Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelas: R-009
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2018
1.
SIAPAKAH
Orang yang mulia adalah orang yang senantiasa taat kepada Allah swt atas segala
perintah dan larangannya.
Sesungguhnya kemuliaan dari Allah adalah kemuliaan yang abadi untuk itu
marilah kita berusaha untuk meraih kemuliaan tersebut.
ً ص ِل ًحا ِمن ذَ َك ٍر أ َ ْو أُنث َ َٰى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْح ِييَنَّ ۥهُ َحيَ َٰوة
َ َٰ َم ْن َع ِم َل
َ
۟ ُس ِن َما َكان
وا يَ ْع َملُون َ ط ِيبَةً ۖ َولَن َْج ِزيَنَّ ُه ْم أ َ ْج َر ُهم ِبأ َ ْح
َ
Perlu diketahui, tidak ada satupun makhluk yang dapat melakukan apapun kecuali
atas kehendak Allah, dan apa yang di kehendaki Allah itu pasti terjadi.
2.
KEMULIAAN-KEMULIAAN DARI
YANG BERIMAN
Ada beberapa kemuliaan yang akan diberikan oleh Allah SWT. kepada mereka
yang beriman, yaitu antara lain:
Pertama, Allah SWT. akan menjadikannya kaya hati dan lapang dada.
Kehidupannya selalu di jalani dengan dada yang lapang dan jiwa yang bersih.
Ketiga, meninggak dunia dalam keadaan beriman, tidak takut dalam menghadapi
kehidupan akhirat, tidak sedih atas apa yang ditinggalkan di dunia misalnya, anak, keluarga dan
harta.
Kelima, Allah akan menjadi pelindung dalam setiap perbuatanmu dan penjamin
atas rejekimu dan penjamin atas rejekimu sehingga kamu tidak perlu bersusah payah lagi untuk
memperolehnya. Allah swt berfirman:
Keenam, diberikan jiwa yang mulia dan niat yang kuat untuk tidak terpedaya
dengan dunia dan para budak dunia. Bahkan mereka tidak ingin mengabdikan dirinya kepada
para penguasa dunia.
MENGAMALKANNYA
“ Allah akan mengangkat derajat para ulama pada hari kiamat nanti dengan tujuh
ratus derajat dari derajat seluruh orang-orang yang beriman. Jarak antara satu derajat dengan
derajat yang lainnya harus ditempuh selama lima ratus tahun.”
Rasulullah SAW bersaksi bahwa para penghuni langit dan bumi akan
membacakan istighfar untuk orang yang berilmu. Apakah ada derajat yang lebih mulia
dibandingkan seseorang yang membuat para malaikat di langit dan bumi membacakan istighfar
untuknya? Pada saat itu, orang yang berilmu sibuk dengan keilmuannya, sedangkan malaikat
sibuk membacakan istighfar untuknya.
Rasullah SAW juga bersaksi bahwa orang-orang yang berilmu lebih mulia
daripada ahli ibadah. Sedangkan ahli ibadah yang dimaksud adalah seorang yang beribadah
didasari dengan ilmu. Karena ibadah yang tidak didasari dengan ilmu, tidak disebut dengan
ibadah.
Antara ilmu an ibadah, keduanya terdapat kemuliaan seperti yang di katakan oleh
Ghozali rahimahullah ta’ala bahwa, “Ketahuilah ilmu dan ibadah merupakan dua permata yang
sangat berharga. Karena keduanya kita melihat dan mendengar para penulis menulis buku, para
guru mengajar dan para pemberi nasihat memberikan nasihat. Karena keduanya pula, diturunkan
kitab-kitab suci dan diutus para rosul dank arena keduanya, ciptakan langit dan bumi serta
seluruh isinya.”
Tentang kemuliaan ilmu, sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah SWT. dalam
firmannya:
“Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bawasanya Allah maha kuasa atas
segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu.”(QS. Ath-Thalaq : 12)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku.”(QS. Adz-Dzariyaat : 56)
Maka hendaklah setiap orang memuliakan kedua hal tersebut. Yang merupakan
tujuan allah menciptakan alam semesta. Serta wajib bagi setiap manusia untuk tidak
menyibukkan dirinya kecuali dengan dua hal tersebut.
4.
(MUKHLIS)
Ikhlas merupakan kunci dari semua perbuatan. Semua amal yang kita kerjakan
tidak akan sempurna bila tanpa di dasari dengan keikhlasan. Diterima atau tidaknya amal
tersebut bergantung kepada keikhlasan orang yang mengerjakannya dan hanya Allah yang
mengetahui.
“Ikhlas adalah satu rahasia dari rahasiaku. Aku memasukkannya kedalam hati
orang yang kucintai dari hamba-hambaku.”
Menurut sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa, “Ikhlas adalah jika engkau
tidak memperlihatkan amalmu kepada selain Allah.”
1. Manakala ia mampu memandang antara pujian dan celaan manusia dalam persepsi yang
sama. Artinya, ketika melaksanakan kebajikan seseorang tidak pernah peduli apakah
dengan berbuat baiknya itu nanti orang memujinya atau malah mencelanya. Ketika dipuji
tidak ada perasaan apa-apa dalam hatinya, begitu pula saat dicela dan dihujat, perasaan
pun sama, tidak ada apa-apa yang mengganjal dalam hati. Pujian dan celaan bukanlah
tujuan, hingga kedua hal tersebut tidak berarti apa-apa baginya.
2. Tatkala ia mampu meleburkan serta melupakan amalan dalam amalannya. Artinya,
karena sangat ikhlasnya dalam beramal seseorang tidak pernah ingat akan amalnya
tersebut. Disini orang yang ikhlas biasanya tidak akan pernah mengingat-ingat amal
kebajikannya. Kalaupun ingat ia tidak pernah merasa bangga dengan amal itu.
3. Tatkala ia pun melupakan pahala dari amalannya di akhirat kelak. Artinya, orang yang
ikhlas tidak akan melandasi setiap amal kebajikannya itu hanya mencari pahala dari
Allah, namun yang terpenting dari niat mereka adalah mencari ridho Allah.
Ikhlas itu memang sulit. Kita harus memurnikan semua sisi kehidupan dari
campuran. Semua dari yang kita rahasiakan maupun yang kita tampakkan, sakit maupun sehat,
hidup maupun mati, makan atau minum, ibadah, syahwat dan semua kehidupan. Namun kita
harus tetap mengusahakannya,
Allah SWT berfirman :
IKHLAS
“Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu, (imbalanku hanyalah dari
Rabb seluruh alam).”(QS. Asy-syu’ara : 109)
f. Memiliki kesabaran yang luar biasa
Orang-orang yang ikhlas tidak pernah mengenal lelah dalam beribadah dan tidak
juga mengenal menyerah dalam berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Di dalam hati
orang yang ikhlas tidak ada rasa malas untuk menjalankan perintah agama. Merekapun
tidak pernah merasa terpaksa saat beribadah kepada Nya.
Semua itu karena hati mereka tulus dan ikhlas. Mereka mengerjakan kebajikan
bukan atas dasar ajakan dari luar namun tumbuh dari dalam hatinya sendiri. Ketulusan
dan ketabahan hati mereka dalam menjalankan perintah agama telah melahirkan hati
mereka dalam menjalankan perintah agama telah melahirkan kesabaran yang sanggup
mengalahkan segala-galanya.
g. Merasa khawatir jika amalnya tidak di terima Allah SWT
Karakter dari orang-orang yang ikhlas diantaranya aalah ia selalu merasa khawatir
kalau amalnya tertolak dan tidak diterima. Sebanyak apapun amal yang di kerjakan dari
rasa kekhawatiran yang seperti itu, maka dapat di pastikan bahwa orang-orang yang
ikhlas akan selalu berusaha untuk memperbaiki amalnya. Dengan cara menambah
kwalitas keikhlasan mereka.
Allah SWT. telah menggambarkan dengan jelas dan rinci mengenai sifat orang-
orang ikhlas di dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 60 :
“Dan orang-orang yang membiarkan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati
penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Rabb-Nya.”
h. Jauh dari rasa malas
Ikhlas merupakan sebuah kekuatan yang akan menghancurkan sikap malas dan
keterpaksaan dalam menjalankan perintah Allah. Bagaikan sebuah sabun, ikhlas akan
mencuci bersih kotoran-kotoran malas dan noda-noda keterpaksaan yang berada dalam
diri manusia. Dan laksana pupuk, ikhlas akan menumbuh suburkan sikap giat dalam
menjalankan perintah agama. Dengan ikhlas akan hilang kemalasan dan akan muncul
sikap giat dalam melakukan amal taat.
Dengan ikhlas, hal yang terlihat berat akan menjadi ringan. Dan hanya dengan
ikhlas hal yang terlihat sulit akan menjadi mudah.
6.
Bila kita ingin menjadi kekasih (wali) Allah, maka kita harus mengerjakan apa
yang telah di wajibkan Allah SWT, sebagaimana dalam firman Nya dalam hadist qudsi :
Begitu besar cinta Allah kepada hamba Nya. Sehingga Allah menginginkan agar
hubungan sang khaliq dan makhluq di bangun di atas pondasi cinta antara dia dan hamba Nya
yang fakir lagi berpaling. Agar kita mengetahui bagaimana Allah membangun hubungan ini.
Ada beberapa bukti cinta Allah kepada hamba Nya, yaitu antara lain :
Sedangkan tanda-tanda cinta Allah kepada hamba Nya yaitu antara lain :
JANGAN MENUNDA-NUNDA
DALAM MELAKUKAN
KEBAIKAN
Ternyata hal itu disebabkan keyakinan bahwa kematian akan lambat datang
kepadanya atau kematian masih jauh darinya. Ini merupakan hal sangat aneh dan ini adalah
penyakit yang berbahaya. Yang membawa seseorang kepada kesehatan dan menunda-nunda
melakukan kebaikan. Sehingga ada seseorang yang dapat dipercayai berkata bahwa kematiannya
akan datang di akhir minggu ini atau bulan ini, pasti ia akan bersungguh-sungguh untuk berjalan
di shirat (jembatan). Ia juga akan meninggalkan segala perbuatan yang di anggap mendapatkan
keridhaan Allah, namun pada hakikatnya akan membawa kepada kemurkaan Allah. Lebih-lebih
perbuatan yang telah di yakini akan di murkai Allah.
SELURUH MANUSIA
Merupakan salah satu buah cinta sejati ialah rasa kasih sayang yang berada di
dalam qolbu sang pecinta terhadap seluruh manusia, terutana orang-orang yang berbuat
kemaksiatan. Karena ia tahu bahwa tidak ada seorang manusia pun kecuali memiliki derajat
tinggi yang dengannya Allah menjadikannya kebih muliadi banding seluruh makhluk.
BANYAK BERSEDEKAH
Didalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang balasan bagi orang-orang yang telah
memberikan hartanya dijalan Allah. Sebagaimana dalam surat Al-Lail ayat 5-11 :
”Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertaqwa dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak
kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang suka. Dan hartanya tidak
bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.”
Menurut Imam Ghazali, “Sesungguhnya sifat pelit itu akan membawa kepada
kerusakan yang sangat besar. Dasar dari sifat pelit adalah cinta kepada harta, baik atas harta
miliknya atau milik orang lain yang ingin di milikinya.
Memiliki harta itu bukanlah hal yang tercela. Karena setiap orang untuk menuju
Allah memerlukan kendaraan yaitu tubuhnya. Dan tubuh itu memerlukan makanan, pakaian dan
tempat tinggal. Namun orang yang memahami tujuan dari harta itu, dia tidak akan
mengambilnya kecuali sebatas apa yang di perlukan. Apabila berlebihan, maka seperti seorang
musafir yang membawa bekal terlalu banyak sehingga memberatkan dirinya sendiri dan di dapat
celaka dengan barang bawaannya sendiri
Seperti halnya memiliki harta yang lebih dari apa yang di perlukan dapat
membawa kerusakan, sebab ia dapat membawa hawa nafsunya dalam kemaksiatan. Hal itu
disebabkan dia dapat melakukan apa saja dengan harta yang dimilikinya. Sedangkan untuk
menjaga dirinya dia tidak mampu, karena sabar atas apa yang dia mampu lakukan sangatlah
berat. Selain itu, harta yang berlebih dapat memalingkan dirinya dari dzikir dan beribadah
kepada Allah, yang merupakan inti dari kebahagiaan yang abadi. Dan bagi yang menyia-nyiakan
keduanya (dzikir dan ibadah) akan mengalami kerugian yang sangat besar.
DENGAN SEMPURNA
Merupakan dasar dari ajaran islam adalah membaca dua kalimat syahadat.
Sehingga barangsiapa yang menolak untuk mengucapkannya maka diharamkan baginya dari
rahmat Allah. Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 72 : ”Sesunnguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga.
Dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong
pun.”
Persaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah, berarti bahwa tidak ada yang di
sembah kecuali Allah, tidak ada yang maha pencipta dan maha pemberi rezeki selain Allah, tidak
ada yang maha pemberi dan penolak kecuali Allah, tidak ada yang maha pemberi bahaya dan
maha pemberi manfaat kecuali Allah, demikianlah seterusnya.
Dalam Al-Qur’an telah di jelaskan bahwa shalat itu merupakan kewajiban yang
telah di tentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman, itu berarti bahwa shalat di wajibkan
pada waktu-waktu yang khusus, yaitu Allah telah mewajibkan kepada hamba-hamba Nya shalat
lima waktu sehari semalam yaitu Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.
Makna ayat di atas adalah kita di perintahkan untuk mengerjakan shalat dari
matahari tergelincir sampai gelapnya malam yaitu malam yang sangat gelap. Ini merupakan
waktu-waktu shalat yaitu dzuhur, ashar, magrib, isya’ dan dilanjutkan dengan ayat Al-Qur’an Al-
Fajr yaitu subuh.
Menunaikan zakat
Zakat merupakan saudaranya shalat. Oleh karena itu, dalam beberapa ayat Al-
qur’an dan hadist nabi, menyebutkan zakat selalu diiringi dengan shalat. Sebagaimana firman
Allah:
“Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.”(QS. At-Taubah : 5)
”Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama.”(QS. At-Taubah : 11)
Secara zhahir, arti ayat di atas adalah orang yang tidak mengerjakan shalat dan
menunaikan zakat, maka mereka tidak di berikan kebebasan untuk berjalan, namun harus di
perangi karena mereka bukanlah saudaramu seiman dan seagama.
a) Puasa sebagaimana yang di lakukan oleh Nabi Daud As. Yaitu puasa satu hari dan
berbuka satu hari. Puasa ini lebih baik dari puasa yang di lakukan terus menerus dalam
setahun. (Shaum ad-dahr).
b) Puasa 1/3 tahun, seperti orang yang berpuasa sunnah senin-kamis dan puasa Ramadhan.
Ini merupakan derajat pertengahan. Maka hendaklah seseorang tidak meninggalkannya,
karena melaksanakannya ringan tetapi memiliki pahala yang besar.
c) Puasa Ramadhan, yaitu seseorang yang hanya melakukan puasa Ramadhan saja dan tidak
melakukan puasa-puasa sunnah lainnya.