Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN STUDI KASUS I

KENAKALAN REMAJA

Disusun oleh:

Mahasiswa D3 Kebidanan Tingkat II

Tanggal Pengumpulan

Kamis, 20 Februari 2020

Dosen Pengajar

Nurhayati, S.ST., M.Kes.

PRODI VOKASI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATN ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam Yang Maha Bijaksana sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan usaha yang maksimal serta bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini dengan
meluangkan waktu, tenaga serta pemikirannya. Oleh karena itu kami sampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepad pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurang didalam makalah yang kami
buat ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai
pembelajaran agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan
umumya bagi pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Bandung, 20 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Umum 2
C. Tujuan Khusus 2
BAB II DEKSRIPSI KERJA 3
A. Skenario Kasus 3
B. SOAP 3
C. Mind Mapping 23
BAB IV PEMBAHASAN 14
A. Kenakalan Remaja 24
B. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) 27
C. Kehamilan Tidak Diinginkan 30
D. Aborsi 35
E. Penyimpangan Seksual……………………………………………………..40

BAB V PENUTUP 48
A. Simpulan 48
DAFTAR PUSTAKA 49

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju remaja dan ke
dewasa. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-
kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia
sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan dengan cara mencoba hal-hal yang baru dikenalnya walaupun
melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan
kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya,
orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan
menyenangkan diri sendiri dan teman sebayanya. Hal ini karena mereka
semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas diri.
Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang
sering disebut sebagai kenakalan remaja.

Remaja merupakan aset masa depan dari suatu bangsa. Di samping hal-hal
yang menggembirakan dengan kegiatan positif dan prestasi yang diraih
remaja-remaja pada waktu akhir-akhir ini serta pembinaan yang dilakukan
oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita juga melihat arus
kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-
pemuda kita, yang sering terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam
pemberitaan dimedia cetak dan media ditelevisi sering kali kita menemui
berita tentang perkelahian pelajar, penyebaran narkotika, minuman keras,
penjambret dan pencurian lainnya yang dilakukan anak-anak berusia belasan
tahun serta meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan
lain sebagainya.

1
2

Hal tersebut merupakan suatu masalah dari kenakalan remaja yang dihadapi
oleh masyarakat yang kini semakin marak terjadi, Oleh karena itu masalah
kenakalan remaja seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus
untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang tujuannya untuk
terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

B. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini adalah agar mahasiswa mampu dan memahami
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.

C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kenakalan remaja dan pendewasaan umur perkawinan.
2. Untuk mengetahui kehamilan tidak dinginkan dan abortus.
3. Untuk mengetahui penyimpangan seksual.
BAB II

DESKIPSI KERJA

A. Skenario Kasus
Seorang perempuan hamil berusia 16 tahun dating ke puskesmas
PONED Nambo bersama pasangannya yang berusia 18 tahun pada tanggal 19
februari 2019. Ibu tersebut mengeluh nyeri perut di bagian bawah, disertai
pengeluaran darah sejak 2minggu yang lalu. Setelah dilakukan anamnesa
lebih dalam ternyata pasangan ini belum menikah dan ingin menggugurkan
kandungannya dengan cara, mereka mengaku sudah memasukan obat obatan
kedalam vagina.
Hasil pemeriksaan:
1. HPHT : 12 januari 2019
2. Antropometri TD : 90/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/
menit, S : 37◦ C, TB : 150 cm, BB sebelum hamil 50kg, BB
sekarang 55kg
3. Pemeriksaan fisik: konjungtia pucat, screla putih,leher tidak ada
kelainan, payudara simetris , aerola hitam kecoklatan, putting
menonjol, abdomen tidak ada bekas oprasi. Palpasi teraba
Ballothement (+) ,pendarahan sebanyak 20cc
4. Pemeriksaan penunjang :Pp test (+), Hb 11gr %
Data tambahan : (apabila ditanyakan oleh mahasiswa)
Obat yang digunakan : misoprostol

B. SOAP

No Register : 2020020001
Hari / Tanggal : Kamis, 19-02-2019

3
4

Tempat Praktik : BPM Harapan ‘Aisyiyah


Pengkaji : Sulastri
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
A. Anamnesa
1. Identitas
No Identitas Istri Suami
1 Nama Ny. Y Tn. A
2 Umur 116 Tahun 18 Tahun
3 Pekerjaan Pelajar Pelajar
4 Agama Islam Islam
5 Pendidikan terakhir SMA SMA
6 Golongan Darah O A
7 Alamat Jl. Banteng Dalam No.2 Kel. Turangga
8 No.Telp/HP 0891 XXXX XXXX 0857 XXXX XXXX

B. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut di bagian bawah, disertai pengeluaran darah
sejak 2 minggu yang
C. Penggalian Riwayat Kesehatan
Riwayat Menstruasi
 Usia menarche : 13 Tahun
 Siklus menstruasi : 28 hari
 Lama dan jumlah darah : 6 hari /
ganti pembalut 3x1hari
 Dismenorrhea : Tidak ada
Riwayat Kehamilan Sekarang
 HPHT : 12 Januari 2019
 TP : 19 Oktober 2020
 Obat-obatan yang: Misoprostol
dikonsumsi
 Kekhawatiran khusus : Khawatir tentang kondisi yang
5

dialaminya
Riwayat Kontrasepsi
 Metode yang pernah: Tidak ada
digunakan
 Kapan berhenti dan: Tidak ada
alasannya
 Lama penggunaan: Tidak ada
sebelum hamil
 Rencana kontrasepsi: Tidak ada
selanjutnya
Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang


Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit riwayat kesehatan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi, epilepsy, penyakit jantung, kelainan
mental, kelainan congenital, oprasi, penyakit paru-paru, penyakit malaria.
Riwayat Penyakit Menular Seksual
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular seksual
seperti Riwayat diagnose dan pengobatan STD (termasuk AIDS), pengeluaran
vagina yang abnormal, luka dan pembengkakan pada vagina, rasa nyeri pada
saat berkemih, diare yang berkelanjutan lebih dari 1 bulan
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan keluarga seperti
hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi, epilepsy, penyakit jantung, kelainan
mental, kelainan congenital, oprasi, penyakit paru-paru, penyakit malaria.
Riwayat Sosial Ekonomi
 Status perkawinan : Belum menikah
 Lama menikah : Tidak ada
 Bahasa yang digunakan : Indonesia
 Dukungan selama hamil : Kehamilan ini tidak diinginkan

D. Persiapan Persalian
6

 Rencana tempat persalinan : Tidak ada


 Rencana penolong persalinan : Tidak ada
 Persiapan donor darah : Tidak ada
 Persiapan dana dan transportasi : Tidak ada
 Pengambil keputusan dalam : Tidak ada
keluarga

E. Pola Aktifitas Sehari-hari


Makan
 Jenis : Nasi,lauk pauk,sayur,daging
 Frekuensi : 3x sehari
 Pantangan : Tidak ada
 Masalah : Tidak ada
 Cara yang dilakukan untuk : Tidak ada
mengatasi masalah
Minum
 Jenis : Air mineral, susu
 Frekuensi : 6x sehari
 Pantangan : Tidak ada
 Masalah : Tidak ada
 Cara yang dilakukan untuk : Tidak ada
mengatasi masalah
Eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x sehari
 Masalah : Tidak ada
BAK
 Frekuensi : 3x sehari
 Masalah : Tidak ada
Istirahat / Tidur
Tidur Siang
 Frekuensi : Tidak ada
 Keluhan : Tidak ada
 Cara untuk mengatasi : Tidak ada
keluhan
Tidur Malam
 Frekuensi : 6-8jam
 Keluhan : Tidak Ada
7

 Cara untuk mengatasi : Tidak Ada


keluhan
Personal Hygiene
 Mandi : 2 kali sehari
 Ganti pakaian : 2 Kali Sehari
 Ganti pakaian dalam : 4 kali sehari
Gaya hidup
 Merokok : Tidak
 Minum alkohol : Tidak
 Konsumsi obat-obat : Tidak
terlarang

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Normal
b. Antropometri
 BB saat ini : 55 kg
 BB sebelum hamil : 50 kg
 TB : 160 cm

c. Tanda – Tanda Vital


 Tekanan Darah : 90/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 37˚C
 Pernafasan : 20x/menit
d. Kepala dan Leher
Kepala
Rambut
 Kebersihan : Baik
 Distribusi rambut : Normal
 Infeksi/masalah lain : Tidak ada
Wajah
 Oedema : Tidak ada
 Chloasma : Tidak Ada
 Masalah lain : Tidak Ada
Mata
8

 Conjunctiva : Pucat
 Sclera : Putih
 Masalah lain : Tidak Ada
Hidung
 Bentuk : Simetris
 Kebersihan : Baik
 Masalah lain : Tidak Ada
Telinga
 Bentuk : Simetris dengan mata
 Kebersihan : Baik
 Masalah lain : Tidak Ada
Mulut
 Bibir : Baik, kemerahan
 Stomatitis : Tidak Ada
 Kebersihan gigi : Baik
 Caries : Tidak Ada
 Gigi berlubang : Tidak Ada
 Gigi palsu : Tidak Ada
Leher
 Pembesaran kelenjar : Tidak Ada
tiroid
 Pembesaran kelenjar : Tidak Ada
getah bening
 Peningkatan vena : Tidak Ada
jugularis

e. Dada
 Bunyi nafas : 20 x/menit
 Bunyi jantung : 85 x/menit

f. Payudara
 Bentuk : Simetris
 Massa : Tidak Ada
 Puting susu : Putting menonjol
 Retraksi payudara : Tidak Ada
 Kolostrum : Ada
9

 Benjolan : Tidak Ada

g. Abdomen
 Luka bekas operasi : Tidak Ada
 Striae : Tidak Ada
 TFU (Mc Donald) : Cm

h. Punggung dan pinggang


 Oedema : Tidak Ada
 Deformitas tulang : Tidak Ada
belakang
 Nyeri CVA : Tidak Ada
 Masalah lain : Tidak Ada

i. Ekstremitas atas dan bawah


Tangan
 Nyeri dan perih saat : Tidak Ada
menggenggam
 Oedema : Tidak ada
 Pucat telapak tengan dan : Tidak Ada
ujung jari
 Masalah lain : Tidak Ada
Kaki
 Oedema : Tidak ada
 Varises : Tidak Ada
 Refleks patella : Ada

j. Genitalia dan Anus


Inspeksi genitalia eksterna
 Warna : Tampak Gelap (Normal)
 Pembengkakan : Tidak Ada
 Pengeluaran cairan : Perdarahan 20cc
Inspeksi anus :
Palpasi kelenjar bartholini
dan skene
 Nyeri : Tidak Ada
10

C. Pemeriksaan Laboratorium / Penunjang


 Hb : 11 %
 Protein urine : -
 Glukosa urine : Negatif
 USG : Tidak ada
 Lainnya : Tidak Ada

III. Analisa
G1P0A0, Gestasi 5 minggu 5 hari, Abortus inkomplit, nyeri perut di
bagian bawah

IV. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Mengobservasi tanda-tanda vital
3. Memberikan informasi kepada ibu tentang penyebab perdarahan
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang pentingnya dilakukan kuret jika
ibu setuju
5. Informed konsen untuk dilaksanakan tindakan kuret
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat sebelum di kuret
7. Melakukan persiapan pelaksanaan kuretase yakni berupa persiapan alat,
penolong, dan persiapan pasien
8. Menjelaskan tentang penyebab nyeri pada bagian perut bawah ibu
9. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
10. Mengajarkan tekhnik relasasi bila timbul rasa nyeri
11. Memberi kesempatan pada ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
12. Memberi dorongan spiritual pada ibu.
13. Melibatkan orang terdekat ibu selama perawatan.
14. Bekerja secara septik dan anti septik selama melakukan perawatan pada ibu.
11

15. Menganjurkan kepada ibu untuk mrningkatkan kebersihan diri dengan


mengganti pembalut setiap kali basah.
16. Penatalaksanaan pemberian obat analgesic, antibiotic, dan penambah darah.

C. MIND MAPING

Remaja
PU
16 Pp(+)
tahun Hamil
Ball (+)

Belum Perut +
menikah pendarahan

Sexs bebas
Misoprostol KTD + Abortus

Kenakalan remaja

Penyimpangan
12
14
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kenakalan Remaja
1. Definisi Kenakalan Remaja
a. Kartono, ilmuwan sosiologi, mengatakan kenakalan remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan
gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentk
pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaks a.
yang menyimpang.
b. Santrock, kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan
kriminal.
c. Kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang
bersifat antisosial, melanggar norma sosial, agama, serta ketentuan hukum
yang berlaku dalam masyarakat.
2. Penyebab terjadinya kenakalan remaja

Perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan oleh factor dari remaja itu sendiri
(internal) maupun factor dari luar (eksternal). Factor internal di antaranya
adalah sebagai berikut.

a. Krisis identitas, yaitu perubahan biologis dan sosiologi pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integritas. Pertama, terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya indentitas
peran. Kenakalan remaja terjadi karena gagal mencapai masa integritas kedua.
b. Control diri yang lemah, di mana remaja tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima sehingga akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa

14
15

c. mengembangkan control diri untuk bertingkah laku sesuai dengan


pengetahuannya.

Sedangkan yang termasuk faktol eksternal terjadinya kenakalan remaja adalah


sebagai berikut.

a. Keluarga, meliputi perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi ataranggota


keluarga, atau perselisihan antaranggota keluarga bisa memicu perilaku
negative pada remaja. Pendidkan yang salah di keluarga, seperti terlalu
memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama atau penolakan
terhadap eksitensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik.
c. Masyarakat/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
3. Penggolongan dan bentuk kenakalan remaja.
Singgih D. gumarso ( 1988 ) mengataka dari segi hokum, kenakalan
remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-
norma hokum, yaitu kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak
diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
sebagai pelanggaran hukum, dan kenakalan yang bersifat melanggar hukum
dengan penyelesaiaan sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan oleh orang dewasa.
Menurut bentuknya, sunarwiyati S ( 1985 ) membagi kenakalan
remaja kedalam tiga tingkatan, yaitu kenakalan biasa, seperti suka
berkelahi,suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit;
kenakalan yang menjerumus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti
mengendarai mobil tanpa sim, mengambil barang orangtua tanpa izin,
kenakalan khusus , seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan sexs diluar
nikah,pemerkosaan,dan lain-lain. Perilaku menyimpang atau jahat dianggap
sebagai fakta sosial yang normal jika dalam batas-batas tertentu, hal ini
terdapat dalam bukunya rules of sociological method. Dalam batas-batas
16

tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara


tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tidak
menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam
batas-batas tertentu dan melihat pada suatu perbuatan yang tidak sengaja.

Kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi beberapa jenis/bentuk seperti


berikut :

a. Berbohong
b. Pergi keluar tanpa pamit.
c. Keluyuran
d. Begadang.
e. Bolos sekolah
f. Berkelahi dengan teman.
g. Perkelahian antar sekolah.
h. Buang sampah sembarangan.
i. Membaca,melihat, dan menonton film porno.
j. Mengendarai kendaraan bermotor, tanpa SIM dan kebut-kebut tan dijalan
raya.
k. Minum-minuma keras.
l. Hubungan sexs diluar nikah.
m. Mencuri,mencopet,da menodong.
n. Menggurkan kandungan ( aborsi )
o. Memerkosa.
p. Berjudi.
q. Menyalahgunakan narkotika.
r. Membunuh.
17

4. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja :


a. Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti
beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman
kepercayaannya.
b. Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa
dicegah atau bisa diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
c. Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta
orang tua memberi arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.
d. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman-teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
e. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.
f. Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
g. Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita
boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya,
dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang
sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan
akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah
melewati batas tersebut.
h. Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur
2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia
bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang
gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup
yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
18

i. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv,
internet, radio, handphone, dll.
j. Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak
lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
k. Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif
untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia
mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena
dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan
dirinya.
l. Sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk
anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang
menghadapi masalah.
m. Berikan sarana ekspresi
n. Membaca pengakuan mereka yang terpengaruh kekerasan di televise
o. Pendekatan afektif lingkungan sosial terdekat
p. Bangun remaja ke arah yang positif
5. Konsep Dasar Remaja
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak –
kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia
berada pada masa transisi. Remaja akan mengalami periode perkembangan
fisik dan psikis sebagai berikut.
a. Masa pra-pubertas (12 – 13 tahun).
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa pemlihan dari kanak-kanak ke
remaja. Pada anak perempuan. masa ini lebih singkat dibandingkan dengan
anak laki Iaki. Pada masa ini. terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja -
19

remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu


segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang
dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai hero atau pujaannya. Perilaku
ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti
model rambut, gaya bicara, sampaj dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan
keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan
mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi
oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan
sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang
dianggapnya sesuai dengan minatnya. Mereka juga semakin berani menentang
tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang sesuai saat ini,
maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti
tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka
akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang
formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya,
mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama
keluarga berkunjung ke rumah saudara. Akan tetapi, pada saat yang sama,
mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang
tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Saat ini adalah
saat yang kritis. Iika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya
untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari
orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
b. Masa pubertas (14 – 14 tahun).
Masa ini disebut juga masa remaja awal, di mana perkembangan fisik mereka
begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya,
20

sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak
anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat
perkembangan hormon. Hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul ada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria
ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa
bingung dan malu akan hal ini, sehingga orangtua harus mendampinginya
serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Iika hal
ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka, khususnya
dalam hal pengenalan diri atau gender dan seksualitasnya akan terganggu.
Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya Perkembangan
remaja pada tahap ini. Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual. Remaja menjadi sangat sukar diselami
perasaannya karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat
Pengaruh perkembangan seksualitasnya. Kadang mereka bersikap kasar,
kadang lembut, kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung
dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan
pikirannya sendiri.
c. Masa akhir pubertas (17-18).
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik,
akarl dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan.
Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri
mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini
berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan
remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya
kematangan flSik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun,
kematangan psik010gis belum tercapai sepenuhnya.
d. Masa remaja (19 -21 tahun).
21

Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang


sempurna, baik segi flsik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dari mulai memperjuangkan
suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari
bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap
kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya,minatnya, bakatnya, dan
sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat – sifatnya yang menonjolnya akan
terlihat jelas pada fase ini.
6. Persoalan pada remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal
dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dam masa remaja
berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi
yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik
yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja
para pelakunya. Sering kali didapati adanya trauma dengan masa lalunya,
perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma
terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya
mesara rendah diri, dan sebagainya. Remaja yang nakal itu disebut pula
sebagai anak cacat social.
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada
ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat
sebagai suatu kelainan dan disebut sebagai kenakalan. Masalah social yang
dikategorikan dalam prilaku menyimpang di antaranya adalah kenakalan
remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan individual dan sistem.
Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pemngamatan
sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan
22

pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Kenakalan remaja


dalam studi masalah social dapat dikategorikan ke dalam prilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang, masalah social terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku diri sebagai aturan-aturan social
ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku.
Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem social. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengundang makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang. Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu
membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak di sengaja dan yang
disengaja, diantaranya si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada.
Sedangkan perilaku yang menyimpang dan disengaja, bukan karena si pelaku
tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk prilaku
tersebut adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia
tahu apa yang dilakukan melanggar aturan (Becker, dalam Soekanto, S.,
1988).
7. Masalah dan cara mengatasi seks bebas
Masa remaja (abolesensi) merupakan suatu periode dengan dorongan
seksual yang maksimum. Di dalam suatu masyarakat yang mengganggap
keluarga sebagai satuan sosial yang pokok, maka masa remaja juga
merupakan periode dengan kesempatan seksual yang paling sah paling sedikit
atauj minimum. Keadaan yang bertentangan ini tentju saja menimbulkan
permasalahan moralitas perorangan yang berat bagi anak-ana muda tersebut.
Pada masa abolesensi terjadi suatu fase tumbuh kembang yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.
23

Pada remaja usia 16-18 tahun merupakan periode dimana mereka


sedang mencari jati dirinya. Remaja di usia ini mulai menyadari bahwa
mengkritik itu lebih mudah dari pada menjalaninya. Sikapnya terhadap
kehidupan mulai jelas, seperti cita-cita, minat, bakat, dan sebagainya.
Dimasa inilah remaja berada dipersimpangan dimana mereka
memikirkan masa depannya. Dalam hal ini, ketergantungan kepada kelompok
sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang
banyak memiliki kesamaan minat. Mereka sudah dapat memisahkan antara
sistem nilai atau normatif yang universal dari pada pendukungnya yang
mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan.
Fase ini merupakan kesempatan bagi orangtua untuk kembali
mendekati anaknya lagi. Remaja dimasa akhir tida lagi mudah berpengaruh
oleh kondisi sekelilingnya. Berbicara mengenai seks diusia ini tentu tidak
perlu menggunakan simbol-simbol atau pendekatan khusus, bahkan mereka
cenderung senang diajak diskusi dengan orangtuanya.

Masalah-masalah Remaja

Timbulnya masalah remaja disebabkan oleh bebrbagai faktor yang


sangat kompleks. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1) Adanya perubahan secara cepaar dari segi biologis dan psikologis
yang sangat komplesk.
2) Orangtua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang
benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya.
3) Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan
teknologi sehingga sulit melakukan seleksi terhadap informasi dari
luar.
4) Pembanhgunan arah industri disertai pertambahan penduduk yang
menyebabkan peningkatan urbanisasi, berkurangnya sumber daya
24

alam dan terjadi perubahan tata nilai. Ketimbang sosial dan


individualisme sering memicu terjadinya konflik perorangan maupun
kelompok. Lapangan kerja yang kurang memadai dapat memberikan
dampak yang kurang baik sehingga remaja menderita frustasi dan
depresi yang menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan
melakukan tindakan negatif.
5) Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan
gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai subsitusi yang positif
ke arah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur
kecepatan dan kekuatan misanya olahraga.

Seks bebas masalah utama yang sering menghinggapi remaja. Simpang


siurnya informasi membuat remaja sering termakan isu yang tidak benar
perihal seks bebas. Mislnya mereka merasa aman jikaberhubungan seks
dengan meminum obat KB. Namun rupanya sang pacar tetap hamil juga
karena pemakaian yang salah.
Pendidikan seks wajib diberikan kepada anak. Bahkan sejak anak
masih kecil. Pertama, karena pendidikan seks memberikan hak kepada anak
untuk mendapatkan dan memperoleh bekal informasi ihwal seks dan
seksualitas. Kedua, pendidikan seks merupakan bekal bagi setiap anak, sejak
kecil agar anak berhasil selamat dari pergaulannya sampai tiba hari
perkawinan. Bilamana anak tida memiliki bekal pendidikan seks, itu akan
menambah resiko terjadinya seks bebas yang dapat menimbulkan angka
resiko penyakit kelamin yang tinggi.
Pendidikan seks yang benar itu bukan praktik seks yang diajarkan
pada mereka yang henda memasuki pernikahan (marriage cunselling),
melainkan nilai-nilai bagaimana bergaul dengan lawan jenis yang baik, benar
dan patut
25

Beritahu anak agar mereka dapat menghargai diri mereka, jika anak
dapat menghargai dirinya sendiri, tida seorangpun boleh atau membiarkan
melakukan yang tidak senonoh terhadap dirinya yang sangat dihargainya.
Pendidikan kesehatan dengan perpektif islam merupakan sesuatu hal
yang penting dilakukan untuk meningkatkan gaya hidup sehat yang islami
pada umat manunsia. Dengan menganalisis bagaimana yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad Saw.
Islam mendefinisikan inti dari kehidupan dan rasionalisasi penciptaan
alam semesta dengan singkat dan jelas: “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Al- Dzariyat [51] : 56)
Pada saat ini, terutama remaja dalam pengaruh budaya barat,
menghadapi berbagai tekanan yang mendorong kearah prilu seks bebas. Citra
seksualitas dapat mendorong emosi sehingga dunia periklanan dan hiburan
menggunakannya dimana sebagai alat untuk menarik perhatian. Perasan takut,
kemisteriusan, penasaran, ingin tahu, dan hawa nafsu terhadap semua itu
dapat emndorong prilaku seksual. Banyak juga ana muda ingin tahu tentang
seks karena kombinasi antara perkataan teman sebaya bahwa mereka aneh
jika tidak melakukannya. Seksualitas merupakan masalah komples yang jika
diabaikan merupakan penekanan terhadap alamiah. Dengan demikian
seksualitas harus diperhatikan, melalui diskusi atau pembahasan lainnya.
Seseorang harus dapat menolak yang diberikan kepadanya untuk
melakukan prtilaku seks bebas. Tekanan merupakan sesuatu yang tidak biasa
dipergunakan untuk membuat seseorang melakukan sesuatu yang tidak
mereka inginkan. Strategi ini meliputi berbagia cara untuk memperoleh
kepercayaan, menimbulkan rasa ingin tahu, memberi alasan logis, membuat
bersalah, menjanjikan sesuatu, dan mengembanhkn atau mengancam
pemutusan persahabatan.
Untuk menolak perilaku seks bebas seseorang harus memiliki
keimanan kepada Allah. Berkaitan dengan menghindari seks bebas islam
26

mengajarkan berbagai cara, dimuli dari menahan pandangan mata sampai


menghindari atau melarikan diri dari te,pat yang memberikan tekanan. Ibadah
dan puasa pun dapat membantu mengatasi tekanan internal. Tekanan eksternal
dapat diberikan dari lingkungan sosial atau pergaulan teman sebaya. Beberapa
cara untuk memngatakan “tidak” kepada teman sebaya :
Langsung mengatakn “tidak, terima kasih” ketika ditawarkan
Menolak dengan memberikan humor atau lelucon tetrhadap situasi itu
Menolak dengan alasan kesehatan
Memutuskan percakapan berulang-ulang jika ditawarkan
Memberikan alasan yang memungkinkan untuk menghindar diri
Mengubah topik pembicaraan
Memasang muka dingin dan memnghiraukn pembicaraan
Menjauhi sambil berkata tidak kepada orang yang mengajak
Menghindari situasi dan cari tempat yang lebih aman
Menambahkn tekanan
Islam memberikan alat untuk memberikan penilaian benar atau salah.
Hampir semua mengikuti pendidikan seks islam menyatakan bahwa
kepercayaan islam lebih penting untuk membantu mengatasi kecemasan yang
dihadapi masyarakat yang menghadapi tentang seks.
Tekanan yang berat dapat membuat seseorang terjatuh ke tempat yang
tidak diinginkan. Mereka yang telah terjatuh diharapkan dapat memohon
ampun kepada Allah dengan bertanggung jawab atas perbuatannya. Orangtua
harus menemaninya dalam proses ini. Allah Maha Pengampun dan Maha
Penerima Taubat. Selain itui dia juga haarus menyelesaikan tanggung jawb
sosial sebagai akibat dari perbuatannya itui.
Pendidikan seks sejak dini yang berasal dari orangtua adalah yang
utama dan paling penting, berilah pengertian kepada anak sedini mungkin
untuk mencegah terbukanya prilaku menyimpang seperti seks bebas.
Lingkungan sekitarpun dapat mempengaruhi, entah dari teman sebaya,
27

sekolah atau lingkungan rumah. Dan beri pula pendidikan agama yang baik
kepda anak agar dapat memahami secara ilmiah dan islamiah.
Berbagai definisi telah diberikan untuk pengertian pendidikan seksual
(sex education). “sex education is a planned infheence on learning processes
directhy or indirecthy. Related to the pattering of sexual behaivor a vlue
system concerning sexuality.” (searbath)
Pada waktu ini cara-cara pendidikan seksual disadari oleh deua
pandangan dan pendekatan yang sangat berbeda:
Pendekatan psikoanalitis yang hanya mengakui bahwa perkembangan
psikoseksual ditentukan oleh pembawaan yang untuk sebagian besar sifatnya
antonom.
Pendekatan sosiologik (sociological of social learning approach) yang
mengakui adanya pengaruh dari lingkungan.
Yang mempunyai banyak pengikutnya adalah pandangan pendekatan yang
kedua.

B. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)


1. Pengertian
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia
pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia ideal pada saat
perkawinan. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi
mengusahakan agar pernikahan dilakukan pada pasangan yang sudah
siap/dewasa dari ekonomi, kesehatan, mental/psikologi.
2. Tujuan
Tujuan program Pendewasan Usia Perkawinan (PUP) adalah memberikan
pengertian dan kesadaran kepada remaja agar di dalam merencanakan
keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan
kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial
ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran. . Tujuan PUP seperti
28

ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia perkawinan yang lebih


dewasa sehingga berdampak pada penurunan Total Fertility Rate (TFR).
3. Masalah
Dari sekian banyak problema yang dihadapi di tengah-tengah masyarakat,
yang paling mencemaskan saat ini adalah pernikahan di bawah umur
(anak/remaja) yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang
saling mempengaruhi antara lain Faktor Pendidikan, Ekonomi, Sosial Budaya,
tingkat pengetahuan/ pemahaman masyarakat maupun para remaja tentang
dampak negatif dari pernikahan usia dini dan kesehatan reproduksi masih
rendah, penerapan pendidikan di dalam keluarga semakin hari semakin
berkurang, pengaruh perkembangan teknologi, tingkat pendidikan remaja dan
orang tua masih rendah, budaya di sekitar lingkungan yang tidak mendukung,
dan kurangnya kontrol/pengawasan melekat (waskat) orang tua kepada anak
dalam aktivitasnya.
4. Metode
1. Dialog warga (Dalam pelaksanaannya kegiatan Metode Dialog Warga
dilengkapi dengan Buku Panduan Fasilitator Desa. Buku panduan ini terdiri
dari 3 komponen, yaitu :
Komponen 1 : Prinsip Dasar,
Komponen 2 : Cara Fasilitasi DW,
Komponen 3 : Pelaksanaan DW untuk Penguatan Hak Perempuan)
2. KIE untuk masyarakat
Bekerjasama dengan kader sekitar dan mengayomi para remaja untuk
pemahaman masalah pernikahan dini. Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap peningkatan pengetahuan
dan sikap remaja (Panjaitan, 2017). Sehingga para remaja perlu diberi
penyuluhan tentang materi dasat kependudukan , remaja dan program PUP
sendiri,
Hasil:
29

Adanya peningkatan rata-rata usia kawin I dari usia 15-20 tahun pada tahun
2016, menjadi usia 20-25 tahun pada tahun 2017. pada saat perkawinan
mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki.
Batasan usia ini dianggap sudah siap baik dipandang dari sisi kesehatan
maupun perkembangan emosional untuk menghadapi kehidupan berkeluarga.
PUP bukan sekedar menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan
tetapi juga mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang
cukup dewasa. Apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya,
maka diupayakan adanya penundaan kelahiran anak pertama.
C. Kehamilan Tidak Diinginkan
1. Definisi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) menurut kamus istilah Program Keluarga
Berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh
seorang wanita yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak
menginginkan hamil (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan
tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya kelahiran akibat kehamilan.
2. Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
a. Dampak medis
1) Aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu,
2) Gangguan kesehatan.
b. Psikologis
1) Rasa bersalah,
2) Depresi,
3) Marah dan agresif,
4) Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil.
c. Psikososial
1) Ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba
berubah,
30

2) Tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut,


3) Dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri.
d. Masa remaja dan janin
1) Terganggunya kesehatan,
2) Risiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi,
3) Pernikahan remaja dan pengguguran kandungan,
4) Putus sekolah,
5) Bila bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar,
6) Perkembangan bayi yang tertahan,
7) Bayi terlahir dengan berat badan rendah.

3. Upaya pencegahan dan penanggulangan kehamilan yang tidak di


inginkan
Adapun beberapa upaya pencehgahan terhadap terjadinya kehamilan yang tidak
diinginan, antara lain:
1. Pendidikan seks yang kuat. Pendidikan seks harus diberikna sedini mungkin
kepada remaja dengan tetap memperhatikan tingkat perkembangannya. Salah
satu faktor dominan dalam seks edukasi selain guru selain guru dn petugas
kesehatan. Peran orang tua sangat potensial dalam pengembangan kualitas
kepribadian remaja terutama masalah kesehatan reproduksi dan tanpa harus
lepas darimana religius. Keberhasilan pendidikan seks tergantung pada sejauh
mana orang tua bersikap terbuka dan mampu menjalin komunikasi efektif,
tanpa harus melarang remaja melakukan interaksi, penting juga dalam
memberikan rambu-rambu dalam rangka membangun ‘’pergaulan yang
sehat’’, dengan demikian kehamilan tidak inginkan dapat dicegah.
2. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma. Dengan mngajarkan serta
menerapakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat akan
menciptakan kehidupan yang tentram, aman dan sejahtera tanpa adanya suatu
masalah akibat peyimpangan nilai-nilai dan norma- norma.
31

3. Tradisi masyarakat kebiasaan dan adat istiadat yang harus menjadi salah satu
faktor pendukung dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
Sebaiknya, adat dan kebiasaan masyarakat yang kurag baik hendaknya
ditinggalkan, seperti orang tua yang mengharuskan anak-anaknya untuk
menikah diusia muda, adanya perjodohan, serta tradisi masyarakat yang
beranganggapan bahwa membicarakan seks adalah suatu yang kotor, tidak
pantas, dan dianggap tabuh padahal hal tersebut dapat menghambat proses
pengajarak seks edukasi.
4. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
5. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti
berolahraga, seni, dan keagamaan.
6. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorangan-dorongan
seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.

Adapun beberapa cara penanggulangan terhadap terjainya kehamilan yang


tidak diinginkan antara lan:
a. Penggunaan alat kontrasepsi seperti,
IUD,spiral,susuk,pil,kondom,dll.dimana penggunaan kontrasepsi ini harus
tepat agar tidak terjadi kegagalan kontrasepsi.
b. Peran media dalam membentuk karakter seseorang. Sinetron atau film
yang merupakan metode refersible yang bisa dipakai pasangan untuk
mncegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Peran lingkungan sekitar. Peran orang tua, teman, saudara,
tetangga,petugas kesehatan dan masyarakat untuk tetap mensuport ibu
hamil untuk merawat janinnya baik secara sosial, ekonomi, psikologis,
maupun pelayanan kesehatan yang memadai.
32

4. Sebab Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD)

Pasangan suami istri tak luput dari masalah jika kehamilan sang istri tidak
dikehendaki. Misalnya ketidaksiapan, hal mana bisa menimbulkan depresi ringan
sampai berat pada ibu, yang bisa sangat berpengaruh pada janin, bahkan berakibat
keguguran atau terlahir cacat. Apalagi jika kehamilan tak diinginkan terjadi pada
pasangan yang belum menikah. Akibat yang terjadi bisa jauh lebih besar. Tidak saja
karena akan mengalami konflik internal, semisal ketidaksiapan,tapi juga mesti
menghadapi tekanan dari lingkungan sosial, semisal celaan.

Norma-norma ketimuran masih tetap menganggap kehamilan diluar nikah


sebagai aib bagi keluaraga ataupun masyarakat, apapun sebab dari kehamilan itu.
Orang yang hamil diluar nikah dinilai sebagai keburukan, yang kalaupun terjadi harus
disembunyikan. Masyarakat patriarkal sekarang ini cenderung mempersalahkan
wanita salam kehamilan diluar nikah. Padahal wanita yang hamil bisa saja merupakan
korban perkosaan atau korban keadaan (dipaksa lewat bujukan untuk melakukan
hubungan seksual oleh pacarnya, atau temannya, atau keluarganya).

Kehamilan usia dini, selain berakibat kurang baik bagi tubuh, juga berakibat
hilangnya kesempatan untuk mendapat pendidikan formal. Padahal, pendidikan
formal yang baik merupakan salah satu syarat (meskipun tidak harus) agar dapat
bersaing di masa depan. Menurut penulis, alangkah baiknya jika sekolah-sekolah
tetap mau menerima siswa yang hamil, atau minimalnya memberikan cuti bukannya
mengeluarkan. Alangkah malangnya siswa yang hamil/menghamili, yang telah
mengalami berbagai maslaah yang berat, harus diperberat masalahnya dengan
“ditutup” masa depannya melalui pengeluaran siswa oleh pihak sekolah.

Begitu besarnya kasus kehamilan di luar nikah di kalangan remaja, yang tidak
saja merugikan remaja itu sendiri tapi juga masyarakat karena kehilangan remaja-
remaja potensialnya, tidak bisatidak akan membawa kepada pertanyaan: bagaimana
mencegahnya?
33

Upaya pencegahan tentulah didasarkan atas sebab-sebab yang


melatarbelakangi , sebab kehamilan diluar nikah pada remaja dikategorikan dalam
dua dimensi, yakni dimensi pasif (wanita hamil sebagai korban perkosaan dan
paksaan sejenis), dan dimensi aktif (wanita meman g berkeinginan melakukan
hubungan seksual).

Kedua dimensi dimuka, dipicu oleh sebab-sebab yang luas. Beberapa


diantaranya adalah maraknya pornografi ditengah masyarakat, kemudahan
memperoleh akses ke sumber-sumber pemuasan seksual, kebebasan dalam pergaulan,
dan pergeseran nilai-nilai moral. Sebab-sebab itu tidak akan melahirkan hubungan
seksual pranikah bila remaja memiliki kendali internal (internal locus of control)
yang kuat. Lemahnya kendali internal disebabkan kegagalan pendidikan seks bebas
baik dalam keluarga, sekolah, atau masyarakat. Akibat dari lemahnya kendali
internal, remaja mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berasal dari luar dirinya seperti
provokasi media, dan pengaruh teman-teman. Focus pada penguatan kendali internal
remaja, adalah pencegahan yang paling mungkin berhasil apalagi jika yang dilakukan
dalam skala kecil, misalnya dengan pemberian informasi yang benar sebab salah satu
indicator kuatnya kendali internal adalah adanya informasi benar yang diyakini, akan
tetapi upaya penecegahan dengan penguatan kendali internal pada remaja kurang bisa
berjalan efektif bila di lingkungan sekitar tidak mendukung. Karenanya, mestinya
pencegahan dilakukan secara bersama-sama anatara keluarga, sekolah, masyarakat
dan pemerintah.

Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan bukan kasus yang sedikit. Tak cuma
remaja yang mengalaminya karena kurangnya pengetahuan tentang reproduksi, ibu-
ibu pun banyak yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Data survey
demografi dan kependudukan indonesia (SDKI) mencatat tahun 2007 tercapai 9,1%
kehamilan yang tidak diinginkan atau terjadi pada hampir sekitar 9 juta wanita.
34

Kehamilan yang tidak diingikan ini memicu praktik aborsi mulai dari remaja
yang tidak siap, hingga ibu-ibu yang kebobolan KB dan juga tidak siap karena secara
ekonomi, atau karenaa nak-anaknya masi kecil. Data SDKI tahun 1997 mencatat
upaya pengguran dilakukan oleh 12,3 % remaja usia 15-19 tahun yang mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Sedangkan aborsi spontan pada remaja
akibat KTD sebesar 2,8% sedangkan ibu-ibu usia 20-49 tahun yang melakukan
pengguran sebsar 11,6% dan terjadi aborsi spontan 2,9%.

Memang sebanyak 85% dari kehamilan yang tidak dinginkan oleh remaja atau
ibu-ibu akhirnya diteruskan. Namun kehamilan yang tidak diinginkan telah memicu
orang untuk mengambil jalan pintas seperti aborsi. dr.Suryono S.I. Santoso Sp.OG
dalam seminar ‘’masalah kependudukan di indonesia; potensi ancaman?’’ (2010),
menyampaikan aborsi menyumbang kurang ebih 10% angka kematian ibu.
Prevalensinya di indonesia mencapai 2,3 juta tindakana aborsi pertahun.

Undang-undah kesehatan RI no.36 tahu 2009 menegaskan, aborsi tidak boleh


dilakukan kecuali dalam kondisi darurat medis atau akibat perkosaan. Proses
pendapingan dan konseling juga harus dilakukan sebelum dan sesudah diambil
ditindakan.

Aborsi hanya dapat dilakukan kehamilan 6 minggu. Tindakan harus diambil


atas izin ibu hamil maupun suaminya. Tidak boleh sembarangan, aborsi harus
dilakukan tenaga yang kompeten dan difasilitas kesehatan yang telah ditentukan.
Aborsi merupakan upaya penghentian kehamilan ketika janin belum dapat hidup
diluar kandungan. Usia kehamilan umumnya di tentukan maksimal 20 minggu umtuk
bisa diambil tindakan aborsi. Menurut dr. Suryono, banyak terjadinya penggunaan
alat KB. Pemamahaman dan akses untukn menggunakan alat KB yang kurang
akhirnya memicu kehamilan yang tidak diinginkan.

Kehamilan tidak diinginkan (KTD) banyak terjadi karena pola hubungan


suami istri tidak seimbang yang mengakibatkan hubungan seksual sebagai awal
35

terjadinya kehamilan seringkali dipahami sebagai kewajiban (agama) istri saja. Istri
diposisikan untuk melayani suami kapan saja sementara akibat dari hubungan ini
(antara lain KTD) hanya istri seorang yang menaggung selain terjadi pada remaja
KTD justru banyak dialami ibu-ibu dengan keluarga harmonis.

Alasan-alasan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal: 1). Pemahaman/


pengetahuan tentang proses terjadinya kehamilan sangat minim;2). Kebanyakan
orang hanya tahu bahwa hubungan seks akan membuat wanita hamil, tanpa
mengetahui dengan rinci proses terjadinya menstruasi dan kehamilan yang benar dan
lengkap;3). Pemahaman/pengetahuan tentang kontrasepsi yang masih rendah,
kebnaykan masih banyak yang belum pahan tentang cara memakainya dengan benar,
efek yang samping yang dapat ditimbulakan, dan bagaimana jika terjadi efek
samping.

D. Abortus
1) Abortus
Abortus istilah yang diberikan untuk semua kehamilan yang berakhhir
sebelum periode vabilitas janin, yaitu sebelum berat janin 500 gram. Bila
berat badan tidak diketahui maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20
minggu lengkap (139 hari). Dihitung dari HPHT normal yang dapat dipakai.
1. Abortus kompetus
Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu.
2. Abortus hibitualis
Terjadi 3 atau lebih abortus spontan berturut-turut
3. Abortus inkomplentus
Keluarnya sebagian tapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum usia lengkap
20 minggu.Abortus diinduksi
Penghentian kehamilan sengaja dengan cara apasaja dengan kehamilan
lengkap 20 minggu. Dapat bersifat terapi atau non terapi
36

4. Abortus insipies
Keadaan perdarahan dari intrauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks
kontinu dan progresif, tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum
kehamilan lengkap 20 minggu
5. Abortus terinfeksi
Abortus yang disertai infeksi organ genital
6. Missed abortus
Abortus atau embrio yang janinnya meninggal dalam uterus sebelum
umur kehamilan lengkap 20 minggu, tetappi hasil konsepsi tertahan dalam
uterus selama 8 minggu atau lebih
7. Abortus septik
Abotus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan
produknya kedalam sirkulasi sistemik ibu
8. Abortus spontan
Pengeluaran hasil konsepsi tak sengaja sebelum umur kehamilan 20minggu

9. Abortus terapeutik
Penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan lengkap 20minggu
karena indikasi yang diakui secara medis dan dapat diterima secara hokum
10. Abortus iminens (mengancam)
Keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauteri yang timbul
sembelum umur kehamilan lengkapn20 minggu, dengan atau tanpa kolik
uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilaktasi serviks.

V. DampakAborsi
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yaitu
dampak pada kesehatan wanita dan dampak psikologis bagi wanita.
37

a. Dampak Pada KesehatanWanita:

1. Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim robek akibat
penggunaan alat aborsi.
2. Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril kemudian
dimasukkan kedalam rahim bias menyebabkan infeksi, selain itu
infeksi juga disebabkan jika masih ada bagian janin yang tersisa di
dalam rahim.
3. Pendarahan Hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh wanita
yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher rahim robek
dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat membahayakan jika tidak
ditangani dengan cepat.
4. Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan infeksi bias
membuat sang ibu meninggal.
5. Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bias
mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung telur
dan hati.
b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:
1. Perasaan bersalah dan berdosa
2. Kehilangan hargadiri
3. Depresi
4. Trauma
5. Ingin bunuh diri
VI. Penatalaksanaan
1. Abortus iminens
a. Bila hasil konsepsi masih utuh dan terdapat tanda-tanda kehidupan janin
1) Ibu di minta titah baring dan TDK melakukan aktivitas seksual
sampai gejala pendarahan hilang atau selama 3x24 jam
38

2) Pemberian preparat progesteron masih di perdebatkan karena dapat


menyebabkan relaksasi otot polos, termasuk otot uterus beberapa
penelitian menunjukkan efek buruk progesteron, yakni meningkatkan
risiko abortus imkomplek sehingga hanya di berikan bila terdapat
gangguan fase luteal: dosisnya 5-10mg
b. Bila hasil usg meragukan, udh di ulang kembali satu sampai 2 Minggu
kemudian
c. Bila hasil usg tidak baik , segera lakukan evaluasi
2. Abortus Insipiens
a. evakuasi hasil konsepsi
b. perserian uterotonika pasca evakuasi
c. Pemberian antibiotik selama 3 hari
3. Abortus Imkomplet
a. perbaikan keadaan umum: syok harus di atasi jika muncul; bila Hb < 8gr
transfusi darah segera di berikan
b. evakuasi hasil konsepsi, baik dengan metode digital atau kuretasi;
c. pemberian uterotonika
d. pemberian antibiotik selama 3 hari
4. Abortus Febrilis
a. perbaikan keadaan umum ( infus, transfusi, pengelolaan syok septik bila
ada)
b. posisi Fowler
c. pemberian antibiotik yang efektif untuk bakteri aerob dan anaerob
d. pemberian uterotonika
e. pemberian antibiotik intra Vena selama 24 jam, dilanjutkan dengan
evakuasi digital, aspirasi vakum manual ( avm) atau kuret tumpul

5.Abortus Tertunda
a. perbaikan keadaan umum
39

b. transfusi darah segar


c. transfusi fibrinogen
d. pemberian misoprostol peroral atau pervagina, dosis 200mikro gram/ jam.
Bila dalam 2x24 jam hasi konsepsi tidak keluar kuretasi segera di
kerjakan
e. evakuasi dengan kuretasi: bila usia kehamilan < 12 Minggu kuretasi di
dahulukan dengan pemasangan filator ( laminarlastift) atau pemberian
misoprostol 200 ug/ 6jam
6. Abortus Habitualis
Pengelolaan abortus habitualis bergantung kepada etiologi pada
kelainan anatomi misalnya inkompetensi serviks, dapat dilakukan operasi
shirodkar atau McDonald.
7.Abortus Provolatus Medisinalis
a. kimiawi - pemberian obat abortus ekstrauterin atau intrauterin, seperti
prostaglandin, ati progesteron (RU 486 ) atau oksitosin
b. mekanis:
1) Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks
secara perlahan dan tidak traumatik, kemudian dilanjutkan evaluasi
menggunakan kuret tajam atau vakum
2) Dilatadi serviks menggunakan dilator hegar dilanjutkan dengan
evakuasi dengan kuretasi
3) Histerotomi/ histerektomi

VII. Faktor-Faktor Penyebab Melakukan Aborsi


1. Seks pranikah
Dilakukan saat usia mereka diliputi rasa penasaran dan ingin mencoba,
tapi tidak mau bertanya ppada orang tua ataupun guru konseling dan terlebih
lagi pengetahuan meraka tentang kontrasepsi masih minim. Akhirnya mereka
mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang salah seperti film porno
40

dimana yang menjadi korban adalah wanita jika kehamilan tidak diinginkan
(KTD) terjadi, meskipun aborsi dilakukan maupun tidak.
2. Perkosaan
Dalam kasus perkosaan jelas bahwa jika terjadi KTD, wanita pasti
akan menolak keberadaan janin dalam rahimnya, perasaan dendam, tidak
menginginkan, depresi, harus menghadapi stigma miring masyarakat yang
tidak menganggap ia sebagai korban. Sehingga aborsi menjadi solusi terbaik
yang diambil.
3. Kontrasepsi yang gagal
Aborsi ini sering dilakukan oleh wanita yang sudah menikah, dengan
alasan ekonomi, melanjutkan pendidikan, ikatan kerja, alasan tidak ingin
menambah anak, serta alasan kesehatan.
4. Takut dianggap aib keluarga
Wanita takut akan kemarahan keluarga, tidak ingin dianggap sebagai
aib keluarga, tertekan, perasaan belum siap menjadi ibu, dan malu pada
lingkungannya. Masyarakat lebih cenderung memberi penghakiman norma
kesusilaan dan stigma negatif pada wanita yang mengalami KTD pranikah
maupun pada anak yang di dalam rahimnya. Akhirnya segala hal tersebut
terakumulasi dan aborsi menjadi solusi terbaik dari tekanan konstruksi sosial
yang terjadi.

E. Penyimpangan Seksual
1. Definisi
a. Menurut Vander Zanden, perilaku menyimpang adalah perilaku yang
dianggap sebagai hal tercela.
b. Menurut Bruce J. Cohen bahwa perilaku menyimpang adalah setiap
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengana kehendak
masyarkat.
41

c. Penyimpangan seksual adalah keadaan atau tindakan seseorang yang


berbeda dengan masyarakat yang ada di sekitarnya ( Sarwono,
1982:126).
d. Perilaku normal yaitu perilaku yang adekuat (sesuai) dan tepat
sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
e. Perilaku deviasi yaitu perilaku yang jauh menyimpang atau berbeda
dengan harapan , tuntutan , dan norma-norma masyarakat, misalnya;
melakukan hubungan seksual dimuka umum, perilakunya normal
tetapi tidak dimuka umum.
f. Perilaku abnormal yaitu perilaku yang tidak sehat (maladaptif) dan
dekstruktif bagi pelaku maupun lingkungannya. Misalnya; Pecandu
alcohol yang bila mabuk sangat berbahaya bagi dirinya maupun orang
lain.
2. Jenis gangguan seksual
Gangguan-gangguan tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus
remaja), menurut buku pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
di Indonesia 1983 (PPDGJ,1983:223-249), Terdiri atas 4 kelompok besar
yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok, antara lain sebagai
berikut.
a. Gangguan Identitas Jenis
b. Parafilia
c. Disfungsi psikoseksual
d. Gangguan psikoseksual lainnya
1) Gangguan Identitas diri
Gangguan utama dari gangguan ini adalah ketidak sesuaian
antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada
diri seseorang. Jadi, seorang yang berkelamin laki-laki merasa
bahwa dirinya wanita, atau sebaliknya. Identitas jenis yang
menyimpang ini dinyatakan dalam tingkah laku (cara
42

berpakaian, pemilihan mainan, serta kegemaran), ucapan,


maupun objek seksualnya. Misalnya, anak laki-laki suka
bermain boneka atau sebaliknya anak perempuan suka bermain
sepak bola.
2) Transeksualisme adalah orang orang (biasanya laki-laki) yang
merasa bahwa merka dilahirkan dengan bentuk tubuh yang
salah. Mereka bukan homoseksual dalam arti umum.
Kebanyakan homoseksual merasa dengan anatominya dan
menganggap dirinya benar-benar laki-laki atau wanita. Merka
hanya menyukai kaum dari jenis kelaminnya sendiri
sebaliknya,Transeksual menganggap dirinya sebagai anggota
dari lawan jenisnya ( seringkali sejak masa kanak-kanak).
Penyebab transeksualisme adalah hormone seksual yang tidak
sesuai dengan anatomi, proses belajar yang salah, hubungan
yang terlampau dekat antarta anak laki-laki dengan ibunya,
hubungan keluarga yang kurang baik, serta adanya pengabaian
terhadap seks dan perkembangan anak.
3) Parafilia (Devisiasi Seksual)
1). Zoofilia : terdapat perbuatan atau fantasi untuk melakukan
aktivitas seksual dengan hewan.
2). Pedofilia : perbuatan atau fantasi untuk melakukan aktivitas
dengan anak pubertas.
3).Transvestisme : penggunaan pakaian perempuan oleh laki-
laki heteroseksual untuk mendapatkan kegairahan seksual
4). Eksibisionisme: mempertunjukan alat kelamin secara tidak
terduga
5). Fetisisme : penggunaan benda (fetis) yang lebih disukai
atau sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kegairahan
seksual.
43

6). Voyeurism : mengintip orang lain telanjang atau membuka


baju.
7). Masokisme : mendapatkan gairah seksual dengan cara
dihina, dipukul atau penderitaan lainnya.
8). Sadisme : mencapai kepuasan dengan menimbulkan
penderitaan baik psikologi maupun fisik.
9). Paraphilia : pencapaian kepuasan dengan cara tidak lazim
dengan cara yang belum disebut diatas, misalnya dengan
ditinju (Koprofilia), dengan menggosok (Froteurisme), dengan
kotoran (misofilia). Dengan mayat (nekrofilia), dengan air seni
(urofilia).
3. Faktor pemicu penyimpangan seksual

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda sehingga menghasilkan


perilaku yang berbeda pula.

Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang muncul karena adanya dorongan dan kemauan
dari individu itu sendiri.
a. Aspek Perkembangan Alat Seksual (Biologis)
Perkembangan alat seksual (biologis) merupakan salah satu bentuk ciri-ciri perubahan
pada remaja yang Nampak dari luar, sehingga secara langsung perubahan yang terjadi
dapat dilihat oleh orang lain. Dari hal tersebut tentunya akan memiliki dampak
apabila remaja yang mengalami perubahan pada fisiknya atau alat seksualnya
(biologis) yang tidak terkontrol dengan baik. Hal ini dapat memancing pemikiran
negatif seseorang terhadap remaja yang menyalahgunakan perubahan pada alat
seksualnya (biologis). Dalam aspek ini hanya dua informan pokok yaitu Guntur dan
Maulana yang teridentifikasi terpengaruh oleh aspek tersebut. Hal tersebut terlihat
dari anggapan kedua informan pokok yang menganggap bahwa dengan adanya
perubahan alat seksual yang terjadi pada remaja perempuan mengakibatkan adanya
44

pemikiran negatif bagi sebagian remaja laki-laki, dimana salah satunya terjadi kepada
kedua informan pokok ini yang menganggap bahwa perubahan yang terjadi pada alat
seksual remaja perempuan merupakan sebagai sarana untuk melakukan hubungan
seks, sehingga penilaian mereka kepada remaja perempuan hanya sebatas
alat pemuas nafsu. Remaja yang demikian ini tidak akan mampu menjalin hubungan
yang serius dengan perempuan, karena pemikiran mereka terhadap perempuan hanya
didasari oleh nafsu, bukan perasaan. Kedua informan tersebut memiliki kualitas
pribadi yang kurang baik, sehingga mereka beranggapan bahwa melakukan perilaku
menyimpang seks bebas merupakan kegiatan alternatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purwoko (dalam Rahmawati2012:26) yang menjelaskan bahwa penyebab
remaja berperilaku menyimpang yaitu salah satu dikarenakan adanya kualitas dari
pribadi remaja itu sendiri, seperti perkembangan emosional yang kurang, adanya
hambatandalam perkembangan hati nurani dan ketidakmampuan dalam
mempergunakan waktu luang sehingga lebih memili kegiatan alternatif yang keliru
dan hal tersebut dijadikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Aspek Motivasi
Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mulai dihadapkan pada relaita
kehidupan. Pada saat inilah jiwa seoarang remaja mengalami peralihan dari jiwa
kekanak-kanakan kearah pendewasaan. Dalam masa peralihan ini tentunya anak
banyak mengalami peristiwa baru yang selama ini belum pernah dialami pada masa
sebelumnya. Peralihan keadaan inilah yang dapat memicu timbulnya dorongan untuk
mencoba hal-hal baru yang selama ini belum pernah mereka coba, tentunya tanpa
pemikiran yang matang tentang akibat-akibat yang bisa ditimbulkan karena
keterbatasan pemikiran pada usia dewasa. Sarwono (dalam Darmasih 2009:13) yang
menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan suatu
kebutuhan, dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan. Dalam hal
ini informan Tia dan informan Nita melakukan hubungan seks dengan tujuan untuk
menjaga keutuhan hubungan yang telah mereka jalin bersama dengan pasangan
45

masing-masing. Anggapan mereka bahwa dengan melakukan seks dapat menjaga


keutuhan hubungan merupakan hal yang keliru. Tetapi pendapat tersbut justru mereka
tolak, karena adanya ledakan perasaan yang berlebihan kepada pasangan mereka. Hal
ini yang membuat kedua informan tidak bisa berpikir secara logika bahwa apa yang
telah mereka lakukan merupakan hal yang salah. Keadaan tersebut sesuai dengan
pendapat Darmasih (2009:32) yang menjelaskan bahwa apabila orangorang yang
terlibat saling mencintai ataupun saling terikat menganggap bahwa hubungan.

Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar individu, yang dapat
mendorong mahasiswa untuk melakukan seks bebas. Dalam hal ini penulis
menemukan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi fenomena yang terjadi.
Dari hasil observasi langsung di lapangan,
terdapat beberapa faktor eksternal, diantaranya:
a. Aspek Keluarga
Di dalam keluarga jelas dibutuhkan adanya komunikasi terutama orang tua dengan
anak-anaknya, karena hal tersebut dapat memberikan kehangatan dan hubungan yang
baik antara orang tua dan anak. Dengan adanya komunikasi, orang tua dapat
memahami kemauan dan harapan anak, demikian pula sebaliknya. Sehingga akan
tercipta adanya saling pengertian dan akan sangat membantu di dalam memecahkan
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi anaknya. Komunikasi
merupakan hal yang penting dalam keluarga, karena dengan komunikasi dalam suatu
keluarga terlihat adanya interaksi, hubungan yang akrab antar keluarga.Berbeda
halnya ketika seorang anak berada pada keluarga yang kurang adanya komunikasi
antara orang tua dengan anak. Hal ini dapat mengakibatkan anak akan merasa
kesepian di dalam keluarga.Kartono (1988:286) yang menjelaskan bahwa keluarga
kurang mendapatkan komunikasi yang kondusif dengan kedua orang tuanya sejak
kecil.
46

b. Aspek Pergaulan
Bagi remaja seorang teman merupakan suatu kebutuhan, sehingga terkadang teman
dianggap sebagai “orang tua kedua” bagi remaja. Dorongan untuk memiliki teman
dan membentuk suatu kelompok juga dapat dipandang sebagai usaha agar tidak
tergantung dengan orang yang lebih dewasa atau sebagai tindakan nyata dalam
interaksi sosial. Maka didalam lingkungan pergaulan remaja selalu kita temukan
adanya kelompok teman sebaya. Pergaulan dengan teman sebaya dapat membawa
seseorang kearah positif dan negatif. Aspek positifnya adalah tersedianya saluran
aspirasi, kreasi, pematangan kemampuan, potensi dan kebutuhan lain sebagai output
pendidikan orang tua dan potensinya. Akan tetapi jika yang dimasukinya adalah
lingkungan yang buruk maka akan mendorong mereka kepada hal negatif. Pergaulan
dengan teman sebaya yang di dalamnya terdapat keakraban dan adanya intensitas
pertemuan yang tinggi dapat memberikan pengaruh terhadap individu lain didalam
kelompok tersebut. A. Islami (2012:22-23) menjelaksan bahwa dengan adanya ikatan
secara emosional dalam kehidupan peer group akan mendapatkan berbagai manfaat
dan pengaruh yang besar bagi individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Misalnya timbul rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba kebiasaan yang
dilakukan oleh salah satu individu dalam kelompok tersebut. Hal tersebut akan
berdampak positif ketika individu di dalam kelompok pergaulan meniru kebiasaan
yang dilakukan oleh salah satu teman kelompoknya yang melakukan perbuatan
positif. Berbeda halnya ketika individu tersebut meniru perbuatan yang negatif dari
salah satu teman di dalam kelompoknya, maka kemungkinan besar individu tersebut
akan meniru perbuatan negatif dari temannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Adamassasmita (dalam A.Islami 2012:69) yang menjelaskan bahwa remaja yang
terlibat dengan tingkah laku delinquent akan mengarah kepada tingkah laku
delinquent yang dibawa oleh teman-teman sebayanya. Keadaan ini disebabkan karena
tingkat keakraban yang dekat dan intensitas pertemuan yang tinggi.
c. Aspek Media Massa
47

Dampak yang ditimbulkan oleh media massa bisa beraneka ragam diantaranya,
misalnya terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-
nilai budaya yang ada. Pengaruh media massa baik televisi, majalah, handphone dan
internet sering kali di salah gunakan oleh kaum remaja dalam berperilaku sehari-hari,
misalnya saja remaja yang sering melihat tontonan kebudayaan barat, mereka melihat
perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima dilingkungannya. Kemudian dari
hal tersebutlah kaum remaja mulai mengimitasikan pada pola kehidupan mereka
sehari-hari. Kedua informan pokok perempuan memiliki kebiasaan menonton film
barat yang di dalamnya di isi oleh adeganadegan seks yang menurut mereka hal
tersebut merupakan suatu hal yang romantis. Dari anggapan tersebutlah sehingga
kedua informan pokok perempuan ini berpikiran bahwa adegan seks dalam romansa
cinta merupakan suatu hal yang romantis. Adanya dorongan dan motivasi dari film
barat yang mereka tonton bersama menimbulkan tindakan untuk mencotoh apa yang
telah mereka anggap sebagai perwujudan rasa romantis dalam mengungkapkan cinta
dan sayang kepada pasangannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Jones dalam
Singarimbun (1997:210) yang menjelaskan bahwa media massa seperti film, musik,
bacaan dan televisi telah mengajarkan kepada mereka bahwa seks itu romantis,
merangsang dan menggairahkan.
4. Tindakan Terapi
Beberapa bentuk penyimpangan seksual ringan dapat diatasi dengan
memuaskan oleh seorang dokter keluarga yang menunjukan pengertiannya.
Aversion Terapi, masih banyak yang beranggapan bahwa penyimpangan
bersifat resisten terhadap terapi. Almarhum Kenneth walker seorang yang
mempunyai wewenang dalam masalah ini, mengatakan bahwa selama 30
tahun menjalankan praktik, ia tidak pernah menjumpai kasus transvertisme
yang nyata dapat diobati atau dibantu oleh psikoterapi.
48
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,mental dan social,secara
utuh,tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistem,fungsi dan proses reproduksinya. Kesehatan reproduksi
remaja dibagi 3:
1. Kenakalan remaja dan pendewassan umur perkawinan (PUP).
2. Kehamilan tidak diingginkan (KTD) dan abortus.
3. Penyimpangan sexsual.

48
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak Wahid Iqbal,2009,Sosiologi untuk keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Edward Tanu Wijaya

H.Mulyadi Fajar,SKp; M.Kes. 2019. Metode dialog warga (DW) dalam meningkatan
rata-rata usia kawin utama perempuan. Volume 5 no.1

http://id.stikes-mataram.ac.id/e-journal /index.php/JPRI/artichle/download/129/97 19-


02-2020

Putri, Intan Mutiara. Peningkatan pengetahuan program pendewasaan usia


perkawinan dikarang taruna angkatan muda salakan bantul yogyakarta. Journal
pengabdian masyarakat kebidanan volume 1 no.1. 2019.5-11

http://journal.unimus.ac.id//index.php/JPMK

Irianto K, Julhendri F.2014. Sosiologi untuk keperawatan. Alfabetha : Bandung.


Penerbit IKVI.

Irianto, Koes. (2015). Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Bandung :


ALFABETA
Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kegawatdaruratan obstetridan ginekologi.
Jakarta : ECG
Kusmiran, Eny. (2011).Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Kusmiran.Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika:
Jakarta.
Koes.Irianto. 2014. Seksologi Kesehatan. Alfabeta Bandung: Bandung.
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/raheema/article/download/584/374

49

Anda mungkin juga menyukai