Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB

WIRAUSAHA

Etika Bisnis / Berwirausaha dan Tanggung Jawab Wirausaha


Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Norma memberi pedoman
tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik dan tepat, sekaligus menjadi dasar
bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan tindakan kita. Sedangkan etika dalam
bahasa Yunani “ethos” berarti adat-istiadat dan kebiasaan. Hal ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut. Jika
dikaitkan dengan etika bisnis, Zimmerer mengatakan bahwa etika bisnis bermakna suatu kode
etik perilaku pengusaha yang didasarkan pada nilai-nilai moral dan norma, lalu dijadikan
pegangan dan pedoman dalam membuat keputusan ataupun memcahkan persoalan. Dalam hal
ini, etika bisnis yang dimaksud ialah untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer
atau karyawan dalam suatu organisasi.
Etika bisnis ini sangat penting untuk mempertahankan kesetiaan para pemangku kepentingan
dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan. Sebab, semua kepentingan
sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para pemangku kepentingan. Para pemangku
kepentingan ialah individu maupun kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan. Zimmerer mengatakan ada beberapa kelompok pemangku kepentingan
yang mempengaruhi keputusan bisnis, yaitu:
1) Para pengusaha dan mitra usaha. Mereka tidak hanya sebagai pesaing namun juga
sebagai mitra yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber
peluang, seperti akses pasar, bahan baku, dan sumber daya lainnya. Tidak hanya itu,
mereka juga secara bersama-sama menentukan harga jual, harga beli, daerah pemasaran.
Sehingga kerja sama yang baik ini akan sangat berpengaruh pada kepuasan yang akan
mereka terima nantinya.
2) Petani dan perusahaan pemasok bahan baku. Bahan baku yang berkualitas akan sangat
mempengaruhi keputusan bisnis. Apabila pasokan bahan baku kurang bermutu dan
lambat maka hasil yang diterima dapat merugikan perusahaan. Maka dari itu, petani dan
perusahaan merupakan faktor penting yang langsung mempengaruhi keputusan bisnis.
3) Organisasi pekerja yang mewakili pekerja. Dalam hal ini, organisasi pekerja dapat
mempengaruhi keputusan masyarakat melalui proses tawar-menawar ssecara kolektif.
Apabila organisasi pekerja tidak dilibatkan maka dapat menimbulkan protes yang
mengganggu jalannya perusahaan. Seperti yang terjadi di Indonesia yaitu demonstrasi
para buruh, mereka merasa tidak puas terhadap keputusan yang diambil oleh perusahaan.
4) Pemerintah. Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian
kebijakan yang dibuatnya. Misalnya seperti pemberian hak monopoli dan pembebasan
pajak oleh pemerintah terhadap perusahaan mobil “Timor” sebagai produk mobil
nasional. Sehingga menjadikan perusahaan tersebut menguasai pasaran. Namun, ketika
pemberian hak monopoli dan pembebasan bea masuk dikurangi, harga mobil Timor naik
dan mengakibatkan pangsa pasarnya turun.
5) Bank penyandang dana dari perusahaan. Bank berfungsi sebagai lembaga yang
menyediakan dana perusahaan ataupun memberikan bantuan modal untuk operasional
perusahaan.
6) Investor atau penanam modal. Investor akan bersedia menanam modalnya di Indonesia
apabila modal yang di investasikannya menjamin imbal hasil atas investasi yang besar.
Maka sering kali mereka menerapkan persyaratan pada manajemen mereka seperti
standar tenaga kerja, bahan baku, produk dan aturan lainnya.
7) Masyarkat umum yang dilayani. Masyarakat dapat mempengaruhi keputusan bisnis
dengan cara menanggapi dan membri informasi bisnis, masyarakat sebagai konsumen
akan menentukan keputusan perusahaan seperti menentukan produk barang, jasa yang
dihasilkan dan teknik produksi yang dipakai. Harga, kualitas, dan pelayanan menentukan
bagaimana citra perusahaan.
8) Konsumen yang membeli produk. Konsumen juga mempengaruhi keputusan bisnis,
barang jasa yang akan dihasilkan, jumlah dan teknologi yang diperlukan ditentukan oleh
pelanggan.
Selain kelompok-kelompok tersebut, beberapa kelompok lain yaitu pemangku kepentingan kunci
seperti manajer, direktur, dan kelompok khusus. Praquwrot (2000), seorang guru besar
University of La Rochelle, Prancis, dalam makalahnya “ Stakeholders Loyality “ yang dapat
disimpulkan bahwa loyalitas sangat penting yang dapat mendorong perusahaan untuk
menciptakan diferensiasi, tetapi loyalitas para pemangku kepentingan akan menghambat para
pesaing. Diferensiasi merupakan strategi generic untuk memenangkan pesaing.
Etika bisnis merupakan landasan penting untuk menciptakan dan melindungi reputasi
perusahaan. Maka dari itu menurut Zimmerer, etika bisnis merupakan masalah sensitive dan
kompleks karena menurutnya mempertahankan reputasi lebih sulit dari mempertahankannya.

Menurut zimmerer (1996: 22) ada tiga tingkatan norma etika, yaitu :
a. Hukum, mengatur standar prilaku minimum yang ada di masyarakat
b. Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus untuk orang pada
organisasi dalam pengambilan keputusan. Para karyawan akan bekerja sesuai
kebijakan prosedur organisasi
c. Moral dan sikap mental individual, penting untuk menghadapi keputusan yang tidak
diatur secara formal. Nilai dan moral biasanya berasal dari keluarga, agama, dan
sekolah sedangkan etika perilaku berasal dari pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Kebijakan dan aturan perusaahaan penting untuk membantu, mengurangi, dan
mempertinggi pemahaman karyawan tentang etika dan prilaku mereka.
A. Prinsip Etika Wirausahawan
1) Kejujuran : Jujurlah dalam semua komunikasi dan tindakan. Pemimpin atau manajer yang
baik adalah inti dari bisnis yang berkembang dan layak dipercaya, dan kejujuran adalah
landasan kepercayaan. Mereka selalu jujur dan berterus terang. Para pemilik bisnis yang
beretika tidak dengan sengaja menyesatkan atau menipu orang lain dengan representasi
yang keliru, pernyataan yang berlebihan, kebenaran parsial, penghilangan selektif, atau
cara tidak jujur apapun. Dan ketika kepercayaan mengharuskannya, mereka akan
memberikan informasi yang relevan dan mengoreksi kesalahpahaman fakta. Penuh
kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus terang, tidak curang, tidak mencuri,
tidak menggelapkan, tidak berbohong. Seperti jujur kepada pemasok dan pelanggan atau
kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Jika tidak jujur, usaha yang kita
jalani tidak akan lancar dan mengalami kebangkrutan serta dapat dipercaya oleh orang
lain ataupun konsumen. Jujur juga akan membawa seorang wirausahawan ke tahap bisnis
yang baik.
2) Integritas : Integritas sama dengan berkomitmen. Seorang wirausahawan tidak boleh plin
plan. Seperti saya mau jualan produk itu tetapi ada orang lain menjual produk tersebut,
sebaiknya kita mengubah penggunaan dan manfaatnya saja bukan malah berbuat jahat
dan harus percaya dengan diri sendiri bahwa kita bisa. Selalu pertahankan integritas
pribadi, Pemilik bisnis yang memiliki prinsip etika bisnis yang benar akan mendapatkan
kepercayaan orang lain melalui integritas pribadi. Integritas mengacu pada keutuhan
karakter yang ditunjukkan oleh konsistensi antara pikiran, kata-kata dan tindakan.
Mempertahankan integritas sering kali membutuhkan keberanian moral, kekuatan batin
untuk melakukan hal yang benar bahkan ketika biayanya lebih mahal daripada yang ingin
mereka bayarkan.
3) Pemimpin : Kepemimpinan merupakan salah satu prinsip etika bisnis yang berpengaruh
untuk keteladanan dan kehormatan baik bagi individu dan bisnis yang ia bangun. Para
wirausahawan harus sadar akan tanggung jawab dan peluang dari posisi kepemimpinan
mereka dan berusaha menjadi teladan untuk etika yang positif dengan perilaku mereka
sendiri dan dengan membantu menciptakan lingkungan di mana penalaran berprinsip dan
pengambilan keputusan etis sangat dihargai. Pimpinan yang beretika selalu berprinsip,
terhormat, tegas dan teliti. Mereka memperjuangkan keyakinan mereka dan tidak
mengorbankan prinsip demi kemanfaatan semu.
4) Memelihara janji : Wirausahawan atau pemilik bisnis harus dapat dipercaya karena
mereka melakukan segala upaya yang benar untuk memenuhi janji dan komitmen
mereka. Mereka tidak menafsirkan perjanjian dengan cara teknis atau legalistik yang
tidak masuk akal untuk merasionalisasi ketidakpatuhan atau menciptakan pembenaran
untuk keluar dari komitmen mereka. Dan selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, jangan mengintepretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistik
dengan dalih ketidakrelaan. Jika kita sudah berjanji harus ditepati. Contohnya barang
habis, konsumen ingin membeli barang itu, wirausahawan berjanji 4 hari lagi datang
barangnya. Berarti sebelum 4 hari barang sudah ada dan yang di janjikan kepada
konsumen tercapai sehingga konsumen tidak kecewa dan selalu menjadi langganan.
5) Kesetiaan : Setialah dalam kerangka prinsip etika bisnis lainnya. Wirausaha yang baik
selalu memberikan kepercayaan dengan selalu loyal kepada organisasi mereka dan orang-
orang yang bekerja dengan mereka. Para pemilik bisnis yang beretika menjunjung tinggi
perlindungan dan memajukan kepentingan dari perusahaan dan kolega mereka. Namun
perlu diperhatikan, mereka tidak menempatkan loyalitas di atas prinsip etika lain atau
menggunakan loyalitas kepada orang lain sebagai alasan untuk perilaku yang tidak
berprinsip. Pemimpin yang baik menunjukkan kesetiaan dengan menjaga kemampuan
mereka untuk membuat penilaian profesional yang independen. Mereka menghindari
konflik kepentingan dan mereka tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi
yang dipelajari secara rahasia untuk keuntungan pribadi. Jika mereka memutuskan untuk
menerima pekerjaan lain, mereka akan memberikan pemberitahuan, menghormati
informasi kepemilikan perusahaan sebelumnya, dan menolak untuk terlibat dalam
aktivitas apa pun yang mengambil keuntungan yang tidak semestinya dari posisi mereka
sebelumnya.yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan dan negara, jangan
menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan, begitu
juga dalam konteks professional, jaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan
professional yang bebas dan teliti, hindari hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
Kesetian bertujuan memuaskan pelanggan dan mendapatkan keuntungan. kepuasan
pelanggan itu sebagai pengalaman untuk produk tersebut. kesetiaan pelanggan
merupakan kekuatan hubungan dengan wirausawan dan pelanggan tidak akan berpindah
ketempat yang lain.
6) Kewajaran/keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk mengakui
kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan
toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil
keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain. Berusahalah
untuk bersikap adil dalam semua urusan. Wirausahawan yang baik pada dasarnya
berkomitmen pada keadilan. Mereka tidak menjalankan kekuasaan secara sewenang-
wenang, juga tidak menggunakan cara yang berlebihan atau tidak senonoh untuk
mendapatkan atau mempertahankan keuntungan atau mengambil keuntungan yang tidak
semestinya dari kesalahan atau kesulitan orang lain. Pemilik bisnis juga harus berusaha
mewujudkan komitmen terhadap keadilan, perlakuan yang sama terhadap individu,
toleransi dan penerimaan keragaman. Mereka berpikiran terbuka; bersedia mengakui
bahwa mereka salah dan, jika sesuai fakta, mereka dapat mengubah posisi dan keyakinan
mereka. Kewajaran atau keadilan ini seperti halnya meletak harga yang sewajarnya saja.
Contoh : menjual sebuah produk tidak boleh 3x lipat dengan harga aslinya. Karena itu
akan membuat konsumen berpindah ke tempat lain dan hubungan antara wirausahawan
dengan konsumen berakhir.
7) Suka membantu orang lain : yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong
menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang
lain. Tunjukkan kasih sayang dan kepedulian yang tulus untuk kesejahteraan orang lain.
Salah satu prinsip etika bisnis yang penting adalah orang yang peduli, penyayang, baik
hati, dan peka terhadap keadaan sekitar. Mereka memahami konsep pemangku
kepentingan (mereka yang memiliki kepentingan dalam suatu keputusan karena mereka
terpengaruh olehnya) dan mereka selalu mempertimbangkan konsekuensi bisnis,
keuangan dan emosional dari tindakan mereka pada semua pemangku kepentingan.
Pemilik bisnis yang beretika berusaha untuk mencapai tujuan bisnis mereka dengan cara
yang paling sedikit menyebabkan kerugian dan memilih cara yang memiliki kebaikan
positif terbesar.
Contoh antar wirausahawan : saling menolong jika ada kesulitan walaupun orang itu
saingan kita. Dan jika dengan konsumen, apabila konsumen menawar barang tersebut
tidak apa apa kita kurangi sedikit harganya.
8) Hormat kepada orang lain, : Perlakukan semua orang dengan hormat. Wirausahawan
harus menunjukkan rasa hormat terhadap martabat manusia, otonomi, privasi, hak, dan
kepentingan semua orang yang memiliki kepentingan dalam keputusan mereka. Anda
harus sopan dan memperlakukan semua orang dengan rasa hormat dan martabat yang
sama tanpa memandang jenis kelamin, ras atau asal kebangsaan. Pastikan Anda selalu
berusaha untuk memperlakukan orang lain seperti mereka ingin diperlakukan. Dengan
menghormati martabat manusia, menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan
nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan orang lain, jangan
mempermalukan orang lain.
Contoh kepada konsumen : Jika konsumen melihat lihat barang kita dan banyak bertanya
seperti berkeinginan untuk membeli tetapi tidak jadi membeli, jangan kita marah dan
mengeluarkan kata membuat konsumen itu tersindir karena akan bersifat fatal sehingga
bisa membuat wirausaha kita gagal sukses.
9) Warga Negara yang bertanggung jawab : Wirausahawan harus selalu mematuhi hukum,
aturan, dan regulasi yang berkaitan dengan aktivitas bisnis mereka. yaitu selalu menaati
hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan. Apabila kita membuka usaha, harus kita taati seperti melakukan pembayaran
harus wajib membayar dan bertanggung jawab jika ada permasalahan yang belum pernah
terjadi.
10) Mengejar keunggulan : Kejar kesempurnaan setiap saat dalam segala hal. Wirausahawan
yang baik selalu mengejar kesempurnaan dalam menjalankan tugas mereka, memiliki
informasi yang baik dan siap, dan terus berupaya untuk meningkatkan kemahiran mereka
disemua bidang tanggung jawab. Mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional. Mengejar keunggulan
sama dengan berkreativitas tanpa batas, maka usaha yang dijalani harus dapat menarik
bahkan semenarik untuk mendapat minat dari pelanggan agar usaha tersebut lebih unggul
dan membuat konsumen menjadi pelanggan kita. Ketika sebuah perusahaan dapat
melakukan sesuatu dan perusahaan lainnya tidak dapat melakukan atau memiliki sesuatu
yang diinginkan pesaingnya. Maka itu kita unggul dari pesaing lainnya.
11) Dapat dipertanggungjawabkan : Para wirausahawan yang baik mengakui dan menerima
pertanggungjawaban pribadi atas kualitas etika dari keputusan dan kelalaian mereka
kepada diri mereka sendiri, kolega mereka, perusahaan mereka, dan komunitas mereka.
Rasa tanggung jawab merupakan nilai yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
sebuah perusahaan, dan prinsip etika bisnis ini akan membawa perusahaan tersebut pada
tujuan berdasarkan tanggung jawab yang diemban oleh seorang pemimpin. Memiliki
tanggung jawab, menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan
selalu memberi contoh. Jika ada hal yang terjadi diluar dugaan, seorang wirausahawan
harus siap menerima resiko karena apa yang dibuka usahanya siap siap ada kendala yang
dihadapi dan jangan menyerah selalu bersemangat untuk mencapai usaha yang sukses.
12) Reputasi dan Moral : Pastikan Anda membangun reputasi yang baik bagi perusahaan dan
moral karyawan Anda. Wirausahawan harus selalu memahami pentingnya reputasi
mereka sendiri dan perusahaan mereka serta pentingnya kebanggaan dan moral yang baik
dari karyawan. Dengan demikian, mereka dapat menghindari perbuatan atau tindakan
yang dapat merusak rasa hormat dan mereka mengambil langkah tegas untuk mengoreksi
atau mencegah perilaku orang lain yang tidak pantas baik dalam internal perusahaan atau
eksternal perusahaan.

B. Cara- cara mempertahankan standar etik bisnis/ berwirausaha


1) Ciptakan kepercayaan perusahaan
Dimana kepercayaan perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari
tanggung jawab.
2) Kembangkan kode etik
Merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan
perusahaan dari karyawan. Topik-topik khas yang ada ada pada suatu kode etik biasanya memuat
tentang hal-hal berikut:
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hokum
b. Kualitas dan keamanan produk
c. Kesehatan dan keamanan tempat kerja
d. Konflik kepentingan
e. Praktik dan latihan karyawan
f. Praktik pemasaran dan penjualan
g. Keamanan/kebebasan
h. Kegiatan berpolitik
i. Pelaporan finansial
j. Hubungan dengan pemasok
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak
l. Jaminan dagang/informasi orang dalam
m. Pembayaran untuk mendapatkan usaha
n. Perlindungan linkungan
o. Informasi pemilikan
p. Keamanan kemasan
3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten
Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika.
4) Lindungi hak perorangan
Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip moral dan nilainnya merupakan jaminan
terbaik untuk menghindari penyimpangan etika.
5) Adakan pelatihan etika
Workshop merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran para karyawan.
6) Lakukan audit etika secara periodic
Audit merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi efektivitas system etika.
7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan
Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam
organisasi.

C. Tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan


Menurut Ronald J.Ebert dan Ricky M.Griffin(2000.:83), Etika sangat berpengaruh
terhadap tingkah laku Individual.. Semua keputusan perusahaan sangat memengaruhi dan
dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua individu.
Kepentingan internal ; Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan.
Kepentingan eksternal ; pelanggan, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah,
masyarakat umum, dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Menurut zimmerer, ada lima macam pertanggungjawaban perusahaan, Yaitu mencakup
hal-hal berikut:
1) Tanggung jawab terhadap lingkungan
Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan,
melestarikan dan menjaga lingkungan . contohnya tidak membuang limbah yang
mencemari lingkungan berusaha mendaur ulang limbah yang merusak lingkungan, dan
menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat yang ada di lingkungan sekitar
2) Tanggung jawab terhadap karyawan
Menurut Ronald J.Ebert (2000:89), Semua aktivitas dari manajemen sumber daya
manusia seperti penerimaan karyawan baru pengajian, pelatihan promosi dan kompensasi
merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Sedangkan menurut
zimmerer 2000 tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan
cara :
a. Mendengarkan dan Menghormati pendapat karyawan
b. Meminta masukan dari Karyawan
c. Memberikan Umpan balik positif ataupun negative
d. Selalu menceritakan tentang kepercayaan terhadap karyawan
e. Membiarkan karyawan mengetahui sebenar-benarnya apa yang mereka harapkan.
f. Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik
g. Memberikan kepercayaan kepada karyawan
3) Tanggung jawab terhadap pelanggan
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J (2000: 88)
ada dua kategori :
a. Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas
b. Memberikan harga dari produk dan jasa yang adil dan wajar
4) Tanggung jawab sosial perusahaan terdapat empat hak pelanggan, yaitu:
a. Hak mendapatkan produk yang aman
b. Hak mendapatkan informasi segala aspek produk
c. Hak untuk didengar
d. Hak memilih apa yang akan mereka beli
Menurut zimmerer 1996 hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi hal-hal Berikut:
a. Hak keamanan. barang dan jasa dihasilkan oleh perusahaan haruslah berkualitas dan
memberikan rasa aman demikian juga kemasannya
b. Hak mengetahui berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang telah mereka beli
termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut
c. Hak untuk didengar komunikasi dua arah harus dibentuk yaitu untuk menyalurkan
keluhan produk dan jasa dari konsumen serta untuk menyampaikan berbagai
informasi barang dan jasa dari perusahaan
d. Hak atas pendidikan titik pelanggan berhak atas pendidikan misalnya dengan
pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk perusahaan
harus menyediakan program pendidikan agar pelanggan dapat memperoleh informasi
barang dan jasa yang akan dibelinya
e. Hak untuk memilih hal yang terpenting dalam persaingan adalah memberikan Hak
untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan tanggung jawab sosial
perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang
antitrust.
5) Tanggung jawab terhadap investor
Yaitu tanggung jawab perusahaan terhadap Investor yaitu menyediakan imbal hasil atas
investasi yang menarik seperti memaksimumkan laba selain itu perusahaan juga
bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangan kepada investor seakurat dan
secepat mungkin.
6) Tanggung jawab terhadap masyarakat
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya misalnya dengan
menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap masyarakat
yang berada di sekitar lokasi perusahaan tersebut berada.

D. ETIKA KEWIRAUSAHAAN
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap, yaitu
meliputi hal-hal berikut:
1) Tahap Pertama
Kerangka kerja etika dimana mengakui dimensi- dimensi etika yang ada sebagai suatu
alternatif atau keputusan. Artinya sebelum wirausahaan menginformasikan suatu
keputusan etika yang dibuat, terlebih dahulu ia harus mengakui etika yang ada.
2) Tahap Kedua
Tahap dimana mengidentifikasi pemangku kepentingan kunci yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. Setiap keputusan bisnis akan memengaruhi dan dipengaruhi oleh
berbagai pemangku kepentingan. Karena konflik dalam pemangku kepentingan dapat
memengaruhi pembuatan keputusan, sebelum keputusan itu dibuat terlebih dahulu harus
dihindari konflik antar pemangku kepentingan.
3) Tahap Ketiga
Membuat pilihan alternatif dan membedakan antara tanggapan etika dan bukan etika.
Ketika membuat pilihan alternatif tanggapan etika dan bukan etika serta mengevaluasi
dampak positif dan negatifnya. Manejer akan menemukan beberapa hal berikut:
a. Prinsip –prinsip dan etika perilaku
b. Hak – hak moral
c. Keadilan
d. Konsekuensi dan hasil
e. Pembenaran publik
f. Intuisi dan pengetian/ wawasan
4) Tahap Keempat
Adalah memilih tanggapan etika yang terbaik dan mengimplementasikannya. pilihan
tersebut harus konsisten dengan tujuan , budaya, dan sistem nilai perusahaan serta
keputusan individu.
Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha adalah
sebagai berikut :
1) Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur, baik, dalam berbicara maupun bertindak.
Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan. Tanpa
kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak di percaya konsumen atau mitra kerjanya.
2) Bertanggung Jawab
Pengusaha harus bertangung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam
bidang usahanya. Kewajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan.
Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh
karyawannya, masyarakat dan pemerintah.
3) Menepati Janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran,
pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang pengusaha ingkar janji hilanglah
kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang
telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
4) Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan usahanya.
5) Taat Hukum
Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan
dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan telah
dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi beban moral
bagi pengusaha apabila tidak diselesaikan segera.
6) Suka Membantu
Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang memerlukan
bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukan kepada masyarakat dalam berbagai
cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi oleh banyak orang.
7) Komitmen dan Menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai komitmen
dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjungjung komitmen terhadap apa yang
telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.
8) Mengejar Prestasi
Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin
tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari waktu kewaktu. Prestasi yang
berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, perusaha juga harus tahan
mental tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi
Menurut Zimmerer pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh
karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etika, yaitu sebagai berikut :
a. Manajemen Immoral
Manajemen immoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan pribadi
atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakkan manajemen immoral adalah kekerasan
atau ketamakan yang berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen
immoral berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji
karyawannya dengan upah yang tidak sesuai atau perusahaan yang meniru produk
perusahaan lain. (Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Enterpreneurship and
The New Ventura Formation, 1996, hlm. 21)
b. Manajemen Amoral
Tujuan utama dari manajemen amoral adalah laba, tetapi caranya berbeda dengan
manajemen immoral. Manajemen amoral tidak dengan sengaja akan melanggar
hukum atau norma etika. Mereka akan memberikan kendali bebas dalam mengambil
keputusan yang artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil
keputusan . Misalnya, penggunaan uji kejujuran detector bagi calon karyawan.
c. Manajemen Moral
Manajemen moral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan seperti manajemen
lainnya, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika. Falsafah
manajer moral selalu memandang hokum sebagai standar minimum dalam beretika
dan berperilaku.

Anda mungkin juga menyukai