PT ASAHIMAS CHEMICAL
CILEGON-BANTEN
Disusun oleh:
Rianny Puspa Rismayani (171411089)
Siti Nurjanah (171411092)
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik
PT ASAHIMAS CHEMICAL
Disusun oleh:
Rianny Puspa Rismayani (171411089)
Siti Nurjanah (171411092)
M. Fahmi Ismanto
Sigit Wijayanto
i
LEMBAR PENGESAHAN
CATATAN / KOMENTAR:
Disusun oleh:
Rianny Puspa Rismayani (171411089)
Siti Nurjanah (171411092)
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yaitu
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
Penulis dapat melaksanan Kerja Praktek di PT Asahimas Chemical serta dapat
menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya hingga akhir zaman.
Kerja praktik ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh
dalam Program Studi Diploma III di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Bandung. Selain untuk menuntaskan program studi yang penulis tempuh, kerja
praktik ini dapat memberikan manfaat kepada penulis baik dari segi akademik dan
non akademik yang tidak dapat penulis temukan saat berada di bangku
perkuliahan.
Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktik ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, oleh sebab itu penulis ingin
mengungkapkan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan dan kemudahan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan selama
kerja praktik.
2. Orang tua dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan
dalam bentuk doa maupun materi.
3. Bapak Dr. Shoerya Shoelarta, LRSC., M.T. selaku ketua jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
4. Bapak Rispiandi, S.T., M.T. selaku ketua program studi diploma III Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
5. Ibu Ir. Rintis Manfaati, M.T. selaku koordinator kerja praktik Program Studi
Diploma III Politeknik Negeri Bandung.
6. Bapak Ir. Tri Hariyadi, M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktik di
Politeknik Negeri Bandung atas arahan dan bimbingannya terhadap penulis.
7. Bapak Sigit Wijayanto selaku Manager Departemen VCM-2.
iii
8. Bapak Fahmi selaku pembimbing kerja praktik di industri yang telah
merelakan waktunya untuk kami sibukkan.
9. Bapak Dudy, Bapak Reza, Bapak Satrio dan Bapak Willy serta seluruh staff
departemen VCM-2 yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan di
Departemen VCM- 2.
10. Ibu Inti, Bapak Fauzy, dan Bapak Widy di TEO Division atas bimbingan saat
pertama masuk sampai akhir masa kerja praktik.
11. Semua staff karyawan operator yang telah membimbing kami selama di DCS.
12. Heri Kurniawan dan M. Rifky Pratama sebagai teman kerja praktik
seperjuangan di PT Asahimas Chemical.
13. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan kerja praktik di PT
Asahimas Chemical, dari Institut Teknologi Indonesia (ITI), Universitas Gajah
Mada (UGM), dan SMKN 1 Cilegon.
14. Tidak lupa untuk Alchemist 2017 dan Angkatan 2017 yang selalu memberi
doa dan dukungan kepada kami.
Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan atas saran dan kritik yang
membangun terhadap laporan ini. Penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktik 2
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 3
BAB II BAHAN BAKU DAN PRODUK 4
2.1 Bahan Baku Umum 4
2.1.1 Garam Industri 4
2.1.2 Energi Listrik 5
2.1.3 Etilen (C2H4) 5
2.1.4 Oksigen (O2) 6
2.2 Bahan Baku Utama Departemen VCM-2 6
2.2.1 Etilen (C2H4) 6
2.2.2 Gas Klorin (Cl2) 7
2.2.1 Oksigen (O2) 7
2.2.1 Asam Klorida (HCl) 7
2.3 Bahan Baku Penunjang Departemen VCM-2 8
2.3.1 Katalis 8
2.4 Produk PT Asahimas Chemical 8
2.4.1 Natrium Hidroksida (NaOH) 8
2.4.2 Gas Klorin (Cl2) 9
2.4.3 Natrium Hipoklorit (NaClO) 10
2.4.4 Asam Klorida (HCl) 10
2.4.5 Etilen Diklorida (EDC) 11
v
2.4.6 Vinil Klorida Monomer (VCM) 12
2.4.6 Polivinil Klorida (PVC) 12
2.5 Produk Hasil Departemen VCM-2 13
2.5.1 Produk Utama 13
2.5.1 Produk Antara 13
BAB III SISTEM PROSES 15
3.1 Sistem Proses secara Umum pada Pabrik VCM-2 (VCM-2 Plant)
15
3.2 Seksi Klorinasi Langsung (Seksi 100) 16
3.3 Seksi Oksiklorinasi (Seksi 200) 21
3.4 Seksi Pemurnian EDC (Seksi 300) 26
3.5 Seksi Perengkahan EDC (Seksi 400) 33
3.6 Seksi Pemurnian VCM (Seksi 500) 38
3.7 Seksi Insinerator dan MC-HCl (Seksi 800) 43
3.7.1 Proses HCl 21% (I-HCl) 44
3.7.2 Proses HCl 33% (MC-HCl) 47
3.7 Seksi Penyimpanan (Seksi 900) 48
BAB IV PERALATAN PROSES DAN INSTRUMENTASI 51
4.1 Peralatan Utama VCM-2 51
4.2 Sistem Instrumentasi Departemen VCM-2 57
BAB V UTILITAS 60
5.1 Raw Water Treatment (RWT) 60
5.1.1 Air Industri (Industrial Water) 61
5.1.2 Air Demineralisasi (Demineralization Water) 62
5.1.3 Portable Water/Neutralize Water 63
5.2 Air Instrument-Air Plant 63
5.2.1 Air Plant (AP) 64
5.2.1 Air of Instrument (AI) 64
5.3 Steam Generation 64
5.3.1 Deaerator 64
5.3.2 Boiler 65
vi
5.4 Cooling Water System dan Refrigerant 65
5.4.1 Air Laut (Sea Water Supply) 66
5.4.2 Air Pendingin Tertutup (Close Cooling Water System) 66
5.4.3 Cooling Water System 66
5.4.4 Sistem Pendinginan VCM-2 (Seksi 700) 66
5.5 Fuel Facility 68
5.4.4 Liquid Petroleum Gas (LPG) and Liquid Natural Gas (LNG)
68
5.4.4 Fuel Oil 68
5.4.4 Coal69
BAB VI MANAJEMEN INDUSTRI 70
6.1 Gambaran Umum 70
6.2 Struktur Organisasi 71
6.3 Pengaturan dan Iklim Kerja 72
6.4 Kebijakan Perusahaan di Bidang Mutu, Lingkungan, dan Kesehatan &
Keselamatan Kerja 73
6.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 73
6.6 Pengelolaan Lingkungan 75
BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK 76
7.1 Lokasi Pabrik 76
7.2 Tata Letak Pabrik 76
BAB VIII PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI 80
8.1 Unit Pengolahan Air Limbah Departemen VCM-2 (Seksi 600)80
8.2 Seksi Pengolahan Limbah Lanjutan 85
8.2.1 Unit Pengolahan Limbah Cair 86
8.2.2 Unit Pengolahan Limbah Gas 88
8.2.3 Unit Pengolahan Limbah Padat 88
DAFTAR PUSTAKA 90
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Garam Industri sebagai Bahan Baku Pabrik Chlor Alkali
(C/A) 5
Tabel 2.2 Spesifikasi Gas Etilen (C2H4) sebagai Bahan Baku Pabrik VCM-2
6
Tabel 2.3 Spesifikasi Gas Klorin Cl2 sebagai Bahan Baku Pabrik VCM-2 7
Tabel 2.4 Spesifikasi Udara untuk Pabrik VCM-2 7
Tabel 2.5 Spesifikasi Produk Liquid Caustic Soda (NaOH 48%) 9
Tabel 2.6 Spesifikasi Produk Flake Caustic Soda (F-NaOH 48%) 9
Tabel 2.7 Spesifikasi Produk Klorin 10
Tabel 2.8 Spesifikasi Produk Natrium Hipoklorit (NaClO) 10
Tabel 2.9 Spesifikasi Spesifikasi produk Asam Klorida (HCl) 11
Tabel 2.10 Spesifikasi Produk Etilen Diklorida (EDC) 11
Tabel 2.11 Spesifikasi produk VCM 12
Tabel 2.12 Spesifikasi Produk PVC 13
Tabel 3.1 Komposisi EDC 31
Tabel 3.2 Spesifikasi EDC Feed Furnace 34
Tabel 4.1 Data Reaktor yang Terdapat Pada Departemen VCM-2 52
Tabel 4.2 Data Furnace yang Terdapat Pada Departemen VCM-2 53
Tabel 4.3 Data Tower yang Terdapat Pada Departemen VCM-2 53
Tabel 4.4 Instrumentasi Lapangan 57
Tabel 4.4 Instrumentasi DCS 58
Tabel 5.1 Penggolongan Unit Utilitas 60
Tabel 5.2 Kualitas dan Persyaratan Air Sebagai Bahan Baku 61
Tabel 5.3 Control Unit Air Industri 62
Tabel 5.4 Persyaratan Air Demineralisasi 63
Tabel 6.1 Pembagian Jam Kerja Karyawan 72
Tabel 8.1 Kualitas Limbah 85
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Chloride (PVC). Produk ini banyak dimanfaatkan oleh kalangan industri hilir dan
merupakan bahan baku bagi sejumlah industri di Indonesia.
2
f) Manajemen industri
g) Tata letak pabrik
h) Pengelolaan limbah pabrik
i) Tugas khusus
3
BAB II
4
Tabel 2.1 Spesifikasi Garam Industri sebagai Bahan Baku Pabrik Chlor Alkali
(C/A)
No Komponen Kadar
1 NaCl 97,7 %berat
2 Ca2+ 0,03 %berat
3 Mg2+ 0,03 %berat
4 SO42- 0,03 %berat
5 Sr2+ 700 pbb berat
6 Br- 700 pbb berat
7 I- 1,5 ppm berat
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
5
2.1.4 Oksigen (O2)
Oksigen (O2) yang digunakan oleh PT Asahimas Chemical diperoleh dari
PT Air Liquid Indonesia (Alindo) dan sebagian berasal dari produk samping
proses yang dilakukan. Oksigen yang dibutuhkan sebanyak 600-1.000 Nm3/jam
atau sekitar 4,2 ton/jam dengan konsentrasi minimal 99,56% pada tekanan 6,5
k/cm2G dan temperatur 60-65oF.
6
2.2.2 Gas Klorin (Cl2)
Gas klorin (Cl2) digunakan sebagai bahan baku pada seksi Klorinasi
Langsung (Seksi 100) dengan kebutuhan sebanyak 8.300 Nm 3/h. Gas klorin (Cl2)
diperoleh dari Pabrik Chlor Alkali (C/A) 2 sebesar 5.300 Nm3/h dan Pabrik Chlor
Alkali C/A 3 sebesar 3.000 Nm3/h. Spesifikasi klorin yang digunakan di Pabrik
VCM-2 diberikan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Spesifikasi Gas Klorin Cl2 sebagai Bahan Baku Pabrik VCM-2
No Komponen Spesifikasi
1 Cl2 Min 98,6% vol
2 O2 Max 1,1 % vol
3 N2 Max 0,45 % vol
4 CO2 Max 0.3% vol
5 H2 Max 0,003 % vol
6 Air Max 50 ppm berat
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
7
hasil Seksi Perengkahan EDC (Seksi 400) dan hasil Seksi Pemurnian VCM (Seksi
500).
2.3.1 Katalis
Dalam proses produksi, katalis digunakan pada Seksi Klorinasi Langsung
(Seksi 100) dan Seksi Oksiklorinasi (Seksi 200). Pada seksi 100, katalis yang
digunakan adalah kombinasi antara FeCl3 dengan garam UHDE. Katalis di
Reaktor DC dicampurkan dengan Mother Liquor yang berisi larutan EDC dengan
kemurnian tinggi. Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi sekaligus berperan
sebagai inhibitor bagi produk samping yang terbentuk akibat reaksi antara EDC
dengan gas klorin. Kebutuhan katalis FeCl3 sebanyak ±262 kg/tahun.
Katalis yang digunakan pada Seksi Oksiklorinasi (Seksi 200) adalah
campuran antara Al2O3 dan CuCl2 dengan ukuran partikel antara 50-80 mikron.
Reaktor OC memiliki cyclone di bagian atasnya yang berfungsi untuk mencegah
katalis yang ter-carry over.
8
Spesifikasi produk liquid caustic soda (NaOH 48%) yang diproduksi di PT
Asahimas Chemical terdapat dalam Tabel 2.5, sedangkan spesifikasi produk flake
caustic soda (F-NaOH 98%) yang produksi di PT Asahimas Chemical terdapat
dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.2 Spesifikasi Produk Liquid Caustic Soda (NaOH 48%)
Jenis Unit Spesifikasi
NaOH %berat 48,0 min
NaCl ppm berat 100 max
SO42- ppm berat 100 max
Na2CO3 %wt 0,12 max
Fe ppm berat 5 max
Hg ppm berat 0,01 max
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
9
Cl2 % vol 98,0 min
H2 % vol 0,1 maks
CO2 % vol 1,0 maks
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
10
Jenis Unit Spesifikasi
HCl % berat 33,0 min
Fe ppm berat 5 max
Penampilan Transparan
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
11
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
12
Tabel 2.7 Spesifikasi Produk PVC
GRADE
PROPERTIES
FJ-57 FJ-60 FJ-65 R FJ-65 S FJ-70
Derajat
700 ± 30 800 ± 30 1030 ± 40 1030 ± 40 1300 ± 50
Polimerisasi
Penampilan Putih Putih Putih Putih Putih
Densitas Curah 0,55 ±
0,54 ± 0,05 0,57 ± 0,05 0,51 ± 0,05 0,50 ± 0,05
(gr/cc) 0,05
Ukuran partikel
100% 100% 100% 100% 100%
(lolos 42 mesg)
Volatilitas Max 0,3% Max 0,3% Max 0,3% Max 0,3% Max 0,3%
(Sumber: PT Asahimas Chemical)
13
proses pengolahan dan pemurnian HCl. HCl juga dapat di recycle sebagai bahan
baku pembuatan EDC melalui Seksi Oksiklorinasi.
14
BAB III
SISTEM PROSES
3.1 Sistem Proses secara Umum pada Pabrik VCM-2 (VCM-2 Plant)
Pabrik VCM-2 merupakan salah satu unit produksi yang terdapat di PT
Asahimas Chemical. Plant VCM-2 memproduksi VCM sebagai produk utama
yang dihasilkan dari proses perengkahan EDC (EDC cracking) dengan bahan
baku utama etilen (C2H4), gas klorin (Cl2), asam klorida (HCl) dan gas oksigen
(O2). Produk samping dari Plant VCM-2 ini berupa HCl 33%.
Pabrik VCM-2 memproduksi EDC sebagai bahan baku VCM dengan
mengunakan dua cara, yaitu Klorinasi Langsung (Direct Chlorination) dan
Oksiklorinasi (Oxychlorination). Proses Klorinasi Langsung menggunakan bahan
baku etilen (C2H4) dan gas klorin (Cl2), sedangkan proses Oksiklorinasi
(Oxychlorination) menggunakan bahan baku etilen (C2H4), asam klorida (HCl)
dan gas oksigen (O2). EDC akan mengalami proses perengkahan di Furnace
sehingga menghasilkan VCM dan HCl. EDC dan VCM yang dihasilkan
dipurifikasi pada seksi pemurnian, sedangkan limbah-limbah yang dihasilkan akan
diolah terlebih dahulu di seksi pengolahan air limbah dan insinerator. Sistem
pendingin dan pemanas diproduksi pada seksi Refrigeran dan BFW untuk
memenuhi kebutuhan proses di Plant VCM-2.
Secara keseluruhan, sistem proses di Pabrik VCM-2 terdiri atas beberapa
seksi atau area yang mendukung jalannya operasi, antara lain:
a. Seksi 100 : Seksi Klorinasi Langsung (Direct Chlorination, DC)
b. Seksi 200 : Seksi Oksiklorinasi (Oxychlorinatin, OC)
c. Seksi 300 : Seksi Pemurnian EDC (EDC Purification)
d. Seksi 400 : Seksi Perengkahan EDC (EDC Cracking)
e. Seksi 500 : Seksi Pemurnian VCM (VCM Purification)
f. Seksi 600 : Seksi Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment)
g. Seksi 700 : Seksi Refrigeran dan BFW (Refrigerant and Boiler Feed Water)
h. Seksi 800 : Seksi Insinerator dan MC-HCl (Incinerator and MC-HCl)
i. Seksi 900 : Seksi Penyimpanan (Storage)
15
Sistem Produksi pada Pabrik VCM-2 dapat dilihat pada Gambar 3.1
Cl2(g)
DC Reactor (#100) DC-EDC Purification
EDC Salable
C2H4(g)
MC-HCl HCl 33%
HCl(g)
16
kedalam cairan EDC didalam reaktor dan bercampur melalui gas distributor yang
tersusun atas 332 buah sparger nozzle etilen dan 295 buah sparger nozzle klorin.
Gas Distributor dirancang khusus untuk menjaga agar distribusi gas berlangsung
secara merata dan efisien. Setiap nozzle dilengkapi dengan purge EDC cair untuk
mencegah nozzle agar tidak tersumbat dengan katalis FeCl3. Gas distributor ini
juga didesain agar bisa dilepas dan dibersihkan diluar Reaktor. Reaktor beserta
perpipaan yang terkait terbuat dari bahan Stainless Steel 304L untuk
meminimalkan masalah erosi dan korosi.
Reaksi pada DC Reaktor (RE-101) berlangsung didalam larutan EDC yang
disebut sebagai Mother Liquor yang kaya dengan katalisator FeCl3. Katalis ini
berperan juga sebagai inhibitor yang berfungsi untuk mengendalikan reaksi
samping di temperatur uap EDC yaitu sekitar 90oC. Reaktor beroperasi dengan
gas etilen yang berlebih pada setiap saat. Jika kecepatan produksi akan dinaikkan,
maka laju alir gas etilen harus dinaikkan terlebih dahulu, kemudian gas klorin.
Begitu pula sebaliknya, laju alir gas klorin harus diturunkan terlebih dahulu jika
produksi akan diturunkan, selanjutnya gas Etilennya diturunkan. Jika hal tersebut
dilakukan secara terbalik dapat menyebabkan masalah korosi yang serius, reaksi
yang tak terkendali, dan memicu ledakan didalam Reaktor atau Vent sistem.
Reaksi yang berlangsung pada fasa cair di DC Reaktor:
Reaksi Utama:
C2H4 + Cl2 C2H4Cl2 + 218 kJ/mol............................................................
(3.1)
Reaksi Samping:
C2H4Cl2 + Cl2 C2H3Cl3 + HCl........................................................................
(3.2)
C2H3Cl3 + Cl2 C2H2Cl4 + HCl........................................................................
(3.3)
C2H4 + HCl C2H5Cl ...................................................................................(3.4)
C2H2Cl4 C2HCl3 + HCl.........................................................................(3.5)
C2H2Cl4 + Cl2 TARR.....................................................................................(3.6)
Panas eksotermal dari reaksi antara gas etilen dengan gas klorin akan
menguapkan EDC yang akan keluar dari atas reaktor dalam bentuk uap. Panas
17
EDC dimanfaatkan oleh EDC Column Side Reboiler (HE-314 A~D). Semua
kondensatnya dikumpulkan di DC Condensate Receiver (VE-101). Kondensat
dari VE-101 sebagian besar dikembalikan ke DC Reaktor untuk menjaga level dan
temperatur cairan di dalam reaktor. Sebagian lagi dipakai sebagai cairan sealing
untuk gas distributor etilen dan klorin, dan EDC sealing untuk Booster
Compressor (CO-5101).
Uap EDC dengan konsentrasi 98.83% dari top Reaktor yang mengandung
sekitar 9533 ppm HBC dan 2184 ppm LBC, dimurnikan di unit pemurnian (DC
Purification) yang terdiri atas EDC Heavy End Column (TW-102) untuk
menghilangkan komponen beratnya, dan EDC Light End Column (TW-101) untuk
menghilangkan komponen ringannya. Produk EDC dari seksi ini mempunyai
tingkat kemurnian sekitar 99,9% 1.2 EDC, dengan komponen ringannya (LBC)
sekitar 40 ppm dan komponen beratnya (HBC) sekitar 20 ppm.
Proses pemisahan HBC dari EDC di EDC Heavy End Column (TW-102)
dicapai dengan memanfaatkan distilasi tower dengan 48 tray yang dilengkapi
dengan HE-107 dan HE-110 untuk menguapkan EDC dan komponen ringannya
memakai SLP. Kehadiran HBC di dalam umpan Furnace akan menghambat
proses cracking dan juga mengakibatkan terjadinya coking yang tidak diperlukan
di tubing furnace. Uap EDC yang mengandung HBC dan LBC dikirim dari atas
Reaktor (RE-101) ke tray no. 41. Kondisi operasi kolom:
Ptop = -0,4154 kg/cm2G Pbottom = -0,1163 kg/cm2G
Ttop = 65℃ Tbottom = 78℃
Reflux Ratio (R/D) = 0,7
Aliran bottom yang mengandung komponen berat dikirim ke EDC Column
(TW-303) dan ke boiler (HE-107 dan HE-110). Produk atas kolom diumpankan
ke HE-5108, dimana jalur ini dikondensasikan sampai 40oC oleh WK dan
dikumpulkan di VE-105. EDC yang mengandung komponen ringan, dipompakan
oleh PU-106 ke EDC Light End Column (TW-101) melewati EDC Light End
Column Preheater (HE-104).
Proses pemisahan LBC dari EDC dicapai dengan memanfaatkan EDC Light
End Column dengan jumlah tray 40. Fungsi utama dari EDC Light End Column
ini untuk memisahkan EDC dari komponen ringannya, terutama EC, untuk
18
membuat EDC kualitas ekspor dan juga untuk umpan Furnace. Tingkat
pengotornya harus ditekan serendah mungkin sampai 20 ppm. Jika LBC terbawa
dengan produk EDC dan masuk sebagai umpan Furnace, akan menyebabkan
terbentuknya coke di dalam tubing EDC Cracking. Uap EDC yang mengandung
komponen ringannya dikirim dari VE-5105 ke tray teratas dari EDC Light End
Column. Sebelum masuk ke kolom ini, EDC nya dipanaskan terlebih dahulu di
HE-5104. Boiler TW-5101 (HE-5105) beroperasi dengan SLP, memberikan panas
untuk menguapkan pengotor ringannya. Kondisi operasi kolom:
Ptop = 0,1 kg/cm2G Pbottom = 0,4 kg/cm2G
Ttop = 86℃ Tbottom = 90℃
Reflux Ratio (R/D) = 0,1
EDC Murni dari bottom tower dipompakan oleh PU-5103 yang kemudian
didinginkan oleh EDC Light End Column Preheater (HE-5104) ke VE-5401
sebagai umpan Furnace. Untuk membuat EDC dengan kualitas ekspor, bisa
diperoleh dengan mengambil bagian samping (Side-Cut) column ini dari tray
no.38 disamping produk untuk umpan Furnace dari bawah kolom. Uap EDC yang
keluar dari side cut tray no.38 dikondensasikan di HE-111, dikumpulkan di VE-
107 dan dikirimkan ke impor EDC Receiver (ST-902) dengan PU-107 A/B.
Overhead gas dikirim ke EDC Light End Column Condenser (HE-106)
dimana gas dikondensasi sampai suhu 40oC. Gas yang tak terkondensasi dari HE-
106 dan VE-104 dikirim ke seksi OC lewat CO-101. Kondensat dari kondenser
dikumpulkan di VE-104. Cairan EDC-nya dipompakan kembali ke kolom oleh
PU-104. Sebagian lagi dikirim ke Light End Column (TW-302) agar komponen
ringannya tidak terakumulasi di VE-104.
Dari DC Purification, HBC dikirim ke EDC Column (TW-303) dan LBC
dikirim ke Light End Column (TW-302) di seksi EDC Purification. Gas yang
tidak bereaksi dari seksi ini, terutama gas Etilen yang berlebih disebut dengan DC
Off Gas (DOG). DC Off Gas dikirim ke OC Scrubber (TW-202) sebagai bahan
baku. DOG tersebut dikompressi (dikirim) oleh Booster Compressor (CO-5101).
Secara keseluruhan sistem proses Seksi Klorinasi Langsung sebagai berikut:
19
Cl2(g) LBC
EDC
EDC Heavy End ColumnEDC Light End Column
DC Reaktor
C2H4(g) EDC salable
HBC
20
Gambar 3.3 Process Flow Diagram Direct Chlorination Section (Section 100)
(Sumber: VCM-2, 2013)
21
3.3 Seksi Oksiklorinasi (Seksi 200)
Proses oksiklorinasi menghasilkan EDC melalui reaksi antara etilen (C2H4),
oksigen (O2), dan asam klorida (HCl) yang berasal dari hasil pemurnian di Seksi
500. Reaktor oksiklorinasi (RE-5201) didesain dari baja karbon dengan unggun
katalis terfluidasi yang dirancang untuk menyediakan kontak intensif antara gas
umpan dengan katalis. Katalis yang digunakan adalah katalis Al2O3 yang
mengandung CuCl2 dengan ukuran partikel antara 50-80 mikron. Dibagian dalam
reaktor ini juga dilengkapi dengan distributor umpan, coil pendingin, dan siklon.
Aliran umpan etilen bersamaanan dengan recycle gas dari CO-201
dicampurkan terlebih dahulu di dalam LM-205. Campuran tersebut akan melewati
penukar panas bermultitube (HE-205). Suhu etilen keluar secara esensial sama
dengan suhu kondensasi steam. Pemanas menggunakan SLP dan SHP juga
dilengkapi dengan alat pengatur. Laju alir recycle gas dikendalikan pada laju
tertentu untuk menjaga fluidisasi katalis di dalam reaktor pada 26.000 Nm3/Jam.
Laju umpan etilen harus didasarkan atas perbandingan molar antara HCl di dalam
gas umpan reaktor.
Umpan oksigen bertekanan 4,7 kg/cm2G mengalir lewat sebuah penukar
panas bermultitube (HE-206) dipanaskan dengan SLP (4 kg/cm2G) sehingga suhu
keluaran oksigen mencapai 1000C. Keluaran oksigen dimasukkan kedalam Mixer
Oksigen (LM-206) untuk dicampurkan dengan HCl. Laju alir oksigen harus
didasarkan atas perbandingan molar antara HCl dalam gas umpan Reaktor. Jumlah
molar umpan segar oksigen sekitar 0,53.
Umpan HCl dari VE-403 mengalir melalui penukar panas bermultitube (HE-
208) dan dipanaskan dengan SHP (15 kg/cm2G) sebelum masuk kedalam reaktor.
Steam dikirim melalui katup pengontrol suhu yang akan mengatur umpan HCl
yang keluar sekitar 140oC. Gas hidrogen dari Plant CA-2 yang telah dikompresi
dengan CO-202 dan HCl dimasukkan kedalam Mixer HCl/H2 (LM-204). HCl
akan di hidrogenasi didalam Konverter Asetilen (RE-202). Asetilen cenderung
untuk terkonversi menjadi etilen di dalam Konverter Asetilen (RE-202) dengan
bantuan katalis Paladium. Gas HCl murni yang dihasilkan dikirim ke Mixer
Oksigen (LM-206) melewati sebuah saringan. Tekanan umpan HCl bergantung
dari tekanan header distribusi HCl yang harus dijaga stabil pada 4,0 kg/cm2G.
22
Umpan etilen dan recycle gas akan masuk dari bagian bawah reaktor dan
mengalir melalui distributor gas. Sedangkan campuran O2 dan HCl memasuki
reaktor melalui distributor pipa (sparger) yang diarahkan ke bawah dan berakhir
di atas distributor recycle gas dan etilen. Pencampuran dua aliran umpan
berlangsung di dalam unggun katalis terfluidisasi.
Proses oksiklorinasi merupakan reaksi oksidasi yang sangat eksotermik
sehingga perlu untuk mengontrol suhu reaksi. Coil pendingin disediakan dalam
reaktor bertujuan mengontrol suhu bed katalis dengan mengalirkan BFW untuk
memindahkan panas reaksi dari reaktor. Panas reaksi di manfaatkan untuk
menghasilkan steam didalam Steam Drum (VE-208). Sedangkan 6 seri cyclone
yang bertingkat 3 didalam Reaktor berfungsi untuk menangkap katalis yang
terbawa keluar.
Kondisi operasi proses oksiklorinasi:
P : 2,07 kg/cm2G
T : 200-225℃
Reaksi utama yang terjadi adalah sebagai berikut :
C2H4 + 2HCl + ½O2 C2H4Cl2 + H2O...........................................................(3.7)
Penjabaran reaksi utama:
2CuCl2 + C2H4 C2H4Cl2 + Cu2Cl2.......................................................(3.8)
Cu2Cl2 + O2 CuO . CuCl2................................................................
(3.9)
CuO . CuCl2 + 2HCl 2CuCl2 + H2O...........................................................
(3.10)
Reaksi samping akibat temperatur reaksi yang tinggi:
C2H4 + 2O2 2CO2 + 2H2O + (-767 kJ/mol) ......................
(3.11)
C2H4 + 3O2 2CO2 + 2H2O + (-1334 kJ/mol) ....................
(3.12)
2C2H4Cl2 + 2HCl + O2 2C2H3Cl3 + 2H2O.........................................(3.13)
2C2H3Cl3 + 2HCl + O2 2C2H2Cl4 + 2H2O.........................................(3.14)
2C2H2Cl4 + 4HCl + O2 4CHCl3 + 2H2O...........................................(3.15)
2CHCl3 + 2HCl + O2 2CCl4 + 2H2O..............................................(3.16)
23
Reaksi samping akibat reaktor asetilen konverter (RE-202) tidak
berfungsi:
2C2H2 + 6HCl + 3O2 2CCl3CHO + 4H2O.................................................(3.17)
C2H2 + 3HCl + O2 2C2HCl3 + 2H2O......................................................(3.18)
2C2H2 + 8HCl + 3O2 2C2Cl4 + 6H2O..........................................................
(3.19)
Reaksi samping akibat pengaruh faktor internal dan eksternal lainnya:
C2H4 + HCl C2H5Cl.........................................................(3.20)
2C2H4 + O2 2C2H4O........................................................(3.21)
C2H4O + HCl ClC2H4OH....................................................(3.22)
C2H2 + 3HCl + 2O2 CCl3CHO + 3H2O........................................(3.23)
CCl3CHO + 3H2O (pH >9,5) CHCl3 + HCOOH.........................................
(3.24)
Cl3CHO CHCl3 + CO.................................................(3.25)
Gas buangan dari atas OC Reaktor (RE-201) terdiri dari campuran EDC,
Etilen dan H2O, dengan sejumlah kecil CO2, HCl yang tidak bereaksi dan zat
pengotor lainnya yang keluar dari Reaktor pada suhu sekitar 210 oC diumpankan
ke OC Quencher (TW-201), dimana aliran tersebut didinginkan secara mendadak
secara mendadak melalui kontak langsung dengan cairan sirkulasi bawah lewat
pendingin OC Quencher (HE-201). Gas ini didinginkan dari suhu 210℃ sampai
75oC. Pendinginan gas yang cepat ini diperlukan untuk memisahkan air yang
terbentuk oleh reaksi dan untuk mengurangi reaksi samping yang tidak
diinginkan. OC Quencher merupakan kolom berspray dengan bed packing
setinggi 2.000 mm, berisi raching ring setinggi 75 mm dan cross ring setinggi
150 mm.
Hampir setengah dari air yang dihasilkan dari reaksi, HCl yang tidak
bereaksi dan sejumlah kecil EDC dan katalis halus (kandungan Cu kurang dari 10
ppm) terakumulasi di dalam bed cairan pada bagian bawah Quencher. HCl yang
tidak bereaksi diserap oleh sirkulasi air dan dibuang melalui aliran bawah. Karena
cairan asam ini menyerap sedikit EDC, maka harus diolah lagi dipenanganan
Waste Water (Seksi 600). Sedangkan EDC yang terpisah dikirim kembali ke VE-
203 melalui separator (VE-202) dan selanjutnya dikirim ke LM-202 oleh PU-204.
24
Gas yang keluar dari atas TW-201 dialirkan ke Scrubber (TW-202), dimana
sebagian besar CO2 yang terbentuk dalam reaktor (kaya akan C2H4) akan diserap
didalam sirkulasi air alkalis. Scrubber terdiri dari 2 tingkat kolom. Dengan ini
diharapkan efisiensi penyerapan CO2 yang tinggi dapat dicapai dengan kedua
sirkulasinya, yaitu pada bagian atas dan bawah. Bagian atas dan bawah dari kolom
ini dilengkapi dengan 2 buah bed packing dan 1 buah bed packing (tinggi 4.000
mm masing-masing, raschig ring SUS304). Pada puncak Scrubber dilengkapi
dengan 5 set tray buble cap. Gas dari bagian atas OC Quencher masuk ke
Scrubber di bagian bawah dari bed packing, sedangkan as buangan dari DC
Section masuk pada bagian paling bawah. Sebagian besar CO2 dinetralkan oleh
kaustik. Larutan kaustik disuntikan secara kontinu untuk menjaga agar suasananya
tetap basa. Air pencuci dari Dekanter No.2 (VE-5205) diumpankan ke tray paling
atas untuk mencuci alkalis yang tertinggal didalam gas recycle.
Air yang mengembun serta larutan alkalis yang mengandung garam dibuang
dari bagian bawah Scrubber. Cairan sirkulasi yang kaya dengan EDC didistribusi
lewat bed packing dan didinginkan dengan 3 buah kondenser yang tersusun secara
seri. Kondenser OC No.1 (HE-503) menggunakan air pendingin (WK), Kondenser
trim OC (HE-211) menggunakan metanol pada tubenya, dan Kondenser OC No.2
(HE-204) menggunakan propilen pada shellnya. HE-203 didisain untuk
mendinginkan gas dari Scrubber sampai lebih kurang 35 oC untuk mengambil
EDC sebagi kondensatnya. Gas yang tidak terkondensasi didinginkan kembali di
HE-211dan HE-204 sampai 5 oC untuk mengembunkan hampir seluruh EDC
yang ada di dalam gas.
Semua cairan yang mengembun dialirkan dengan gaya gravitasi ke dalam
Receiver kondensat (VE-201). Gas yang tidak terkondensasi, utamanya C2H4
teruapkan ke Separator pembuangan (VE-207). Separator ini berfungsi untuk
memisahkan cairan yang terbawa di dalam gas dari Kondenser No.2 atau EDC/air
yang mengembun disepanjang jalur. Kondensat yang didapat di Separator di
kembalikan ke VE-201. Gas yang tidak terembunkan dikompresi balik ke dalam
Reaktor dengan Kompresor Recycle Gas (CO-5201) ke jalur penambahan gas
umpan Reaktor.
25
Untuk mencegah gas inert terakumulasi, sejumlah kecil dari gas dibuang ke
sistem incinerator. Cairan hasil kondensasi dari Receiver, cairan bawah Scrubber
dan cairan asam dari VE-203 dicampur dan dinetralkan didalam Mixer EDC (LM-
202) kemudian dikirim ke Dekanter EDC No.1 (VE-204). Disinilah campuran dari
cairan EDC dan larutan alkalis dipisahkan. Larutan alkalis dikirim ke unit
penanganan Waste Water (VE-601). EDC yang sudah terpisah dikirim ke
Dekanter EDC No.2 (VE-205) untuk dicuci dengan larutan alkalis untuk
kemudian diumpankan ke Tangki Buffer EDC (VE-5215) sebagai produk dari
seksi OC.
Seksi 200 juga menerima organik dari Seksi 600 untuk didaur ulang
EDCnya. Organik dari Pit OC (PT-601) di daur ulang di VE-203, sedangkan EDC
dari pemisah air proses (TW-602) didaur ulang di VE-205.
Secara keseluruhan sistem proses pada Seksi Oksiklorinasi adalah sebagai
berikut:
Etilen (C2H4)
Oksigen (O2) EDC
OC Reaktor Quencher Scrubber
Asam klorida (HCl)
CO dan CO2
26
Gambar 3.5 Process Flow Diagram Oxychlorination Section (Section 200)
(Sumber: VCM-2, 2013)
3.4 Seksi Pemurnian EDC (Seksi 300)
Sistem ini dirancang untuk dapat menghasilkan EDC dengan tingkat
kemurnian sekitar 99,7% dengan asumsi bila terjadi kesetimbangan operasi yang
sempurna. EDC yang dimurnikan dalam sistem ini aktualnya mempunyai
kemurnian sekitar 99,5%. Produk ini dicampur dengan EDC dari unit DC, agar
memenuhi persyaratan EDC untuk umpan furnace. Aliran yang harus dibuang
separti LBC (komponen bertitik didih rendah), HBC (komponen bertitik didih
tinggi), dan gas buang dari sistem ini dikirim ke Incinerator (sistem pengambilan
HCl) untuk dibuat larutan HCl 21,5%. Yang dimaksud dengan LBC yaitu Ethyl
Chloride, Chloroform, Carbon Tetra Chloride, dan 1,1 EDC. Sedangkan HBC
yaitu 1,1,2 TCE, Perchloro Ethylene, Tetra Chloro Ethylene, dsb.
27
Sistem pemurnian EDC ini terdiri dari:
1. Dehydrator (TW-301)
Tujuan dari sistem ini untuk memisahkan air dari produk EDC mentah (dari
Seksi 200) menjadi kurang dari 10 ppm dan EDC dari seksi 100 jika kandungan
airnya tinggi. EDC mentah yang basah akan menyebabkan masalah korosi.
Sistem Dehydrator diawali dari keluaran PU-211 A/B dan berakhir di masukan
Kolom Light End. Air yang dipisahkan didalam Dehydrator akan keluar dari
bagian atas kolom dengan pemanasan. EDC mentah yang akan dimasukkan ke
Dehydrator dipanaskan terlebih dahulu di preheater dengan memanfaatkan panas
dari gas overhead Dehydrator. EDC mentah ini diumpankan pada tray teratas.
28
Karena proses cracking EDC di furnace maka dihasilkan pengotor LBC
dan HBC, sehingga harus dipisahkan light-nya pertama kali kemudian heavies-
nya. Kolom ini dilengkapi dengan 65 tray jenis valve dan fungsinya adalah untuk
memisahkan LBC terutama ethyl chloride, chloroprene, benzene, dsb. Jika
kandungan LBC-nya melebihi persyaratan yang telah ditentukan akan
menyebabkan terjadinya coke di tubing furnace.
Suhu kolom ini tidak diatur secara otomatis karena aliran steam yang
reboiler dikontrol oleh kontrol aliran. Jika profil suhu kolom terlalu panas, suhu
refluks harus diturunkan. Untuk mengetahui kinerja dari kolom ini maka dianalisa
dengan kromatografi gas (GC) secara periodik pada aliran refluks dan bottom.
Proses pendidihan di bottom Kolom dilakukan dengan reboiler tipe
thermosyphon (HE- 305) dengan menggunakan tekanan laju alir/SLP yang
dikontrol untuk menjaga ratio refluks sekitar 0,9 (R/F). Kondensat steam
dikembalikan ke sistem penampung kondensat. Laju alir steam harus sebanding
dengan perubahan laju alir umpan untuk mencapai kemurnian (purity) EDC di
bottom Kolom. Adanya level di Reboiler sangat penting untuk mencegah
terjadinya fouling. Aliran bottom Kolom dipompakan dan diumpankan ke Kolom
EDC untuk mempertahankan level yang konstan di TW 302.
29
terbentuk ditampung di Reflux Drum dan kemudian diumpankan ke TW-302
bagian atas sebagai refluks. Jumlah LBC yang diventing harus cukup, karena hal
ini sangat penting untuk profil suhu Kolom stabil.
Untuk mengurangi kehilangan EDC secara percuma maka gas yang tak
terkondesasi di Kondenser akan diembunkan di Vent Kondenser (HE-311)
sampai suhu 35°C. Gas buang dan kondensat dari HE-311 dikirim ke Sistem
Recovery HCl dengan menggunakan BL-302 A/B.
Kolom EDC dilengkapi dengan 40 buah tray jenis valve tray dan fungsinya
untuk memisahkan HBC dari umpan EDC yang berasal dari Kolom Light End,
Kolom EDC Recovery, Dehydrator dan Kolom Heavy End sehingga kualitasnya
sesuai dengan persyaratan EDC untuk umpan furnace.
Kolom EDC ini dilengkapi dengan lima buah Reboiler, empat reboiler
(HE-314 A-D) memanfaatkan panas dari Seksi 100 dan sebuah reboiler (HE-307)
menggunakan SLP. Sumber panas untuk side reboiler kolom EDC (HE-314 A-D)
berasal dari panas reaksi DC, tujuannya adalah untuk menghemat energ. Reboiler
Kolom EDC (HE-307) dirancang dengan kapasitas sekitar 85,2 % dari total
beban panas yang dibutuhkan. Pada normal operasi HE-5314 A-D beroperasi pada
beban maksimum untuk konservasi energi sedangkan HE 307 digunakan hanya
untuk melengkapi kekurangan panas yang diperlukan Kolom.
30
Aliran overhead dialirkan ke Kondenser Kolom EDC (HE-308A/B),
sedangkan gas yang tak terkondensasikan dialirkan ke Kondenser Vent Kolom
EDC (HE-318) untuk dikondensasikan dan didinginkan sampai 37°C. Kondensat
dari kedua kondenser ditampung di Refluk Drum (VE-304). Gas yang tidak
terkondensasi dikirim ke Sistem HCl Recovery dengan Pompa Vakum Kolom
EDC (CO-303).
EDC dari Reflux Drum dipompakan jadi 2 jalur, satu untuk refluk dan yang
lain sebagai produk EDC ke VE-401. EDC murni dari VE-304 ini juga dipakai
sebagai cairan flushing untuk mechanical seal pompa lain (PU-304 A/B).
Didalam kolom, pengontrolan suhu merupakan fungsi dari dua faktor, yaitu
steam bottom dan tekanan operasi kolom. Dalam banyak hal, kontrol temperatur
didasarkan pada konsentrasi aliran kolom bagian bawah. Semakin tinggi kontrol
temperaturnya maka semakin besar konsentrasi komponen beratnya. Perlu diingat,
bahwa jika temperatur bottom kolom meningkat/naik, fouling pada reboiler juga
akan meningkat. Karena itu recovery EDC harus diatur berdasarkan kecepatan
fouling pada reboiler yang masih dapat diterima.
31
tekanan di bottom kolom adalah pressure drop sepanjang kolom. Terutama
diakibatkan oleh pengaturan aliran umpan dan refluks. Karena itu, bila ada
perubahan aliran yang besar pada kolom, pengaturan suhu harus dilakukan untuk
menjaga konsentrasi heavies yang tertentu. Reboiler pada kolom ini mempunyai
kemungkinan fouling yang besar sehingga disediakan dua buah reboiler yang
dapat dipakai secara bergantian.
Adalah sangat penting untuk menjaga TW-304 bebas dari moisture, sebab
jika ada moisture di overhead berarti ada kebocoran di sistem. Mungkin titik
bocornya ada di reboiler. Jika moisturenya tinggi akan menyebabkan korosi pada
peralatan dan produknya off spec.
32
Komposisi
Komponen
Produk Seksi 300 Umpan Furnace
LBC 2,269% 0,236%
Benzen 0,225% 0,197%
TRI 0,018% 0,016%
1,2 EDC 99,461% 99,527%
HBC 0,027% 0,024%
(Sumber: VCM-2, 2013)
Secara keseluruhan sistem proses pada seksi klorinasi langsung adalah
sebagai berikut:
33
Gambar 3.7 Process Flow Diagram EDC Purification Section (Section 300)
(Sumber: VCM-2, 2013)
34
3.5 Seksi Perengkahan EDC (Seksi 400)
Seksi perengkahan EDC (EDC Cracking) merupakan proses dimana produk
utama berupa VCM dihasilkan dari proses pyrolisis EDC murni menggunakan
furnace dengan suhu diatas 350°C. EDC murni yang diumpankan merupakan hasil
proses Direct Chlorination di seksi 100 dan proses Oxy-Chlorination di seksi 200
yang kemudian dilakukan pemurnian dengan proses destilasi pada seksi EDC
Purification di seksi 300. Hasil pemurnian EDC ini kemudian simpan di tangki
penyimpanan EDC murni (VE-401) yang dapat menampung sekitar 408 ton EDC
murni. Tangki ini memiliki atap berbentuk kerucut (cone roof), dilengkapi dengan
blanket system untuk menjaga tekanan tangki stabil. Tangki penyimpanan dijaga
ketinggian levelnya sekitar 50% dengan suhu dibawah 60°C untuk menghindari
pompa umpan EDC mengalami kavitasi akibat EDC yang menguap. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, tangki penyimpanan dilengkapi dengan level gauge
dan level transmitter untuk memantau kenaikan level, kemudian tangki juga
dihubungkan ke Total Vent Kondenser (HE-321) dimana media pendinginan uap
EDC yang dipakai adalah methanol.
Sebelum memasuki area preheat furnace, kandungan air pada umpan EDC
furnace harus dijaga maksimal 10 ppm berat untuk menghindari korosi, oleh
sebab itu pada jalur masukan tangki penyimpanan (VE-401) dipasang sebuah
Analyzer Mouisture (Al-3801). Jika terdapat indikasi kandungan air pada umpan
EDC melebihi batas yang diizinkan, maka umpan EDC dari Pure EDC Tank (VE-
401) harus dihentikan dan diganti alirannya dari EDC Buffer Tank (VE-215).
Umpan EDC akan dipompa oleh pompa umpan cracker PU-401 A/B
menuju area furnace preheat, namun sebelum memasuki furnace umpan akan
dipanaskan terlebih dahulu oleh EDC feed furnace economizer (HE-5408) dengan
cara memanfaatkan panas circulation EDC quencher (TW-5401) sampai suhunya
mencapai 80°C. Kemudian EDC dipanaskan kembali (preheating) menggunakan
HE-401 hingga suhu lebih dari 100°C dari Steam Bertekanan Rendah (SLP). Suhu
keluaran EDC-nya dikontrol oleh TIC-54612 dengan mengatur jumlah steam yang
masuk sekitar 143°C. Suhu ini harus dicapai Tujuan dari sistem ini sendiri adalah
untuk mengurangi konsumsi bahan bakar furnace. Berikut adalah spesifikasi
umpan EDC furnace :
35
Tabel 3.2 Spesifikasi EDC Feed Furnace
Spesifikasi Unit Nilai
Benzene %berat Maks 0,350
CHCl3 %berat Maks 0,100
EDC %berat Min 99,20
CCl4 %berat Maks 0,051
Fe Ppm Maks 0,2
Moisture Ppm Maks 20
Ratio Prom. /Inhib. - 0,3 – 0,4
(Sumber: VCM-2, 2019)
36
Gas EDC keluaran dari TLX akan dialirkan ke area superheated yaitu area
konveksi sebelum memasuki area radian di EDC Cracker (FU-401), tujuannya
adalah untuk meningkatkan suhu uap EDC menjadi super heated sehingga tidak
lagi mengandung cairan EDC. Pada awalnya bagian konveksi berada pada zona
EDC Cracker (FU-401) namun pada saat ini, dipindahkan menjadi ke daerah
Additional Convection sehingga fluks panas dari EDC Cracker dapat berkurang
sehingga dapat mengurang laju terbentuknya coke.
Zona Additional Convection menggunakan sumber panas yang berasal dari
gas asap panas yang dihasilkan oleh Combustion Furnace dimana NG dan
Hidrogen digunakan sebagai bahan bakar dan dikendalikan oleh rasio udara ke
bahan bakar. Suhu keluaran yang dihasilkan Combustion Furnace adalah sebesar
1200°C sedangkan yang dibutuhkan adalah sebesar 960°C, sehingga gas buang
dicampur dengan udara pendingin untuk mengontrol suhu keluaran. Gas buang
Combustion Furnace dimasukkan ke Zona Additional Convection untuk
memanaskan gas EDC dari TLX untuk mencapai kondisi superheatednya. Gas
hasil pertukaran panas akan keluar pada suhu 370°C yang kemudian diumpankan
ke EDC Cracker pada Zona Preheating convection untuk memanfaatkan sisa
panasnya.
Setelah uap EDC mencapai kondisi superheated di area superheatednya,
kemudian masuk ke area Radiant EDC Cracker untuk dipanaskan hingga
suhunya sekitar 482°C. Reaksi perengkahan EDC menjadi VCM dan HCl dimulai
dari suhu 371°C. Selama suhu meningkat secara perlahan, maka laju dari
konversinya pun akan meningkat juga. Banyaknya EDC yang terkonversi
sebanding dengan laju crackingnya dan lama waktu tinggal di tube area radiant.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut :
37
akan dikembalikan menuju Light End Column seksi#300 sebagai recycle EDC.
Hasil proses cracking berupa gas yang terdiri atas VCM, HCl, EDC, sedikit coke,
tar dan pengotor lain keluar pada suhu 500°C hasil akan dialirkan untuk
didinginkan melalui TLX A/B sehingga terjadi perpindahan panas dengan umpan
EDC yang diuapkan dan kemudian didinginkan kembali secara mendadak di
Quenching Tower.
Reaksi yang terbentuk dalam proses ini sehingga perlu dipertimbangkan
sebagai desain reaktor adalah sebagai berikut:
C2H3Cl C2H2 + HCl...........................................(3.27)
C2H4Cl2 C2H4 + Cl2 ............................................(3.28)
C2H5Cl C2H4 + HCl ...........................................
(3.29)
C2H4 + C2H2 C4H6 (BUTD) ......................................(3.30)
C2H2 + C2H3Cl C4H5Cl (CLP) ......................................(3.32)
Reaksi selanjutnya yang mengarah pada hidrokarbon terklorinasi ringan dan
berat, seperti:
C2H4Cl2 C2H3Cl3 (TCE) + HCl ........................(3.33)
C2H3Cl3 C2H2Cl2 (DCE) + HCl .......................(3.34)
C2H3Cl + 2 Cl2 C2HCl3 (TRI) + HCl ..........................(3.35)
C2H4 + C2H2 C4H6 (BUTD) .....................................(3.36)
2 C2H4Cl2 C4H8Cl2 (Heavies) + Cl2 ....................(3.37)
HCl yang berupa produk samping ini bisa digunakan sebagai bahan baku
pembuatan EDC di seksi 200, serta fraksi ringan (LBC) dan fraksi berat (HBC)
yang terbentuk dari reaksi lanjut setelah proses cracking. Gas hasil dari proses
cracking kemudian keluar dari furnace dan dialirkan menuju TLX untuk didinginkan
dengan cara menukarkan energi panasnya dengan umpan EDC yang akan
diuapkan hingga kondisi saturated-nya.
Gas panas hasil perengkahan yang keluar dari TLX akan didinginkan
secara mendadak di EDC Quencher (TW-401). Tower ini memiliki 17 tingkat
nozzle spray. Tingkat kedua dari atas hanya mempunyai satu nozzle, kan tingkat
yang lain dilengkapi dengan dua atau tiga nozzle spray dengan masing-masing
38
nozzle mempunyai kapasitas aliran sebesar 312 meter per jam pada tekanan 2 Kg/
Cm2G dan sudut 90°. Nozzle spray mampu mengurangi terjadinya sumbatan jika
dibandingkan dengan jenis packing. an EDC cair akan disemprotkan dari sirkulas
bawah Quencher EDC ke atasnya dan bergabung dengan gas panas yang masuk
dari TLX. Disini sebagian besar gas EDC akan mengembun dan jatuh kebawah
kolom. Cairan EDC yang disirkulasi tersebut sebelumnya harus didinginkan di
EDC Quencher (HE-406) dan EDC Feed Furnace Economizer (HE-408).
Sistem pendinginan gas hasil perengkahan secara mendadak penting
dilakukan dalam proses pembuatan VCM, diantaranya yaitu:
1. Pendinginan gas keluaran furnace hingga mencapai suhu embun (dew point)
gas nya. Pendinginan yang cepat terhadap gas dilakukan untuk mengurangi
potensi terjadinya reaksi samping, pembentukan coke, dan membentuk 1.1
EDC yang merupakan reaksi balik antara VCM dan HCl sehingga tidak dapat
digunakan untuk proses cracking bila di recycle
2. Memisahkan fase cairan dan fase gas untuk mendapatkan efektifitas
pemisahan dalam seksi VCM Purification secara sempurna
3. Menghilangkan karbon dan tar yang dihasilkan dari proses cracking
4. Memaksimalkan kondensasi overhead product dari quenching tower. Aliran
uap berlebih yang memasuki seksi VCM Purification (HCl Column) akan
menyebabkan terjadinya flooding
Untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada bagian bawah quenching
tower karena banyaknya karbon, maka dilakukan purging menggunakan EDC.
Ketinggian cairan pada tower ini harus dijaga agar aliran umpan tidak terendam
oleh cairan, maka EDC diumpankan ke HCL tower pada seksi 500 yaitu seksi
VCM Purification
39
Gambar 3.8 Diagram Blok Seksi Perengkahan EDC (Seksi 400)
(Sumber: VCM-2, 2019)
Di seksi ini dilakukan pemurnian aliran gas dan cairan dari seksi
perengkahan EDC (seksi 400) sehingga menghasilkan produk VCM murni. Gas
HCl juga dimurnikan dan dikirim sebagai bahan baku pada seksi Oxy-
Chlorination. EDC yang tidak ter-cracking dipisahkan dari produk dan diumpan
balik ke Seksi Pemurnian EDC.
40
Cairan dari penampung kondensat (VE-402) dari seksi EDC Cracking
mengandung lebih banyak VCM dimpankan ke bagian tengah kolom (Tray
26-27).
Uap dari penampung kondensat (VE-402) dari seksi EDC Cracking
mengandung lebih banyak HCl akan diumpankan ke bagian atas kolom (Tray
18-19).
HCl Column (TW-501) berfungsi untuk memurnikan gas HCl di bagian
atas kolom dan menghilangkan gas HCl di bagian bawah. Pemurnian produk gas
HCl yang mengalami kegagalan yang mengakibatkan kehilangan prosuk dan
beberapa masalah lain dalam. VCM dalam gas HCl yang diumpankan ke Reaktor
Oxy-Chlorination akan bereaksi dan membentuk TCE yang bisa mengakibatkan
terjadinya kerak (fouling) di dalam HCl preheater, sumbatan pada feed orifice dari
Reaktor Oxy-Chlorination, merusak katalis acetylene converter (RE-5202) dan
mengakibatkan indikasi Ethylene di OC Reactor menjadi error (VCM akan
terbaca sebagai etilen).
Cairan dan uap quencher dari TW-401 merupakan umpan terbesar ke
kolom HCL ini. Gas HCl dimurnikan dengan pemanasan pada bagian bawah
kolom dengan menggunakan satu reboiler secara bergantian. Steam yang
digunakan adalah steam bertekanan tinggi (SHP) sehingga gas HCl akan menguap
ke bagian atas kolom. Pengendalian suhu diperlukan untuk mencegah fraksi berat
(heavies) tidak naik kebagian atas kolom.
Refluk kolom HCl diumpankan kebagian atas kolom pada tray no 1.
Komposisi refluk biasanya hampir sama dengan komposisi bagian atas kolom
namun masih dalam bentuk cairan. Refluk juga berfungsi untuk mendinginkan
komponen berat di kolom atas. Gas HCl dari overhead column sebagian
didistribusikan ke sistem header HCl kemudian sisanya dikondensasikan ke drum
refluk kolom HCl (VE-5501) kemudian dialirkan ke kolom HCl sebagai refluk
oleh pompa. Jenis pompa yang dipilih adalah pompa canned untuk mencegah
terjadinya kebocoran HCl.
HCl column memiliki dua condenser yang dioperasikan secara bersama-
sama atau bergantian, salah satunya yaitu Cryogenic Heat Recovery Exchanger
yang menggunakan cairan etilen di bagian shell dan gas HCl di bagian tube.
41
Sedangkan kondensor yang lain kemampuan pendinginannya tergantung beban
operasi sistem refrigasinya. Tipe kedua Heat Exchanger tersebut adalah kettle,
maka kapasitas pendinginan diatur oleh tingginya level dalam HE.
42
Distilat VCM dipompakan dari vessel penampung seksi VCM Purification (VE-
502) ke bagian puncak kolom VC No.2 diuapkan menggunakan thermosypon
reboiler tunggal dengan steam bertekanan rendah (SLP). Level cairan bagian
bawah kolom oleh level controller untuk mengatur Blow-out cairan, sehingga
level cairan dibagian bawah kolom dapat dijaga konstan. Level cairan didalam
reboiler juga penting untuk dijaga agar mencegah fouling reboiler yang
disebabkan oleh banjir (level tinggi) atau kehilangan sirkulasi (level rendah).
Cairan pompa dipompakan ke Dryer VC (VE-505 A/B/C) dengan Pompa Bottom
Colomn VC No.2 (PU 504 A/B) yang dilengkapi dengan bucket strainer 60 mesh
untuk mencegah pompa dari partikel-partikel kecil.
Aliran yang keluar dari bagian atas kolom di kondensasikan oleh
kondenser kolom VC No.2 (HE-506) sedangkan sisa-sisa HCl dan fraksi ringan
(LBC) di drain ke dalam Drum Refluk Kolom VC No.2. Kondensat dikumpulkan
di dalam Drum Refluk dan semuanya dikirim ke seksi netralisasi. Jika gas yang
tidak terkondensasikan dan mengandung terlalu banyak mengandung organic
ringan meskipun kapasitas kondensor dapat menyebabkan tekanan drum refluk
naik. Untuk menurunkan tekanan ini, gas inert dibuang ke Scrubber Emergency
atau ke sistem Vent Incinerator.
4. Dryer VC (VE-505)
VCM yang mengandung sedikit gas HCl dan komponen ringan (LBC) dari
drum refluks (VE-503) diumpankan ke Mixer VC (LM-501) dan dicampur dengan
larutan kaustik 32%. Mixer VC (LM-501) dilengkapi dengan sejumlah mesh plate
sehingga liquid VCM dan larutan kaustik dapat dicampur sempurna. Setelah
keluar dari Mixer VC, VCM dan larutan kaustik 32% diumpankan ke Dekanter
VC untuk dipisahkan berdasarkan perbedaan berat jenis. Kaustik akan turun ke
bawah dan disirkulasi sedangkan VCM naik keatas dan bercampur dengan produk
bawah kolom VC No.2 kemudian setelah itu dikirim ke Dryer VC (VE-505
A/B/C). Dryer VC mengolah produk VCM yang sebelumnya dibasahi untuk
menghilangkan HCl. Dryer VC mengandung tumpukan kaustik padat sebagai
media pengeringan. Proses pengeringan ini terjadi dari dua tahap dengan tahap
pertama terjadi dalam fase larutan kaustik dibagian bawah Dryer. Pada bagian ini,
43
produk VCM diserap dengan menggunakan kaustik untuk mnghilangkan air dan
produk. Semakin tinggi konsentrasi kaustik dalam fase cair, semakin kecil air
yang tertinggal dalam VCM produk.
Tahap kedua dalam proses ini adalah pengeringan yang terjadi ditumpukan
kaustik (kaustik padatan). Produl VCM dikontakkan dengan tumpukan kasutik
padat yang akan mengeringkan sisa air pada produk, kemudian air yang diserap
oleh padatan kaustik membentuk larutan kaustik yang turun ke bagian bawah
untuk mengganti larutan kaustik yang terdapat disitu. Larutan kaustik yang
terbentuk harus di-drain secara periodik setiap hari melalui valve drainase yang
terdapat di bagian bawah. Aliran produk yang meninggalkan Neutralizer akan
mengalir ke salah satu filter produk VC (FL-5501 A/B) sehingga sejumlah
partikel kecil kasutik akan tertangkap kemudian produk mengalir ke Check Tank
VCM. Kerja Neutralizer yang buruk dapat menghasilkan produk akhir yang off-
spec yang biasanya disebabkan oleh Channeling dalam tumpukan kaustik padat
sehingga waktu dan penggunaan kaustik tidak optimal.
44
Gambar 3.10 Diagram Blok Seksi Pemurnian VCM (Seksi 500)
(Sumber: VCM-2, 2013)
45
3.7 Seksi Insinerator dan MC-HCl (Seksi 800)
Seksi Insinerator dan MC-HCl 33% berisikan dua proses, yaitu:
a. Proses pembuatan HCl 21 % disebut dengan I-HCl
b. Proses pembuatan HCl 33 % disebut dengan MC-HCP
Secara keseluruhan sistem proses pada Seksi Insinerator dan MC-HCl
adalah sebagai berikut:
46
47
Gambar 3.12 Diagram Blok Seksi Insinerator dan MC-HCl (Seksi 800)
(Sumber: VCM-2, 2013)
48
CxHyCl2 Air
49
Gas buang dari TW-852 dibersihkan di dalam Scrubber (TW-853) dengan
larutan soda kaustik untuk menghilangkan sejumlah kecil gas klorin bebas dan
menghilangkan sisa gas HCl sebelum dibuang ke atmosfer. TW-853 adalah Tower
berpacking dengan jenis teralette terbuat dari PVC yang tahan terhadap suhu
tinggi.
Seksi packing terdiri 2 bagian dengan volume masing-masing. Larutan soda
kaustik diumpankan ke bagian atas TW-853 dan dikontrol laju alirnya dengan
Na2SO3 di dalam LM-851 sebagai agent pereduksi. Na2SO3 juga diumpankan ke
TW-853 bersama-sama dengan soda kaustik dengan tujuan menguraikan natrium
hipoklorit yang merupakan hasil reaksi antara klorin dengan soda kaustik.
Gambar 3.13 Process Flow Diagram Incinerator and I-HCl Section (Section
800)
(Sumber:VCM-2, 2013)
50
Tower absorbsi merupakan absorber gas jenis co-current berpendingin air
(WKS) tipe shell and tube. Tower ini terbuat dari grafit yang tahan terhadap HCl
yang mengandung organik. Produk HCl dari Tower Absorbsi dikirim ke
Penampung Crude HCl (VE-861) untuk selanjutnya diumpankan ke bagian atas
Tower Stripping (TW-863) yang berjenis packing dengan ketinggian 3 m dan
menggunakan jenis pall ring. Udara dari BL-5861 diumpankan ke dalam Tower.
Selain itu, steam bertekanan rendah diumpakan untuk menyerap gas klorin yang
tersisa. Gas inert dari Tower Absorbsi (TW-861) dan udara dari Tower Stripping
(TW-863) yang mengandung pengotor diumpankan ke TW-862. Gas HCl
diabsorb dengan WD dan gas buangan akhirnya diserap di TW-864. NaOH
diinjeksikan ke dalam TW-864 untuk menetralkan HCl yang tersisa dalam gas
buangan. Keluaran dari TW-864 dalam bentuk gas dibuang ke atmosfer sementara
dalam bentuk cair dikirim ke PT-601.
HCl keluaran TW-863 yang telah dipisahkan dari zat pengotor
berkonsentrasi 33,5 + 0,5 % berat dipompa oleh PU-862 ke Filter Karbon (VE-
5852). VE-5852 merupakan kolom berpacking yang terisi karbon aktif. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan klorin di dalam Crude HCl. Keluaran VE-852
dikirim ke Iron Removal (VE-853). Tujuannya untuk menghilangkan besi yang
ada dalam Crude HCl. Setelah dimurnikan, Crude HCl dikirim ke penampung
produk HCl (VE-852) melalui Filter Produk HCl (FL-851). Filter ini memakai
cartridge untuk menangkap padatan tersuspensi. HCl disimpan di dalam VE-802
sebagai produk HCl 33%.
51
Gambar 3.14 Process Flow Diagram MC-HCl Section (Section 800)
(Sumber:VCM-2, 2013)
52
3.8.2 Tangki Penyimpanan Etilen
Etilen merupakan bahan baku untuk membuat EDC. Etilen cair ini di
suplai dari Timur Tengah melalui kapal laut (Unloading) dan dari PT Candra
Asri melalui pipa permanen. Sebelum melakukan aktivitas Unloading biasanya
jalur yang akan dipakai harus dilakukan cooling down untuk mencegah terjadi
perubahan temperatur ekstrim sehingga bisa berakibat pipa crack.
Etilen cair disimpan di ST-921 yang berkapasitas 9.000 ton (15.000 m3)
pada temperatur -104oC dan tekanan sekitar 600 mmH2O. ST-921 mempunyai
diameter 32.000 mm dan tinggi 24.000 mm serta untuk menjaga temperatur etilen
tetap dingin digunakan serbuk perlite sebagai insulatornya yang disimpan
disekeliling tanki diantara 2 dinding. Walaupun ST-921 sudah menggunakan
perlite sebagai insulator, tetapi sebagian etilen sekitar 451 kg/h akan menguap
sebagai Boil Of Gas karena pengaruh dari panas sekitarnya.
Untuk menjaga agar tekanan stabil, ST-921 vapor sidenya di balancing
dengan ST-101 (Tangki Etilen VCM-1) dan BOG yang terbentuk di sucking oleh
CO-103 selanjutnya di gunakan sebagai umpan ke DC Reaktor (RE-101). Jika
kondisi Plant VCM-1 dan VCM-2 shutdown (Reactor DC dan OC) maka untuk
menjaga tekanan di ST-921 , BOG yang terbentuk dicairkan kembali sebagai
etilen cair menggunakan CO-101 dan CO-102.
Etilen cair bertemperatur -104oC dipompakan oleh Ethylene Feed Pump
(PU-921) yang berkapasitas 33 m3/h ke Cryogenic Heat Recovery Exchanger
(HE-925) dan juga ke Ethylene Vaporozer (HE-922) untuk dipanaskan sampai
-41oC. Biasanya HE-922 pasti digunakan saat mulai start up Reactor DC dan
VCM cracking belum jalan atau pada kondisi VCM cracking minimum load.
Etilen cair -104oC dipanaskan di HE-922 menggunakan media metanol. Metanol
dipanaskan oleh SLP. Kapasitas HE-922 hanya mampu sampai 40% load DC
Reaktor atau sekitar 3900 kg/h etilen.
Jika VCM cracking sudah jalan, HE-925 bisa digunakan untuk
memanaskan etilen dimana kapasitasnya besar bahkan bisa mencover kebutuhan
etilen untuk Reactor DC dan Reactor OC. HE-925 merupakan HE economizer
yaitu memanaskan etilen cair dari -104oC menjadi -43,1oC oleh gas HCl dari
kolom destilasi TW-501. Gas etilen dengan temperatur -43,1oC akan dipanaskan
53
lagi oleh metanol di Ethylene Superheater (HE-923) hingga suhu 40oC. Setelah itu
gas etilen ditampung di Ethylene holder (VE-922) untuk selanjutnya siap
diumpankan ke Reaktor DC dan Reactor OC sesuai kebutuhan proses. Metanol
digunakan sebagai media pemanas di HE-923 dan akan dipanaskan kembali oleh
SLP di HE-924 sebelum disirkulasikan kembali ke HE-923.
Secara keseluruhan sistem proses pada seksi klorinasi langsung adalah
sebagai berikut:
VCM Storage
VCM
54
BAB IV
55
56
Tabel 4.1 Data Reaktor yang Terdapat Pada Departemen VCM-2
Jenis Bahan
No Kode Alat Nama Alat Fungsi Alat Kondisi Design
Kontruksi
Memproduksi EDC (99%)
T: 110oC
dengan reaksi direct
Direct Chlorination chlorination antara gas klorin
Stainless P: 2,5 Kg/cm2G
1 RE - 101 Reactor (Reaktor dan gas etilen pada mother
Steel304L
DC) liquor berupa liquid ethylene
Flow rate gas klorin : 12
dichloride (EDC) yang
kgmol/m3h
ditambahkan katalis FeCl3
57
Tabel 4.2 Data Furnace yang Terdapat Pada Departemen VCM-2
No Kode Alat Nama Alat Tipe Fungsi Alat Kondisi Design
Konversi EDC: 55%
Box Type Perengkahan EDC menjadi
FU-401 dan
1 Furnace Double Fired VCM. Rekasi perengkahan
FU-402 Absorpsi Panas: 23,83
Horizontal Tube mulai terjadi pada suhu 371 oC.
Mmkcal/hr
(Sumber: VCM-2, 2016)
58
DC vent.
Menurunkan kandungan air pada
T: 110oC
5 TW-301 Dehydrator SXF Valve Tray produk EDC hingga maksimal 10
P: 2,5 Kg/cm2G
ppm.
SXF Valve Tray T: 110oC
6 TW-302 Kolom Light End Memisahkan komponen light end
(64 Trays) P: 2,5 Kg/cm2G
Memisahkan HBC dari umpan EDC
yang berasal dari Kolom Light End ,
SXF Valve Tray Kolom EDC Recovery, Dehydrator T: 110oC
7 TW-303 Kolom EDC
(40 Trays dan Kolom Heavy End sehingga P: 2,0 Kg/cm2G
kualitasnya sesuai untuk masuk
furnace
Memisahkan sisa EDC yang masih T: 110oC
Kolom Recovery Ballast Tray (30
8 TW-304 terbawa dari produk bawah kolom P: 2,0 Kg/cm2G
EDC Trays)
EDC. P: -0.6 Kg/cm2G
Mendinginan gas hasil perengkahan T Upp: 300oC
9 TW-401 Quencher EDC Ellipsodial pada furnace secara cepat serta T Low: 500oC
memisahkan fasa uap dan cairan P: 30 Kg/cm2G
T Upp: -24oC
Valve Tray (60 Memisahkan HCl yang terbawa dari
10 TW-501 Kolom HCl T Low: 180oC
Trays) unit quencher perengkahan EDC.
P: 16 Kg/cm2G
11 TW-502 Kolom VCM No. 1 Valve Tray (80 Menghilangkan EDC dan komponen T: 180oC
59
Trays) berat dari produk mentah VCM. P: 8,5 Kg/cm2G
Menghilangkan HCl, komponen
T: 100oC
12 TW-503 Kolom VCM No.2 Valve Tray ringan dan moisture dari produk
P: 8,0 Kg/cm2G
mentah VCM
Memisahkan EDC dari limbah cair,
T: 135oC
13 TW-602 Stripper Air Proses Packing Column dan steam bertekanan rendah 0,5
P: 2,5 Kg/cm2G
kg/cm2G yang berasal dari (VE-5703)
Menanggulangi gas buangan yang
masih banyak mengandung senyawa
organik (EDC, VCM, LBC) dan T: 100oC
14 TW-604 Scrubber Darurat Packing Column
anorganik (Gas HCl) pada saat Start- P: 2,5 Kg/cm2G
Up, shut down, ataupun saat keadaan
darurat.
T Tube: 150oC
Shell and Tube/ Mengabsorbsi panas gas HCl oleh WD
15 TW-861 Kolom Absorbsi T Shell: 60oC
Graphite untuk menghasilkan HCl 36%.
P: 7 kg/cm2G
Mengabsorbsi panas gas HCl oleh WD T: 100oC tube
16 TW-862 Kolom Ekor Packing Column
untuk menghasilkan HCl 36%. P: 1 kg/cm2G
Menghilangkan organic pengotor dari
T: 60oC tube
17 TW-863 Kolom Stripping Packing Column HCl yang belum murni (VE-5861)
P: 1 kg/cm2G
dengan cara distrip secara aerasi
18 TW-864 Absorber Limbah Packing Column Menyerap gas buangan T: 40oC tube
60
Gas P: 0,5 kg/cm2G
(Sumber: VCM-2, 20....)
61
4.2 Sistem Instrumentasi Departemen VCM-2
Di dalam suatu industri, sistem instrumentasi memiliki peran penting dalam
pengukuran dan pengendalian suatu proses di Plant. Sistem instrumentasi juga
mempermudah industri dalam mengontrol dan mengetahui jika terjadi masalah
atau kesalahan di plant.
a. Instrumentasi Lapangan
Alat-alat instrumentasi yang pengontrolannya dilakukan di lapangan dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Instrumentasi Lapangan
No Kode Alat Nama Alat
1 FT Flow Transmiter
2 FCV Flow Control Valve
3 LG Level Glass
4 LT Level Transmitter
5 LCV Level Control Valve
6 PG Pressure Gauge
7 PT Pressure Transmitter
8 PCV Pressure Control Valve
9 TG Temperature Glass
10 TE Temperature Elemen
Temperature Control
11 TCV
Valve
62
12 AT Analizer Transmitter
13 PSV Pressure Safety Valve
(Sumber: VCM, 2016)
b. DCS
Alat ukur yang dikontrol oleh DCS dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.4 Instrumentasi DCS
No Kode Alat Nama Alat
1 FI Flow Indikator
2 FIC Flow Indikator Control
3 FX Flow Deviasi
4 LI Level Indikator
5 LIC Level Indikator Control
6 LX Level Deviasi
7 PI Pressure Indikator
8 PIC Pressure Indikator Control
9 PX Pressure Deviasi
11 TIC Temperature Indikator Control
12 TX Temperature Deviasi
13 AI Analizer Indikator
14 AIC Analizer Indikator Control
15 SOV Sut Off Valve
(Sumber: VCM-2, 2016)
Dalam mempermudah penyebutan dan pengidentifikasian suatu alat maka
peralatan dan instrumentasi menggunakan tag number. Angka pertama
menunjukan unit/seksi proses tempat alat tersebut berada. Angka selanjutnya
menunjukan identifikasi variabel yang diamati dan angka terakhir menunjukan
nomor alat. indikasi variabel mempunyai angka klasifikasinya sendiri, yaitu:
1) Laju alir adalah angka 0-1;
2) Ketinggian (level) adalah angka 2-3;
3) Tekanan adalah angka 4-5;
4) Temperatur adalah angka 6-7;
5) Konsentrasi adalah angka 8-9;
Penomoran indikasi variabel dengan bilangan ganjil terdapat di lapangan
sedangkan untuk bilangan genap menunjukan indikator yang dapat dimonitor di
ruang kontrol melalui DCS.
63
c. Ruang Kontrol
Ruang kontrol (Control Room) adalah suatu ruangan untuk mengendalikan
proses produksi yang sedang berjalan di plant. Di ruang control inilah berbagai
variabel-variabel yang diukur bisa diketahui secara langsung dan mempermudah
proses pengawasan jika terjadi suatu masalah atau gangguan pada suatu peralatan
produksi atau instrumentasi.
d. Laboratorium
Laboratorium berfungsi untuk menganalisa produk setelah proses produksi
sebagai sistem pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan. Hal ini
bertujuan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang
diperlukan. Adapun peralatan yang digunakan untuk mengendalikan mutu produk
adalah sebagai berikut:
1) Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS);
2) Inducted Couple Plasma Spectrophotometer (ICPS);
3) Gas Chromatography (GC);
4) Oil Contentmeter;
5) Ion Chromatography;
6) Methanizer;
7) Moisturemeter;
64
BAB V
UTILITAS
Sumber air yang digunakan oleh PT Asahimas Chemical adalah air yang
didapatkan dari PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), air tanah (deep well), dan
65
air laut. Air yang menjadi bahan baku di PT. Asahimas Chemical harus memenuhi
syarat dan kualitas seperti yang terdapat pada Tabel 5.2.
Komponen Kadar
SiO2 52 ppm
Suspended Solid 1 ppm
pH 6,5 - 9
(Sumber: Utilitas, 2016)
66
Air Demineralisasi (WD) merupakan air yang tidak mengandung mineral-
mineral terlarut seperti Ca2+, Mg2+, Na+, dan logam-logam lainnya. Kapasitas
tangki penampung air demineral yang berada di PT Asahimas Chemical adalah
900 m3 dan 1000 m3. Proses untuk pembuatan air demineral menggunakan
bahan baku air industri, air industri tersebut kemudian dimasukan ke dalam
cation exchanger, degasifier (decarbonator), dan terakhir adalah anion
exchanger.
Tahap akhir adalah memasukan air kedalam anion exchanger. Tahap ini
-
akan mampu menghilangkan ion- ion OH yang ada di dalam air. Sehingga akan
didapatkan WD.
Parameter Persyaratan
Konduktifitas
Maks 5μS/cm
elektrik
Kadar Silika Maks 5 ppm
pH 6-9
67
Kelarutan Oksigen < 0,1 ppm
(Sumber: Utilitas, 2016)
68
5.2.2 Air of Instrument (AI)
Air of instrument atau udara instrumen merupakan udara bertekanan yang
telah dikeringkan atau dihilangkan kandungan airnya dan digunakan untuk
keperluan instumen pada suatu pabrik. Pada PT Asahimas Chemical, sebagian
besar udara instrumen digunakan pada sistem pengendalian control valve,
sedangkan sisanya digunakan sebagai udara pengering pada media pengering
(dryer).
5.3.1 Deaerator
Deaerator merupakan alat industri kimia yang berguna untuk
menhilangkan kandungan gas-gas terlarut dalam air seperti oksigen. Air pengisi
dearator sendiri merupakan WD. WD yang telah diproses dalam deaerator
disebut sebagai Boiler Feed Water (BFW).
Proses penghilangan oksigen diawali dengan mengumpankan WD ke
dearator melalui bagian atas deaerator lalu dilakukan chemical eliminax
(hydrazin) yang berfungsi sebagai oxygen scavenger dan kalgen yang dapat
menaikan pH menjadi basa.
Selain itu, pada deaerator juga dilewati oleh steam low pressure (SLP)
dengan tujuan untuk menjaga suhu dari air yang nantinya akan menjadi boiler
feed water (BFW). pH dijaga pada kondisi basa karena jika air air berada pada
kondisi asam dapat mengakibarkan korosi pada perpipaan. Tekanan dalam
deaerator dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer karena jika tekanan dalam
69
deaerator sama atau lebih kecil dari tekanan lingkungan sekitar, maka oksigen
yang terdapat dalam deaerator tidak dapat dibuang ke atmosfer.
Reaksi yang terjadi didalam deaerator:
N2H4 + O2 2H2O + N2...........(5.4)
Nitrogen yang terbentuk akan di-purge ke atmosfer, sedangkan airnya akan
bercampur menjadi boiler feed water.
5.3.2 Boiler
Boiler seperti diketahui merupakan sarana pendukung yang digunakan
untuk mendapatkan uap atau steam. Hasil yang didapatkan dari proses
pembuatan steam yang ada di PT. Asahimas Chemical adalah sebagai berikut:
a) Steam high pressure (SHP), dengan tekanan 14-16 kg/cm2G
b) Steam medium pressure (SMP), dengan tekanan 11-11,5 kg/cm2G
c) Steam low pressure (SLP), dengan tekanan 4- 4,5 kg/cm2G
d) Steam low-low pressure (SLLP), dengan tekanan 0,1-2 kg/cm2G
Jumlah boiler yang berada di PT. Asahimas Chemical sampai sejauh ini
ada tiga unit. Satu unit merupakan coal boiler dengan kapasitas 60 ton/jam dan
dua unit lain merupakan water tube boiler dan package tube boiler dengan
kapasitas 45 ton/jam.
70
Kemudian dilakukan kembali penyaringan dengan striner untuk menyaring
kotoran dengan ukuran yang sangat kecil, agar tidak menyumbat pada heat
exchanger.
71
Dikarenakan mutu dari air pendinginannya cukup baik, sehingga dapat
menyebabkan usia dari semua alat penukar panas menjadi lebih panjang,
dikarenakan kecilnya masalah korosi yang mungkin timbul. oleh karena air
pendinginannya akan didinginkan dengan pertukaran panass secara tertutup, hal
ini akan lebih menghemat bahan baku (WD) dibandingkan memakai Cooling
Tower.
72
yang berfungsi untuk mengkompresi sisa-sisa gas yang tidak terkondensasi,
dimana sebuah pendingin di bagian suction dipasang. Sebagai sarana penunjang
dalam memudahkan pengoperasiannya, disediakan pula pompa khusus untuk
pengisian oli dan make-up ke vessel penampung. Sebagai tambahan jika
diperlukan untuk pem-vacuum-an sistem ini sebelum mulai pengisian oli dan
propilen, disiapkan sebuah pompa vacuum.
5.5.1 Liquid Petroleum Gas (LPG) and Liquid Natural Gas (LNG)
Sumber dari LPG yang digunakan oleh PT. Asahimas Chemical adalah
dari Pertamina. Sebelum digunakan oleh user, LPG yang diperoleh ini diubah
fasenya menjadi fase gas, perubahan fase ini dilakukan agar penggunaan oleh
user menjadi lebih mudah. Kondisi pada saat akan digunakan oleh user, tekanan
yang dimiliki oleh LPG adalah sekitar 2,5-3 kg/cm2G.
Selain penggunaan LPG, terdapat juga penggunaan natural gas yang
dikirim dari Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui pipa bawah tanah.
5.5.3 Coal
Coal (Batu bara) yang ada di PT. Asahimas Chemical digunakan untuk
keperluan coal boiler. Beberapa supplier yang dimiliki oleh PT. Asahimas
73
Chemical adalah sadikun, garda tama, dan MPA. Tempat penyimpanan batu
bara yang ada di PT. Asahimas Chemical memiliki kapasitas sebesar 2000 ton.
74
BAB VI
MANAJEMEN INDUSTRI
75
Beroperasi selama 24 jam sehari, PT Asahimas Chemical memperkerjakan
lebih dari 1.300 orang karyawan yang mayoritas berasal dari lingkungan sekitar
perusahaan, termasuk dari daerah Cilegon dan Serang, Banten. Hal ini
dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan kepedulian sosial terhadap lingkungan
masyarakat secara terus menerus, disamping menjalankan program padat karya,
pembangunan puskesmas, pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi, dan
menyediakan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, dll.
Di bidang mutu PT Asahimas Chemical telah meraih sertifikat ISO 9001,
sedangkan di bidang lingkungan PT Asahimas Chemical telah meraih sertifikat
ISO 14001, dan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja PT Asahimas
Chemical juga telah meraih sertifikat OHSAS 18001 serta menerapkan sistem
manajemen K3 (SMK3). Semua pencapaian ini membuktikan komitmen PT
Asahimas Chemical terhadap kualitas produknya demi meningkatkan kepuasan
pelanggan, pelestarian lingkungan hidup demi terjaganya kualitas lingkungan di
masa depan serta terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja karyawan dan orang
lain yang bekerja untuk dan atas nama PT Asahimas Chemical.
76
6. Kepala Seksi (Section Chief)
7. Staff, termasuk Shift Leader
8. Operator / Teknisi
Pemegang jabatan di dewan komisaris dan dewan direktur merupakan para
wakil pemegang saham di PT Asahimas Chemical.
3. Perjalanan dinas
4. Sistem pengupahan
5. Pemeliharaan kesehatan
6. Keselamatan dan kesehatan kerja
7. Jaminan sosial dan kesejahteraan
8. Pendidikan dan latihan
9. Tata tertib kerja
10. Dan lain-lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bekerja.
77
6.4 Kebijakan Perusahaan di Bidang Mutu, Lingkungan, dan Kesehatan &
Keselamatan Kerja
Sebagai perusahaan multinasional yang sangat peduli terhadap masalah
kualitas produk, pelestarian lingkungan dan kesehatan serta keselamatan kerja
seluruh karyawan, PT Asahimas Chemical mempunyai visi dan misi yang
tertuang di dalam kebijakan kesehatan & keselamatan kerja, lingkungan dan mutu
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi resiko kesehatan dan keselamatan kerja, dampak lingkungan
dan mengambil tindakan untuk mencegah kecelakaan kerja dan pencemaran
lingkungan.
2. Mengelola energi dan sumber daya alam sebagai bentuk kontribusi terhadap
pelestarian lingkungan.
3. Memproduksi dan menjamin produk bermutu tinggi dan layanan prima untuk
memenuhi kepuasan pelanggan.
4. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan terkait dan persyaratan lain
yang berlaku.
78
Untuk memenuhi Undang-undang tersebut, PT Asahimas Chemical
menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang mengacu kepada PER
05/MEN/1996 dan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) yang didasarkan pada PER 04/Men/1987 di mana Departemen
Safety & Health bertindak sebagai sekretariatnya.
Untuk itu dibuat beberapa program kegiatan keselamatan dan kesehatan
kerja, yang masing-masing kegiatan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dan
melibatkan seluruh pihak, antara lain:
a. Safety management committee meeting (SMCM) yang merupakan rapat
bulanan manajemen untuk membahas laporan kecelakaan kerja serta safety
performance selama sebulan dan member arahan pelaksanaan program K3;
b. Safety coordinator meeting yang merupakan forum komunikasi para safety
coordinator lintas departemen untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan K3;
c. Joint safety patrol (JSP) sebulan sekali dan regular joint patrol (RJP) setiap
hari 2 kali (jam 10.00 dan 15.00) untuk mencari tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman di area kerja serta potensi pencemaran yang ada agar
dapat diambil tindakan perbaikan;
d. Emergency response drill untuk melatih ketrampilan karyawan dalam
menghadapi kejadian darurat, dilakukan sebulan sekali (level 1–tingkat
departemen) dan setahun sekali (level 2–tingkat pabrik);
e. Safety orientation yang merupakan pemberian materi tentang safety and
environment kepada business partner (kontraktor), dengan agar mereka tahu
bagaimana cara bekerja secara aman, mengetahui apa yang harus dilakukan
bila terjadi keadaan darurat, dan dapat menilai potensi bahaya di area
kerjanya serta tidak mencemari lingkungan.
Dalam hal kesehatan kerja, juga dilakukan beberapa kegiatan yang bertujuan
memantau kondisi lingkungan kerja dan kesehatan karyawan, antara lain walk
through survey (WTS) dengan maksud mengidentifikasi potensi bahaya fisika,
kimia, dan biologi yang dapat mengganggu kesehatan pekerja di tempat kerja,
pengukuran parameter lingkungan kerja, pemeriksaan kesehatan karyawan
tahunan (medical check up), dan pelatihan tentang hygiene industri untuk
79
membangun kesadaran kepada semua karyawan untuk bekerja dengan baik dan
benar,terutama dalam penanganan bahan kimia.
80
BAB VII
Lokasi dan tata letak pabrik merupakan salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pembangunan pabrik. Lokasi pabrik yang strategis
ditentukan berdasarkan ketersediaan sumber energi dan utilitas lainnya,
keterseediaan bahan baku, tenaga kerja, peluang pasar, dan sarana transportasi
atau pengangkutan. Lokasi dan tata letak pabrik yang strategis dapat
menguntungkan industry seperti PT. Asahimas Chemical yang berdiri di lokasi
yang strategis.
81
Adapun tata letak plant di PT Asahimas Chemical adalah sebagai berikut.
b) Electricity Station
Electricity station terletak di sebelah kanan gerbang pintu utama PT
Asahimas Chemical. Electricity station dijauhkan dari Pabrik VCM dan Pabrik
82
PVC untuk menghindari gas yang dapat menyebabkan kebakaran jika ada
percikan api.
d) Pabrik VCM
Lokasi pabrik VCM ini terletak dekat dengan Technical Building dan Pabrik
PVC. Pabrik VCM memiliki tiga pabrik (plant). Pabrik VCM-1 terletak didekat
Technical Building 1 dan Pabrik VCM-2 terletak di dekat Technical Building 2.
Pabrik VCM-3 terletak di sebelah timur dari Pabrik VCM-2.
e) Pabrik PVC
Lokasi ini merupakan lokasi yang paling luas dari keseluruhan lokasi PT
Asahimas Chemical. PVC memiliki empat pabrik (plant). Lokasi Pabrik PVC-1
dan PVC-2 terletak di sebelah barat Pabrik VCM-1, Pabrik PVC-3 terletak
disebelah selatan pabrik PVC 1 dan 2, dan lokasi pabrik PVC-4 terletak pada barat
daya pabrik VCM-2. Pabrik PVC diletakkan dekat dengan pabrik VCM untuk
memudahkan transportasi bahan baku dari pabrik VCM. Di sebelah timur terdapat
gudang penyimpanan PVC.
83
Tempat parkir kendaraan (Vehicle Parking) baik angkutan karyawan
maupun kendaraan staff terletak di depan kantor keamanan di dekat pintu gerbang
satu (Gate-1) dan pintu gerbang tiga (Gate-3).
i) Gudang (Warehouse)
Letak gedung berdekatan dengan power station yang terletak di pinggir
jalan raya Cilegon-Anyer, dekat north gate agar mudah untuk jalur dari jalan raya.
84
BAB VIII
Gambar 8.1 Diagram Blok Seksi Pengolahan Air Limbah (Seksi 800)
(Sumber: VCM-2, 2013)
85
301) di dalam Tangki pencampur (VE-601). Maka Tanki Pencampur (Mixer
Tank) dibuat dari bahan anti korosi (lapisan VDF). Agitator digunakan untuk
mendapatkan pencampuran yang efektif. Kondisi basa pada tangki ini harus dijaga
dalam rentang pH 10-11 dan dimonitor dengan pH meter. Jika buangan waste
alkalis tidak mampu untuk menjaga kondisi basa tersebut, maka larutan kasutik
dari (VE-721) akan ditambahkan secara otomatis. Setelah proses pencampuran,
limbah pada bagian atas kolom (air) akan dialirkan ke Pit OC (PT-601) yang
selanjutnya akan di treatment di Water Process Stripper (TW-602), sedangkan
bagian bawah kolom dialirkan ke OC No. 2 Decanter (VE-205) dengan pompa Pit
EDC OC (PU-604) satu kali sehari untuk diolah kembali di seksi 300 EDC
Purification Column.
2. Pit OC (PT-601)
Pit OC terdiri dari beberapa ruangan dengan kapasitas total sebesar 409.5
m3 dengan kapasitas aktual pada level normal adalah sebesar 185-205 m3.
PT-X602 PIT
VENT
VE-X601
S1 S2 S3 S4
P1 P2 P4
P3
PU-X604 pH
EJ-X601 PU-5602 LI
PU-X602 NaOH
VE-X301 VE-X602
TW-X602
BTM
Gambar 8.2 Sketsa Pit OC
(Sumber: VCM-2, 2013)
86
Larutan basa dari Mixer Tank dialirkan ke ruangan S2 dimana sebagian
besar dari padatan terdapat dalam cairannya dan EDC dalam alirannya dapat
dipisahkan. Bahan-bahan yang mengapung seperti oli dapat disaring di Kolektor
Skim Ruangan S2 di desain sedemikian rupa sehingga cukup waktu untuk
mengendapkannya. Ruangan berikutnya yaitu P2 berfungsi untuk pengendapan
lebih lanjut dan untuk menyediakan cukup ruang untuk fluktuasi dari air yang
mausk sehingga Stripper Air Proses (TW-602) dapat beroperasi secara stabil. Dari
ruangan P4, limbah air akan diumpankan ke Stripper Air Proses (TW-602).
Ruangan P4 dan S4 terhubung melalui celah berukuran 600 x 600 mm. Cairan
yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan mengalami overflow dari S2
menuju ke S3; S4; dan kemudian berakhir di P4 yang kemudian dialirkan menuju
Process Water Stripper dengan menggunakan pompa.
87
4. Srubber Emergency (TW-604)
Scrubber berfungsi untuk menanggulangi gas buangan yang masih banyak
mengandung senyawa organic seperti EDC, VCM, LBC dan anorganik seperti gas
HCl terutama yang berasal dari seksi EDC Cracking saat Start-Up, shut down,
ataupun saat keadaan darurat. Fungsi lain dari scrubber yaitu untuk menangani
buangan gas yang tidak kontinyu, seperti gas-gas dari katup pengaman, dan gas
HCl dari seksi VCM Purification. Alat pada sistem scrubber didesain agar dapat
beroperasi dalam kondisi asam maupun basa. Scrubber didesain untuk menangani
tiga macam kondisi operasi sebagai berikut :
a. Operasi Normal
Pada kondisi normal, Scrubber Emergency Pit harus dijaga kondisi pada
level yang cukup rendah karena berhubungan dengan Pit OC dimana level Pit OC
juga harus dijaga cukup rendah sekitar 40% agar dapat mengumpankan air limbah
ke Stripper limbah cair (TW-602) kemudian akan diolah kembali ke WWT. Level
Scrubber Emergency Pit harus dijaga serendah mungkin, agar didapat ruang yang
seluas mungkin jika kondisi emergency terjadi
b. Keadaan Darurat
Pada keadaan darurat seperti PSV dari TW 501/02 bekerja atau pabrik shut
down karena listrik mati, gas HCl yang terbuang dari seksi VCM sistem harus
mampu diatasi di Emergency Scrubber. Berdasarkan desainnya, Pit-603 akan
luber dalam jangka waktu 15 sampai dengan 19 menit (tergantung dari sumber gas
buangannya). Maka kondisi darurat pembuangan HCl harus dapat diatasi dalam
jangka waktu 10 menit.
88
dihubungkan dengan scrubber. Pit Scrubber Emergency (PT-603) didesain untuk
mampu menerima air hasil dari penyerapan untuk sementara, selain itu juga untuk
menangani buangan gas yang tidak kontinyu seperti gas-gas yang berasal dari
valve pengaman, disk pengaman dalam kondisi asam dan juga gas HCl dari seksi
500.
89
8.2 Seksi Pengolahan Limbah Lanjutan
Limbah yang dihasilkan oleh PT Asahimas Chemical terdiri dari tiga jenis,
yakni limbah cair, limbah gas, dan limbah padat. Masing-masing jenis limbah
memerlukan penanganan yang berbeda, maka PT Asahimas Chemical membagi
pengolahan limbah menjadi tiga bagian, antara lain:
a) Unit pengolahan limbah cair
b) Unit pengolahan limbah padat
c) Unit pengolahan limbah gas
Penanganan limbah yang dilakukan oleh PT Asahimas Chemical
dilakukan dengan mutu lingkungan ISO 14001. Standar effluent dapat dilihat pada
Tabel 8.1 berikut ini:
Tabel 8.1 Kualitas Limbah
Kategori Besaran Unit
pH 6,0-9,0
Suspended Solid (SS) 50 mg/l
Cu 3 mg/l
Fe 10 mg/l
Biochemical Oxygen mg/l
150
Demand (BOD)
Chemical Oxygen Demand mg/l
300
(COD)
KarbonTetraklorida (CCl4) 0.02 mg/l
Etilen Dicloride (EDC) 10 mg/l
Tri Kloro Etilen (TCE) 0.06 mg/l
TRI 0.3 mg/l
PER 0.1 mg/l
(Sumber: Utilitas, 2016)
90
8.2.1 Unit Pengolahan Limbah Cair
Unit pengolahan limbah cair atau waste water treatment merupakan unit
yang bertujuan untuk mengatur agar kondisi limbah yang dibuang ke lingkungan
oleh PT Asahimas Chemical telah memenuhi nilai ambang batas yang disyaratkan
oleh pemerintah. Secara umum, proses pengolahan air limbah yang ada di PT
Asahimas Chemical dibagi menjadi empat jenis pengolahan, empat jenis
pengolahan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Organic Treatment
Pengolahan organik yang ada di PT Asahimas Chemical dilakukan dengan
cara aerasi dan distilasi. Proses pengolahan pada unit aerasi dilakukan dengan cara
melakukan bubbling waste water menggunakan udara luar dengan bantuan
blower. Sedangkan pada proses distilasi, dilakukan dengan memberikan steam
bersuhu 90°C-103oC dan bertekanan rendah (SLP). Proses ini dilakukan untuk
memisahkan zat organik terlarut yang ada di limbah cair untuk selanjutnya akan
dibuang atau digunakan kembali ke departemen VCM.
b) COD Treatment
Proses COD treatment bertujuan untuk melepaskan oksigen yang terikat
pada zat-zat pada waste water. Pengolahan COD yang berada di PT Asahimas
Chemical dilakukan dengan cara menambahkan NaClO 10-12%.
c) Cu Treatment
Pengolahan pada Cu treatment bertujuan untuk mengolah limbah yang
berupa logam Cu yang berasal dari katalis CuCl3 yang berasal dari Departemen
VCM. Pengolahannya dilakukan dengan menambahan koagulan atau flokukan
sejenis polymer aid pada waste water untuk memudahkan pengendapan Cu.
d) pH Adjustment
Pada tahapan ini dilakukan penetralan pada waste water yang berada pada
suasana terlalu asam atau terlalu basa. Penetralan dilakukan dengan
menginjeksikan HCl 19% atau HCl 33% ke dalam air limbah yang terlalu basa
dan menginjeksikan NaOH 20% pada air limbah yang terlalu asam.
91
Berdasarkan asal dan komposisi limbahnya, limbah cair yang ada
dikelompokan menjadi tujuh line, yaitu:
1) Line 1
Limbah pada line 1 (Air Tanah / Ground Water) berasal dari air hujan dan
air tanah yang ada di sekitar PT Asahimas Chemical. Pengolahan pada line 1 ini
dilakukan dengan cara aerasi untuk menghilangkan kandungan organiknya.
Kandungan yang berada pada line 1 ini didominasi oleh kandungan senyawa
organik seperti EDC, VCM, trikloroetilen dan lain lain dengan konsentrasi kurang
lebih 50 ppm.
2) Line 2
Kondisi pada limbah yang berasal dari VCM-1 memiliki tingkat keasaman
kurang lebih 12, konsentrasi COD 1800 ppm, Cu 23 ppm, senyawa organik 49
ppm, serta suspended solid 1073 ppm. Akibat dari keberagaman kandungan
tersebut, pengolahan pada line 2 harus dilakukan dengan beberapa pengolahan,
yakni organik treatment, Cu treatment dan COD treatment.
3) Line 3
Kandungan senyawa pengotor yang ada pada line 3 (WD regenerant)
kurang lebih hanya 3 ppm, dengan kandungan COD kurang lebih 20 ppm, dan pH
sekitar 11,5. Berdasarkan kondisi tersebut, maka hanya perlu dilakukan proses pH
adjustment.
4) Line 4
Kondisi limbah pada line 4 ini memiliki kandungan limbah organik kurang
lebih 300 ppm, suspended solid 265 ppm, dan COD 50.4 ppm. Tingkat
keasamannya sendiri berada pada kondisi asam. Berdasarkan kandungan tersebut,
maka pengolahan yang harus dilakukan adalah pH adjustment, clarifying process,
dan organic treatment.
5) Line 5
Pada line 5 (limbah HCl 19%, SWI (solid waste incinerator), air HCl
scrubbing pembakaran) memiliki kandungan Fe, SS, dan Cu kurang lebih 605
ppm. Proses pengolahan pada line 5 adalah proses netralisasi sebab waste water.
Pengolahannya sendiri dilakukan dengan cara Cu treatment dan proses clarifying.
92
6) Line 6
Line 6 merupakan waste water yang berasal dari Departemen C/A I, II yang
berupa slurry dengan komposisi didominasi oleh COD dengan konsentrasi lebih
dari 700 ppm dan ada senyawa lain berupa garam, seperti NaCl, NaHCO3, dan
Na2SO4 dalam suasana basa. Proses pengolahannya sendiri dilakukan dengan
netralisasi dan dewatering.
7) Line 7
Waste water pada line 7 berasal dari VCM-2 sama seperti pada line 2, hanya
saja kandungan COD pada line 7 lebih tinggi dibanding pada line 2. Proses
pengolahannya pun sama seperti yang ada pada di line 2.
93
HCl akan mengalami proses quenching sehingga gas HCl berubah menjadi liquid
yang kemudian diabsorbsi untuk memisahkan limbah gas dan limbah cairnya.
94
DAFTAR PUSTAKA
95