الروح الجسد وهو ب ِرىء ِمن ثَل ٍث دخل الجنة ِمن ال ِك ْ ِت والغل‬
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya (mati) dan dia terbebas dari tiga hal
:

1. Sombong,

2. Ghulul / khianat, dan

3. Hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah)

Keutamaan seseorang yang berniat melunasi hutangnya,

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
ْ ُّ ُ ْ َ ُ َّ ُ ‫َ ْ ُ ْ َ ا ُ َ ْ ا َ ْ َ ُ َّ ُ ْ ُ َ ا ُ ُ ُ َ َ َ ُ ا َ ا‬
‫اَّلل عنه ِف الدن َيا‬ ‫» ما ِمن مس ِل ٍم يدان دينا يعلم اَّلل ِمنه أنه ي ِريد أداءه ِإَّل أداه‬

“Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin
melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi
hutang tersebut di dunia”. (HR. Ibnu Majah)

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


َ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ ُ ٌ َ ْ َْ ٌ َ ََ َ
‫س ث ام ِدين ٌار َوَّل ِد ْره ٌم‬ ‫َم ْن َمات َوعل ْي ِه ِدينار أو ِدرهم ق ِض ِمن حسن ِات ِه لي‬

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu
dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan amal kebaikannya (di hari kiamat
nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah)

Jika amal baiknya habis, maka amal buruk orang yg dihutangi ia tanggung, namun jika
tidak mencukupi juga, ia dijebloskan ke Nereka

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda:


‫ا‬ َ َ
َ ْ ِ ‫أ ُّي َما َر ُجل َي َد اي ُن َد ْي انا َو ُه َو ُم ْج ِم ٌع أ ْن ََّل ُي َو ِّف َي ُه إ اي ُاه َل‬
َ َّ ‫ق‬
‫اَّلل َس ِارقا‬ ِ ٍ

“Siapa saja yang berhutang lalu berniat untuk tidak mau melunasinya, maka dia akan
bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ َّ ‫َل َف َها َأ ْت َل َف ُه‬
‫اَّلل‬
َ ْ ُ ُ
‫اس ي ِريد ِإت‬
‫َ ْ َ َ َ َْ َ َ ا‬
ِ ‫من أخذ أموال الن‬

“Barangsiapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin melenyapkannya,


maka Allah akan menghancurkan dirinya.” (HR. Bukhori & Ibnu Majah)
Ya Allah bebaskan kami dari musibah hutang piutang

Kaya Tapi Menunda Pelunasan Hutang Adalah Kezhaliman


Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ْ ُ ِّ َ ْ ُ ْ َ
‫ن ظل ٌم‬ ‫مطل الغ ِ ي‬,
"Penundaan pelunasan hutang oleh orang yang berkecukupan adalah suatu
kezhaliman." (HR. Bukhori)

Dalam riwayat Ibnu Uyainah dari Abu Az-Zinad yang dinukil oleh An-Nasa’i dan Ibnu
Majah disebutkan,
ُّ ‫ْال َم ْط ُل ُظ ْل ُم ْال َغ‬
‫ن‬ ‫ِي‬
"Penundaan melunasi hutang adalah kezhaliman orang yang berkecukupan". Artinya,
perbuatan tersebut termasuk kezhaliman. Hanya saja dalam hadits dikatakan bahwa
“penundaan” adalah kezhaliman itu sendiri. Hal ini memberi penekanan agar
menjauhi sikap menunda-nunda pembayaran hutang saat sedang berkecukupan.

Dalam riwayat yang lain datang dengan redaksi,


ِّ ‫الظ ْلم َم ْط ُل ْال َغ‬
‫ن‬
ُّ َ ‫ا‬
‫ٍإن ِمن‬
‫ِي‬ ِ
"Sesungguhnya termasuk perbuatan zholim adalah penundaan melunasi hutang oleh
orang yang berkecukupan".

Riwayat ini menafsirkan riwayat sebelumnya. Makna dasar Al-Mathlu adalah


memperpanjang. Al-Azhari berkata, “Al-Mathlu artinya saling menolak. Adapun yang
dmaksud di sini adalah mengakhirkan pembayaran hutang yang telah jatuh tempo
tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari’at.”

Sedangkan batasan “orang yang berkecukupan,” masih diperselisihkan oleh


para ulama. Namun yang dimaksud adalah orang yang mampu untuk melunasi hutang,
tetapi dia mengakhirkan pelunasannya meskipun dia seorang yang pas-pasan.

Wallahu a'lam
MUTIARA SALAF
~Untuk Hati Yang Lalai~
ْ ََ ُ َ َْ َ ْ ‫ْ ُْ َ َ ا‬ َ َْ َ ََ
‫ َيأ ِت ْيك ِباأل ْرز ِاق ِم ْن َح ْيث َّلتد ِر ْي‬# ‫هللا ِإن كنت غ ِافَل‬
ِ ‫عل ْيك ِبتقوى‬
Bertakwalah kepada Allah bila kamu lalai.

Niscaya dia memberimu rezeki dari jalan yang tidak kamu ketahui.
ْ َ ْ ‫ََ ْ َ َ ا‬ ‫َ َْ َ َ َ ُ َْ َْ َ ُ ا‬
‫ فقد َرزق الط ْ َت َوال ُح ْوت ِف ال َب ْح ِر‬# ‫هللا َر ِازقا‬‫فكيف تخاف الفقر و‬

Bagaimana bisa kamu takut kefakiran, padahal Allah Maha Pemberi rezeki.

Sungguh.. Dia telah memberi rezeki kepada burung dan ikan di lautan luas.

‫س‬
‫َ ََ َ ُْ ْ ُ ُْ َ ْا َ َ ا‬
ْ ‫الن‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬‫ئ‬‫ي‬‫ش‬ ‫ر‬‫و‬‫ف‬ ‫ص‬ ‫ع‬‫ال‬ ‫ل‬‫ك‬ ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ # ‫ة‬ ‫و‬‫الر ْز َق َي ْأ ْ ْت ب ُق ا‬
ِّ ‫َو َم ْن َظ ان َأ ان‬
ِ ٍ ِ ‫ي‬ ِ
Barang siapa menyangka bahwa kekuatan bisa mendatangkan rezeki,

Tentu burung pipit tidak akan makan apa apa (karena kalah tanding) dengan burung
elang (dalam mencari rezeki).
َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ َّ َ ْ َ َ ‫َ َ ا‬ ْ َ َ َ ‫ُّ ْ َ ا‬ َ َ
‫ش ِإَل الف ْج ِر‬ ‫ ِإذا جن عليك الليل هل ت ِعي‬# ‫ت ُز ْو ُل ع ِن الدن َيا ف ِإنك َّل تد ِر ْي‬

Kamu pasti akan meninggalkan dunia. Dan sungguh kamu tidak mengetahui, apabila
malam tiba apakah kamu akan tetap hidup sampai besok pagi?
ْ ‫ا‬ ‫ا‬ َ َ ْ َ ْ َْ َ
َ ‫ َو َك ْم م ْن َسق ْيم َع‬# ‫ات م ْن َغ ْت ع َّلة‬
‫اش ِح ْينا ِم َن الده ِر‬ ٍ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ‫فكم ِمن ص ِحي ٍح م‬
Berapa banyak orang sehat yang meninggal tanpa sakit.

Dan berapa banyak orang sakit namun tetap hidup bertahun-tahun.


ْ َ ْ ُ ُْ َْ ُ ُ َْ َ ً َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ‫َ َ ْ ْ َ ْا‬
‫ َوأ كفانه ِف الغ ْي ِب تن َسج َوه َو َّل َيد ِر ْي‬# ‫احكا‬
ِ ‫وكم ِمن فن أمَس وأصبح ض‬
Berapa banyak anak muda yang hanyut dalam tawa ketika sore dan pagi.

Padahal kain kafan untuknya sedang dijahit sementara dia tidak menyadarinya.
َْ َ ‫َ َ ا‬
‫ فَل ُبد ِم ْن َي ْو ٍم َي ِس ْ ُت ِإَل الق ْْ ِت‬# ‫ي‬ ْ َ ََْ ‫َ َ ْ َ َ َْ ا‬
ِ ‫فمن عاش ألفا وألف‬
Siapa saja yang hidup seribu atau dua ribu tahun.

Suatu hari nanti ia pasti akan mendatangi kuburan.

~Diwan Imam As-Syafi'i~


~Renungan Tentang Rezeki~

Rezeki itu tidak terbatas pada harta dan makanan, rezeki Allah itu luas. Bisa jadi rezeki itu
berupa teman yg sholih,

Atau pikiran yang tenang dan rileks, Atau tidur yang nyenyak,

Atau tempat bernaung yang membuatmu tidak butuh pada orang lain dan terhina,

Atau berupa pemandangan yg menyejukkan hati dan mengubah moodmu,

Atau berupa seseorang yg mencintaimu dan bersabar atas segala kesalahanmu,

Atau berupa kata-kata indah yang engkau baca,

Atau berupa kasih sayang ibu dan ayah,

Atau berupa pundak orang yang engkau cintai sebagai tempatmu menangis,

Atau berupa kesempatan duduk bersama saudara-saudari yang membuatmu bisa menghapus
kegalauan,

Atau berupa rasa hormat dari orang-orang disekelilingmu,

Atau berupa hadiah dari orang yang begitu berarti bagimu,

Atau berupa kemampuanmu dalam melayani diri sendiri.

Begitulah..

Disetiap kondisi selalu ada rezeki Allah untuk kita.

Ya Allah kurniakan kami ridho-Mu, sesungguhnya Engkau sebaik-baik Pemberi rezeki

Sumber: ehsaweb.net

Penerjemah: ACT El-Gharantaly

Catatan: Belajarlah memaknai setiap pemberian Allah. Jangan lupa untuk selalu mengiringi
karunia-Nya dengan syukur.

Selamat beraktifitas

________

Madinah 29 Dzulhijjah 1436 H


BISIKKAN DALAM SUJUDMU

Allah tau ada perih yang kau sembunyikan.

Ada kata duka yang tak bisa kau ungkapkan.

Ada kesedihan yang tak seorangpun melihatnya darimu.

Sejenak angkatlah kepalamu.

Jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan.

Engkau punya Allah sebagai tempatmu mengadu. Dan pertolongan-Nya begitu dekat.

Kau hanya perlu berbisik dalam sujud.

Karena saat itu adalah masa dimana engkau dan Dia begitu dekat.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

َ ‫ فَأ َ ْكث ُِروا ال ُّد‬، ‫اج ٌد‬


" ‫عا َء‬ ِ ‫س‬ َ - ‫" أ َ ْق َربُ َما يَ ُكونُ ْالعَ ْب ُد مِ ْن َربِ ِه‬
َ ‫َّ َوه َُو‬-‫ع َّز َو َجل‬
"Sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Rabbnya -azza wa jalla- ialah ketika dia sedang
bersujud, karena itu perbanyaklah doa (di dalamnya)". (HR. Muslim)

______

Madinah 06-01-1436 H

ACT El-Gharantaly

ACT_El-Gharantaly
FIQIH DAKWAH
-cermin salaf-

Suatu hari seseorang pernah bersin di sisi Abdullah bin Mubaarak, orang itu tidak
mengucapkan Hamdalah.

Lalu Ibnul Mubaarak menoleh kepadanya dan bertanya, "Apa yang seharusnya diucapkan
seseorang ketika bersin..?

Orang tadi menjawab, "Alhamdulillah"

Ibnul Mubaarakpun berkata: "Yarhamukallah"

(Al-Hilyah)

Catatan:

Da'i itu seperti dokter, menyembuhkan, bukan menyakiti.

Seperti seorang dokter yang pandai menakar dosis obat, begitu juga seorang da'i, dia harus
cerdas dalam menakar nasehat yang akan disampaikan. Mencari cara agar nasehat yang
disampaikan tepat sasaran dan tidak melukai orang lain.

Yaah... Walau terkadang, selembut-lembutnya untaian nasehat tetap saja dianggap sebagai
tikaman bagi orang lain. Namun sepahit apapun obat, tetap harus di telan.

Seorang pemuda pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai
Rasulullah, izinkan aku berzina!”

Segera saja oang-orang mendatanginya lalu menghardiknya, “Diam kamu! Diam!”

Tapi Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- berkata, “Mendekatlah.”

Pemuda itu pun mendekat lalu duduk di hadapan Nabi -shallallahu alaihi wasallam-.

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”

“Tidak demi Allah wahai Rasul,” sahut pemuda itu.

“Begitu pula orang lain, mereka tidak rela kalau ibu mereka dizinai.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Relakah engkau jika putrimu
dizinai orang?”

“Tidak demi Allah wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.

“Begitu pula orang lain, mereka tidak rela jika putri mereka dizinai.”

“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”


“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”

“Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.”

“Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?”

“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”

“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”

“Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?”

“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”

“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut
sembari berkata,

ْ ‫ص ْن‬
"‫فر َجه‬ ِ ‫ و َح‬،‫"اللهم اغفر ذنبه وطهر قلبه‬
“Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Setelah kejadian tersebut, tidak ada yang lebih di benci pemuda itu melebihi zina.

(HR. Ahmad: 22211)

Sahabat....

Bukankah zina merupakan dosa besar..?

Tapi coba perhatikan cara Rasulullah dalam memperbaiki kesalahan pemuda tadi, kemudian
bandingkan dengan sikap sebagian orang di zaman ini bila dihadapkan dengan kasus yang
sama.

Terkadang dalam mengingkari suatu kesalahan, sebagian kita lebih sering bertindak layaknya
seorang hakim ketimbang dokter.

Lebih suka memvonis ketimbang mengobati.

Kalau begitu kita harus belajar lagi...


WAQFAH
Syaikh Ali Musthafa Thanthawi -rahimahullah- pernah ditanya tentang kata bijak terindah
yang pernah dibacanya, beliau menjawab:

"Aku telah membaca lebih dari 70 tahun, namun aku belum pernah menemukan kata bijak
paling indah seperti apa yang diriwiyatkan oleh Ibnul Jauzi -rahimahullah-.

‫ وإن لذة المعاصي تذهب ويبقى عقابها‬،‫إن مشقة الطاعة تذهب ويبقى ثوابها‬
"Sesungguhnnya keletihan karena melakukan ketaatan akan hilang, dan tinggallah pahalanya.
Dan kenikmatan melakukan maksiat akan hilang dan tinggallah hukumannya.

‫ يا رب ما طابت الدّنيا‬:‫ وقُل‬،‫ظلُمات اللّيالي‬


ُ ‫ و ُمدّ يديك إليه في‬،‫ُكن مع هللا وال تُبالي‬
ُ ّ‫ وال الجنّة إال‬،‫ وال اآلخرة إالّ بعفوك‬،‫إالّ بذكرك‬
‫برؤيتك‬
Teruslah bersama Allah dan jangan pedulikan (yang lain). Tengadakan tanganmu kepada-Nya
di kegelapan malam, sembari berdoa: Ya Rabb.., Dunia ini takkan indah kecuali dengan
mengingat-Mu. Akhirat takkan indah kecuali dengan ampunan-Mu. Dan surgapun takkan
indah kecuali dengan melihat wajah-Mu.

،‫ افعل الخير مهما استصغرته‬،‫صافح وسامح ودع الخلق للخالق فنحن وهم راحلون‬
‫فإنك ال تدري أي حسنة تدخلك الجنة‬
Lapangkan dadamu.. Maafkan (orang yang bersalah padamu). Biarkan (urusan) makhluk untuk
sang Khaliq, karena kita dan mereka akan pergi (meninggalkan dunia). Lakukanlah kebaikan
walau engkau menganggapnya sepele, karena sesungguhnya engkau tidak tau kebaikan mana
yang akan memasukkanmu kedalam surga"

Catatan:

Benar,.. Kita tak pernah tau amalan yang mana yang akan membawa kita ke surga.

Mungkin saja amalan itu adalah sedekah yang kita berikan begitu saja.

Atau dua rakaat sholat yang pernah kita lakukan dengan penuh khusyuk.

Atau senyum tulus yang pernah kita torehkan untuk saudara kita.

Atau kemaafan yang kita beri sebelum merebahkan badan di malam hari.

Atau karena untaian tasbih yang pernah terucap disaat lelah.

Atau bisa jadi karena setitik air mata yang menetes karena penyesalan terhadap dosa yang
pernah dilakukan di masa silam.

Entahlah...

Yang jelas jangan pernah meremehkan amal sholeh, sekecil apapun amalan itu.

Karena dahulu seorang pelacur masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing
yang kehausan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada pada Jabir bin Sulaim,

َ ‫َاك َوأ َ ْن‬


ٌ ‫ت ُم ْنبَ ِس‬
َ‫ط إِلَ ْي ِه َو ْج ُه َك إِ َّن ذَ ِل َك ِمن‬ ِ ‫ش ْيئًا ِمنَ ْال َم ْع ُر‬
َ ‫وف َوأ َ ْن ت ُ َك ِلّ َم أَخ‬ َ ‫َوالَ تَ ْح ِق َر َّن‬
ِ ‫ْال َم ْع ُر‬
‫وف‬
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, walau hanya berbicara kepada
saudaramu dengan wajah yang yang berseri-seri. Sungguh amalan tersebut adalah bagian dari
kebajikan.”

__________

Madinah 02-05-1437 H

ACT El-Gharantaly
IBROH
~Ada Ganti Yang Indah Untuk Setiap Yang Kau Tinggalkan Karena Allah.~

Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqity mengisahkan, "Dahulu


ada seorang penuntut ilmu yang memiliki wajah yang sangat tampan. Banyak wanita yang
tergila-gila padanya. Pemuda itu tinggal sendiri. Hingga disuatu malam yang sangat dingin,
tiba-tiba masuklah seorang gadis cantik yang tak lain adalah anak tetangganya.

Dengan wajah memelas ia mengatakan kalau ayahnya tidak membukakan pintu


untuknya, sehingga ia terpaksa masuk menemui pemuda tersebut. Melihat kondisi sang gadis,
pemuda tadi seolah tak punya pulihan lain kecuali mengizinkannya masuk. Lampu untuk
murajaah (mengulang pelajaran) baru saja dinyalakan. Tiba-tiba syaitan membisikinya untuk
melakukan zina dengan wanita tersebut, syahwatnya seolah tak terbendung lagi.

Tahukah anda apa yang dilakukan pemuda tadi.?

Dia meletakkan jari telunjuknya tepat diatas nyala lampu, sambil menangis ia berkata,
"Wahai diriku, apakah engkau sanggup menahan panasnya api neraka..? Sambil menangis ia
terus mengulang-ngulang kalimat tersebut. Melihat peristiwa itu, sang gadis ikut menangis
dan bergegas lari menemui ayahnya.

Dia menceritakan apa yang dilihatnya kepada sang ayah. Ayahnya lalu bersumpah
bahwa tidak ada yang boleh menikahi anak gadisnya kecuali pemuda tersebut." Akhirnya
pemuda itu dinikahkan dengan sang gadis, padahal ia hanya seorang penuntut ilmu yang fakir
lagi anak perantauan.

Begitulah..

Dia meninggalkan hal yang diharamkan Allah, lalu Allah pun menggantinya dengan apa yang
dihalalkan-Nya"

Catatan:

Seorang penyair berkata:

‫وإذا خلوت بريبة في ظلمة والنفس داعية إلى الطغيان‬


‫فاستحي من نظر اإلله وقل لها إن الذي خلق الظالم يراني‬
Jika engkau menyendiri dalam kegelapan, sedangkan hawa nafsu selalu mengajak pada pada
kedurhakaan. Maka malulah dengan penglihatan Tuhan dan katakan pada jiwa.
sesungguhnya Pencipta kegelapan melihat aku.

_________

Madinah 10-05-1437 H

ACT El-Gharantaly
KHATIROH
Kebahagiaan tak selalu datang dari hal-hal terbaik, termahal dan tercantik yang kita miliki,
atau dari hal-hal terindah yang selalu kita impikan. Akan tetapi, kebahagiaan datang dari cara
kita menyikapi apa yang kita miliki.

Syukurilah, maka kebahagiaan itu akan datang. Nikmatilah tanpa mengeluh, sebab bisa jadi
apa yang kita keluhkan adalah kenikmatan yang diharapkan orang lain.

Syukurilah... Karena syukur adalah kunci kekayaan hidup. Syukur akan mengubah apa yg kita
miliki menjadi cukup, dan mengubah tamak menjadi qonaah. Belajarlah untuk menjadi
bahagia dengan sederhana.

Tersenyumlah untuk menyingkirkan duka dari dirimu dan dari orang-orang disekelilingmu.

Tersenyumlah, sebab bukan engkau saja yang punya masaalah dalam hidup ini. Disana ada
banyak orang yang kehidupannya mungkin jauh lebih rumit darimu, namun mereka memilih
diam dan bersepi dalam munajat.

Engkau seorang mukmin, tunjukan bahwa engkau mampu menghadapi segala ujian. Berkeluh
kesah bukanlah kepribadianmu, karena bagi seorang mukmin semua kondisi itu baik baginya.
Bila diberi dia bersyukur dan bila diuji dia bersabar.

Ah.. Betapa indahnya hidup seorang mukmin itu..

Tersenyumlah dan nikmati hidupmu.

____________

Cirebon 15 Sya'ban 1436 H

ACT El-Gharantaly
TAAMMULAAT
Hidup ini bagaikan mawar

Di dalamnya ada keindahan yang membuatmu bahagia, dan ada duri yang kadang
membuatmu terluka.

Yakinilah….

Apa yang telah ditakdirkan untukmu pasti akan kau raih walaupun engkau lemah.

Dan apa yang ditakdirkan untuk selainmu, maka kau takkan bisa meraihnya dengan segala
kekuatanmu”

Tak ada yang sempurna selain Allah.

Jadi.. berhentilah menuntut kesempurnaan dari orang lain.

Tak usah bersedih bila kebaikanmu tidak dihargai.

Karena bila penduduk bumi tidak menghargaimu, maka ada Allah yang akan memberkatimu.

Semua akan berkurang bila kau bagi dengan orang lain, kecuali kebahagiaan.

Ia akan bertambah saat kau mau membaginya dengan orang lain.

(Disarikan dari Wasiat Syaikh Muhammad Mukhtar As-Syinqity)


SYAIR YANG MEMBUAT IMAM AHMAD MENANGIS

ِ ‫إذَا َما قَا َل ِلي َربِّي أ َ َما استَحْ يَيْتَ ت َ ْع‬


‫ص ْينِي‬
Jika Rabb-ku berkata kepadaku, “Apakah engkau tidak malu bermaksiat kepada-Ku?”

‫ان ت َأتِينِي‬
ِ َ‫عن خَل ِقي َو بِال ِعصي‬ َ َ‫َوتُخ ِفي الذ‬
َ ‫نب‬
Engkau menutupi dosamu dari makhluk-Ku, tapi dengan kemaksiatan engkau mendatangi-Ku

‫حمينِي؟‬
ِ َ‫وف ي‬
َ ‫س‬ ُ ‫يف أ ُ ِج‬
َ ‫يب يَا َوي ِْحي ِ َو َمن ذَا‬ َ ‫فَ َك‬
Maka bagaimana aku akan menjawabnya? Aduhai, celakalah aku dan siapa yang mampu
melindungiku?

‫ين ِإلَى ِحي ِني‬ َ ‫س ِلّي النَ ْف‬


ٍ ‫س ِباآل َما ِل ِمن ِح‬ َ ‫أ‬
Aku terus menghibur jiwaku dengan angan-angan dari waktu ke waktu

‫ت َماذَا َب ْعدُ ت َ ْك ِفينِي‬ َ ‫َو أ َ ْن‬


ِ ‫سى َما َو َرا َء ال َم ْو‬
Dan aku lalai terhadap apa yang akan datang setelah kematian serta apa yang akan datang
setelah aku dikafani

‫يس ال َم ْوتُ يَأْتِينِي‬ َ َ‫َكأَنِّي قَ ْد ض ِّمنتُ الع‬


َ َ‫يش ل‬
Seolah-olah aku akan hidup selamanya dan kematian tidak akan menghampiriku

َ ‫شدِيدَة ُ َمن‬
‫سيَحْ ِمينِي‬ ِ ‫كرة ُ المو‬
َ ‫ت ال‬ َ ‫س‬ ْ ‫َو َجائ‬
َ ‫َت‬
Dan ketika sakaratul maut yang sangat berat datang menghampiriku, siapakah yang mampu
melindungiku?

‫س َي ْفدِي ِنـــي‬ َ ‫الو ُج ْو ِه أ َ لَي‬


َ ‫ْـس ِمن ُه ْم َم ْن‬ ُ ‫ظ ْرتُ ِإلَى‬
َ َ‫ن‬
Aku melihat wajah-wajah manusia, tidakkah ada di antara mereka yang akan menebusku?

َ ‫سأُسْأ َ ُل َما الذِي قَد َّْمتُ ِفي دُن َي‬


‫اي يُ ْن ِجي ِني‬ َ
Aku akan ditanya tentang apa yang telah aku persiapkan untuk dapat menyelamatkanku (di
hari pembalasan)
ْ ‫ْف ِإ َجابَتِي ِم ْن بَعدُ َما فَ ُّر‬
‫طتُ فِي دِينِي‬ َ ‫فَ َكي‬
Maka bagaimanakah aku dapat menjawabnya setelah aku melupakan agamaku.?

ُ ‫َو يَا َوي ِْحي أ َ لَــــ ْم أ َ ْس َم ُع َك َال َم هللاِ يَ ْد‬


‫ع ْونِي‬
Aduhai sungguh celakalah aku, tidakkah aku mendengar firman Allah yang menyeruku?

‫أ َ لَــــ ْم أ َ ْس َم ْع ِلما قَد َجا َء فِي َقافٍ َو يا ِسين‬


Tidakkah aku mendengar apa yang datang kepadaku (dalam surat) Qaaf dan Yasin itu?

‫أ لَـــ ْم أ َ ْس َم ْع بِيَ ْو ِم ال َح ْش ِر يَ ْو َم ال َج ْمعِ َو ال ِدّينِي‬


Tidakkah aku mendengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkannya (manusia), dan hari
pembalasan?

ِ ‫أ لَـــ ْم أ َ ْس َم ْع ُمنَادِي ال َم ْو‬


ُ ْ‫ت يَد‬
‫ع ْونِي يُنَادِينِي‬
Tidakkah aku mendengar panggilan kematian yang selalu menyeruku, memanggilku?

َ ‫عبدٌ ت َــائِبٌ َم ْن ذَا‬


‫سيَؤْ ِوينِي‬ َ ‫فَيَا َربَّــــاه‬
Maka wahai Rabb-ku, akulah hambamu yang ingin bertaubat, siapakah yang dapat
melindungiku?

ِ ّ ‫غفُ ْو ٍر َوا ِسعٍ ِلل َح‬


‫ق َي ْه ِد ْي ِني‬ َ ‫ب‬ٍّ ‫ِس َوى َر‬
Melainkan Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Luas Karunianya, Dialah yang memberikan
hidayah kepadaku

ْ َ‫أَتَيْتُ ِإ َليْكَ ف‬
ْ ّ‫ار َح ْمنِي َوث َ ِق‬
‫ـــل فِي َم َو ِازينِي‬
Aku datang kepada-Mu, maka rahmatilah diriku dan beratkanlah timbangan (kebaikanku)

ِ ‫َو َخ ِفّف فِي َجزَ ائِي أَنتَ أ َ ْر َجـى َم ْن يُ َج‬


‫از ْينِي‬
Ringankanlah hukumanku, sesungguhnya hanya Engkaulah yang kuharapkan pahalanya
untukku

Al-Imam Ahmad terus melihat bait-bait sya’ir tersebut dan mengulang-ulangnya kemudian
beliau menangis tersedu-sedu. Salah seorang muridnya mengatakan bahwa beliau hampir
pingsan karena begitu banyaknya menangis.

Dari Kitab Manaqib Al-Imam Ahmad hal: 205 oleh Al-Imam Ibnul Jauzy.

Untuk bacaan merdunya dapat di dengar disini: "The Poem that made Imam Ahmad Cry" di
YouTube - https://youtu.be/wYPPukUPf0Q

Selamat beraktifitas..

YouTube

The Poem that made Imam Ahmad Cry

The Poem that made the Imām of Ahlus-Sunnah, Ahmad bin Hanbal (rahimahullaah) Cry, so
much so that one of his students said that he almost perished due to hi...

DUKA DI BAWAH LANGIT THO'IF


Hari ini saya diberi kesempatan untuk mengunjungi kota Thaif lagi. Seperti biasa,
setiap kali mengunjungi kota ini, hati saya selalu dihinggapi perasaan haru. Setiap sudut kota
seolah berlomba membisikkan fragmen demi fragmen kisah yang begitu menyayat hati. Kisah
tentang takdir dakwah yang memaksa memori ini mundur melewati lorong waktu ke 14 abad
yang lalu.

Tahun itu langit Makkah seolah larut dalam duka. Dua orang yang begitu menyayangi
Rasulullah wafat dalam waktu yang berdekatan. Sang istri yang selalu meneguhkan dan sang
paman yang selalu tampil sebagai pembela. Kepergian keduanya menorehkan luka yang
mendalam.

Tekanan terhadap dakwah semakin menjadi-jadi. Penyiksaan demi penyiksaan terus


dialami nabi dan para sahabat. Dunia seolah tak menyisahkan ruang baginya, kesedihan
nampak jelas dari raut wajahnya. Hatinya seolah berbisik, "Kemana lagi aku harus pergi..?
Kemana aku harus mencari perlindungan dari gangguan kafir Quraisy..?

Setelah berfikir panjang, ia memutuskan pergi sejauh 85 km ke arah selatan Makkah,


jauh di balik bukit-bukit curam nan terjal. Bersama Zaid bin Haritsah, ia menaklukkan medan
yang cukup sulit dengan berjalan kaki. Hatinya seolah berbisik, "muda-mudahan ada secercah
harapan disana."

Sesampainya di Tho'if, ia langsung menemui para pembesar bani Tsaqif dan


mengutarakan maksud kedatangannya. Namun respon para pembesar bani Tsaqif diluar
dugaan. Bukan sambutan hangat yang diterimanya, tapi justru umpatan dan sumpah serapah.

"Tersobeklah tirai Ka'bah bila Sang Rabb mengutusmu",

"Apakah Tuhan tidak menemukan orang selain dirimu..?".

Kalimat-kalimat tersebut lepas dari bibir para pembesar Tsaqif tanpa henti. Tak
sampai disitu, penolakan itu berbuntut pengusiran. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam tidak memaksa mereka untuk menerima dakwahnya. Dengan lembut rasulullah
mengajukan sejumlah permintaan kepada mereka.

“Bila kalian menolak untuk memberikan perlindungan dan masuk Islam, maka kuharap kalian
tidak mengabarkan kepada Quraisy bahwa aku datang untuk meminta pertolongan.”

Permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh para pembesar Tha’if. Mereka seolah
keluar dari tabi'at bangsa arab yang sangat menghargai siapapun yang meminta perlindungan.
Mereka mengutus beberapa utusan ke Makkah untuk mengabarkan perihal rasulullah dan
maksud kedatangannya. Karena beberapa permintaan sebelumnya ditolak, nabi shallallahu
alaihi wasallam mengajukan permintaan terakhir. “Bila kalian menolak, biarkan aku pergi,”
pinta nabi dengan lembut.

Ternyata mereka tidak membiarkan rasulullah pergi begitu saja. Mereka


mengerahkan anak-anak dan para budak untuk melempari rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dengan batu. Sebuah tindakan yang tak hanya sebatas pengusiran, namun juga
sebagai bentuk hinaan. Lemparan demi lemparan mengenai sekujur tubuh rasulullah, kepala
beliau terluka, darah mengucur dari atas kepala hingga membasahi terompahnya.

Betapa malangnya engkau wahai rasulullah....,


Betapa kasarnya perbuatan penduduk Tho'if terhadapmu. Jangankan menerima, menolak
dengan baik pun mereka enggan.

Setelah berlari sejauh tiga mil, tubuh yang kokoh itu perlahan mulai lunglai. Ia
tersandar lelah dibalik tembok yang mengitari rimbunnya kebun anggur milik Utbah dan
Syaibah, keduanya merupakan putra Rabi'ah salah seorang pembesar Quraisy. Keduanya
termasuk orang yang paling memusuhi Islam, namun karena melihat kondisi nabi yang cukup
parah, permusuhan itu berubah menjadi iba.

Singkatnya, mereka berdiam disana hingga matahari terbenam dan malam


menghamparkan tabirnya. Malam itu juga mereka memutuskan untuk kembali ke Makkah.
Ditengah keletihan yang mendera, disaat tetesan darah yang terus mengalir, ia terus
memikirkan akan kondisi para sahabatnya yang terus mengalami siksaan di kota mekah.
Ingatan membawanya pada Khadijah dan Abu Tholib yang telah tiada. Kini tak ada pilihan lain
selain mengadukan nestapa yang teramat pahit itu kepada sang Khaliq. Dengan nafas yang
tersengal, mulut sucinya berucap, "

‫ وهواني على النَّاس‬،‫ وقلَّة حيلتي‬،‫قوتي‬ َ ‫اللَّه َّم إليك أشكو‬


َّ ‫ض ْعف‬
‫ إلى من ت َ ِكلُني؟ إلى بعي ٍد يتج َّهمني؟ أم إلى‬،‫ أنتَ ربُّ المستضعفين وأنت ر ِبّي‬،‫الراحمين‬ َّ ‫يا أرحم‬
‫ أعوذ بنور‬،‫ولكن عافيتك هي أوسع لي‬ َّ ،‫ي غضبٌ فال أبالي‬ َّ ‫عدو ملَّ ْكت َه أمري؟ إن لم يكن بك عل‬
ٍّ
‫ أو‬،‫ وصل َح عليه أمر الدُّنيا واآلخرة ِمن أن ت ُ ْن ِزل بي غضبك‬،‫الظلمات‬ ُّ ‫ت له‬ ْ َ‫وجهك الَّذي أشرق‬
‫قوة إال بك‬ َّ ‫ وال حول وال‬،‫ لك العُتْبَى حتَّى ترضى‬،‫ي سخطك‬ َّ ‫يح َّل عل‬
“Wahai Allah Tuhanku...

Kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku di
hadapan sesama manusia.

Wahai Allah Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih..

Engkau adalah pelindung orang-orang yang lemah dan teraniaya. Engkau adalah pelindungku.
Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan diriku?

Apakah kepada orang jauh yang membenciku atau kepada musuh yang menguasai diriku..?

Asal Engkau tidak murka padaku, maka aku tidak perduli semua itu. Keafiatan dan karunia-Mu
lebih luas bagiku..

Aku berlindung dengan cahaya-Mu yang menerangi segala kegelapan, yang karenanya
membawa kebahagiaan bagi dunia dan akhirat, daripada murka-Mu yang akan Engkau
timpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku sehingga Engkau meridhaiku. Tiada
daya dan upaya melainkan dengan-Mu”

Sahabat...

Kau dengar do'a itu ..?

Tak ada cercaan disana, beliau sama sekali tidak membalas caci maki orang-orang
yang mengusirnya. Ia bahkan tak meminta agar Allah membinasakan penduduk Thoif. Bahkan
saat malaikat utusan Allah datang menawarkan azab kepada penduduk Makkah yang
membuatnya menelan pahitnya hinaan, dengan hati yang lapang dan penuh optimis beliau
shallallahu alaihi wa sallam menjawab:
“(Tidak), bahkan aku berharap agar Allah azza wa jalla mengeluarkan dari shulbi
mereka orang-orang yang beribadah kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun”. (HR. Bukhori Muslim).

Allahu Akbar...

Sebuah pilihan dan sikap yang menunjukkan kebesaran jiwa.

Kisah pilu itu masih panjang, namun aku tidak ingin menyita waktumu.

Yang jelas, kisah di Thoif mengajari kita bahwa:

1. Pengorbanan dan kesabaran adalah ruh dari sebuah perjuangan

2. Mendokan kebinasaan terhadap orang-orang yang zhalim tak selalu menjadi pilihan. Kita
harus optimis dan memandang jauh kemana arah dakwah ini bermuara. Bila generasi hari ini
tidak mengaminkan dakwah kita, maka esok ada anak cucu mereka yang bisa menjadi
harapan.

Apa jadinya bila Rasulullah mengaminkan tawaran malaikat utusan Allah untuk menimpakan
akhsyabain kepada penduduk Makkah..?

Mungkin kita tidak akan melihat Makkah yang dipenuhi para penghafal Al-Qur'an dan ahli ilmu
seperti saat ini.

4. Perjalanan nabi ke Thoif bukan untuk tujuan politik, mengejar jabatan atau kedudukan.
Tapi semata-mata demi mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dan dari
kesyirikan menuju tauhid yang murni. Itulah tema sentral dari dakwah para nabi dan rasul
Allah, dan diatas prinsip itulah kita membangun dakwah ini.

Kita mungkin tidak keluar dari shulbi bani Tsaqif, namun kita adalah ummat yang pernah
dirindukannya.

Kawan..

Dahulu dia pernah menangis karena kita…

Dia pernah terusir karena kita..

Dia pernah terluka karena kita..

Dia pernah tersakiti karena kita..

Iya, kita yang dulu pernah dirindukannya..

Kita yang beriman kepadanya meski tak pernah melihat raut wajahnya saat sedih, gundah,
tersiksa dan terusir karena kita.

Namun...

Sudahkah kita layak untuk dirindukan..?

Andai detik ini rasulullah bertamu ke rumah kita, sudah siapkah kita menyambutnya..?

Di saat sholat masih sering kita lalaikan, aurat masih sering kita umbar, sunnah masih sering
kita abaikan, musik dan nyanyian masih sering kita dengarkan, maksiat masih sering kita
lakukan..?
Andai detik ini rasulullah mengetuk pintu rumah kita, sudah siapkah kita membukakan pintu
untuknya..?

Simpan semua jawaban itu di dalam hatimu, lalu terjemahkan dalam tingkah lakumu.

Baarakallahu fiikum

Shollallahu alaika ya Rasulallah..

KISAH DIBALIK DAPUR SANG KHOLIL (KEKASIH ALLAH)


Cuaca Madinah pagi itu begitu dingin. Sambil bersandar di sisi kiri mimbar,
pandanganku tertuju ke arah makam Rasulullah. Tiba-tiba imajinasiku memaksaku melompat
jauh ke masa silam, tepatnya di tahun terakhir kenabian.

Tahun itu... Kabilah-kabilah arab berbondong-bondong menyatakan masuk islam. Itu artinya
tugas kenabian sebentar lagi usai. Menikmati masa-masa kemenangan adalah tabiat sebuah
perjuangan. Tapi tidak bagi sosok yang mulia itu. Karena misi perjuangannya bukan untuk
meraup harta, bukan pula untuk mengejar jabatan. Bila Allah ridho, kalimat-Nya ditinggikan,
syariat-Nya ditegakkan, maka itulah puncak pencapaian tertinggi.

Raga suci itu letih, peluh di dahinya sesekali mengucur. Diatas tikar kasar raga itu
terkulai, berbulan-bulan tak ada api yang mengepul di rumahnya. Kondisi itu tidak hanya
terjadi sekali, bahkan berkali-kali semenjak beliau diutus menjadi nabi.

Abu Hurairah menuturkan, “Adakalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di


rumah Rasulullah tidak ada satupun lampu yang menyala, dapurnya pun tidak mengepul. Jika
ada minyak, maka dijadikannya sebagai makanan. Sering beliau tidur malam sedang
keluarganya bolik-balik di atas tempat pembaringan karena kelaparan, tidak ada makan
malam. Makanan mereka biasanya hanya roti yang terbuat dari syair yang kasar.” (HR.
Tarmidzi).

Sang istri Aisyah radhiallahu anha menuturkan, “Sering kali kami melewati masa
hingga 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah ada lampu yang menyala dan dapur kami
tidak mengepul. Maka orang yang mendengar bertanya, ‘Jadi apa yang kalian makan untuk
bertahan hidup?’ Ibu kita menjawab, "Kurma dan air saja, itu pun jika dapat.”(HR. Ahmad)

Abu Hurairah berkata, “Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika dia shalat sambil
duduk, maka aku pun bertanya, ‘Ya Rasulullah, mengapa aku melihatmu shalat sambil duduk,
apakah engkau sakit?’ Jawab beliau, ‘Aku lapar, wahai Abu Hurairah.’ Mendengar jawaban
beliau, aku terus menangis sedih melihat keadaan beliau. Beliau merasa kasihan melihatku
menangis, lalu beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, jangan menangis, karena beratnya
penghisaban di hari kiamat nanti tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika
dia menjaga dirinya di kehidupan dunia ini.” (HR. Muslim).

Ibnu Bujair berkata, “Pada suatu hari Rasulullah pernah merasa sangat lapar. Lalu
beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Betapa
banyak orang yang memilih makanan yang lembut di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar
dan telanjang pada hari kiamat!

Dan betapa banyak orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat.

Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di
akhirat’.”

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi, Ummul mukminin menuturkan,
“Rasulullah tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut. Sebenarnya jika kita mau, kita bisa
kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar daripada dirinya
sendiri.” Dialog-dialog dalam kisah diatas seolah kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri,
tanpa terasa air mata ini mengalir.

Ya Allah....

Alangkah kufurnya diri ini terhadap nikmat-Mu.


Entah berapa kali diri ini merasakan kenyang, sementara syukur jarang terucap dan ibadah tak
kunjung meningkat.

Aku teringat ucapan ummul mukmini Aisyah radhiallahu anha yang berbunyi, “Ujian yang
pertama kali akan menimpa umat ini sesudah kepergian Rasulullah adalah kenyangannya
perut! Apabila perut suatu kaum kenyang, badannya gemuk, maka lemahlah hatinya dan
syahwatnyapun merajalela!” (HR. Bukhari).

Wal iyaadzu billah..

Sahabat...

Sebelum mengeluhkan dapurmu yang kekurangan ini dan itu, maka ingatlah dapur Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam...

Ingatlah rasulullah yang tak pernah kenyang sejak diutus menjadi nabi hingga wafatnya.

Sesekali bawalah imajinasimu mundur jauh ke masa-masa beliau hidup, lalu tanyakan pada
dirimu, "Masikah pantas engkau mengeluhkan kondisi dapurmu yang serba kekurangan..?"

Catatan:

Kesederhanaan Rasulullah adalah pilihan hidup, bukan keterpaksaan. Sebab bila


beliau mau, maka gunung uhud akan dirubah menjadi emas untuknya, namun beliau menolak.
Beliau menganggap kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia.

Riwayat-riwayat diatas tidak mengajarkan kepada kita untuk selalu lapar dan miskin.
Namun mengajarkan kepada kita agar mempunyai pola hidup sederhana. Dimana kita tetap
berusaha dan bekerja keras, namun tidak menggantungkan semuanya kepada dunia.

Prinsipnya, "Genggamlah dunia dengan tanganmu, jangan biarkan ia memasuki hatimu"

_______

Madinah, Disisi Raudhoh As-Syarif

03 Rabi' As-Tsany 1438 H

ACT El-Gharantaly

Anda mungkin juga menyukai