Anda di halaman 1dari 28

KODE ETIK

KEWIRAUSAHAAN
Susial Esdarwati, S.H., M.kn.
 APAKAH BISNIS MEMPUNYAI ETIKA ?
Pertanyaan tersebut muncul karena masih ada pandangan lama bahwa
bisnis itu immoral, bahkan dianggap sebagai a necssary evil, kemudian
melunak menjadi amoral artinya moral dan bisnis merupakan dua dunia yang
sangat berbeda, dan keduanya tidak dapat dicampuradukkan.
 Menurut DR. Georges Enderle, kualitas etika mengandung 4 unsur :
A. Moral sensibility : perasaaan yang membisikkan apakah kegiatan bisnis
yang akan dijalankan relevan secara moral.
B. Moral reasoning : memberikan alasan-alasan yang memadai untuk
melanjutkan atau tidak sebuah kegiatan bisnis.
C. Moral conduct : suatu tindakan moral yang didasarkan atas perasaan
moral dan alasan moral yang dapat dipertanggungjawabkan.
D. Moral leadership : kepemimpinan yang bermoral dan memilki standar
moral yang tinggi, yang akan mempengaruhi pekerjaan di perusahaan.
 Etika Bisnis (EB) merupakan etika khusus (terapan) yang pada awalnya
berkembang di AS, karena kebanyakan telaah dan buku mengenai bisnis
dan manajemen berasal dari negara tersebut
 Sebagai cabang filsafat terapan, Etika Bisnis (EB) menyoroti segi-segi moral
yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen
 Richard T.de George menyebutkan bahwa EB menyangkut empat
kegiatan
1. Penerapan prisip-prinsip etika umum dalam praktik bisnis.
2. Etika Bisinis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada
dunia bisnis tetapi juga matematika.
3. Bidang Etika Bisnis telah menyangkut pandangan-pandangan mengenai
bisnis (hak milik, persaingan, keadilan sosial).
4. Etika Bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi
perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain-
lain.
 Tujuan Etika Bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku
bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey
business atau dirty business. Etika Bisnis mengajak para pelaku bisnis
mewujudkan citra dan manajemen bisnis yg baik (etis) agar bisnis itu
pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi
dalam dunia bisnis
 Laura Nash memberikan definisi Etika Bisnis sebagai studi mengenai
bagaimana norma moral personal diaplikasikan dalam aktivitas dan tujuan
perusahaan.
 Etika Bisnis menyangkut 3 bidang dasar pembuatan keputusan
manajerial :
1. Pilihan-pilihan tentang bagaimana seharusnya aturan hukum itu dan
apakah akan mengikuti aturan hukum itu.
2. Pilihan-pilihan tentang masalah ekonomi dan sosial diluar ranah hukum
3. Pilihan-pilihan tentang prioritas kepentingan orang tertentu di atas
kepentingan perusahaan.
 Menurut Weiss masalah-masalah etis yang sering muncul
1. menerima atau menawarkan komisi;
2. mencuri dari perusahaan;
3. memecat karyawan karena suka menyebar berita berlebihan;
4. memperhitungkan biaya tambahan yang disangsikan untuk memperoleh
penggantian dari perusahaan;
5. membocorkan informasi rahasia atau rahasia dagang; memberhentikan
karyawan tanpa pemberitahuan lebih dahulu;
6. memakai barang-barang perusahaan untuk kepentingan pribadi.
 Tingkat EB menurut Weiss mengutip pendapat Carroll
1. Tingkat Individual : misalnya menyangkut apakah seseorang akan berbohong
mengenai rekening pengeluaran, terima suap
2. Tingkat Organisasional : misalnya seseorang atau kelompok orang ditekan untuk
mengabaikan atau memaafkan kesalahan rekan sejawat untuk kepentingan
keharmonisan persahaan
3. Tingkat Asosiasi : misalnya penasehat hukum menawarkan persetujuan tuntutan
hukum atau melakukan transaksi bisnis illegal
4. Tingkat Masyarakat : hukum, norma kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan-
perbuatan yang dapat diterima secara sah.
5. Tingkat Internasional : apakah seorang karyawan bisa menerima kebijakan
perusahaannya yang mengadakan hubungan bisnis dengan pemerintah yang
mendukung apartheid, sementara hukum dan masyarakatnya menentang diskriminasi.
 Tuntutan masyarakat Internasional agar EB dilaksanakan makin kuat,
khususnya mengenai mutu barang dan jasa yang dijual di pasar
interbasional (ISO 9000 Series Standard)
  Prinsip-prinsip etika yang berlaku
1. Prinsip otonomi : sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri
2. Prinsip kejujuran : kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian kontrak; mutu barang atau jasa yang ditawarkan; hubungan
kerja dalam perusahaan;
3. Prinsip tidak berbuat jahat (non-maleficence) dan prinsip berbuat baik
(beneficence)
4. Prinsip keadilan : tidak dikehndaki adanya perlakuan yang diskriminatif
(justia commutativa)Prinsip hormat pada diri sendiri : bukan bersifat egois
 Pelaksanaan EB di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah
2. Banyak perusahaan yang menjalani konflik kepentingan
3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil
4. Lemahnya penegakan hukum, sehingga menimbulkan anomi
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan
kode etik bisnis dan manajemen
 AZAS ETIKA BISNIS YANG SEHAT
1. Selalu menjaga produk dan jasa pada pelanggan melalui kewajaran dan
keterbukaan. Kepuasan pelanggan terhadap produk dan jasa perusahaan
adalah merupakan kunci keberhasilan bagi perusahaan.
2. Kebersamaan unsur intern dan menghindari kesan perusahaan
mengeksploitasikan karyawan secara tidak manusiawi.
1. Kebersamaan dengan lingkungan yaitu dengan menjaga kelestarian dan
menghindari polusi yang mengganggu masyarakat.
2. Dalam proses bisnis (transaksi usaha), selalu didukung dengan upaya
penghayatan nilai dan norma bisnis serta kebiasaan atau esensi dunia
usaha yang berlaku.
3. Dalam persaingan bisnis agar dihindari cara-cara yang tidak etis melawan
saingan seperti menggunakan isu/fitnah politis.
 PARADIGMA PIHAK BERKEPENTINGAN DAN ETIKA BISNIS
 Sudah lama terjadi pergeseran paradigma dalam wacana manajemen, yaitu
dari paradigma yang berorientasi pada kepentingan pemegang saham
(stockholder paradigm) ke paradigma pihak berkepentingan (stakeholder
paradigm)
 Pada paradigma pertama CEO berorientasi pada kepentingan pemegang
saham untuk mengeloa perusahaan harus bertanggung jawab mencapai
keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga menyenangkan para
pemegang saham
 Paradigma kedua pihak manajemen diperhadapkan pada banyak
kepentingan yang pengaruhnya terhadap perusahaan harus
diperhitungkan dengan seksama
 Ada enam jenis pihak berkepentingan
1. Pelanggan: sebagai wujud tanggung jawab kepada pelanggan yaitu :
 memberikan produk serta jasa dengan kualitas terbaik dan sesuai dengan
keinginan mereka;
 memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi termasuk
pelayanan yang memuaskan;
 menjamin keselamatan dan kesehatan pelanggan dalam menggunakan
produk dan jasa;
 menghormati integritas budaya pelanggan
2. Pekerja : perusahaan bertanggung jawab :
 memberikan pekerjaan dan imbalan yang dapat memperbaiki kondisi kehidupan
mereka;
 menyediakan kondisi kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan martabat pekerja;
 bersikap jujur dalam berkomunikasi dengan pekerja dan terbuka dalam
memberikan informasi;
 bersedia mendengarkan dan sejauh mungkin bertindak atas saran, gagasan,
permintaan, dan keluhan pekerja;
 mengajak bermusyawarah bilamana terjadi konflik;
 menghindari praktik diskriminasi dan menjamin perlakuan serta kesempatan yang
sama kepada pekerja, sekalipun berbeda gender, usia, suku, dan agama;
 mengembangkan diversifikasi pekerjaan dalam bisnis agar pekerja dapat
sungguh-sungguh didayagunakan;
 melindungi pekerja dari kemungkinan terkena penyakit dan kecelakaan di
tempat kerja;
 mendorong dan membantu pekerja dalam mengembangkan pengetahuan
dan ketrampilan yang relevan dan dapat dialihkan;
 tanggap terhadap masalah pengangguran dalam pembuatan keputusan
bisnis dan bekerja sama dengan pemerintah, serikat kerja, dan pihak-pihak
lain yang menangani masalah ini.
3. Pemegang saham : pihak manajemen memiliki tanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan untuk mengelola perusahaan yaitu :
 menenerapkan manajemen yang profesional dan tekun guna memperoleh
keuntungan yang wajar dan kompetitif atas modal yang telah ditanamkan;
 memperlihatkan informasi yang relevan kepada investor mengenai
masalah tuntutan-tuntutan legal dan hambatan persaingan;
 menghemat, melindungi, dan menumbuhkan aset-aset investor;
 menghargai permintaan, saran, keluhan dan solusi dari investor.
4. Pemasok : hubungan perusahaan dengan pemasok dan subkontraktor harus
didasarkan pada sikap saling menghormati. Perusahaan bertanggung jawab
untuk :
 mengusahakan terwujudnya prinsip keadilan dan kejujuran dalam semua
aktivitas, baik dalam menentukan harga, pemberian lisensi, dan hak-hak untuk
menjual;
 menjamin bahwa aktivitas bisnis perusahaan bebas dari segala bentuk
pemaksanaan dan proses yuridis yang tidak perlu;
 membantu penciptaan stabilitas hubungan jangka panjang dengan pemasok
dalam bentuk pengambilan keuntungan secara wajar, kualitas yang terjaga,
kontiunitas, dan bahan baku yang kompetitif;
 berbagi informasi dengan pemasok dan melibatkan mereka dalam perencanaan
perusahaan;
 membayar pemasok tepat pada waktunya dan sesuai dengan persetujuan
dengan mereka;
 mencari, mendukung, dan mengutamakan pemasok dan subkontraktor
yang menghargai martabat manusia.
5. Pesaing : Persaingan ekonomi secara wajar merupakan satu tuntutan
dasar bagi tumbuhnya kesejahteraan bangsa. Karena itu setiap perusahaan
harus menghormati persaingan dan bertanggung jawab untuk :
 mengembangkan pasar terbuka bagi perdagangan dan investasi;
 mengembangkan perilaku bersaing yang menguntungkan masyarakat dan
lingkungan serta mengembangkan sikap saling menghormati di antara
sesama pesaing;
 menghindarkan diri dari pemberian hadiah yang dapat dipertanyakan agar
keuntungan tetap kompetitif;
 menghormati hak milik intelektual dan merek produk;
 menolak mencuri gagasan, baik untuk inovasi maupun penciptaan produk.
6. Masyarakat : perusahaan bertanggung jawab kepada masyarakat, dalam hal:
 menghormati hak asasi manusia dan lembaga-lembaga demokrasi dan
mengembangkan pelaksanaannya;
 mengakui kewajiban sah pemerintah terhadp masyarakat dan mendukung
kewajiban sah; pemerintah terhadap masyarakat dan mendukung kebijakan
publik yang bertujuan untuk mengembangkan manusia melalui hubungan yang
harmonis antara perusahaan dan bagian-bagian masyarakat;
  bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan yang ada dimasyarakat, yang bertujuan
untuk meningkatkan standarkesehatan, pendidikan, keselamatan di tempat kerja,
dankesejahteraan ekonomi;
 mengembangkan dan merangsang pembangunanberkelanjutan serta memainkan
peran dalam memelihara danmeningkatkan lingkungan fisik dan konservasi
sumber dayatanah;
 mendukung perdamaian, keamanan, keanekaragaman, dankeutuhan
sosial;
 menghargai keutuhan budaya lokal;
 menjadi warga perusahaan yang baik melalui pemberiansumbangan,
pendidikan dan kebudayaan, dan partisipasi pekerjadalam masyarakat dan
masalah-masalah sipil.
 UNSUR-UNSUR ETIKA PENGUSAHA INDONESIA
1. Sistem etika pengusaha Indonesia merupakan suatu unsur-unsur kepatutan atas
kegiatan-kegiatan usaha yang sekaligus mencerminkan iktikad baiknya dalam turut
mengupayakan kepentingan bersama pengusaha Indonesia.
2. Nilai Dasar dan kebersamaan.
3. Nilai Profesi dan kegiatan Usaha :
 orientasi pada kepentingan dan kebutuhan masayarakat;
 Profesi dan kegiatan usaha yang dilindungi;
 harkat dan martabat;
 kebersamaan dan saling mendukung;
 unsur profesionalisme;
 dasar-dasar hubungan kerja antar pengusaha;
4. Unsur-unsur Kerukunan:
 keadilan dalam dunia usaha;
 tanggung jawab pada negara;
 beban kebersamaan;
 tanggung-jawab eksteren;
 perlindungan atas hubungan kerja yang baik
5. Unsur-unsur Kerukunan:
 keadilan dalam dunia usaha;
 tanggung jawab pada negara; \
 beban kebersamaan;
 tanggung-jawab eksteren;
 perlindungan atas hubungan kerja yang baik
6. Unsur Persaingan Tidak Sehat :
 kebersamaan dalam mencegah persaingan tidak sehat;
 perilaku di luar kepatutan yang mendapat sanksi
 ketidak-jujuran,
 menyesatkan pemerintah,
 melanggar hak-hak pihak lain,
 penguasaan atas suatu cabang usaha

Anda mungkin juga menyukai