Anda di halaman 1dari 16

KISI KISI ETIKA BISNIS

1. NILAI NILAI DALAM KEPUTUSAN ETIS


Keputusan etis merupakan salah satu keputusan yang harus dibuat oleh setiap profesional
yang mengabdi pada suatu bidang pekerjaan tertentu,baik di bidang pendidikan, akuntansi,
pemasaran, dan agama. Dalam kehidupan di zaman sekarang terjadi beberapa kasus
penyimpangan etika, khususnya disini etika kristen makan dari itu dibutuhkan pengambilan
keputusan etis untuk menyelesaikan beberapa kasus-kasus penyimpangan dalam pengambilan
keputusan etis dari berbagai faktor-faktor yang ada didalamnya. Faktor-faktor karakteristik
individu yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis antara lain tahapan perkembangan
moral
Norma-norma
Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong
manusia untuk mengambil keputusan yang benar. Dua jenis norma yan terpenting adalah prinsip-
prinsip yang memberikan bimbingan secara umum dan peraturan-peraturan yang lebih spesifik.
A. Kriteria Pengambilan Keputusan Yang Etis
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil
keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah:
 Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan
belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral
menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.
 Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap
pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang
indivudu.
 Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
 hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara
sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
 hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar
pekerjaanya.
 hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang
melanggar moral dan norma agamanya.
 hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau
legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
 hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak
atas perlakuan yang adil.
 hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman
terhadap kesehatan dan keamananya.
B. Pilihan-pilihan Etis Seorang Manajer
1) Tingkat prekonvesional mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman. Bertindak dalam
kepentingannya sendiri.
2) Tingkat konvensional menghidupkan pengharapan orang lain. Memenuhi kewajiban sistem
sosial. Menjujnjung hukum.
3) Tingkat poskonvensional mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih sendiri.
Mengetahui bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan mencari solusi
kreatif untuk mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan
orang banyak.

C. Teori Pengambilan Keputusan Dalam Hadapi Etik/Moral


1) Teori Utilitariansme (tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau
kepuasan yang maksimal);
2) Teori Deontologi (tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal
karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima
kepada semua orang secara obyektif)
3) Teori Hedonisme (berdasarkan alasan kepuasan Yang ditimbulkannya): mencari
kesenangan, menghindari ketidaksenangan;
4) Teori Eudemonisme (tujuan akhir untuk kebahagiaan)
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis
1) Tahap perkembangan moral :
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk
menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang
berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin
cenderung berperilaku etis.
Sebagai misal, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari perkembangan
moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti aturan dan prosedur
suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju
Ketahap-tahap yang lebih tinggi iu menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak
peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi
yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru.
2) Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada presepsi karyawan mengenai pengharapan
(ekspektasi) organisaisonal. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis
dengan memberi ganjaran atau menghalangi perilaku etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi
dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar
promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak etis
merupakan suatu contoh nyata dari kondoso lingkungan organisasional sehingga kemungkinan
besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis
3) Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya individu-
individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil
keputusan yang tidak etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagi
tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada
kemungkinan individu-individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh
suatu lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong
praktik-praktik pengambil keputusan tak etis.
E. LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
a) Menentukan fakta-fakta
b) Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi-situasi
dari sudut pandang mereka
c) Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut dengan “imajinasi
moral”
d) Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para pemegang
kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif berdasarkan:
e) Konsekuensi-konsekuensi
f) Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
g) Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
h) Membuat sebuah keputusan
i) Memantau hasil
2. LANDASAN PROFESSIONAL GUIDANCE DAN CORPORATE CODE OF CONDUCT
Code of conduct adalah dokumen tertulis yang mengatur mengenai bagaimana tata cara
atau prilaku perusahaan terhadap para pemangku kepentingannya dan juga mengatur bagaimana
prilaku karyawan dalam berinteraksi dengan sesama karyawan dan juga bagaimana prilaku
karyawan diatur dalam rangka memenuhi tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku
kepentingannya.
Karenanya Code of Conduct seringkali terbagi menjadi 2 bagian besar, yakni Standar
Etika Usaha, atau yang lazimnya biasa kita kenal dengan etika bisnis, dan Standar Etika Prilaku.
Standar Etika Usaha mengatur etika perseroan terhadap para pemangku kepentingan, termasuk
diantaranya kepada para pekerja, pelanggan, penyedia barang dan jasa (pemasok), kreditur,
masyarakat, pesaing, pemerintah, media massa.
Penerapan standar etika usaha bertujuan untuk memastikan Perseroan memenuhi hak dan
kewajiban perseroan terhadap para pemangku kepentingan. Pemenuhan hak dan kewajiban
tersebut tetap dilaksanakan dalam kaidah peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Standar Tata Prilaku mengatur Manajemen dan Karyawan Perseroan dalam berprilaku. Penerapan
Standar Prilaku bertujuan untuk memastikan untuk memastikan penerapan nilai-nilai budaya yang
dianut oleh perseroan.
Penerapan Standar Etika Usaha, misalnya dengan karyawan adalah Menghindari praktik
diskriminasi dan menjamin perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama dalam berkarir, serta
memberikan kesempatan kerja dan pengembangan karir yang adil.
Dengan pelanggan misalnya adalah memberikan informasi secara akurat dan transparan mengenai
hak dan kewajiban pelanggan, menanggapi keluhan pelanggan secara cepat, tepat, serta santun
tanpa diskriminasi, melakukan promosi dan pelayanan yang beretika dan dapat
dipertanggungjawabkan, menjaga informasi yang sensitif dan rahasia tentang pelanggan dan
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dengan cara mematuhi ketentuan kontrak
terutama mengenai ketepatan pengiriman.
Etika perusahaan dengan pemasok diantaranya adalah selektif dalam memilih calon
penyedia barang dan jasa, menyediakan informasi yang transparan mengenai persyaratan untuk
dapat masuk dalam penyedia barang dan memperlakukan calon penyedia barang dan secara adil
dalam proses pemilihan pemenang.
Sedangkan untuk standar prilaku yang diatur dalam Code of Conduct diantaranya adalah
bagaimana karyawan dalam menjaga rahasia dan data perusahaan, perjalanan dinas, benturan
kepentingan atau conflict interest, kebijakan mengenai gratifikasi dan lain sebagainya.
Pada intinya Code Of Conduct merupakan pedoman prilaku yang harus dilakukan guna
membantu sebuah perusahaan untuk mencapai tujuannya sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam visi dan misinya. Serta Code of Conduct harus bersumber dari nilai-nilai yang dianut oleh
perusahaan. Penerapan Code of Conduct ini berlaku untuk setiap karyawan dan manajemen
(termasuk Dewan Komisaris dan Direksi) tanpa terkecuali, serta secara berkala direview dan
disosialisasikan kembali kepada seluruh elemen perusahaan.
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai nilai moral dan
norma yg dijadikan tuntutan dalam berusaha
Pemilik kepentingan adalah semua individu atau kelompok yg berkepentingan dan berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan.
Ada 2 jenis pemilik kepentingan yg berpengaruh terhadap perusahaan yaitu pemilik kepentingan
internal dan eksternal.
Ø Investor, karyawan, manajemen, dan pemimipin perusahaan merupakan pemilik kepentingan
internal
Ø Pelanggan, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum dan kelompok
kepentingan khusus yg berkepentingan terhadap merupakan pemilik kepentingan eksternal.
Zimmerer (1996 : 21)à Kelompok pemilik kepentingan yg mempengaruhi keputusan bisnis
adalah :
1. Para Pengusaha & mitra usaha
Selain merupakan pesaing, para pengusaha juga adalah mitra. Sebagai mitra, para pengusaha
merupakan relasi usaha yg dpt bekerja sama dalam menyediakan informasi atau sumber peluang,
misalnya akses pasar, bahan baku, dan sumber daya lainnya. Loyalitas mitra usaha akan sangat
bergantung pada kepuasan yg mereka terima
2. Petani & perusahaan pemasok bahan baku
Berperan dlm penyediaan bahan baku. Pasokan yg kurang bermutu dan lambat dpt mempengaruhi
kinerja perusahaan.
3. Organisasi pekerja yg mewakili pekerja
Atau disebut serikat pekerja, dpt mempengaruhi keputusan melalui proses tawar menawar secara
kolektif. Tawar menawar tingkat upah, JAMSOS, kesehatan, kompensasi dan jaminan hari tua
sangat berpengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan.
4. Pemerintah (pengatur kelancaran aktivitas usaha)
Pemerintah dapat mengatur kelancaran aktivitas usaha melalui serangkaian kebijakan yg
dibuatnya. peraturan dan perundang undangan pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim
usaha.
5. Bank (penyandang dana perusahaan)
Bank, selain berfugsi sebagai jantung perekonomian secara makro, juga berfungsi sebagai
lembaga yg dpt menyediakan dana perusahaan.
6. Investor (penanam modal)
Investor penyandang dana dapat mempengaruhi perusahaan melalui serangkaian persyaratan yg
diajukan. Persyaratan tsb akan mengikat dan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan
keputusan. Misalnya investor hanya bersedia menanamkan modalnya di indonesia. Apabila modal
yg diinvestasikannya menjamin pengembalian investasi yg besar
7. Masyarakat umum yg dilayani
Masyarakat umum yg dilayani dapat mempengaruhi keputusan bisnis, mereka akan menanggapi
dan memberikan informasi tentang bisnis, mereka juga merupakan konsumen yg akan
menentukan keputusan keputusan perusahaan baik dlm menentukan produk barang dan jasa
maupun tehnik produksi yg digunakan.
8. Pelanggan & konsumen (pembeli produk)
Pelanggan yg membeli produk secara langsung dpt mempengaruhi keputusan bisnis. Barang dan
jasa yg akan dihasilkan, jumlah, dan teknologi yg diperlukan sangat ditentukan oleh pelanggan
dan mempengaruhi keputusan keputusan bisnis.
Selain kelompok kelompok yg tersebut diatas, beberapa kelompok lain yg berperan dlm
perusahaan adalah para pemilik kepentingan kunci (key stakeholders), seperti manajer, direktur
dan kelompok khusus.
Dapat disimpulkan, bahwa loyalitas kepemilikan sangat bergantung pada kepuasan yg mereka
peroleh.
Loyalitas pemilik kepentingan penting bagi perusahaan utk menciptakan diferensiasi dan
menghambat para pesaing.
Mathieu Paquerot (2000), guru besar University Of La Rochelle Prancis, dlm makalahnya
Stakeholder Loyalty, mengemukakan bahwa kepuasan pemilik kepentingan akan mendorong
loyalitas mereka terhadap perusahaan.
Zimmerer (1996 : 22)àada 3 tingkatan norma etika :
1) Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yg mengatur perbuatan yg boleh dilakukan
dan yg tdk bole dilakukan.
2) Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus bagi setiap orang dlm
organisasi dalam mengambil keputusan sehari hari.
3) Moral sikap mental individual, sangat penting utk menghadapi suatu keputusan yg tdk
diatur oleh aturan formal.
Zimmerer (1996) à Kerangka kerja etika dpt dikembangkan melalui 4 tahap:
a. Tahap pertama, Mengakui dimensi dimensi etika yg ada sebagai suatu alternatif atau
keputusan
b. Tahap kedua, Mengidentifikasi pemilik kepentingan kunci yg terlibat dlm pengambilan
keputusan.
c. Tahap ketiga, Membuat pilihan alternatif dan membedakan antara tanggapan etika dan
tanggapan bukan etika. Ketika membuat pilihan alternatif tanggapan, manajer akan
menemukan beberapa hal sbb:
a) Prinsip2 dan etika perilaku,
b) hak hak moral,
c) keadilan,
d) konsekuensi dan hasil,
e) Pembenaran publik,
f) intuisi dan pengertian/ wawasan
d. Tahap keempat, Memilih tanggapan etika yg terbaik dan mengimplementasikannya. pilihan
tersebut harus konsisten dgn tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan
individu.
Pihak yg bertanggungjawab terhadap moral etika adalah manajer,
Ada 3 tipe manajer dilihat dari sudut etikanya yaitu :
1) Manajemen tdk bermoral didorong oleh kepentingan sendiri demi keuntungan sendiri/
perusahaan.
2) Manajemen amoral, tujuan utama adalah laba, mereka tdk sengaja melanggar hukum atau
norma etika. Yg terjadi adalah bebas kendali dlm mengambil keputusan, artinya tdk
mempertimbangkan etika dlm mengambil keputusan.
3) Manajemen bermoral, bertujuan utk menraih keberhasilan dengan menggunakan aspek legal
dan prinsip etika. Filosofinya selalu melihat hukum sebagai standar minimum utk beretika dlm
perilakunya.
2. Prinsip Prinsip Etika Dan Perilaku Bisnis
Tujuan à menyebutkan prinsip prinsip etika dan perilaku bisnis
Zimmerer (1996 : 27-28) dikutip dari Michael Josephson (1988) à secara universal, ada 10 prinsip
etika yg mengarahkan perilaku, yaitu :
1) Kejujuran, yaitu kepercayaan bersifat jujur, sungguh sungguh
2) Integritas, memegang prinsip, melakukan kegiatan yg terhormat, tulus hati, berani dan penuh
pendirian
3) Memelihara janji, selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen
4) Kesetiaan, hormat dan loyal kpd keluarga, teman, karyawan dan Negara
5) Kewajaran/ keadilan, berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan,
memperlihatkankomitmen keadilan
6) Suka membantu orang lain, saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong menolong,
dan menghindari segala sesuatu yg membahayakab org lain
7) Hormat kpd orang lain, menghormati martabat org lain, kebebasan dan hak menentukan
nasib sendiri bagi semua orang
8) Warga negara yg bertanggung jwb, selalu menaati hukum/ aturan, penuh kesadaran sosial
dan menghormati proses demokrasi dlm mengambil keputusan
9) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dlm segala hal dg mengembangkan serta
mempertahankan tingkat kompetensi yg tinggi
10) Dapat dipertanggungjawabkan, memiliki dan menerima tanggung jawab atas keputusan dan
konsekuensinya
Catatan : ada 10 prinsip etika yg mengarahkan perilaku, yaitu Kejujuran, Integritas, Memelihara
janji, Kesetiaan, Kewajaran/ keadilan, Suka membantu orang lain, Hormat kpd orang lain, Warga
negara yg bertanggung jwb, Mengejar keunggulan, Dapat dipertanggungjawabkan

3. Cara Cara Mempertahankan Standar Etika


Tujuan à memahami cara cara mempertahankan standar etika bisnis
Cara cara mempertahankan standar etika antara lain:
1) Ciptakan kepercayaan perusahaan dlm menetapkan nilai nilai perusahaan yg mendasari
tanggung jwb etika bagi pemilik kepentingan
2) Kembangkan kode etik, catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip prinsip etika yg
diharapkan perusahaan dari karyawan. Kode etik biasanya memuat tentang:
- Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pd hukum
- Kualitas dan keamanan produk
- Kesehatan dan keamanan tempat kerja
- Konflik kepentingan
- Praktek dan latihan karyawan
- Praktek pemasaran dan penjualan
- Keamanan /kebabasan
- Kegiatan berpolitik
- Pelaporan finansial
- Hubungan dengan pemasok
- Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak
- Jaminan dagang/ informasi orang dalam
- Pembayaran utk mendapatkan usaha
- Perlindungan lingkungan
- Informasi pemilikan
- Keamanan kemasan
3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten, manajer harus mengambil tindakan
4) Lindungi hak perorangan, akhir dari setiap keputusan sangat bergantung pada individu. Utk
membuat keputusan, seseorang harus memiliki :
 Komitmen etika, yaitu tekad seseorang utk bertindak secara etis dan melakukan sesuatu
yg benar
 Kesadaran etika, kemampuan utuk merasakan implikasi etika dari
 Kemampuan kompetensi, kemampuan utk menggunakan suara pikiran moral dan
mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis
5) Adakan pelatihan etika --- workshop merupakan alat utk meningkatkan kesadaran para
karyawan
6) Lakukan audit etika secara periodik, merupakan cara terbaik utk mengevaluasi efektivitas
sistem etika
7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tdk hanya aturan --- tdk ada seorangpun yg
dpt mengatur norma etika, tetapi manajer bisa saja membolehkan orang utk mengetahui
penampilan yg diharapkan
8) Hindari contoh etika yg tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan, atasan harus
memberi contoh dan menaruh kepercayaan kpd bawahannya.
9) Ciptakan budaya yg menekankan komunikasi dua arah yaitu utk menginformasikan barang
dan jasa yg dihasilkan dan menerima aspirasi utk perbaikan perusahaan.
10) Libatkan karyawan dlm mempertahankan standar etika, para karyawan diberi kesempatan utk
memberikan umpan balik tentang bagaimana standar etika yg dipertahankan.

4. Tanggung Jawab Perusahaan


Tujuan à Memahami macam macam tanggung jawab perusahaan terhadap pemilik kepentingan
Catatan : Ada lima tanggung jawab perusahaan, yaitu tanggung jawab terhadap lingkungan,
karyawan, pelanggan, investor, dan masyarakat
Ronald J. Ebert & Ricky M. Griffin (2000: 83)à Etika sangat berpengaruh terhadap tingkah laku
individual.
Tanggung jawab sosial mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dlm suatu
lingkungan sosial seperti pelanggan, karyawan, investor, dan perusahaan lain.
Zimmerer à Ada beberapa macam pertanggungjawaban perusahaan, yaitu :
1) Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan artinya
perusahaan harus memperhatikan, melestarikan dan menjaga lingkungan.
2) Tanggung jawab terhadap karyawan. Menurut Ronald J. Ebert (2000: 89)à semua aktivitas
manajeman SDM seperti penerimaan karyawan baru, pengupahan, pelatihan, promosi, dan
kompensasi merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan
Zimmerer (2000) à tanggung jawab perusahaan dpt dilakukan dg cara :
a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan
b. Memnita input kpd karywan
c. Memberikan umpan balik positif maupun negatif
d. Selalu menekankan kepercayaan kpd karyawan
e. Membiarkan karyawan mengetahui apa yg sebenarnya mereka harapkan
f. Memberikan imbalan kpd karyawan yg bekerja dg baik
g. Memberi kepercayaan kpd karyawan
3) Tanggung jawab terhadap pelanggan. Ronald J. Ebert (2000: 88)à ada 2 kategori yaitu :
- Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas dan
- Memberikan harga produk dan jasa yang wajar dan adil
Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak hak pelanggan yaitu :
- Hak mendapatkan produk yg aman
- Hak mendapatkan informasi segala aspek produk
- Hak utk didengar
- Hak memilih apa yg akan dibeli
Zimmerer (1996) à Hak hak pelanggan yg harus dilindungi antara lain :
a) Hak keamanan, barang dan jasa harus berkualitas dan memberikan rasa aman
b) Hak mengetahui, konsumen berhak utk mengetahui barang dan jasa yg mereka beli
c) Hak utk didengar, komunikasi 2 arah harus dibentuk, utk menyalurkan keluhan produk dan
jasa dari konsumen dan utk menyampaikan informasi barang dan jasa dari perusahaan
d) Hak atas pendidikan, pelanggan berhak atas pendidikan misalnya pendidikan tentang
bagaimana menggunakan dan memelihara barang / produk
e) Hak utk memilih, memberikan hak utk memilih barang dan jasa yg mereka perlukan, tanggung
jawab sosial perusahaan adalah tdk mengganggu persaingan dan mengabaikan undang undang
anti monopoli (antitrust)
4) Tanggung jawab terhadap investor adalah menyediakan pengembalian investasi yg menarik,
seperti memaksimumkan laba
5) Tanggung jawab terhadap masyarakat, perusahaan harus bertanggung jwb terhadap
masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan pekerajaan dan menciptakan kesehatan serta
kontribusi terhadap masyrakat yg berada di sekitar lokasi perusahaan tsb berada.
3. FIVE QUESTION APPROACH
"Pendekatan lima pertanyaan" untuk menggunakan rasio keuangan:
1.Seberapa likuid perusahaan?Ini untuk menentukan apakah perusahaan memilikikemampuan
untuk membayar kreditor pada waktu yang tepat dan membandingkanaset lancar dengan
kewajiban lancar serta kualitasaset lancarindividu.
2.Apakah manajer perusahaan menghasilkan laba operasi yang memadai dariaset
perusahaan?Profitabilitas perusahaan, laba operasidan rasio turnover dihitung untuk menentukan
di mana asetberada.
3.Bagaimana perusahaan membiayai asetnya?Rasio utang dihitung danwaktu bunga yang
diperoleh juga dihitung untuk menjawab ini.
4.Apakah manajer perusahaan memberikan pengembalian modal yang baik yangdiberikan oleh
pemegang saham?Analisis laba atas ekuitas dihitungdan dibandingkan dengan pesaing untuk
menentukan hal ini.
5.Apakah manajer perusahaan menciptakan nilai pemegang saham?Nilai yang diciptakanoleh
para manajer diukur dengan Economic Value Added atau denganmemeriksa rasio nilai pasar
(harga / pendapatan danrasioharga / buku).(Keown, Martin, & Petty, 2014)
Ada beberapa batasan dalam menggunakan analisis rasio keuangan termasuk:
a.Identifikasi industri: Sebuah perusahaan yang bergerak dalam berbagailini bisnis mungkin sulit
ditempatkan dalam satuindustritertentu.
b.Rata-rata yang dipublikasikan adalah perkiraan yang digunakan tanpa norma yang ditetapkan.
c.Kesulitan membandingkan jatah antar perusahaan ketikapraktik / metodeakuntansiberbeda.
d.Rasio yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa menyesatkan.
e.Perubahan musiman.
4. PRINSIP GOOD GONVERANCE
Pengertian Good Governance
Good governance merupakan salah satu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
sangat solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan berbagai prinsip demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara
politik maupun administratif.
Good governance ini juga menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya kegiatan pada usaha. Governance ini pertama kali
digunakan pada dunia usaha atau korporat.
Prinsip Good Governance :
a. Transparansi yaitu yang dapat dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan lembaga dan informasi dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti.
b. Peduli pada Stakehoder yaitu berbagai lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan
harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
c. Berorientasi pada Konsensus yakni sebuah tata pemerintah yang baik dapat menjembatani
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dan yang terbaik
bagi kelompok masyarakat.
d. Kesetaraan ialah semua warna masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
e. Efektifitas dan Efisiensi yakni segala proses pemerintahan dan lembaga membuahkan hasil
sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber daya yang ada
seoptimal mungkin.
f. Akuntabilitas merupakan beberapa pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat ataupun kepada lembaga
yang berkepentingan.
g. Visi Strategis adalah seorang pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan
jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
untuk mewujudkannya, harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan sosial
budaya yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
h. Partisipasi Masyarakat ialah semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan baik secara langsung maupun tidak.
i. Tegaknya Supremasi Hukum yaitu salah satu kerangka hukum harus adil dan diberlakukan
tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
Karakteristik Good Governance
a. Adanya partisipasi masyarakat.
b. Adanya aturan hukum yang adil tanpa pandang bulu.
c. Pemerintah bersifat transparan.
d. Pemerintah mempunyai daya tanggap terhadap berbagai pihak.
e. Pemerintah berorientasi pada konsesus untuk mencapai kesepakatan.
f. Menerapkan prinsip keadilan.
g. Pemerintah bertindak secara efektif dan efisien.
h. Segala keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau bersifat akuntabilitas.
i. Penyelenggaraan pembangunan bervisi strategis.
j. Adanya kesalingketerkaitan antarkebijakan.
Asas – Asas Good Governance
1. Asas Kepastian Hukum
Asas dalam suatu negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
Menjadi salah satu landasan keteraturan, keserasian, keseimbangan dalam pengabdian
penyelenggaraan negara.
3. Asas Kepentingan Umum
Asas yang bisa mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif. Maksudnya asas ini menghendaki pemerintah harus mengutamakan kepentingan
umum terlebih dahulu
4. Asas Keterbukaan
Asas yang dapat membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperolah informasi yang
benar , jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas Proporsoionalitas
Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas
Asas yang dapat menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan negera harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8. Asas Efisiensi
Penggunaan pada sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum.
Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk
mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
9. Asas Efektivitas
Dalam pencapaian suatu tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditentukan.
Aspek – Aspek Good Governance
a. Hukum atau Kebijakan merupakan salah satu aspek yang ditujukan pada perlindungan
kebebasan.
b. Administrative Competence and Transparency merupakan salah satu kemampuan
membuat perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin, dan model administratif
keterbukaan informasi.
c. Desentralisasi yakni sebuah desentralisasi regional dan dekonsentrasi di dalam
departemen.
d. Penciptaan Pasar yang Kompetitif ialah suatu penyempurnaan mekanisme pasar,
peningkatan peran pengusaha kecil, dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan
kemampuan pemerintahan melakukan kontrol terhadap makro ekonomi.
5. TEORI KODE ETIK
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “Ethikos” yang berati timbul dari kebiasaan,
adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.
Berikut ini merupakan dua sifat etika, yaitu :
Ø Non-empirisFilsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang
didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha
melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret.
Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara
faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
Ø Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya
tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat
praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia.
Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak
bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti
hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dan sebagainya, sambil melihat teori-teori etika masa
lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri
argumentasi yang tahan uji.
Perbedaan antara Etika dengan Etiket yaitu, Etika menyangkut cara dilakukannya suatu
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Contohnya : Dilarang mengambil
barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama
artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak
dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri. Sedangkan
Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita).
Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
Contohnya : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas
meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian
(tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut
keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut
professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan
orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu :
a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis
Seorang professional harus memiliki pengetahuan teoretis dan keterampilan mengenai bidang
teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Asosiasi Profesional
Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh anggota profesi yang
bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.
c. Pendidikan yang Ekstensi
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan
tinggi. Seorang professional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang pendidikan yang
tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.
d. Ujian Kompetisi
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes
yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
e. Pelatihan institutional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon
profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
f. Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang
memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
g. Otonomi kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar
adanya intervensi dari luar.
h. Kode etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan
bagi mereka yang melanggar aturan.
i. Mengatur diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang
berkualifikasi paling tinggi.
j. Layanan publik dan altruism
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan
kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
k. Status dan imbalan yang tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi
para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat.
Pengertian Etika Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup
berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh
ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban
terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak professional.
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi
Prinsip Etika Profesi Dalam Kode Etik IAI
Suraida (2005) menjelaskan bahwa dalam kode etik
Ikatan Akuntan Indonesia memiliki delapan prinsip etika
profesi sebagai berikut :
1. Tanggung Jawab Profesional
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, anggota harus melaksanakan
pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh keluarga.
2. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam suatu cara yang akan melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen pada
profesionalisme.
3. Integritas
Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan seluruh
tanggung jawab profesional dengan perasaan integritas tinggi.
4. Objektifitas
Anggota harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari konflik penugasan dalam
pelaksanaan tanggung jawab profesional.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Agar dapat memberikan layanan yang berkualitas, professional harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi dan ketekunan.
6. Kerahasiaan
Professional harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan tugas, walaupun keseluruhan proses mungkin harus dilakukan
secara terbuka dan transparansi.
7. Perilaku Professional
Profesional harus melakukan tugas sesuai dengan yang berlaku, yang meliputi standar teknis dan
profesional yang relevan.
8. Standar Teknis
Harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang telah
ditetapkan. Jadi terdapat delapan prinsip etika profesi dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
yaitu : tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan
kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional dan standar teknis.
Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah sebuah sistem norma, nilai dan juga aturan profesional secara tertulis
juga dengan tegas menyatakan yang baik dan benar, serta apa yang tidak benar & juga tidak baik
untuk profesional. Selain itu, definisi dari kode etik yakni ialah suatu pola aturan, cara-cara,
tanda, pedoman etis dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan. Kode etik juga adalah suatu pola
aturan atau tata cara sebagai pedoman dalam berperilaku.
Definisi lain dari kode etik, kode etik merupakan sebuah aturan yang secara tertulis,
secara sistematik yang dengan sengaja di buat dengan berdasarkan prinsip moral yang ada yang
mana ketika dibutuhkan dapat di fungsikan sebagai alat yang bisa digunakan menghakimi
berbagai macam dari tindakan yang pada umumnya dinilai menyimpang dari kode etik yang telah
ditetapkan.
Pengertian Kode Etik Menurut Para Ahli
Agar menambah pemahaman kita mengenai pengertian kode, maka simaklah pendapat para ahli
mengenai pengertian kode etik, adapun para ahli tersebut diantaranya :
Franz Magnis Suseno
Etika merupakan ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan petunjuk dan pijakan
pada tindakan manusia.
Drs. Sidi Gajabla
Etika yakni ialah sebagai teori yang berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan manusia yang
dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya sejauh mana bisa ditetapkan oleh akal sehat manusia.
Ramali & Pamuncak
Etika merupakan pengetahuan mengenai prilaku yang benar dalam satu profesi.
Sumaryono (1995)
Etika merupakan studi yang berkenaan dengan kebenaran dan ketidak benaran berdasarkan kodrat
manusia yang dinyatakan melalui kehendak manusia dalam bertingkah laku atau bertindak.
W. J. S. Poerwadarminto
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan asas-asas akhlak (moral).
Soergarda Poerbakawatja
Etika merupakan ilmu yang memberikan arahan atau petunjuk, acuan, serta pijakan kepada
tindakan manusia.
Ahmad Amin
Beliau mengemukakan bahwa definisi etika yakni ialah satu pengetahuan yang menjelaskan
mengenai arti baik & buruk serta apa tindakan yang seharusnya diambil ataupun dilakukan oleh
manusia, dan juga menyatakan satu tujuan yang perlu dicapai oleh manusia dalam perbuatannya
serta menunjukkan arah untuk melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia
tersebut.
H. A. Mustafa
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki, mana yang baik dan yang buruk dengan melihat amal
perbuatan manusia sejauh yang bisa diketahui oleh akal pikiran manusia.
Suseno
Etika merupakan suatu ilmu yang membicarakan mengenai bagaimana dan mengapa kita
mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana kita dalam mengambil sikap yang bertanggung
jawab berhadapan dengan ajaran moral.
Tujuan Kode Etik
Dalam pembentukan kode etik tentu terdapat banyak sekali tujuan didalamnya yaitu diantaranya
agar profesional bisa memberikan jasa dengan sebaik-baiknya kepada para pengguna ataupun
para nasabahnya. Dengan adanya kode etik dapat melindungi dari perbuatan yang tidak
profesional. Selain itu, ketaatan dari tenaga profesional terhadap kode etik yang ada yakni ialah
sebuah ketaatan yang naluriah, yang memang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan juga perilaku
dari tenaga profesional tersebut.
6. IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS MAKRO, MIKRO, MESO
Taraf Makro
Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara
keseluruhan. Jadi, di sini masalah-masalah etika disoroti pada skala besar. Misalnya masalah
keadilan: bagaimana sebaiknya kekayaan di bumi ini dibagi dengan adil? Bebarapa contoh
lain adalah: aspek-aspek etis dari kapitalisme; masalah keadilan sosial dalam masyarakat,
terutama yang berkaitan dengan kaum buruh.
Taraf Meso
Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis menyelidiki masalah-masalah etis
di bidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat
buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Taraf Mikro
Pada taraf mikro, yang difokuskan ialah individu dalam hubungan ekonomi dan bisnis. Di
sini dipelajari tanggung jawab etis dari bawahan dan atasan, produsen dan konsumen,
pemasok dan investor.
Richard De George mengusulkan untuk membedakan antara ethics in business dan
business ethic, antara etika-dalam-bisnis dan etika bisnis. Etika sudah selalu dikaitkan dengan
bisnis. Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula bisnis dihubungkan dengan etika. Jadi, etika-
dalam-bisnis berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topik di samping sekian banyak topik
lainnya. Etika-dalam-bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan
identitas tersendiri. Hal itu baru tercapainya dengan timbulnya “etika bisnis” dalam arti
sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai