Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimilki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pamali
merupakan salah satu contoh budaya yang berkembang dimasyarakat dan
berlangsung turun menurun.
Tidak bisa dipungkiri, istilah pamali sudah berkembang di masyarakat
Indonesia sejak dahulu kala. Apa yang dimaksud dengan kata pamali? Pamali
adalah suatu pantangan dari hal-hal tradisi atau budaya yang tidak boleh
dilakuka dengan sengaja lantaran dapat menyebabkan suatu malapetaka atau
faktor yang tidak baik bagi kehidupan.
Suatu ungkapan pamali tentu saja memilki makna yang beragam, salah
satu kata pamali yang cukup populer berkembang dimasyarakat Banjar di
fakultas mipa universiras lambung mangkurat adalah “ kada boleh baduduk
dimuka lawang kaina jodoh tahalang” yang artinya tidak boleh duduk didepan
pintu nanti susah mendapatkan jodoh.
Makna dari istilah pamali tentu saja mengandung nilai karakter yang
menunjukkan perilaku tertib dalam kehidupan. Misalnya makna kata pamali
diatas memiliki arti melarang kita untuk duduk didepan pintu karena tidak
baik dan dapat menghalangi jalan orang yang ingin masuk kedalam rumah.
Pamali menjadi salah satu tradisi lisan yang menjadi turun menurun hidup
berdampingan dengan masyarakat saat ini. Sebagai tradisi yang tumbuh dan
berkembang di Fakultas mipa ungkapan pamali mencermikan sikap dan
pandangan mahasiswa FMIPA. Pengunaan ungkapan pamali menjadi media
pembentuk karaekter yang berkenaan dengan nilai religius,kesopanan,disiplin
dan peduli sosial.

1
1.2.Batasan Masalah
Permasalahan yang ada dititikberatkan pada kurangnya media informasi
pamali yang menjelaskan tentang nilai moral dan makna dalam larangan
pamali kepada mahasiswa FMIPA ULM.

1.3.Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan istilah pamali?
b. Apa saja kalimat-kalimat pamali yang berkembang atrau diketahui oleh
mahasiswa FMIPA ULM?
c. Apa makna dan nilai karakter yang terkandung dalam ungkapan pamali
bahasa banjar?

1.4.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istilah pamali
b. Mengetahui apa saja kalimat-kalimat pamali yang berkembang atau
diketahui oleh mahasiswa FMIPA ULM
c. Mengetahui makna dan nilai karakter yang terkandung dalam ungkapan
pamali bahasa banjar

1.5.Manfaat Penelitian
a. Mengetahui makna yang terkandung dalam ungkapan pamali yang ada
dan berkembang disekitar mahasiswa FMIPA ULM
b. Mengetahui nilai yang terkandung dalam ungkapan pamali yang ada dan
berkembang disekitar mahasiswa FMIPA ULM
c. Memberikan pengetahuan mengenai kalimat pamali yang berkembang di
mahasiswa FMIPA ULM

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian Pamali
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) mengartikan pamali atau pemali
sebagai pantangan atau larangan berdasarkan adat, kebiasaan, dan biasanya
selalu dikaitkan dengan mitos.
Hutari (2010, dalam Jamali & Dalle, 2013:1055) berpendapat istilah
pamali berasal dari bahasa Sunda, makna katanya sama dengan pantrang
(pantang) dan cadu (tabu), yang artinya pantangan atau larangan tentang suatu
tindakan yang dilakukan sehari-hari yang apabila dilakukan akan dapat
mendatangkan kesialan dalam hal kesehatan, keselamatan, jodoh, rezeki,
keturunan dsb.
Menurut teori folklor, pamali termasuk dalam kelompok kepercayaan
rakyat yang lajim disebut takhyul (Danandja, 1984:153-155). Namun, ada juga
ahli lain yang memasukkannya dalam kelompok ungkapan tradisonal (Effendi
dkk, 1994:27), dan (Jamali & Dalle, 2013:1055). Effendi dkk (1994:27)
menyebut pamali dengan istilah kata-kata tabu (ungkapan larangan), yakni
sebuah kalimat imperative atau sebuah kalimat pernyataan.
Kata “pamali” merupakan salah satu ekspresi kebudayaan untuk
menyampaikan suatu pesan larangan terhadap sesuatu. Pada
perkembangannya, setelah masuknya agama Islam kata pamali sering
dijadikan sinonim dari kata haram dalam pengertian sesuatu yang dilarang
oleh agama yang kemudian dianggap dosa jika dilakukan. Sehingga, hal-hal
yang dikategorikan pamali yang bersumber pada adat atau keyakinan leluhur
yang tidak bersumber pada agama sekalipun akan dianggap dan dikategorikan
sebagai dosa manakala telah diberikan stempel pamali.
Seringkali istilah pamali ini disangkutpautkan dengan hukum yang berlaku
di masyarakat tersebut. Hal-hal yang dipamalikan ini yang sering kita dengar
dari orang tua kita atau kakek nenek kita. Dipungkiri atau tidak, istilah pamali
3
ini sudah menyebar luas dari pedesaan sampai perkotaan. Setiap daerah
memiliki jenis pamali yang berbeda.

2.2.Pamali dalam Perspektif Budaya


Budaya didefinisikan oleh para ahli sebagai hasil cipta karya manusia
dalam menunjang eksistensinya hidup di dunia. Berdasarkan definisi ini
terlihat “kepentingan” dari sang pencipta agar mendapatkan sesuatu yang
positif atau keuntungan bagi diri atau kelompoknya. Demikian halnya dengan
kata pamali sebagai sebuah tradisi budaya lisan tidak akan terlepas dari
kepentingan dari orang-orang yang mengatakan pamali untuk suatu perkara.
Bila dipandang dari sejarah peradaban manusia dari zaman primitif sampai
era teknologi di mana manusia semakin kritis dan logis, bisa saja kita
berasumsi bahwa kata pamali sebagai tradisi budaya lisan dari para orang tua
untuk melarang anaknya tanpa harus menjelaskan kenapa sesuatu itu dilarang.
Hal ini terjadi karena pada umumnya masyarakat terdahulu khususnya anak-
anak akan patuh dan manut - tanpa mengejar dengan pertanyaan kenapa - jika
telah dikatakan pamali oleh orang tua maupun orang yang dituakan (seperti
para penguasa, kiai, tokoh, dsb) sehingga dipersepsi dan dikategorikan sebagai
dosa yang mengundang siksa Tuhan di akhirat nanti.
Pamali dalam masyarakat Banjar berarti ungkapan-ungkapan yang
mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan, di mana
dalam masyarakat Banjar, pamali memiliki posisi sekaligus berfungsi sebagai
control social bagi seseorang dalam berkata, bertindak, atau melakukan suatu
kegiatan (Jamali dan Dalle, 2013).
Dalam budaya orang Sunda sejak zaman dahulu terdapat cukup banyak
ucapan ataupun perilaku dalam aktivitas sehari-hari yang dilarang. Sesuatu
yang tabu biasa disebut dengan pamali dalam bahasa Sunda. Menghindari hal
yang pamali adalah bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat Sunda
dan Jawa Barat pada umumnya. Pamali tidaklah terlepas dari kebiasaan dan
adat dalam kehidupan masyarakat Sunda. Apalagi, pantangan-pantangan
4
tersebut kebanyakan sudah dipercaya secara turun-temurun. Tanpa ada hukum
dan aturan yang baku mengenai hal tersebut, pamali terus dipegang teguh dan
dipercayai oleh masyarakat Sunda. Bahkan, terkadang pamali sekecil apapun
akan membuat orang Sunda merasa segan untuk melanggarnya.
Dalam budaya orang jawa sendiri, pamali atau ora ilok merupakan salah
satu tradisi (mitos) orang jaman dulu. Bentuknya berupa larangan yang
apabila dilanggar akan mendapat semacam kutukan. Akan tetapi sampai
sekarang masih ada orang tua yang menggunakan beberapa pamali untuk
melarang anak-anaknya. Ternyata maksut dari larangan beserta kutukannya itu
mengandung sebuah nasehat yang sangat baik arti dan isinya.

2.3.Pamali Dalam Perspektif Islam


Dalam bahasa arab, pamali sama artinya dengan thiyarah atau tathoyyur
(mempercayai adanya) yang merupakan salah satu dari bentuk-bentuk
kesyirikan yang tersebar luas di masyarakat. Pamali ini bisa menjadikan
kesialan kepada sesuatu yang dilihat, didengar, diketahui atau yang dilakukan.
Pamali bisa juga disebut dengan pantangan. Pantangan tersebut tentunya
berawal dari banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan
tersebut meski segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak Tuhan.
Dan hukum thiyaroh dengan semua bentuk di atas dan selainnya adalah
syirik ashgor (kecil) bahkan bisa mencapai taraf syirik akbar (besar) jika dia
sudah berkeyakinan bahwa hari itulah atau kejadian yang dia lihat itulah yang
sebenarnya mendatangkan mudharat dengan sendirinya keluar dari pengaturan
Allah ‘Azza wa Jalla.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat kualitatif, artinya data hasil temuan
penelitian tidak di dapat oleh prosedur statistika atau perhitungan
berdasarkan sample. Model penelitian ini bertujuan memperoleh, dan
mengungkapkan data secara utuh serta menjelaskan hasil penelitian sesuai
sudut pandang seseorang yang diteliti. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah filsafat, psikologi dan fenomenologi Agama. Penelitian
kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Fakultas MIPA tahun 2019.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 – 15 September
2019

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi Penelitian
Arikunto (2010) berpendapat bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono
(2011), populasi dapat didefinisikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

6
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari beberapa pendapat di
atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Baru
Fakultas MIPA sebanyak 88 orang.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang di teliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini
adalah Mahasiswa Baru Fakultas MIPA.

3.4. Metode Pengumpulan Data


3.4.1. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang didapat langsung dari objek penelitian, yaitu
hasil Checklist yang dibagikan kepada responden dan diolah
sendiri oleh penulis.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari objek penelitian yang merupakan
data pendukung.

3.4.2. Jenis Data


Pada teknik pengumpulan data ini penulis menggunakan
beberapa metode sebagai berikut :
a. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu dengan menggunakan teori-teori yang didapat dari
membaca buku atau literatur yang ada hubungannya dengan apa
yang penulis bahas sehingga diperoleh dasar-dasar teoritis yang
diperlukan sebagai landasan dalam pembahasan makalah ini.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Checklist Yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang diamati yang akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil
pemeriksaan dan observasi terhadap kalimat-kalimat pamali.
7
3.5. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan atau dikategorikan
untuk Selanjutnya, diseleksi berdasarkan relevansi dengan subyek kajian.
Kemudian terhadap data yang telah diperolah tadi, dilakukan
penyederhanaan dengan mengolah informasi yang didapat, dan
menyusunnya ke dalam pembahasan yang mudah dimengerti. Dalam
penjelasan secara deskriptif dan telaah analisis secara utuh dan
menyeluruh, serta membuat kesimpulan, dan pemecahan masalah sesuai
dengan rumusan masalah penelitian yang telah dibuat di muka.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Dari penelitian yang dilakukan di FMIPA ULM terdapat banyak pamali
yang berkembang di masyarakat FMIPA ULM itu sendiri misalnya, pamali
bagi anak-anak ditujukan kepada anak-anak yang kisaran usia 0-10 tahun.
Pamali selanjutnya pamali untuk kegiatan sehari-hari yang menjadi rutinitas
seperti makan, minum, berjalan, melakukan pekerjaan rumah dan lainnya.
Pamali yang berhubungan dengan kematian yang dikait-kaitkan dengan
kegiatan kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Pamali yang
berhubungan dengan alam ghaib adalah hal-hal yang biasa dilakukan
disangkut pautkan dengan hal-hal yang ghaib. Dari penelitian yang kami
lakukan dengan membagikan kuisioner terdapat 90 tanggapan. Dari Progam
studi Biologi terdapat 30 ungkapan pamali, Farmasi 18 pamali, Matematika
10 pamali, fisika 10 pamali, kimia 10 pamali, ilmu komputer 9 pamali dan
statistika 4 pamali. Dari 90 tanggapan yang ada 18 ungkapan pamali yang
dikelompokkan menjadi 5 klasifikasi. Diantaranya pamali yang berhubungan
dengan laki-laki dan perempuan, berhubungan dengan kegiatan sehari-hari,
berhubungan dengan kematian, berhubungan dengan pemeliharaan tubuh, dan
berhubungan dengan alam ghaib.
Mahasiswa FMIPA mengetahui ungkapan pamali dari orang tua, nenek
dan orang disekitar yang menandakan ungkapan pamali masih diwaroskan
kepada generasi sekarang ini. Ungkapan pamli bahasa banjar yang diketahui
mahasiswa FMIPA mengandung nilai karakter yang tidak bertentangan
dengan agama yang mereka anut.

9
4.2. Pembahasan
1. Berhubungan dengan laki-laki dan perempuan
a. Menyapu lantai harus sampai tuntung, kalu kada tuntung kaina dapat
laki berewokan
Pamali ini menyatakan larangan bagi perempuan apabila
membersihkan lantai harus diselesaikan nanti mendapatkan suami
yang berewokan. Pamali ini tidak bisa diterima dengan akal karena
maksud dari pamali ini sebenarnya tidak baik mengerjakan sesuatu
setengah-setengah.
b. lakian bujang tidak menghadiri kawinan maka inya ngalih dapat
jodoh
pamali ini menyatakan jika seorang laki-laki yang masih bujang tidak
menghadiri suatu pernikahan maka akan susah mendaptkan jodoh.
Secara logika pamali ini tidak masuk akal karena seperti yang kta
ketahui semua hal yang ada di dunia ini sudah diatur oleh sang
khalik.

2. Berhubungan dengan kegiatan sehari-hari


a. Imbah makan pamali langsung barabah, kaina pengoler
Pamali ini menyatakan larangan berbaring setelah makan, sebab hal ini
bisa meyebabkan pelakunya menjadi orang yang pemalas. PamaJi ini
ditujukan kepada semua orang, baik laki-Iaki maupun perempuan.
Berbaring scteJah makan memang bukan hal yang baik, apalagi j ika
hal itu dilakllkan oleh pcrel1lpuan. Seharllsnya sctcJah makan
bukannya berbaring, melainkan membcreskan dan mcmbersihkan
peralatan yang digunakan untuk makan.
b. Pantang duduk di muhara lawang kaina disipak mintuha
Pamali ini ditujukan kepada semua orang pamali ini menyatakan
jangan duduk didepan pintu nanti ditendang mertua.pamali ini
10
menyatakan larangan duduk di depan pintu karena dapat menghalangi
jalan keluar masuk seseorang.
c. Pamali mamakai payung di dalam rumah
Pamali ini ditujukan kepada semua orang. Pamali ini menyatakan
pantangan menggunakan payung di dalam rumah. Sesuai dengan
fungsinya, payung digunakan untuk melindungi si pemakainya dari
panas matahari maupun hujan. lika seseorang menggunakan payung di
dalam rumah merupakan suatu kesia-siaan sebab di dalam rumah
seseorang tidak perlu khawatir kepanasan maupun kehujanan. Melalui
pamali tersebut, diajarkan bahwa kita hendaknya menggunakan
sesuatu benda sesuai dengan fungsinya. Jangan mengalihkan fungsi
suatu benda sebab hal itu hanya akan mengakibatkan kesia-siaan.
d. Pamali manjahit baju malam hari, kaina jadi miskin
Pamali ini menyatakan bahwa jangan menjahit baju di waktu malam
hari nanti jadi miskin. Secara logika memang tidak ada hubungan sama
sekali, akan tetapi jika kita nalar frase fakir miskin di sini lebih
berfungsi unluk menekankan makna pantangan sebagai bentuk
ancaman agar para pendengar pamali mematuhi kalimat ini. Adapun
makna sesungguhnya adalah jika malam hari menjahit maka
ditakutkan akan tertusuk tangan sebab malam suasananya gelap. Hal
inilah yang kemungkinan besar menjadi latar belakang lahirnya
kalimat pamali ini.
e. Pamali bangun malandau, kada parajakian
Pamali ini menyatakan bahwa jangan bangun setelah matahari terbit
nanti tidak punya rezeki. Hal ini diumpamakan dengan hewan yang
mencari makan di waktu pagi seperti burung dan ayam misalnya.
Bukankah kalau bangun terlambat makan, hewan tersebut tidak
kebagian makanan sebab sudah diserobot oleh hewan lainnya. Begitu
pula dengan manusia, jika bangun terlambat maka bisa terlambat
bekerja dan dipecat akibatnya rejeki berupa gaji bisa tidak diperoleh.
11
f. Pamali makan sambil berdiri
Pamali ini menyatakan larangan kita untuk makan sambil berdiri,
karena selain bertentangan dengan norma kesopanan hal tersebut juga
menyebabkan penyakit yang dapat membahayakn tubuh seseorang
tersebut.

3. Berhubungan dengan kematian


a. Pamali guring batiharap atawa batiharung, kaina ditinggalakan mati
kuitan Umumnya pamali ini ditujukan kepada anak-anak. Penutur
pamali meyakini bahwa jika seseorang tidur dengan posisi tiarap
menyebabkan orang tuanya cepat meninggal. Pamali ini memang tidak
bisa diterima akal. Dilihat dari segi logika, tidur dengan posisi tiarap
bukanlah posisi tidur yang baik, sebab tidur dengan posisi tersebut
akan menyebabkan seseorang sulit bernapas.
b. Pamali begambar betiga, nang di tangah mati
Kalimat pamali ini menyatakan larangan untuk berfoto dalam jumlah
ganjil karena Masyarakat Banjar percaya bahwa jika berombongan
atau berkumpul dalam hitungan ganjil, maka yang menggenapi
hitungan tersebut adalah iblis. Akhirnya, berdasarkan kepercayaan
tersebut lahirlah kalimat pamali

4. Berhubungan dengan pemeliharaan tubuh


a. Pamali baduduk di atas bantal kaina burit babisul
Pamali ini menyatakan larangan duduk di atas bantal sebab hal itu
akan menyebabkan tumbuhnya bisul di pantat pelakunya. Secara
logika pamali ini mengajarkan pemeliharaan lcrhadap sikap kita.
Biasanya pamali ini dilujllkan kepada anak-anak yang sering bermain-
main dengan bantal atau guling. Dengan demikian untuk mcnakuti
anak-anak alau orang yang ingin mcnduduki bantal tersebut maka
disandingkanlah larangan dengan kelarangan nanti pantatnya berbisul,
12
dari bayangan yang seperti itulah melahirkan kelakulan seseorang
untuk tidak menduduki bantal lagi .
b. Pamali guring waktu sanja, kaina garing bangat
Pamali ini menyatakan larangan tidur di waktu senja sebab bisa
mengakibatkan pelakunya sakit keras. Memang dalam kenyataanya
kalimat pamali ini mengandung makna tertentu yang sangat dalam.
Senja hari bertepatan dengan tibanya waktu shalat Magrib. Pada saat
ini, umat Islam wajib melaksanakan ibadah shalat. Oleh karena itu
tidak pantas memang untuk kita tidur di kala senja tiba sebab hal itu
akan menyebabkan kita lalai melaksanakan kewajiban shalat Magrib.
c. Pantang kaluar rumah pas sanja kuning, kaina penyakitan
Pamali dalam kalimat ini menyatakan larangan untuk keluar rumah
saat senja kuning, sebab senja biasa disebut orang banjar senja
mahiyang diyakini sebagai saat bertebaran berbagai penyakit yang
berasal dari roh-roh jahat.
d. Pamali maandak pakaian di satang kandaraan, bisa maranjah urang
Pamali ini menyatakan larangan meletakkan pakaian di setang motor
sebab hal itu bisa menyebabkan motor tersebut menabrak orang.
Setang adalah salah satu bag ian utama dari motor yang mesti dijaga
atau dirawat dari hal-hal yang tidak baik, seperti bengkok atau kena
goresan-goresan yang merusak. Berangkat dari rasa ingin memelihara
setang tersebut maka kalimat pamali ini dituturkan dengan embel-
embel nanti bisa menabrak orang. Walaupun sesungguhnya hal itu bisa
saja terjadi, misalnya akibat sering diletakkan pakaian atau benda
lainnya, setang akan menjadi bengkok atau tidak stabil. Dengan
demikian, kalimat pamali ini sebenamya menganjurkan kita agar
memelihara kendaraan secara khusus.
e. Pamali guring imbah ashar, kaina pas tuha gagilaan
Pamali ini digunakan sebagai nasihat tersirat yaitu jangan tidur setelah
Ashar, sebab bisa gila di hari tuanya. Kalimat ini sebenarnya
13
menganjurkan kita agar memelihara perilaku . Bukan hal yang pantas
jika tidur setelah Ashar, sebab apabila kita tidur di waktu tersebut,
dikhawalirkan akan ketiduran sampai waktu Magrib tiba. Akhirnya,
gara-gara tidur setelah ashar, berbagai aktivitas yang scharusnya kita
lakukan saat itu menjadi terbengkalai. Hal inilah kalimat pamali
tersebut lahir dengan tujuan yang baik, agar para pendengar pamali
menjadi patuh dan menyadari akan makna dari kalimat tersebut.
f. Jangan manggunting kuku di malam hari
Pamali ini ditujukan kepada semua orang. Yang makna sebenarnya
mengingatkan kita agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
misalnya seperti kita melukai jari kita sendiri karena kurangnya cahya
di malam hari.
g. Jangan langsung mandi sehabis makan
Pamali ini memiliki makna yang cukup penting karena apabila mandi
setelah makan dapat menyebabkan pembesaran pembuluh darah dan
efek kejut pada tubuh dan bahkan dapat menyebabkan seseorang
pingsan.

5. Berhubungan dengan alam ghaib


a. Pamali basasiul paraksanja, mangiaw iblis
Pamali bersiul di waktu dekat senja dikarenakan waktu senja adalah
waktu antara siang mau menutup malam. Biasanya pada waktu ini,
azan dikumandangkan sebagai pertanda tibanya waktu shalat Magrib.
Apabila bersiul pada watu tersebut, tidaklah etis menurut norma agama
dan adat Banjar yang terkenal akan nilai-nilai agamanya juga. Dengan
demikian bagi yang mendengar kalimat pamali ini menimbulkan
asumsi bukankah dengan bersiul itu berarti kawannya iblis

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang kami lakukan dengan pembagian kuisioner di FMIPA
ULM yang terdiri dari 7 progam studi terdapat setidaknya sekitar 90
tanggapan ungkapan pamali. Dari progam studi Biologi terdapat 30 pamali,
Farmasi 17 pamali, Matematika 10 pamali, fisika 10 pamali, kimia 10 pamali,
ilmu komputer 9 pamali dan statistika 4 pamali. Dari 90 tanggapan yang ada
17 ungkapan pamali yang dikelompokkan menjadi 5 klasifikasi. Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa FMIPA angkatan 2019 menegtahui
pamali banjar yang ada di masyarakat sekitar mereka.
Mahasiswa FMIPA mengetahui ungkapan pamali dari orang tua, nenek
dan orang disekitar yang menandakan ungkapan pamali masih diwariskan
kepada generasi sekarang ini. Pastinya pamali memiliki makna tersendiri bagi
setiap orang, tentu saja kita sebagai mahasiswa harus menyikapi berbagai
pamali yang dengan hati-hati dan bijak agar tidak beretentangan dengan
agama atau kepercayaan yang kita anut.

5.2. Saran
Untuk melengkapi laporan ini kami memberikan beberapa saran yang semoga
dapat bermanfaat bagi yang membaca laporan ini :
- Jangan mudah percaya dengan pamali yang berkembang di masyarakat
sebagai mahasiswa tentu saja kita harus bisa memilah antar hal yang baik
dan buruk.
- Jika sekiranya pamali yang bekembang bertentangan dengan ajaran
agama tentu saja kita harus menjauhi hal tersebut.

15
Daftar Pustaka

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan & Pedoman


Umum Pembentukan Istilah. (2011). Victory Inti Cipta.

Harpriyanti, H., & Komalasari, I. (2018, oktober 1). Makna dan Nilai Pendidikan
Pamali Dalam Masyarakat Banjar. Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 244-251.

Mugeni, D. M. (2006). Pamali Banjar. Banjarbaru: Balai Bahasa Banjarmasin.

16
Lampiran

Biodata Penulis

Nama : Dewi Indah Sari


NIM : 1911013220015
TTL : Sampit, 25 Januari 2001
Alamat : Jl. Ahmad Yani Km 47 Martapura
Pengalaman organisasi : anggota OSIS

Nama : Eka Noor Febriyanti


NIM : 1911013220001
TTL : Kotabaru, 01 Februari 2001
Alamat : Jl. H. Bakhran No.10 (white Kost)
Pengalaman organisasi : PIK Remaja, DPD Alumni PCTA KALSEL,
PASKIBRA KABUPATEN KOTABARU

Nama : Muhammad Anggoro Triaji


NIM : 1911013210013
TTL : Banjarmasin, 02 Oktober 2001
Alamat : Jl. Permata 1, Komplek Griya Jati Permai
Pengalaman organisasi : Pramuka SMAN 1 Satui, Ekskul musik, Saka
Warakartika Satui, pencak silat IKSPI Kera Sakti

Nama : Nurul Fauziah


NIM : 1911013320013
TTL : Sukaramai, 20 September 1999
Alamat : Jl. Sekumpul, Gg. Penghulu Kec. Martapura
Pengalaman organisasi : OSIS, PMR, Remaja mesjid

17

Anda mungkin juga menyukai