Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan cepat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Masa awal kehiduoan anak merupakan masa terpenting dalam
rentang kehidupan seorang anak. Anak pada usia ini mempunyai potensi
sedemikian besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangan
termasuk perkembangan fisik motorik. Perkembangan motorik ada dua
bentuk yaitu: motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan motorik halus
umumnya memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk penyesuaiannya.
Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan yang tepat dalam menstimulus
aspek-aspek perkembangannya.
Salah satu kegiatan yang bisa mempengaruhi kemampuan motorik
halus anak yaitu melalui kegiatan kolase. Melalui kegiatan menempel anak
diberi kebebasan untuk membentuk sesuai dengan yang diinginkan anak.
Bahan kolase juga bisa berupa dari bahan alam yang murah, mudah didapat,
tidak menggunakan biaya terlalu mahal dan yang pasti aman untuk anak usia
dini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungannya antara kegiatan kolase bahan alam dengan pemikiran
Charlotte Mason tentang pembelajaran mengenal alam?
2. Apa hubungannya antara kegiatan kolase bahan alam dengan nilai-nilai
Islam?

C. Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui hubungannya antara kegiatan kolase bahan alam dengan
pemikiran Charlotte Mason tentang pembelajaran mengenal alam.
2. Agar mengetahui hubungannya antara kegiatan kolase bahan alam dengan
nilai-nilai Islam.

1
BAB II
TEORI
A. Filosofi Pendidikan Charlotte Mason
Ada 20 butir filosofi pendidikan Charlotte Mason, diantaranya:
1. Anak-anak terlahir sebagai pribadi utuh – mereka bukan lembaran kosong
atau embrio yang baru berpotensi menjadi pribadi utuh.
Mereka adalah pribadi utuh.
2. Anak-anak tidak terlahir sepenuhnya baik atau buruk, melainkan
menyimpan kemungkinan untuk yang baik ataupun buruk.
3. Prinsip otoritas dan ketaatan berlaku bagi semua orang entah mereka
menerimanya atau tidak. Keduanya bersifat alamiah, niscaya, dan
mendasar agar satu kelompok atau keluarga hidup teratur dan harmonis.
4. Prinsip otoritas dan ketaatan harus dibatasi oleh respek pada kepribadian
anak. Otoritas bukanlah lisensi untuk menyakiti anak. Orangtua dilarang
mempermainkan rasa cinta, rasa takut, sugesti, atau kharisma, atau hasrat-
hasrat alamiah anak lainnya.
5. Hanya ada tiga instrumen pendidikan yang boleh digunakan untuk
mendidik anak – atmosfir alamiah, disiplin kebiasaan baik, dan penyajian
ide-ide hidup. Inilah motto pendidikan CM, “Pendidikan adalah atmosfir,
disiplin, kehidupan”.
6. “Pendidikan adalah atmosfir” bukan berarti mengurung anak-anak dalam
suatu lingkungan buatan yang khusus dirancang bagi anak-anak, namun
memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam lingkungan alamiah anak
sehari-hari dan membiarkannya belajar dari orang-orang dan benda-benda
di sekitarnya secara bebas. Belajar dari hal-hal nyata di dunia nyata.
Lingkungan buatan justru menghambat perkembangan kepribadian anak.
7. “Pendidikan adalah disiplin” – disiplin di sini berarti melatihkan
kebiasaan-kebiasaan baik secara terencana, teratur, dan bertujuan, baik
kebiasaan mental dalam pikiran maupun tubuh, sesuai dengan hukum-
hukum fisiologis.
8. “Pendidikan adalah hidup” berarti pendidikan harus mengurusi baik
tubuh, jiwa, maupun ruh anak. Akalbudi butuh nutrisi berupa ide-ide, oleh
karena itu anak berhak memperoleh kurikulum yang kaya.

2
9. Pikiran anak bukan ember kosong yang menunggu diisi, melainkan
sesuatu yang berdaya hidup, berhakikat spiritual, dengan hasrat akan
pengetahuan. Sebagaimana lambung dirancang untuk mencerna makanan,
demikianlah akal budi dirancang untuk mencerna pengetahuan dan tidak
membutuhkan latihan atau gemblengan khusus untuk membuatnya siap
belajar.
10. Filosofi Herbart bahwa akal budi ibarat panggung kosong yang pasif
menunggu datangnya informasi dari pihak luar akan membebankan
tanggung jawab yang terlalu besar kepada guru untuk menyiapkan
pelajaran rinci bagi anak-anak. Padahal, semakin besar upaya guru
mencernakan infomrasi, semakin anak-anak tidak belajar apa-apa. Anak-
anak yang dididik dengan cara ini ada dalam bahaya menerima terlalu
banyak pelajaran namun memahami sedikit saja. Cara mengajar akan
dianggap lebih penting ketimbang pengetahuan apa yang anak betul-betul
peroleh.
11. Namun kita, karena yakin bahwa anak-anak punya kemampuan mental
untuk mencerna semua pengetahuan yang ia perlukan, menyediakan
kurikulum yang kaya dan bervariasi dan dengan cermat menawarkan
hanya pengetahuan yang berdaya hidup, tidak pernah menyajikan fakta
tanpa ide-ide yang melatarbelakanginya.
12. “Pendidikan adalah sains tentang relasi-relasi”, artinya secara alamiah
anak mengembangkan relasi-relasi dengan sejumlah besar pengalaman
dan pengetahuan, maka kita memberinya pendidikan jasmani,
pengetahuan alam, hasta karya, sains dan seni, dan banyak living books,
karena kita tahu bahwa urusan kita bukanlah mengajarkan segala sesuatu
kepadanya, tapi membantunya memiliki sebanyak mungkin relasi dengan
perkara dan ide yang ia minati.
13. Dalam merancang kurikulum bagi seorang anak, tanpa membedakan kelas
sosial, ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan: (a) kuantitas – anak
membutuhkan sejumlah besar pengetahuan sebab, sama seperti tubuh,
akalbudi membutuhkan makanan mental yang memadai; (b) variasi –
anak membutuhkan pengetahuan yang beragam sebab diet ide yang

3
monoton mematikan selera keingintahuan; (c) kualitas – anak
membutuhkan pengetahuan yanag disampaikan dalam bahasa bermutu
(well-chosen) sebab secara alamiah ia akan tertarik pada ide yang
diungkapkan secara indah (literary form).
14. Oleh karena pengetahuan belum betul-betul menjadi milik seseorang
sebelum ia bisa mengungkapkannya, maka anak-anak musti diminta
menarasikan apa yang ia telah baca atau dengar, secara lisan atau tertulis,
sebagian atau seluruhnya.
15. Prinsip ‘sekali baca’ (single reading) harus dijalankan dengan disiplin,
sebab anak-anak secara alamiah punya kemampuan besar untuk fokus dan
memperhatikan, tapi kemampuan ini akan dilemahkan jika ia diijinkan
mengulang-ulang porsi bacaannya, atau dibuatkan ringkasan, atau
dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan komprehensi, dan sebagainya.
Dengan langsung memperhatikan sejak kali pertama, lebih sedikit waktu
terbuang untuk mengulang pelajaran, dan lebih banyak waktu untuk lebih
banyak pengetahuan. Kapasitas belajar anak sangat luar biasa dan, sebagai
‘perilaku akalbudi’ (behavior of the mind) yang universal, kapasitas itu
tidak terlalu terpengaruh oleh faktor turunan seperti IQ atau lingkungan
asal.
16. Ada dua pembimbing pertumbuhan moral dan intelektual yang perlu kita
kenalkan kepada anak, yakni hukum kehendak (the way of the will) dan
hukum nalar (the way of reason).
17. Hukum kehendak: Anak-anak patut diajari (a) membedakan antara ‘Aku
ingin’ (I want) dan ‘Aku hendak’ (I will); (b) Kehendak disebut efektif
jika anak bisa memalingkan pikirannya dari apa yang ia inginkan tapi
tidak ia kehendaki. (c) Cara terbaik untuk memalingkan pikiran dari
perkara seperti itu adalah memikirkan atau melakukan hal lain yang juga
menarik atau membangkitkan minat; (d) Setelah mengambil rehat sesaat
seperti itu, kehendak anak mampu kembali menjalankan tugasnya dengan
kekuatan baru. Penggunaan sugesti [contohnya, hipnotis] sebagai alat
bantu anak dalam berkehendak harus dijauhi karena cenderung
mengerdilkan dan mematikan orisinalitas karakternya. Memilih secara

4
spontan adalah syarat pengembangan karakter, dan manusia
membutuhkan pengalaman gagal maupun pengalaman sukses untuk
mendidik dirinya.
18. Hukum nalar: Anak-anak patut diajari untuk tidak terlalu bergantung atau
mengandalkan penalaran mereka sendiri. Fungsi nalar adalah
mendemonstrasikan secara logis (a) kebenaran matematis, (b) kebenaran
suatu gagasan dasar atau asumsi yang diterima oleh Kehendak. Dalam
kasus pertama, nalar bisa dibilang pembimbing yang otoritatif. Namun
untuk menilai ide-ide, nalar belum tentu bisa dipercaya, sebab penalaran
kita akan membenarkan segala macam ide yang keliru kalau kita memang
berniat mempercayainya.
19. Menyadari bahwa nalar tidak bisa selalu diandalkan sebagai otoritas
tertinggi dalam membentuk opini, anak-anak yang beranjak dewasa patut
memahami bahwa tanggung jawab terbesar mereka sebagai seorang
pribadi utuh adalah memilih ide-ide mana yang perlu diterima atau
ditolak. Latihan kebiasaan-kebiasaan baik, ajaran-ajaran etis, serta
wawasan luas dari banyak bacaan dan pengalaman akan membantu
mereka membuat pilihan-pilihan itu. Dengan demikian anak akan
terhindar dari cara pikir dan tindakan asal-asalan yang sering
menyebabkan seseorang hidup lebih rendah dari ideal yang seharusnya ia
bisa capai.
20. Tidak ada alasan untuk mendirikan sekat antara ranah intelektual dan
spiritual dalam kehidupan. Kita mengajarkan kepada anak-anak bahwa
semua kebenaran adalah milik Tuhan, dan bahwa kajian sekuler sama
baiknya dengan kajian religius. Mereka perlu sadar, kehidupan beragama
dan kehidupan akademis bukanlah dua dunia yang terpisah, dan apa pun
yang ia pelajari atau kerjakan, Tuhan selalu bersama mereka.

B. Pemikiran Charlotte Mason Tentang Pembelajaran Mengenal Alam


Charlotte menekankan pentingnya seorang anak banyak-banyak
menghabiskan waktu diluar ruangan “Jangan tinggal di dalam kalau ada

5
kesempatan menghabiskan waktu di luar ruangan!” Sering-sering berpiknik,
makan di tengah alam terbuka, sangat menyegarkan pikiran anak.
Tugas pertama ibu, kata Charlotte, adalah memastikan anaknya
menghabiskan enam tahun pertama kehidupannya sebagian besar di luar
ruangan, tanpa tekanan akademis, Biarkan ia sepuas-puasnya menikmati
udara segar dan mengamati alam. Ini bukan sekedar karena udara segar itu
sehat bagi tumbuhnya, tapi anak yang menghabiskan banyak waktu di tengah
alam tanpa tekanan akademis cenderung bertumbuh kembang dengan baik,
bersahaja, dan bahagia.
Ini berarti tidak perlu ada perjalanan akademis di usia muda, cukuplah
kebebasan untuk menikmati ciptaan Tuhan. Inilah yang Charlotte sebut
masterly inactivity – membiarkan anak berproses sendiri dalam
mengumpulkan dan menghubung-hubungkan berbagai pengalamannya.
Pengamatan yang anak lakukan di usia dini menjadi landasan dari segala
sesuatau yang akan dia pelajari di sisa hidupnya. Semakin banyak asosiasi
pengalaman dalam benak si anak semasa kecil, semakin ia punya latar
belakang dan konteks mental bagi informasi-informasi baru yang ia terima
kelak.
Anak-anak usia dini butuh kebebasan bermain, untuk mengamati alam
dan merenungkan secara mandiri. Yang mereka perlukan adalah pembimbing
yang penuh perhatian namun pasif, yang tidak selalu berkata, “Jangan
begini!” atau “Harus begitu”, melainkan menghormati pilihan-pilihan mereka
dan hanya memberi petunjuk ketika betul-betul diperlukan. Anak-anak yang
sehat dan gembira mampu menciptakan permainan-permainan sendiri, dan ini
akan mendorong kebiasaan berinisiatif terbentuk, satu kekuatan karakter yang
jauh lebih berharga ketimbang pengetahuan akademis apapun yang mereka
bisa peroleh dari bangku sekolah. Dan semua proses ini paling baik
dijalankan dalam lingkungan keluarga sehari-hari, bukan dalam ruang kelas
yang semuanya serba diarahkan dan tertata. Anak-anak bisa tampil otentik,
menampilkan diri apa adanya, paling baik diantara keluarga besarnya sendiri.
Anak-anak butuh berlimpah udara segar dalam aliran darah dan banyak
sinar matahari supaya bisa mencapai performa puncak. Charlotte

6
menganjurkan para orangtua memfasilitasi anak-anak mereka berjalan-jalan
di alam dan berkegiatan luar ruangan lebih dari satu jam setiap hari. Dia
berharap anak-anak bisa sesering mungkin menghirup udara pedesaan, bukan
udara kota yang kotor. Setiap kamar rumah, apalagi kamar anak, harus punya
aliran udara yang baik. Kulit juga perlu bernafas, maka anak perlu
membersihkan badan setiap hari dan mengenakan pakaian yang tidak
menyekap keringat.
Charlotte menceritakan dua karakter yang berjalan bersama-sama
menjelajahi satu area. Yang satu pulang dengan rasa bosan, yang satu lagi
bergairah karena mengamati berbagai hal menarik sepanjang perjalanannya.
Perbedaan diantara kedua respon itu disebabkan oleh peka atau tidaknya
seseorang kepada cara kerja alam yang luar biasa. Minat dan rasa ingin tahu
mesti dipupuk sejak kecil. Semua saran yang telah Charlotte berikan
sebelumnya: banyak-banyak berkegiatan di alam terbuka, mempelajari objek-
objek alam (benda langit, tanaman, binatang, cuaca) lewat pengamatan,
sentuhan, dan pendengaran langsung, terbiasa untuk mencatat pengamatan
dan bertanya mengapa? Lalu sedapat mungkin mencari jawabannya sendiri
adalah fondasi pengetahuan ilmiah anak di masa depannya.
Alam ini berjalan tertib dan logis. Buku pelajaran sains harus bisa
menggambarkan itu kepada anak secara hidup, sekaligus berisi contoh–
contoh eksperimen sederhana yang anak bisa kerjakan untuk mengalami
langsung bagaimana alam ini bekerja. Biarkan anak membuat simpulan-
simpulan sendiri dulu tentang apa yang ia alami dan amati. Teori-teori dan
istilah-istilah ilmiah (seperti nama-nama latin) bisa menyusul belakangan.
Dengan cara ini, ilmu pengetahuan alam bagi anak tidak akan menjadi
sekedar hafalan tetapi juga pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari.

BAB III

PEMBAHASAN

7
A. Hubungan Kolase Bahan Alam dengan Pemikiran Charlotte Mason
Kegiatan menempul atau kolase adalah penyusunan berbagai bahan
pada sehelai kertas yang datar dengan bahan berbagai bentuk kertas, kain,
bahan-bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi
atau tiga dimensi. Kegiatan kolase ini merupakan teknik yang kaya akan
aktivitas berfikir kreatif dalam menyusun benda-benda pada pola atau gambar
yang menghasilkan keindahan sekaligus menarik minat anak-anak karena
berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka hati mereka.
Pada tanggal 18 November 2019 kemarin, kami dari kelompok 8 telah
mensimulasikan kegiatan metode karyawisata di Mangrove Gunung Anyar.
Kelompok kami juga mendapat tema lingkungan keluarga. Oleh sebab itu,
kami sepakat untuk membuat kegiatan mengkolase rok Ibu menggunakan
bahan-bahan alam, salah satu contohnya yaitu daun bakau. Langkah-
langkahnya, peserta didik hanya tinggal menggunting sesuai pola dan
menempel bahan-bahan alam menggunakan lem pada pola gambar yang ada
pada lembar kerja (LK) dengan rapi. Peserta didik juga diharapkan supaya
menempel bahan alamnya tidak sampai keluar garis atau pola gambar. Maka
hal itu bisa menjadi penilaian bagi anak bagaimana anak mengatur strateginya
supaya bahan-bahan alam yang sudah kami berikan itu bisa sesuai dengan
pola yang ada pada gambar.
Jadi berdasarkan kegiatan diatas, maka menurut kami hal itu sudah
sehubungan dengan pemikiran Charlotte Mason bahwa menekankan
pentingnya seorang anak banyak menghabiskan waktu diluar ruangan.
Charlotte Mason juga yang menyarankan atau menganjurkan orang tua
memfasilitasi anak-anak mereka supaya berjalan-jalan di alam terbuka dan
melakukan kegiatan diluar ruangan. Jadi kami telah melakukan kegiatan
simulasi metode karyawisata di Mangrove Gunung Anyar dengan melakukan
kegiatan kolase rok Ibu menggunakan bahan alam (daun bakau) dan tumbuh-
tumbuhan yang ada disana.
Dengan menggunakan metode karyawisata ini banyak manfaat yang
bisa diperoleh oleh anak. Semakin banyak pengalaman diluar kelas, semakin
banyak pula informasi-informasi baru yang bisa diperoleh oleh anak. Salah

8
satunya adalah tentang tanaman hutan bakau. Anak mampu menyebutkan
bagian-bagian dari tanaman hutan bakau dan sekaligus manfaatnya.
Kegiatan di luar kelas seperti ini biasanya setiap pendidik wajib
mengagendakannya setiap tahun atau biasanya ditiap akhir semester bagi
anak usia TK ada yang namanya puncak tema. Hal tersebut sering
dimanfaatkan oleh seluruh pendidik untuk melakukan kegiatan diluar kelas,
misalnya outbond, karyawisata, dll.

B. Hubungan Kolase Bahan Alam dengan Nilai-nilai Islam


Dalam teori Islam, Allah SWT. telah menganugerahkan kemampuan
bagi manusia untuk menciptakan, memberi bentuk dan memulai sesuatu yang
belum pernah ada sebelumnya dan tidak menutup kemungkinan juga bisa
memodivikasi dari apa yang sudah ada. Maka dari kegiatan kolase, anak
mampu berkreatifitas sesuka hatinya dengan memanfaatkan sumber daya
alam atau bahan alam. Berkarya kreatif adalah sebagai upaya pengembangan
kemampuan dasar bagi anak TK. Berkarya melalui kegiatan kolase dapat
melatih keterampilan kreatif anak dalam membuat bentuk karya.
Sumber daya alam adalah salah satu nikmat dan karunia dalam Islam.
Tak seorang pun berhak menghancurkan atau menyia-nyiakan sumber daya
alam yang telah diberikan Allah SWT. Perusakan terhadap anugerah Allah
merupakan tindakan fasad yang dikecam oleh Allah.
Bahan alam adalah bahan-bahan yang bersumber dari alam baik itu
hewan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam. Banyak sekarang ini
bahan alam bisa dimanfaatkan untuk dijadikan suatu hasil karya seni
misalnya tumbuh-tumbuhan seperti: ranting, akar, daun, batang, buah, kulit
batang dan lainnya, baik yang masih basah atau yang sudah kering. Jika
diperhatikan selain mudah didapatkan baik dari alam luas juga bisa didapat
dari lingkungan sekitar rumah.

9
KESIMPULAN
Sehubungan dengan pemikiran Charlotte Mason bahwa menekankan
pentingnya seorang anak banyak menghabiskan waktu diluar ruangan. Charlotte
Mason juga yang menyarankan atau menganjurkan orang tua memfasilitasi anak-
anak mereka supaya berjalan-jalan di alam terbuka dan melakukan kegiatan diluar
ruangan. Jadi kami telah melakukan kegiatan simulasi metode karyawisata di
Mangrove Gunung Anyar dengan melakukan kegiatan kolase rok Ibu
menggunakan bahan alam (daun bakau) dan tumbuh-tumbuhan yang ada disana.
Dalam teori Islam, Allah SWT. telah menganugerahkan kemampuan bagi
manusia untuk menciptakan, memberi bentuk dan memulai sesuatu yang belum
pernah ada sebelumnya dan tidak menutup kemungkinan juga bisa memodivikasi
dari apa yang sudah ada. Maka dari kegiatan kolase, anak mampu berkreatifitas
sesuka hatinya dengan memanfaatkan sumber daya alam atau bahan alam.

10

Anda mungkin juga menyukai