Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN , UNSUR , INDIKATOR DAN PRINSIP ETIKA

A.    Apa Itu Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang berarti : kebiasaan/adat, akhlak,watak,
perasaan, sikap, cara berpikir.
*Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral)”
* Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR "etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. "
*Menurut Magnis Suseno, "Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi
kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas".

Teori Etika dan contohnya


a. Etika Teleologi dari kata Yunani,  telos = tujuan,  Mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan itu.Contoh: Setiap hari saya berolahraga agar sehat dan memiliki
tubuh yang bugar sesuai dengan keinginan saya.

Etika Teleologi terbagi menjadi dua aliran, yaitu:

 - Egoisme Etis:Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.Contohnya: Merokok tanpa
peduli dengan orang-orang disekitar.

 - Utilitarianisme:Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja  satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan.Contohnya: berusaha menanam tanaman dan menghemat listrik agar mengurangi
dampak global warming.

b. Deontologi , Istilah deontologi berasal dari kata  Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi
menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban  kita dan karena perbuatan kedua
dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. 
Contohnya:  Minggu depan ada UAS, untuk mendapat nilai bagus saya harus melaksanakan
kewajiban saya sebagai pelajar yaitu belajar bukan dengan mencontek.

c. Teori Hak , Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan
yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi  baik buruknya  suatu perbuatan atau perilaku.
Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban.
Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.
Contohnya: saya membayar sejumlah uang tertentu (kewajiban) untuk makan di restoran yang
saya inginkan (hak).

d. Teori Keutamaan (Virtue), memandang  sikap atau akhlak seseorang.


Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan
sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan  sebagai berikut : disposisi watak  yang telah
diperoleh  seseorang dan memungkinkan  dia untuk bertingkah-laku baik secara moral.
Contoh: dalam menjadi seorang manager di suatu perusahaan memiliki etika/watak.

B.     Unsur Unsur Etika

Unsur-unsur pokok dalam Etika meliputi:


a . Kebebasan
Merupakan unsur penting dalam norma moral. Kebebasan memberikan pilihan bagi
manusia untuk bersikap dan berperilaku. Hal ini sangat esensial mengingat norma moral itu
adalah yang otonom. Jadi selalu ada pilihan (alternative) bagi manusia untuk  bersikap dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya.
Adapun kebebasan manusia itu dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

  Kebebasan sosial adalah kebebasan yang diterima dari orang lain (sesama manusia), yang
berarti bersifat heteronom.

 Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan sikap dan perilaku
 

dirinya sendiri yang berarti bersifat otonom.

b.      Tanggung Jawab


Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesediaan dasariah untuk melaksanakan apa yang
menjadi kewajibannya. Kewajiban merupakan beban yang harus dilaksanakan.Setiap bentuk
tanggng jawab senantiasa  menuntut pertanggung jawaban apabila perbuatan itu sudah selesai
dilakukan.Pertanggung jawaban ini adalah suatu tindakan memberi penjelasan yang dapat
dibenarkan baik secara moral maupun secara hukum.Hal inilah yang disebut
dengan akuntabilitas. Pengertian beban disini tentu dalam arti luas, tidak selalu berkonotasi tidak
menyenangkan. Melainkan pertimbangan moral, baru akan mempunyai arti apabila manusia
tersebut mampu dan mau bertanggung jawab atas pilihan yang dibuatnya. Pertimbangan-
pertimbangan moral hanya mungkin ditujukan bagi orang yang dapat dan mau bertanggung
jawab.
c.       Hati Nurani

 Suara hati sering kali disebut dengan hati nurani. Kata synteresis lebih tepat diartikan
 

sebagai hati nurani, yaitu pengetahuan intuitif tentang prinsip-prinsip moral.

 Menurut Aquinas, hati nurani berasal langsung dari Tuhan dan oleh karena itu tidak
mungkin keliru. Apabila manusia menghadapi situasi konkret yang mengharuskannya
memilih sikap-sikap moral tertentu, maka yang hadir pada saat itu adalah suara hati.Suara
hati memang suara kejujuran, tetapi tidak identik dengan hakikat kebenaran itu sendiri.
Artinya suara hati mungkin saja bias salah, tetapi kesalahan suara hati itu karena
ketidaktahuan sipemilik suara hati itu, bukan karena ia sengaja berbuat salah.

 Franz Magnis Suseni menyebutkan tiga lembaga normative yang mengajukan norma-
 

norma (dalam arti yang lebih abstrak berupa nilai-nilai) mereka kepada kita.Pertama, adalah
masyarakat, termasuk pemerintah, guru, orang tua, teman sebaya,dan pemuka agama.
Lembaga normative tersebut baik secara implisit maupun eksplisit,akan menyatakan apa
yang baik dan tidak baik menurut mereka.Kedua, adalah ideology termasuk agama di
dalamnya. Kode etik profesi juga ada dalam kategori lembaga normative kedua ini.Ketiga,
adalah superego pribadi. Seperti perasaan malu pada diri seseorang apabila yang
bersangkutan melakukan suatu perilaku tidak terpuji.

C.    Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
a. Pengendalian diri
b. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
d. Menciptakan persaingan yang sehat
e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
f. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
g. Mampu menyatakan yang benar itu benar
h. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
j. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
k. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan

Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika


1. Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul
mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.

2. Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam
perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas
aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai
keseluruhan.

3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu
tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan,
tindakan dan karakter individual.

Secara sederhana yang dimaksud denganetika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis
seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,yaitu :

 Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh


karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
 Individual Rights Approach :setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
 Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk
suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.

D.    Indikator Etika Bisnis

Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk
menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika bisnis dalam
kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan khusus yang
berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan indikator etik dari
masing-masing pelaku bisnis.

1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi


Apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan
sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku.
Berdasarkan  indikator ini  seseorang pelaku bisnis dikatakan  beretika dalam
bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang
telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator etika bisnis menurut hukum.
Berdasarkan indikator hukum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah
melaksanakan etika bisnis  apabila  seseorang pelaku  bisnis  atau  suatu perusahaan
telah mematuhi   segala   norma  hukum   yang   berlaku   dalam   menjalankan kegiatan
bisnisnya.
4. Indikator  etika   berdasarkan   ajaran   agama.  
Pelaku  bisnis   dianggapberetika  bilamana  dalam  pelaksanaan  bisnisnya  senantiasa 
merujuk kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya. 
Setiap pelaku  bisnis baiksecara individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan
bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar
operasi suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu
Apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan
integritas pribadinya.

E.     Prinsip Etika dalam Berbisnis


Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas dari kehidupan
keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah
implementasi dari prinsip etika pada umumnya.

1.    Prinsip Otonomi


Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam
dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral yang
ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya
sudah dipikirkan dan dipertimbangkan . Dalam kaitan ini salah satu contohnya perusahaan
memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya adalah:
a. Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan
mereka;
b. Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk pelayanan yang
tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
c. Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannyadan
ditingkatkan terhadap produk dan jasa perusahaan;
d. Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan, memasarkan dan
mengiklankan produk.

Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik. Karena kebebasan adalah unsur hakiki dari
prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyaratan utama untuk bertindak secara
etis, walaupun kebebasan belum menjamin bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis.
Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah tanggungjawab, karena selain sadar akan
kewajibannya dan bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang
dianggap baik, otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya (di
sinilah dimungkinkan adanya pertimbangan moral). Kesediaan bertanggungjawab
merupakan ciri khas dari makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung
jawab pada diri kita sendiri dan juga tentunya pada stakeholder
.
2.    Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal
utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial,
material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran.

Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:


a. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak
jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak
mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha
lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang
tersebut.
b. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga
yang baik.Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika
ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang
menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
c. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan yaitu
antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan. Perusahaan
akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.

3.    Prinsip Keadilan


Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan
berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai
keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:

1.     Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan
hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar
Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin
kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang
berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
2.     Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu
dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga
negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku
sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang
terlibat.
3.     Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang
merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini
berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam
perusahaan yang juga adil dan baik.

4.  Prinsip Saling Menguntungkan


Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling mengun tungkan satu sama
lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu
win-win situation.

5.  Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga nama
baiknya dan nama baik perusahaan.

Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam Smith, prinsip
keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling penting dalam berbisnis. Prinsip ini
menjadi dasardan jiwa dari semua aturan bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan
terabaikan. Karena menurut Adam Smith, dalam prinsip keadilan khususnya keadilan
komutatif berupa no harm, bahwa sampai tingkat tertentu, prinsip ini telah mengandung semua
prinsip etika bisnis lainnya. Karena orang yang jujur tidak akan merugikan orang lain, orang
yang mau saling menguntungkan dengan pihak Iain, dan bertanggungjawab untuk tidak
merugikan orang lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.

Contoh kasus etika bisnis:


 Sebuah perusahaan pengembang di Lampung membuat kesepakatan dengan sebuah
perusahaan perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah pabrik. Sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan
kepada pihak perusahaan kontraktor tersebut. Dalam pelaksanaannya, perusahaan
kontraktor menyesuaikan spesifikasi bangunan pabrik yang telah dijanjikan. Sehingga
bangunan pabrik tersebut tahan lama dan tidak mengalami kerusakan. Dalam kasus ini
pihak perusahaan kontraktor telah mematuhi prinsip kejujuran karena telah memenuhi
spesifikasi bangunan yang telah mereka musyawarahkan bersama pihak pengembang.










 Sebuah Yayasan Maju Selalu menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun
ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp.500.000,- kepada setiap siswa baru.
Pungutan sekolah ini diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga
setelah diterima,mereka harus membayarnya. Kemudian pihak sekolah memberikan
informasi ini kepada wali murid bahwa pungutan tersebut digunakan untuk biaya
pembuatan seragam sekolah yang akan dipakai oleh semua murid pada setiap hari rabu-
kamis. Dalam kasus ini Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan mengikuti transparasi.

 Pada tahun 1990 an, kasus yang masih mudah diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah
perusahaan yang sangat bagus dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming
industri energi dan saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang
bergitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil
menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang
ada dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring
dengan booming industri energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai energy merchants
dan bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada awalnya adalah anggota
pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar dengan sebagaimana mestinya.
Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan reputasinya baik tersebut, karena
melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan,
Enron kemudian kolaps pada tahun 2001. 

Sumber
http://rannie-winoni.blogspot.com/2009/10/contoh-kasus-etika-bisnis.html
http://lailulromdhon.blogspot.com/2010/11/tiga-contoh-etika-bisnis.html
http://rosicute.wordpress.com/2010/11/23/pengertian-etika-bisnis/
http://andyhariman.blogspot.com/2010/01/pengertian-etika-bisnis.html

Perusahaan Oligopoly Berdasarkan Sudut Pandang Etika Bisnis

Pengertian:
Pasar oligopoly adalah pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual terhadap 1 komoditi
sehingga tindakan 1 penjual akan mempengaruhi tindakan penjual lainnya. Jika produknya
homogen disebut oligopoli murni (pure oligopoly). Jika produknya berbeda corak disebut
oligopoli beda corak (differentiated oligopoly).

Karakteristik pasar oligopoly :

  Hanya terdapat sedikit perusahaan dalam industry.  

  Produknya homogen atau terdiferensiasi

  Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.

  Kompetisi non harga.

Penyebab terbentuknya pasar oligopoly :

    Efisiensi skala besar di dalam efisiensi teknis (teknologi) dan efisiensi ekonomi (biaya
produksi). Profit hanya bisa tercipta apabila perusahaan mampu mencapai tingkat efisiensi.
Efisiensi teknis menyangkut pada penggunaan teknologi dalam proses produksi. Kemampuan
produsen dalam menempatkan sumber daya secara optimal. Efisiensi ekonomi menyangkut
pada biaya produksi. Bagaimana mengatur biaya pada komposisi yang tepat sehingga harga
yang dipasarkan merupakan harga yang bisa diterima pasar dan produsen.

    Kompleksitas manajemen (tingkat kerumitan). Tingkat kerumitan dalam manajemen


pengelolaan di suatu perusahaan.

Kelebihan : Terdapat sedikit penjual penjual , bagi produsen cukup menguntungkan karena pada
tingkat harga tertentudapat mengendalikan harga.Tetapi jika terjadi perang harga , konsumen
akan merasa diuntungkan .

Kelemahannya :Produsen cenderung bersekutu ( kartel ) yang pada akhirnya dapat merugikan
konsumen ( bersekutu dalam hal negatif).

Sumber:

http://tuangkan.wordpress.com/2009/03/07/pasar-oligopoli-definisi-karakter-karakter/

http://mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6938/Kasus+1.doc

Contoh Kasus:
“Temasek Holding (Pte) Ltd atau biasa disebut Temasek memiliki empat puluh satu persen
saham di PT Indosat Tbk dan tiga puluh lima persen di PT Telkomsel”

Berdasarkan data kepemilikan saham ini, maka tidak salah jika masyarakat berasumsi bahwa ada
konflik kepentingan dalam penanganan operasional manajemen di kedua perusahaan
telekomunikasi tersebut, yang cukup besar market share-nya di Indonesia. Ketika sebuah
perusahaan didirikan dan selanjutnya menjalankan kegiatannya, yang menjadi tujuan utama dari
perusahaan tersebut adalah mencari keuntungan setinggi-tingginya dengan prinsip pengeluaran
biaya yang seminimum mungkin. Begitu juga, dengan prinsip pemilikan saham. Pemilikan
saham sama artinya dengan pemilikan perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh seseorang atau
badan atau lembaga korporasi tentunya bertujuan bagaimana caranya kepemilikan tersebut dapat
menghasilkan keuntungan terhadap diri si pemiliki saham tersebut. Bicara keuntungan tentunya
kita tidak hanya bicara tentang keuntungan financial, tetapi juga tentang keuntungan non
financial, seperti memiliki informasi penting, penguasaan efektif, pengatur kebijakan, dan lain-
lainnya.

Pada kasus pemilikan saham Temasek di PT Indosat, Tbk., dan PT Telkomsel. Walaupun tidak
ada perjanjian diantara PT Telkomsel dengan PT Indosat, Tbk., tetapi persoalan oligopoli
sebenarnya tidak boleh hanya dilihat dari sekedar apakah ada perjanjian atau tidak? atau berapa
persentase market share-nya?. Di dalam dunia telekomunikasi Indonesia khususnya untuk
provider GSM, hanya ada tiga perusahaan besar. Sehingga jelas jika terbukti kedua perusahaan
tersebut melakukan “kerjasama”, maka akan ada praktek oligopoli yang kolusif. Sedikitnya
perusahaan yang bergerak di sektor ini membuat mereka harus memiliki pilihan sikap, koperatif
atau non koperatif. Suatu pelaku usaha/perusahaan akan bersikap non koperatif jika mereka
berlaku sebagai diri sendiri tanpa ada perjanjian eksplisit maupun implisit dengan pelaku
usaha/perusahaan lainnya. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya perang harga.
Sedangkan beberapa pelaku usaha/perusahaan beroperasi dengan model koperatif untuk
mencoba meminimalkan persaingan. Jika pelaku usaha dalam suatu oligopoli secara aktif
bersikap koperatif satu sama lain, maka mereka telibat dalam KOLUSI.

Pada kasus Temasek, jelas terlihat sebagai pemegang saham tentunya menginginkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Policy ‘mengeruk’ keuntungan ini tentunya dituangkan di seluruh aspek
yang menjadi unit bisnis usahanya, termasuk didalamnya adalah PT Telkomsel dan PT Indosat,
Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat
mengoptimalkan maksud dan tujuan Temasek tersebut. Caranya memaksimumkan keuntungan
tersebut adalah kolusi antara PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dengan mempertimbangkan
saling ketergantungan mereka, sehingga mereka menghasilkan output dan harga monopoli serta
mendapatkan keuntungan monopoli. Hal ini dapat terlihat dari penentuan tarif pulsa GSM antara
PT Telkomsel dan PT Indosat, Tbk., dimana boleh dikatakan tarif harga pulsa GSM di Indonesia
adalah salah satu yang termahal di dunia. Padahal, negara-negara tetangga sekitar sudah dapat
menerapkan harga unit pulsa yang sangat murah dan menguntungkan masyarakat serta tidak
mematikan persaingan usaha. Apalagi notabene-nya, di negara Temasek sendiri harga unit pulsa
boleh dikatakan sangat murah. Lantas, kenapa di Indonesia harga pulsa menjadi sangat mahal?.
Padahal secara konsep teknologi, dimungkinkan penggunaan untuk menekan harga unit pulsa
menjadi sangat murah, contohnya adalah pada teknologi CDMA Flexi dan Esia yang sering
dihambat perkembangan oleh “pihak-pihak tertentu” yang tidak menginginkan perkembangan
bisnis usaha ini. Padahal jelas-jelas menguntungkan masyarakat.

Analisa:
Dari kasus diatas dapat kita ketahui bahwa Temasek melakukan kolusi antara PT Telkomsel dan
PT Indosat, Tbk. Sehingga dengan status kepemilikan di dua perusahaan tersebut akan dapat
mengoptimalkan maksud dan tujuan Temasek tersebut. Hal ini jelas melanggar etika bisnis
karena  harga tarif layanan yang ditetapkan pada kedua perusahaan tersebut terlalu mahal
dibandingkan dengan pesaing-pesaing dalam dan luar negeri. Selisih harga tarif pulsa antara
produk PT Telkomsel dan PT Indosat yang tidak begitu jauh. Selisih tarif yang sangat kecil ini
mengindikasikan dugaan awal terjadinya praktek Oligopoli Kolusif diantara mereka. Penentuan
tarif harga yang sangat mahal ini, jelas adalah pengeksploitasian ekonomi masyarakat dan boleh
dikatakan sebagai Kolonialisme Gaya Baru.

Kasus konflik beserta Solusinya dilihat dari kacamata Etika Bisnis


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.Konflik terjadi karena adanya kesalahpahaman dari dua pihak atau
lebih.
Tingkat-tingkat konflik terdiri dari:

 Konflik intra perorangan


 Konflik antar perorangan
 Konflik antar kelompok
 Konflik antar keorganisasian 

Sumber:
 http://nasional.kompas.com/read/2009/02/16/12385851/
masalah.konflik.hambat.pembangunan.daerah.tertinggal
  http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id/files/2011/03/konflik-organisasi.ppt

Analisa contoh kasus konflik dibawah ini.

JAKARTA, SENIN — Terhambatnya pembangunan di daerah-daerah perbatasan antara lain


merupakan buntut dari persoalan konflik internal di daerah tersebut. Akibatnya, pembangunan
perbatasan masih belum bisa mengupayakan kesejahteraan rakyatnya.

Hal tersebut dikatakan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Umar Anggara Jenie
di sela-sela seminar "Masalah Pembangunan di Perbatasan: Upaya Pengentasan Kemiskinan dan
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" di LIPI Jakarta, Senin (16/2). "Level paradigma
penanganan persoalan konflik di perbatasan harus diganti dengan pembangunan kesejahteraan
wilayahnya," ungkap Umar.

Menurutnya, banyaknya warga miskin di daerah tertinggal menjadi masalah yang ironi. Sebab,
ketertinggalan itu justru memicu persoalan lain, seperti masalah sosial, keamanan, serta masalah
kebangsaan.
Selain itu, lemahnya koordinasi antarinstansi termasuk penyaluran modal masih belum jernih
sehingga penundaan lebih kerap terjadi. "Ditambah lagi permasalahan warisan yang ditinggalkan
penjajahan yang mengakibatkan kemiskinan yang berlarut-larut," tambah Umar.

Perlu penanganan multi disiplin dan kerja sama berbagai pemangku kepentingan, dalam upaya
pembangunan daerah tertinggal. Pemerintah dalam satu sisi berfungsi sebagai promotor serta
memberi stimulus fiskal, papar Umar. Sedangkan lembaga lainnya bisa masuk dalam berbagai
bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan masalah upaya pembangunan sumber daya manusia.

Analisis dan solusi:


 Berdasarkan artikel yang diambil di harian kompas online diatas dapat dianalisis terjadi konflik
internal karena terhambatnya pembangunan di daerah-daerah perbatasan yang mengakibatkan
pembangunan perbatasan masih belum bias mengupayakan kesejahteraan rakyatnya.

Konflik ini dapat terjadi karena lemahnya koordinasi antarinstansi termasuk penyaluran modal
masih belum jernih yang mengakibatkan terjadi penundaan dan terhambatnya pembangunan di
daerah-daerah perbatasan.

Konflik seperti ini harus cepat diatasi jika dilihat menurut “kacamata” etika bisnis, karena kasus
konflik ini merugikan banyak pihak. Khususnya pihak masyarakat sekitar Comoro, Subdistrik
Comoro, Dili, Timor Leste

.Menurut saya, solusi untuk kasus konflik seperti ini sebaiknya menggunakan metode Arbitrasi,
yaitu adanya peran orang ketiga sebagai penengah untuk penyelesaian masalah konflik ini.
Peran orang ketiga dalam hal ini bisa berupa lembaga atau instansi lain dari pemerintah yang
bertugas untuk mengawasi koordinasi antarinstantsi agar menjadi semakin lebih kuat
koordinasinya. Dan mengawasi penyaluran modal agar lebih jernih dan transparan sehingga tidak
sering terjadi penundaan yang diakibatkan oleh penyaluran modal.

Analisis Etika Bisnis Terhadap Kasus Kecurangan Perusahaan

Kasus:  Warga Keluhkan Asap Limbah Kawat


CIKARANG, KOMPAS.com - Warga Kampung Kali Jeruk, Desa Kali Jaya, Kecamatan
Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengeluhkan pengolahan limbah sampah kawat
dengan cara dibakar karena mengganggu kesehatan penduduk setempat.
     
Warsono (39) warga Kampung Kali Jeruk, Minggu (25/4/2010), mengaku sempat mengalami
sesak nafas dan kepala pusing saat menghirup asap berwarna hitam pekat saat aktivitas
pembakaran limbah dilakukan pemiliknya pada malam malam hari. "Asapnya hitam pekat dan
mengeluarkan bau yang sangat menyengat hidung. Saya dan beberapa warga lainnya yang
berdekatan dengan lokasi pembakaran limbah sering mengalami sesak nafas dan kepala pusing,"
ujarnya.
    
Warsono dan beberapa warga lain tidak berani menegur pengelola limbah dengan alasan takut.
Namun, beberapa warga pernah melaporkan persoalan tersebut kepada kepala desa (kades)
setempat. "Tapi hingga saat ini tidak ada tindakan apa pun dari pejabat desa," katanya.
     
Hal senada juga diungkapkan Siti Fajriyah (30) warga setempat. Menurutnya, pembakaran
limbah kawat yang meresahkan warga itu sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2007 silam
dan hingga kini belum ada tindakan dari Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Bekasi."Saat
ini warga sangat berharap dinas terkait agar secepatnya turun ke lapangan untuk meninjau lokasi
pembakaran itu. Sebab kami menduga pengelolanya tidak memiliki izin daur ulang limbah,"
katanya.
    
Secara terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Pemeliharaan Lingkungan Dinas LH Kabupaten Bekasi,
Nanang Hadi, mengaku baru mendengar adanya keluhan tersebut. "Bila memang hasil
pembakarannya melebihi ambang batas kewajaran, tentu akan segera kami tindak. Namun,
sebelumnya perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu," katanya.

Menurut Nanang, aktivitas serupa mulai marak terjadi di wilayah setempat. Kegiatan tersebut
dilakukan guna mengurai kandungan lain selain besi yang menempel pada kawat dengan cara
dibakar.  "Biasanya, dalam limbah kawat masih suka menempel busa, plastik, karet dan benda
sejenisnya yang sulit dibersihkan. Sehingga agar tidak menguras stamina, pengusaha limbah
mengambil cara mudah dengan dibakar," katanya.

Bila diketahui pengelolaan limbah tersebut ilegal, kata dia, pihaknya akan menjatuhkan sanksi
mulai dari peneguran, hingga pencabutan izin usaha.  "Patut diduga kegiatan pembakaran
tersebut tidak didukung dengan sistem penetralisir udara seperti cerobong asap dan sejenisnya,"
ujar Nanang.

Analisis:
Dari kasus diatas dapat dilihat tindakan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan, membuang
limbah pabrik yang dibakar jika dilihat dari etika bisnis merupakan hal yang salah dan
merugikan banyak pihak.

Secara langsung pihak masyarakat sekitar di Kampung Kali Jeruk, Desa Kali Jaya, Kecamatan
Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merasa terganggu dan dirugikan dengan
pengelolaan limbah yang dilakukan manajemen pabrik. Mereka mengaku sempat mengalami
sesak nafas dan kepala pusing saat menghirup asap berwarna hitam pekat saat aktivitas
pembakaran limbah dilakukan pemiliknya pada malam malam hari.

Sebaiknya, perusahaan menggunakan system penetralisir udara seperti cerobong asap dan
sejenisnya untuk memiminimalisir polusi limbah yang menggangu masyarakat sekitar. Atau
pihak manajemen perusahaan sebaiknya membuang limbah di kawasan yang tidak ada penduduk
sehingga asapnya tidak menggangu masyarakat sekitar.

Sumber:

http://nasional.kompas.com/read/2010/04/26/00435388/Warga.Keluhkan.Asap.Limbah.Kawat

Adil dan Keadilan


Definisi:

Pengertian adil adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya.Sebagian besar
orang mendefenisikan kata ADIL adalah suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak
ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi
yang lainnya.

Sedangkan, keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang.

Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls,
filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan
bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya
kebenaran pada sistem pemikiran"

Contoh kasus:

Kasus penanganan hukum di Indonesia yang tidak adil, tingkat hukuman antara koruptor dan
maling biasa tidak adil.

Analisis:

Pelaku koruptor yang menggunakan uang masyarakat, dan membuat kerugian banyak bagi
Negara mendapatkan hukuman yang tidak sesuai dengan tindakannya.. mereka mendapatkan
hukuman lebih ringan daripada pelaku kriminalitas yang tergolong ringan missal maling ayam,
maling jagung, pemakai narkoba.

Menurut saya, hal ini sangatlah tidak adil jika dilihat dari aspek manapun. Hukum yang adil
adalah hukum ditegakkan dan berlaku adil bagi semua. Apapun alasannya, tidak boleh ada yang
kebal terhadap hukum. Penegakan hukum yang konsisten, tegas dan tanpa pandang bulu akan
menopang upaya menciptakan tata kehidupan normal. Maka, pemberian toleransi kepada para
pelanggar hukum dengan mengatasnamakan upaya memelihara momentum perdamaian, harus
dihindari.

Sumber:

http://kouzinet.blogspot.com/2010/03/pengertian-adil.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan

Korupsi dan Etika Bisnis


Definisi korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku
pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sbb:

 perbuatan melawan hukum;


 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya:

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);


 penggelapan dalam jabatan;
 pemerasan dalam jabatan;
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan
antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi
atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada
juga yang tidak legal di tempat lain.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.

Hubungan antara etika bisnis dengan korupsi dalam hal ini etika bisnis menyangkut moral,
kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.  Sedangkan praktek
korupsi adalah tindakan tidak bermoral dan beretika, dan merugikan banyak orang dalam dunia
bisnis.

Contoh kasus:

KPK Periksa Jaksa Sistoyo dan Dua Pengusaha

 JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa jaksa


Kejaksaan Negeri Cibinong, Sistoyo, Jumat (25/11/2011), sebagai tersangka kasus dugaan suap.
Ia diperiksa bersamaan dengan dua tersangka lainnya, pengusaha Edward, dan rekannya, Anton
Bambang.
"Sekarang, tiga tersangka S (Sitoyo), E (Edward), dan AB (Anton Bambang), dijadwalkan
pemeriksaannya sebagai tersangka," kata juru bicara KPK, Johan Budi, di Jakarta, Jumat.

Pemeriksaan ini merupakan untuk yang pertama kali setelah ketiganya ditetapkan sebagai
tersangka, Selasa (22/11/2011). Sistoyo, Edward, dan Anton Bambang tiba di gedung KPK
sekitar pukul 11.30 tanpa berkomentar saat diberondong pertanyaan oleh wartawan.
Sistoyo diduga menerima suap Rp 99,9 juta dari pengusaha Edward melalui perantara Anton
Bambang. Pemberian suap diduga terkait penyusunan tuntutan atas Edward yang perkaranya
ditangani Sistoyo bersama rekannya, jaksa Eviyati. Diduga, suap diberikan sehari sebelum
tuntutan atas Edward dibacakan di Pengadilan Negeri Cibinong, Jawa Barat.

Adapun Edward merupakan terdakwa kasus pemalsuan surat terkait pembangunan Pasar Festival
di Cisarua, Bogor. Sistoyo, Edward, dan Anton tertangkap tangan, Senin (21/11/2011), sekitar
pukul 18.00.

Ironisnya, mereka ditangkap penyidik KPK di halaman Kejari Cibinong, sesaat setelah diduga
bertransaksi suap. Kini, KPK menelusuri dugaan adanya keterlibatan jaksa lain dalam kasus ini.

Tren Korupsi Bergeser ke Lembaga Legislatif  

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi


(KPK), Rhenald Kasali, menuturkan tren korupsi di Indonesia kini beralih ke ranah legislatif,
seperti lembaga DPR. "Ada yang blur dari sisi penyediaan anggaran di sana," kata Kasali dalam
diskusi di Warung Daun Cikini, Sabtu, 11 Juni 2011.
Penganggaran di wilayah legislatif dinilainya belum transparan. "Mudah digoyang," kata Guru
Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu. Penggoyang lembaga legislatif (DPR) itu bisa
dari pengusaha maupun legislator yang menyaru menjadi pengusaha.
Di sisi lain, Sekretaris Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, Denny Indrayana,
menuturkan korupsi yang merusak merupakan korupsi politik. "Ini hulunya," kata Denny.
Denny mencontohkan hulu korupsi seperti dalam pemilihan umum, pemilihan kepala daerah,
hingga pengadaan barang dan jasa. Sementara itu, hilirnya adalah korupsi hukum. "Korupsi yang
terjadi ketika ada kasus hukum," kata Denny.
Antara hulu dan hilir, Denny menguraikan jembatannya adalah pebisnis. "Pebisnis bisa
membayar politikus maupun aparat penegak hukum demi kepentingan mereka," papar Denny.

Salah satu upaya mengurangi korupsi politik adalah memperbaiki partai politik. "Kita sudah on
the track dengan menyederhanakan partai politik," kata Denny. Dengan semakin sedikitnya
partai politik, kian mudah mengatur manajemen kepentingan. "Sistem ini bagus untuk sistem
presidensial."

Pendapat saya berdasarkan dua kasus diatas ialah masih lemahnya hukum di Indonesia dan
kurang tegasnya pemerintah dan lembaga KPK dalam menangani kasus korupsi. Dugaan korupsi
yang diterima oleh jaksa Sistoyo bahkan diduga melibatkan lebih dari satu pengusaha
berdasarkan salah satu artikel diatas. Dapat dilihat hal ini sangat bertolak belakang dengan etika
bisnis. Praktek korupsi yang dilakukan ini bertentangan dengan norma dan hukum serta
penyalahgunaan jabatan resmi yang dilakukan oleh jaksa dan 2 pengusaha demi keuntungan
pribadi. Menurut saya pemerintah dan lembaga KPK harus berani dan tegas dalam memberantas
korupsi agar tingkat korupsi di Indonesia bisa berkurang bahkan hilang.

Sumber:
http://korup.wordpress.com/korupsi-adalah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis
http://nasional.kompas.com/read/2011/11/25/12591624/
KPK.Periksa.Jaksa.Sistoyo.dan.Dua.Pengusaha.
http://www.tempo.co/read/news/2011/06/11/063340010/Tren-Korupsi-Bergeser-ke-Lembaga-
Legislatif
http://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi

Corporate Social Responsibility


Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi
CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini
menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (lihat Majalah Bisnis dan
CSR, 2007; Wikipedia, 2008; Sukada dan Jalal, 2008).

•World Business Council for Sustainable Development: Komitmen berkesinambungan dari


kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi,
seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya.

•International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara
yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

•Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa organisasi-organisasi


pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya
memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.

•Canadian Government: Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial
ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan
secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan
berkembang.

•European Commission: Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian


terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para
pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

•CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip
ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para
stakeholders.

Menurut ISO 26000, CSR adalah:

Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan


kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang
ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh (draft 3, 2007). Berdasarkan pedoman ini, CSR tidaklah sesederhana sebagaimana
dipahami dan dipraktikkan oleh kebanyakan perusahaan. CSR mencakup tujuh komponen utama,
yaitu: the environment, social development, human rights, organizational governance, labor
practices, fair operating practices, dan consumer issues (lihat Sukada dan Jalal, 2008).

Mengapa sebuah perusahaan perlu mengembangkan CSR..?  

Archie B. Carrol memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu
menerapkan CSR bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam pandangan Carrol, CSR adalah puncak
piramida yang erat terkait, dan bahkan identik dengan, tanggungjawab filantropis. 

1.Tanggungjawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif utama perusahaan
adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai
tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.

2. Tanggungjawab legal.

Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat hukum. Dalam proses mencari laba,
perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.

3. Tanggungjawab etis.

Kata kuncinya: be ethical. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis
yang baik, benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku
organisasi perusahaan.

4. Tanggungjawab filantropis.

Kata kuncinya: be a good citizen. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan
berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara
langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua.
pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan
dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility. (Saidi, 2004:59-
60)

Keuntungan Melakukan Program Corporate Social Responsibilitybagi perusahaan.


Dalam buku, “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”, Yusuf Wibisono (2007) menguraikan 10
keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program Corporate Social
Responsibility, yaitu:

Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan


Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif
pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan. Image / citra yang positif ini
penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan.

Layak Mendapatkan sosial licence to operate

Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan


keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan.
Sehingga imbalan yang diberika kepada perusahaan adalah keleluasaan untuk menjalankan roda
bisnisnya di kawasan tersebut.

Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan

Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial
untuk suksesnya usaha. Disharmoni dengan stakeholders akan menganggu kelancaran bisnis
perusahaan. Bila sudah terjadi permasalahan, maka biaya untuk recovery akan jauh lebih berlipat
bila dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program Corporate Social Responsibility.
Oleh karena itu, pelaksanaan Corporate Social
Responsibility sebagai langkah preventif untuk mencegah memburuknya hubungan dengan
stakeholders perlu mendapat perhatian.

Melebarkan Akses Sumber Daya

Track records yang baik dalam pengelolaan Corporate Social Responsibility merupakan
keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber
daya yang diperlukan perusahaan.

Membentangkan Akses Menuju Market

Investasi yang ditanamkan untuk program Corporate Social Responsibility ini dapat menjadi
tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di dalamnya memupuk
loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru.

Mereduksi Biaya

Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan Corporate Social
Responsibility. Misalnya: dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain
dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman
bagi lingkungan.

Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder


Implementasi Corporate Social Responsibility akan membantu menambah frekuensi komunikasi
dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah trust stakeholders kepada
perusahaan.

Memperbaiki Hubungan dengan Regulator

Perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility umumnya akan meringankan


beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
lingkungan dan masyarakat.

Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

Image perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang diberikan
perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan kebanggan tersendiri bagi
karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningkatkan motivasi kerja
mereka.

Peluang Mendapatkan Penghargaan

Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku Corporate Social
Responsibility sekarang, akan menambah kans bagi perusahaan untuk mendapatkan award.

Seberapa jauhkah CSR berdampak positif bagi masyarakat ?

CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat tergantung dari orientasi dan
kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox,
2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan
kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku
CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa
dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum,
dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa harus
melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan kemiskinan
dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai koordinator
penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan
bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus, dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah
itu, pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan memberi penghargaan pada kalangan bisnis yang
mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara
pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang lebih adil dan
menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap yang lain.

Contoh Perusahaan yang menerapkan CSR!


CSR Goal Indosat

Bertumbuh, mematuhi ketentuan dan regulasi yang berlaku serta Peduli kepada masyarakat.

Program CSR di tahun 2008 memiliki tema khusus “Indosat Cinta Indonesia”, yang kemudian
pada tahun 2009, tema CSR Indosat berkembang menjadi “Satukan Cinta Negeri” sebagai
bentuk refleksi komitmen dan tanggungjawab Indosat sebagai perusahaan di Indonesia yang
Peduli atas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta upayanya untuk senantiasa berkarya,
memberikan manfaat, serta mengajak peran serta seluruh stakeholder untuk mewujudkan bangsa
Indonesia yang lebih baik, yang merupakan terjemahan  dari keinginan   masyarakat pada
umumnya untuk terlibat secara aktif dalam berbagai program sosial Indosat.

Program Indosat “Satukan Cinta Negeri” diterapkan melalui berbagai aktifitas antara lain
adalah: 

Program yang telah dilakukan akan terus berjalan dan ditingkatkan kualitasnya. Seluruh program
CSR yang dilaksanakan oleh Indosat akan terus dievaluasi secara berkala agar betul-betul dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat dan Bangsa Indonesia sesuai CSR Goal Indosat.

Betapapun besarnya masalah yang dihadapi dunia pendidikan, kesehatan, lingkungan serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia pada umumnya, maka setiap langkah nyata
yang dilakukan oleh Indosat merupakan tahapan yang berarti untuk menuju masa depan yang
lebih baik.

Sumber:

http://gedearimbawa.dosen.narotama.ac.id/files/2011/09/Modul-13-Corporate-Social-
Rensponsibility.pdf

http://www.indosat.com/corporate_responsibility

http://businessenvironment.wordpress.com/2007/03/01/program-corporate-social-responsibility-
yang-berkelanjutan/

http://www.usaha-kecil.com/pengertian_csr.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/corporate-social-responsibility-csr.html

Anda mungkin juga menyukai