Anda di halaman 1dari 20

“ PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL “

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesehatan Mental


Dosen Pengampu : Syari Fitrah, M. Pd
MAKALAH KELOMPOK

Disusun Oleh :
Halilattul Latifah (225609007)
Lulu Insyiroh Widie Ayu (225609009)
Resi Siti Nuraeni (225609018)
Tina Sri Rahayu (225609015)

Dosen Pengampu :
Syari Fitrah, M. Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI BIMBINGAN KONSELING
MA’SOEM UNIVERSITY
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalaamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia dari Allah SWT., penulisan
Makalah ini yang berjudul “ Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Mental
“dapat terselesaikan. Shalawat dan salam dikirimkan ke junjungan alam, Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menjadi yang beriman,
berilmu, beramal, dan berakhlak mulia.
Penulis hanyalah manusia biasa sehingga menyadari bahwa materi yang
ada dalam makalah ini belum sempurna. Masih banyak terdapat kesalahan di
dalam makalah ini. Namun, penulis akan selalu berusaha menyempurnakan
makalah ini. Maka dari itu, penulis bersedia menerima saran dan kritikan dari
pembaca. Dengan diselesaikannya makalah ini, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pembaca.

Jatinagor , Februari 2023

Penulis

DAFTAR ISI

2
BAB I...........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
1. Latar Belakang............................................................................................................................
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................
3. Tujuan..........................................................................................................................................
BAB II.........................................................................................................................................4
RINGKASAN MATERI............................................................................................................4
A. Sejarah Singkat Gerakan Membangun Mental Yang Sehat ( Mental Hygiene )...................
1. Era Pra-Ilmiah..............................................................................................................4
2. Era Ilmiah (Modern).....................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................11
PEMBAHASAN.......................................................................................................................11
A. Pengertian Kesehatan Mental..................................................................................................
B. Ruang Lingkup Mental Hygiene..............................................................................................
1) Penerapan Mental Hygiene di Lingkungan Keluarga.................................................13
2) Penerapan Mental Hygiene di Sekolah.......................................................................13
3) Penerapan Mental Hygiene di Lingkunagan Kerja (Perkantoran, Industri, atau
Perusahaan)........................................................................................................................14
4) Penerapan Mental Hygiene di Bidang Politik.............................................................15
5) Penerapan Mental Hygiene di Bidang Hukum............................................................16
6) Penerapan Mental Hygiene dalam Kehidupan Beragama...........................................17
BAB IV......................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN

3
1. Latar Belakang
Kesehatan fisik maupun kesehatan mental sama –sama penting diperhatikan.
Tiadanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental  dimasyarakat
ini menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan. Hanya saja
karena faktor keadaan, dalam banyak hal kesehatan secara fisik lebih di kedepankan
dibandingkan kesehatan mental. Mengingat  pentingnya persoalan kesehatan mental
ini, banyak bidang ilmu khusus yang mempelajari persoalan perilaku manusia,
berbagai bidang ilmu yang memberi porsi tersendiri  bagi studi kesehatan mental
diantaranya dunia kedokteran, pendidikan, psikologi, studi agama dan kesejahteraan
sosial.
Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan  faktor eksternal, yang termasuk faktor internal antara lain kepribadian kondidsi
fisik, perkembangan dan kematangan kondisi psikologi, keberagaman, sikap,
menghadapi problem hidup. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain:
keadaan ekonomi, budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga,
masyarakat, maupaun lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan membahas mengenai kesehatan mental dan segala sesuatu yang terkait dengan
kesehatan mental.
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian kesehatan mental
2. Ruang lingkup kesehatan mental

3. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari mengenai teori kesehatan mental

BAB II

RINGKASAN MATERI

4
A. Sejarah Singkat Gerakan Membangun Mental Yang Sehat ( Mental
Hygiene )
1. Era Pra-Ilmiah
a. Kepercayaan animisme
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian
atau mental telah muncul dalam komsep primitif animisme, yaitu
suatu kepercayaan bahwa dunia diawasi atau dikuasai oleh roh-
roh atau dewa-dewa.
Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak
mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh
roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut. Orang yunani kuno
mempercayai bahwa orang itu mengalamigangguan mental,
karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya.
Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan
perjamuan pesta (saji) dengan mantra dan korban.
b. Kemunculan naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada
zaman Hippocrates (460-367). Dia dan pengikutnya
mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan,
yaitu dengan menggunakan pendekatan naturalisme, suatu aliran
yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu
merupakan akibat dari alam. Hippocrates menolak pengaruh roh,
dewa, setan, atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan :
“jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan
otak yang basah dan mencium bau yang amis, akan tetapi anda
tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan
anda “.
Ide Nturalistis ini kemudian dikembangkan oleh Galen,
seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau
pembedahan hewan. Dalam perkembangan selanjutnya,
pendekatan naturalistis ini tidak dipergunakan lagi dikalangan
orang-orang kristen.

5
Seorang dokter prancis , Philippe Pinel (1745-1826)
menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk
memechakan problem mental. Dia telah terpilih menjadi kepala
rumah sakit bicetre di paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya
(yang maniac) dirantai, diikat ke tembk dan tempat tidur. Para
pasien telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, dan dipandang
sangat berbahaya. Akhirnya diantara mereka banyak yang
berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk
melukai atau merusak dirinya sendiri.

2. Era Ilmiah (Modern)


Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan cara pengobatan
gangguan mental, yaitu dari animisme (irasional) dan tradisional ke
sikap dan cara rasional (ilmiah) terjadi pada saat berkembangnya
psikologi abnormal dan psikatri di Amerika, yaitu pada tahun 1783.
Ketika itu Benjamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di
rumah sakit Pennyslvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang
dianggap sebagai “lunatics” ( orang-orang gika atau sakit ingatan ).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab
kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana
menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersebut dikurung
dalam sel yang alat ventilasinya kurang sekali, dan mereka sekali-kali
diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk
memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara
yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam
koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya setelah
usaha itu dilakukan (selama 13 tahun), yaitu pada 1796, di rumah sakit
dibangun ruangan khusus bagi para pasien wanita dan pria. Secara
berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasien

6
dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi,
dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan
pengaruh bagi lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu
“ body of knowledge “ berikut gerakan-gerakan yang terorganisasi.
Perkembangan mental hygiene dipengaruhi oleh gagasan,
pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dua tokoh
perintis yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whuttingham Beers.
Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam pencegahan
gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah.
Dorothea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia
pada tanggal 17 juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di
Massachussets yangmenaruh perhatian terhadap orang-orang yang
mengalami gangguan mental. Sebagai perintis (pioneer) selama 40 tahun
dia berjuan untuk memberikan pengobatan terhadap orang-orang gila
secara lebih manusiawi.
Usaha dia pertama kali dirahkan untuk pasien mental di rumah
sakit, kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang
dikurung di rumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktor
penting dalam membangun kesdaran masyarakat umum untuk
memerhatikan kebutuhan para oenderita gangguan mental. Berkat
ushanya yang tak kenal lelah, di Amerika Serikat didirikan 32 rumah
sakit jiwa, dimana dia menjadi salah seorang pendirinya. Atas jasa-
jasany atersebut, dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita
besar di abad 19.
Pada tahun 1999, gerakan mental hygiene secara formal mulai
muncul. Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi mental hygiene
telah didirikan seperti American Social Hygiene Association (ASHA)
dan American Federation For Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan hygiene ini tidak lepas dari jasa
Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan karena jasa-jasanya
itulah, dia dinobatkan sebagai “ the Founder of the Mental Hygiene

7
Movement “. Dia terkenal pengalamnnya yang luas dalam bidang
pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat
manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam mental hygiene
dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah
sakit jiwa yangberbeda. Selama di rumah sakit, dia mendapatkan
pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi).
Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian
terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah 2 tahun mendapat perawatan di rumah sakit, dia mulai
memperbaiki diri dan selama 2 tahun terakhirnya sebagai pasien, dia
mengembangkan gagasan untuk membuat gerakan untuk melindungi
orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane).
Setlah di akembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari
penyakitnya), pada tahun 1908 dia menindaklanjuti gagasannya dengan
mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai mantan
penderita gangguan mentak, yang berjudul A Mind That Found Itself.
Kehadiran buku ini disambut baik oleh William James, seorang pakar
psikologi,
Dalam buku tersebut, Beers memberikan koreksi terhadao
program pelayanan, perlakuan, atau treatment yang diberikan kepada
pasien di rumah skait yang dipandangny akurnag manusiawi. Di samping
itu, dia juga melakuakan reformasi terhadap lembaga-lembaga yang
memberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat
dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program
yang bersifat nasional dengan tujuan :
1) Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap
orang-orang yang mengidap penyakit jiwa
2) Melakuakn oenyebaran infromasi kepada masyarakat,
agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif

8
terhadap pasien yang mengidap gangguan atau penyakit
jiwa
3) Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang
kasus-kasus dan oengobatan gangguan mental
4) Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah
gangguan mental

Program Beers ini ternyata mendapat respons yang positis dari


kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli seperti William James
dan seorang psikiater ternama yaitu Adolf Meyer. Saking tertariknya
dterhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai
gerakan itu dengan nama mental Hygiene. Dengan demikian yang
mempopulerkan istilah “ mental hygiene “ adalah Mayer.

Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908,
sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connecticut Society
for Mental hygiene. Satu tahun kemudian, tepatnya padatanggal 19
februari 1999 didirikan National Committee for Mental hygiene, disini
Beers menjadi sekretarisnya. Oraganisasi ini bertujuan untuk :

1) Melindungi kesehatan mental masyarakat


2) Menyusun standar perawatan bagi para pengidap
ganggaun mental
3) Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam
segala bentuknya dan berbagai aspek yang terjait
dengannya
4) Menyebarkan pengetahuan tentang kasus-kasus gangguan
mental, pencegaham dan pengobatannya
5) Mengoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada

Terkait dengan perkembangan gerakan mental hygiene ini,


Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca perang dunia I,
gerakan mental hygiene ini mengonsentrasikan programnya untuk
membantu mereka yang mengalami masalah serius, yaitu “ war neurosis

9
“. Setelah perang usai, gerkan mental hygiene semakin berkembang dan
cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti :
pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umu, industri,
kriminologi dan kerja sosial.

Secara hukum, gerakab mentalhygiene ini mendapat


pengukuhannya pada tanggal 3 juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika
Serikat menandatangani “ the National Mental Health Act “. Dokumen
ini merupakan blueprint yang komprehensif, yang berisi program-
program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan
mental seluruh masyarakat.

Beberapa tujuan yang terjkandung dalam dokumen tersebut itu


meliputi :

1) Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga


masyarakat Amerika Serikat melaluui penelitian,
investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus,
diagnosi dan pengobatan
2) Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang
melakukan kegiatan penelitian, dan meningkatkan
koordinasi antara peneliti dalam melakukan kegiatan dan
mengamplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3) Memberikan latihan terhadap para personel tentang
kesehatan mental
4) Mengembangkan dan membantu negara dalam
menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan
pengeobatan terhafap para pengidap ganggaun mental,
Tindak lanjut dari program aksi ini adalah dikeluarkannya dana
yang sangat besar untuk mewujudkan tujuan-tujuannya yang telah
diprogramkannya. Seperti pemberianbantuan kepada National Institut of
Mental Health, sebesar $7.500.000, yang digunakan untuk melengkapi
fasilitas rumah sakit, termasuk gedung laboratorium dan

10
perlengakapannya. National institut ini juga menjadi clinical research
center untuk meneliti atau investigasi masalah-masalah yang terkait
dengan kesehatan mental. Setelah tiga tahun pertama program itu
berjalan, dikeluarkan lagi bantuan dana bagi program pendidikan sarjana
dan pascasarjana, sebesar $5.700.000 dan untuk penelitian sebesar
$1.377.862
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah,
yaitu dengan berdirinya national association for mental health yang
bekerja sam adengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu
Natinonal Committee For Mental Hygiene, National Mental Health
Foundation, dan Osychiatric Foundation.
Gerakan mental hygiene ini terus berkembang, sehingga pada
tahun 1975 di amerika terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan
kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya gerakan ini dikembangkan
melalui The World Federation For Mental Health dan The World Health
Organization.

11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Mental


Mental hygine merujuk kepada pengembangan dan aplikasi seperangkat
prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan
psikologis manusia yang sehat, dan pencegahan dari kemungkinan timbulnya
kerusakan menatal atau maladjustment (alexander a. schneiders 1964)

Menurut M. surya (1976) mental hygiene dikelompokkan ke dalam ilmu


kesehatan dan doartikan sebagai usaha-usaha yang dilakukan agar tercapai mental
yang sehat (mental health). Secara etimologis, perkataan “hygiene” berasal dari
kata “hygea” yaitu nama seorang dewa dalam kepercayaan Yunani Kuno. Hygea
adalah seorang dewa perempuan (dewi) yang bertugas mengurus masalah kesehatan
didunia. Dari kata hygea itu kemudian muncul kayta hygiene untuk menunjukkan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan. Pada uraian berikut
dikemukakan pengertian mental hygiene dari beberapa ahli, yatiu sebagai berikut :

1) Hadfield : “ Upaya memelihara mental yan gsehat dan mencegah


mental yan gtidak sehat “
2) Alexander Schneiders : “ Suatu seni yang praktis dalam
menegmabngkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang
berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta
pencegahan darigangguan-gangguan psikologis.
3) Carl Witherington : “ Ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau
sistem tenatng prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangakan
atau meningkatkan mental yang sehat “
4) J.P. Chaplin : “The investigation and application of those measures
which prevent mental disorders and promote mental health “
(penyelidikan dan penerapan pengukuran untuk mencegah ganggaun
mental dan meningkatkan kesehatan mental )

12
5) Isaac Ray : “ The art of preserving the mind against all incidents
and influences calculated to deteriorate its qualities, impair its
energies =, or derange it smovements “ ( seni memelihara akal atau
pikiran dalam menghadapi semua peristiwa yang diperhitungkan
dapat memperburuk kualitas dirinya, mengurangi energi, atau
mengahambat gerakan/aktivitasnya )
(https://en.wikipedia.org/wiki//Mental_Health. Diunduh 9 agustus
2017)

Istilah lain yang maksudnya relatif sama dengan istilah mental hygiene ialah
psiko-hygiene yang dikemukakan oleh Sikun Pribadi. Dalam hal ini Sikun tidak
menggunakan istilah mental hygiene, karena menurutnya pengertian mental hanya
menitikberatkan kepada bagian kerohanian manusia, sedangkan istilah psiko
higiene memandang manusia sebagai keseluruhan psiko-fisik atau psiko-somatis,
yaitu kesatuan jiwa raga. Istilah psiko-somatis menunjukkan bahwa kesehatan jiwa
tidak dapat dipisahkan dari kondisi kesehatan jasmani. Dengan demikian, psiko-
hiegien merupakan kondisi yang sifatnya menyeluruh, meliputi banyak segi, seperti
: kesehatan jasmani, kegembiraan hidup dan bahagia, kesusilaanyang menjauhkan
manusia dari perbuatan jahat dan kehidupan religius atau kehidupan berTuhan.
Apabila penulis menyimak pendapat Sikun di atas dan membandingkan
dengan pendapat para ahli lain, serta prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dalam
mental hygiene, ternyata inti kajiannya sama, tidak ada perbedaan yang mendasar.
Oleh karena itu, dalam penulisan buku ini, penulis menggunakan istilah mental
hygiene dan psiko-higiene dalam mkasud yang sama.

B. Ruang Lingkup Mental Hygiene


Mental hygiene pada dasarnya diperuntukkan bagi individu dalam rangka
mengembangkan mentalnya yang sehat dan memperbaiki masalah kesehatan mental
atau penyesuaian diri. Namun begitu, mental hygiene juga diterapkan di unit-unit
sosial terorganisasi, seperti di lingkungan keluarga , sekolah dan lingkungan sosial
pada umumnya. Penerapan mental hygiene di unit-unit sosial ini didasarkan kepada

13
prinsip psikologis, bahwa perkembangan kesehatan mental atau kepribadian
dipengaruhi oleh kualitas iklim psikologis lingkungan di mana individu hidup.

1) Penerapan Mental Hygiene di Lingkungan Keluarga


Penerapan mental hygiene di lingkungan keluarga amtalah penting,
karema apabila hubungan interpersonal antara orangtua-anak kurang harmoni,
terjadinya perceraian atau iklim psikologis di rumah pada umumnya tdiak
nyaman, seperti : sikap permusuhan, iri hati (cemburu), bertengkar atau
kurang memerhatikan nilai-nilai moral, maka individu (khsusunya anak) akan
mengalammi kegagalan dalam mencapai perkembangan mentalnya secara
sehat.
Oleh karena itu, amat penting bagi sumai-istri sebagai mitra dalam
mengelola keluarga intuk menciptakan keluarga yang sakinah (tenteram),
mawaddah (saling mencibtai), dan rahmah (saling menyayangi) untuk
memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip mental hygiene ini.
Pemahaman ini berfungsi untuk mengembangkan mental yang sehat atau
mencegah terjadinya mental yang sakit para anggota keluarga.

2) Penerapan Mental Hygiene di Sekolah


Tidak kalah pentinnya dengan yang diatas, adalah penerapan mental
hygine di lingkungan sekolah. Gagasan ini didasarkan kepada asumsi, bahwa
“ perkembangan kesehatan mental individu dipengaruhi oleh kualitas iklim
sosioemosional di sekolah “. Apabila iklim tersebut kurang kondusif,
mislanya ; hubungan antar piminan sekolah dengan guru-guru atau guru-guru
dengan siswa kurang harmonis ; adanya guru-gurru yang mengalami stres,
penerapan nilai-nilai moral rendah ; dan adanya diskriminasi atau
ketidakadilan, maka perkembangan kesehtan mental indiviu akan mengalami
kegagalan atau hambatan.
Pemahaman pimpinan sejolah dan guru-guru (terutama guru pembimbing
atau konselor ) tentang mentak hygiene sangatlah penting, karena dengan
pemahaman tersebut, pimpina dan para secara snergi dapat menciptkan iklim
kehidupan sekolah, baik fisik, emosional, sosial, maupun moral spiritual
secara kondusif untuk oerkembangan kesehatan mental para siswa. Di

14
samping itu, mereka memantau simtom (gejala) gangguan mental para siswa
sedini mungkin. Mereka dapat memahami tentang masalah mental yang
bagaimanakah yang dpat diatasi sendiri, dan masalah mana yang seyogianya
di referral (dirujuk) ke para hali yang lebih profesional.
Setiap guru, lambat atau cepat akan dihadapkan dengan problem
kepribadian atau ganggaunmental siswa seperti, cacat mental , perilaku
agresif, kelainan seksual, vandalisme dan destruktif, dan mengisolasi diri.
Para guru, seperti di sekolah menengah (SLTP dan SLTA) perlu memahami
perkembangan kesehtan mental siswa, karena pada umumnya mereka berada
padausia remaja (puber), masa transisi antar sikapketergantungan (dependent)
pada masa anak dengan masa kebebasan (independent) pada usia dewasa.
Pada masa transisi ini, tidak sedikit para siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengembangkan mentalnya yang sehat, karena terhambat oleh
masalah-masalah yang dialaminya seperti : masalah penyesuaian sosial.
Konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi dan masalah akademis
atau belajar, yang semuanya itu dapat menjadi sumber stres.

3) Penerapan Mental Hygiene di Lingkunagan Kerja (Perkantoran, Industri, atau


Perusahaan)
Lingkungan kerja memainkan peranan penting dalam kehidupan individu
(pejabat, pimpinan bis, pegawai atau karyawan). Lingkungan kerja tidak
hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan bisnis/ekonomi, dan
peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi sumber stres yang
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang
yang berinteraksi di tempat tersebut.
Sumber stres yang mengakibatkan gangguan mental atau emosional,
yang sering muncul dilingkungan kerja antara lain :
a) Frustasi (kekecewaan) karena kurang terjaminnya kesejahteraan,
honor atau gaji yang diterima sangat kurang memadai untuk
memenuhi kehidupan keluarga sehari-hari
b) Konflik dengan atasan atau dengan kolega

15
c) Jenis pekerjaan yang ditekuni tidak sesuai dengan minat atau
kemampuan (keahlian) yang dimiliki
d) Persaingan atau kompetisi yang tidak sehat antar pimpianan atau
karyawan
e) Beban kerja terlalu berat
f) Lingkungan fisik tempat kerja kurang sehat, terlau hising , kotor,
sumpek dan kurang ventilasi udara
g) Waktu istirahat sangat kurang
h) Tidak adanya komunikasi terbuka antar pimpinan dengan
karyawan
i) Penjenjangan karier atau kenaikan pangkat/golongan tidak tertata
dengan baik
j) Para pegawai.karyawan kurang diberikan waktu atau kesempatan
untuk mengamalkan ibadah.
Apabila masalah-masalah di atas menimpa suatu lemabaga atau
perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerja dikalangan
pimpian atau karyawan. Jika hal ini terjadi, maka tinggal menunggu waktu
kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka bagi para pimpinan lemabaga
pemerintah/swasta, atau perusahaan yang menginginkan tercapainya
keberhasilan, keuntungan atau produktivitas kerja (baik proses maupun hasil)
sangat penting untuk memahami mental hygiene ini agar mereka dapat
mengembangjan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya masalah gangguan
emosinal, atau memperkecil sumber-sumber terjadinya stres.

4) Penerapan Mental Hygiene di Bidang Politik


Penerapan mental hygiene dalam politik sangat penting, karena tidak
sedikit orang-orang yang bergelut dslam bidang politik (para politisi baik
eklusif maupun legislatif) yang mengidap gangguan mental seperti pemalusan
ijazagm money politic, korupsi, berkhianat kepada rakyat (ingkar janji), dan
stres yang memunculkan perilaku agresud, sperti menyerang lawan politik,
baik secara verbal melalui ujaran kebencian (hate speech) , maupun nonverbal

16
(seperti ada seseorang yang merusak atribut partai, karena gagal menjadi
calon legislatif).
Di samping itu, tidak kurang pentingnya adalah memberikan pencerahan
kepada pendukung (anggota partai atau warga masyarakat) calon kandidat
pejabat, agar memiliki pemikiran yang rasional dalam menghadapi proses
atau hasil pemilihan. Apabila ternayata calon yang didukungnya menang,
maka respon yang positif adalah bersyukur kepada kepada Tuhan, tidak
melakukan aktivitas yang bersifat hura-hura. Sebalikny aapabula gagal,
makan respon yang baik adalah bersabar, menerima kenyataan dengan
legowo (suasan batin atau emosi yang positif), tidak melakukan kegiatan
desdruktif, merusak, atau memprovokasi pihak yang melahirkan suasan
chaos, konflik, dan hura-hura di kalangan masyarakat.
Dalam rangka memberikan pencerahan ini, program penyelenggaraan
pendidikan politik bagi para pendukung partai politik atau warga masyarakat
merupakan wahana yang sangat baik.
Di Amerika, kasus gangguan emosional ini pernah dialami oleh Thomas
Eagleton, dia mengalami depresi, ketika gagal dari pencalonanny asebagi
wakin presiden dari partai Demokrat. Dia megalami perawatn melalui
electroshock theraphy. Begityu juga Presiden Nixon pernah mengalami
ketidaksetabilan emosi, ketika menghadapi skandal Watergate.

5) Penerapan Mental Hygiene di Bidang Hukum


Seorang hakim, jaksa advokat atau pihak-pihak yang bekerja dalam bidang
hukum perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene agar dapat :
a) Memelihara dirinya dari perilaku yang menyimpang, seperti
menerima suap dan tidak bersikap adil dalam memutuskan hukum
b) Mendeteksi tingkat keseharan mental terdakwa atau para saksi pada
saat proses pengadilan berlangsung. Pemahaman hakim tentang
kesehatan mental terdakwa sangat berpengaruh terhadap keputusan
hukum.

17
6) Penerapan Mental Hygiene dalam Kehidupan Beragama
Dewasa ini berkembang perhatian terhadap hubungan antar agama
dengan kesehatan mental atau gangguan mental, khusunya yang terkait
dengan proses penyembuhan.
Sebenarnya pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis
merupakan bentuk yang paling tua. Telah beberapa abad lamanya, para nabi
atau para penyebar agama melakukan peranan-peranan therapeutik, terutam
dalam menyembuhkan penyakit-penyakit rohaniah umatnya.
Seperti Nabi Muhammad SAW, telah menyembuhkan penyakit mental
atau ganggaun psikologsi orang-orang jahiliah Quraisy melalui agama Islam,
sehingga mereka menjadi manusia yang berakhlak mulia (bermental sehat).
Indikator dari gangguan psikologis mereka itu namoak dalam penyimpangan
perilaku seperti :
a) Mengubur hidup-hidup (ngaruang kerepes) anak wanita, karena
merasa inferior, rendah diri, merasa terhina apabila memiliki anak
wanita
b) Prostitusi atau perzinaan
c) Mengkonsumsi minuman keras
d) Musyrik, menyembah berhala bukan kepada Allah
e) Saling memusuhi , peperangan atau tawuran antarsuku
f) Melakukan perbudakan (pelecehan terhadap nilai-nilai atau harkat dan
martabat manusia)
Semakin kompleks kehidupan, semakin dirasakan pentingnya penerapan
mental hygiene yang berbasis nilai-nilai agama dalam rangka
mengembangkan atau mengatasi kesehatan mental manusia (masyarakat).
Ada kecenderungan bahwa orang-orang di zaman modern ini semakin
rindu atau haus akan nilai-nilai agama, sehingga tausiyah, nasihat atau
kesempatan dialog dengan para kiaim ustadz, ajengan atau para pimpinan
agama sangat diharapkannya. Mereka merindukan hal itu dalam upaya
mengembangkan wawasan keagamaannya , atau mengatasi masalah-masalah
kehidupan yang sulit diatasinya tanpa nasihat keagamaan tersebut.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Program Beers ini ternyata mendapat respons yang positis dari kalangan
masyarakat, terutama kalangan para ahli seperti William James dan seorang
psikiater ternama yaitu Adolf Meyer. Saking tertariknya dterhadap gagasan
Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama
mental Hygiene. Dengan demikian yang mempopulerkan istilah “ mental
hygiene “ adalah Mayer.
Menurut M. surya (1976) mental hygiene dikelompokkan ke dalam ilmu
kesehatan dan doartikan sebagai usaha-usaha yang dilakukan agar tercapai
mental yang sehat (mental health). Secara etimologis, perkataan “hygiene”
berasal dari kata “hygea” yaitu nama seorang dewa dalam kepercayaan Yunani
Kuno. Hygea adalah seorang dewa perempuan (dewi) yang bertugas mengurus
masalah kesehatan didunia. Dari kata hygea itu kemudian muncul kayta hygiene
untuk menunjukkan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan.
Ruang lingkup kesehatan mental:
- Kesehatan mental dalam keluarga
- Kesehatan mental di sekolah
- Kesehatan mental di tempat kerja
- Kesehatan mental dalam kehidupan politik
- Kesehatan mental dibidang hukum

19
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf L.N, Samsu.2018.Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya

20

Anda mungkin juga menyukai