akan kebutuhan sarana hunian yang handal dalam menahan beban gempa
kekuatan struktur dari bangunan yang direncanakan dengan peraturan gempa yang
lama, apakah dapat memenuhi persyaratan peraturan yang baru atau tidak.
gambaran atau tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya bila bangunan
sebagainya.
memiliki tingkat daktilitas yang tinggi, yaitu mampu menerima mengalami siklus
respons inelastis pada saat menerima beban gempa rencana. Pendetailan dalam
daerah Semarang dengan tinggi lantai 1 dan lantai 2 adalah 4 m, lantai 3 yaitu 3,9
m, serta tinggi atap yaitu 3,5 m. Denah struktur eksisting untuk lebih jelasnya
kolom, dan pelat. Proses evaluasi dilalukan setelah permodelan elemen struktur
4.1.3 Material
rangka pipa dan galvalum. Pendefinisian material dilakukan pada program SAP
2000. Beton yang terpasang memiliki mutu beton f’c 24,9 MPa, serta mutu baja
tulangan fy 390 MPa (ulir) dan baja fy 240 (polos). Rangka pipa pada atap
beton bertulang. Pelat beton bertulang digunakan sebagai pelat untuk pelat lantai.
4.1.5 Pondasi
memberikan kekangan translasi dan rotasi yang cukup pada semua arah sumbu
perletakan jepit pada lantai dasar bangunan, yaitu pada ujung-ujung bawah kolom
lantai dasar.
4.1.6 Pembebanan
(PPIUG 1983), sedangkan beban gempa yang digunakan mengacu pada SNI
1. Beban mati
Beban mati yang yang digunakan dalam evaluasi kinerja struktur Gedung
Beban mati dari pelat terdiri dari berat keramik, spesi, pasir, langit-langit,
PPIUG 1983, perhitungan beban mati pada pelat dijelaskan sebagai berikut:
Plafond = 11 kgcm/m2 +
= 887,5 kg/m
= 8,875 kN/m
= 9,25 kN/m
yaitu 10 kg/m2.
= 48 kg/m
= 0,48 kN/m
2. Beban hidup
PPIUG 1983, untuk beban hidup pada gedung yang berfungsi sebagai gedung
perkantoran yaitu:
3. Beban gempa
sesuai Tabel 4.1. Pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung yang
diambil dari SNI 1726:2012. Berdasarkan RKS Gedung KUMKM Center, jenis
Lokasi : Magelang
Peta lokasi gempa rencana diperlihatkan pada Gambar 4.1 yang digunakan
sebagai acuan dalam menentukan periode pendek dan periode 1 detik. Gambar
Gambar 4.3.
Ss = 0,714 g
S1 = 0,300 g
yaitu pada periode 0,2 detik dan 1 detik. Faktor amplifikasi tersebut meliputi
faktor percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv) yang ditentukan
berdasarkan Tabel 4.5, dan faktor amplifikasi terkait percepatan pada getaran
periode pendek (Fa) yang ditentukan berdasarkan Tabel 4.4. Kedua faktor
sedang, maka dilihat kelas situs SD yang merupakan kelas situs tanah sedang.
( - )
Fa = - ( )
( - )
-
Fv = 1,8
Kombinasi parameter dasar pergerakan tanah dan faktor amplifikasi yaitu SMS
percepatan untuk gempa ketimbang maksimum pada periode pendek (0,2 detik)
dan periode 1 detik telah disesuaikan dengan pengaruh kelas situs. Parameter-
SMs
= 0,877g
SM1
= 0,54g
SDS = SMS
= 0,877
= 0,5849 g
SD1 = SM1
= 0,54
= 0,36 g
D
T0 =
D
=
= 0,123
D
TS =
D
= 0,615
Berdasarkan Tabel 2.8 dan 2.9, untuk SDS senilai 0,585 g dan SD1
senilai 0,36 g diperoleh Kategori Desain Seismik tipe D. Setelah nilai SDS
dan SD1 diperoleh, step berikutnya yaitu pembuatan grafik Kurva Respons
4.4.
melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung (Cu)
yang didapat pada Tabel 4.7, dan periode fundamental pendekatan (Ta) yang
Tabel 4.7 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral
Koefesien Cu
desain pada 1 detik SD1
> 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
< 0,1 1,7
= h
= detik
= 1,4 x 0,58
= 0,808 detik
h. Koefisien respons seismik
yaitu sistem rangka pemikul momen khusus. Berdasarkan Tabel 4.9, sistem
R =8
= 5,5
=3
berdasarkan:
D
C
( ) ( )
e
2) Koefisien respons untuk T > Ts
D
C
T{ } { }
e
C min D e
C min
minimal 90%. Partisipasi massa yang didapatkan dari hasil output SAP 2000
eksponen (k). Periode terbesar yang didapatkan dari hasil output SAP 2000
yaitu 0,6000279 detik, sehingga perlu dilakukan interpolasi untuk nilai k dan
-
-
( - )
Tabel 4.12.
hsx merupakan tinggi lantai dibawah lantai yang ditinjau. Pada penelitian ini
tinggi antar lantai yaitu 3,5 meter, 3,9 meter dan 4 meter. Hasil simpangan
antar lantai ditunjukkan pada Tabel 4.13 untuk arah X dan Tabel 4.14 untuk
arah Y. Nilai Cd dan I diambil berdasarkan SNI Gempa 2012 yang tercantum
m m mm
m m mm
m m mm
geser dasar respon spektrum minimal 85% dari geser dasar menggunakan metode
statik ekuivalen. Hasil output SAP 2000 gaya geser dasar ditunjukkan pada Tabel
4.15.
Tidak
Arah X (kN) 307,419 463,944 384,53
Memenuhi
Tidak
Arah Y (kN) 252,476 463,944 384,53
Memenuhi
metode SRSS didapatkan hasil yang belum memenuhi syarat. Oleh karena itu
dilakukan percobaan penentuan faktor skala agar memenuhi syarat, dan faktor
arah X = 1,9887
arah Y = 1,9413
1,4 D
(1,2+0,2SDS)D + ρQE + L
1,32 D + 1,3 Q + L
0,78 D + 1,3 Q
4.2 Hasil analisis SAP 2000
Gaya dalam akibat beban kombinasi diperoleh ketika Run Analyze selesai
dilakukan. Gaya dalam akibat beban kombinasi antara lain gaya aksial, geser, dan
momen lentur. Elemen struktur dinyatakan aman apabila elemen struktur mampu
menahan beban rencana. Portal yang tampak pada Gambar 4.5 dibawah ini
balok dan kolom yang mengalami goyangan akibat beban kombinasi pembebanan
Gambar 4.5 Balok dan Kolom yang mengalami goyangan akibat kombinasi
pembebanan gravitasi dan seismik
Diagram gaya momen dan geser akibat kombinasi 2 (1,2 D + 1,6 L + 0.5 (Lr
Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 3 ((1,2 + 0,2 x
Gambar 4.7 Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 3
(1,2 + 0,2 x 0,5849) D + 1,3 Q + L
Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 4 ((1,2 + 0,2 x
4.3 Pembahasan
struktur yang tidak mampu menahan beban rencana. Tabel 4.16 menunjukkan
elemen struktur yang tidak mampu menahan beban rencana , untuk mengetahui
secara detail jenis kegagalan elemen struktur dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 4.9 menunjukkan komponen yang tidak mampu menahan beban rencana
bahwa struktur yang tidak aman menggunakan SAP 2000 itu benar adanya.
Berdasarkan SAP 2000, struktur yang tidak aman merupakan Kolom 2 dengan
dimensi 400 mm x 400 mm (Frame 365) dengan jenis kegagalan yaitu O/S (6/5
1. Data umum
fy mm = 390 MPa
fy < 13 mm = 240 MPa
Selimut beton = 40 mm
= (400 - (2.40+4.16+2.10))/3
= 78,7 mm
d’ = (Ts + ds + D + ½ Js)
= (40 + 10 + ½ 78,7)
= 106,35 mm
d = h – (Ts + ds + D + ½ Js)
= 400 – (40+10+16+76,7+8)
= 293,4 mm
As = 6 D 16 = 1206,4 mm2
2. Data kolom
3. Data balok
i. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi
Ag.f’c/10.
Ag f’c
= = 398400 N = 398,4 kN
Beban aksial tekan terfaktor pada komponen kolom yang dievaluasi adalah
764,199 kN
lebih dari 0,06. Tabel 4.16 menunjukkan dimensi dan luas tulangan kolom
yang ditinjau.
16 16 201,06 12 2412,74
g
= = 0,015 (syarat terpenuhi)
6. Periksa faktor kekuatan beton rencana
Kuat tekan beton fc’ MPa < MPa maka diperoleh nilai = 0,85.
memenuhi ketentuan konsep strong column-weak beam. Pada konsep ini kuat
kekuatan kolom momen kapasitas balok yang merangka pada kolom yang
dievaluasi dikalikan faktor pembesaran yaitu sebesar 1,2 karena momen yang
= ( ( - ))
= 2783,74 kN
Cb = ( ) d
fy
= ( )
= 177,9 mm
ab cb
= 0,85 . 177,9
= 151,3 mm
εy = fy/Es = 390/200000 = 0,00195
cb - d -
εs =( ) εcu =( )
cb
fs’ = εs Es - - MPa
d- cb -
εs =( ) εcu =( )
cb
=| | (sudah leleh)
fs = fy
Nd1 = fc’ ab b
= k
= k
NT = fy As
= k
Pb = D D - T
= –
= k
Pb = 0,65 . kN
= k
Momen nominal pada kolom diperoleh dengan cara menjumlahkan gaya-gaya
h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )
= ( - ) +( ( - )) +
470,5 ( - )
= k k k
= 230,61 kN
MR = Mn
= 0,65 . 230,61 kN
= 149,9 kN
eb =
= = 0.2093 m = 209,6 mm
3) Kondisi C < Cb
c = 100 mm
a = . 100
= 0,85 . 100
= 85 mm
fy
εy = Es = = 0,00195
c-d -
εs =( ) εcu =( )
c
fs = fy
Nd1 = fc’ a b
=-
=- k
NT = fy As
Pb = D D - T
= - –
= k
Pb = 0,9 . 203,15 kN
= k
h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )
= ( - ) +(- ( - )) +
470,48( - )
= k (- )k k
= 153,10 kN
MR = Mn
= 0,9 . 153,10 kN
= 137,8 kN
Mn
eb = Pb
= = 0.7536 m = 753,6 mm
4) Kondisi C > Cb
c = 300 mm
a = . 300
= 0,85 . 300
= 255 mm
fy
εy = Es = = 0,00195
c-d -
εs =( ) εcu =( )
c
d- c -
εs =( ) εcu =( )
c
= 2158,8
= k
NT = fs As
= -12,07
=- k
Pb = D D - T
= 2158,8 --
= 2641,4 kN
= 0,65 . 2641,4 kN
= 1716,9 kN
h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )
= 2158,8 ( - ) +( ( - )) +
- ( - )
= k k - k
= 198,83 kN
MR = Mn
= 0,65 . 198,83 kN
= 129,23 kN
Mn
eb = Pb
= = 0.075277 m = 75,227 mm
Nd1 = fc’ c b
= c
= 7196,1 C
c-d
= ( )
c
c-
= ( )
c
NT = fy As
= 390
= 470496
D D - T=0
c-
C ( ( ) )- =0
c
c = 65 mm
a = .c
= 0,85 . 65
= 55,25 mm
fy
εy = Es = = 0,00195
c-d -
εs =( ) εcu =( )
c
d- c -
εs =( ) εcu =( )
c
fs = fy
Nd1 = fc’ a b
= 467,74 kN
=-
=- kN
NT = fy As
= 390
= 470,496 kN
h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )
= 467,74 ( - ) +(- ( - )) +
( - )
= k - k k
= 81,6 kN
MR = Mn
= 0,9 . 81,6 kN
= 73,4 kN
9. Cek kekuatan kolom pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
dimensi dan tulangan balok yang merangka pada Hubungan Balok-Kolom (HBK).
Pelat lantai 2
1) Kapasitas momen ujung-ujung balok yang merangka pada HBS di lantai atas
As fy
apr-1 = = = 92,662 mm
fc b
apr-
Mpr-1 = 1,25 As fy (d )
= 1,25.1005,31.390 (371,5 )
= 159,362 kNm
As fy
apr-2 = = = 92,662 mm
fc b
apr-
Mpr-2 = 1,25 As fy (d ) = 55,57 mm
= 1,25.603,9.390 (371,5 )
= 101,07 kNm
2) Kapasitas momen ujung-ujung balok yang merangka pada HBS di lantai bawah
As fy
apr-3 = = = 92,662 mm
fc b
apr-
Mpr-3 = 1,25 As fy (d )
= 1,25.1005,31.390 (371,5 )
= 159,362 kNm
As fy
apr-4 = = = 92,662 mm
fc b
apr-
Mpr-4 = 1,25 As fy (d ) = 55,57 mm
= 1,25.603,9.390 (371,5 )
= 101,07 kNm
= 130,21 kN
= 130,21 kN
Mpr balok diambil nilai maksimum, karena Mpr balok sama maka nilai Mpr
yaitu 130,21 kN, untuk syarat strong column weak beam yaitu:
∑ Mnc ∑ Mnb
k k
k k
Kondisi Pb MR
menunjukkan hasil yang sama yaitu kegagalan kolom K2 (Frame 365) terjadi
4.3.3 Hasil Evaluasi kinerja struktur berdasarkan SNI 1726:2012 dan SNI
2847:2013
Magelang dengan klasifikasi situs tanah sedang (SD) menurut SNI 2847:2013.
2. Simpangan antar tingkat yang dihasilkan oleh beban arah x dan arah y
3. Hasil evaluasi kekuatan yang menerima kombinasi lentur dan aksial, kekuatan
kapasitas kolom tidak masuk di dalam diagram interaksi, sehingga kolom yang