Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap alam dan ranah moralitas
dimana istilah moralitas dimaksudkan untuk merujuk pada ‘penghakiman’ akan standar
dan aturan tata laku moral. Etika juga bisa disebut sebagai studi filosofi perilaku manusia
dengan penekanan pada penentuan apa yang dianggap salah dan benar.
Dari definisi itu kita bisa mengembangkan sebuah konsep etika bisnis. Tentu
sebagian kita akan setuju bila standar etika yang tinggi membutuhkan individu yang
punya prinsip moral yang kokoh dalam melaksanakannya. Namun, beberapa aspek
khusus harus dipertimbangkan saat menerapkan prinsip etika ke dalam bisnis.
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis dalam
menjalankan good business dan tidak melakukan ‘monkey business’ atau dirty business.
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang
etis agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi
etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai
kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis
dan oleh karenanya membawa serta tanggung jawab etis bagi pelakunya.
Berbisnis dengan etika adalah menerapkan aturan umum mengenai etika pada
perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban,
prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan
bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis
yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha
maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya
adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan
baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis ada untuk mengontrol
bisnis agar tidak tamak.
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling gampang
diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena
mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan
secara transparan. Pemimpin perusahaan seyogyanya bisa memisahkan perusahaan
dengan milik sendiri. Dalam operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang
diatur oleh tata cara undang-undang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian etika dan profesi bisnis ?
2. Bagaimana pendekatan teori etika ?
3. Pengertian dari hakikat bisnis serta bagaimana karakteristik bisnis tersebut
4. Pergeseran paradigma dari pendekatan stockholders ke pendekatan stakeholders
5. Apa saja tanggung jawab moral dan social bisnis pada perusahaan serta kode etik
berbagai profesi
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian etika dan profesi bisnis
2. Untuk mengetahui pendekatan teori etika
3. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat dari bisnis serta karakteristik bisnis tersebut
4. Mahasiswa dapat memahami adanya pergeseran paradigma dari pergeseran
stockholder ke pendekatan stakeholder
5. Mahasiswa dapat memahami tanggung jawab moral dan social yang nantinya akan
diemban serta kode etik berbagai profesi yang ada.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Profesi Bisnis


Etika berasal dari kata ethos, sebuah kata dari Yunani, yang diartikan identik
dengan moral atau moralitas. Etika melibatkan analisis kritis mengenai tindakan
manusia untuk menentukan suatu nilai benar dan salah dari segi kebenaran dan
keadilan. Oleh karena itu, istilah etika sering dikonotasikan dengan istilah-istilah: tata
krama, sopan santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang berpijak pada
norma-norma tata hubungan antar unsur atau antar elemen di dalam masyarakat dan
lingkungannya.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang  atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis
kata bisnis dari bahasa Inggris “business”, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk”
dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Di dalam
melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang sebagai
bisnis yang baik. 
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku,
dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar
formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

B. Pendekatan Teori Etika


Ada beberapa pendekatan dalam teori etika antara lain :
1. Teori Deontologi
Teori Deontologi ( Etika Kewajiban ) Deontologi berasal dari bahasa
Yunani, Deon yang berarti diharuskan, yang wajib, sesuai dengan prosedur
( Magins, 1975:80; Pratley, 1997:173 ). Teori Deontologi menilai tindakan itu
baik atau buruk berdasarkan aturan aturan, prosedur, atau kewajiban. Etika
deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
Misalnya memberikan pelayanan yang baik pada konsumen,mengembalikan
utang sesuai kesepakatan, dsb. Dalam menilai seluruh tindakan, kemauan baik
harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya.
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi,
yaitu :
1. Tindakan harus dijalankan berdasarkan aturan, prosedur, dan kewajiban agar
tindakan punya nilai moral.
2. Suatu tindakan sudah dinilai baik apabila dilaksanakan dengan niat baik,
walaupun tujuan tidak tercapai.
3. Dari 2 hal tersebut di atas, kewajiban adalah hal yang penting dari tindakan
yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Yang termasuk dalam pandangan Teori Deontologi adalah :
a. Teori hak (right)
Teori hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena hak selalu
berkaitan dengan kewajiban. Manusia dalam kehidupannya memiliki berbagai
macam hak, yang di antaranya :
1. Hak Moral atau asasi yang mengidentifikasikan seluruh aktivitas atau
keinginan yang dapat secara bebas dilakukan tanpa dibatasi oleh norma
hukum. Misalnya hak untuk hidup
2. Hak Legal yang bersumber dari norma hukum dan dilindungi dalam
lingkungan yurisdiksi suatu system hukum.
3. Hak Warganegara, yaitu hak hak yang dapat dinikmati sebagai warga
Negara, seperti hak memilih, dan dipilih.
b. Teori Keadilan (justice)
Memberikan seseorang apa yang menjadi haknya akan menyangkut aspek
keadilan ( moral Justice ) yang juga menjadi perhatian dalam pendekatan
deontologi Ada 3 unsur dalam pengertian hakiki antara lain :
1. Keadilan tertuju pada orang lain.
2. Keadilan merupakan kewajiban dan harus dilaksanakan, karena berkaitan
dengan hak orang lain.
3. Keadilan menuntut persamaan ( equality )
c. Perhatian (Care)
Pendekatan lain yang ada dalam teori deontologi adalah Ethics of Care
( teori memberi perhatian ), misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan
pertemanan, dan hubungan yang terkait dengan pekerjaan. Dalam hal ini tidak
semua hubungan menimbulkan kewajiban moral untuk diberi perhatian.
Menurut Velasques ( Satyanugraha, 2003 : 86 ) etika perhatian memberi
penekanan pada dua tuntutan moral yaitu :
1. Setiap orang berada dalam suatu jaringan hubungan dan seharusnya
menjaga dan memelihara hubungan yang konkret dan bernilai dengan
orang orang yang ada dalam jaringan
2. Setiap orang seharusnya memberikan perhatian khusus pada mereka
yang memiliki hubungan khusus dengan memperhatikan kebutuhannya,
nilainya, keinginannya, dan kesejahteraan konkret berdasarkan
persepektif pribadi dan menggapai secara positif kebutuhan, nilai,
keinginan, dan kesejahteraan mereka.
3.
d. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori Keutamaan (Virtue Theory ) menggunakan keutamaan seperti
kejujuran,kebranian,integritas,kepedulian,kesabaran pengendalian diri dan
kejelekan seperti ketidakjujuran,keserakahan dan kekejaman sebagai awal
untuk moral reasoning. Menurut Satyanugraha,2003:89 Keutamaan
didefinisikan sebagai watak yang telah dimiliki seseorang dan yang
memungkinkanya untuk bertingkah laku baik secara moral.
2. Teori Teleologi ( Etika Tujuan atau Manfaat )
Teleologi berasal dari bahasa Yunani, telos yang berarti tujuan, sasaran,
hasil, akibat (Magins, 1975:79-80; Pratley, 1997:173). Teori tersebut menilai
suatu tindakan itu baik atau buruk dari sudut tujuan, hasil, sasaran atau keadaan
optimum yang dapat dicapai. Teleologi ini dianut oleh pengikut utilitarianisme.
Tujuan,hasil,sasaran atau akibat bisa dilihat dari dua segi yaitu apa dan untuk
siapa tujuan, hasil, sasaran, atau akibat tersebut. dan jika dilihat dari sudut apa
tujuan, hasil, sasaran, atau akibat tersebut dikenal dua versi teleologi yaitu :
a. Hedonisme ( hedone, dalam bahasa yunanai berarti kenikmatan)
b. Eudaimonisme (dalam bahasa Yunani berarti jiwa yang baik, eudaimonia,
berarti kebahagiaan) (Magnis, 1975:80; Bertens, 1997: )
Aristoteles menyatakan bahwa setiap tindakan manusia mempunyai tujuan,
dimana tujuan tersebut dapat terbagi menjadi dua macam tujuan antara lain :
1. tujaun yang dicari untuk tujuan selanjutnya (tujuan antara )
2. Tujuan demi tujuan itu sendiri
Oleh karena itu, prinsip yang dipegang adalah " bertindaklah sedemikian
rupa sehingga dapat mencapai kebahagiaan", dengan tindakan yang
merealisasikan bakat dan kesanggupan manusia ( self-realization or self -
actualization). Jika Dilihat. dari sudut untuk siapa hasil atau akibat itu, maka
hedonisme maupun eudaimonisme tergolong egois, sehingga disebut juga
egoisme etis. Dalam hubungan ini, egoisme dibedakan menjadi dua antara lain :
1. Egoisme hedonistic (hedonisme egois) yaitu berlaku kaidah " Bertindaklah
sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar bagimu
atau hindari semua ketidaknikmatan".
2. Egoisme eudaimonistic yaitu berlaku kaidah " bertindaklah sehingga mencapai
kebahagiaan terbesar bagimu".
Egoisme juga dibedakan menjadi :
1. Egoisme yang mencolok atau egoisme psikologis yang hanya melihat
kepentingan diri sendiri.
2. Egoisme kelompok ( in-group egoism ) yang melihat kepentingan kelompok
terbatas
3. Egoisme yang dicerahi ( enlightened egoism ) atau pengejaran kepentingan
sendiri dan kepentingan pihak lain melalui negosiasi untuk kepentingan
bersama ( Pratley, 1997: ). Pandangan ini dianggap lebih tepat sebagai moral
bisnis karena menghargai hak-hak pihak luar yang berkepentingan dimana
secara spesifik egoisme yang dicerahi menuntut pelaku bisnis untuk mengikuti
standar moral yang didasarkan atas pengejaran kepentingan diri sendiri dan
pihak lain melalui negosiasi. 

C. Hakikat Bisnis dan Karakteristik Profesi Bisnis


1. Hakikat bisnis
                   Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang
harus terpenuhi kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu
uang atau tukar-menukar barang (barter) yang saling menguntungkan antar kedua
belah pihak. Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia,
organisasi ataupun masyarakat luas. Businessman (seorang pebisnis) akan selalu
melihat adanya kebutuhan masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayaninya
secara baik sehingga masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan masyarakat
itulah si pebinisnis akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya.

                   Seorang bisnisman atau wirausahawan akan melihat kebutuhan masyarakat


lingkungannya.Upaya ini merupakan proses mengidentifikasi potensi bisnis, bahkan
dalam hal ini biasanya diikuti dengan perkiraan atau antisipasi atas pertumbuhan
potensi pasar tersebut di masa datang. Disamping itu juga akan memperhitungkan
adanya persaingan yang timbul dari pengusaha lain yang juga bergerak dalam
melayani kebutuhan pasar yang sejenis. Disisi lain pengusaha haruslah memikirkan
tersedianya sumber daya serta sumber dana besrta dengan cara yang sebaik-baiknya
guna melayani kebutuhan pasar tersebut dengan memproduksikan dan menyajikan
barang dan jasa yang dihasilkan itu kepada masyarakat, kelebihan hasil di ongkosnya
itulah yang merupakan laba atau keuntungan.

2. Karkteristik profesi bisnis


Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c.Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
d.Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
e.Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis
adalah:
a.        Definitif, Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran
yang jelas.
b.        Urutan, Suatu proses bisnis harus terdiri aktivitas yang berurut sesuai waktu
dan ruang.
c.        Pelanggan, Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
d.        Nilai tambah, Transformasi yang terjadi harus memberikan nilai tambah pada
penerima.
e.        Keterkaitan, Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait
dalam suatu struktur organisasi...

D.  Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholders ke Pendekatan


Stakeholder
                   Stakeholders atau stockholders paradigma adalah sebuah paradigma dimana
Chief Executive Officer (CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham.
Pihak manajemen sebagai pemegang mandat (agency) berusaha memperoleh
keuntungan sebesar – besarnya untuk menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran
pemegang saham (principal). Seakan – akan pemegang saham merupakan pihak yang
paling berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini
mengakibatkan evalusi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari
aspek finansial. Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan
laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai cara demi mengejar
keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya pihak – pihak lain yang
dirugikan.
                   Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada
kenyataannya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya
perlu diperhitungkan secara seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis
akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh laba, selain
stockholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak – pihak lain yang terkena
dampak kegiatan bisnis. Pihak berkepentingan (stakeholders) adalah individu atau
kelompok yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan, keputusan,
kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis. Perusahaan berdiri ditengah – tengah
lingkungan. Lingkungan merupakan satu – satunya alasan mengapa bisnis itu ada.
                   Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan – hubungan yang
terjalin kedalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan
kesadaran bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan
semua pihak yang terkaityang berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin,
diperhatikan dan dihargai. Pendekatan ini bermuara pada prinsip tidak merugikan hak
dan kepentingan manapun dalam kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis
dijalankan secara baik dan etis demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat
dalam suatu kegiatan bisnis. Adapun lingkungan yang berada di sekitar perusahaan
adalah pemegang saham, kelompok pendukung,media massa, kelompok sosial,
pemerintah asing, pemerintah setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja, dan
kreditur.

Pada umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:


a.       Kelompok  primer
             Keompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders),
kreditur, pegawai, pemasok, konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang
paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok
primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat
ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok
primer tersebut. Demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis, perusahaan tidak
boleh merugikan satupun kelompok stakeholders primer diatas. Dengn kata lain,
perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok
tersebut, seperti jujur dan bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa,
bersikap adil terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Disinilah kita
menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling
konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencari keuntungan.
b.      Kelompok sekunder
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing,
kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya
dan masyarakat setempat.
Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa
jauh lebih penting dari kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhatikan dan
dijaga kepentingan mereka. Misalnya, kelompok sosial semacam LSM, baik
dibidang lingkungan hidup, kehutanan maupun hak masyarakt lokal. Demikian
pula pemerintah nasional mupun asing. Juga, media massa dan masyarakat
setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat
setempat bisasangat mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu
perusahaan beroperasi tanpa memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saran dan
prasarna lokal, lapangan kerja setempat dan lainnya, akan menimbulkan suasana
sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan
tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, mka perusahaan harus
pandai menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders
tersebut secara berimbang. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya memperhatikan
kinerja dari aspek keuangan semata, melainkan juga dari aspek – aspek lin secara
berimbang. Balanced Scorecard yang dkemukakan oleh Kaplan & Kaplan pada
tahun 1970-an merupakan salah satu pendekatan yang kini banyak digunakan
dalam melakukan perencanaan strategi bisnis dan evaluasi kinerja perusahaan.
Balanced Scorecard menekankan perhatian secara berimbang antara kinerja dari
aspek internal dan eksternal, serta aspek finansial dan nonfinansial. Implementasi
pendekatan ini menunjukkan wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya
perhatian terhadap stakeholders.
E. Tanggungjawab Moral dan Sosial Bisnis serta Kode Etik Profesi
1. Tanggungjawab Moral dan Sosial Bisnis
Tanggung jawab perusahaan adalah tindakandan kebijakan perusahaan dalam
berinteraksi yang didasarkan pada etika. secara umum etika dipahami sebagai aturan
tentang prinsip dan nilai moral yang mengarahkan perilaku sesorang atau kelompok
masyarakat mengenai baik atau buruk dalam pengambilan keputusan. Menurut
Jones, etika berkaitan dengan nilai-nilai internal yang merupakan bagia dari budaya
perusahaan dan membentuk keputusan yang berhubungan dengan tanggung jawab
social.
Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab social:
a.      pendekatan moral yaitu tindakan yang didasrkanpada prinsip kesatuan
b.      pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakanmoral harus didasarkan
pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang bertanggung jawab
c.       kebijakan bermanfaat adalh tanggup jawab social yang didasarkan pada nilai
apa yang dilakukan perusahaan menghasilakn manfaat besar bagi pihak
berkepentuingan secara adil.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility  adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah
memiliki suatu tanggung jawab terhadapkonsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya,
CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi
kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang
memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate
giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community
development.
Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good CSR)
memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency,
accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan mendasar di
antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung
bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang
saham perusahaan.
a.       Syarat bagi Tanggung Jawab Moral
-          Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
-          Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau dan lain lain
-          Orang yang melakukan tindakan tertentu memang ingin melakukan tindakan
tersebut
b.      Status Perusahaan
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153),
yaitu:
-          Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena hanya
berdasarkan hukum
-          Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
c.       Lingkup Tanggung jawab Sosial
-      Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat luas
-          Keuntungan ekonomis
d.      Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
-          Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
-          Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
-          Biaya Keterlibatan Sosial Keterlibatan social sebagai wujud tanggung jawab
sosial
-          Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
e.     Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial Perusahaan
-          Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah 
-          Terbatasnya Sumber Daya Alam 
-          Lingkungan Sosial yang Lebih Baik 
-          Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan Keterlibatan social khususnya,
-          Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
-          Keuntungan Jangka Panjang
f.       Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
-      Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan,
adalah bahwa struktur mengikuti strategi
-      Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan
dan misi perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk
evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan
adalah Audit Sosial

2.     Kode Etik Berbagai Profesi


                   Kode Etik (Patrick Murphy) atau kadang-kadang disebut code of conduct atau
code of ethical conduct ini, menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan
dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul dimasa lalu), seperti
konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah,
sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan Kode Etik adalah sebagai
cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan.
Bila Perusahaan memiliki Kode Etik sendiri, mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya.
                   Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah
digariskan, sehingga diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama,
baru, ataupun calon anggota kelompok profesi. Kode etik profesi telah menentukan
standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi. Sehingga pemerintah
atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk menentukan bagaimana
profesional menjalankan kewajibannya. Kode etik profesi pada dasarnya adalah
norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang sudah mapan dan tentunya
lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan secara baik, sehingga
memuaskan semua pihak.

Pada dasaranya fungsi kode etik yaitu sebagai perlindungan dan


pengembangan. Sementara itu fungsi kode etik menurut menurut Biggs & Blocher 
-          Melindungi profesi dari pemerintah 
-          Mencegah pertentangan internal
-          Melindungi praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi 

                   Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional agar tidak merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok
yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
a.         Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode
etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b.        Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
c.         Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain
instansi atau perusahaan.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
          Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan
bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya
dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara
etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang
baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang
sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses
jangka panjang dalam sebuah bisnis. Di dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep
tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun
ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang
menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan
kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat
                   Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik lingkup
makro maupun mikro. Perspektif makro adalah pertumbuhan suatu negara tergantung
pada market system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system
dalam mengalokasikan barang dan jasa. Perspektif mikro adalah dalam Iingkup ini
perilaku etik identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam menciptakan etika bisnis,
Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.        Pengendalian Diri
pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk
tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun dengan jalan
main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan
tersebut.
2.        Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi.
3.        Mempertahankan Jati Diri
       Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
4.        Menciptakan Persaingan yang Sehat
       Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,
tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah dan sebaliknya.
5.        Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
       Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6.        Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
       Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis
7.        Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
       Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
8.        Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
       Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha.
9.        Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
       Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
10.    Memelihara Kesepakatan
       Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan
etika bisnis.
11.    Menuangkan ke dalam Hukum Positif
       Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.

Anda mungkin juga menyukai