Anda di halaman 1dari 11

Nama : Fathya Nida

NIM : 21011250
Prodi : Psikologi

Tugas 5 Pengantar Kewirausahaan


Etika Bisnis Dalam Berwirausaha

A. Pentingnya Etika Bisnis Dalam Berwirausaha

Etika bisnis dan moral dalam berbisnis merupakan salah satu aspek yang harus
mendapatkan perhatian yang serius dalam upaya mengelola suatu kegiatan bisnis, Karenna
hal ini akan mampu menjamin kepercayaan serta loyalitas dari seluruh unsusr yang
berpengaruh terhadap perusahaan (stakeholders), yang berarti sangat menentukan maju-
mundurnya suatu perusahaan. Menurut Zimmerer, etika bisnis adalah : “Suatu kode etik
perilaku pengusaha berdasarkan nilai - nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi”. Sementara
itu menurut Ronald J Ebert dan Ricky M Griffin, etika bisnis adalah suatu istilah yang sering
digunakan untuk menunjukkan perilaku etika dari seorang manajer ataupun karyawan suatu
orgaisasi.
Etika bisnis memang sangat penting untuk diterapkan di dunia usaha dengan tujuan
untuk menerapkan sikap dan perilaku bisnis yang bertanggung jawab, professional dengan
mentaati segala peraturan yang ada dalam perusahaan, serta menunjang keberhasilan
perusahaan dalam mengambil sebuah keuntungan dengan kekhasan sistem nilai perusahaan.

a. Tujuan dan Manfaat Etika Bisnis

Tujuan akhir dari etika bisnis tentu melibatkan keberlangsungan perusahaan. Dalam
jangka pendek, perusahaan dengan etika yang baik akan mendapatkan nilai dan pkitangan
positif sehingga lebih dianggap tepercaya.

Selain itu, berbisnis dengan menggunakan etika akan menciptakan hubungan yang baik
antara perusahaan dan karyawan, perusahaan dan konsumen, serta perusahaan dengan
perusahaan lain. Hal ini memberikan kredibilitas yang baik bagi perusahaan.

Jika etika diterapkan secara internal di seluruh lapisan perusahaan, karyawan dan
pimpinan akan memiliki relasi yang baik, lalu suasana bekerja akan semakin kondusif dan
suportif. Ini menjauhkan perusahaan dari praktik curang di dalam lingkungannya sendiri.

b. Contoh Etika Bisnis yang Baik


Mungkin Kita pernah mendengar, bahwa ide satu perusahaan “dicuri” atau dijiplak
oleh perusahaan lain. Praktik seperti itu mungkin saja terjadi jika tidak ada etika bisnis yang
baik. Padahal, bisnis apa pun bebas berinovasi dalam menghasilkan produk, selama tidak
meniru secara keseluruhan.

Dengan mengedepankan etika, suasana persaingan bisnis akan adil karena konsumen
menilai produk Kita secara objektif sesuai kualitas atau inovasi yang Kita tawarkan. Tentu
saja, Kita pun tidak ingin dicurangi oleh perusahaan mana pun dalam skala kecil atau pun
besar.

Untuk memberikan gambaran, berikut adalah contoh etika bisnis yang baik untuk diterapkan
dalam perusahaan.
1. Bersikap Jujur

Kejujuran adalah satu nilai penting yang harus diterapkan dalam berbisnis.
Ketidakjujuran dalam berbisnis dapat diartikan sebagai penipuan, terlebih jika hal
tersebut merugikan pihak tertentu. Bersikap jujur juga membuat karyawan dan
perusahaan menjadi lebih mudah dipercaya.
2. Menyebutkan Nama

Menyebutkan nama atau memberikan kartu nama sudah menjadi etika umum ketika
bertemu dengan relasi bisnis. Ini mengindikasikan niat baik dan ketertarikan untuk
berkolaborasi lebih lanjut.

3. Berpakaian Rapi
Pakaian mencerminkan kepribadian seseorang. Dalam berbisnis, berpakaian rapi juga
berarti Kita menghormati relasi bisnis, pimpinan, atau perusahaan yang Kita datangi.
Memakai pakaian yang rapi dan harum juga menggambarkan kualitas diri Kita sebagai
seseorang yang dapat dipercaya.

4. Penggunaan Bahasa yang Baik


Bahasa apa pun yang digunakan dalam berkomunikasi, sebaiknya gunakan bahasa
yang positif dan jauhi kata-kata atau istilah kasar. Penggunaan bahasa menentukan
kualitas diri serta bagaimana Kita ingin dihargai oleh orang lain.
5. Berdiri saat Berjabat Tangan
Saat relasi bisnis datang, selalu berdiri saat Kita akan berkenalan dan menjabat tangan
mereka. Hal ini menunjukkan sikap hormat dan menghargai. Dengan begitu, relasi bisnis
juga akan menghargai Kita.
6. Membayarkan Biaya Pertemuan

Jika Kita mengundang seseorang untuk pertemuan bisnis di sebuah tempat, ketahui
bahwa Kita yang wajib untuk membayar pertemuan tersebut. Mengundang seseorang
berarti Kita meminta waktunya untuk membicarakan persoalan bisnis. Dengan membayar
pertemuan tersebut, mereka akan merasa dihargai.
7. Mengucapkan Terima Kasih
Mengucapkan terima kasih secukupnya dan secara formal akan memberikan kesan
profesional. Sebaliknya, jika diucapkan berlebihan, Kita akan dianggap kurang sopan.
Masih banyak etika lain yang bisa diterapkan dalam berbisnis terutama berkaitan
engan inovasi, penawaran, transaksi, tawar-menawar, hingga bagaimana menjaga relasi
dengan perusahaan lain.

c. Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis

Perilaku etika dalam bisnis di atas hanyalah sebagian dari etika bisnis yang
harus Kita miliki. Selain itu, Kita juga harus memiliki etika lainnya yang tentunya
yang dibutuhkan dalam mengendalikan diri, bisnis, dan moral/prilaku Kita. Etika lain
yang harus Kita miliki di antaranya

1. Kejujuran (honesty), yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguhsungguh, terus-


terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, dan tidak berbohong.
2. Integritas (integrity), yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat,
tulus hati, berani dan penuh pendirian / keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat
dan saling percaya.
3. Memelihara janji (promise keeping), yaitu selalu mentaati janji, patut dipercaya,
penuh komitmen, patuh, jangan menginterprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal
atau legalistik dengan dalih ketidakrelaan.
4. Kesetiaan (fidelity), yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
negara;begitu juga dalam suatu konteks profesional yang bebas dan teliti, hindari hal yang
tidak pantas dan konflik kepentingan.
5. Kewajaran / keadilan (fairness), yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk
mengakui kesalahan, dan perlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual
dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil
keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
6. Suka membantu orang lain (caring for others), saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan tolong-menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain (respect for others), menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang,
bersopan santun, jangan merendahkan orang lain, dan jangan merendahkan martabat
orang lain.
8. Warga negara yang bertanggung jawab (responsibility citizenship), yaitu selalu
mentaati hukum / aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam
mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan (pursuit of excellence), yaitu mengejar keunggulan dalam
segala hal, baik dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban profesional,
tekun, dapat dipercaya / dikitalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas
dengan kemampuan terbaik, mengembangkan dan mempertahankan tingkat kompetensi
yang tinggi.
10. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability), yaitu memiliki tanggung jawab,
menerima tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu memberi
contoh.

d. Cara-Cara Mempertahankan Standar Etika

1. Ciptakan Kepercayaan Perusahaan.Kepercayaan perusahaan dalam menetapakan


nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi stakeholder.
2. Kembangkan Kode Etik. Kode etik merupakan suatu catatan tentang standar tingkah
laku dan prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari karyawan. Topik-
topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang:
 Ketulusan hati secara fundemental dan ketaatan pada hukum.
 Kualitas dan keamanan produk.
 Kesehatan dan keamanan tempat kerja.
 Konflik kepentingan (conflict of interest).
 Praktik dan latihan karyawan.
 Praktik pemasaran dan penjualan.
 Keamanan / kebebasan.
 Kegiatan berpolitik.
 Pelaporan finansial.
 Hubungan dengan pemasok.
 Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak.
 Jaminan dagang / insider information.
 Pembayaran untuk mendapatkan usaha.
 Perlindungan lingkungan.
 Informasi pemilikan.
 Keamanan kemasan.
3. Jalankan Kode Etik Secara Adil dan Konsisten. Manajer harus mengambil tindakan
apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan mengetahui, bahwa yang melanggar
etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi tidak berarti apa-apa.
4. Lindungi Hak Perorangan. Akhir dari semua keputusan setiap etika sangat tergantung
pada individu. Melindungi seseorang dengan kekuatan prinsip-prinsip moral dan
nilai-nilainya merupakan jaminan yang terbaik untuk menghindari penyimpangan
etika. Untuk membuat keputusan-keputusan etika, seseorang harus memiliki:
 Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk bertindak secara etis dan
melakukan sesuatu yang benar
 Kesadaran etika, yaitu kemampuan untuk merasakan implikasi etika dari suatu
situasi.
 Kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran
moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
5. Adakan Pelatihan Etika. Balai kerja (workshop) merupakan alat untuk meningkatkan
kesadaran para karyawan.
6. Lakukan Audit Etika Secara Periodik. Audit cara yang terbaik untuk mengevaluasi
efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan suatu sinyal kepada
karyawan bahwa etika bukan sekedar bercanda.
7. Pertahankan Standar yang Tinggi tentang Tingkah Laku, Jangan Hanya Aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi, manajer
bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat penampilan yang mereka
harapkan. Standar tingkah laku sangat penting untuk menekankan bahwa betapa
pentingnya etika dalam organisasi. Setiap karyawan harus mengetahui bahwa etika
tidak bisa dinegosiasi atau ditawar-tawar.
8. Hindari Contoh Etika yang Tercela Setiap Saat. Etika diawali dari Atasan. Atasan
harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
9. Ciptakan Budaya yang Menekankan Komunikasi Dua Arah. Komunikasi dua arah
sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan
untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan Karyawan dalam Mempertahankan Standar Etika. Para karyawan diberi
kesempatan untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika
dipertahankan.
Etika bisnis memberikan banyak manfaat positif dalam jangka waktu pendek dan panjang
bagi perusahaan. Kalau sudah terbiasa menerapkan etika dalam keseharian, tentu tidak sulit
untuk menerapkannya dalam berbisnis.

B. Contoh Perilaku Pengusaha yang Tidak Mencerminkan Etika Bisnis


Berikut ini contoh perusahaan yang melanggar etika bisnis beserta analisa kasus dan saran
1. PT.Megasari Makmur dengan Produknya HIT
Latar Belakang Masalah
Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari
Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari Makmur
juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis pengharum ruangan.
Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat nyamuk yang murah dan lebih
tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga mengekspor produknya ke luar
Indonesia. Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan
ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini
Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan menemukan penggunaan
pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan
syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker
lambung. HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan
Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat antinyamuk HIT
yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi
ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur
ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu
seorang pembantu rumah tangga yang mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan,
setelah menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
Undang-undang yang telah di Langgar Jika dilihat menurut UUD, PT Megarsari Makmur
sudah melanggar beberapa pasal, yaitu:
1. Pasal 4, hak konsumen adalah :
 Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
 Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”. PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan
kepada konsumennya tentang adanya zat-zat berbahaya di dalam produk
mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen dibahayakan dengan alasan mengurangi
biaya produksi HIT.
2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
 Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan” PT Megarsari tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada
produk mereka, dimana seharusnya apabila sebuah kamar disemprot dengan
pestisida, harus dibiarkan selama setengah jam sebelum boleh dimasuki lagi.
3. Pasal 8
 Ayat 1 “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan stkitar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan” ·
 Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran” PT Megarsari tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk
HIT tersebut tidak memenuhi stkitar dan ketentuan yang berlaku bagi barang
tersebut.Seharusnya, produk HIT tersebut sudah ditarik dari peredaran agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi mereka tetap menjualnya walaupun
sudah ada korban dari produknya.
4. Pasal 19 :
 Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan” ·
 Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara
nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku” ·
 Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah tanggal transaksi” Menurut pasal tersebut, PT Megarsari harus
memberikan ganti rugi kepada konsumen karena telah merugikan para konsumen.
Solusi :
Pelanggaran Prinsip Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT. Megarsari Makmur yaitu
Prinsip Kejujuran dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya
mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan
dan perusahaan juga tidak memberi tahu penggunaan dari produk tersebut yaitu setelah suatu
ruangan disemprot oleh produk itu semestinya ditunggu 30 menit terlebih dahulu baru
kemudian dapat dimasuki /digunakan ruangan tersebut. Melakukan apa saja untuk
mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan asal tidak merugikan pihak mana
pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan seharusnya lebih mementingkan
keselamatan konsumen yang menggunakan produknya karena dengan meletakkan
keselamatan konsumen diatas kepentingan perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap
produk itu sendiri.

2. Kasus Pemalsuan Pegawai BTN

Latar belakang masalah


Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk(BTN) Maryono mengatakan, pihaknya
telah menyerahkan kasus dugaan pemalsuan bilyet deposito senilai Rp 258 miliar kepada
kepolisian.Selain itu, pihaknya juga melakukan tindak tegas kepada pegawai yang terkait
langsung dengan aksi pemalsuan bilyet deposito tersebut."Kami akan memecat terhadap
pegawai-pegawai yang terkait langsung maupun tidak langsung," ujar Maryono saat
menghadiri rapat dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis (30/3/2017).
Maryono kembali menceritakan, kasus dugaan pemalsuan bilyet deposito yang dilaporkan
BTN itu bermula dari laporan tertanggal 16 November 2016. Laporan itu terkait kegagalan
pencairan deposito sebelum jangka waktu pencairan.Menanggapi laporan itu, BTN langsung
melakukan verifikasi dan investigasi. Hasilnya perseroan menemukan bilyet deposito tersebut
secara kasat mata dinyatakan palsu.Dari investigasi yang dilakukan perseroan juga
menunjukkan produk palsu itu ditawarkan oleh sindikat oknum yang mengaku-aku sebagai
karyawan pemasaran BTN.Selain menawarkan produk deposito dengan tingkat bunga jauh di
atas rate yang ditawarkan BTN, sindikat ini juga memalsukan spesimen tkita tangan dan data
korban untuk melancarkan aksinya."Kasus ini terjadi karena adanya komplotan yang
mengatasnamakan pegawai BTN, kemudian mereka menawarkan pinjaman. Selanjutnya
seluruh dokumen diberikan ke komplotan tersebut dan komplotan tersebut memalsukan seluruh
dokumen yang kemudian dikirimkan ke BTN," papar Maryono.BTN pun telah melaporkan
kasus dugaan pemalsuan bilyet deposito yang disinyalir dilakukan oleh sindikat kejahatan
perbankan ke Polda Metro Jaya. Hingga kini, laporan pemalsuan bilyet deposito itu telah
dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
Maryono menuturkan, perseroan akan tunduk dan patuh terhadap hukum untuk
penyelesaian kasus dugaan pemalsuan bilyet deposito senilai Rp 258 miliar ini hingga
selesai."Kami akan terus mengikuti permasalahan hukum ini hingga selesai," pungkas
Maryono.

Etika yang dilanggar :


Kasus ini membahas tentang terjadinya pemalsuan bilyet deposito yang dilakukan
karyawan bank BTN sebesar RP 258 miliyar rupiah, kasus dugaan pemalsuan bilyet deposito
yang dilaporkan BTN itu bermula dari laporan tertanggal 16 November 2016. Laporan itu
terkait kegagalan pencairan deposito sebelum jangka waktu pencairan, setelah dilakukan
investigasi ternyata hasil yang di dapat perseroan menemukan bilyet deposito tersebut secara
kasat mata dinyatakan palsu, hasil penyelidikan juga menemukan bahwa oknum-oknum yang
melakukan pemalsuan adalah orang-orang yang mengaku sebagai karyawan bank BTN, kasus
ini juga sudah di serahkan kepada pihak berwajib secara keseluruhan untuk mengetahui lebih
lanjut.

Solusi :
seharusnya perusahaan melelakukan pemeriksaan secara berkala terutama data-data
nasabah dan sistem transaksi yang berhubungan langsung dengan nasabah dan rentan terhadap
kasus-kasus pemalsuan bahkan korupasi yang akan berdampak pada citra perusahaan karena
di anggap tidak memiliki sistem keamanan yang baik.

Teori yang digunakan :

a. Jika kita lihat dari teori etika utilitarisme, yang mengatakan “perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, manfaat disini bukan hanya satu atau dua orang saja, melainkan
manfaat untuk masyarakat luas” karyawan bank BTN telah melanggar atau memanfaat kan
data nasabah dan pemalsuan bilyet deposito yang harusnya dapat di gunakan atau di
manfaat nasabah sebagai penyimpanan uang malah di manfaatkan untuk mendapatkan
keuntungan.
b. Karyawan bank BTN melanggar prinsip kejujuran karena tidak jujur dalam pembuatan
bilyet deposito untuk nasabah, dan berdampak kepada kerugian nasabah dana perusahaan
yang mengalami ketertundaan pencairan dana deposito.
c. Adapun ketika kita melihat dari teori etika Deontologi, yang mengatakan bahwa “suatu
perbuatan tidak akan pernah dinilai baik karena hasilnya yang baik” walaupuan oknum
yang melakukan pemalsuan ini mendapatkan keuntungan karena telah memalsukan bilyet
deposito nasabah tapi tetap saja mendapatkan sanksi yang setimpal yaitu pemecatan secara
tidak hormat dan masuk penjara sesuai atas perbuatan yang dia perbuat.

3. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Latar belakang
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak
di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-
satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah
seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya
secara merata. Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini
ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik
dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga
berapapun yang mereka kehendaki. Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya
alam dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Sehingga. Dapat disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada
pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian Indonesia akan ditopang oleh
3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta
yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta
intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan. Penafsiran dari
kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk
kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan
pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas
kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai
dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik.
Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada
27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General
Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui &
Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih
banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat
tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN)
memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk
Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh
pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan.
Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi
industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman
dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan
pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di
pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang
bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar
minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang. Dikarenakan
PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan
adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga
sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas.
Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan
investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

Analisis :

Jika dilihat dari teori etika deontologi :


Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya
mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik
nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik,
karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata.
Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya. Jika dilihat
dari teori etika teleologi : Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara
tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan,
penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta
pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas
masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis
bila ditinjau dari teori etika teleologi.
Jika ditinjau dari teori utilitarianisme :
Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis,
karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik
sangat bergantung pada PT. PLN. Dari wacana diatas dapat disimpulkan bahwa PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) telah melakukan tindakan monopoli, yang
menyebabkan kerugian pada masyarakat. Tindakan PT. PLN ini telah melanggar
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

C. Upaya agar seluruh wirausaha mampu mengaplikasikan Etika Bisnis


Dalam Berwirausaha

Upaya yang dapat kita lakukan agar wirausaha mampu mengaplikasikan etika bisnis
dalam berwirausaha diantaranya:
1. Menyelenggarakan seminar tentang kesadaran etika berbisnis.
2. Memulainya dari diri sendiri.
3. Mampu membuktikan dengan etika berbisnis usaha yang kita jalani akan lebih
baik.
4. Menegakkan hukum bisnis.
5. Menindaklanjuti para wirausaha yang melanggar etika bisnis.
6. Menegakkan hukuman bagi wirausaha yang melanggar etika bisnis agar
wirausaha yang lain tidak menganggap enteng etika bisnis.
Daftar Pustaka dan referensi

Akseleran-etika bisnis (diakses pada 24 oktober 2021)


https://www.akseleran.co.id/blog/etika-bisnis/ (online)
Modul pengantar kewirausahaan-etika bisnis
Studi kasus perusahaan yang melanggar etika bisnis (didownload pada 24 Oktober 2021)
https://elearning.stiemp.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/contoh-beberapa-perusahaan-
yang-melanggar-etika-bisnis.pdf (online)
Kompas-kasus pemalsuan
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/03/30/131039926/di.depan.dpr.dirut.btn.beberk
an.kasus.pemalsuan.bilyet.deposito (online)

Anda mungkin juga menyukai