Anda di halaman 1dari 9

KEWIRAUSAHAAN

Teori dan Praktik


(Dr. H. A. Rusdiana, Drs., M.M)

Etika Profesional Wirausahawan


Etika seorang wirausaha harus menunjukkan tingkah laku yang baik, sopan santun, tolong-
menolong, tenggang rasa, hormat-menghormati satu sama lainnya. Etika wirausaha adalah
sebagai berikut:
a. Wirausaha adalah tugas mulia dan kebiasaan baik, artinya wirausaha bertugas untuk
mewujudkan kenyataan hidup berdasarkan kebiasaan yang baik dalam berwirausaha
b. Menempa pikiran untuk maju, artinya wirausaha melatih membiasakan diri untuk
berprakarsa baik, bertanggung jawab, percaya diri untuk dapat mengerjakan kebaikan
dan meningkatkan daya saing, serta daya juang untuk mempertahankan hidup dari
prinsip-prinsip berwirausaha.
c. Kebiasaan membentuk watak, artinya wirausaha berdaya upaya untuk membiasakan
diri berpikir, bersikap mental untuk berbuat maju, berpikir terbuka secara baik, bersih,
dan teliti.
d. Membersihkan diri dari kebiasaan berpikir negatif, artinya wirausaha harus berusaha
dan berdaya upaya untuk menanggalkan dan membersihkan diri dari kebiasaan cara
berpikir, sikap mental yang tidak baik, misalnya menyakiti orang lain, serta
menjauhkan diri dari sikap selalu menggantungkan pada kemujuran nasib
e. Kebiasaan berprakarsa, artinya wirausahawan harus membiasakan diri untuk
mengembangkan dalam berprakarsa dalam kegiatan pengelolaan usaha, memberikan
saran-saran yang baik, serta menolong kepada dirinya
f. Kepercayaan kepada diri sendiri, artinya wirausahawan harus percaya pada diri
sendiri, mempunyai keyakinan dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
meningkatkan nilai-nilai kehidupan di dalam berwirausaha

1
g. Membersihkan hambatan buatan sendiri, artinya wirausahawan harus berusaha
membebaskan dari hambatan-hambatan adanya produk buatan sendiri-
Wirausahawan juga jangan mempunyai pikiran ragu-ragu, merasa takut, rendah diri
terhadap hasil produk buatan Sendiri
h. Mempunyai kemauan, daya upaya, dan perencanaan, artinya wirausahawan harus
mempunyai kemauan, serta daya upaya untuk mengetahui kemampuan dalam
hidupnya, cara merencanakan dan mengejar cita-cita mengembangkan usahanya
yang berhasil berdasarkan prinsip-prinsip kewirausahaan
i. Sementara itu Meredith, et.al. (1996) mengemukakan bahwa para wirausaha adalah
orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan yang
ada, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan
mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan sukses.

Fungsi Etika Kewirausahaan


Devin (2010) menempatkan fungsi etika pada tiga kelompok, yaitu:
a. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas
yang membingungkan;
b. Etika ingin menampilkan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis;
c. Orientasi etis diperlukan dalam mengambil sikap yang wajar dalam suasana
pluralisme-

Etika Bisnis Atau Etika Kewirausahaan


Menurut pengertiannya, etika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: etika sebagai praktis,
yaitu: nilai-nilai dan norma-norma moral (Tindakan yang dilakukan sesuai atau tidak sesuai
dengan nilai dan norma moral); dan etika sebagai refleksi, yaitu: pemikiran moral- Berpikir
tentang hal-hal yang dilakukan, khususnya tentang tindakan yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan (dalam hal ini menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku seseorang).
Pengertian etika bisnis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Secara makro: etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari system ekonomi
secara keseluruhan;
b. Secara meso: etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang organisasi;

2
c. Secara mikro: etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan
bisnis

Menurut Zimmerer (1996), etika bisnis adalah kode etik perilaku pengusaha berdasarkan
nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan yang dihadapi.
Menurut Ronald J- Ebert dan Ricky M- Griffin (1987), etika bisnis sering digunakan untuk
menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi- Etika bisnis
sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan.
Dengan demikian, etika kewirausahaan dalam konteks bisnis adalah kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam berusaha
dan memecahkan persoalan yang dihadapi dalam suatu perusahaan.

Norma Kewirausahaan
Selain etika dan perilaku, yang penting dalam bisnis adalah norma etika. Menurut Zimmerer
(1996: 22), ada tiga tingkatan norma etika, yaitu sebagai berikut:
a. Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur perbuatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur perilaku minimum
b. Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arah khusus bagi setiap orang atau
organisasi dalam mengambil keputusan sehari-hari. Para karyawan akan bekerja
sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan/organisasi.
c. Moral sikap mental individual, sangat penting untuk menghadapi keputusan yang
tidak diatur oleh aturan formal.

Prinsip-prinsip Etika Kewirausahaan


Prinsip-prinsip etika kewirausahaan diarahkan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
Prinsip Etika dan Norma Kewirausahaan, yaitu:
a.1 Prinsip tanggung jawab:
• tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya;
• tanggung jawab atas dampak profesinya terhadap kehidupan dan kepentngan
orang lain

3
a.2 Prinsip keadilan
a.3 Prinsip otonomi untuk menjalankan profesinya
• prinsip otonomi dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen profesi;
• Pemerintah boleh campur tangan untuk keselamatan umum-
a.4 Prinsip integritas moral
• Komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesi, nama baik, serta
kepentingan orang lain dan masyarakat

Pentingnya Etika Bisnis


Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat
keputusan perusahaan dalam memecahkan persoalan perusahaan- Hal ini disebabkan semua
keputusan perusahaan sangat memengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder
adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh pada
keputusan-keputusan perusahaan. Stakeholder perusahaan terdiri atas:
a. Para pengusaha dan mitra usaha. Selain berfungsi sebagai pesaing, para pengusaha
juga berperan sebagai mitra. Dalam hal ini, para pengusaha merupakan relasi usaha
yang dapat bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang.
Loyalitas mitra usaha akan sangat bergantung pada kepuasan yang diterima dari
perusahaan.
b. Perusahaan pemasok bahan baku. Perusahaan berperan sebagai penyedia bahan
baku- Pasokan bahan baku yang kurang bermutu dan pasokan yang lambat dapat
memengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu, keputusan untuk menentukan
kualitas barang dan jasa sangat bergantung pada pemasok bahan baku. Loyalitas
penghasil bahan baku sangat bergantung pada tingkat kepuasan yang diterima dari
perusahaan dalam menentukan keputusan harga jual bahan baku ataupun dalam
bentuk insentif.
c. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja. Organisasi pekerja dapat memengaruhi
keputusan melalui proses tawar-menawar secara kolektif. Perusahaan yang tidak
melibatkan karyawan/organisasi pekerja dalam mengambil keputusan sering
menimbulkan protes yang mengganggu jalannya perusahaan.

4
d. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha. Pemerintah dapat mengatur
kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian kebijakan yang dibuatnya karena
kebijakan yang dibuat pemerintah akan sangat berpengaruh terhadap iklim usaha.
e. Bank penyandang dana. Selain sebagai jantungnya perekonomian dalam skala makro,
bank juga sebagai lembaga yang dapat menyediakan dana pinjaman bagi perusahaan.
f. Investor penanam modal. Investor penyandang dana dapat memengaruhi perusahaan
melalui serangkaian persyaratan yang diajukannya. Persyaratan tersebut akan
mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan. Loyalitas
investor sangat bergantung pada tingkat kepuasan investor atas hasil penanaman
modalnya.
g. Masyarakat umum. Masyarakat akan selalu menanggapi dan memberikan informasi
tentang bisnis yang dijalankan. Dalam hal ini, masyarakat juga merupakan konsumen
yang akan memengaruhi keputusan perusahaan dalam menentukan produk barang
dan jasa yang dihasilkan serta teknik yang digunakan.
h. Pelanggan yang membeli produk. Barang dan jasa yang akan dihasilkan serta teknologi
yang digunakan akan sangat dipengaruhi oleh pelanggan sehingga dapat menentukan
keputusan-keputusan bisnis. Dengan demikian, etika bisnis merupakan landasan
penting dan harus diperhatikan, terutama dalam menciptakan dan melindungi
reputasi perusahaan. Oleh sebab itu, etika bisnis merupakan masalah yang sangat
sensitif dan kompleks karena membangun etika untuk mempertahankan reputasi
lebih sukar daripada menghancurkannya.

Cara Mempertahankan Standar Etika


Ada beberapa cara mempertahankan standar etika, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan kepercayaan perusahaan; hal ini akan menetapkan nilai nilai perusahaan
yang mendasari tanggung jawab etika bagi stakeholder
b. Mengembangkan kode etik, yaitu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip
etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan
c. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten
d. Melindungi hak perseorangan
e. Mengadakan pelatihan etika
f. Melakukan audit etika secara periodik

5
g. Mempertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya aturan
h. Menghindari contoh etika yang tercela setiap saat dan diawali dari atasan
i. Menciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah
j. Komunikasi dua arah sangat penting untuk menginformasikan barang dan jasa yang
dihasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan
k. Melibatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika
l. Memberi kesempatan kepada karyawan untuk memberikan umpan balik tentang
standar etika yang harus dipertahankan

Tanggung Jawab Perusahaan


Etika akan sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Dalam hal ini, tanggung jawab
sosial mencoba untuk menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu
lingkungan sosial. Tanggung jawab perusahaan meliputi hal-hal berikut:
a. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Produk harus ramah lingkungan, artinya
perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan
b. Tanggung jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas sumber daya manusia diarahkan
pada tanggung jawab karyawan dengan cara:
• mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan;
• memberikan umpan balik, baik yang positif maupun negatif;
• menceritakan kepada karyawan tentang kepercayaan;
• membiarkan karyawan mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya;
• memberikan imbalan kepada karyawan dengan baik;
• memberikan kepercayaan kepada karyawan
c. Tanggung jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab perusahaan kepada pelanggan,
meliputi dua kategori, yaitu:
• menyediakan barang dan jasa yang berkualitas;
• memberikan harga produk yang wajar dan adil
Selain itu, perusahaan juga harus melindungi hak-hak pelanggan, yaitu:
• hak untuk mendapatkan produk yang aman;
• hak untuk mendapatkan informasi tentang segala aspek;
• hak untuk didengar;

6
• hak untuk memilih apa yang akan dibeli-
d. Tanggung jawab terhadap investor, yaitu menyediakan pengembalian investasi yang
menarik dengan memaksimumkan laba dan melaporkan kinerja keuangan seakurat
dan setepat mungkin.
e. Tanggung jawab terhadap masyarakat- Tanggung jawab berupa menyediakan dan
menciptakan kesehatan dan menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat
yang berada di sekitar lokasi perusahaan

Wirausaha Profesional
Profesi diukur berdasarkan kepentingan dan tingkat kesulitan yang dimiliki. Dalam dunia
keprofesian, kita mengenal berbagai terminology kualifikasi profesi, yaitu profesi,
semiprofesi, terampil, tidak terampil, dan quasi profesi. Gilley dan Eggland (1989)
mendefinisikan profesi sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, yaitu
keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek:
a. ilmu pengetahuan tertentu;
b. aplikasi kemampuan/kecakapan;
c. berkaitan dengan kepentingan umum.
Aspek-aspek yang terkandung dalam profesi merupakan standar pengukuran profesi
wirausahawan. Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan
organisasi dan sistemastis untuk mengembangkan profesi ke arah status professional
(peningkatan status). Secara teoretis, menurut Gilley dan Eggland (1989), pengertian
profesional dapat didekati dengan empat prespektif pendekatan, yaitu sebagai berikut:
1. Orientasi Filosofi. Ada tiga pendekatan dalam orientasi filosofi:
• Pertama, lambing keprofesionalan adalah adanya sertifikat, lisensi, dan
akreditasi- Akan tetapi, penggunaan lambang ini tidak diminati karena
berkaitan dengan aturan-aturan formal
• Kedua, yang digunakan untuk tingkat keprofesionalan adalah pendekatan
sikap individu, yaitu pengembangan sikap individual, kebebasan personal,
pelayanan umum dan aturan yang bersifat pribadi. Hal yang penting bahwa
layanan individu pemegang profesi diakui oleh dan bermanfaat bagi
penggunanya.

7
• Ketiga, elektik yaitu pendekatan yang menggunakan prosedur, teknik, metode,
dan konsep dari berbagai sumber, sistem, dan pemikiran akademis.
Proses profesionalisasi dianggap merupakan kesatuan dari kemampuan, hasil
kesepakatan, dan standar tertentu. Pendekatan ini berpandangan bahwa pandangan
individu tidak akan lebih baik dari pandangan kolektif yang disepakati Bersama.
Sertifikasi profesi diperlukan, tetapi bergantung pada tuntutan penggunanya.
2. Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan menekankan enam langkah pengembangan profesionalisasi,
yaitu:
• dimulai dari adanya asosiasi informal individu yang memiliki minat terhadap
profesi;
• identifikasi dan adopsi pengetahuan tertentu;
• para praktisi terorganisasi secara formal pada suatu lembaga;
• penyepakatan adanya persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau
kualifikasi tertentu;
• penentuan kode etik;
• revisi persyaratan berdasarkan kualifikasi tertentu (termasuk syarat
akademis) dan pengalaman di lapangan

3. Orientasi Karakteristik
Profesionalisasi juga dapat ditinjau dari karakteristik profesi/pekerjaanAda delapan
karakteristik pengembangan profesionalisasi, antara satu dan lainnya saling berkaitan,
yaitu:
• kode etik;
• pengetahuan yang terorganisasi;
• keahlian dan kompetensi yang bersifat khusus;
• tingkat pendidikan minimal yang dipersyaratkan;
• sertifikat keahlian;
• proses tertentu sebelum memangku profesi untuk dapat memangku tugas dan
tanggung jawab;
• kesempatan untuk penyebarluasan dan pertukaran ide di antara anggota profesi;

8
• adanya tindakan disiplin dan batasan tertentu jika terjadi malpraktik oleh anggota
profesi-

4. Orientasi Nontradisional
Perspektif pendekatan keempat, yaitu perspektif nontradisional menyatakan bahwa
seseorang dengan bidang ilmu tertentu diharapkan mampu melihat dan merumuskan
karakteristik yang unik dan kebutuhan dari sebuah profesi- Oleh karena itu, perlu
dilakukan identifikasi elemenelemen penting untuk sebuah profesi, termasuk pentingnya
sertifikasi profesional dan perlunya standardisasi profesi untuk menguji kelayakan
dengan kebutuhan lapanganPada prinsipnya, substansi kewirausahaan adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir
kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan
hidup- Pada hakikatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif dalam dunia nyata secara kreatif.

Anda mungkin juga menyukai