Anda di halaman 1dari 14

BAB XII

ETIKA BISNIS

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan mampu :


1. Menerangkan apa yang dimaksud dengan etika bisnis itu
2. Menjelaskan contoh-contoh perilaku curang dalam dunia bisnis
3. Menjelaskan prinsip-prinsip etika dan perilaku bisnis
4. Mendeskripsikan cara-cara mempertahankan standar etika
5. Menjelaskan fundamental etika yang berlaku di semua etnis dan tingkatan
standart etika menurut Zimmerer
6. Mendeskripsikan hak dan kewajiban konsumen dan produsen
7. Menjelaskan budayaa perusahaan dan pentingnya membangun budaya
perusahaan
8. Refleksi

A. Pengertian Etika Bisnis


L. Saiman (2008:293-294) mengutip beberapa pengertian etika
berwirausaha adalah :
1. Etika adalah perbuatan standar yang memimpin individu dalam membuat
keputusan
2. Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah serta pilihan
moral yang dilakukan seseorang
3. Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar
Selanjutnya menurut L. Saiman, etika bisnis adalah keseluruhan dari aturan-
aturan etika baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak-hak dan
kewajiban produsen dan konsumen serta etika yang harus dipraktikkan dalam
bisnis.
Menurut Buchari Alma (2009: 238), etika ditentukan sebagai suatu
perbuatan standar yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Etika
ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang
dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai
perilaku standar. Etika bisnis kadang-kadang disebut juga etika manajemen yaitu
penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis.
Etika bisnis pada dasarnya adalah suatu keputusan yang dilaksanakan
dalam perbuatan yang dilandasi atas norma-norma hukum, norma agama dan
norma sosial-kesusilaan, dalam menjalankan usaha atau bisnis. Di dalam
melakukan usaha atau bisnis wirausahawan harus mematuhi sedikitnya tiga aturan
atau norma yaitu :
1. Norma hukum
Norma ini mengatur secara legal – formal perbuatan yang harus dilakukan
dalam melakukan usaha / bisnis. Sanksi yang dikenakan adalah hukuman
badan atau denda apabila norma hukum dilanggar (sanksi pidana maupun
perdata).
2. Norma agama
Agama mengatur pula perilaku manusia dalam menjalani kehidupan di dunia
ini termasuk ancaman yang akan dikenakan terhadap mereka yang melanggar.
Norma agama tidak mengatur perbuatan secara legal – formal karena
berkaitan dengan keyakinan individu.
3. Norma sosial – kesusilaan
Di setiap masyarakat ada aturan moral yang tidak tertulis yang mengarahkan
manusia hidup secara benar dan baik dalam arti berbudi luhur, berakhlak
mulia, termasuk dalam melakukan kegiatan usah.

B. Contoh Perilaku Curang dalam Dunia Bisnis


Meskipun aturan hukum, agama dan sosial kesusilaan telah mengatur dan
mengarahkan ke arah perbuatan yang baik dalam melakukan usaha, tidak jarang
masih banyak orang yang melakukan kecurangan. Contoh-contoh perbuatan
curang yang sering dilakukan antara lain adalah :
1. Melakukan pemalsuan terhadap barang yang dihasilkan dan dijual di
masyarakat umum. Pemalsuan tersebut dapat menyangkut keseluruhan atau
sebagian (bagian) dari suatu barang.
2. Menggunakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit. Misal
penggunaan zat pengawet (formalin) dan pewarna pakaian untuk pewarna
makanan
3. Memalsu timbangan arau takaran. Misal berat harusnya 1 kg tetapi ternyata
faktanya kurang
4. Kualitas barang tidak sesuai atau barang yang dijual sudah basi/kadaluwarsa
5. Tidak menepati janji. Misal harusnya pesanan jadi hari ini tetapi ternyata
tidak/belum jadi
6. Merendahkan harga pembelian (harga kulakan) dengan tujuan agar harga
penjualan tinggi
7. Menimbun barang ketika barang sangat dibutuhkan masyarakat dengan tujuan
agar dapat menjual dengan harga lebih tinggi lagi
8. Mencampur barang kualitas baik dengan kualitas rendah sementara yang
kualitas rendah tidak ditunjukkan terang-terangan
9. Mencampur barang dengan kotoran (pasir) dengan tujuan takaran lebih berat
10. Memalsu merk dagang
11. Menjual daging gelonggongan

Penipuan atau tindak kecurangan di atas terjadi antara produsen /


pedagang terhadap konsumen/pembeli. Kasus lain tentang tindak kecurangan
terjadi antara perilaku bisnis dengan pelaku bisnis (L. Saiman : 288-299).
1. Mengirim barang dengan jumlah yang tidak sama (kurang) dari afaktur atau
mengirim uang/pembayaran dengan cek kosong
2. Mempengaruhi pihak lain untuk saling menjatuhkan
3. Salah satu dapat bangkrut, bahkan bisa kedua-keduanya.
Tidak jarang persaingan bisnis antar pelaku bisnis dapat menjurus ke arah
persaingan tidak fair atau ke arah tindakan kekerasan fisik.

C. Prinsip-prinsip Etika dan Perilaku Bisnis


Menurut Michael Josephoshon (dalam Suryana, 2001: 183) secara
universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku yaitu :
1. Kejujuran (honesty) yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-
sungguh, terus terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan dan
tidak berbohong.
2. Integritas (integrity) yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang
terhormat, tulus hati, berani dan penuh pendirian / keyakinan, tidak bermuka
dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya
3. Memelihara janji (promise keeping) yaitu selalu mentaati janji, bisa dipercaya,
penuh komitmen, patuh, jangan menginterpretasikan persetujuan dalam
bentuk teknikal atau legalistik dengan dalih ketidak relaan
4. Kesetiaan (fidelity) yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan
dan negara. Jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang
diperoleh dalam kerahasiaan, begitu juga dalam konteks profesional,
jaga/lindungi kemampuan untuk membuat keputusan profesional yang bebas
dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
5. Kewajaran/keadilan (fairness) yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
untuk mengakui kesalahan dan perlihatkan komitmen keadilan persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari
kesalahan atau kemalangan orang lain.
6. Suka membantu orang lain (caring for others) yaitu saling membantu, berbaik
hati, belas kasihan, tolong menolog, kebersamaan dan menghindari segala
sesuatu yang membahayakan orang lain
7. Hormat kepada orang lain (repect for others) menghormati martabat manusia.
Menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua
orang, bersopan santun, jangan merendahkan orang lain, jangan
mempermalukan orang lain dan jangan merendahkan martabat orang lain.
8. Warga negara yang bertanggung jawab (responsibility citizenship) yaitu selalu
mentaati hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses
demokrasi dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan (pursuit of excellence) yaitu mengejar keunggulan
dalam segala hal baik dalam pertemuan personal maupun pertanggung
jawaban profesional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin, penuh
komitmen melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik,
mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi
10. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yaitu memiliki tanggung
jawab menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya dan
selalu memberi contoh.

D. Cara-cara Mempertahankan Standar Etika


Suryana (2001: 183-184) menguraikan cara-cara mempertahankan standar etika,
yaitu :
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan
Kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang
mendasari tanggung jawab etika bagi stockholder.
2. Kembangkan kode etik
Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-
prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan. Topik-topik khas
yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang :
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hukum
b. Kualitas dan keamanan produk
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja
d. Konflik kepentingan (conflict of interest)
e. Praktik dan latihan karyawan
f. Praktik pemasaran dan penjualan
g. Keamanan / kebebasan
h. Kegiatan berpolitik
i. Pelajaran finansial
j. Hubungan dengan pemasok
k. Penentuan harga, pengajuan rekening dan kontrak
l. Jaminan dagang
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan
p. Keamanan kemasan
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten
Manajer harus mengambil tindakan apabila ada yang melanggar kode etik.
Bila karyawan mengetahui bahwa ada yang melanggar etika tidak dihukum
maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi hak perorangan
Akhir dari setiap keputusan etika sangat tergantung pada individu. Melindungi
seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilainya
merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan etika.
Untuk membuat keputusan-keputusan etika seseorang harus memiliki :
a. Komitmen etika yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar
b. Kesadaran etika yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari
suatu situasi
c. Kemampuan kompetensi yaitu kemampuan untuk menggunakan suara
pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara
praktis
5. Adakan pelatihan etika
Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran etika.
6. Lakukan audit etika secara periodik
Audit merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi efektivitas sistem
etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada karyawan
bahwa etika bukan sekedar bercanda.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya sekedar
aturan
Tidak seorang pun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi manajer
bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang
mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan
bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus
mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat
Etika diawali dari atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh
kepercayaannya kepada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah sangat penting yaitu untuk menginformasikan tentang
standar etika yang digunakan termasuk menerima masukan dan penyelesaian
penyelenggaraan etika secara adil.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika
Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang
standar etika dipertahankan.

E. Fundamental Etika yang Berlaku di Semua Etnis dan Tingkatan Etika


Menurut Zimmerer
Fundamental etika yang berlaku di semua etnis menurut Zimmerer seperti
dikutip oleh Buchori Alma (2001: 243) dan L. Saiman (2008: 296) adalah sebagai
berikut :
1. Sopan santun yaitu selalu bicara benar terus terang, tidak menipu dan tidak
mencuri
2. Integritas (integrity) yaitu memiliki prinsip hormat dan tidak bermuka dua
3. Menjaga janji yaitu dapat dipercaya bila berjanji. Karena janji adalah amanah
tidak mau menang sendiri
4. Kesetiaan, ketaatan (fidelity) yaitu benar dan loyal kepada keluarga dan teman
tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan.
5. Kejujuran, kewajaran (fairness) yaitu berlaku fair dan terbuka, berkomitmen
pada kedamaian jika bersalah maka cepat mengakui kesalahannya. Perlakuan
yang sama terhadap setiap orang dan memiliki toleransi yang tinggi.
6. Menjaga satu sama lain (caring for others) yaitu penuh perhatian, baik budi,
ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.
7. Saling menghargai satu sama lain (respect for others) yaitu menghormati hak-
hak orang lain, menghormati kebebasan dan rahasia pribadi (privacy)
mempertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat dan tidak
berprasangka.
8. Warga negara yang bertanggung jawab (responsible citizenship) yaitu patuh
terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku. Jika menjadi pimpinan
maka harus bersifat terbuka dan menolong
9. Pengejaran keunggulan (pursuit of excellence) yaitu berbuatlah yang terbaik
di segala kegiatan bertanggung jawab, rajin, berkomitmen, bersedia untuk
meningkatkan kompetensi dalam segala bidang dan tidak mau menang sendiri.
10. Dapat dipertanggung jawabkan (accountability) yaitu bertanggung jawab
dalam segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan.

Selanjutnya ada tiga tingkatan standar etika yaitu (Zimmerer, 1996: 23) :
1. The law
2. The policies and procedure of an organization
3. The moral stance of the individual

Undang-undang dan berbagai peraturan yang mengatur masyarakat apa yang


boleh dan yang tidak boleh dilakukan dan memiliki sanksi yang jelas ada
hukumannya. Sedangkan the policies and procedures adalah aturan yang berlaku
di sebuah lembaga, menyangkut aturan kerja, kompensasi, cara berpakaian dan
sebagainya. The moral stance merupakan sikap/perilaku individu bila berhadapan
dengan sesuatu (orang, barang, peristiwa) yang tidak ada peraturan formalnya.
Nilai-nilai moral ini diperoleh oleh seseorang sejak dini dari keluarga, belajar
agama, belajar budi pekerti, sopan santun. Perilaku ini dilatih dalam kehidupan
sehari-hari.
F. Hak dan Kewajiban Produsen dan Konsumen
Di dalam UU Nomor 8 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen mengatur
hak dan kewajiban sebagai berikut (A. R. Saliman, 2008 hal 234).
1. Hak dan Kewajiban Konsumen
a. Hak Konsumen
1) Hak atas kenyamanan, kemanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan atau jasa
2) Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang
dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan
3) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan atau jasa
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau
jasa yang digunakan
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan konsumen dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
8) Hak untuk mendapatkan kompesansi ganti rugi dan atau penggantian
jika barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan
tidak sebagaimana mestinya
9) Hak-hak yang diatur dalam perundang-undangan yang lain
b. Kewajiban Konsumen
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan
keselamatan
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau
jasa
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen

2. Hak dan Kewajiban Produsen


a. Hak Produsen / Pelaku Usaha / Wirausahawan
1) Hak menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan
2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikat tidak baik
3) Hak untuk melakukan pembelaan dari sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang
diperdagangkan
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
b. Kewajiban Produsen
1) Beritikad baik dalam kegiatan usahanya
2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan
penggunaan perbaikan dan pemeliharaan
3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif
4) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau
jasa yang berlaku
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau
mencoba barang dan atau jasa yang dibuat dan atau yang
diperdagangkan
6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan atau jasa
yang diperdagangkan.
7) Memberi kompensasi ganti rugi dan atau penggantian bila barang dan
atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian

Di samping kewajiban-kewajiban produsen atau pelaku usaha atau wirausahawan


seperti diatur dalam ketentuan di atas ada juga larangan bagi produsen. Larangan
bagi produsen juga diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen.
Perbuatan yang dilarang bagi produsen :
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai standar yang dipersyaratkan dari ketentuan
perundang-undangan
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih (netto) dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana dinyatakan dalam label atau etiket barang
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hubungan
menurut ukuran yang sebenarnya
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau manajemen
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan atau
jasa tersebut
5. Tidak sesuai dengan mutu tingkatan komposisi proses pengelolaan, gaya,
mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label etiket
atau keterangan barang dan atau jasa tersebut
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan,
iklan atau promosi barang dan atau jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan
(Pemanfaatan) yang paling baik atas barang tertentu. Jangka waktu
penggunaan (pemanfaatan) yang paling baik adalah terjemahan dari kata
“Best Before” yang biasa digunakan dalam label produk makanan
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana dinyatakan
“halal” yang dicantumkan dalam label
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat bersih atau isi bersih (netto) komposisi, aturan pakai
tanggal pembuatan efek samping, nama dan alamat produsen serta keterangan
lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat
10. Tidak mencatumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
11. Memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa
memberikan informasi yang lengkap
12. Memperdagangkan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar dengan
atau tanpa memberikan informasi secara lengkap

G. Budaya Perusahaan dan Pentingnya Budaya Perusahaan bagi


Pengembangan Perusahaan
Kegiatan perusahaan yang dilandasi pada etika baik bersumber dari
ketentuan hukum, agama dan norma yang berlaku apada masyarakat akan
berpengaruh pada citra atau brand perusahaan atau usaha yang dijalankan. Budaya
perusahaan adalah karakteristik atau ciri khas perusahaan yang mencakup
pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang dianut oleh
seluruh jajaran perusahaan. Etika yang baik akan membentuk citra atau brand
perusahaan yang berfungsi membangun kepercayaan pelanggan dan masyarakat.
Kepercayaan atau solidaritas moril menjadi salah satu pilar penting bagi
perusahaan di samping solidaritas komersial dan solidaritas finansial.
Menurut Buchari Alma (2008: 247) pengembangan budaya perusahaan
harus dilakukan, karena sangat bermanfaat untuk meningkatkan sense of identity,
sense of belonging, komitmen bersama, stabilitas internal perusahaan,
pengendalian sifat-sifat yang kurang baik dan akhirnya akan menjadi pembeda
satu perusahaan terhadap perusahaan lainnya yang kemudian membentuk citra
perusahaan.
Menurut Robert D. Hisrich, dkk (2008: 62) etika adalah nilai inti dari dari
suatu perusahaan dan berhubungan langsung dengan tanggung jawab sosial
perusahaan. Nilai inti tidak lain adalah kejujuran dalam menghadapi situasi yang
penuh tekanan dan kesulitan lain yang dihadapi.

H. Refleksi
Untuk mengingat materi yang telah anda pelajari dalam bab ini, jawablah
pertanyaan berikut :
1. Jelaskan pengertian tentang etika menurut beberapa penulis !
2. Ketentuan tentang norma hukum yang mengatur tentang etika mengatur
tentang apa, demikian juga tentang norma agama dan norma sosial –
kemasyarakatan !
3. Coba bedakan antara ketiga norma di atas !
4. Berikan contoh perbuatan curang dari produsen dan pedagang yang dapat
anda temui di sekitar anda !
5. Jelaskan secara singkat prinsip-prinsip etika dalam perilaku bisnis !
6. Terangkan secara singkat cara-cara mempertahankan standar etika !
7. Apa saja etika yang berlaku di semua etnis ?
8. Tingkatkan etika menurut Zimmerer bagaimana, jelaskan !
9. Sebutkan hak-hak dan kewajiban produsen dan konsumen !
10. Apa saja larangan bagi produsen itu?
11. Jelaskan mengapa membangun budaya perusahaan dengan berlandaskan pada
etika sangat penting. Apa manfaatnya ?
KEPUSTAKAAN

Alma, Buchari (2009). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Alfabeta :


Bandung.

Hisrich, Robert D; Peters, Michael P.; dan Shefherd (2008); Kewirausahaan,


Salemba Empat : Jakarta.

Saiman, Leonardus (2009). Kewirausahaan, Teori, Praktik dan Kasus-kasus.


Salemba Empat : Jakarta.

Suryana (2001). Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Salemba Empat, Jakarta.

Zimmerer, Thomas W; Scarborough Norman M; Wilson Doug (2008);


Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil; Salemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai