Anda di halaman 1dari 10

KESAMAAN DAN PERBEDAAN ANTAR BUDAYA

(TRANSMISI BUDAYA)

KELOMPOK 2

1. Dwiki Ramadhan (18516205)

2. Nia Maretta Pranatagari (15516399)

3. Tria Kartika (17516439)

KELAS
3PA07

UNIVERSITAS GUNADARMA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Transmisi Budaya dan Biologis
B. Awal Perkembangan dan Pengasuhan
C. Enkulturasi dan Sosialisasi
D. Remaja
E. Perkembangan Moral

BAB III PENUTUP


DAFTAR PSUTAKA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang sudah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kesamaan dan Perbedaan Antar Budaya (Transmisi Budaya)” untuk
memenuhi tugas Psikologi Lintas Budaya.
Dalam makalah ini, kami mencoba memaparkan tentang definisi transmisi budaya,
kesamaan dan perbedaan budaya antar budaya dalam hal transmisi budaya melalui awal
perkembangan dan pengasuhan, enkulturasi dan sosialisasi, remaja dan perkembangan
moral.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dari segi tulisan maupun
materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa kami
terima dengan senang hati.

Depok, 26 Maret 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah semua tata nilai, perilaku, dan kepercayaan yang dimiliki
sekelompok individu. Sebagai ilmu yang mempelajari manusia, psikologi juga
mempelajari budaya yang terkait dengan manusia itu sendiri. Budaya merupakan
konteks dimana manusia bereperilaku, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih
jelas mengenai manusia dan hal-hal yang melatar belakangi munculnya tingkah laku
pada manusia tersebut.
Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan di wariskan dari generasi ke generasi
berikutnya. Sebagaimana juga budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menggapnaya diwariskan secara
genetis. Tetapi ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan yang ada, ini
membuktikan bahwa budaya itu di pelajari. Mewariskan budaya dari generasi yang
satu ke generasi yang lain melalui sebuah kegiatan pengiriman atau penyebaran
sebuah kebiasaan/adat istiadat yang sulit untuk diubah disebut dengan transmisi
budaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian transmisi budaya dan biologis?
2. Bagaimana awal perkembangan dan pengasuhan dalam transmisi budaya?
3. Bagaimana enkulturasi dan sosialisasi dalam transmisi budaya?
4. Bagaiaman remaja dan perkembangan moral dalam transmisi budaya?

C. Tujuan Penulisan
1. Memberikan dasar pengetahuan tentang transmisi budaya
2. Dapat memahami kesamaan dan perbedaan antara budaya dalam hal transmisi
budaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Transmisi budaya dan biologis


Konsep transmisi budaya dikemukakan oleh Cavalli-Sforza dan Feldman
(1981), untuk mengsejajarkan gagasan tentang transmisi biologis atau genetik melalui
mekanisme genetik, ciri-ciri penting suatu populasi diturunkan dari waktu ke waktu
secara lintas-generasi. Analoginya, dengan pewarisan budaya, suatu kelompok budaya
dapat mewariskan ciri-ciri perilaku kepada generasi selanjutnya melalui mekanisme
mengajar dan belajar.
Ada tiga bentuk transmisi budaya yang di modifikasi oleh Berry & Cavalli-
Sforza (1986), antara lain :

TRANMISI TEGAK
TRANMISI MIRING

1.Enkulturasi Umum
1.Enkulturasi Umum
2.Sosialisasi Spesifik dari
2.Sosialisasi Spesifik
orangtua (pengasuhan anak)

TRANMISI MENDATAR

1. Enkulturasi umum
dari teman sebaya

2.Sosialisasi khusus dari


teman sebaya

1. Transmisi tegak
Orangtua mewariskan nilai, keterampilan, keyakinan, motif budaya
kepada anak cucu. Dalam kasus ini, sulit membedakan transmisi budaya
dengan transmisi biologis karena secara khas, seseorang belajar dari siapa saja
yang merasa bertanggungjawab terhadap konsepsinya.
2. Transmisi mendatar
Seseorang belajar dari teman-teman sebaya (dalam kelompok primer
maupun sekunder) semasa perkembangan, sejak lahir hingga dewasa. Dalam
kasus ini, tidak ada persoalan antara transmisi budaya dengan transmisi
biologis.
3. Transmisi miring
Seseorang belajar dari orang dewasa dan lembaga-lembaga (contoh,
dalam pendidikan formal) tanpa memandang hal itu terjadi dalam budaya
sendiri atau dari budaya lain. Transmisi miring ini lebih merujuk ke bentuk
transmisi budaya yang dialami individu melalui kontak dengan dan pengaruh
dari orang dan lembaga budaya lain ketimbang budaya sendiri.

B. Awal Perkembangan dan Pengasuhan


Ada tiga tingkatan gagasan perkembangan. Pertama, ada perkembangan
filogenetik. Kedua, istilah "perkembangan" dapat merujuk pada perubahan budaya
dalam masyarakat. Dan yang ketiga, perkembangan ontogenetik atau perkembangan
individu selama masa hidup. Perkembangan individu dapat dianggap sebagai hasil
interaksi antara organisme biologis dan pengaruh lingkungan. Ini berarti bahwa
individu menerima sebagai titik awal untuk diskusi perbedaan antara alam dan
pengasuhan. Menurut teori Piaget (1970), di mana tahapan dalam perkembangan
kognitif dibedakan. Piaget mengakui bahwa perkembangan ontogenetik sangat
tergantung pada pengalaman. Namun, ia juga berpikir bahwa urutan, dan bahkan
waktu dari berbagai tahap akan menunjukkan kesamaan lintas budaya, karena setiap
lingkungan budaya akan memberikan stimulasi dan pengalaman yang diperlukan
untuk pengembangan individu. Perubahan ini sebagian besar merupakan hasil dari
pengalaman lingkungan.

C. Enkulturasi dan Sosialisasi


Konsep enkulturasi telah dikembangkan dalam disiplin antropologi budaya,
dan pertama kali didefinisikan dan digunakan oleh Herskovits (1948). Istilah
enkulturasi pengelilingan budaya terhadap individu. Dalam proses, hal ini tidak selalu
diberikan secara terencana, malah sering dijumpai pembelajaran tanpa melibatkan
pengajaran khusus. Proses enkulturasi melibatkan orang tua, dan orang dewasa serta
teman sebaya yang dapat membatasi, membentuk, dan mengarahkan individu yang
sedang berkembang. Hasil akhirnya (jika enkulturasi berhasil) adalah seseorang yang
kompeten dalam budaya, termasuk bahasanya, ritualnya, nilai-nilainya, dan
sebagainya.
Konsep sosialisasi dikembangkan dalam disiplin sosiologi dan psikologi sosial
untuk menunjukan proses pembentukan individu dengan sengaja melalui cara-cara
pengajaran. Ketika transmisi budaya melibatkan pengajaran yang disengaja dari
dalam suatu kelompok, hal ini berhadapan dengan proses sosialisasi, sedangkan
resosialisasi terjadi ketika pengaruh yang disengaja datang dari luar budaya individu
itu sendiri. Hasil akhirnya dari kedua enkulturasi dan sosialisasi adalah
pengembangan kesamaan perilaku dalam budaya, dan perbedaan perilaku antara
budaya. Perbedaan dan persamaan menjadi mekanisme budaya yang sangat
menentukan, menghasilkan tebaran persamaan dan perbedaan dalam karakteristik
psikologis pada individu.

D. Remaja
Dalam studi hologeistik (Schlele & Berry, 1991), Remaja adalah waktu untuk
mempelajari peran sosial baru, dengan ketegangan psikologis yang menyertai, itu
bukan periode badai dan stres yang diklaim oleh psikolog perkembangan dan klinis
Barat sepanjang sebagian besar abad kedua puluh.
Dasen (1999, 2000) telah mengkaji literatur lintas budaya tentang remaja,
menarik perhatian pada tiga pendekatan metodologis, yaitu:
1. Studi hologeistik
2. Penelitian lapangan etnografis di beberapa masyarakat yang
dikoordinasikan oleh Whiting dan Whiting (1988) pada Remaja dalam
studi Mengubah Dunia
3. Laporan psikolog klinis dan perkembangan dari berbagai negara non-
Barat.
Dalam upaya untuk menentukan kondisi sosial mana yang memberikan transisi paling
lancar dari masa kanak-kanak ke dewasa, Dasen mengaitkan tekanan remaja terutama
dengan perubahan sosial yang cepat, dengan kesinambungan dan integritas keluarga
menjadi salah satu variabel penyangga.

E. Perkembangan Moral
Pada teori tahap umum perkembangan Piaget (1972), dan penerapannya pada
moralitas minat lintas budaya dalam perkembangan moral dirangsang oleh karya
Kohlberg, yang mengusulkan bahwa ada tiga tingkat utama penalaran moral, sebagai
berikut :
1. Pra-konvensional
Demi kepentingan individu itu sendiri atau demi kepentingan kerabat.
Untuk melakukan yang benar adalah menghindari hukuman dan prinsip
keadilan dalam pertukaran.
2. Konvensional
Kekhawatiran tentang kesetiaan dan tentang kesejahteraan orang lain dan
masyarakat pada umumnya diberikan sebagai alasan untuk membenarkan
tindakan seseorang.
3. Pasca-konvensional
Tindakan didasarkan pada prinsip-prinsip etis yang telah dilakukan
individu, dan yang berfungsi sebagai standar absolut, bahkan mengambil
prioritas di atas hukum masyarakat yang mungkin melanggar prinsip-
prinsip ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan transmisi budaya, suatu kelompok budaya dapat mewariskan ciri-ciri
perilaku kepada generasi selanjutnya melalui mekanisme mengajar dan belajar.
Transmisi budaya memiliki tiga bentuk, antara lain transmisi tegak, mendatar dan
miring. Transmisi tegak adalah satu-satunya bentuk pewarisan biologis. Transmisi
mendatar merujuk pada seseorang belajar dari teman-teman sebaya dan transmisi
miring belajar pada orang dewasa dan lembaga-lembaga. Ketiga bentuk transmisi ini
juga memiliki pengaruh terhadap awal perkembangan dan pengasuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Berry, J. W., Poortings, Y. H., Segall, M. H. & Dasen, P. R. (2002). Cross-cultural
psychology : research and applications. UK : Cambridge University Pers.

Berry, J. W., Poortings, Y. H., Segall, M. H. & Dasen, P. R. (2002). Psikologi lintas-
budaya : riset dan aplikasi. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai