Anda di halaman 1dari 11

RESUME

ETIKA BISNIS DALAM WIRAUSAHA


Delicia Diamanta Mutia Dista Nada,
deliciaadiamantamutiadistanada@gmail.com, 081959029345

A. Pengertian Etika
Kata Etika berasal dari bahasa perancis Etiquette yg berarti kartu
undangan. Pada saat itu Raja-raja perancis sering mengundang para tamu
dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu undangan tercantum
persyaratan atau ketentuan untuk menghadiri acara seperti waktu, pakaian
dan sebebagainya.

Perkataan etika atau seperti lazim disebut etik, berasal dari bahasa
latin ethica. Ethos dalam bahasa Yunani artinya norma-norma, nilai,
kaidah, ukuran bagi tingkah laku yang baik. Etika perlu dipahami sebagai
sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral.
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan
dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakannya selalu lahir dari
keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut karena ada alasan yang
jelas atas tindakannya. Etika bermaksud membantu manusia untuk
bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap
tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu
bersedia mempertanggungjawabkan tindakannya itu karena terdapat
alasan-alasan dan pertimbangan dalam setiap tindakannya.

Secara luas Etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia


lainnya, karena masing-masing masyarakat beragam adat dan budaya.
Etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku
manusia dng masyarakat. Tingkah laku tersebut perlu diatur agar tidak
melanggar norma-norma atau kebiasaan yang berlaku dimasyarakat.

A. Etika wirausaha
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham dan masyarakat. Dalam menciptakan etika bisnis, menurut
Dalimunthe dalam Kharis menganjurkan untuk memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Pengendalian Diri. Pelaku bisnis dapat mengendalikan diri
untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dalam bentuk
apapun. Tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan curang
atau memakan puhak lain dengan menggunakan keuntungan
tersebut.
b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial. Pelaku bisnis dituntut
untuk peduli dengan keadaan masyarakat bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan memberikan sumbangan melainkan
lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan Jati Diri.
d. Menciptakan Persaingan yang Sehat
e. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”. Yaitu
memikirkan bagaimana keadaan di masa yang akan datang.
Pelaku bisnis dituntut untuk tidak mengeksploitasi lingkungan
dan keadaan sekarang tanpa mempertimbangkan keadaan di
masa mendatang.
f. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi dan Komisi).

Suatu kegiatan usaha haruslah dilakukan dengan etika atau norma-


norma yg berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma tersebut
berguna agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah
ditetapkan dan usaha yang dijalankannya dapat memperoleh simpati dari
berbagai pihak.

Etika dan moral dalam berbisnis merupakan salah satu aspek yang
harus mendapatkan perhatian yang serius dalam upaya mengelola suatu
kegiatan bisnis, Karena hal ini akan mampu menjamin kepercayaan serta
loyalitas dari seluruh unsur-unsur yang berpengaruh terhadap perusahaan
(stakeholders), yang berarti sangat menentukan maju–mundurnya suatu
perusahaan.
Etika bisnis ini sangat berpengaruh bagi perusahaan dalam
upayanya untuk mempertahankan loyalitas stakeholders berkenaan dengan
upaya memecahkan problem maupun membuat keputusan-keputusan
perusahaan. Hal ini mengingat bahwa antara perusahaan dengan
stakeholders merupakan dua pihak yang saling mempengaruhi. Adapun
stakeholders adalah semua individu ataupun kelompok yang
berkepentingan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan perusahaan.
Stakeholders dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Internal stakeholders (investor karyawan, manajemen ataupun
pimpinan perusahaan).
2. Eksternal stakeholders ( pelanggan, asosiasi dagang, kreditor,
pemasuok, pemerintah, masyarakat umum dan kelompok khusus)

a) Etika Wirausaha secara umum


Adapun etika-etika wirausaha secara umum antara lain:
1. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yg
berlaku dlm suatu negara atau masyarakat.
2. Berpenampilan sopan dlm suatu situasi atau acara tertentu.
3. Cara berpakian yg layak dan pantas
4. Cara berbicara yg santun dan tdk menyinggung perasaan orang
lain
5. Perilaku yg menyenangkan orang lain.
b) Prinsip-Prinsip Etika Dan Perilaku Bisnis
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) yang dikutip oleh
Zimmerer (1996:27-28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang
mengarahkan perilaku, yaitu:
1. Kejujuran (honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur,
sungguh sungguh, terus-terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak
menggelapkan, dan tidak berbohong.
2. Integritas (integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan
yang terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian / keyakinan,
tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
3. Memelihara janji (promise keeping), yaitu selalu mentaati janji,
patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, jangan
menginterprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau
legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan (fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga,
teman, karyawan, dan negara;begitu juga dalam suatu konteks
profesional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan
konflik kepentingan.
5. Kewajaran / keadilan (fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi
luhur, bersedia untuk mengakui kesalahan, dan perlihatkan
komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran
terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau
mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau
kemalangan orang lain.
6. Suka membantu orang lain (caring for others), saling membantu,
berbaik hati, belas kasihan tolong-menolong, kebersamaan, dan
menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain (respect for others), menghormati
martabat manusia, menghormati kebebasan dan hak untuk
menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun,
jangan merendahkan orang lain, dan jangan merendahkan martabat
orang lain.
8. Warga negara yang bertanggung jawab (responsibility citizenship),
yaitu selalu mentaati hukum / aturan, penuh kesadaran sosial,
menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan (pursuit of excellence), yaitu mengejar
keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan personal
maupun pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat dipercaya /
diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
kemampuan terbaik, mengembangkan dan mempertahankan
tingkat kompetensi yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), yaitu memiliki
tanggung jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan
konsekuensinya, dan selalu memberi contoh.

Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat


dikembangkan melalui tiga tahap:
1. Tahap pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai
suatu alternatif atau suatu keputusan. Artinya, sebelum wirausaha
menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, lebih dahulu
ia harus mengakui etika yang ada.
2. Tahap kedua, mengidentifikasikan stakeholder kunci yang terlibat
dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai stakeholder. Karena
konflik dalam stakeholders dapat mempengaruhi pembuatan
keputusan, maka sebelum keputusan itu dibuat terlebih dahulu
harus dihindari konflik antar-stakeholders.
3. Tahap ketiga, membuat pilihan alternatif dan membedakan antara
tanggapan etika dan bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif
tanggapan etika dan bukan etika, serta mengevaluasi mana dampak
negatif dan dampak positifnya, manajer akan menemukan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip dan etika perilaku.
b. Hak-hak moral.
c. Keadilan.
d. Konsekuensi dan hasil.
e. Pembenaran publik.
f. Intuisi dan pengertian / wawasan.
4. Tahap keempat adalah memilih tanggapan etika yang terbaik dan
mengimplementasikannya. Pilihan tersebut harus konsisten dengan
tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta dengan keputusan
individuindividu.

c) Cara-cara mempertahankan standar etika


1. Ciptakan Kepercayaan Perusahaan.Kepercayaan perusahaan dalam
menetapakan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung
jawab etika bagi stakeholder.
2. Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan
tentang Standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang
diharapkan Perusahaan dari karyawan. Topik-topik khas yang ada
pada suatu kode etik biasanya memuat tentang:
a. Ketulusan hati secara fundemental dan ketaatan pada
hukum.
b. Kualitas dan keamanan produk.
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
d. Konflik kepentingan (conflict of interest).
e. Praktik dan latihan karyawan.
f. Praktik pemasaran dan penjualan.
g. Keamanan / kebebasan.
h. Kegiatan berpolitik.
i. Pelaporan finansial.
j. Hubungan dengan pemasok.
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
l. Jaminan dagang / insider information.
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
n. Perlindungan lingkungan.
o. Informasi pemilikan.
p. Keamanan kemasan.
3. Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus
mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila
karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar etika tidak
dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi Hak Perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika
sangat tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan
kekuatan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan
jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan etika.
Untuk membuat keputusan-keputusan etika, seseorang harus
memiliki:
(a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara
etis dan melakukan sesuatu yang benar,
(b) Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi
etika dari suatu situasi
(c) Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk
menggunakan suara pikiran moral dan mengembangka strategi
pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat
untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6. Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit cara yang terbaik
untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut
akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika
bukan sekedar bercanda.
7. Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan
Hanya Aturan. Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika
dan moral. Akan tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang
untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan.
Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa
betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus
mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari Contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari
Atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan
kepada bawahannya.
9. Ciptakan Budaya yang Menekankan Komunikasi Dua Arah.
Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk
menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan untuk
menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para
karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik
tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
B. Tujuan dan Manfaat Etika
Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan, sedangkan
manfaat etika bagi perusahaan

- Persahabatan dalam pergaulan;


- Menyenangkan orang lain;
- Membujuk pelanggan;
- Mempertahankan pelanggan;
- Membina dan menjaga hubungan

Sikap dan perilaku pengusaha dan karyawan merupakan bagian


penting dalam etika wirausaha yang diberikan kepada pelanggan, adapun
sikap dan perilaku tersebut adalah ;

1.Jujur dalam bertindak dan bersikap,

2.Rajin, tepat waktu dan tidak malas,

3.Murah senyum, ramah-tamah, pandai bergaul,

4.Fleksibel dan suka menolong pelanggan,

5.Tanggung jawab dan rasa memiliki perusahaan.

C. Tanggung Jawab Perusahaan


Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Menurut Ronald J Ebert dan
Ricky M Griffin (2000:83), etika sangat berpengaruh pada tingkah
laku individual. Tanggung jawab sosial yang mencoba menjembatani
komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial
seperti pelanggan, perusahaan lain, karyawan, dan investor. Tanggung
jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda.
Menurut Zimmerer ada beberapa macam pertanggungjawaban
perusahaan, yaitu:
1. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Perusahaan harus ramah
lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan
dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang
mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang
merusak lingkungan, menjalin komunikasi dengan kelompok
masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung Jawab Terhadap Karyawan. Menurut Ronald J. Ebert
(2000:89) semua aktivitas manajemen sumber daya manusia
seperti penerimaan pegawai baru, pengupahan, pelatihan, promosi,
dankompensasi kesemuanya dalam rangka tanggung jawab
perusahaan terhadap karyawan. Menurut Zimmerer (2000)
tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan
dengan cara:
a. Dengarkan para karyawan dan hormati pendapat
mereka.
b. Minta input kepada karyawan.
c. Berikan umpan balik baik yang positif maupun negatif.
d. Ceritakan selalu kepada mereka tentang kepercayaan.
e. Biarkan mereka mengetahui sebenar-benarnya apa yang
mereka harapkan.
f. Berilah imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan
baik.
g. Beri kepercayaan kepada karyawan.
3. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan. Tanggung Jawab sosial
perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88)
ada dua kategori, yaitu:
(1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas,
(2)Memberikan harga produk dan jasa yang adil dan wajar.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-
hak pelanggan. Menurutnya ada empat hak pelanggan, yaitu:
a. Hak untuk mendapatkan produk yang aman.
b. Hak untuk mendapatkan informasi segala aspek produk.
c. Hak untuk didengar.
d. Hak untuk memilih apa yang akan mereka beli.

Sedangkan menurut Zimmerer (1996) hak-hak pelanggan yang


harus dilindungi meliputi lima:
a. Hak Keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan harus berkualitas dan memberikan rasa aman,
demikian juga kemasannya.
b. Hak untuk Mengetahui. Konsumen berhak untuk
mengetahui barang dan jasa yang mereka beli termasuk
perusahan yang menghasilkan barang tersebut.
c. Hak untuk Didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk,
yaitu untuk menyalurkan keluhan produk dan jasa dari
konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi
barang dan jasa dari perusahaan.
d. Hak Atas Pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan.
Misalnya, pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan
memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan
program pendidikan agar pelanggan memperoleh informasi
barang dan jasa yang akan dibelinya.
e. Hak untuk Memilih. Hal terpenting dalam persaingan
adalah memberikan hak untuk memilih barang dan jasa
yang mereka perlukan. Tanggung Jawab sosial perusahaan
adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan
undang-undang antitrust.
4. Tanggung Jawab Terhadap Investor. Tanggung jawab perusahaan
terhadap investor adalah menyediakan pengembalian (return)
investasi yang menarik diantaranya dengan memaksimumkan laba.
Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan
kinerja keuangan kepada investor seakurat dan setepat mungkin.
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat. Perusahaan harus
bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Misalnya
menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan dan
menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada
di lokasi tersebut.

D. Ciri Wirausaha yang Berhasil


Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang berhasil
yaitu:
1. Memiliki visi dan misi serta tujuan yang jelas
2. Inisiatif dan selalu proaktif
3. Berorientasi pada prestasi
4. Berani mengambil resiko
5. Kerja keras
6. Bertanggung jawab thd segala aktifitas yg dijalankan
7. Komitmen pd berbagai pihak
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak.
E. Contoh Perilaku Wirausaha yang Tidak Mencerminkan
Etika Bisnis Dalam Berwirausaha

Berikut beberapa pelanggaran etika bisnis dalam mengelola usaha di


era digital, di antaranya :

 Mencuri ide bisnis

Salah satu pelanggaran kelas berat yang dilakukan oleh


pesaing bisnis adalah mencuri ide bisnis. Tentunya risiko yang
ditanggung akan sangat memberatkan apabila pemegang hak
Rahasia Dagang menggugat perbuatan ini. Pelaku pencuri ide
bisnis dapat dijerat sanksi pidana sesuai Pasal 17 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, yaitu :
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan
Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun danatau denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

 Penipuan

Esensi terpenting dalam usaha atau dagang adalah


kejujuran dalam transaksi. Dalam banyak kasus transaksi secara
online, penjual tidak transparan kepada konsumen. Dalam hal ini
penjual tidak jujur terhadap kondisi barang, tidak memberikan hak
kepada konsumen sepenuhnya atas produk yang telah dibeli. Hal
ini tentu sangat mengecewakan bagi pihak konsumen, dan
konsumen dapat melakukan pengembalian barang atau berujung
pada complain konsumen yang berpengaruh pada rating toko (jika
toko tersebut online).

 Melakukan Tag Secara Acak

Selain spamming dalam bentuk komentar, seringkali para


pelaku bisnis juga melakukan hal seperti men-tag calon konsumen
secara acak. Melakukan tag memang membuat orang yang Anda
tag menjadi melihat apa yang Anda jual. Namun, bukannya
membeli mereka mungkin bisa saja menjadi merasa terganggu dan
yang terjadi sebaliknya, yaitu mereka menghilangkan Anda dari
daftar teman di sosial medianya. Tentunya Anda tidak ingin
kehilangan calon pelanggan karena tindakan ini, bukan? Jika Anda
ingin agar post Anda dilihat oleh calon konsumen, cobalah untuk
menggunakan cara lain seperti fb ads, instagram ads, atau metode
lainnya dibandingkan dengan cara ini.

 Menggunakan Foto Produk Orang Lain

Apa jadinya jika produk yang dibeli secara online ternyata


tidak sama dengan fotonya?Pasti sangat mengecewakan,
bukan?Biasanya hal ini seringkali terjadi karena para pelaku bisnis
menggunakan foto produk orang lain untuk diposting di sosial
medianya. Akibatnya, barang yang sampai kepada pelanggan
sudah pasti akan berbeda. Hindari melakukan hal ini jika Anda
tidak ingin kehilangan pelanggan secara sekejap. Pahamilah bahwa
kelangsungan suatu bisnis dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan
yang melakukan pembelian lebih dari sekali. Selalu utamakan
kejujuran saat berbisnis, khususnya untuk urusan kualitas jika
memang ingin bisnis Anda terus bertumbuh semakin besar.

 Tidak Aktif dan Tidak Kreatif

agar tidak menyesal di masa depan, Salah satu syarat bisnis


untuk berkembang adalah kreatifitas dan aktifitas yang dimiliki.
Sebuah bisnis akan berkembang jika selalu ada inovasi yang
dilakukan di dalamnya. Cobalah untuk terus kreatif dan aktif dalam
bisnis Anda. Jika dalam media sosial, Anda harus menciptakan
konten-konten yang menarik dan tidak monoton.

F. Upaya Pengaplikasian Etika dalam Berwirausaha


Agar seluruh wirausaha mampu mengaplikasikan etika dalam
berwirausaha upaya yang dapat Saya lakukan antara lain seperti
mengadakan sosialisasi terhadap wirausaha-wirausaha yang baru untuk
memberikan informasi terkait betapa pentingnya etika dalam berwirausaha
dan juga melakukan kampanye melalui poster yang berisikan tips-tips
usaha sukses dengan menerapkan etika dalam berwirausaha.
Referensi:

Modul Pembelajaran 5 Etika Bisnis dalam Wirausaha oleh Elfizon, S.Pd., M.Pd.T

Power point Etika Bisnis dalam Wirausaha oleh Elfizon, S.Pd., M.Pd.T

Artikel pelanggaran etika bisnis


https://alumni.stekom.ac.id/artikel/pelanggaran-etika-bisnis-yang-wajib-dihindari

S Keraf, RH Imam – Yogyakarta: Kanisius, 1998-repo.iain-tulungagung.ac.id


http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9831/5/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai