MATA KULIAH
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
BANJARMASIN
2020
PENDAHULUAN
1
PEMBAHASAN
1
Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats, Sunan Abi Dawud: Jilid 2, (Beirut: Dar-Al-Kotob Al-
Ilmiyah, 2013), hal. 549.
2
penjamuan tamu bukan hanya sekedar sepotong makanan atau seteguk minuman,
namun juga pelayanan yang bisa kita berikan.
Di hadis yang jelaskan lagi secara jelas waktu yang harus kita lakukan
untuk menjamu tamu. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud, yang
berbunyi:
صالِ ٍح َع ْن ِ ٍ
َ بْ ُن َمَْبُوب قَ َاَل َحدَّثَنَا ََحَّادٌ َع ْن َعاص ٍم َع ْن أَِِب يل َو ََُم َّم ُد
َ ْسع
ِ ْ ِحدَّثَنا موسى بن إ
َ ُْ َ ُ َ َ
ِ ِ اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم
ٌص َدقَة
َ ك فَ ُهَو ِّ قَ َال
َ الضَيافَةُ ثَََلثَةُ أَ ََّّيٍم فَ َما سَوى ذَل َّ صلَّى َّ َِن الن
َ َِّب َّ أَِِب ُى َريْ َرةَ أ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il dan Muhammad bin
Mahbub mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad dari
'Ashim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Penjamuan tamu adalah tiga hari, dan
2
selain itu adalah sebuah sedekah." (H.R. Abu Dawud).
Hadis di atas sangat jelas sekali menentukan lama waktu kita menjamu
tamu. Seorang muslim diwajibkan untuk menjamu atau melayani tamunya selama
tiga hari sesuai kemampuannya. Sedangkan apabila melebihi dari tiga hari nabi
menyebutnya sebagai sedekah. Apabila diibaratkan sebagai sedekah maka hal
tersebut hanyalah sebuah sunnah. Maka tidak ada larangan apabila kita tidak lagi
menjamu atau melayani tamu tersebut ketika lebih dari tiga hari. Meskipun
demikian orang yang melayani tamunya lebih dari 3 hari, bukan berarti tidak
memiliki perbedaan, orang yang menjamu tamu melebihi kewajibannya akan
menerima balasan sedekah.
Di hadis yang lain juga lebih kuat ditekankan akan pentingnya menjamu
tamu dengan sebaik-baiknya. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, yang
berbunyi:
2
Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats, Sunan Abi Dawud: Jilid 2, hal. 549.
3
ِ ِ ٍ َِّ حدَّثَنا عبد
ي َع ْن أَِِب َسلَ َمةَ َع ْن `أَِِب ِّ َخَب َرََن َم ْع َم ٌر َع ْن ال مزْىر
ْ اَّلل بْ ُن ََُم َّمد َحدَّثََنا ى َش ٌام أ ُ َْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ َال َم ْن َكا َن يُْؤم ُن ِِب ََّّلل َوالَْي ْوم ْاْخ ِر فَ لْيُ ْْ ِرْم
َّ صلَّى ِ َّ ُى َريْ َرةَ َر ِض َي
َ َِّب
ِّ اَّللُ َعنْوُ َع ْن الن
َحوُ َوَم ْن َكا َن يُْؤِم ُن ِِب ََِّّلل َوالَْي ْوِم ْاْ ِخ ِر فَ لَْي قُ ْل ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ضْي َفوُ َوَم ْن َكا َن يُْؤم ُن ِِب ََّّلل َوالَْي ْوم ْاْخ ِر فَ لَْيص ْل َر َ
ت ِ
ْ ص ُم
ْ َخْي ًار أَْو لَي
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami Hisyam telah mengabarkan kepada kami Ma'mar
dari Az Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia
menyambung tali silaturrahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam." (H.R. Bukhari). 3
3
Al-Bukhari dan Al-Sindi, Sahih al-Bukhari: bihasiyat al-Imam al-Sindi: Jilid 4, (Beirut:
Dar-Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2012), hal. 136.
4
B. Hadis Tentang Bertamu Kepada Non-Muslim
Selain menerima tamu dari non-muslim, kita juga akan dihadapkan dengan
masalah bertamu kepada non-muslim. Bertamu kepada non-muslim tidaklah
dilarang selama tidak menyangkut akidah. Sebagaimana cerita nabi yang sering
mengunjungi orang tua Yahudi yang buta, maka tidak apa-apa mengunjungi non-
muslim. Namun, bagaimana cara bertamu kepada non-muslim, sulit mencari hadis
yang khusus untuk non-muslim. Ada sebuah hadis riwayat muslim yang
memberikan tuntunan umum ketika kita bertamu, maka berhak untuk
mendapatkan pelayanan sebagai seorang tamu. Hadis tersebut berbunyi:
ث َع ْن يَِزي َد بْ ِن أَِِب ُ َخَب َرََن اللَّ ْي ٍ ِح َّدثََنا قُت ي بةُ بن سع
ْ ث ح و َح َّدثََنا ََُم َّم ُد بْ ُن ُرْم ٍح أ ٌ يد َح َّدثََنا لَ ْي َ ُ ْ َْ َ َ
ٍ
َّك تَ ْب َعثُنَا فَ نَ نْ ِز ُل بِ َق ْوم فَ ََل يَ ْق ُرونَنَا ِ
َ ول َّاَّلل إِن
َ ال قُلْنَا ََّي َر ُس ِ
َ َيب َع ْن أَِِب ا ْْلَِْْي َع ْن ُع ْقَبةَ بْ ِن َعام ٍر أَنَّوُ ق ٍ َِحب
ف َف ْاق َب لُوا َّ ِصلَّى َّاَّللُ َعَل ْي ِو َو َسلَّ َم إِ ْن نََزلْتُ ْم بِ َق ْوٍم َفأ ََم ُروا َل ُْ ْم ِِبَا يَ ْن َبغِي ل
ِ لض ْي ِ
َ ال َلَنا َر ُسو ُل َّاَّللَ َف َما َت َرى َف َق
ف الَّ ِذي يَنْ َبغِي ََلُْم َّ فَِإ ْن ََلْ يَ ْف َعلُوا فَ ُخ ُذوا ِمنْ ُه ْم َح َّق
ِ الض ْي
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan
kepada kami Laits. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami
Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Abu Al Khair dari 'Uqbah bin
'Amir bahwa dia berkata, "Kami pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya anda mengirim kami, lalu kami singgah di suatu kaum
sebagai tamu, akan tetapi mereka tidak melayani kami sebagaimana
layaknya, bagaimana menurut anda?" maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda kepada kami: "Jika kalian singgah di suatu
kaum, lalu mereka melayani kalian sebagaimana layaknya seorang
tamu maka terimalah layanan mereka. Jika mereka tidak melayani
kalian, maka kalian boleh mengambil dari mereka hak tamu yang
pantas mereka berikan." (H.R. Muslim).4
4
Muslim bin al-Hajjaj, Sahih Muslim: Jilid 2, (Beirut: Dar-Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2008),
hal. 98.
5
Paparan hadis di atas menunjukkan bahwa seorang muslim yang menjadi
tamu berhak mendapatkan haknya sebagai tamu, sama saja ia bertamu kepada
seorang muslim atau non-muslim. Pernyataan ini dikuatkan oleh hadis mauquf
dari Umar ra. Yang berbunyi:
ﺣدﺛﻧﺎ وﻛﯾﻊ ﻗﺎل ﺛﻧﺎ ھ ﺷﺎﻡ اﻟد ﺳﺗواﺋﻲ ﻋن ﻗﺗﺎدة ﻋن اﻷﺣﻧف ﺑن ﻗﯾس أن ﻋﻣر ا ﺷﺗرط ﺿﯾﺎﻓﺔ ﯾوﻡ
وﻟﯾﻠﺔ وأن ﯾﺻﻠﺣوا اﻟﻘﻧﺎطر وإن ﻗﺗل رﺟل ﻣن اﻟﻣﺳﻠﻣﯾن ﺑﺄر ﺿﮭﻡ ﻓﻌﻠﯾﮭﻡ دﯾﺗﮫ
Artinya:
“Sesungguhnya Umar mensyaratkan masa bertamu satu hari satu
malam, agar mereka memperbaiki jembatan, dan jika seorang muslim
terbunuh di negeri mereka maka diwajibkan membayar diat”.
أن: ﺣدﺛﻧﺎ ﻋﺑد ﷲ ﺑن ﯾو ﺳف أﺧﺑرﻧﺎ ﻣﺎﻟﻙ ﻋن ﺳﻌﯾد ﺑن أﺑﻲ ﺳﻌﯾد اﻟﻣﻘﺑري ﻋن أﺑﻲ ﺷرﯾﺢ اﻟﻛﻌﺑﻲ
ﻣن ﻛﺎن ﯾؤﻣن ﺑﺎ واﻟﯾوﻡ اﻵﺧر ﻓﻠﯾﻛرﻡ ﺿﯾﻔﮫ ﺟﺎﺋزﺗﮫ ﯾوﻡ وﻟﯾﻠﺔ: ر ﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ و ﺳﻠﻡ ﻗﺎل
ﻓﻣﺎ ﺑﻌد ذﻟﻙ ﻓﮭو ﺻدﻗﺔ وﻻ ﯾﺣل ﻟﮫ أن ﯾﺛوي ﻋﻧده ﺣﺗﻰ ﯾﺣرﺟﮫ. واﻟﺿﯾﺎﻓﺔ ﺛﻼﺛﺔ أﯾﺎﻡ
Artinya:
“Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan hari Kiamat maka
hendaklah memuliakan tamu, keharusannya sehari semalam hingga tiga
5
Johar Arifin, “Hadis-hadis Nabi dalam Berinteraksi dengan Non-Muslim (Musalimun)”,
dalam Jurnal Toleransi Vol. 2 No. 2 , Desember 2010, hal. 5.
6
hari, labih dari itu maka dia termasuk sedekah. Maka tidak boleh
menginap di rumahnya hingga memberatkannya”. 6
Selain itu kita juga disuruh untuk bersikap baik, dan meminta izin. Hal ini
sesuai dengan firman Allah:
ٓاَّيَيمَها الَّ ِذيْ َن آ َمنُْوا ََل َت ْد ُخلُْوا بُيُْو ًًت َغْي َر بُيُْوتِ ُْ ْم َح َّّٓت َت ْسَتأْنِ ُسْوا َوتُ َسلِّ ُمْوا َعٓلاى اَ ْىلِ َها ٓذلِ ُْ ْم
َخْي ٌر لَّ ُْ ْم َل َعلَّ ُْ ْم َت َذ َّك ُرْو َن
Artinya:
Dalam kitab Tafsir Qurtubi dijelaskan lagi oleh imam Malik bahwa
meminta izin tersebut maksimal 3 kali. Jika, diberi izin maka kita boleh masuk,
namun apabila disuruh pulang atau tidak ada jawaban ketika meminta izin yang
7
ketiga kali maka kita tidak memaksanya dan menjauh.
6
Johar Arifin, “Hadis-hadis Nabi dalam Berinteraksi dengan Non-Muslim (Musalimun)”,
hal. 5.
7
Al-Qurtubi, Al-Jami’ li’ahkam Al-Qur’an: Jilid 6, (Beirut: Dar-Al-Kotob Al-Ilmiyah,
2010), hal. 143.
7
PENUTUP
Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Al-Karim
Sulaiman bin Asy’ats, Abu Dawud, Sunan Abi Dawud: Jilid 2, Beirut: Dar-Al-
Kotob Al-Ilmiyah, 2013.