KENAKALAN REMAJA
Disusun oleh:
Tanggal Pengumpulan
Dosen Pengajar
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam Yang Maha Bijaksana sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan usaha yang maksimal serta bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini dengan
meluangkan waktu, tenaga serta pemikirannya. Oleh karena itu kami sampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepad pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurang didalam makalah yang kami
buat ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai
pembelajaran agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan
umumya bagi pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Bandung, 20 Februari 2020
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Umum 2
C. Tujuan Khusus 2
BAB II DEKSRIPSI KERJA 3
A. Skenario Kasus 3
B. SOAP 3
C. Mind Mapping 23
BAB IV PEMBAHASAN 14
A. Kenakalan Remaja 24
B. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) 27
C. Kehamilan Tidak Diinginkan 30
D. Aborsi 35
E. Penyimpangan Seksual……………………………………………………..40
BAB V PENUTUP 48
A. Simpulan 48
DAFTAR PUSTAKA 49
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju remaja dan ke
dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-
kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia
sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan dengan cara mencoba hal-hal yang baru dikenalnya walaupun
melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya,
orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan
menyenangkan diri sendiri dan teman sebayanya. Hal ini karena mereka
semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas diri.
Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang
sering disebut sebagai kenakalan remaja.
Remaja merupakan aset masa depan dari suatu bangsa. Di samping hal-hal
yang menggembirakan dengan kegiatan positif dan prestasi yang diraih
remaja-remaja pada waktu akhir-akhir ini serta pembinaan yang dilakukan
oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita juga melihat arus
kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-
pemuda kita, yang sering terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam
pemberitaan dimedia cetak dan media ditelevisi sering kali kita menemui
berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, minuman keras,
penjambret dan pencurian lainnya yang dilakukan anak-anak berusia belasan
tahun serta meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan
lain sebagainya.
1
2
Hal tersebut merupakan suatu masalah dari kenakalan remaja yang dihadapi
oleh masyarakat yang kini semakin marak terjadi, Oleh karena itu masalah
kenakalan remaja seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus
untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang tujuannya untuk
terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.
B. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini adalah agar mahasiswa mampu dan memahami
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.
C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kenakalan remaja dan pendewasaan umur perkawinan.
2. Untuk mengetahui kehamilan tidak dinginkan dan abortus.
3. Untuk mengetahui penyimpangan seksual.
BAB II
DESKIPSI KERJA
A. Skenario Kasus
Seorang perempuan hamil berusia 16 tahun dating ke puskesmas
PONED Nambo bersama pasangannya yang berusia 18 tahun pada tanggal 19
februari 2019. Ibu tersebut mengeluh nyeri perut di bagian bawah, disertai
pengeluaran darah sejak 2minggu yang lalu. Setelah dilakukan anamnesa
lebih dalam ternyata pasangan ini belum menikah dan ingin menggugurkan
kandungannya dengan cara, mereka mengaku sudah memasukan obat obatan
kedalam vagina.
Hasil pemeriksaan:
1. HPHT : 12 januari 2019
2. Antropometri TD : 90/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/
menit, S : 37◦ C, TB : 150 cm, BB sebelum hamil 50kg, BB
sekarang 55kg
3. Pemeriksaan fisik: konjungtia pucat, screla putih,leher tidak ada
kelainan, payudara simetris , aerola hitam kecoklatan, putting
menonjol, abdomen tidak ada bekas oprasi. Palpasi teraba
Ballothement (+) ,pendarahan sebanyak 20cc
4. Pemeriksaan penunjang :Pp test (+), Hb 11gr %
Data tambahan : (apabila ditanyakan oleh mahasiswa)
Obat yang digunakan : misoprostol
B. SOAP
No Register : 2020020001
Hari / Tanggal : Kamis, 19-02-2019
3
4
I. DATA SUBJEKTIF
A. Anamnesa
1. Identitas
No Identitas Istri Suami
1 Nama Ny. Y Tn. A
2 Umur 116 Tahun 18 Tahun
3 Pekerjaan Pelajar Pelajar
4 Agama Islam Islam
5 Pendidikan terakhir SMA SMA
6 Golongan Darah O A
7 Alamat Jl. Banteng Dalam No.2 Kel. Turangga
8 No.Telp/HP 0891 XXXX XXXX 0857 XXXX XXXX
B. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut di bagian bawah, disertai pengeluaran darah
sejak 2 minggu yang
C. Penggalian Riwayat Kesehatan
Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 13 Tahun
Siklus menstruasi : 28 hari
Lama dan jumlah darah : 6 hari /
ganti pembalut 3x1hari
Dismenorrhea : Tidak ada
Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 12 Januari 2019
TP : 19 Oktober 2020
Obat-obatan yang: Misoprostol
dikonsumsi
Kekhawatiran khusus : Khawatir tentang kondisi yang
5
dialaminya
Riwayat Kontrasepsi
Metode yang pernah: Tidak ada
digunakan
Kapan berhenti dan: Tidak ada
alasannya
Lama penggunaan: Tidak ada
sebelum hamil
Rencana kontrasepsi: Tidak ada
selanjutnya
Riwayat Kehamilan Sekarang
D. Persiapan Persalian
6
Conjunctiva : Pucat
Sclera : Putih
Masalah lain : Tidak Ada
Hidung
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Baik
Masalah lain : Tidak Ada
Telinga
Bentuk : Simetris dengan mata
Kebersihan : Baik
Masalah lain : Tidak Ada
Mulut
Bibir : Baik, kemerahan
Stomatitis : Tidak Ada
Kebersihan gigi : Baik
Caries : Tidak Ada
Gigi berlubang : Tidak Ada
Gigi palsu : Tidak Ada
Leher
Pembesaran kelenjar : Tidak Ada
tiroid
Pembesaran kelenjar : Tidak Ada
getah bening
Peningkatan vena : Tidak Ada
jugularis
e. Dada
Bunyi nafas : 20 x/menit
Bunyi jantung : 85 x/menit
f. Payudara
Bentuk : Simetris
Massa : Tidak Ada
Puting susu : Putting menonjol
Retraksi payudara : Tidak Ada
Kolostrum : Ada
9
g. Abdomen
Luka bekas operasi : Tidak Ada
Striae : Tidak Ada
TFU (Mc Donald) : Cm
III. Analisa
G1P0A0, Gestasi 5 minggu 5 hari, Abortus inkomplit, nyeri perut di
bagian bawah
IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
3. Memberikan informasi kepada ibu tentang penyebab perdarahan
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret jika
ibu setuju
5. Informed konsen untuk dilaksanakan tindakan kuret
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat sebelum di kuret
7. Melakukan persiapan pelaksanaan kuretase yakni berupa persiapan alat,
penolong, dan persiapan pasien
8. Menjelaskan tentang penyebab nyeri pada bagian perut bawah ibu
9. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
10. Mengajarkan tekhnik relasasi bila timbul rasa nyeri
11. Memberi kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
12. Memberi dorongan spiritual pada ibu.
13. Melibatkan orang terdekat ibu selama perawatan.
14. Bekerja secara septik dan anti septik selama melakukan perawatan pada ibu.
11
C. MIND MAPING
Remaja
PU
16 Pp(+)
tahun Hamil
Ball (+)
Belum Perut +
menikah pendarahan
Sexs bebas
Misoprostol KTD + Abortus
Kenakalan remaja
Penyimpangan
12
14
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kenakalan Remaja
1. Definisi Kenakalan Remaja
a. Kartono, ilmuwan sosiologi, mengatakan kenakalan remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan
gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaks a.
yang menyimpang.
b. Santrock, kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.
c. Kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang
bersifat antisosial, melanggar norma sosial, agama, serta ketentuan hukum
yang berlaku dalam masyarakat.
2. Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan oleh factor dari remaja itu sendiri
(internal) maupun factor dari luar (eksternal). Factor internal di antaranya
adalah sebagai berikut.
a. Krisis identitas, yaitu perubahan biologis dan sosiologi pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integritas. Pertama, terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya indentitas
peran. Kenakalan remaja terjadi karena gagal mencapai masa integritas kedua.
b. Control diri yang lemah, di mana remaja tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima sehingga akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
14
15
a. Berbohong
b. Pergi keluar tanpa pamit.
c. Keluyuran
d. Begadang.
e. Bolos sekolah
f. Berkelahi dengan teman.
g. Perkelahian antar sekolah.
h. Buang sampah sembarangan.
i. Membaca,melihat, dan menonton film porno.
j. Mengendarai kendaraan bermotor, tanpa SIM dan kebut-kebut tan dijalan
raya.
k. Minum-minuma keras.
l. Hubungan sexs diluar nikah.
m. Mencuri,mencopet,da menodong.
n. Menggurkan kandungan ( aborsi )
o. Memerkosa.
p. Berjudi.
q. Menyalahgunakan narkotika.
r. Membunuh.
17
i. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv,
internet, radio, handphone, dll.
j. Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak
lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
k. Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif
untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia
mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena
dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan
dirinya.
l. Sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk
anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang
menghadapi masalah.
m. Berikan sarana ekspresi
n. Membaca pengakuan mereka yang terpengaruh kekerasan di televise
o. Pendekatan afektif lingkungan sosial terdekat
p. Bangun remaja ke arah yang positif
5. Konsep Dasar Remaja
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak –
kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia
berada pada masa transisi. Remaja akan mengalami periode perkembangan
fisik dan psikis sebagai berikut.
a. Masa pra-pubertas (12 – 13 tahun).
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa pemlihan dari kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan. masa ini lebih singkat dibandingkan dengan
anak laki Iaki. Pada masa ini. terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja -
19
sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak
anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat
perkembangan hormon. Hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul ada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria
ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa
bingung dan malu akan hal ini, sehingga orangtua harus mendampinginya
serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Iika hal
ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka, khususnya
dalam hal pengenalan diri atau gender dan seksualitasnya akan terganggu.
Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya Perkembangan
remaja pada tahap ini. Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual. Remaja menjadi sangat sukar diselami
perasaannya karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat
Pengaruh perkembangan seksualitasnya. Kadang mereka bersikap kasar,
kadang lembut, kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung
dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan
pikirannya sendiri.
c. Masa akhir pubertas (17-18).
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik,
akarl dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan.
Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri
mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini
berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan
remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya
kematangan flSik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun,
kematangan psik010gis belum tercapai sepenuhnya.
d. Masa remaja (19 -21 tahun).
21
Masalah-masalah Remaja
Beritahu anak agar mereka dapat menghargai diri mereka, jika anak
dapat menghargai dirinya sendiri, tida seorangpun boleh atau membiarkan
melakukan yang tidak senonoh terhadap dirinya yang sangat dihargainya.
Pendidikan kesehatan dengan perpektif islam merupakan sesuatu hal
yang penting dilakukan untuk meningkatkan gaya hidup sehat yang islami
pada umat manunsia. Dengan menganalisis bagaimana yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad Saw.
Islam mendefinisikan inti dari kehidupan dan rasionalisasi penciptaan
alam semesta dengan singkat dan jelas: “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Al- Dzariyat [51] : 56)
Pada saat ini, terutama remaja dalam pengaruh budaya barat,
menghadapi berbagai tekanan yang mendorong kearah prilu seks bebas. Citra
seksualitas dapat mendorong emosi sehingga dunia periklanan dan hiburan
menggunakannya dimana sebagai alat untuk menarik perhatian. Perasan takut,
kemisteriusan, penasaran, ingin tahu, dan hawa nafsu terhadap semua itu
dapat emndorong prilaku seksual. Banyak juga ana muda ingin tahu tentang
seks karena kombinasi antara perkataan teman sebaya bahwa mereka aneh
jika tidak melakukannya. Seksualitas merupakan masalah komples yang jika
diabaikan merupakan penekanan terhadap alamiah. Dengan demikian
seksualitas harus diperhatikan, melalui diskusi atau pembahasan lainnya.
Seseorang harus dapat menolak yang diberikan kepadanya untuk
melakukan prtilaku seks bebas. Tekanan merupakan sesuatu yang tidak biasa
dipergunakan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu yang tidak
mereka inginkan. Strategi ini meliputi berbagia cara untuk memperoleh
kepercayaan, menimbulkan rasa ingin tahu, memberi alasan logis, membuat
bersalah, menjanjikan sesuatu, dan mengembanhkn atau mengancam
pemutusan persahabatan.
Untuk menolak perilaku seks bebas seseorang harus memiliki
keimanan kepada Allah. Berkaitan dengan menghindari seks bebas islam
26
sekolah atau lingkungan rumah. Dan beri pula pendidikan agama yang baik
kepda anak agar dapat memahami secara ilmiah dan islamiah.
Berbagai definisi telah diberikan untuk pengertian pendidikan seksual
(sex education). “sex education is a planned infheence on learning processes
directhy or indirecthy. Related to the pattering of sexual behaivor a vlue
system concerning sexuality.” (searbath)
Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual disadari oleh deua
pandangan dan pendekatan yang sangat berbeda:
Pendekatan psikoanalitis yang hanya mengakui bahwa perkembangan
psikoseksual ditentukan oleh pembawaan yang untuk sebagian besar sifatnya
antonom.
Pendekatan sosiologik (sociological of social learning approach) yang
mengakui adanya pengaruh dari lingkungan.
Yang mempunyai banyak pengikutnya adalah pandangan pendekatan yang
kedua.
Adanya peningkatan rata-rata usia kawin I dari usia 15-20 tahun pada tahun
2016, menjadi usia 20-25 tahun pada tahun 2017. pada saat perkawinan
mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Batasan usia ini dianggap sudah siap baik dipandang dari sisi kesehatan
maupun perkembangan emosional untuk menghadapi kehidupan berkeluarga.
PUP bukan sekedar menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan
tetapi juga mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang
cukup dewasa. Apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya,
maka diupayakan adanya penundaan kelahiran anak pertama.
C. Kehamilan Tidak Diinginkan
1. Definisi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) menurut kamus istilah Program Keluarga
Berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh
seorang wanita yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak
menginginkan hamil (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan
tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya kelahiran akibat kehamilan.
2. Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
a. Dampak medis
1) Aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu,
2) Gangguan kesehatan.
b. Psikologis
1) Rasa bersalah,
2) Depresi,
3) Marah dan agresif,
4) Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil.
c. Psikososial
1) Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba
berubah,
30
3. Tradisi masyarakat kebiasaan dan adat istiadat yang harus menjadi salah satu
faktor pendukung dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
Sebaiknya, adat dan kebiasaan masyarakat yang kurag baik hendaknya
ditinggalkan, seperti orang tua yang mengharuskan anak-anaknya untuk
menikah diusia muda, adanya perjodohan, serta tradisi masyarakat yang
beranganggapan bahwa membicarakan seks adalah suatu yang kotor, tidak
pantas, dan dianggap tabuh padahal hal tersebut dapat menghambat proses
pengajarak seks edukasi.
4. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
5. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti
berolahraga, seni, dan keagamaan.
6. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorangan-dorongan
seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.
Pasangan suami istri tak luput dari masalah jika kehamilan sang istri tidak
dikehendaki. Misalnya ketidaksiapan, hal mana bisa menimbulkan depresi ringan
sampai berat pada ibu, yang bisa sangat berpengaruh pada janin, bahkan berakibat
keguguran atau terlahir cacat. Apalagi jika kehamilan tak diinginkan terjadi pada
pasangan yang belum menikah. Akibat yang terjadi bisa jauh lebih besar. Tidak saja
karena akan mengalami konflik internal, semisal ketidaksiapan,tapi juga mesti
menghadapi tekanan dari lingkungan sosial, semisal celaan.
Kehamilan usia dini, selain berakibat kurang baik bagi tubuh, juga berakibat
hilangnya kesempatan untuk mendapat pendidikan formal. Padahal, pendidikan
formal yang baik merupakan salah satu syarat (meskipun tidak harus) agar dapat
bersaing di masa depan. Menurut penulis, alangkah baiknya jika sekolah-sekolah
tetap mau menerima siswa yang hamil, atau minimalnya memberikan cuti bukannya
mengeluarkan. Alangkah malangnya siswa yang hamil/menghamili, yang telah
mengalami berbagai maslaah yang berat, harus diperberat masalahnya dengan
“ditutup” masa depannya melalui pengeluaran siswa oleh pihak sekolah.
Begitu besarnya kasus kehamilan di luar nikah di kalangan remaja, yang tidak
saja merugikan remaja itu sendiri tapi juga masyarakat karena kehilangan remaja-
remaja potensialnya, tidak bisatidak akan membawa kepada pertanyaan: bagaimana
mencegahnya?
33
Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan bukan kasus yang sedikit. Tak cuma
remaja yang mengalaminya karena kurangnya pengetahuan tentang reproduksi, ibu-
ibu pun banyak yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Data survey
demografi dan kependudukan indonesia (SDKI) mencatat tahun 2007 tercapai 9,1%
kehamilan yang tidak diinginkan atau terjadi pada hampir sekitar 9 juta wanita.
34
Kehamilan yang tidak diingikan ini memicu praktik aborsi mulai dari remaja
yang tidak siap, hingga ibu-ibu yang kebobolan KB dan juga tidak siap karena secara
ekonomi, atau karenaa nak-anaknya masi kecil. Data SDKI tahun 1997 mencatat
upaya pengguran dilakukan oleh 12,3 % remaja usia 15-19 tahun yang mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Sedangkan aborsi spontan pada remaja
akibat KTD sebesar 2,8% sedangkan ibu-ibu usia 20-49 tahun yang melakukan
pengguran sebsar 11,6% dan terjadi aborsi spontan 2,9%.
Memang sebanyak 85% dari kehamilan yang tidak dinginkan oleh remaja atau
ibu-ibu akhirnya diteruskan. Namun kehamilan yang tidak diinginkan telah memicu
orang untuk mengambil jalan pintas seperti aborsi. dr.Suryono S.I. Santoso Sp.OG
dalam seminar ‘’masalah kependudukan di indonesia; potensi ancaman?’’ (2010),
menyampaikan aborsi menyumbang kurang ebih 10% angka kematian ibu.
Prevalensinya di indonesia mencapai 2,3 juta tindakana aborsi pertahun.
terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban (agama) istri saja. Istri
diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan ini
(antara lain KTD) hanya istri seorang yang menaggung selain terjadi pada remaja
KTD justru banyak dialami ibu-ibu dengan keluarga harmonis.
D. Abortus
1) Abortus
Abortus istilah yang diberikan untuk semua kehamilan yang berakhhir
sebelum periode vabilitas janin, yaitu sebelum berat janin 500 gram. Bila
berat badan tidak diketahui maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20
minggu lengkap (139 hari). Dihitung dari HPHT normal yang dapat dipakai.
1. Abortus kompetus
Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu.
2. Abortus hibitualis
Terjadi 3 atau lebih abortus spontan berturut-turut
3. Abortus inkomplentus
Keluarnya sebagian tapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum usia lengkap
20 minggu.Abortus diinduksi
Penghentian kehamilan sengaja dengan cara apasaja dengan kehamilan
lengkap 20 minggu. Dapat bersifat terapi atau non terapi
36
4. Abortus insipies
Keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks
kontinu dan progresif, tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum
kehamilan lengkap 20 minggu
5. Abortus terinfeksi
Abortus yang disertai infeksi organ genital
6. Missed abortus
Abortus atau embrio yang janinnya meninggal dalam uterus sebelum
umur kehamilan lengkap 20 minggu, tetappi hasil konsepsi tertahan dalam
uterus selama 8 minggu atau lebih
7. Abortus septik
Abotus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan
produknya kedalam sirkulasi sistemik ibu
8. Abortus spontan
Pengeluaran hasil konsepsi tak sengaja sebelum umur kehamilan 20minggu
9. Abortus terapeutik
Penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan lengkap 20minggu
karena indikasi yang diakui secara medis dan dapat diterima secara hokum
10. Abortus iminens (mengancam)
Keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauteri yang timbul
sembelum umur kehamilan lengkapn20 minggu, dengan atau tanpa kolik
uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilaktasi serviks.
V. DampakAborsi
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yaitu
dampak pada kesehatan wanita dan dampak psikologis bagi wanita.
37
1. Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim robek akibat
penggunaan alat aborsi.
2. Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril kemudian
dimasukkan kedalam rahim bias menyebabkan infeksi, selain itu
infeksi juga disebabkan jika masih ada bagian janin yang tersisa di
dalam rahim.
3. Pendarahan Hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh wanita
yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher rahim robek
dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat membahayakan jika tidak
ditangani dengan cepat.
4. Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan infeksi bias
membuat sang ibu meninggal.
5. Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bias
mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung telur
dan hati.
b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:
1. Perasaan bersalah dan berdosa
2. Kehilangan hargadiri
3. Depresi
4. Trauma
5. Ingin bunuh diri
VI. Penatalaksanaan
1. Abortus iminens
a. Bila hasil konsepsi masih utuh dan terdapat tanda-tanda kehidupan janin
1) Ibu di minta titah baring dan TDK melakukan aktivitas seksual
sampai gejala pendarahan hilang atau selama 3x24 jam
38
5.Abortus Tertunda
a. perbaikan keadaan umum
39
dimana yang menjadi korban adalah wanita jika kehamilan tidak diinginkan
(KTD) terjadi, meskipun aborsi dilakukan maupun tidak.
2. Perkosaan
Dalam kasus perkosaan jelas bahwa jika terjadi KTD, wanita pasti
akan menolak keberadaan janin dalam rahimnya, perasaan dendam, tidak
menginginkan, depresi, harus menghadapi stigma miring masyarakat yang
tidak menganggap ia sebagai korban. Sehingga aborsi menjadi solusi terbaik
yang diambil.
3. Kontrasepsi yang gagal
Aborsi ini sering dilakukan oleh wanita yang sudah menikah, dengan
alasan ekonomi, melanjutkan pendidikan, ikatan kerja, alasan tidak ingin
menambah anak, serta alasan kesehatan.
4. Takut dianggap aib keluarga
Wanita takut akan kemarahan keluarga, tidak ingin dianggap sebagai
aib keluarga, tertekan, perasaan belum siap menjadi ibu, dan malu pada
lingkungannya. Masyarakat lebih cenderung memberi penghakiman norma
kesusilaan dan stigma negatif pada wanita yang mengalami KTD pranikah
maupun pada anak yang di dalam rahimnya. Akhirnya segala hal tersebut
terakumulasi dan aborsi menjadi solusi terbaik dari tekanan konstruksi sosial
yang terjadi.
E. Penyimpangan Seksual
1. Definisi
a. Menurut Vander Zanden, perilaku menyimpang adalah perilaku yang
dianggap sebagai hal tercela.
b. Menurut Bruce J. Cohen bahwa perilaku menyimpang adalah setiap
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengana kehendak
masyarkat.
41
Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang muncul karena adanya dorongan dan kemauan
dari individu itu sendiri.
a. Aspek Perkembangan Alat Seksual (Biologis)
Perkembangan alat seksual (biologis) merupakan salah satu bentuk ciri-ciri perubahan
pada remaja yang Nampak dari luar, sehingga secara langsung perubahan yang terjadi
dapat dilihat oleh orang lain. Dari hal tersebut tentunya akan memiliki dampak
apabila remaja yang mengalami perubahan pada fisiknya atau alat seksualnya
(biologis) yang tidak terkontrol dengan baik. Hal ini dapat memancing pemikiran
negatif seseorang terhadap remaja yang menyalahgunakan perubahan pada alat
seksualnya (biologis). Dalam aspek ini hanya dua informan pokok yaitu Guntur dan
Maulana yang teridentifikasi terpengaruh oleh aspek tersebut. Hal tersebut terlihat
dari anggapan kedua informan pokok yang menganggap bahwa dengan adanya
perubahan alat seksual yang terjadi pada remaja perempuan mengakibatkan adanya
44
pemikiran negatif bagi sebagian remaja laki-laki, dimana salah satunya terjadi kepada
kedua informan pokok ini yang menganggap bahwa perubahan yang terjadi pada alat
seksual remaja perempuan merupakan sebagai sarana untuk melakukan hubungan
seks, sehingga penilaian mereka kepada remaja perempuan hanya sebatas
alat pemuas nafsu. Remaja yang demikian ini tidak akan mampu menjalin hubungan
yang serius dengan perempuan, karena pemikiran mereka terhadap perempuan hanya
didasari oleh nafsu, bukan perasaan. Kedua informan tersebut memiliki kualitas
pribadi yang kurang baik, sehingga mereka beranggapan bahwa melakukan perilaku
menyimpang seks bebas merupakan kegiatan alternatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purwoko (dalam Rahmawati2012:26) yang menjelaskan bahwa penyebab
remaja berperilaku menyimpang yaitu salah satu dikarenakan adanya kualitas dari
pribadi remaja itu sendiri, seperti perkembangan emosional yang kurang, adanya
hambatandalam perkembangan hati nurani dan ketidakmampuan dalam
mempergunakan waktu luang sehingga lebih memili kegiatan alternatif yang keliru
dan hal tersebut dijadikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Aspek Motivasi
Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mulai dihadapkan pada relaita
kehidupan. Pada saat inilah jiwa seoarang remaja mengalami peralihan dari jiwa
kekanak-kanakan kearah pendewasaan. Dalam masa peralihan ini tentunya anak
banyak mengalami peristiwa baru yang selama ini belum pernah dialami pada masa
sebelumnya. Peralihan keadaan inilah yang dapat memicu timbulnya dorongan untuk
mencoba hal-hal baru yang selama ini belum pernah mereka coba, tentunya tanpa
pemikiran yang matang tentang akibat-akibat yang bisa ditimbulkan karena
keterbatasan pemikiran pada usia dewasa. Sarwono (dalam Darmasih 2009:13) yang
menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan suatu
kebutuhan, dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan. Dalam hal
ini informan Tia dan informan Nita melakukan hubungan seks dengan tujuan untuk
menjaga keutuhan hubungan yang telah mereka jalin bersama dengan pasangan
45
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar individu, yang dapat
mendorong mahasiswa untuk melakukan seks bebas. Dalam hal ini penulis
menemukan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi fenomena yang terjadi.
Dari hasil observasi langsung di lapangan,
terdapat beberapa faktor eksternal, diantaranya:
a. Aspek Keluarga
Di dalam keluarga jelas dibutuhkan adanya komunikasi terutama orang tua dengan
anak-anaknya, karena hal tersebut dapat memberikan kehangatan dan hubungan yang
baik antara orang tua dan anak. Dengan adanya komunikasi, orang tua dapat
memahami kemauan dan harapan anak, demikian pula sebaliknya. Sehingga akan
tercipta adanya saling pengertian dan akan sangat membantu di dalam memecahkan
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi anaknya. Komunikasi
merupakan hal yang penting dalam keluarga, karena dengan komunikasi dalam suatu
keluarga terlihat adanya interaksi, hubungan yang akrab antar keluarga.Berbeda
halnya ketika seorang anak berada pada keluarga yang kurang adanya komunikasi
antara orang tua dengan anak. Hal ini dapat mengakibatkan anak akan merasa
kesepian di dalam keluarga.Kartono (1988:286) yang menjelaskan bahwa keluarga
kurang mendapatkan komunikasi yang kondusif dengan kedua orang tuanya sejak
kecil.
46
b. Aspek Pergaulan
Bagi remaja seorang teman merupakan suatu kebutuhan, sehingga terkadang teman
dianggap sebagai “orang tua kedua” bagi remaja. Dorongan untuk memiliki teman
dan membentuk suatu kelompok juga dapat dipandang sebagai usaha agar tidak
tergantung dengan orang yang lebih dewasa atau sebagai tindakan nyata dalam
interaksi sosial. Maka didalam lingkungan pergaulan remaja selalu kita temukan
adanya kelompok teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya dapat membawa
seseorang kearah positif dan negatif. Aspek positifnya adalah tersedianya saluran
aspirasi, kreasi, pematangan kemampuan, potensi dan kebutuhan lain sebagai output
pendidikan orang tua dan potensinya. Akan tetapi jika yang dimasukinya adalah
lingkungan yang buruk maka akan mendorong mereka kepada hal negatif. Pergaulan
dengan teman sebaya yang di dalamnya terdapat keakraban dan adanya intensitas
pertemuan yang tinggi dapat memberikan pengaruh terhadap individu lain didalam
kelompok tersebut. A. Islami (2012:22-23) menjelaksan bahwa dengan adanya ikatan
secara emosional dalam kehidupan peer group akan mendapatkan berbagai manfaat
dan pengaruh yang besar bagi individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Misalnya timbul rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba kebiasaan yang
dilakukan oleh salah satu individu dalam kelompok tersebut. Hal tersebut akan
berdampak positif ketika individu di dalam kelompok pergaulan meniru kebiasaan
yang dilakukan oleh salah satu teman kelompoknya yang melakukan perbuatan
positif. Berbeda halnya ketika individu tersebut meniru perbuatan yang negatif dari
salah satu teman di dalam kelompoknya, maka kemungkinan besar individu tersebut
akan meniru perbuatan negatif dari temannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Adamassasmita (dalam A.Islami 2012:69) yang menjelaskan bahwa remaja yang
terlibat dengan tingkah laku delinquent akan mengarah kepada tingkah laku
delinquent yang dibawa oleh teman-teman sebayanya. Keadaan ini disebabkan karena
tingkat keakraban yang dekat dan intensitas pertemuan yang tinggi.
c. Aspek Media Massa
47
Dampak yang ditimbulkan oleh media massa bisa beraneka ragam diantaranya,
misalnya terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-
nilai budaya yang ada. Pengaruh media massa baik televisi, majalah, handphone dan
internet sering kali di salah gunakan oleh kaum remaja dalam berperilaku sehari-hari,
misalnya saja remaja yang sering melihat tontonan kebudayaan barat, mereka melihat
perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima dilingkungannya. Kemudian dari
hal tersebutlah kaum remaja mulai mengimitasikan pada pola kehidupan mereka
sehari-hari. Kedua informan pokok perempuan memiliki kebiasaan menonton film
barat yang di dalamnya di isi oleh adeganadegan seks yang menurut mereka hal
tersebut merupakan suatu hal yang romantis. Dari anggapan tersebutlah sehingga
kedua informan pokok perempuan ini berpikiran bahwa adegan seks dalam romansa
cinta merupakan suatu hal yang romantis. Adanya dorongan dan motivasi dari film
barat yang mereka tonton bersama menimbulkan tindakan untuk mencotoh apa yang
telah mereka anggap sebagai perwujudan rasa romantis dalam mengungkapkan cinta
dan sayang kepada pasangannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jones dalam
Singarimbun (1997:210) yang menjelaskan bahwa media massa seperti film, musik,
bacaan dan televisi telah mengajarkan kepada mereka bahwa seks itu romantis,
merangsang dan menggairahkan.
4. Tindakan Terapi
Beberapa bentuk penyimpangan seksual ringan dapat diatasi dengan
memuaskan oleh seorang dokter keluarga yang menunjukan pengertiannya.
Aversion Terapi, masih banyak yang beranggapan bahwa penyimpangan
bersifat resisten terhadap terapi. Almarhum Kenneth walker seorang yang
mempunyai wewenang dalam masalah ini, mengatakan bahwa selama 30
tahun menjalankan praktik, ia tidak pernah menjumpai kasus transvertisme
yang nyata dapat diobati atau dibantu oleh psikoterapi.
48
BAB IV
KESIMPULAN
48
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak Wahid Iqbal,2009,Sosiologi untuk keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Edward Tanu Wijaya
H.Mulyadi Fajar,SKp; M.Kes. 2019. Metode dialog warga (DW) dalam meningkatan
rata-rata usia kawin utama perempuan. Volume 5 no.1
http://journal.unimus.ac.id//index.php/JPMK
49