Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASILOBSERVASIMENGENAI ADAT

PERNIKAHAN DI KELURAHAN PATEHAN DIY

diajuan untukmemenuhi tugas mata kuliah Imu Sosial Budaya Dasar


Dosen pengampu Evi Kusumahati, S.ST, M. Keb,

Disusun oleh:
Anggia Astipuri 202018043
Annisa Sholehah F 202018029
Elsa Elfira 202018001
Nurhalizah 202018045
Syifa Fadlin A 202018044

PRODI VOKASI D3 KEBIDANAN TINGKAT 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG


Jalan KH Amad Dahlan No.6 Bandung 40264
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, November 2018

Penyusun
BAB II
PROFIL DAERAH

Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara


Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta
terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan
Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu
kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438
desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan
proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk
sebesar 1.084 jiwa per km2.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengkubuwana IX


dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta,
dan Daerah Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang
dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri
Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah, dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung
kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:

1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal
19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5
September 1945 (dibuat secara terpisah).
3. Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober
1945 (dibuat dalam satu naskah).

Patehan adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Objek wisata Taman Sari Yogyakarta dan Alun-alun Kidul
Yogyakarta terletak di kelurahan ini. Daerah ini adalah daeah yangmasih sangat kental dengan
budaya Daerah Istimewa Yogyakarta salah satunya adalah budaya tentang pernikahan walaupun
letak daerah kelurahan Patehan tersebut merupakan kota tetapi masyarakatnya masih tradisional
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang beraneka ragam yang tersebar mulai
dari sabang sampai merauke. Kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tersebut bukan
hanya berupa kekayaan sumber alam saja, tetapi masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan
lain seperti kekayaan akan kebudayaan suku bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia.
Salah satu kekayaan kebudayaan orang-orang Jawa adalah upacara pernikahan adat Daerah
Istimewa Yogyakarta. Adat istiadat pernikahan ini merupakan salah satu tradisi yang bersumber
dari Keraton. Adat istiadat ini mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan luhurnya
budaya orang DIY. Luhurnya budaya tersebut tercermin dari busana pengantin yang dikenakan
pada saat upacara pernikahan serta tata riasnya yang mengandung makna simbolik.
Pernikahan merupakan salah satu peristiwa besar yang sangat penting dan sakral di dalam
sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu, peristiwa sakral tersebut tidak akan dilewatkan
begitu saja seperti mereka melewati kehidupan sehari-hari. Peristiwa pernikahan dilaksanakan
dengan berbagai serangkaian upacara yang di dalamnya mengandung nilai budaya yang luhur
dan suci. Setiap orang yang menyelenggarakan upacara pernikahan tidak akan merasa ragu-ragu
untuk mengorbankan tenaga, pikiran, waktu, serta biaya yang besar untuk kelancaran
terselenggaranya upacara pernikahan tersebut.
Di Indonesia terdapat bermacam-macam upacara pernikahan adat yang diwariskan nenek
moyang secara turun temurun, dari generasi yang satu ke generasi yang berikutnya. Setiap suku
daerah yang ada di Indonesia masing-masing mempunyai upacara adat pernikahan yang berbeda-
beda. Masing-masing adat pernikahan tersebut memiliki keagungan, keindahan, dan keunikan
tersendiri. Di daerah Jawa, memiliki dua macam gaya upacara pernikahan, yaitu upacara
pernikahan gaya Yogyakarta dan upacara pernikahan gaya Surakarta atau Solo. Kedua gaya
tersebut terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam busana dan tata riasnya.
Busana atau pakaian adalah salah satu kebutuhan manusia yang utama, yang berfungsi sebagai
penutup tubuh. Busana dapat mencerminkan suatu norma atau nilai-nilai budaya suatu suku
bangsa yang memilikinya. Dalam kebudayaan Jawa, busana merupakan unsur kebudayaan yang
sangat penting. Busana Jawa adalah salah satu warisan budaya leluhur kita yang sangat adi
luhung dan tinggi nilainya. Warisan budaya Jawa tersebut harus tetap dipertahankan dan
dilestarikan agar tetap terjaga dan lestari hingga masa yang akan datang. Setiap busana pastilah
mempunyai simbol dan fungsi tersendiri. Seperti sama halnya dengan busana pengantin yang
dikenakan pada upacara pengantin adat Yogyakarta. 
Hal yang cukup penting hubungannya dengan upacara pernikahan adalah busana
pengantin. Busana pengantin merupakan bagian dari aspek kebudayaan manusia yang disebut
dengan kesenian, di mana di dalam busana pengantin tersebut memiliki arti simbolis yang
bermakna. Perwujudan busana pengantin tidak lepas dari serangkaian pesan yang hendak
disampaikan kepada masyarakat umum melalui simbol-simbol yang dikenal dan tradisi budaya
masyarakat tersebut. Simbol-simbol yang diungkapkan dalam busana pengantin dapat dilihat
sebagai pencerminan dari corak kebudayaan masyarakat Yogyakarta yang mengandung nilai-
nilai dan ajaran bagaimana seharusnya masyarakat Yogyakarta bertingkah laku di dalam
kehidupan sehari-hari di dunia ini.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dalam observasi ini akan mengkaji tentang prosesi
adat pernikahan Yogyakarta.
BAB III
ADAT

Pernikahan merupakan sebuah momen penting dalam tahap kehidupan serta kesanggupan
untuk mandiri. Sebab, ketika ijab qabul atau janji di hadapan Tuhan YME terucap, saat itu
segala suka duka dalam hidup harus dihadapi bersama. Begitu pentingnya peristiwa ini, tak
heran bila selalu dilaksanakan dengan serangkaian upacara adat yang kaya akan nilai-nilai
luhur. Seperti prosesi pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Daerah Istimewa
Yogyakarta. Rangkaian prosesi tersebut adalah :

1. Nyantri

Prosesi ini merupakan upacara ketika calon mempelai pria diserahkan pada keluarga calon
mempelai putri. Pelaksanaannya 1-3 hari sebelum pernikahan. Tujuannya mencegah calon
mempelai pria tidak datang pada hari yang ditentukan. Tetapi prosesi ini sudah jarang
dilakukan jika masih diadakan,biasanya dibarengi dengan midodareni. Di lingkungan Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat, calon pengantin pria diwajibkan menjalani prosesi Nyantri untuk
memperkenalkan kehidupan Kraton, dan untuk mengenal lebih dekat sikap dan tingkah laku
calon pengantin pria.
2. Siraman

Siraman mempunyai arti untuk membersihkan diri agar menjadi suci lahir batin. Prosesi ini
dilaksanakan sehari sebelum pernikahan. Memandikan calon pengantin wanita ini dilakukan

oleh orangtua dan para pinisepuh yang dianggap berhasil dalam pernikahan. Maksudnya agar
pasangan pengantin mendapatkan berkah kebahagian dalam kehidupan pernikahan yang
langgeng, seperti halnya orangtua dan pinisepuh. Pada dasarnyanya jumlah penyiram tidak
dibatasi asalkan ganjil. Namun agar calon pengantin tidak kedinginan, orang yang melakukan
siraman dibatasi tujuh sampai sembilan orang.

Bukan hanya calon pengantin wanita, calon pengantin pria pun mengadakan prosesi siraman
di kediamannya. Biasanya akan ada utusan dari pihak keluarga calon pengantin wanita yang
membawakan air siraman; banyu perwitasari untuk dicampur ke dalam air siraman calon
pengantin pria.

3. Ngerik
Ngerik adalah lanjutan dari siraman. Ngerik artinya menghilangkan rambut - rambut halus di
sekitar dahi, agar wajah menjadi bercahaya. Prosesi itu mengandung makna membuang
berbagai hal buruk yang pernah menimpa calon pengantin. Agar pada saat memasuki gerbang
pernikahan, pengantin benar – benar bersih lahir batin.

4. Midodareni

Berasal dari kata widodari atau bidadari. Prosesi ini merupakan laku prihatin calon mempelai
wanita dalam menghadapi pernikahannya esok pagi. Calon pengantin wanita hanya duduk
tenang di kamar ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya wanita, hingga tengah malam.
Midodareni juga dikaitkan dengan legenda Dewi Nawangwulan, bidadari khayanganyang
yang berjanji turun ke bumi mengunjungi putrinya, malam sebelum melangsungkan
pernikahan. Sang Dewi ingin memberikan restu untuk putrinya, serta menganugrahkan
kecantikan hingga calon pengantin wanita terlihat berbeda dari biasanya. Pada malam ini juga
kerap dilangsungkan prosesi tantingan. Ayah calon pengantin wanita akan menanyakan
kemantapan hati putrinya untuk berumah tangga dengan pria pilihannya.
5. Akad Nikah

Upacara pernikahan yang dilangsungkan menurut agama yang dianut kedua pengantin, sesuai
dengan hukum yang berlaku.

6. Panggih

Puncak dari seluruh rangkaian upacara adat yaitu panggih. Panggih merupakan prosesi yang
mempertemukan pasangan pengantin setelah mereka resmi menikah, kemudian disandingkan
di pelaminan. Rangkaian prosesi panggih biasanya didahului dengan tarian edan-edanan oleh
penari pria dan wanita dengan dandanan jenaka. Tradisi ini memiliki makna bahwa pasangan
pengantin berparas rupawan dianggap membutuhkan keseimbangan yang diwujudkan oleh
penampilan abdi dalem dengan dandanan compang-camping. Tarian ini juga dimaksudkan
sebagai penolak ruh jahat yang akan mengganggu jalannya upacara panggih.

 Penyerahan Sanggan

Sanggan merupakan simbol atau sarana menebus pengantin wanita. Wujudnya berupa dua
sisir pisang raja matang pohon, sirih ayu, kembang telon (mawar, melati, kenanga),
serta benang lawe yang ditata dalam satu wadah. Pembawa sanggan berdiri di depan
rombongan pengantin pria untuk kemudian menyerahkan sanggan kepada ibu pengantin
wanita.

 Balangan Gantal


Gantal merupakan daun sirih yang dipilin kemudian diikat dengan benang lawe. Di dalamnya
berisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, serta tembakau hitam. Gantal adalah simbolisasi
pertemuan jodoh antara kedua mempelai yang disatukan dengan benang kasih suci. Lantaran
itu, upacara balangan gantal juga merupakan lambang saling melempar kasih antara kedua
mempelai.

 Wijikan

Kadang disebut juga ranupada atau prosesi membasuh kaki pengantin pria oleh pengantin
wanita. Hal tersebut melambangkan bakti istri pada suami. Selain itu juga berarti
menghilangkan halangan dalam menempuh perjalanan menuju keluarga bahagia.

 Dahar Klimah
Sebuah prosesi yang menggambarkan kerukunan suami istri dalam cinta kasih. Pengantin pria
akan membuat kepalan nasi kuning kecil sebanyak tiga buah, diletakkan di piring yang
dipegang oleh mempelai wanita, kemudian kepalan nasi tersebut dimakan oleh mempelai
wanita.

 Ngunjuk Rujak Degan

Kedua mempelai dan orangtua mencicipi rujak degan,  yakni berupa minuman serutan kelapa
muda yang dicampur gula merah. Artinya segala sesuatu yang manis tidak dinikmati sendiri.
Melainkan dibagikan ke seluruh keluarga.

 Mapag Besan
Karena orangtua mempelai pria tidak diperkenankan hadir pada upacara panggih, maka usai
prosesi ngunjuk rujak degan, orangtua mempelai wanita akan menjemput orangtua mempelai
pria.

 Sungkeman

Merupakan prosesi terakhir dimana kedua mempelai sembah sujud kepada kedua pasang
orangtua sebagai tanda bakti seorang anak kepada orangtua yang telah membesarkan, juga
permohonan restu agar kelak mereka dapat menjadi keluarga yang bahagia.
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. Menurunkan risiko demensia

Ada banyak kebiasaan sehari-hari yang menurunkan risiko penyakit Alzheimer, yang
mempengaruhi satu dari tiga lansia. Tapi Anda bisa secara signifikan menurunkan risiko itu dan
melindungi otak Anda dengan menikah. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pria dan wanita
yang sudah menikah memiliki kemungkinan 43% lebih rendah menderita demensia saat mereka
menua.

2. Tekanan darah membaik

Penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu di Amerika, namun menikah dapat mengurangi
risiko tersebut. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Brigham Young, orang
yang sudah menikah memiliki pembacaan tekanan darah rendah daripada rekan merka yang tetap
melajang. Periset memantau tekanan darah selama 24 jam dan menemukan bahwa, rata-rata,
pasangan yang sudah menikah dan bahagia memiliki tekanan darah yang baik.

3. Kehidupan seks Anda akan menjadi panas

Menikah akan membuat kehidupan bercinta anda lebih nikmat. Berdasarkan survei Kesehatan
dan Kehidupan Sosial Nasional, ditemukan bahwa 51% pasangan suami-istri mengtakakan
bahwa mereka "sangat puas" dengan kehidupan seks mereka dibandingkan dengan 39% orang
yang tinggal bersama dan 36% yang single.

4. Terhindar dari stres

Stres terkait dengan semua jenis masalah kesehatan yang menakutkan termasuk diabetes,
penyakit jantung, dan kanker. Namun orang-orang yang sudah menikah memiliki perlindungan
terhadap stres sehari-hari.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Marriage and Family,
pernikahan yang bahagia akan menghindarkan pasutri dari stres. Perkawinan yang tidak bahagia,
karena alasan yang jelas, membuat stres semakin buruk.
5. Menyehatkan paru-paru

Siapa yang tidak menyukai perasaan bisa menghirup udara segar? Seiring bertambahnya usia,
semakin banyak ditemukan pentingnya paru-paru yang sehat. Dan berada dalam hubungan
jangka panjang—termasuk pernikahan dan pengaturan sosial lainnya—memperbaiki fungsi paru-
paru pada manula.

6. Bertahan dari kanker

Menikah tampaknya tidak mengurangi risiko terkena kanker, tapi, hal tersebut memberi peluang
lebih baik untuk bertahan, demikian menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal CANCER.
Para ilmuwan melihat catatan medis lebih dari 800.000 orang dan menemukan bahwa pria lajang
memiliki kesempatan 27% lebih tinggi dan wanita lajang memiliki kesempatan 19% lebih tinggi
meninggal setelah diagnosis kanker.

7. Menyehatkan jantung

Pernikahan tidak hanya menurunkan tekanan darah Anda, tapi juga meningkatkan kesehatan
jantung secara keseluruhan. Hal itu berdasarkan penelitian yang diterbitkan di European Journal
of Preventive Cardiology.

8. Memperpanjang usia

Pria yang sudah menikah memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dan umur yang lebih panjang,
rata-rata hidup sepuluh tahun lebih lama dari pria lajang, menurut penelitian sebelumnya. Satu
alasan yang mungkin berkaitan dengan efek menikah terhadap kesehatan finansial mereka adalah
karena pendapatan merupakan prediktor angka satu kesehatan.

9. Baik untuk kesehatan mental

Pria yang sudah menikah bisa mendapatkan manfaat lebih banyak. Namun wanita yang sudah
menikah lebih bahagia selama hari-hari mereka. (Plus, wanita pada umumnya masih hidup lebih
lama dari laki-laki.) Perempuan dalam pernikahan bahagia mengalami lebih sedikit insiden
depresi, kecemasan dan penyakit jiwa lainnya daripada wanita lajang. Memiliki dukungan sosial
yang konstan dari suami mereka membantu wanita tetap sehat.
BAB V

KESIMPULAN

Setelah kami melakukan observasi mengenai adat pernikahan ,kami dapat menyimpulkan bahwa:

1.Setiap daerah memiliki adat dan tradisinya sendiri-sendiri, termasuk pernikahan. Yogyakarta
menjadi salah satu daerah yang adat pernikahannya terkenal karena kekhasannya. Tata cara atau
prosesi pernikahan adat Yogyakarta melalui beberapa tahap mulai dari nontoni hingga acara
panggih itu memiliki banyak manfaat yang baik bagi kesehatan .

2.adapun manfaat beberapa manfaat pernikahan bagi kesehatan

pertama, menikah dapat mengurangi tingkat stres. Hal ini diketahui dari sebuah penelitian yang
menyatakan bahwa kadar hormon kartisol pada orang yang menikah jumlahnya lebih rendah
daripada yang masih lajang.

Kedua, menikah dapat mengurangi resiko demensia (penurunan fungsional karena kelainan
otak). Orang yang melajang hingga tua, menurut penelitian di Swedia, lebih beresiko terkena
penyakit tersebut.

Ketiga, menikah dapat menurunkan kadar depresi. Sebab, pernikahan mampu menghadirkan
dukungan sosial dna emosional sehingga bisa mengurangi kecemasan seseorang.

Keempat, menikah dapat menurunkan resiko penyakit kanker. Ini berdasarkan fakta bahwa
orang yang sudah menikah cenderung memiliki Telomer yang lebih besar. Telomer merupakan
pelindung kromosom dan DNA sehingga dapat meminimalisir kerusakan sel-sel tubuh.

Anda mungkin juga menyukai