Oleh :
Oleh :
Shocha Nailul Muna (2077011526)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ushul fiqh merupakan salah satu cabang dalam ilmu keislaman yang
secara garis besar membahas tentang bagaimana menggali dan memunculkan
hukum syara’ praktis dari nash yang ada, baik dalam Al-quran maupun As-
Sunnah.
Salah satu dari teori kebahasaan tersebut ialah memahami lafadz dari segi
maknanya, baik yang jelas maupun tidak jelas. Lafadz-lafadz yang tidak bisa
di artikan secara langsung (jelas) itulah yang menyebabkan banyak perbedaan
penafsiran makna terhadap lafadz tersebut. Lafadz dari segi ketidakjelasannya
terbagi menjadi empat kajian, yaitu Khafi, Musykil, Mujmal dan Mutasyabih.
Pada makalah kali ini penulis akan membahas salah satu dari empat kajian
tersebut, yaitu Musykil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud lafadz dari segi ketidakjelasan makna?
2. Apa yang dimaksud Musykil?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lafadz dari segi ketidakjelasan makna.
2. Untuk mengetahi maksud dari Musykil.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Musykil
Musykil menurut bahasa adalah sulit atau sesuatu yang tidak jelas
perbedaannya, sedangkan menurut istilah suatu lafadz yang tidak jelas
maksudnya karena ada unsur kerumitan, sehingga untuk mengetahui
maksudnya diperlukan adanya qarinah yang dapat menjelaskan
kerumitan itu, tentunya dengan pembahasan yang mendalam.2
Musykil adalah lafadz yang tidak jelas pengertiannya karena
banyak makna yang digunakan untuk mengartikan lafadz tersebut,
1
M. Ashari, ‘Lafadz Yang Tidak Terang Artinya’, 2015
<http://blackjack1994.blogspot.co.id/2015/01/lafadz-yang-tidak-terang-artinya-khafi.html>.
2
Farid Naya, ‘Tahkim’, IX (2013), 187–202.
sehingga dalam upaya mengetahui pengertian mana yang dimaksud
dalam sebuah redaksi memerlukan indikasi atau dalil dari luar.3
Misalnya lafadz قروءyang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 228
sebagai berikut:
ُ َ َو ْال ُمطَلَّق...
ت يَت ََربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَلَثَةَ قُرُوْ ٍء
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru’…” ( QS. al-Baqoroh : 228 )
Lafadz قروءpada ayat tersebut dalam pemakaian bahasa arab bisa
berarti masa suci dan bias pula berarti masa haidh. Dalam hal ini ulama
mengemukakan dalil atau qarinah yang bebeda, sehingga
menghasilkan hukum yang berbeda.
1. Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa quru’ itu artinya “haidh”.
Untuk menguatkan pendapatnya, ia mengemukakan dalil dan
qarinah diantaranya sebagai berikut:
a. Firman Allah dalam surat at-Thalaq (65):4 :
ْض ِم ْن نِ َسآئِ ُك ْم اِ ِن ارْ تَ ْبتُ ْم فَ ِع َّد تُه َُّن ثَلَثَةُ أَ ْشه ٍُر
ِ َوالَّ ِئ بَئِ ْسنَ ِمنَ ْال َم ِحي...
Artinya: “Perempuan-perempuan yang telah putus haidh
diantara isterimu jika ia ragu tentang iddahnya, maka
iddahnya adalah tiga bulan…”
Nash ayat ini menjelaskan bahwa dalam keadaan luar biasa,
yaitu saat meragukan karena haidhnya telah terputus, maka
perhitungan iddahnya adalah tiga bulan. Hal itu berarti
bahwa perhitugan tiga qurru’ itu berlaku untuk perempuan
yang masih haidh. Dengan demikian, perhitungan iddah itu
adalah dengan haidh, bukan dengan suci.
b. Sabda Nabi Muhammad SAW. tentang jumlah talak dan
idaah bagi hamba sahaya:
ِ طَالَقُااْل َ ِم ِة ْاثنَت
َ َان َو ِع َّدتُهَا َحي
ضتَا ِن
Bilangan talak perempuan sahaya itu adalah dua kali dan
iddahnya adalah dua kali haidh.
3
M.Ag. Prof. Dr. Kasuwi Saiban, Metode Penetapan Hukum Islam, ed. by Nur Saadah, Cet. 1
(Malang: Setara Press, 2019).
Hadits di atas bila diakui kebenaran lafadz-nya
menunjukkan perhitungan iddah adalah dengan haidh, tentu
perhitungan perempuan merdeka dengan haidh pula, karena
dalam hal ini tidak ada perbedaan antara sahaya dengan
orang merdeka.
2. Imam Syafi’I berpendapat bahwa qurru’ itu artinya adalah suci.
a. Ayat tentang iddah di atas menjelaskan kewajiban
perempuan yang bercerai dari suaminya adalah menunggu
sampai tiga kali suci. Bila ia dicerai dalam keadaan suci dan
belum dicampuri pada masa itu, maka dengan masuknya
masa suci yang ketiga iddah-nya sudah habis.
b. Pengertian qurru’ dengan suci itu lebih dekat artinya dalam
hal penggunaan kata dari segi pengertiannya, karena kata
qurru’ artinya berkumpul atau bergabung. Masa suci
seorang perempuan berarti masa berkumpulnya darah
dalam Rahim perempuan yang menyebabkan ia tidak haidh.
Oleh karena itu, pemahaman yang sesuai adalah
menafsirkan qurru’ dengan suci.4
c. Adanya indikasi tanda muannats pada ‘adad (kata
bilangan) yang menurut kaidah bahasa arab ma’dudnya
harus mudzakkar ,yaitu ( طهرsuci) dan bukan ( حيضةhaidh)
yang muannats.5
4
Prof. Dr. H. Amir Syarifudin, Ushul Fiqih Jilid II, ed. by Media Grafika 77, pertama ce (Prenada
Media Grup, 2008) <https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=uI9ADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=lafadz+dari+segi+ketidakjelasan+makna+yait
u+khafi,musykil&ots=HZF8Wjoh3_&sig=1rAIOlUbMWOi2rw7Tof-
pvzVx1o&redir_esc=y#v=onepage&q=lafadz dari segi ketidakjelasan makna yaitu khafi%25>.
5
Prof. Dr. Kasuwi Saiban., op. cit., h. 12.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lafadz yang tidak jelas maknanya atau ghairu wudhu al-ma’na,
yaitu lafadz yang dari segi lafadz itu sendiri tidak dapat di ketahui artinya.
Lafadz dari segi ketidakjelasan maknanya terbagi menjadi empat
kajian, yaitu khafi, musykil, mujmal,dan mutasyabih.
Musykil adalah lafadz yang tidak jelas pengertiannya karena
banyak makna yang digunakan untuk mengartikan lafadz tersebut,
sehingga dalam upaya mengetahui pengertian mana yang dimaksud
dalam sebuah redaksi memerlukan indikasi atau dalil dari luar.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dengan
bertambahnya pengetahuan mengenai pembahasan lafadz dari segi
ketidakjelasan makna dalam kajian musykil.
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat
sederhana. Serta dalam penyusunan makalah inipun masih memerlukan
kritikan dan saran bagi pembahasaan materi tersebut.
Daftar Pustaka
Ashari, M., ‘Lafadz Yang Tidak Terang Artinya’, 2015
<http://blackjack1994.blogspot.co.id/2015/01/lafadz-yang-tidak-terang-
artinya-khafi.html>
Naya, Farid, ‘Tahkim’, IX (2013), 187–202
Prof. Dr. Kasuwi Saiban, M.Ag., Metode Penetapan Hukum Islam, ed. by Nur
Saadah, Cet. 1 (Malang: Setara Press, 2019)
Syarifudin, Prof. Dr. H. Amir, Ushul Fiqih Jilid II, ed. by Media Grafika 77,
pertama ce (Prenada Media Grup, 2008) <https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=uI9ADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=lafadz+dari+segi+
ketidakjelasan+makna+yaitu+khafi,musykil&ots=HZF8Wjoh3_&sig=1rAIO
lUbMWOi2rw7Tof-pvzVx1o&redir_esc=y#v=onepage&q=lafadz dari segi
ketidakjelasan makna yaitu khafi%25>