Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN

“AKREDITASI LEMBAGA PENDIDIKAN”

Disusun Oleh

Nama : Sri Yulia Ningsih

Nim : 16031116

Dosen Pengampuh : Rahmawati D.,M.Pd

Jurusan Biologi

Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Padang

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masing-masing


individu. Pendidikan berperan menentukan arah pengembangan dan perwujudan
dari individu sesuai kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat, terutama
untk pembangunan bangsa dan Negara. Setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan secara merata. Tujuan umum pendidikan adalah mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya dalam arti pendidikan yang dilakukan tetap
mempertahankan kesatuan, keanekaragaman, mengembangkan cita-cita
perorangan. Tujuan yang mulia ini akan dapat tercapai apabila dilakukan aktivitas
pendidikan yang bertanggung jawab dan terjaminnya kualitas akademik pada
desain, manajemen proses pendidikan, bertumpu pada konsep pertumbuhan,
pengembangan, pembaharuan, dan kelangsungannya sehingga penyelenggaraan
pendidikan harus dikelola secara profesional.

Pembaharuan pendidikan dilakukan terus-menerus agar mampu


menghadapi berbagai tantangan sesuai perkembangan zaman. Selain itu teknologi
memberikan kemajuan pada sarana dan prasarana teknik yang digunakan lembaga
untuk melayani para penggunanya. Hal tersebut juga membuat masyarakat
menjadi lebih kritis . karena telah mengeluarkan sejumlah uang sebagai biaya
pendidikan kepada lembaga yang ia percayai, masyarakat juga meminta
pertanggung jawaban terhadap layanan yang diberikan. Hal ini juga didukung oleh
undang-undnag yang memberikan keluasan bahwa setiap warga Negara berhak
memperoleh pendidikan yang bermutu ( UU sisdiknas No 20 Tahun 2003, pasal 5
ayat 1).

Dalam UU no 20 tahun 2003 pasal 60 menegaskan bahwa :


1. Akreditas dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
2. Akreditas terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh
pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk
akuntabilitas public
3. Akreditas dilakukan atas dasar criteria yang bersifat terbuka.

Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara


sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal
(visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah. Akreditas pada
perguruna tinggi merupakan suatu proses evaluasi program studi atau perguruan
tinggi baik oleh suatu badan independen maupun badan lain yang telah diberi
kewenangan oleh pemerintah seperti lembaga penilaian Badan Akreditasi
Nasioanal

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka ada beberapa
rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Akreditasi lembaga pendidikan dan


Tujuannya?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi
3. Bagaimana Prinsip-prinsip Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi
4. Bagaimana standar Penilaian Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka secara umum tujuan dari makalah ini adalah
untuk :

1. Mengetahui pengertian dari Akreditasi lembaga pendidikan dan Tujuannya


2. Mengetahui Ruang Lingkup Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi
3. Mengetahui Prinsip-prinsip Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi
4. Mengerahui standar Penilaian Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Tujuan Akreditasi Lembaga pendidikan

Akreditasi adalah proses penilaian dengan indicator tertentu berbasis


fakta. Asesor melakukan pengamatan dan penilaian sesuai realitas, tanpa ada
manipulasi. akreditasi merupakan kebalikan arah evaluasi diri.Yang dimaksud
dengan evaluasi diri disini adalah penilaian dari pihak luar dalam rangka
memberikan pengakuan terhadap mutu pendidikan yang diselenggarakan.Jadi
dengan singkat dapat dikatakan bahwa akreditasi adalah penilaian jenjang
kualifikasi mutu sekolah swasta oleh pemerintah.Pengakuan tersebut hasil dari
akreditasi mempunyai konsekuensi pengakuan terhadap kedudukan sekolah
swasta sebagai “Terdaftar” (kurang), ”Diakui” (baik), dan “Disamakan” (sangat
baik) (Asmaini, 2011).

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan yang menuntut kualitas


pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, maka pemerintah
Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan tercermin melalui
keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.087/U/2012 pada
tanggal 4 Juni 2002 telah diterbitkan ketetapan mengenai akreditasi sekolah yang
baru. Kalau dulu sekolah swasta saja yang harus diakreditasi atau yang terkena
peraturan tersebut, sedangkan sekarang sekolah negeri pun harus terakreditasi
pula. Dalam buku pedoman akreditasi madrasah, akreditasi ditafsirkan sebagai
suatu proses penilaian kualifikasi dengan menggunakan kriteria baku mutu yang
ditetapkan dan bersifat terbuka.Jika proses penilaian kualitas madrasah, baik
madrasah negeri maupun madrasah swasta dengan menggunakan kriteria baku
mutu yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga akreditasi, hasil penelitian
tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk memelihara dan meningkatkan kualitas
penyelenggaraan dan pelayanan lembaga yang bersangkutan. Hasil penilitian
akreditasi dinyatakan dalam bentuk pengakuan terakreditasi dan tidak
terakreditasi.Sedangkan sekolah terakreditasi dapat diperingkatkan menjadi 3
klasifikasi yaitu sangat baik (A), baik (B), dan cukup (C) ( Suharsimi, 1988).
Dasar hokum akreditas sekolah utama adalah : undang-undang n0 20 tahun
2003 pasal 60, peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 pasal 86 dan 87 dan surat
keputusan mendiknas no 7/u.2002 ( undang-undang no 20 tahun 2003)

Akreditasi merupakan salah satu bentuk sistem jaminan mutu eksternal


yaitu suatu proses yang digunakan lembaga yang berwenang dalam memberikan
pengakuan formal bahwa suatu institusi mempunyai kemampuan untuk
melakukan kegiatan tertentu. Dengan demikian, akreditasi
melindungi masyarakat dari penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Ciri akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pakar sejawat dari luar
institusi terkait (external peer reviewer), dan dilakukan secara voluntir bagi
perguruan tinggi yang menyelenggarakan suatu program studi.. Kegiatan ini
diawali dengan melakukan kegiatan evaluasi diri (self evaluation) terhadap
berbagai/ komponen dari masukan, proses dan produk perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program studi tersebut dan mengirimkan laporannya ke
lembaga asesor ( Ghafur, 2008).

Selanjutnya berdasarkan laporan evaluasi tersebut pihak lembaga asesor


mengirim beberapa pertanyaan (borang) untuk diisi dan berdasarkan isian tersebut
dilakukan kunjungan lapangan (site visit) oleh asesor sebagai tindakan validasi.
Dengan kata lain Akreditasi sama dengan status dan proses. Status disni dalam
konteks sekolah atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
studiterakreditasi telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, sedangkan
Proses dalam konteks ini maksudnya adalah proses kegiatan akademik telah
dilakukan memenuhi standar mutu dan kecenderungan melakukan perbaikan
secara berkesinambunganmelalui evaluasi diri (Asmani, 2011).

Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan


pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Akreditasi sekolah
merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga
mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai bentuk
akuntabilitas publik yang dilakukan secara objektif, adil, transparan, dan
komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan (Mulyono, 2008).

Menurut Permendikbud No. 59 tahun 2012, bahwa Badan Akreditasi


Nasional Sekolah Madrasah (BAN-SM) merupakan badan mandiri yang
menetapkan kelayakan suatu program dan atau satuan pendidikan
jenjangpendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu Standar
Nasional Pendidikan (SNP).

Dasar hukum pelaksanaan akreditasi sekolah adalah sebagai berikut :

a. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Bab XVI Bagian Kedua pasal 60 tentang Akreditasi.
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 86 dan 87.
c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor: 087/U/2002 tahun 2002
tentang akreditasi sekolah.
d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor: 039/O/2003 tentang
pembentukan Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS) yang
bertugas menetapkan berbagai kebijakan yang terkait dengan
pelaksanakan akreditasi sekolah.

Adapun tujuan dari akreditasi sekolah sesuai dengan Keputusan Menteri


Pendidikan Nasional nomor: 087/U/2002 tahun 2002 adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat dipergunakan


sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan.
2. Untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan.

Sedangkan fungsi dari akreditasi sekolah adalah sebagai berikut:

1. Untuk pengetahuan, yaitu dalam rangka mengetahui bagaimana kelayakan


dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait yang mengacu
pada kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator tertentu.
2. Untuk akuntabilitas, yaitu agar sekolah dapat mempertanggungjawabkan
apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan
masyarakat.
3. Untuk kepentingan pengembangan, yaitu agar sekolah dapat melakukan
peningkatan kualitas atau pengembangan berdasarkan masukan dari hasil
akreditasi.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor:


087/U/2002 tahun 2002, pelaksanaan akreditasi sekolah mengikuti alur sebagai
berikut:

1. Penyusunan rencana jumlah dan alokasi sekolah/madrasah


2. Pengumuman secara terbuka kepada sekolah/madrasah
3. Pengusulan daftar sekolah/madrasah
4. Pengiriman perangkat akreditasi ke sekolah/madrasah
5. BAP-S/M mengirimkan perangkat akreditasike sekolah/madrasah yang
terdiri dari:
a. Instrumen Akreditasi
b. Petunjuk Teknis Pengisian Instrumen Akreditasi
c. Instrumen Pengumpulan Data dan Informasi Pendukung
d. Teknik Penskoran dan Pemeringkatan Hasil Akreditasi
6. Pengisian instrumen akreditasi dan instrumen pengumpulan data
7. Informasi pendukung
8. Pengiriman hasil isian instrumen akreditasi dan instrumen
9. Pengumpulan data dan informasi pendukung ke bap-s/m
10. Penentuan kelayakan visitasi
11. Penugasan tim asesor
12. Pelaksanaan visitasi
13. Verifikasi hasil visitasi
14. Penetapan hasil akreditasi sekolah/madrasah
15. Penerbitan sertifikat
Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu
Sekolah/Madrasahdan rencana pengembangan Sekolah/Madrasah.
2. Dapat dijadikan sebagai motivator agar Sekolah/Madrasah terus
meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif
baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan
internasional.
3. Dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan
pengembangan kinerja warga Sekolah/Madrasah dalam rangka menerapkan
visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program Sekolah/Madrasah.
4. Membantu mengidentifikasi Sekolah/Madrasah dan program dalam rangka
pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau
bentuk bantuan lainnya.
5. Bahan informasi bagi Sekolah/Madrasah sebagai masyarakat belajar untuk
meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta
dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana.
6. Membantu Sekolah/Madrasah dalam menentukan dan mempermudah
kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru
dan kerjasama yang saling menguntungkan (kementrian pendidikan nasional
RI).

Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem akreditasi meliputi:

1. Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah (BAN-S/M)


2. Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M).Pelaksanaan
akreditasi pada dasarnya dilakukan pada tingkat sekolah/madrasah oleh BAN-
S/M. Dalam pelaksanaan akreditasi tersebut BAN-S/M dibantu BAP-S/M,
sesuai Permendiknas Nomor 29 Tahun 2005. Untuk keperluan tersebut, maka
dibentuk BAPS/M pada setiap provinsi.
3. Unit Pelakasana Akreditasi Sekolah / Madrasah (UPA-S/M) UPA-S/M
bertugas membantu BAP-S/M
4. Asesor Asesor adalah tenaga profesional yang telah memenuhi persyaratan
untuk diangkat dan ditugasi oleh BAN-S/M sebagai lembaga akreditasi untuk
melakukan penilaian dan visitasi di sekolah/madrasah sebagai bagian dari
proses akreditasi.
5. Sekolah/Madrasah (Rakhman, 2017)

AKREDITASI PADA SEKOLAH / MADRASAH

Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara


sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal
(visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.

Dasar hukum akreditasi sekolah utama adalah : Undang Undang No. 20


Tahun 2003 Pasal 60, Peraturana Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87
dan Surat Keputusan Mendiknas No. 87/U/2002.

Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah


bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/program
pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui
kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program pendidikan ( Habibi,
2012).

Tujuan diadakannya kegiatan akreditasi sekolah/madrasah ialah:


1. Memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program
yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
3. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada
program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait.

Akreditasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran


keadaan kinerja madrasah dalam menyelenggarkan pendidikan, sebagai dasar
yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan dan pengembangan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan di madrasah ( Depag RI, 2008).

Dalam mempersiapkan akreditasi, sekolah melakukan langkah-langkah


sebagai berikut :

a) Sekolah mengajukan permohonan akreditasi kepada Badan Akreditasi


Propinsi (BAP)-S/M untuk SLB, SMA, SMK dan SMP atau kepada
Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota untuk TK dan SD
Pengajuan akreditasi yang dilakukan oleh sekolah harus mendapat
persetujuan atau rekomendasi dari Dinas Pendidikan;
b) Setelah menerima instrumen evaluasi diri, sekolah perlu memahami
bagaimana menggunakan instrumen dan melaksanakan evaluasi diri.
Apabila belum memahami, sekolah dapat melakukan konsultasi
kepada BAN-SM mengenai pelaksanaan dan penggunaan instrumen
tersebut;
c) Mengingat jumlah data dan informasi yang diperlukan dalam proses
evaluasi diri cukup banyak, maka sebelum pengisian instrumen
evaluasi diri, perlu dilakukan pengumpulan berbagai dokumen yang
diperlukan sebagai sumber data dan informasi ( kadir,2010).

Tujuan Akreditasi Di Sekolah


a. Mendapatkan bahan-bahan bagi usaha-usaha perencanaan pemberian
bantuan dalam rangka pembinaan sekolah yang bersangkutan.
b. Mendorong dan menjaga agar mutu pendidikan sesuai dengan ketentuan
kurikulum yang berlaku.
c. Mendorong dan menjaga mutu tenaga kependidikan.
d. Mendorong tersedianya prasarana atau sarana pendidikan yang baik.
e. Mendorong terciptanya dan menjaga terpeliharanya ketahanan sekolah
dalam penge9mbangan sekolah sebagai pusat kebudayaan.
f. Melindungi masyarakat dari usaha pendidikan yang kurang bertanggung
jawab.
g. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang mutu pendidikan suatu
sekolah.
h. Memudahkan pengaturan perpindahan siswa dari sekolah ke satu ke
sekulah yang lain (Arikunto,1988)

AKREDITASI PADA PERGURUAAN TINGGI

Proses penilaian Mutu program studi yang merupakan cerminan dari


totalitas keadaan dan karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak,
atau layanan/kinerja program studi yang diukur berdasarkan sejumlah standar
yang ditetapkan itu.

Saat ini setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus
melakukan akreditasi. Kemendiknas sudah menetapkan bila suatu program studi
(prodi) dari suatu perguruan tinggi (PT) tidak melakukan akreditasi, setelah tahun
2012, maka prodi tersebut tidak akan diperbolehkan mengeluarkan ijasah. Dan
UU perguruan tinggi juga sudah mewajibkan akreditasi sebagai syarat pemberian
izin bagi perguruan tinggi (Ferrell, 2009).

Akreditasi dipahami sebagai penentuan standar mutu serta penilaian


terhadap suatu lembaga pendidikan (dalam hal ini pendidikan tinggi) oleh pihak di
luar lembaga pendidikan itu sendiri. Mengingat adanya berbagai pengertian
tentang hakikat perguruan tinggi (Barnet, 1992) maka kriteria akreditasi pun dapat
berbeda-beda. Barnet menunjukkan, bahwa setidak-tidaknya ada empat pengertian
atau konsep tentang hakikat perguruan tinggi :

1. Perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu (qualified


manpower). Dalam pengertian ini pendidikan tinggi merupakan suatu proses
dan mahasiswa dianggap sebagai keluaran (output) yang mempunyai nilai atau
harga (value) dalam pasaran kerja, dan keberhasilan itu diukur dengan tingkat
penyerapan lulusan dalam masyarakat (employment rate) dan kadang-kadang
diukur juga dengan tingkat penghasilan yang mereka peroleh dalam karirnya.
2. Perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu
perguruan tinggi ditentukan oleh penampilan/prestasi penelitian anggota staf.
Ukuruan masukan dan keluaran dihitung dengan jumlah staf yang mendapat
hadiah/penghargaan dari hasil penelitiannya (baik di tingkat nasional maupun
di tingkat internasional), atau jumlah dana yang diterima oleh staf dan/atau
oleh lembaganya untuk kegiatan penelitian, ataupun jumlah publikasi ilmiah
yang diterbitkan dalam majalah ilmiah yang diakui oleh pakar sejawat (peer
group).
3. Perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien. Dalam
pengertian ini perguruan tinggi dianggap baik jika dengan sumber daya dan
dana yang tersedia, jumlah mahasiswa yang lewat proses pendidikannya
(throughput) semakin besar.
4. Perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan
kehidupan. Indikator sukses kelembagaan terletak pada cepatnya pertumbuhan
jumlah mahasiswa dan variasi jenis program yang ditawarkan. Rasio
mahasiswa-dosen yang besar dan satuan biaya pendidikan setiap mahasiswa
yang rendah juga dipandang sebagai ukuran keberhasilan perguruan tinggi (
Uhar,2015).

Tujuan Akreditasi Di Perguruan Tinggi

1. Memberikan jaminan bahwa program studi yang terakreditasi telah memenuhi


standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dengan merujuk pada standar
nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga mampu memberikan
perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan program studi yang
tidakmemenuhi standar yang ditetapkan itu.
2. Mendorong program studi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
mempertahankan mutu yang tinggi
3. Hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam
transfer kredit perguruan tinggi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta
pengakuan dari badan atau instansi yang lain ( lamat, 2003).
B. Ruang Lingkup Akreditasi Sekolah dan Perguruan Tinggi

Ruang lingkup akreditasi sekolah/madrasah maliputi :

1. Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA).


2. Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs).
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA).
5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
6. Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari Taman Kanak-kanak Luar
Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) dan Sekolah Menengah Luar Biasa
(SMLB) ( Arikunto, 1998).

MODEL AKREDITASI
Ada dua model akreditasi yang dikembangkan oleh BAN-PT, yaitu
akreditasi program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi :

1. Model Akreditasi Program Studi

Dalam model Akreditasi program studi BAN-PT melakukan penilaian


berdasarkan stantdar-standar sebagai berikut :

a. Dimensi

 Masukan (INPUT)
 Proses (PROCESS)
 Luaran dan hasil (OUTPUT dan OUTCOME)

b. Standar Akreditasi Pada Perguruan Tinggi

 Jatidiri, Visi, Misi , dan Tujuan


 Pengelolaan Lembaga dan Program
 Mahasiswa dan Bantuan
 Kurikulum
 Ketenagaan : Dosen dan Tenaga Pendukung
 Sarana dan Prasarana
 Pendanaan
 Proses Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar
 Penelitian, Publikasi dan Thesis
 Suasana Akademik
 Pengabdian Kepada Masyarakat
 Sistem peningkatan dan pengendalian mutu
 Sistem Informasi
 Lulusan.

c. Aspek

 Relevansi (Relevancy) merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun


hasil/ keluaran program studi dengan kebutuhan masyarakat di
lingkungannya maupun secara global.

 Suasana Akademik (Academic Atmosphere) menunjukkan iklim yang


kondusif bagi kegiatan akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa,
antara sesama mahasiswa, maupun antara sesama dosen untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran.

 Pengelolaan Institusi (Institutional Management) yang mencakup


Kelayakan (Appropriateness) dan Kecukupan (Adequacy). Dimana
Kelayakan yang menunjukkan tingkat ketepatan (kesesuaian) unsur
masukan, proses, keluaran, maupun tujuan program ditinjau dari ukuran
ideal secara normatif, sedangkan Kecukupan menunjukkan tingkat
ketercapaian persyaratan ambang yang diperlukan untuk penyelenggaraan
suatu program

 Keberlanjutan (Sustainability) mancakup Keberlanjutan (Sustainability)


dan Selektivitas (Selectivity). Dimana Keberlanjutan menggambarkan
keberlangsungan program yang dijamin oleh ketersediaan masukan,
aktivitas pembelajaran, maupun pencapaian hasil yang optimal, sedangkan
Selektivitas menunjukkan bagaimana penyelenggara program memilih
unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran, penelitian, dan penentuan
prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan kemampuan/ kapasitas
yang dimiliki.

 Efisiensi (Efficiency) yang mencakup Efisiensi (Efficiency), Efektivitas


(Effectiveness) dan Produktivitas (Productivity). Dimana Efisiensi
menunjuk tingkat pemanfaatan masukan (sumberdaya) terhadap hasil yang
didapat dari proses pembelajaran, dan Efektivitas adalah tingkat
ketercapaian tujuan program yang telah ditetapkan yang diukur dari
hasil/keluaran program, sedangkan Produktivitas menunjukkan tingkat
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dalam memanfaatkan
masukan.

2. Model Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi

Dalam model Akreditasi institusi perguruan tinggi BAN-PT melakukan


penilaian institusi perguruan tinggi dengan memperhatikan dua komitmen inti,
yaitu :

a. Komitmen Inti Pertama: Kapasitas Institusi

Kapasitas institusi dicerminkan dalam ketersediaan dan kecukupan


berbagai perangkat dasar yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pendidikan, seperti:

 Eligibilitas, integritas, visi, misi, tujuan, dan sasaran


 Tata pamong (governance)
 Sistem Pengelolaan
 Sumber daya manusia
 Prasarana dan sarana
 Keuangan
 Sistem informasi

b. Komitmen Inti Kedua : Efektifitas Pendidikan


Efektifitas pendidikan dicerminkan dengan tersedianya sejumlah masukan,
proses dan suasana yang diperlukan dalam proses pendidikan serta produk
kegiatan akademik seperti:

 Kemahasiswaan
 Kurikulum
 Sistem pembelajaran
 Penelitian, publikasi, karya inovatif lainnya, pengabdian kepada
masyarakat
 Sistem jaminan mutu
 Suasana akademik
 Lulusan
 Mutu Program Studi

C. Prinsip-Prinsip Akreditasi Sekolah Dan Perguruan Tinggi


Adapun prinsip-prinsip akreditasi sekolah dan perguruan tinggi adalah
sebagai berikut:
1. Objektif
Akreditasi sekolah/madrasah pada hakikatnya merupakan kegiatan
penilaian tentang kelayakan penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan oleh
suatu sekolah/madrasah.
Dalam pelaksanaan penilaian ini berbagai aspek yang terkait dengan kelayakan itu
diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh informasi tentang
keberadaannya. Agar hasil penilaian itu dapat menggambarkan kondisi yang
sebenarnya untuk dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan maka dalam
prosesnya digunakan indikator-indikator sesuai dengan kriteria-kriteria yang
ditetapkan.
2. Komprehensif
Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah, penilaian tidak hanya
terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi berbagai aspek
pendidikan yang bersifat menyeluruh, meliputi seluruh komponen dalam standar
nasional pendidikan. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dapat
menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan setiap sekolah/madrasah.

3. Adil
Dalam melaksanakan akreditasi, semua sekolah/madrasah harus
diperlakukan sama, tidak membedakan sekolah/ madrasah atas dasar kultur,
keyakinan, sosial budaya, dan tidak memandang status sekolah/madrasah baik
negeri ataupun swasta. Sekolah/madrasah dilayani sesuai dengan kriteria dan
mekanisme kerja yang sama, secara adil dan tidak diskriminatif.
4. Transparan
Data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan akreditasi
sekolah/madrasah seperti kriteria, mekanisme, jadwal, sistem penilaian, dan hasil
akreditasi, disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh siapa saja yang
memerlukannya.
5. Akuntabel
Kegiatan akreditasi sekolah/madrasah harus dapat diper
tanggungjawabkan baik dari sisi proses maupun Hasil penilaian atau
keputusannya sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
6. Profesional
Akreditasi sekolah/madrasah dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi dan integritas yang tinggi. Dengan demikian persiapan, pelaksanaan,
dan Hasil akreditasi dilaksanakan sesuai pedoman yang telah ditetapkan (

D. Standar Penilaian Akreditasi Sekolah Dan Perguruan Tinggi

Standar Penilaian Perguruan Tinggi

Pada tahun 2004, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Badan


Akreditasi Nasional untuk Perguruan Tinggi untuk melakukan proses penilaian
terhadap perguruan tinggi di Indonesia. Akreditasi merupakan sebuah proses
evaluasi dan penilaian secara keseluruhan berdasarkan kewajiban perguruan tinggi
terhadap kualitas dan kapabilitas penyelenggaraan program tridarma perguruan
tinggi, untuk menentukan program yang memadai. Akreditasi itu sendiri adalah
suatu proses penilaian dan evaluasi secara menyeluruh terhadap kualitas dan
kapabilitas berdasarkan kewajiban perguruan tinggi dalam menyelenggarakan
program tridharma perguruan tinggi serta untuk menentukan program yang
dimiliki memadai atau tidak (Rosul, 2005).

Standar penilaian institusi perguruan tinggi meliputi kewajiban perguruan


tinggi terhadap daya tampung institusi dan efisiensi pendidikan yang terdiri dari
tujuh standar penilaian. Berikut adalah penjelasan ketujuh standar penilaian
tersebut:

1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pencapaian


Kualitas pengelolaan perguruan tinggi yang memiliki arah dan masa depan
yang jelas juga dicerminkan dari Visi Misi, Tujuan, Sasaran dan strategi
pencapaian dan akan menjadi tolak ukur untuk penilaian kualitas perguruan
tinggi. Karena gambaran yang akan dicapai oleh perguruan tinggi akan terlihat
dari visi yang ada. Sedangkan tugas utama dan fungsi perguruan tinggi
tersebut diatur secara sistematis dalam misi yang ditetapkan oleh perguruan
tinggi.
2. Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan
Mutu
Dalam mencapai keberhasilan suatu perguruan tinggi mewujudkan visi,
serta menjalankan misi hingga cita-cita tercapai juga merujuk pada kualitas
tata pamong, kepemimpinan, serta sistem pengelolaan perguruan tinggi
tersebut juga menjadi tolak ukur dan poin penting untuk penilaian
keberhasilan perguruan tinggi tersebut.
Sistem yang menjamin perguruan tinggi memenuhi prinsip-prinsip
kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, serta keadilan terletak pada tata
pamong. Dimana penilaiannya didasarkan pada moral, etika, norma dan nilai
akademik. Dibutuhkan kepemimpinan yang baik di seluruh level unit kerja
perguruan tinggi agar memiliki tata pamong yang baik pula.
Kepemimpinan yang baik tersebut akan terlihat dari kapabilitas yang
menyeluruh dalam memajukan komitmen di setiap unit yang ada. Diperlukan
sistem pengelolaan yang baik pula tentunya untuk mencapai tata pamong dan
kepemimpinan yang baik.
Baiknya suatu sistem pengelolaan akan terlihat dari efisiensi semua fungsi
dan operasi manajemen di semua level unit kerja. Proses penetapan dan
pemenuhan standar kualitas tata kelola perguruan tinggi yang secara konsisten
terletak pada penjamin mutu.
3. Mahasiswa dan Lulusan
Mahasiswa dan lulusan yang dimiliki perguruan tinggi juga
menjadi tolak ukur dalam penilaian kualitas mahasiswa dan lulusan perguruan
tinggi. Kunci utama dalam tolak ukur ini terletak pada kemahasiswaan.
Semua urusan yang ada hubungannya dengan usaha institusi untuk
memperoleh mahasiswa yang berkualitas dengan metode rekruitmen,
memberikan bantuan akademik, monitoring serta penilaian keberhasilan
mahasiswa dalam menempuh pendidikan di institusi terletak pada peran
kemahasiswaan. Hal itu dilakukan untuk bisa menghasilkan lulusan yang
berkualitas serta memiliki keahlian yang sesua dengan kebutuhan dan
tuntutan.
4. Sumber Daya Manusia
Yang menjadi tolak ukur Sumber Daya Manusia adalah acuan dalam
keunggulan kualitas sumber daya manusia serta cara perguruan tinggi
memberikan dan menerima bantuan dari dan kepada sumber daya manusia
tersebut.
Sumber daya manusia dalam perguruan tinggi adalah mereka yang
berkomitmen atas pencapaian tujuan keseluruhan program tridharma terdiri
dari karyawan, tenaga pengajar dan tenaga kependidikan, laboran, teknisi,
pustakawan, serta tenaga administrasi.
Sumber daya utama adalah pendidik profesional serta ilmuwan yaitu
tenaga pengajar atau dosen yang mempunyai tanggung jawab utama
mengubah, mengembangkan, menyebarkan, dan menerapkan ilmu. Institusi
merencanakan dan melakukan program yang meningkatkan kualitas dosen dan
tenaga kependidikan yang sesuai dengan kebutuhan.
5. Kurikulum, Pembelajaran, serta Suasana Akademik
Tiga point yang menjadi tolak ukur ini merupakan cermin keunggulan
kualitas sistem pembelajaran di institusi perguruan tinggi. Rancangan dari
semua kegiatan akademik mahasiswa sebagai acuan
Kurikulum merupakan rancangan semua kegiatan akademik mahasiswa
sebagai acuan program studi dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi,
dan menilai seluruh kegiatan untuk mencapai cita-cita program studi.
Pembelajaran yang dimaksud yaitu pengalaman belajar yang didapat
mahasiswa dari kegiatan seperti perkuliahan, praktikum, magang, lokakarya,
seminar, dan lain-lain baik secara tatap muka atau jarak jauh.
Sedangkan suasana akademik merupakan suasana yang dibangun untuk
memberikan semangat dan interaksi akademik antara dosen dengan
mahasiswa serta tenaga kependidikan, untuk meningkatkan kualitas kegiatan,
baik di dalam maupun diluar kelas. Suasana akademik yang baik tercermin
pada perilaku yang memprioritaskan kebenaran ilmiah, profesionalisme, dan
penerapan etika akademik secara terus-menerus.
6. Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informasi
Pembiayaan merupakan cara penyediaan, pengelolaan serta peningkatan
kualitas anggaran yang layak untuk mendukung terselenggaranya program
akademik. Sarana adalah fasilitas yang bisa mendukung pembelajaran dan
prasarana yaitu sumber daya tambahan yang juga untuk menunjang
pendidikan dan tridharma perguruan tinggi. Sedangkan sistem informasi
segala yang mengatur pengelolaan baik informasi dan bagaimana pengelolaan
informasi.
7. Penelitian, Pengabdian Masyarakat, serta Kerja sama
Untuk perkembangan kualitas perguruan tinggi tolak ukur ini merupakan
cerminan dari keunggulan kualitas penelitian, pengabdian masyarakat dan
kerja sama yang diadakan.
Dimana penelitian adalah salah satu tugas utama sebuah perguruan tinggi
yang memberikan manfaat untuk proses pembelajaran serta mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi serta untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Sedangkan pengabdian masyarakat dilakukan sebagai bentuk kontribusi
dalam memanfaatkan hasil pendidikan, atau penelitian untuk memenuhi
peningkatan kualitas hidup bangsa. Hasil kerja sama dikelola dengan baik
demi kepentingan akademik serta sebagai perwujudan tanggung jawab
perguruan tinggi (Danny, 2010).

Starndar penilaian Sekolah

Fungsi standardisasi sebagai standar untuk mengeluarkan ijazah.


Perguruan Tinggi yang berhak mengeluarkan ajazah apabila memperoleh nilai
A/B/C. Sedangkan Perguruan Tinggi yang memiliki nilai NA tidak memiliki
kewenangan mengeluarkan ijazah. Tidak dapat dipungkiri, akreditasisangat
penting untuk kenaikan pangkat atau mencari kerja. Bahkan, ada beberapa
Instansi yang mewajibkan pekerjanya untuk kuliah yang berakreditasi A.

Masa akreditasi memiliki usia lima tahun. Lebih dari lima tahun, maka
pihak lembaga pendidikan mengajukan akreditasi ulang. Selama proses pengajuan
akreditasi ulang nilai akreditasi pun mungkin saja berubah. Semua tergantung dari
poin penilaian akreditasi. Berikut standar penilaian akreditasi yang dinilai,
meliputi beberapa poin sebagai berikut.

1. Standar Isi

Beberapa penilaian akreditasi standar isi diantarannya menilai keterlibatan


dalam hal pengembangan kurikulum dengan dokmen berita acara rapat, dan tanda
tangan dari pihak tertentu yang terlibat. selain menilai muatan kurikulum, juga
menilai delapan poin, apakah program belajar mengajar sesuai dengan KTSP yang
berlaku waktu itu atau tidak.

Prinsip pengembangan KTSP terbagi menjadi tujuh. Meliputi


perkembangan, kebutuhan, kepentingan siswa dan lingkungan. Termasuk
keterpaduan dan beragam. Serta tanggap terhadap teknologi, ilmu pengetahuan
dan seni. Sebagai proses belajar mengajar terpadu, standar isi juga memperhatikan
relevansi dengan kebutuhan kehidupan, melihat kesinambungan secara
menyeluruh dan menyeimbangan dua kepentinga, yaitu kepentingan daerah dan
kepentingan nasional.

Penilaian di poin standar isi yang lain meliputi pemeriksaan dokumen


program pengembangan ekstra, konseling, menilai standar kompetensi dan
kompetensi dasar, apakah sudah sesuai atau menyimpang. Adapun penilaian yang
termasuk di standar isi, yaitu interaksi selama proses belajar mengajar, penilaian
silabus, dan penilaian KKM atau Kriteria Ketuntatasan Minimal.

Standar Isi.

 Dokumen KTSP;
 Ketersedian silabus untuk setiap mata pelajaran;
 Tersedianya silabus untuk muatan lokal, konseling dan ekstra kurikuler,
dan pengembangan diri
 Tersedianya rancangan untuk internalisasi karakter dan budaya bangsa
 Komponen penyusun kurikulum
 Mekanisme penyusunan kurikulum
 Prinsip pelaksanaan kurikulum
 Beban belajar
 Pengesahan oleh pihak yang berwenang
 Kalender akademik

2. Standar Proses

Standar proses dalam akrediasi meliputi beberapa penilaian. Meliputi


materi ajar, RPP yang telah dikembangkan oleh pihak pendidik, yang meliputi
penyusunan, pelaksanaan dan mengkaji RPP hasil supervise dari pihak kepala/atas
lembaga pendidikan yang sesuai dengan langkah pembelajaran, yang meliputi
kegiatan guru, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Adapun standar proses yang akan dinilai. Mulai dari dokumen penilaian
proses pembelajaran, laporan pelaksanaan supervise proses pembelajaran, catatan
hasil evaluasi proses dan penghargaan yang pernah diterima lembaga pendidikan.
Standar Proses.

 Tersedianya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);


 Prinsip penyusunan RPP yang mendorong partisipasi aktif siswa,
perbedaan individual, dan penggunaaan teknologi informasi
 Kegiatan belajar yang berkaitan dengan analisis dan pemecahan masalah-
masalah kompleks
 Persyaratan proses pembelajaran
 Langkah-langkah pembelajaran
 Metode pemantauan
 Metode supervisi
 Peran Kepala Madrasah dalam pemantauan dan supervisi
 Kegiatan pelaporan pemantauan dan supervisi kepada stakeholders

3. Standar Kompetensi Lulusan

Penilaian standar kompetensi lulusan melingkupi beberapa dokumen.


Mulai dari dokumen tentang bencana alam, kesenjangan sosial (kemiskinan,
pengangguran), dokumen kegiatan siswa di dalam ataupun di luar ruangan.
Termasuk dokumen kegiatan yang diikuti oleh siswa/mahasiswa.

Hampir semua penilaian akreditasi menilai berkas dan dokumen yang


terarsipkan. Termasuk dokumen yang memuat lembaga sekolah/PT memiliki
SK/KD. Bahkan, hasil rerata nilai belajar mata pelajari dari berbagai mata
pelajaran juga laporkan. Termasuk melaporkan hasil prestasi yang pernah diraih
oleh mahasiswa dalam ajang perlombaan. Baik itu perlombaan secara akademik
maupun non akademik.

Standar kompetensi lulusan.

 Pengalaman belajar yang menunjukkan kemampuan logis, kritis, kreatif,


dan inovatif dalam pengembilan keputusan
 Pengalaman belajar dengan kemampuan menganalisis gejala alam dan
sosial
 Pengalaman belajar dalam kelompok mata pelajaran iptek secara efektif.
 Pengalaman belajar melalui pembiasaan dalam mencari informasi/
pengetahuan melalui berbagai sumber.
 Pengalaman belajar yang mampu memanfaatkan lingkungan secara
produktif dan bertanggung jawab
 Pengalaman belajar untuk mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan
budaya
 Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap
percaya diri dan bertanggung jawab
 pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan
sosial
 pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif untuk
mendapatkan hasil terbaik
 pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap sportif untuk
mendapatkan hasil terbaik
 pengalaman belajar yang dapat melibatkan partisipasi siswa dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis
dalam wadah NKRI
 pengalaman belajar untuk membentuk karakter siswa, menumbuhkan rasa
sportivitas, dan kebersihan lingkungan
 pengalaman belajar melalui pembiasaan untuk memahami hak dan
kewajiban orang lain dalam pergaulan di masyarakat
 pengalaman belajar melalui kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia yang bersifat afektif
 pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku,
ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global
 pengalaman belajar dalam pembentukan akhlak mulia melalui pembiasaan
dan pengamalan
 pengalaman belajar melalui program pembiasaan untuk menghargai
perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
 pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif baik individual maupun
kelompok
 pengalaman dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan secara efektif
dan santun
 keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis
 keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara baik dalam
Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris
 pengalaman belajar dalam mengembangkan iptek seiring dengan
perkembangannya
 pengalaman belajar agar menguasai pengetahuan untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan tinggi.

4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Penilaian standar pendidikan dan tenaga pendidikan lebih memfokuskan


bentuk dokumen seperti persuratan. Meliputi persuratan tentang ijazah, sertifikat
lulusan mengajar yang telah disesuaiakn berdasarkan studi yang pernah
ditempunya. Misalnya, lulusan guru Matematika, mengajar sebagai guru
matematika. Adapun bentuk penilaian lain, seperti penilaian kinerja dan ketertiban
guru, dokumen presensi dari pihak pengajar dan pendidikan.

Di poin ini, hal yang tidak boleh dilupakan, juga menyertakan SK


pengangkatan. Adapun batas minimal SK pengangkatan, untuk jalur guru,
minimal sudah menjadi seorang guru selama tiga tahun, sedangkan untuk jalur
laporan/teknis minimal lima tahun. Adapun aturan untuk pendidikan, jalur guru,
minimal bergelar S1, sedangkan untuk jalur laboran/teknisi minimal lulusan D3.

Standar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan meliputi guru, kepala


sekolah, tenaga administrasi dan tenaga kependidikan yang lain komponen
akreditasi.
Standandar pendidik atau guru adalah:

 Jumlah guru dengan kualifikasi S1 atau D4


 Kesesuaian antara latar belakang pendidikan dan mata pelajaran yang
diampu
 integritas kepribadian guru untuk bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, serta peraturan dan ketentuan yang berlaku
 Guru merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran
sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran
 Pola hubungan sesama guru
 Penguasaan guru terhadap materi dan pengembangan yang dilakukannya

Standar kepala sekolah adalah:


 Adanya sertifikat pendidik bagi Kepala Sekolah
 Kepala Sekolah memiliki kualifikasi S1 atau D4
 Pengalaman mengajar Kepala Sekolah
 Kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan manajerial yang
ditunjukkan dengan keberhasilan mengelola siswa
 Kepala sekolah/madrasah memiliki kemampuan kewirausahaan yang
ditunjukkan antara lain dengan adanya naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa sebagai sumber belajar siswa
 Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi dan monitoring

Standar tenaga administrasi adalah:

 Tenaga administrasi minimum memiliki kualifikasi akademik pendidikan


menengah atau yang sederajat.
 Tenaga administrasi memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan
tugasnya
 Persyaratan tenaga perpustakaan
 Kesesuaian antara latar belakang pendidikan dan tugasnya di perpustakaan
 Persyaratan tenaga laboran
 Kesesuaian antara latar belakang pendidikan dan tugasnya di laboratorium
 Tenaga layanan khusus yang dimiliki

5. Pengelolaan Program Studi

Penilaian standar pengelolaan, pihak lembaga pendidikan melakukan


sosialisasi kepada masyarakat. Baik mensosialisasi tentang visi dan misi
lembaganya, ataupun mensosialisasikan tujuan yang ingin dicapai. Adapun hal
lain yang dipersiapkan dalam standar pengelolaan, yaitu dokumen tertulis yang
berisi tentang rencana kerja selama setahun yang akan datang.

Standar pengelolaan juga mengatur aspek dokumen seperti kalender


pendidikan/akademik, pendayagunaan pendidikan dan tenaga pendidikan,
peraturan atau kode etik sekolah untuk peserta didik dan pengelolaan struktur
organisasi lembaga pendidikan tersebut. Selama proses persiapan akreditasi,
standar pengelolaan juga memperhatikan program pengelolaan sarana dan
prasarana. Meliputi, perencanaan, evaluasi, perlengkapan fasilitas proses belajar
mengajar, pemeliharan fasilitas dan peralatan serta membuat skala prioritas.

Adapun elemen yang perlu diperhatikan selama mengelola program studi.


Mulai dari pengelolaan pendayagunaan pendidikan, tenaga pendidik, pengelolaan
pembiayaan pendidikan, MoU, lingkungan belajar yang kondusif dan
menciptakan program pengawasan. Bentuk standar penilaian yang lain adalah
pelaporan hasil UN bagi jenjang sekolah SD-SMA/K/MA.

Standar Pengelolaan. (Komponen Standar Akreditasi)

 Sekolah/Madrasah telah merumuskan dan menetapkan visi lembaga.


 Sekolah/Madrasah telah merumuskan dan menetapkan misi lembaga.
 Sekolah/Madrasah telah merumuskan dan menetapkan tujuan lembaga.
 Sekolah/Madrasah memiliki rencana kerja jangka menengah (empat
tahunan) dan rencana kerja tahunan.
 Sekolah/Madrasah memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek
pengelolaan secara tertulis yang mudah dipahami oleh pihak-pihak terkait.
 Sekolah/Madrasah memiliki struktur organisasi dengan kejelasan uraian
tugas.
 Sekolah/Madrasah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja
tahunan.
 Sekolah/Madrasah melaksanakan kegiatan kesiswaan.
 Sekolah/Madrasah melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum dan
pembelajaran.
 Sekolah/Madrasah melaksanakan pendayagunaan pendidik dan tenaga
kependidikan.
 Sekolah/Madrasah mengelola sarana dan prasarana pembelajaran.
 Sekolah/Madrasah mengelola pembiayaan pendidikan.
 Sekolah/Madrasah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan
pembelajaran yang kondusif.
 Sekolah/Madrasah melibatkan masyarakat dan membangun kemitraan
dengan lembaga lain yang relevan dalam pengelolaan pendidikan.
 Sekolah/Madrasah memiliki program pengawasan yang disosialisasikan
kepada pendidik dan tenaga kependidikan.
 Sekolah/Madrasah melaksanakan kegiatan evaluasi diri.
 Sekolah/Madrasah melaksanakan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan.
 Sekolah/Madrasah mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk
akreditasi.
 Sekolah/Madrasah memiliki struktur kepemimpinan sesuai standar
pendidik dan tenaga kependidikan.
 Sekolah/Madrasah memiliki sistem informasi manajemen untuk
mendukung administrasi pendidikan.

6. Standar Penilaian

Standar penilaian dalam akreditasi menyampaikan perihal evaluasi selama


proses belajar mengajar selama satu semester. Pelaporan standar penilaian
menggunakan beberapa teknik penilaian, dengan pengamatan, tes, tugas akhir dan
tugas tugas terstruktur.

Adapun yang dinilai dari poin ini, selain RPP, silabus, juga menilai
tentang dokumen analisis hasil penilaian siswa dan pengarsipan hasil evaluasi
belajar yang ditelah disahkan oleh kepala atasan/kepala.

Standar Penilaian. (Untuk Standar Mutu Sekolah)


 Guru menginformasikan rancangan dan kriteria penilaian standar mutu
sekolah yang ada dalam silabus mata pelajaran kepada siswa pada
semester yang berjalan.
 Silabus mata pelajaran dilengkapi dengan indikator pencapaian
kompetensi dasar (KD) dan teknik penilaian.
 Guru mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan
bentuk dan teknik penilaian.
 Guru menggunakan teknik penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan,
dan/atau bentuk lain dalam menilai siswa.
 Guru mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar
dan kesulitan belajar siswa.
 Guru mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan siswa disertai
balikan/komentar yang mendidik.
 Guru memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
 Guru melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester
kepada kepala sekolah/madrasah dalam bentuk laporan prestasi belajar
siswa.
 Guru melaporkan hasil penilaian akhlak siswa kepada guru pendidikan
agama dan hasil penilaian kepribadian siswa kepada guru pendidikan
kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir
semester. standar mutu sekolah
 Sekolah/Madrasah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
setiap mata pelajaran melalui rapat dewan guru.
 Sekolah/madrasah mengoordinasikan ulangan tengah semester dan
ulangan akhir semester.
 Sekolah/Madrasah menentukan kriteria kenaikan kelas atau kriteria
program pembelajaran (beban Sistem Kredit Semester/SKS) melalui rapat.
 Sekolah/Madrasah menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, iptek,
estetika, serta jasmani, olahraga, dan kesehatan.
 Sekolah/Madrasah menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan
menentukan kelulusan siswa sesuai dengan kriteria yang berlaku.
 Sekolah/Madrasah melaporkan hasil penilaian setiap akhir semester
kepada orang tua/wali siswa dalam bentuk buku laporan hasil belajar
siswa.
 Sekolah/Madrasah melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan
pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kanwil Depag.
 Sekolah/Madrasah menentukan kelulusan siswa sesuai kriteria kelulusan.
 Sekolah/Madrasah menerbitkan dan menyerahkan Surat Keterangan Hasil
Ujian Nasional (SKHUN) setiap siswa yang mengikuti Ujian Nasional
(UN).
 Sekolah/Madrasah menerbitkan dan menyerahkan ijazah kepada setiap
siswa yang telah lulus.
 Sekolah/Madrasah menggunakan hasil Ujian Nasional (UN) SMP/MTs/
Paket B sebagai salah satu penentu penerimaan siswa baru.

7. Standar Pengabdian Kepada Masyarakat

Standar pengabdian kepada masyarakat untuk akreditasi universitas


memiliki nilai bobot nilai 25%. Khusus untuk jenjang Perguruan Tinggi, standar
pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Berawal dari pengabdian kepada masyarakat dari
para praktisi, diharapkan mampu menjamin pengembangan penelitian unggulan
spesifik berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif.

Selain menjadi standar penilaian akreditasi, pengabdian kepada


masyarakat memiliki tujuan mampu menciptakan inovasi, solusi dan mampu
mengentaskan masyarakat yang tersisih. Adapun tujuan lain, yaitu mampu
mengambil alih teknologi ilmu dan seni untuk mengembangkan martabat dan
melestarikan segala potensi yang dimiliki oleh sumberdaya alam.

8. Standar Penelitian

Standar penelitian juga termasuk standar penilaian akreditasi, khususnya di


jenjang perguruan tinggian. Lewat adannya penelitian, mampu memberikan
kontribusi bermanfaat untuk iptek, kehidupan masyarakat. Adannya penelitian
juga menjadi bagian dari mewujudkan visi dan misi negara. Mengingat, peneliti
sebagai sumber intelektual yang akan menentukan suatu bangsa kelak menjadi
apa.

Standar sarana dan prasarana

Standar sarana prasarana terdiri atas: lahan, bangunan, sarana dan ruang
Lahan sekolah/madrasah dengan ketentuan sebagai berikut:

 Lahan sekolah/madrasah berada di lokasi yang aman, terhindar dari


potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta
memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
 Lahan sekolah/madrasah berada di lokasi yang nyaman, terhindar dari
gangguan pencemaran air, kebisingan, dan pencemaran udara serta
memiliki sarana untuk meningkatkan kenyamanan
 Sekolah/Madrasah berada di lokasi yang sesuai dengan peruntukannya,
memiliki status hak atas tanah dan ijin pemanfaatan dari pemegang hak
atas tanah.

Bangunan sekolah/madrasah dengan ketentuan:

 Bangunan sekolah/madrasah memiliki struktur yang stabil dan kokoh serta


dilengkapi dengan sistem pencegahan bahaya kebakaran dan petir.
 Bangunan sekolah/madrasah memiliki sanitasi sebagai persyaratan
kesehatan.
 Bangunan sekolah/madrasah memiliki ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
 Bangunan sekolah/madrasah memiliki instalasi listrik dengan daya
minimum 1300 Watt.
 Sekolah/Madrasah memiliki izin mendirikan bangunan dan izin
penggunaan bangunan sesuai dengan peruntukannya.
 Sekolah/Madrasah melakukan pemeliharaan terhadap bangunan secara
berkala.

Sarana dan ruang sekolah/madrasah terdiri atas.


 Sekolah/Madrasah memiliki prasarana yang lengkap.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang kelas dengan jumlah, ukuran, dan
sarana sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang perpustakaan dengan luas dan sarana
sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang laboratorium biologi yang dapat
menampung minimum satu rombongan belajar dengan luas dan sarana
sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang laboratorium fisika yang dapat
menampung minimum satu rombongan belajar dengan luas dan sarana
sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang tata usaha dengan luas dan sarana
sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki tempat beribadah bagi warga sekolah/
madrasah dengan luas dan perlengkapan sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang konseling dengan luas dan saran sesuai
ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
dengan dengan luas dan sarana sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang organisasi kesiswaan dengan luas dan
sarana sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki jamban dengan jumlah, ukuran, dan sarana
sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki gudang dengan luas dan sarana sesuai
ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki ruang sirkulasi dengan luas dan kualitas
sesuai ketentuan.
 Sekolah/Madrasah memiliki tempat bermain/berolahraga dengan luas dan
sarana sesuai ketentuan ( Prihatin,2010)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dalam satuan
pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Akreditasi sekolah
merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara objektif, adil,
transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria
yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Proses penilaian Mutu
program studi yang merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan
karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau
layanan/kinerja program studi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang
ditetapkan itu. Adapun prinsip-prinsip akreditasi sekolah dan perguruan tinggi
adalah sebagai berikut: Objektif, Komprehensif, Adil, Transparan,
Akuntabel, Profesional
.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik
dari segi materi maupun penyusunan dalam makalah ini. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan agar kiranya dosen pengampuh dan rekan-rekan
pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan makalah ini kedepannya.
Daftar Pustaka

Arikunto. 1988. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips praktis membangun dan mengolah


administrasi sekolah. Jogjakarta: Diva Press

Asmawi, M. Rosul.2005. Strategi Meningkatkan Lulusan Bermutu Di Perguruan


Tinggi. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005:
66-71

Brantas, 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Alfabeta

Danny, Meriawan. Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Sebagai Upaya


Pengendalian Mutu Pendidikan Secara Nasionla Dalam Otonom
Pendidikan. Jurnal Educationist . VOL. IV No.2.Juli 2010:3-12. ISSN :
1907.8838

Depag RI. 2008. Pedoman Akreditasi Madrasah. Direktoral Jenderal


Kelembagaan Agama Islam

Ferrell Dan Hirt 2009. Manajemen Perguruan Tinggi. Bandung: Rajawali Press

Ghafur, Hanief Saha.2008. Manajemen Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi


Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara

Habibi, 2012. Dampak Akreditasi Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Sekolah.


Jakarta: Gramedia

Kadir, abdul. 2010. Akreditasi Sekolah dan Langkah Persiapannya. Jakarta :


Bumi Aksara

Kemendikbud. 2014. Perguruan Tinggi. Statute Organisasi : PP Pendidikan Dan


Kebudayaan Republic Indonesia. Indonesia:Kemendikbud

Kementrian pendidikan nasional RI. Analisis Sistem Akreditasi Sekolah/


Madrasah. (Akreditasi sekolah madrasah. Pdf)
Lamat, Margono. 2003. Filosofi Mutu Dan Penerapan Prinsip-Prinsip
Manajemen Manajemen Mutu Terpadu Di Perguruan Tinggi. Makalah.
Jakarta: Depdikbud

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan.


Yogyakarta : Ar-Ruzz

Prihatin, Eka. 2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Rakhman, Awaludin Aulia. 2017. Akreditasi Sekolah Sebagai Suatu Upaya


Penjaminan Mutu Pendidikan Di Indonesia . Jurnal Sap Vol. 2 No. 1
Agustus 2017 P-Issn: 2527-967x E-Issn: 2549-2845

Rosul, Nawawi. 2005. Strategi Meningkatkan Lulusan Bermutu Di Perguruan


Tinggi. Jurnal Sosial Humanioa, VOL. 9, NO. 2

Suharsimi. 1988. Akreditasi Program Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Uhar, Suharsaputra. Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi : Strategi


menghadapi perubahan. 2015. Bandung : Refika Aditama

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai