Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak seorang wirausaha mengabikan betapa pentingnya etika
didalam mendirikan sutu bisnis, karena mereka berfikir dengan kemampuan
yang mereka miliki serta modal yang sangat besar suatu usaha dengan
mudahnya didirikan. Padahal tanpa adanya etika yang
dimiliki seorang wirausaha suatu usaha tersebut akan tidak berjalan
sesuai rencana. Karena etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan
yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etika
ialah suatu hal yang benar mengenai perilaku standar. Etika wirausaha
mencakup hubungan antara perusahaan dengan orang yang menginvestasi
uangnya dalam perusahaan, dengan konsumen, pegawai kreditur, saingan
dan sebagainya. Orang – orang wirausahawan diharapkan bertindak etis
dalam berbagai aktivitasnya di masayarakat.
Menjaga etika adalah suatu hal yang sangat penting untuk
melindungi reputasi perusahaan. Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para
manajer dalam keseharian kegiatan wirausaha, namun harus selalu dijaga
terus menerus, sebab reputasi sebagai perusahaan yang etis tidak dibentuk
dalam waktu pendek, tapi akan terbentuk dalam jangka panjang. Dan ini
merupakan asset yang tak ternilai sebagai goodwill bagi sebuah perusahaan.
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang
merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok.
Dunia wirausaha yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan kewirausahaan yang
seimbang, selaras, dan serasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Apa itu etika wirausaha?
2. Bagaimana prinsip etika wirausaha?
3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi etika wirausaha?
4. Apa tujuan dan manfaat etika wirausaha?
5. Bagaimana kegiatan kewirausahaan menurut Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah
adalah.
1. Menjelaskan pengertian etika wirausaha.
2. Menjelasakan prinsip etika wirausaha.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi etika wirausaha.
4. Menjelaskan tujuan dan manfaat wirausaha.
5. Menjelaskan kegiatan kewirausahaan menurut Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Wirausaha


Etika pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa
yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Etika wirausaha adalah
suatu kode etik perilaku aktor berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang
dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
Etika wirausaha sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik
kepentingan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan
organisasi.
Etika wirausaha dapat diartikan sebagai adat sopan santun, adat
kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kewirausahaan.
Oleh karena itu, seorang wirausaha harus memiliki :
1. Budi pekerti yang baik.
2. Rasa sopan santun di dalam segi kegiatan kewirausahaan.
3. Tatakrama di dalam segala tindakan dan perbuatan waktu berwirausaha.
4. Memiliki tanggung jawab pada usahanya.
5. Bersikap jujur dan benar sesuai dengan profesi usahanya.
Etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan
pilihan moral yang dilakukan seseorang. Keputusan etika ialah suatu hal
yang benar mengenai perilaku standar. Etika bisnis mencakup hubungan
antara perusahaan dengan orang yang menginvestasi uangnya dalam
perusahaan, dengan konsumen, pegawai kreditur, saingan dan sebagainya.
Orang-orang bisnis diharapkan bertindak etis dalam berbagai aktivitasnya
di masayarakat.

Menurut Zimmerer (1996: 22), ada tiga tingkatan norma etika, yaitu:
A. Hukum, berlaku bagi masyarakat dalam mengatur perbuatan yang boleh
atau tidak boleh dilakukan.
B. Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus bagi setiap
orang dalam organisasi ketika mengabil keputusan.
C. Moral sikap mental individu, sangat penting bagi setiap orang untuk
menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal

etika berwriausaha perlu ada ketentuan-ketentuan yang


mengaturnya, yaitu:
1) Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang
berlaku dalam suatu negara atau masyarakat.
2) Penampilan yang ditunjukan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan,
terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
3) Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat
dan waktu yang berlaku.
4) Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan,
penuh tata karma, tidak menyinggung atau mencela orang lain.
5) Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain,
hindarkan gerak-gerik yang dapat mencurigakan

2
B. Prinsip Etika Wirausaha
1. Prinsip Etika dan Norma Kewirausahaan
a. Prinsip tanggung jawab:
 Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya.
 Tanggung jawab atas dampak profesinya terhadap kehidupan
dan kepentingan orang lain.
b. Prinsip keadilan (first come first serviced)
c. Prinsip otonomi (kebebasan sepenuhnya dlm menjalankan profesinya)
 Prinsip otonomi dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmen
profesi
 Pemerintah boleh campur tangan utk keselamatan umum
d. Prinsip integritas moral
e. Komitmen pribadi untuk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya,
dan juga kepentingan orang lain dan masyarakat.
2. Prinsip-prinsip etika dan perilaku bisnis
a. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-
sungguh, terus terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak
menggelapkan, tidak berbohong.
b. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan dengan
hormat, tulus hati, berani dan penug pendirian/keyakinan, tidak
bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling percaya.
c. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, jangan mengintepretasikan persetujuan dalam bentuk
teknikal atau legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
d. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan
dan Negara, jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi
yang diperoleh dalam kerahasiaan,behitu juga dalam konteks
professional, jaga/melindungi kemampuan untuk membuat
keputusan professional yang bebas dan teliti, hndari hal yang tidak
pantas dan konflik kepentingan.
e. Kewajaran/keadilan, yaituberlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
untuk mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan,
persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan,
jangan bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang
tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
f. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati,
belas kasihan, tolongmenolong, kebersamaan, dan menghindari
segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
g. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri
bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan orang lain,
jangan mempermalukan orang lain.
h. Warga Negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu menaati
hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses
demokrasi dalam mengambil keputusan.
i. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal,
baik dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban
professional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin penuh
komitmen, melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik,

3
mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi yang
tinggi.
j. Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki tanggung jawab,
menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan
selalu memberi contoh.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Etika Wirausaha


Faktor yang mempengaruhi etika seorang wirausaha adalah:
1. Perbedaan budaya, sebagaimana diketahui bahwa tiap daerah memiliki
kebiasaan sendiri-sendiri seperti pemberian amplop/komisi diartikan
berbeda tiap daerah, ada yang memperbolehkan, melarang dan
mengharuskan.
2. Ilmu pengetahuan, orang-orang yang mengetahui tentang dunia wirausaha
akan mengambil keputusan yang tepat dan tidak akan mengambil masalah
yang menyangkut etika.
3. Etika berorganisasi, pondasi kokoh dari sebuah etika bisnis, adalah iklim
yang berlaku pada sebuah organisasi. Ada organisasi yang betul-betul ketat
menjaga etika dan memberi pelatihan kepada karyawan agar menjaga etika.
Agar para karyawan memahami lebih baik tentang pentingnya etika pada
perusahaan.

Cara mempertahankan standar etika antara lain adalah sebagai berikut:


1. Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam
menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika
bagi stakeholder.
2. Kembangkan kode etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar
tingkah laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari
karyawan. Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya
memuat tentang:
3. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hukum.
4. Kualitas dan keamanan produk.
5. Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
6. Konflik kepentingan (conflict of interest)
7. Praktik dan latihan karyawan.
8. Praktik pemasaran dan penjualan.
9. Keamanan / kebebasan.
10. Kegiatan berpolitik.
11. Pelaporan finansial.
12. Hubungan dengan pemasok.
13. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
14. Jaminan dagang / insider information.
15. Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
16. Perlindungan lingkungan.
17. Informasi kepemilikan.
18. Keamanan kemasan.
19. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten. Manajer harus mengambil
tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui,
bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak
berarti apa-apa.

4
20. Lindungi hak perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat
tergantung pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-
prinsip moral dan nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk
menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan etika,
seseorang harus memiliki:
21. Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar.
22. Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari
suatu situasi.
23. Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara
pikiran moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara
praktis.
24. Adakan pelatihan etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk
meningkatkan kesadaran para karyawan.
25. Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara yang terbaik
untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan
memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar
bercanda.
26. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hanya aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi,
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat
penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting
untuk menekankan bahwa betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau
ditawar-tawar.
27. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan.
Atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
28. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua
arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang
kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
29. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika dipertahankan.

D. Tujuan dan Manfaat Etika Wirausaha


Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan, ada beberapa
tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu:
1. Untuk persahabatan dan pergaulan
Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan
atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah
menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan,
pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih
mudah dan lancer.
2. Menyenangkan orang lain
Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita
ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Menyenangkan orang berarti
membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan yang diberikan.

5
Jika pelanggan merasa senang dan puas atas pelayanan yang diberikan,
diharapkan mereka akan mengulangnya kembali suatu waktu.
3. Membujuk pelanggan
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang
calon pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk membujuk calon pelanggan, salah
satunya dengan cara melalui etika yang ditunjukan seluruh karyawan
perusahaan.
4. Mempertahankan pelanggan
Ada anggapan mempertahankan planggan jauh lebih sulit daripada
mencari pelanggan, dan ada juga yang beranggapan bahwa mempertahankan
pelanggan lebih mudah karena merka sudah merakan produk atau layanan
yang diberikan.

5. Membina dan menjaga hubungan


Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina.
Hindari adanya perbedaan paham atau konflik. Dengan etika ciptakan
hubungan dalam suasana akrab dan lebih baik.

E. Kegiatan Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam


Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait
konsep tentang kewirausahaan (entrepreneurship) ini, namun di antara
keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang
sangat dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda.
Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan
tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis
yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan
kemandirian ini, seperti; “Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang
dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi
(HR.Abu Dawud)” ; “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad
al ‘ulya khairun min al yad al sufla”( HR.Bukhari dan Muslim) (dengan bahasa
yang sangat simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya
memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang lain),
atuzzakah.
(Q.S. Nisa : 77) “Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan
manusia untuk bekerja keras agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban
membayar zakat)”.
Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah
: 105). Oleh karena itu, apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia (rizki) Allah. (Q.S. al-Jumu’ah : 10)
Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal
itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan Baihaqi).
Nash ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup
mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja
keras, menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat
menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh

6
dengan tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati
resiko akan memperoleh peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna
bersayap, rezeki sekaligus reziko (baca; resiko).
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar
sahabatnya adalah para pedagang dan entrepre mancanegara yang pawai.
Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu,
sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship
inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama
kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke -13
M, oleh para pedagang muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar
sahabat telah meubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan
terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau
uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan.
Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif”
(sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci
salah seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan
dunia.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di
samping menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan
keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat pesisir. Di wilayah Pantura,
misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki basis keagamaan yang kuat,
kegiatan mengaji dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat akrab
dan menyatu sehingga muncul istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan
dagang).
Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga sebagai
pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan,
Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin, Niti Semito,
dan Rahman Tamin.
Apa yang tergambar di atas, setidaknya dapat menjadi bukti nyata
bahwa etos bisnis yang dimiliki oleh um at Islam sangatlah tinggi, atau dengan
kata lain Islam dan berdagang ibarat dua sisi dari satu keping mata uang.
Benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi, “Hendaklah kamu berdagang karena
di dalamnya terdapat 90 persen pintu rizki” (HR. Ahmad).

F. Motif Berwirausaha Menurut Islam


a. Berdagang untuk cari untung.
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang
sebagian besar bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk
mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat dilarang
dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis : “ Allah mengasihi
orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih
piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang
rendahan karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan,
ketidakjujuran. Penyelewengan seperti ini berdampak buruk kepada
perdangan, padahal perdangan adalah salah satu usaha dan pekerjaaan
Rasulullah SAW.

7
b. Berdagang adalah Hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari
Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan
melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open display (melakukan
pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang), window display
(melakukan pajangan di depan toko), interior display (pajangan yang disusun
didalam toko), dan close display (pajangan khusus barang-barang berharga
agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
c. Berdagang Adalah Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah
swt. Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah
agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah jalan
kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang dari tempat
grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada
disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga
nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif berbelanja
ketoko tertentu saja.
d. Perdag an gan Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran
Islam, seperti disabdakan Rasul yang artinya :
“Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab
beliau: Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap
jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).
Dala m QS.Al-Baqarah:275 dijelaskan bahwa Allah swt telah
menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini
sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang.
Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak saja
yang akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak kebutuhan
hidup.

G. Sifat-Sifat Yang Harus Dimiliki Pedagang

Dalam perdagangan, seorang pedagang berorientasi kepada laba yang


akan diperoleh dari hasil perdagangan. Akan tetapi pedagang juga harus
memperhatikan beberapa etika dan perilaku terpuji dalam Perdagangan.
Menurut Imam Ghazali, ada 8 sifat dan perilaku yang terpuji dalam
perdagangan, yaitu :
a. Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur
Sifat ini harus dimiliki oleh wirausahawan karena dengan sifat-sifat itu
kita akan diberi kemudahan dalam menjalankan setiap usaha yang kita
lakukan. Dengan adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar
penyelesaian dari suatu masalah dan mendapat rizki yang tidak disangka.
Dengan sikap tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam menjalankan
usaha walaupun usaha yang kita jalani memiliki banyak saingan. Dengan
bertakwa dan bertawakkal maka kita akan senantiasa berzikir untuk mengingat
Allah dan bersyukur sebagai ungkapan terima kasih atas segala kemudahan
yang kita terima. Dengan begitu, maka kita akan merasakan tenang dan
melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan tidak stress.
b. Tidak mengambil laba lebih banyak.

8
Membayar harga yang sedikit lebih mahal kepada pedagang yang
miskin. Memurahkan harga dan memberi potongan kepada pembeli yang
miskin sehingga akan melipatgandakan pahala. Bila membayar hutang, maka
bayarlah lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan. Membatalkan jual beli
bila pihak pembeli menginginkannya. Bila menjual bahan pangan kepada
orang miskin secara cicilan, maka jangan ditagih apabila orang tersebut tidak
mampu membayarnya dan membebaskan ia dari hutang apabila meninggal
dunia.
c. Jujur
Dalam suatu hadist diriwayatkan bahwa :”Kejujuran akan membawa
ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.”(HR.
Tirmidzi).
Jujur dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan orang lain maka
akan membuat tenang lahir dan batin.

d. Niat Suci dan Ibadah


Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan untuk
beribadah kepada Allah sehingga hasil yang didapat nanti juga akan digunakan
untuk kepentingan dijalan Allah.
e. Azzam dan bangun Lebih Pagi
Rasul saw mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai pagi
hari setelah shalat subuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa : ”Hai
anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari Rabb-mu dan janganlah kamu
tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagikan rizki
manusia antara terbitnya fajar sampai menjelang terbitnya matahari.”(HR.
Baihaqi)
f. Toleransi
Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat menjadi
pribadi bisnis yang mudah bergaul, supel, fleksibel, toleransi terhadap
langganan dan tidak kaku.
g. Berzakat dan Berinfak
Hadits Rasulullhah :
Artinya :“Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan
Allah tidak akan akan menambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali
kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah
melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.”(HR. Muslim).
Dalam hadist tersebut telah diungkapkan bahwa dengan berzakat dan
berinfak maka kita tidak akan miskin, melainkan Allah akan melipat gandakan
rizki kita. Dengan berzakat, hal itu juga akan membersihkan harta kita
sehingga harta yang kita peroleh memang benar-benar harta yang halal.
h. Silaturahmi
Dalam usaha, adanya seorang partner sangat dibutuhkan demi
lancarnya usaha yang kita lakukan. Silaturrahmi ini dapat mempererat ikatan
kekeluargaan dan memberikan peluang-peluang bisnis baru. Pentingnya
silaturahmi ini juga dapat dilihat dari hadist berikut :
Artinya :”Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya,
maka hendaklah ia mempererat hubungan silaturahmi.”(HR. Bukhari)

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berwirausaha adalah merupakan kegiatan sosial yang dapat membantu sesama
makhluk yang saling ketergantungan antara satu sama lain. Islam sangat
menganjurakan manusia untuk berusaha memperoleh rezki yang telah Allah janjikan
dengan jalan usaha. Diantara sekian banyak cara dalam berwirausaha, perdagangan
adalah salah satunya yang juga merupakan dunia usaha yang pernah ditekuni oleh
Rasulullah SAW. Beliau telah memberikan contoh terhadap ummat bagaimana
pedagang itu semestinya. Bahkan dalam Al-Quran secara tidak langsung telah
dituangkan tuntunan dalam bemuamalah khususnya dalam perdagangan.
Disamping berdagang adalah untuk menjawab kebutuhan ekonomi, ada
beberapa motif seseorang dalam menggeluti dunia perdagangan. Diantaranya adalah :
Bedagang untuk cari untung, berdagang merupakan hobi, berdagang adalah ibadah,
berdagang merupakan pekerjaan mulian dalam Islam. Namun demikian,
sepantasnyalah seorang pedagang melestarikan sifat-sifat terpuji seperti yang
dikemukan oleh Imam Al-Ghazali, yaitu : sifat taqwa, zikir dan syukur, tidak
mengambil laba secara berlebihan, sifat jujur, niat untuk ibadah, azzam dan bangun
lebih pagi, toleransi, silaturrahim, dan sebagainya.
Di dalam bertransaksi adakalanya pembeli tidak selalu membayar saat
bertransaksi dalam arti kata transaksi hutang piutang. Maka dalam hal ini, Al-Quran
telah memberikan solusi tentangnya. Yaitu, dengan menuliskan disertai dengan dua
orang saksi laki-laki yang adil. Jika ditempat itu tidak ada orang laki-laki, maka boleh
perempuan dengan catatan satu orang laki-laki bandingannya adalah dua orang
perempuan. Selanjutnya, didalam jual beli, juga ada istilah khiyar yang berarti
pembatalan atau pengembalian barang yang sudah dibeli sesuai dengan ketentuan dan
kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu : penjual dan pembeli. Karenanya, ada
khiyar yang dibolehkan dan ada juga khiyar yang dilarang.
Dalam sebuah usaha, seorang atasan harus mampu membina tenaga kerja
bawahannya dengan baik demi terwujudnya hasil usaha yang lebih baik. Tiak hanya
mementingkan kepentingan pribadi, tapi juga harus memperhatikan dan membina
hubungan yang baik, membangun solidaritas yang tinggi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bayu. 2010. Etika dan Norma-norma Kewirausahaan. http://stock-


engineering.blogspot.com/2010/12/etika-dan-norma-norma-
kewirausahaan.html. Akses 13 Oktober 2014
Depni Oktalia. 2013. Makalah Etika Kewirausahaan.
http://depnioktalia.blogspot.com/2013/10/makalah-etika-
kewirausahaan.html. Akses 13 Oktober 2014
Khaykui. 2013. Etika Wirausaha Dalam Islam.
http://kabaronli.blogspot.com/2013/06/etika-wirausaha-dalam-
islam.html. Akses 13 Oktober 2014
Lhani. 2009. Makalah Pengelolaan Kewirausahaan Menurut Ajaran Islam.
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/11/21/makalah-pengelolaan-
kewirausahaan-menurut-ajaran-agama-islam/. Akses 13 Oktober 2014

Surya Putra. 2012. Mutiara Wirausaha Melalui Islam.


http://suryaputraalhikmah.blogspot.com/2012/03/mutiara-wirausaha-
melalui-islam.html. Akses 13 Oktober 2014

Materi Kewirausahaan. http://www. d.yimg.com/kq/groups/19210555/


1519042495/name/MATERI+KEWIRAUSAHAAN.ppt (diakses pada
tanggal 21 November 2010)

11

Anda mungkin juga menyukai