Anda di halaman 1dari 9

FISIKA

AL-QUR’AN

OLEH :
MELI MULIANA 1606103030038
LAUT DUA WARNA
BERDASARKAN SAINS DAN
AL-QUR’AN
Tahukah kamu bahwa laut di selat Gibraltar memiliki warna yang berbeda?
Bagaimana satu laut memiliki 2 warna air yang berbeda?
Telah dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian


bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh
masing-masing. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu
dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (QS. ar-
Rahman [55]: 19-22)

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir


(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit;
dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.” (QS. al-Furqan [25]: 53)
Selat Gibraltar
memisahkan
benua Afrika dan
Nama Gibraltar Eropa, tepatnya
berasal dari antara negara
bahasa Arab Jabal Maroko dan
Thariq yang Spanyol.
berarti Gunung
Kedua air laut Thariq. Nama ini
bertemu namun merujuk pada
kedua jenis air Jenderal Muslim
tersebut tidak Thariq bin Ziyad
bercampur. Dan yang menaklukkan
garis batasnya pun Spanyol pada
dapat terlihat jelas. tahun 711 M.
Fenomena ini
disebut halocline.
PENJELASAN VERSI SAINS
Menurut penjelasan para ahli kelautan seperti William W Hay,
serta Prof Dorja Rao,
• air laut yang terletak di Selat Gibraltar tersebut memiliki karakteristik berbeda, baik
dari kadar garamnya, suhu maupun kerapatan air laut.

Suhu

• Laut Tengah mempunyai suhu 11,5 derajat C, salinitas > 36,5 per mil, dan kepadatan
yang tinggi.
• Sedangkan Lautan Atlantik memiliki suhu 10 derajat C, salinitas < 36 per mil, dengan
kepadatan lebih rendah dari Laut Tengah (tawar)

Karakter air

• Air laut di Laut Tengah memiliki kerapatan dan kadar garam yang lebih tinggi dari air
laut yang ada di Samudera Atlantik
Bagaimana bisa dua Dikarenakan adanya perbedaan
masa jenis, tegangan permukaan
laut tersebut tidak mencegah kedua air dari lautan
tercampur? tidak becampur satu sama lain

Dalam buku 'Alquran vs Sains Modern menurut Dr Zakir Naik' karya Ramadhani dkk, seorang ahli
oseanografi bernama Francis J Cousteau pernah menyampaikan laporannya sebagai hasil pengkajiannya
terhadap fenomena alam tersebut.
"Kami mempelajari pernyataan peneliti tertentu tentang penghalang yang memisahkan lautan dan
mengamati bahwa Laut Mediterania memiliki salinitas dan kerapatan yang berbeda serta menjadi tempat
hunian bagi flora dan fauna yang khas dari tempat itu," jelas Cousteau.

Fenomena bertemunya dua air laut namun tidak saling bercampur ini juga disebabkan karena gaya fisika yang
disebut 'tegangan permukaan'. Para ahli kelautan menemukan bahwa air dari laut-laut yang bersebelahan
memiliki perbedaan massa jenis. Karena perbedaan massa jenis ini, tegangan permukaan mencegah dua lautan
untuk saling bercampur, seolah-olah terdapat dinding tipis yang memisahkan keduanya.
PENJELASAN VERSI AL-QUR’AN
Bertemunya “dua laut” atau maraja al bahrayni oleh Dr. Quraish Shihab ditafsirkan sebagai bertemunya “laut”
dan “sungai” seperti diungkapkannya di atas dan dalam menjelaskan `adzbun furat, yang tawar lagi segar dari
Surah Al-Furqân (25): 53 berikut:

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir


(berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang
lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi”

Jadi menurut beliau bukan kedua-duanya berupa laut, tetapi


yang satu laut dan yang satu lagi sungai. Berikut kutipan dari
buku beliau:

Dari bunyi ayat di atas, Surah Al-Furqân (25): 53,diketahui bahwa ada sungai yang `adzbun furat. `Adzb berarti
tawar dan `furat berarti amat segar. Anda perhatikan bahwa ayat di atas tidak menyatakan ‘adzbun wa furat
(tawar dan segar) tetapi menggabungkan keduanya tanpa kata penghubung “dan” sehingga airnya benar-benar
sangat tawar lagi segar. Ini berarti bahwa air yang tidak terlalu asin, atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk
dalam pembicaraan ayat ini.
Perhatikan ayat dalam Surah Al-Naml yang dengan tegas menuliskan kata “Bahrayni”, yang maknanya “dua laut.”
Dan dipisahkan oleh suatu hajiran. Bukankah ini bisa bermakna bahwa dua laut yang terpisah ini bias
berdampingan satu di samping lainnya, ataupun bertindihan satu di atas lainnya.

Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan
yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan
gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan sesuatu
pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah SWT ada tuhan (yang
lain) bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka itu tidak mengetahui.
(QS Al-Naml [27]: 61)

Akibat adanya hijran mahjura ini, menjadikan laut yang satu mempunyai karakter yang
berbeda yaitu dalam suhu, kadar keasinan (salinitas), berat jenis dan tekanan yang
berbeda dengan laut yang berdampingan tadi (di atas/di bawah atau di sampingnya).
Oleh karena itu, makhluk hidup berupa ikan, ganggang, terumbu karang, dan sebagainya,
yang ada di dua kawasan laut itu juga mempunyai karakter yang berbeda pula.
PENUTUP
Perhatikan Surah Fâthir (35): 12 yang menyuratkan
keterangan lebih banyak tentang perbedaan karakter dari dua
laut, manfaat yang dapat diambil dari adanya dua laut ini, serta
perintah Allah SWT untuk mencari karunia daripadanya dan
mensyukurinya.

Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, dan sedap di minum dan yang lain
asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar
dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu dapat memakainya, dan pada masing-
masingnya kamu lihat kapal-kapal membelah laut, supaya kamu dapat mencari karuniaNya
dan supaya kamu bersyukur.

Pada bagian akhir ayat ini yang menegaskan tentang kata


“litabtaghuu” atau “perintah untuk mencari” dapat diartikan
sebagai kewajiban bagi umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai