Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemenuhan

akan kebutuhan sarana hunian yang handal dalam menahan beban gempa

memunculkan sebuah standar/aturan yang terus diperbarui. Perubahan SNI

1726:2002 menjadi SNI 1726:2012 memunculkan sebuah kekhawatiran akan

kekuatan struktur dari bangunan yang direncanakan dengan peraturan gempa yang

lama, apakah dapat memenuhi persyaratan peraturan yang baru atau tidak.

Evaluasi bangunan yang direncanakan dengan peraturan lama dapat memberikan

gambaran atau tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya bila bangunan

tersebut tidak memenuhi kriteria seperti: diberi perkuatan, dibongkar, dan

sebagainya.

Gedung perkantoran 3 lantai akan dievaluasi kembali dengan metode

Sistem Rangka Pemiul Momen Khusus (SRPMK). Struktur SRPMK diharapkan

memiliki tingkat daktilitas yang tinggi, yaitu mampu menerima mengalami siklus

respons inelastis pada saat menerima beban gempa rencana. Pendetailan dalam

ketentuan SRPMK bertujuan untuk memastikan bahwa respons inelastis dari

struktur bersifat daktail, yaitu terpenuhinya konsep struktur bangunan yang

mengacu pada prinsip strong column-weak beam.

4.1.1 Data Bangunan

Bangunan yang ditinju dalam penelitian ini adalah bangunan 3 lantai di

daerah Semarang dengan tinggi lantai 1 dan lantai 2 adalah 4 m, lantai 3 yaitu 3,9
m, serta tinggi atap yaitu 3,5 m. Denah struktur eksisting untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Lampiran 1.

Data bangunan yang akan dievaluasi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi bangunan : Gedung perkantoran

b. Lokasi bangunan : Magelang

c. Jenis tanah : Sedang

d. Sistem struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen

e. Tinggi bangunan : 15,4 m

f. Jumlah lantai : 3 lantai

g. Struktur bangunan : Beton Bertulang

h. Mutu beton : 24,9 MPa

i. Mutu baja : BJTD 390 MPa, dan BJTP 240 Mpa

4.1.2 Preliminari Desain

Komponen struktur yang terdapat pada bangunan ini meliputi balok,

kolom, dan pelat. Proses evaluasi dilalukan setelah permodelan elemen struktur

dan pembebanan menggunakan SAP 2000 selesai.

4.1.3 Material

Material yang digunakan dalam merencanakan dan membangun struktur

bangunan ini merupakan material beton bertulang dengan atap menggunakan

rangka pipa dan galvalum. Pendefinisian material dilakukan pada program SAP

2000. Beton yang terpasang memiliki mutu beton f’c 24,9 MPa, serta mutu baja

tulangan fy 390 MPa (ulir) dan baja fy 240 (polos). Rangka pipa pada atap

menggunakan pipa dengan diameter 50 mm dan 75 mm.


4.1.4 Pelat

Pelat yang digunakan pada model struktur bangunan menggunakan pelat

beton bertulang. Pelat beton bertulang digunakan sebagai pelat untuk pelat lantai.

4.1.5 Pondasi

Permodelan pondasi dilakukan dengan menganggap bahwa pondasi

memberikan kekangan translasi dan rotasi yang cukup pada semua arah sumbu

bangunan. Berdasarkan asumsi yang digunakan, pondasi dimodelkan sebagai

perletakan jepit pada lantai dasar bangunan, yaitu pada ujung-ujung bawah kolom

lantai dasar.

4.1.6 Pembebanan

Perencanaan pembebanan merupakan pendefinisian beban-beban yang

bekerja pada struktur sesuai Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung

(PPIUG 1983), sedangkan beban gempa yang digunakan mengacu pada SNI

1726:2012. Beban-beban yang bekerja antara lain:

1. Beban mati

Beban mati yang yang digunakan dalam evaluasi kinerja struktur Gedung

KUMKM Center Kabupaten Magelang yaitu:

a. Beban mati pelat

Beban mati dari pelat terdiri dari berat keramik, spesi, pasir, langit-langit,

dan plafond. Berdasarkan perencanaan gedung eksisting yang berpedoman pada

PPIUG 1983, perhitungan beban mati pada pelat dijelaskan sebagai berikut:

1) Beban mati tambahan pada pelat lantai

Berdasarkan perencanaan struktur eksisting, untuk beban mati tambahan


pada pelat lantai yaitu:

Pasir (3 cm) = 16 kg/m2 x 3 cm = 48 kgcm/m2

Spesi (2 cm) = 21 kg/m2 x 2 cm = 42 kgcm/m2

Tegel (1 cm) = 24 kg/m2 x 1 cm = 24 kgcm/m2

Penggantung langit-langit (kayu) = 7 kgcm/m2

Plafond = 11 kgcm/m2 +

Total = 132 kgcm/m2 = 1,32 kN/m2

2) Beban mati pada pelat tangga dan bordes tangga

Berdasarkan perencanaan struktur eksisting, untuk beban mati tambahan

pada pelat tangga dan bordes yaitu:

Spesi (2 cm) = 21 kg/m2 x 2 cm = 42 kgcm/m2

Tegel (1 cm) = 24 kg/m2 x 1 cm = 24 kgcm/m2

Berat railling tangga dan lain-lain = 28 kgcm/m2 +

Total = 94 kgcm/m2 = 0.94 kN/m2

3) Beban mati dinding pada balok

a) Dinding lantai pada balok 1 :

Tinggi dinding = 3,55 m

Berat dinding pasangan bata = 3,55 m x 250 kg/m2

= 887,5 kg/m

= 8,875 kN/m

b) Dinding lantai pada balok 2:

Tinggi dinding = 3,7 m

Berat dinding pasangan bata = 3,7 m x 250 kg/m2


= 925 kg/m

= 9,25 kN/m

c) Dinding kaca pada balok:

Berdasarkan PPIUG 1983, untuk dinding kaca dengan tebal 3 – 4 mm

yaitu 10 kg/m2.

Kaca (5 mm) dan alumunium sebagai frame = 3,7 m x 13 kg/m2

= 48 kg/m

= 0,48 kN/m

2. Beban hidup

Beban hidup yang digunakan mengacu pada PPIUG 1983. Berdasarkan

PPIUG 1983, untuk beban hidup pada gedung yang berfungsi sebagai gedung

perkantoran yaitu:

a. Beban hidup pada pelat lantai = 250 kg/m2

b. Beban hidup pada tangga dan bordes = 300 kg/m2

3. Beban gempa

Perhitungan beban gempa ditentukan berdasarkan peraturan SNI

1726:2012 yang dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan kategori bangunan gedung

Kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung ditentukan

sesuai Tabel 4.1. Pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung yang

direncanakan harus dikalikan dengan faktor keutamaan gedung (Ie) yang

ditentukan berdasarkan Tabel 4.2.

Lokasi Gedung : Magelang


Berdasarkan Jenis Pemanfaatan : Gedung Perkantoran

Berdasarkan tabel kategori dan faktor keutamaan, jenis gedung ini:

Tabel 4.1 Kategori bangunan gedung dan non gedung untuk


beban gempa (SNI 1726:2012)

Jenis Pemanfaatan Kategori

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam


kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Perumahan
2. Rumah toko dan rumah kantor
3. Pasar
4. Gedung perkantoran II

5. Gedung apartemen/ rumah susun


6. Pusat perbelanjaan/ mall
7. Bangunan industri
8. Fasilitas manufaktur
9. Pabrik

Tabel 4.2 Faktor keutamaan gempa (SNI 1726:2012)


Kategori Faktor keutamaan gempa (Ie)
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Faktor Keutamaan (Ie) : 1,0

b. Menentukan klasifikasi situs

Penentuan klasifikasi situs ditentukan berdasarkan Tabel 4.3 yang

diambil dari SNI 1726:2012. Berdasarkan RKS Gedung KUMKM Center, jenis

tanah merupakan tanah sedang.


Tabel 4.3 Hubungan antara klasifikasi situs dengan parameter kemampuan
tanah

Kelas situs vs (m/detik) N atau N ch Su (kPa)

SA (batuan keras) >1500 N/A N/A


SC (tanah keras,
sangat padat dan 350 sampai 750 >50 >100
batuan lunak)
50 sampai
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50
100
< 175 <15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung
lebih dari 3 m tanah dengan karateristik
SE (tanah lunak) sebagai berikut:
1. Indeks plastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w > 40%,
3. Kuat geser niralir su < 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah
satu atau lebih dari karakteristik berikut:
1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh
akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,
F (tanah khusus, yang
lempung sangat sensitif, tanah tersementasi
membutuhkan
lemah.
investigasi geoteknik
Lempung sangat organik dan/atau gambut
spesifik dan analisis
ketebalan H > 3 m)
respons spesifik-situs
2. Lempung berplastisitas sangat tinggi
yang mengikuti
(ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks
6.10.1)
Plastisitas PI > 75 )
3. Lapisan lempung lunak/setengah teguh
dengan ketebalan H > 35 m dengan su < 50
kPa
c. Menentukan parameter percepatan tanah Ss dan S1

Parameter percepatan tanah Ss dan S1 diperoleh dari website Puskim-

Kementrian yang ditentukan berdasarkan lokasi gempa rencana yaitu:

Lokasi : Magelang

Provinsi : Jawa Tengah

Peta lokasi gempa rencana diperlihatkan pada Gambar 4.1 yang digunakan

sebagai acuan dalam menentukan periode pendek dan periode 1 detik. Gambar

4.2, menunjukkan peta respons spektra percepatan pada periode pendek,

sedangkan peta respons percepatan pada periode 1 detik diperlihatkan pada

Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Lokasi perhitungan gempa rencana

Gambar 4.2 Peta Respons spektra percepatan pendek yaitu


percepatan 0,2 detik
Gambar 4.3 Peta Respons spektra percepatan pendek yaitu
percepatan 1 detik

Berdasarkan data koordinat gedung KUMKM Center yang diinputkan di

website puskim, gedung tersebut memiliki percepatan spektrum periode pendek

(Ss) dan percepatan spektrum periode 1 detik (S1) sebagai berikut:

Ss = 0,714 g

S1 = 0,300 g

d. Parameter respons spektra percepatan Sms dan Sm1

Berdasarkan SNI 1726:2012, untuk penentuan nilai respons spektral

percepatan gempa di permukaan tanah diperlukan faktor amplifikasi seismik

yaitu pada periode 0,2 detik dan 1 detik. Faktor amplifikasi tersebut meliputi

faktor percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv) yang ditentukan

berdasarkan Tabel 4.5, dan faktor amplifikasi terkait percepatan pada getaran

periode pendek (Fa) yang ditentukan berdasarkan Tabel 4.4. Kedua faktor

tersebut disebut sebagai faktor kelas situs.


Tabel 4.4 Koefisien situs, Fa (Tabel 4 SNI 1726:2012)
Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)
Situs terpetakkan pada periode pendek
Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss > 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SS
Catatan
a) Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier
b) SS = Situs memerlukan investasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs-spesifik.

Tabel 4.5 Koefisien situs, Fv (Tabel 4 SNI 1726:2012)


Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)
Situs terpetakkan pada periode 1 detik
S1 < 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 > 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Catatan:
a) Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi
b) SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respons situs-spesifik.

Bangunan kantor yang dibangun di wilayah Magelang merupakan tanah jenis

sedang, maka dilihat kelas situs SD yang merupakan kelas situs tanah sedang.

Berdasarkan Tabel diatas untuk menentukan nilai koefisien situs Fa dan Fv

menggunakan interpolasi sebagai berikut:

( - )
Fa = - ( )
( - )
-

Fv = 1,8
Kombinasi parameter dasar pergerakan tanah dan faktor amplifikasi yaitu SMS

dan SM1, yang masing-masing merupakan parameter respons spektra

percepatan untuk gempa ketimbang maksimum pada periode pendek (0,2 detik)

dan periode 1 detik telah disesuaikan dengan pengaruh kelas situs. Parameter-

parameter ini ditentukan menurut persamaan berikut:

SMs

= 0,877g

SM1

= 0,54g

e. Nilai parameter percepatan spektral desain Sds dan Sd1

SDS = SMS

= 0,877

= 0,5849 g

SD1 = SM1

= 0,54

= 0,36 g

f. Gambar respons spektra desain

D
T0 =
D

=
= 0,123

D
TS =
D

= 0,615

Berdasarkan Tabel 2.8 dan 2.9, untuk SDS senilai 0,585 g dan SD1

senilai 0,36 g diperoleh Kategori Desain Seismik tipe D. Setelah nilai SDS

dan SD1 diperoleh, step berikutnya yaitu pembuatan grafik Kurva Respons

Spektrum. Cara penggambaran spektrum respons ditunjukkan pada Tabel

4.6, sedangkan grafik kurva Respons Spektrum ditunjukkan pada Gambar

4.4.

Tabel 4.7 Cara penggambaran spektrum respons


T Keterangan Sa Keterangan

0,00 Awal 0,234 0,4 SDS


0,123 T0 = 0,2 (SD1/SDS) 0,585 SDS
0,615 TS = (SD1/SDS) 0,585 SDS
0,715 T = TS + 0,1 0,503 Sa = SD1 / T
4 T=4 0,416 Sa = SD1 / T

Gambar 4.4 Grafik kurva Respons Spektrum


g. Periode natural struktur (Waktu Getar Alami)

Penentuan waktu getar alami dihitung menggunakan Persamaan 2.8.

Periode fundamental yang akan dipakai dalam perhitungan tidak boleh

melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung (Cu)

yang didapat pada Tabel 4.7, dan periode fundamental pendekatan (Ta) yang

ditentukan berdasarkan Tabel 4.8.

Tabel 4.7 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral
Koefesien Cu
desain pada 1 detik SD1
> 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
< 0,1 1,7

Tabel 4.8 Nilai parameter periode Ct dan x


Tipe Struktur Ct X
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya
gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dan defleksi jika
dikenai gempa.
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bressing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bressing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75

= h

= detik

= 1,4 x 0,58

= 0,808 detik
h. Koefisien respons seismik

Berdasarkan perencanaan gedung eksisting, sistem rangka yang digunakan

yaitu sistem rangka pemikul momen khusus. Berdasarkan Tabel 4.9, sistem

rangka pemikul momen khusus memiliki parameter-parameter berikut ini:

Tabel 4.9 Faktor ,


, dan R untuk beberapa sistem penahan gaya gempa
Sistem struktur beton Batasan sistem struktur
bertulang penahan gaya R dan tinggi struktur (m)
gempa F E D C B
C Sistem rangka pemikul momen
2 Rangka beton bertulang
3 5,5 8 TB TB TB TB TB
pemikul momen khusus
Rangka beton bertulang
2 pemikul momen 3 4,5 5 TI TI TI TB TB
menengah
Rangka beton bertulang
3 3 2,5 3 TI TI TI TI TB
pemikul momen biasa
Berdasarkan Tabel 2.10 didapatkan nilai sebagai berikut:

R =8

= 5,5

=3

Periode yang digunakan:

1) Jika Tc > Ta . Cu digunakan T = Ta . Cu

2) Jika Ta < Tc < Ta.Cu digunakan T = Tc

3) Jika Tc < Ta maka digunakan digunakan T = Ta

Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 7.8.1.1, koefisien respons seismik dihitung

berdasarkan:

1) Koefisien respons seismik untuk T ≤ Ts

D
C
( ) ( )
e
2) Koefisien respons untuk T > Ts

D
C
T{ } { }
e

Perhitungan koefisien respons tidak boleh kurang dari

C min D e

C min

Ketentuan bahwa koefisien respons seismik, Cs, terpenuhi.

i. Partisipasi massa bangunan

Berdasarkan SNI 1726:2012, partisipasi massa yang disyaratkan yaitu

minimal 90%. Partisipasi massa yang didapatkan dari hasil output SAP 2000

sudah memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 90 % seperti yang ditunjukkan

pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Partisipasi massa bangunan


OutputCase StepType StepNum Period SumUX SumUY

Text Text Unitless Sec Unitless Unitless


MODAL Mode 1 0,600279 0,08361 0,24515
MODAL Mode 2 0,560557 0,48653 0,25636
MODAL Mode 3 0,497304 0,78458 0,30412
MODAL Mode 4 0,414204 0,78633 0,77231
MODAL Mode 5 0,337992 0,78702 0,84923
MODAL Mode 6 0,303511 0,85664 0,84935
MODAL Mode 7 0,248679 0,90118 0,84962
MODAL Mode 8 0,235449 0,90494 0,88667
MODAL Mode 9 0,196459 0,93546 0,89141
MODAL Mode 10 0,186047 0,93829 0,94249
MODAL Mode 11 0,131403 0,98515 0,94888
MODAL Mode 12 0,121386 0,9891 0,99058
j. Distribusi gaya gempa

Penentuan distribusi gaya gempa harus mempertimbangkan nilai faktor

eksponen (k). Periode terbesar yang didapatkan dari hasil output SAP 2000

yaitu 0,6000279 detik, sehingga perlu dilakukan interpolasi untuk nilai k dan

didapatkan nilai k = 1,104 . Tabel 4.11 menunjukkan distribusi beban gempa

pada setiap lantai.

-
-
( - )

Tabel 4.11 Distribusi beban gempa


Tingkat hi (m) Wi (kg) Wi x hik (kgm)
Atap 15,4 15909,2 304909,33
3 11,9 49139,45 941786,95
2 8 178707,74 3425040,74
1 4 181222,56 3473238,76
Total 8144975,78

k. Simpangan antar lantai dan batasan simpangan antar lantai

Berdasarkan SNI 1726:2012, simpangan antar lantai desain ( ) tidak

boleh melebihi simpangan antar lantai ijin ( ) yang ditentukan berdasarkan

Tabel 4.12.

Tabel 4.12 simpangan antar lantai ijin ( )


Kategori risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur, selain struktur dari struktur
dinding geser batu bata, 4 tingkat
atau kurang dengan dinding interior,
partisi, langit-langit, dan sistem 0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx
dinding eksterior yang telah
didesain untuk mengakomodasi
simpangan antar lantai tingkat.
Lanjutan Tabel 4.12 simpangan antar lantai ijin ( )
Kategori risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur dinding geser kantilever
0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx
batu bata
Struktur dinding geser batu bata
0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
lainnya
Semua struktur lainnya 0,020 hsx 0,015 hsx 0,010 hsx

hsx merupakan tinggi lantai dibawah lantai yang ditinjau. Pada penelitian ini

tinggi antar lantai yaitu 3,5 meter, 3,9 meter dan 4 meter. Hasil simpangan

antar lantai ditunjukkan pada Tabel 4.13 untuk arah X dan Tabel 4.14 untuk

arah Y. Nilai Cd dan I diambil berdasarkan SNI Gempa 2012 yang tercantum

pada Tabel 2.10 dan Tabel 2.4.

m m mm

m m mm

m m mm

Tabel 4.13 Nilai simpangan antar lantai arah X


Tinggi
Lantai Keterangan
(m) (mm) (mm) (mm)
(mm)
4 3500 5,32786 2,8949 15,9221 87,5 OK
3 3900 8,222785 1,1491 6,3198 97,5 OK
2 4000 7,073735 4,5039 24,7712 100 OK
1 4000 2,569873 2,5699 14,1343 100 OK

Tabel 4.14 Nilai simpangan antar lantai arah Y


Tinggi
Lantai Keterangan
(m) (mm) (mm) (mm)
(mm)
4 3500 6,026323 3,6662 20,1639 87,5 OK
3 3900 9,692482 1,7393 9,5659 97,5 OK
2 4000 7,953219 5,0635 27,8490 100 OK
1 4000 2,889762 2,8898 15,8937 100 OK
l. Skala gempa respons spektrum

Berdasarkan SNI Gempa 2012, geser dasar respons spektrum minimal

geser dasar respon spektrum minimal 85% dari geser dasar menggunakan metode

statik ekuivalen. Hasil output SAP 2000 gaya geser dasar ditunjukkan pada Tabel

4.15.

Tabel 4.15 Output gaya geser dasar statik dan dinamik


Geser Dinamik Geser Statik 0,85 x Statik
Gaya Geser VDs > 0,85 VS
(kN) (kN) (kN)

Tidak
Arah X (kN) 307,419 463,944 384,53
Memenuhi
Tidak
Arah Y (kN) 252,476 463,944 384,53
Memenuhi

Berdasarkan tabel tersebut, gaya geser dinamik beleum memenuhi persyaratan

maka harus dikalikan dengan faktor pengali yang nantinya dimasukkan

kedalam respons spektrum yaitu :

arah X : 0,85Dsx / Dx = 384,53 / 345,63 = 1,1125

arah Y : 0,85Dsy / Dy = 384,53 / 296,32 = 1,2976

Setelah faktor skala dimasukkan kedalam perhitungan gempa dinamik dengan

metode SRSS didapatkan hasil yang belum memenuhi syarat. Oleh karena itu

dilakukan percobaan penentuan faktor skala agar memenuhi syarat, dan faktor

pengali sebagai berikut:

arah X = 1,9887

arah Y = 1,9413

Hasil output kedua untuk Sumbu X :

Gempa dinamik x (Dsx) = 394.751 kN


Gempa statik x (Sx) = 463,944 kN

85% V Statik = 85% 452,391 = 394,35 kN

V Dinamik > 85% V Statik = 394.751 kN > 394,35 kN (OK)

Hasil output kedua untuk Sumbu Y :

Gempa dinamik y (Dsx) = 399,7 kN

Gempa statik y (Sy) = 463,944 kN

85% V Statik = 85% 452,391 = 394,35 kN

V Dinamik > 85% V Statik = 399,7 kN > 394,35 kN (OK)

4.1.7 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan yang dilakukan dalam penelitian kali ini diambil

berdasarkan SNI 2847:2013 antara lain yaitu:

1. Kombinasi beban mati

1,4 D

2. Kombinasi beban hidup, beban mati, dan beban atap

1,2 D + 1,6 L + 0.5 (Lr atau R)

3. Kombinasi beban hidup, beban mati, dan beban gempa

(1,2+0,2SDS)D + ρQE + L

(1,2 + 0,2 x 0,5849) D + 1,3 Q + L

1,32 D + 1,3 Q + L

4. Kombinasi beban mati dan beban gempa

(0,9-0,2SDS)D + ρQE + 1,6H

(0,9 – 0,2 x 0,5849) D + 1,3 Q + 0

0,78 D + 1,3 Q
4.2 Hasil analisis SAP 2000

4.2.1 Gaya dalam akibat beban kombinasi

Gaya dalam akibat beban kombinasi diperoleh ketika Run Analyze selesai

dilakukan. Gaya dalam akibat beban kombinasi antara lain gaya aksial, geser, dan

momen lentur. Elemen struktur dinyatakan aman apabila elemen struktur mampu

menahan beban rencana. Portal yang tampak pada Gambar 4.5 dibawah ini

merupakan bentuk portal pada Struktur Rangkak Pemikul Momen Khusus

(SRPMK) pada gedung perkantoran 3 lantai di wilayah Magelang yang

mempunyai Kategori Desain Seismik D (KDS D). Portal tersebut memperlihatkan

balok dan kolom yang mengalami goyangan akibat beban kombinasi pembebanan

gravitasi dan pembebanan seismik.

Gambar 4.5 Balok dan Kolom yang mengalami goyangan akibat kombinasi
pembebanan gravitasi dan seismik

1. Diagram gaya momen dan gay geser akibat beban kombinasi 2

Diagram gaya momen dan geser akibat kombinasi 2 (1,2 D + 1,6 L + 0.5 (Lr

atau R)) dapat dilihat pada Gambar 4.6.


Gambar 4.6 Diagram gaya momen dan geser akibat kombinasi
1,2 D + 1,6 L + 0.5 (Lr atau R)
2. Diagram gaya momen dan gaya geser akibat beban kombinasi 3

Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 3 ((1,2 + 0,2 x

0,5849) D + 1,3 Q + L) dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 3
(1,2 + 0,2 x 0,5849) D + 1,3 Q + L

3. Diagram gaya momen dan gaya geser akibat beban kombinasi 4

Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 4 ((1,2 + 0,2 x

0,5849) D + 1,3 Q + L) dapat dilihat pada Gambar 4.8.


Gambar 4.8 Diagram gaya momen dan gaya geser akibat kombinasi 4
(1,2 + 0,2 x 0,5849) D + 1,3 Q + L

4.3 Pembahasan

4.3.1 Evaluasi kinerja struktur berdasarkan hasil SAP 2000

Berdasarkan hasil output SAP 2000 yang didesain berdasarkan Detail

Engineering Design (DED) struktur gedung eksisting, terdapat beberapa elemen

struktur yang tidak mampu menahan beban rencana. Tabel 4.16 menunjukkan

elemen struktur yang tidak mampu menahan beban rencana , untuk mengetahui

secara detail jenis kegagalan elemen struktur dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 4.9 menunjukkan komponen yang tidak mampu menahan beban rencana

pada SAP 2000.

Tabel 4.16 Kegagalan elemen struktur gedung eksisting


Dimensi
Elemen Fram
Lokasi Jenis Kegagalan
Struktur e
mm
O/S
Lantai 2
Kolom 2 (400 x 400) 365 (6/5 Beam Column
As – (9-C)
Capacity Ratio)
Struktur tidak
aman

Gambar 4.9 komponen yang tidak mampu menahan beban rencana

4.3.2 Evaluasi kinerja struktur berdasarkan hitungan manual

Evaluasi menggunakan hitungan manual bertujuan untuk membuktikan

bahwa struktur yang tidak aman menggunakan SAP 2000 itu benar adanya.

Berdasarkan SAP 2000, struktur yang tidak aman merupakan Kolom 2 dengan

dimensi 400 mm x 400 mm (Frame 365) dengan jenis kegagalan yaitu O/S (6/5

Beam Column Capacity Ratio). Evaluasi menggunakan hitungan manual

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data umum

Kuat tekan (fc’) = 24,9 MPa

Modulus elastisitas (Ec) = 4700√fc

= 4700√ = 23452,95 MPa

Diameter tul. utama (D) = 16 mm

Diamter tul. sengkang (ds) = 10 mm

fy mm = 390 MPa
fy < 13 mm = 240 MPa

Selimut beton = 40 mm

Jarak spasi bersih (Js) = (h – (2.Ts + 4D+2ds))/3

= (400 - (2.40+4.16+2.10))/3

= 78,7 mm

d’ = (Ts + ds + D + ½ Js)

= (40 + 10 + ½ 78,7)

= 106,35 mm

d = h – (Ts + ds + D + ½ Js)

= 400 – (40+10+16+76,7+8)

= 293,4 mm

As’ = 6 D 16 = 1206,4 mm2

As = 6 D 16 = 1206,4 mm2

2. Data kolom

Lebar kolom (b) = 400 mm

Tinggi kolom (h) = 400 mm

Panjang kolom antar as (lc) = 4000 mm

Panjang kolom bersih (ln) = 3550 mm

3. Data balok

Lebar balok (b) = 250 mm

Tinggi balok (h) = 450 mm

Panjang balok (lb) = 4600 mm

4. Cek apakah memenuhi definisi komponen struktur kolom


Berdasarkan SNI 2847:2013, untuk komponen struktur kolom SRPMK

harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

i. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi

Ag.f’c/10.

Ag f’c
= = 398400 N = 398,4 kN

Beban aksial tekan terfaktor pada komponen kolom yang dievaluasi adalah

764,199 kN

Beban asial Pu > Ag.f’c/10 (syarat terpenuhi)

ii. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm

Sisi terpendek kolom adalah, b = 400 mm > 300 mm (syarat terpenuhi)

iii. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4

Rasio antara b dan h =

= 1 > 0,4 (syarat terpenuhi)

5. Cek konfigurasi penulangan

Dimensi kolom yang digunakan adalah 400 mm x 400 mm dengan 12

baja tulangan D16. Rasio tulangan g


dibatasi tidak kurang dari 0,01 dan tidak

lebih dari 0,06. Tabel 4.16 menunjukkan dimensi dan luas tulangan kolom

yang ditinjau.

Tabel 4.16 Luas tulangan penampang kolom yang ditinjau


Jenis Dimensi
Jumlah As (mm2)
D Diameter (mm) Luas (mm2)

16 16 201,06 12 2412,74

g
= = 0,015 (syarat terpenuhi)
6. Periksa faktor kekuatan beton rencana

Kuat tekan beton fc’ MPa < MPa maka diperoleh nilai = 0,85.

7. Cek kuat kolom

Berdasarkan SNI 2847:2013, kuat lentur kolom SRPMK harus

memenuhi ketentuan konsep strong column-weak beam. Pada konsep ini kuat

lentur kolom harus memenuhi ∑ Mc ∑ Mb , sehingga pada evaluasi

kekuatan kolom momen kapasitas balok yang merangka pada kolom yang

dievaluasi dikalikan faktor pembesaran yaitu sebesar 1,2 karena momen yang

merangka pada kolom merupakan hasil penjumlahan momen

kapasitas balok yang merangka pada kolom.

8. Kekuatan aksial nominal (Pn) dan (Mn) pada kolom

1) Kondisi tekan konsentrik

Pn maks = fc (Ag -Ast ) Ast fy

= ( ( - ))

= 2783,74 kN

2) Kondisi seimbang (balance)

Cb = ( ) d
fy

= ( )

= 177,9 mm

ab cb

= 0,85 . 177,9

= 151,3 mm
εy = fy/Es = 390/200000 = 0,00195

cb - d -
εs =( ) εcu =( )
cb

=| | < 0,00195 (belum leleh)

fs’ = εs Es - - MPa

d- cb -
εs =( ) εcu =( )
cb

=| | (sudah leleh)

fs = fy

dengan nilai εs = , maka digunakan faktor reduksi senilai 0,65

Nd1 = fc’ ab b

= k

Nd2 = fs’ As’

= k

NT = fy As

= k

Pb = D D - T

= –

= k

Pb = 0,65 . kN

= k
Momen nominal pada kolom diperoleh dengan cara menjumlahkan gaya-gaya

yang bekerja terhadap pusat berat plastis

h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )

= ( - ) +( ( - )) +

470,5 ( - )

= k k k

= 230,61 kN

MR = Mn

= 0,65 . 230,61 kN

= 149,9 kN

eb =

= = 0.2093 m = 209,6 mm

3) Kondisi C < Cb

c = 100 mm

a = . 100

= 0,85 . 100

= 85 mm

fy
εy = Es = = 0,00195

c-d -
εs =( ) εcu =( )
c

= |- | < 0,00195 (belum leleh)

fs’ = εs Es =- . 200000 = -38,1 MPa


d- c -
=( ) εcu =( )
c

=| | > 0,00195 (sudah leleh)

fs = fy

dengan nilai εs = , maka digunakan faktor reduksi senilai 0,90

Nd1 = fc’ a b

Nd2 = fs’ As’

=-

=- k

NT = fy As

Pb = D D - T

= - –

= k

Pb = 0,9 . 203,15 kN

= k

Momen nominal pada kolom diperoleh dengan cara menjumlahkan gaya-gaya

yang bekerja terhadap pusat berat plastis

h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )

= ( - ) +(- ( - )) +
470,48( - )

= k (- )k k

= 153,10 kN

MR = Mn

= 0,9 . 153,10 kN

= 137,8 kN

Mn
eb = Pb

= = 0.7536 m = 753,6 mm

4) Kondisi C > Cb

c = 300 mm

a = . 300

= 0,85 . 300

= 255 mm

fy
εy = Es = = 0,00195

c-d -
εs =( ) εcu =( )
c

=| | < 0,00195 (belum leleh)

fs’ = εs Es = . 200000 = 387,30 MPa

d- c -
εs =( ) εcu =( )
c

= |- | < 0,00195 (belum leleh)

fs = εs Es =- < 0,00195 =- MPa

dengan nilai = , maka digunakan faktor reduksi senilai 0,65


Nd1 = fc’ a b

= 2158,8

Nd2 = fs’ As’

= k

NT = fs As

= -12,07

=- k

Pb = D D - T

= 2158,8 --

= 2641,4 kN

= 0,65 . 2641,4 kN

= 1716,9 kN

Momen nominal pada kolom diperoleh dengan cara menjumlahkan gaya-gaya

yang bekerja terhadap pusat berat plastis

h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )

= 2158,8 ( - ) +( ( - )) +

- ( - )

= k k - k

= 198,83 kN

MR = Mn
= 0,65 . 198,83 kN

= 129,23 kN

Mn
eb = Pb

= = 0.075277 m = 75,227 mm

5) Kondisi momen murni

Nd1 = fc’ c b

= c

= 7196,1 C

Nd2 = fs’ As’

c-d
= ( )
c

c-
= ( )
c

NT = fy As

= 390

= 470496

D D - T=0

c-
C ( ( ) )- =0
c

dari persamaan kuadrat, didapatkan nilai c sebesar 65 mm

c = 65 mm

a = .c

= 0,85 . 65

= 55,25 mm
fy
εy = Es = = 0,00195

c-d -
εs =( ) εcu =( )
c

= |- | < 0,00195 (belum leleh)

fs’ = εs Es = . 200000 = -381,69 MPa

d- c -
εs =( ) εcu =( )
c

=| | < 0,00195 (sudah leleh)

fs = fy

dengan nilai εs = , maka digunakan faktor reduksi senilai 0,9

Nd1 = fc’ a b

= 467,74 kN

Nd2 = fs’ As’

=-

=- kN

NT = fy As

= 390

= 470,496 kN

h a h h
Mn = ND1 ( - ) + ND2 ( -d ) + NT (d- )

= 467,74 ( - ) +(- ( - )) +

( - )

= k - k k
= 81,6 kN

MR = Mn

= 0,9 . 81,6 kN

= 73,4 kN

9. Cek kekuatan kolom pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

Kekuatan kolom pada struktur SRPMK harus memperhitungkan

dimensi dan tulangan balok yang merangka pada Hubungan Balok-Kolom (HBK).

Tabel 4.17 menunjukkan HBK pada elemen struktur yang dievaluasi.

Tabel 4.17 Hubungan Balok-Kolom

Pelat lantai 2

Balok 1 = (250x450) mm Tulangan atas : 5D16

Tulangan bawah : 3D16

Balok 1 = (250x450) mm Tulangan atas : 5D16

Tulangan bawah : 3D16

1) Kapasitas momen ujung-ujung balok yang merangka pada HBS di lantai atas

As fy
apr-1 = = = 92,662 mm
fc b

apr-
Mpr-1 = 1,25 As fy (d )

= 1,25.1005,31.390 (371,5 )

= 159,362 kNm

As fy
apr-2 = = = 92,662 mm
fc b

apr-
Mpr-2 = 1,25 As fy (d ) = 55,57 mm
= 1,25.603,9.390 (371,5 )

= 101,07 kNm

2) Kapasitas momen ujung-ujung balok yang merangka pada HBS di lantai bawah

As fy
apr-3 = = = 92,662 mm
fc b

apr-
Mpr-3 = 1,25 As fy (d )

= 1,25.1005,31.390 (371,5 )

= 159,362 kNm

As fy
apr-4 = = = 92,662 mm
fc b

apr-
Mpr-4 = 1,25 As fy (d ) = 55,57 mm

= 1,25.603,9.390 (371,5 )

= 101,07 kNm

sehingga didapatkan momen kapasitas sebagai berikut:

Mpr top = 0,5 (Mpr 1 + Mpr 2)

= 0,5 (159,362 + 101,07)

= 130,21 kN

Mpr top = 0,5 (Mpr 1 + Mpr 2)

= 0,5 (159,362 + 101,07)

= 130,21 kN

Mpr balok diambil nilai maksimum, karena Mpr balok sama maka nilai Mpr

yaitu 130,21 kN, untuk syarat strong column weak beam yaitu:

∑ Mnc ∑ Mnb
k k

k k

Berdasarkan Probable Moment Capacities (MPr) dan gaya aksial terfaktor

pada kolom didapatkan hasil:

Pu, Mu (764,199 kN ; 156,25 kN), kemudian diplot kedalam diagram interaksi.

Tabel 4.18 menunjukkan interaksi Pn dan Mn. Sedangkan diagram interaksi Pn

dan Mn ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Tabel 4.18 Interaksi Pn dan Mn

Kondisi Pb MR

Beban sentris 2783.74 0

C > Cb 1716.9 129.23

Balance 715.98 149.9

C < Cb 182.8 137.8

Momen murni 0 73.4

Gambar 4.10 Diagram interaksi Pb dan MR pada kolom


Diagram interaksi menunjukkan bahwa penampang kolom tidak memenuhi

persyaratan Strong Column-Weak Beam. Hasil tersebut membuktikan bahwa

analisis menggunakan SAP 2000 dengan analisis menggunakan hitungan manual

menunjukkan hasil yang sama yaitu kegagalan kolom K2 (Frame 365) terjadi

kegagalan O/S (6/5 Beam Column Capacity Ratio).

4.3.3 Hasil Evaluasi kinerja struktur berdasarkan SNI 1726:2012 dan SNI

2847:2013

1. Tingkat risiko kegempaan untuk gedung perkantoran 3 lantai di daerah

Magelang dengan klasifikasi situs tanah sedang (SD) menurut SNI 2847:2013.

Berdasarkan SNI 1726:2012, Kategori Desain Seismik (KDS) bangunan ini

bernilai D yang berarti bangunan tersebut harus direncanakan menggunakan

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang memiliki tingkat

daktilitas penuh dan memenuhi persyaratan detailing yang khusus.

2. Simpangan antar tingkat yang dihasilkan oleh beban arah x dan arah y

memenuhi persyaratan, ≤ ijin.

3. Hasil evaluasi kekuatan yang menerima kombinasi lentur dan aksial, kekuatan

tulangan kolom P - dalam bentuk diagram interaksi dan kekuatan

kapasitas kolom tidak masuk di dalam diagram interaksi, sehingga kolom yang

dievaluasi tidak memenuhi persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai