MATA KULIAH
KEWIRAUSAHAAN
Dosen Pengampu :
Mulyani, M.A
Di susun Oleh :
STUDI AGAMA-AGAMA
BANJARMASIN
2021
PENDAHULUAN
Etika wirausaha adalah ilmu mengenai bagaimana tata cara seorang pengusaha
dalam berperilaku di dalam suatu usahanya. Banyak para pengusaha yang mengabaikan
betapa pentingnya etika di dalam mendirikan suatu bisnis. Padahal tanpa adanya etika
yang dimiliki seorang wirausaha sangat berpengaruh terhadap usaha yang dijalani
tersebut. Etika wirausaha mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang
menginvestasi uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, saingan, dan lain
sebagainya.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk melindungi reputasi
perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian
kegiatan wirausaha. Etika didalam wirausaha sudah tentu harus disepakati oleh orang-
orang yang berbeda dalam kelompok wirausaha serta kelompok yang terkait lainnya.
1
PEMBAHASAN
1
M. Ilham Abdullah, Helmarini, “Nilai-Nilai Ajaran Islam Dan Etika Wirausaha Dalam
Pendidikan Kewirausahaan” Jurnal Economic , h. 84-85
2
Saban Echdar, dan Maryadi, Business Ethics and Entrepreneurship : Etika Bisnis dan
Kewirausahaan (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2019), h. 1
2
tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha. 4) Memiliki tanggung jawab pada
usahanya. 5) Bersikap jujur dan benar sesuai dengan profesi usahanya.
Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam
dunia bisnis adalah norma dan etika wirausaha. Menurut Zimmerer, ada tiga
tingkatan norma etika berwirausaha, yaitu :
1) Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku
dalam Negara dan masyarakat.
2) Penampilan yang ditunjukkan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan,
terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
3) Cara berpakaian seorang wirausaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat
dan waktu yang berlaku.
4) Cara bicara seorang wirausaha juga mencerminkan usahanya, sopan, dan penuh
tata karma.
5) Tidak menyinggung atau mencela orang lain.
6) Gerak-gerik seorang wirausaha juga dapat menyenangkan orang lain, dan
hindari gerak-gerik yang cenderung mencurigakan. 3
Etika berwirausaha atau istilah populernya dikenal dengan etika bisnis
merupakan kode etik perilaku pengusaha berdasarkan pada nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan
4
persoalan yang dihadapi. Menurut Zimmerer dan Ricky M. Griffin etika bisnis
adalah istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika
seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Kelompok pemilik kepentingan yang mempengaruhi keputusan bisnis adalah
para pengusaha dan mitra usaha, petani dan perusahaan pemasok bahan baku,
organisasi pekerja, pemerintah, bank, investor, masyarakat umum, dan pelanggan.
Setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab terhadap semua pihak yang
3
M. Ilham Abdullah, Helmarini, “Nilai-Nilai Ajaran Islam Dan Etika Wirausaha Dalam
Pendidikan Kewirausahaan, … h. 85-86
4
Edward Zebua, Buku Ajar Dan Perangkat Pembelajaran Kewirausahaan (Sumatera
Barat : Institut Seni Indonesia PadangPanjang, 2017), h. 105-106
3
bersangkutan dengan perusahaannya, seperti tanggung jawab terhadap lingkungan,
karyawan, investor, pelanggan, dan masyarakat. 5
5
Muhammad Anwar, Pengantar Kewirausahaan, … h. 89-90
6
Anang Firmansyah dan Anita Roosmawarni, Kewirausahaan : Dasar dan Konsep (Jawa
Timur : Qiara Media, 2020), h. 185-186
4
C. Prinsip-Prinsip Etika Wirausaha
1. Perilaku yang Dapat Menguntungkan Dalam Kewirausahaan
Menurut Michael Josephson yang dikutip oleh Zimmerer, secara universal ada
10 prinsip etika, yaitu :
a) Kejujuran (honesty), yaitu kepercayaan penuh, bersifat jujur, sungguh-
sungguh, dan terus terang.
b) Integritas (Integriry), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang
terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian/keyakinan.
c) Memelihara janji (promise keeping), yaitu selalu menepati janji.
d) Kesetiaan (fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, karyawan, dan
Negara.
e) Keadilan (fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia dalam
mengakui kesalahan dan memperlihatkan komitmen keadilan.
f) Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati.
g) Hormat kepada orang lain, menghormati martabat manusia, menghormati
kebebasan.
h) Kewarganegaraan yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati
hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi
dalam mengambil keputusan
i) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggung jawaban professional,
tekun, dapat dipercaya/diandalkan, dan rajin.
j) Dapat dipertanggung-jawabkan, yaitu memiliki tanggung jawab, menerima
tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi
contoh. 7
2. Prinsip Etika dan Norma Kewirausahaan
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam etika berwirausaha, yaitu :
a) Prinsip otonomi
Prinsip otonomi berkaitan dengan sikap dan kemampuan seorang individu
dalam mengambil keputusan dan tindakan yang benar. Dengan kata lain,
7
Edward Zebua, Buku Ajar Dan Perangkat Pembelajaran Kewirausahaan, … h. 114-116
5
pelaku wirausaha harus bisa membuat keputusan yang baik dan benar. Selain
itu, seorang wirausaha juga harus berhati-hati dalam memperhitungkan
keputusan.
b) Prinsip keadilan
Prinsip keadilan merujuk kepada semua pihak yang terlibat dalam dunia
wirausaha yang memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan prinsip etika wirausahawan ini
maka semua pihak harus berkontribusi pada keberhasilan suatu usaha yang
dilakukan. Prinsip keadilan mendorong semua pihak agar terlibat dalam
wirausaha, baik dalam hubungan internal maupun eksternal.
c) Prinsip saling menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan artinya bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan
harus dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Prinsip saling
menguntungkan ini memerlukan hak untuk manfaat dari kegiatan wirausaha,
seperti mengakomodasi sifat atau tujuan bisnis.
d) Prinsip kesetiaan
Prinsip kesetiaan selalu berkaitan dengan proses menjalankan sebuah usaha
yang dilakukan wirausahawan, baik dari manajemen, atasan atau bawahan.
Prinsip kesetiaan dapat diterapkan dengan cara bekerja dengan serius dalam
menjalankan kegiatan berwirausaha yang sesuai dengan visi dan misi
usahanya.
e) Prinsip integritas moral
Prinsip integritas moral yang diterapkan dengan baik akan berdampak pada
penjagaan nama baik suatu usaha. Seorang wirausahawan harus mengelola
dan menjalankan bisnis dengan baik agar kepercayaan konsumen tetap
terjaga. Dengan istilah lain, seseorang pelaku bisnis harus memberikan
dorongan terhadap diri sendiri dalam berbisnis sehingga memunculkan rasa
bangga.
f) Prinsip kejujuran
Bagi wirausahawan, kejujuran berkaitan dengan kualitas dan harga barang
yang ditawarkan kepada konsumen. Kejujuran memiliki dampak besar pada
6
proses menjalankan suatu usaha karena ketika wirausahawan tidak jujur,
maka akan menjadi awal kemunduran dan kehancuran suatu bisnis. 8
8
Anang Firmansyah dan Anita Roosmawarni, Kewirausahaan : Dasar dan Konsep…h.
191-195
7
6. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha; untuk
menciptakan kondisi bisnis yang ―kondusif‖ harus ada sikap saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah,
sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha
lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya
ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan
kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam
dunia bisnis.
7. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama; semua konsep etika
bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang
tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa?
Seandainya semua etika bisnis telah disepakati, sementara ada ―oknum, baik
pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan
“kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan
gugur satu demi satu.
8. Memelihara Kesepakatan; memelihara kesepakatan atau menumbuh
kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki
oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan
dalam berbisnis.
8
aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut
moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. 9
9
Ana Sumaryati, Etika Bisnis Pada Entrepreneurship Dalam Konteks Filsafat, Jurnal
Media Ekonomi & Teknologi Informasi, Vol. 22 No. 1 Maret 2014, h. 10-12
9
berniaga. Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradat Fi Gharib al-
Qur’an, At-Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari
keuntungan.
Dalam perspektif Islam, etika sering dikaitkan dengan istilah akhlak yang
kurang lebih juga bermakna sama dengan etika, yakni pedoman mengenai apa
yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.12 Meskipun keduanya memiliki
definisi yang hampir sama, etika dan akhlak memiliki sumber yang berbeda.
Etika bersumber pada kebiasaan atau adat istiadat yang dianggap baik,
sedangkan akhlak bersumber pada al-Qur’an dan Hadist. Dengan demikian yang
10
Abdul Aziz, Konsep Etika Bisnis Islam Dalam Wirausaha, Pdf File, diakses di
https://digilib.uinsby.ac.id, pada 06 April 2021
11
Robert D.Hisrich, Entrepreneurship Kewirausahaan, Terj. Chriswan dan Diana
Angelica, (Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat, 2008), hlm.23
12
Galuh Anggraeny, Juli-Desember 2017, Pembelajaran dan Implementasi Etika Bisnis
Islam, Vol. 1, No. 2 https://www.journal.iainsurakarta.ac.id, diakses tanggal 3 April 2021, hlm.233
10
dimaksud etika wirausaha syari’ah ialah hal-hal yang menjadi aturan dalam
berwirausaha sesuai dengan syari’at Islam.
Etika berwirausaha dalam Islam terkait pada dua aspek yaitu kejujuran
dan keadilan. Kejujuran akan melahirkan sikap yang terpuji yakni tidak
menutupi barang yang cacat, tidak melakukan penipuan terhadap pembeli, dan
semua sikap yang merugikan pembeli. Serta keadilan akan melahirkan
keseimbangan dan tanggung jawab.
11
Allah. Dia memberikan pedoman-pedoman kepada kita melalui al Quran dan
sunnah Rasulullah SAW.
Etika yang paling pertama dalam Islam adalah niat yang tulus. Dengan
niat yang tulus, semua bentuk aktivitas keduniaan seperti bisnis berubah menjadi
ibadah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “sesungguhnya amal perbuatan itu
tergantung dengan niat, dan sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan
balasan dari perbuatannya sesuai dengan niatnya”. Yang dimaksud dengan niat
dalam sabda Rasul tersebut adalah adanya keinginan baik terhadap diri sendiri
dan orang lain. Keinginan baik untuk diri sendiri adalah menjaga diri sendiri dari
harta yang haram dan bathil, memelihara diri dari kehinaan meminta-minta,
menjaga kehormatan, dll. Sementara keinginan yang baik terhadap orang lain
contohnya adalah ikut andil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, memberi
kesempatan kerja kepada orang lain, membebaskan umat dari belenggu
kebodohan dan kemiskinan, dan hal-hal lain yang banyak sekali caranya.
Etika yang kedua adalah budi pekerti yang luhur. Budi pekerti ini
diartikan juga sebagai akhlak yang baik. Di antara budi pekerti yang
dimaksudkan dalam dunia bisnis adalah kejujuran, sikap amanah dan legowo,
menunaikan janji, bersikap konsekuen dalam membayar hutang, bertoleransi
dalam menagih hutang pada orang yang kesulitan, memahami kekurangan orang
lain, memenuhi hak-hak orang lain, tidak menahan hak orang lain, dan
sebagainya. Seorang pebisnis muslim sudah selayaknya menghiasi dirinya
dengan akhlak yang baik. Sikap itu tidak hanya muncul dari sisi kepentingan
komersial saja, namun sikap itu harus dimunculkan dari keyakinan yang kokoh.
Porosnya adalah ketaatan kepada Allah dan mengikuti jejak Rasulullah serta
mendapatkan pahala. Kalaupun dengan akhlak yang baik tersebut mereka
mendapatkan keuntungan dalam bisnisnya, hal itu terjadi sebagai hasil tujuan
samping, bukan tujuan utama.
Etika yang ketiga adalah usaha yang halal. Seorang pebisnis muslim
diwajibkan untuk selalu berada dalam bingkai aturan ini. Tidak layak bagi
seorang muslim tergelincir dalam usaha yang haram dan maksiat hanya untuk
mengejar keuntungan yang berlimpah. Padahal Allah menghalalkan yang baik-
12
baik kepada manusia dan mengharamkan yang buruk-buruk kepada manusia.
Jadi apa yang didapatkan dari usaha yang halal adalah berkah dan kebaikan,
sedangkan yang didapatkan dari usaha haram adalah keburukan.
Etika yang keempat adalah menunaikan hak. Seorang pebisnis muslim
akan menyegerakan untuk menunaikan hak orang lain, baik itu berupa upah
pekerjaan (gaji) ataupun hutang terhadap pihak tertentu. Rasulullah SAW
bersabda, “Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering” dan
Nabi juga bersabda, “Sikap orang kaya yang memperlambat pembayaran hutang
adalah kezhaliman”. Dari kedua hadits tersebut maka sebagai pebisnis muslim
dalam membuat suatu usaha diharuskan untuk menciptakan sebuah sistem yang
berorientasi dalam menyegerakan penunaian hak-hak pegawainya dan sistem
pembayaran hutang yang tepat waktu tanpa adanya penundaan-penundaan. Dan
tidak lupa, hak yang paling utama yang harus ditunaikan adalah hak Allah
terhadap hambaNya yang mampu yaitu zakat, kemudian sedekah serta infak.
Semua pengeluaran itu akan menyucikan harta-harta kita dari segala kotoran
syubhat dan menyucikan hati kita dari penyakit hati seperti kikir dan egois.
Etika kelima yang tak kalah penting adalah menghindari riba dan segala
sarana riba seperti transaksi-transaksi yang kotor. Pebisnis muslim harus
bersungguh-sungguh dalam memegang aturan ini karena telah kita ketahui
bersama bahwasanya riba termasuk satu dari tujuh perbuatan yang
membinasakan. Banyak sekali dalil-dalil dari al Quran dan as Sunnah yang
menunjukkan beratnya dosa akibat memakan harta riba, bahkan sampai-sampai
laknat ditujukan kepada mereka yang melakukan dosa riba.
Etika yang keenam adalah menghindari mengambil harta orang lain
dengan cara yang batil. Tidak halal harta seorang muslim untuk diambil kecuali
dengan kerelaan hatinya. Contoh-contoh memakan harta orang lain dengan cara
yang batil adalah uang suap, penipuan, manipulasi, perjudian, kamuflase harga,
menimbun barang, dan memanfaatkan ketidaktahuan orang lain terhadap
barang-barang yang kita jual selaku pedagang. Hadits yang berkaitan dengan
larangan menipu dalam berdagang termaktub dalam shahih Muslim dalam
kitaabul Imaan.
13
Allah berfirman dalam An Nisaa : 29, “Hai orang-orang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. Ayat ini
menjadi pedoman yang penting bagi para pebisnis muslim dalam menjalankan
usahanya. Sehingga pebisnis muslim senantiasa menjauhi cara-cara yang batil
dalam usahanya.
Etika bisnis nomor tujuh dalam Islam adalah tidak memudaratkan
(membahayakan) orang lain. Seorang pebisnis muslim harus menjadi kompetitor
yang baik dan terhormat yang menganut kaidah “tidak melakukan mudarat dan
tidak membalas orang lain dengan kemudaratan”. Kaidah ini sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW, “Tidak boleh memudaratkan dan tidak pula membalas
dengan memudaratkan orang lain”. Jadi pebisnis muslim tidak melakukan hal-
hal seperti memainkan harga barang, melakukan jual beli dengan memaksa
pembelinya, dan lain sebagainya.
Etika bisnis yang ke delapan, yang menjadi penutup dari etika-etika bisnis
dalam Islam adalah mempelajari hukum-hukum muamalah Islam. Hal ini sudah
pasti menjadi penting karena merupakan pedoman yang akan menuntun
pebisnis-pebisnis muslim ke jalan yang telah Allah syariatkan. Tidak mungkin
seorang pebisnis muslim dapat melaksanakan etika-etika bisnis yang telah
disebutkan terlebih dahulu tanpa mempelajari hukum-hukum muamalah. 13
13
Kasimir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2012)
14
1) Untuk persahabatan dan pergaulan
2) Menyenangkan orang lain
3) Membujuk pelanggan
4) Mempertahankan pelanggan
5) Membina dan menjaga hubungan 14
14
M. Ilham Abdullah, Helmarini, “Nilai-Nilai Ajaran Islam Dan Etika Wirausaha Dalam
Pendidikan Kewirausahaan, … h. 87
15
“Manfaat Etika Bisnis Dalam Perusahaan”, diakses di https://www.jurnal.id, pada 06
April 2021
15
PENUTUP
Kesimpulan
Etika berwirausaha atau istilah populernya dikenal dengan etika bisnis merupakan
kode etik perilaku pengusaha berdasarkan pada nilai-nilai moral dan norma yang
dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan yang
dihadapi. Dalam perspektif Islam, etika sering dikaitkan dengan istilah akhlak yang
kurang lebih juga bermakna sama dengan etika, yakni pedoman mengenai apa yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeny, Galuh. 2017. Pembelajaran dan Implementasi Etika Bisnis Islam. Vol. 1,
No. 2 https://www.journal.iainsurakarta.ac.id
17