Anda di halaman 1dari 20

ETIKA BISNIS

MATERI PERTEMUAN 1 & 2

KASUS BISNIS YANG BERETIKA DAN KASUS BISNIS YANG TIDAK BERETIKA

Disusun oleh

Nama : Saskia Nurfariza Balqis


NIM : 1734021079
Kelas : Manajemen Sabtu 301/SMT V
Dosen : Dr. Bongsu Saragih, SE, MM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

2019
BAB 1

KONSEP ETIKA BISNIS

A. PENGERTIAN DAN KONSEP ETIKA


1. Pengertian Etika
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan
atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang
sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau
moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik
dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
2. Pengertian Etika menurut para ahli
 Menurut Drs. O.P.SIMORANGKIR: Etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
 Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: Etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
 Menurut Drs. H. Burhanudin Salam: Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
 Menurut Maryani & Ludigdo : etika adalah seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang
harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau
prifesi.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: etika adalah nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
 Menurut Aristoteles: di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia, Pengertian
etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang artinya etika dipelajari
untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
dan yang kedua yaitu, Manner dan Custom yang artinya membahas etika yang
berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia
(in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu
tingkah laku atau perbuatan manusia.
 Menurut Kamus Webster: etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang
baik dan buruk secara moral.
 Menurut Ahli filosofi: Etika adalah sebagai suatu studi formal tentang moral.
 Menurut Ahli Sosiologi: Etika adalah dipandang sebagai adat istiadat,kebiasaan dan
budaya dalam berperilaku.
3. Jenis-jenis Etika
 Etika filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Etika filosofis adalah
etika yang menguraikan pokok-pokok etika yang atau moral menurut pandangan
filsafat. Dalam filsafat yang dimaksud seperti baik-buruk, masalah hak dan
kewajiban, masalah nilai-nilai moral secara mendasar.
 Etika Teologis
Teologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berarti tujuan. Etika teologis
mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
Baik atau buruknya berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.
 Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani yang berarti kewajiban. Etika ini
menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak baik. Deontologi adalah ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu
tindakan itu baik bukan dinialai berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada
dirinya sendiri buka pada akibat atau tujuan baik dari tindakan itu. Tindakan itu
bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang
harus dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat tindakan itu.
3 (tiga) prinsip supaya tindakan itu mempunya moral sebagai berikut :
1. Tindakan harus dijalankan berdasarkan kewajiban.
2. Tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu, melainkan tergantung
pada kemauan pada kemauan baik yang mendorong seseroang untuk melakukan.
3. Semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan yang baik
bahkan walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.
 Etika Sosiologis
Etika sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan dan
kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan
pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam
hubungannya dengan masyarakat.
 Etika Deskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia
dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit.
 Etika Normatif
Etika ini untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal. Etika ini berbicara
tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi himbauan
kepada manusia untuk bertindak.
Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Norma Khusus, yaitu aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan khusus atau
kehidupan khusus. Norma khusus yang dimaksud adalah berupa norma teknis
dan permainan, aturan-aturan dalam dunia permainan seperti aturan dalam
olahraga, aturan-aturan yang ditetapkan dalam dunia kerja dan aturan
pendidikan lebih khusus aturan dalam sekolah.
2. Norma Umum, yaitu aturan-aturan yang berlaku secara umum dan universal.
Seperti norma sopan santun, norma hukum, dan norma moral.

B. PENGERTIAN DAN KONSEP ETIKA BISNIS


1. Pengertian etika bisnis
Etika bisnis adalah cara-cara yang dilakukan oleh suatu bisnis dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya yang mencakup berbagai aspek, baik itu individu, perusahaan,
maupun masyarakat. Etika bisnis dalam perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan
perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham.
Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis :
a. Selain mempertaruhkan barang dan uang tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat didalamnya.
b. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
c. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman
bagi pihak-pihak yang melakukannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis, antara lain :
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Mampu menyatakan yang benar itu benar
7. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
8. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
9. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
10. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan.

2. PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


 Prinsip otonom
Prinsip otonom menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab.
Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan dan
melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang
diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan, dan ketergantungan dari pihak lain.
 Prinsip kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah apa yang
dikataka, dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan. Prinsip ini juga
menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak dan
perjanjian yang telah disepakati.
 Prisip keadilan
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil,
yautu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek baik dari aspek
ekonomi, hukum maupun aspek lainnya.
 Prinsip saling menguntungkan
Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu
ditanamkan prinsip win solution, artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis
harus diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan
 Prinsip integritas moral
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala
keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran
bahwa setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya.

C. SEJARAH ETIKA BISNIS


 Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur. Dalam filsafat
dan teologi Abad pertengahan pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan Kristen
maupun Islam, Topik-topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari
perhatian filsafat (dan teologi) di zaman modern. Dengan membatasi diri pada situasi di
Amerika Serikat selama paro pertama abad ke-20, De George melukiskan bagaimana di
perguruan tinggi masalah moral di sekitar ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam
teologi.
Pada waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana masiswamempelajari
masalah – masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannyatentu berbeda,
sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau protestan.Dengan demikian
di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad ke-20 etikadalam bisnis terutama
dipraktekan dalam konteks agama dan teologi. Danpendekatanini masih
berlangsung terus sampai hari ini, di Amerika Serikat maupun ditempat lain.

 Tahun 1960-an
Dalam tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang dilihat sebagaipersiapan
langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya. Dasawarsa1960-an ini di
Amerika Serikat (dan dunia barat pada umumnya) ditandai olehpemberontakan
terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di ibukotaPrancis bulan Mei
1968). Suasana tidak tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara
khusus oleh kaum muda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam.
Rasa tidak puas ini mengakibatkan demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di
Amerika serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka terjadi
antara militer dan industri. Industri dinilai terutama melayani kepentingan militer.
Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran akan masalah ekologis dan terutama
industri di anggap sebagai penyebab masalah lingkungan hidup itu dengan polusi udara,
air, dan tanah serta limbah beracun dan sampah nuklir.
Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda – beda. Salah satu reaksi
paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social issues dalam kuliah
tentang manajemen. Beberapa sekolah bisnis mulai dengan mencamtumkan mata
kuliah baru di kurikulumnya yang biasanya dibesi nama Business and Society.
Kuliah ini diberikan oleh Doden – Dosen manajeman dan mereka menyusun buku – buku
pegangan dan publikasi lain untuk menunjang matakuliah itu. Pendekatan ini
diadakan dari segi manajemen , dengan sebagaian melibatkan juga hukum dan
sosiologi, tetapi teori etika filosofis disini belum dimanfaatkan.
 Tahun 1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan identitas sendiri mulai
terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika hanya membicarakan
aspek – aspek moral dari bisnis di samping banyak pokok pembicaraan moral lainya
(etika dalam hubungan dengan bisnis), kini mulai berkembang etika dalam arti
sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah
(teologi) membicarakan masalah – masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an para
filsuf memasuki wilayah penelitian ini dalam waktu singkat menjadi kelompok yang
paling dominan. Sebagaian sukses usaha itu, kemudian beberapa filsuf
memberanikan diri untuk terjun kedalam etika bisnis sebagai sebuah cabang etika
terapan lainnya. Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang
study yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada awal
tahun.
1970-an krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi oleh krisis moral lebih umum
yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada waktu itu. Melatarbelakangi krisis moral
yang umum itu , dunia bisnis amerika tertimpa oleh kerisis moral yang khusus .
Sebagaian sebagai reaksi atas terjadinya peristiwa – peristiwa tidak etis ini pada awal
tahun 1970-an dalam kalangan pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi
etika di bidang bisnis. Salah satu usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai
mata kuliah dalam kurikulum ini ternyata berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya
etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang
kapada perkembangannya ke arah bidang ilmiah yang memiliki identitas sendiri.
Terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis pada tahun 1970-an yaitu:
 Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar
bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral
yang sedang meliputi dunia bisnis.
 Terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka
bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan
tendensi etika terapan. Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika
bisnis ini disebabkan adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana
tentang etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi
Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
 Tahun 1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira – kira sepuluh
tahun kemudian , mula – mula di inggris yang secara geografis maupun kultural paling
dekat dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga negara– negara Eropa
Barat lainnya. Semakin banyak fakultas ekonomi atau sekolah bisnisdi Eropa
mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan
ataupun wajib di tempuh. Sepuluh tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor
etika bisnis pertama di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan
European Business Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum pertemuan
antara akademisi dari universitas serta seklah bisnis , para pengusaha dan wakil
–wakil organisasi nasional dan internasional seperti misalnya serikat buruh).
Konferensi EBEN yang pertama berlangsung di Brussel (1987). Konferensi
kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano (1990),
London (1991), Paris (1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St. GallenSwis (1994),
Breukelen , Belanda (1995), Frankfurt (1996). Sebagaian bahan konferensi –
konferensi itu telah diterbitkan dalam bentuk buku.

 Tahun 1990-an
Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia
barat. Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan dikembangkan di seluruh dunia, kita
mendengar tentang kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa timur, apalagi sejak
runtuhnya komunisme disana sebagai sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan
bila etika bisnis mendapat perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang
paling kuat di luar dunia barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis adalah
telah didirikannya international society for business management economis and ethics
(ISBEE)
BAB 2

BISNIS DAN ETIKA

A. TUJUAN BISNIS DAN ALOKASI SUMBER DAYA


1. Tujuan bisnis
 Profit
 Pengadaan barang atau jasa
 Kesejahteraan pemilik faktor produksi dan masyarakat
 Full employment
 Eksistensi perusahaan dalam jangka waktu panjang
 Kemajuan atau pertumbuhan
 Prestise dan prestasi
Secara sistematik kelayakan ukuran alokasi sumber daya ekonomi harus dilihat dari peran
yang di berikan oleh masing-masing pihak pemilik yang dibentuk oleh sistem bisnis yang
berlaku dimasyarakat.
Prinsip etika bisnis dalam stakeholders sebagai berikut :
1. Alokasi terhadap owners
Bertanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan oleh para pemilik modal
terhadap perusahaan dengan cara sebagai berikut :
a. Menerapkan manajemen yang sungguh-sungguh dan professional untuk memberikan
hasil yang kompetitif dan adil bagi investor
b. Selalu memberikan informasi yang relevan dan sesuai dengan keadaan yang rill pada
para pemilik modal
c. Mengamankan, melindungi dan meningkatkan kekayaan para pemoda
d. Memberikan penghargaan atas saran dan keluhan serta hasil-hasil keputusan dalam
rapat pemegang saham perusahaan.
2. Alokasi terhadap supplier
a. Memberikan kontribusi keadilan dan kejujuran kepada para supplier
b. Hubungan antar perusahaan dengan para supplier dijalin dalam hubungan yang bebas
dan paksaan, masing-masing memiliki hak otonom dalam menentukan patner dagang
c. Dijalin dalam kerjasama untuk membangun stabilitas hubungan dalam jangka
panjang
d. Informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dan supplier guna integrasi dalam proses
perencanaan bersama
e. Menyepakati secara bersama tentang sistem pembayaran sesuai dengan term of trade
yang diadakan
3. Alokasi terhadap customer
a. Memberikan suatu produk atau jasa dengan kualitas terbaik sesuai dengan keinginan
konsumen
b. Memberikan perlakuan secara adil dalam setiap transaksi, termasuk memberikan
ganti rugi jika konsumen dirugikan
c. Memelihara dan memajukan kesehatan dan lingkungan konsumen secara sehat
dengan produk dan jasa yang telah dibuat
d. Menghormati integritas kultur atau budaya yang berlaku pada pelaku konsumen yang
menjadi pelanggan perusahaan
4. Alokasi terhadap karyawan
a. Lapangan kerja dan kompensasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup para
karyawan
b. Kondisi kerja yang mencerminkan penghargaan terhadap kesehatan dan martabat
manusia
c. Komunikasi yang lancar atas segala yang dicapai ole perusahaan dan adanya
transparansi prestasi yang dihasilkan
d. Respon yang aktif dengan saran dan kritik atau nasehat dan menjadikan saran tersebut
sebagai acuan penting bagi pengambilan keputusan manajer perusahaan
e. Negoisasi antar pihak yang terjadi konflik sehingga konflik dapat disalurkan sesuai
dengan proporsinya dan dapat berfungsi untuk mengefektifkan perusahaan
f. Perlindungan yang layak bagi keselamatan kerja dan kesehatan para pekerja sehingga
para pekerja dapat berkontribusi optimal dalam jangka panjang
g. Dorongan konstruktif bagi pengembangan dan kemampuan keahlian yang optimal
sesuai dengan potensi yang tersedia pada karyawan
h. Respek atas terjadinya tambahan pengangguran pada setiap keputusan yang dilakukan
perusahaan
5. Alokasi terhadap pemerintah
Pemerintah yang dimaksudkan adalah sebuah institusi yang dibentuk atas dasar
kontribusi negara yang bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat luas. Salah satu
sumber daya yang biasanya diandalkan adalah sumber dari masyarakat dimana salah satu
bentuk daya atau dana yang dapat diberikan atau disumbangkan oleh masyarakat bisnis
adalah bentuk pajak. Jadi pajak yang diberikan oleh masyarakat bisnis merupakan salah
satu bentuk kontribusi masyarakat bisnis terhadap negara yang mempunyai peran
memberikan perlindungan, kemudahan-kemudahan peluang, dan menyediakan fasilitas
umum lainnya.
6. Alokasi terhadap pesaing
Perusahaan tidak lagi memandang pesaing adalah suatu musuh yang harus di hancurkan,
melainkan dipandnag sebagai partner atau mitra kerja. Terhadap pesaing perusahaan lain
bisa melakukan mitra kerja dalam bentuk synergy, akuisisi, atau merger.
Dengan penggabungan dua keunggulan perusahaan maka akan menciptakan double
keunggulan. Penggabungan dari aspek ini terlihat pada perusahaan dan pesaing memiliki
dimensi positif. Maka tidak dibenarkan cara pandang terhadap pesaing untuk saling
membunuh, justru perlu dikembangkan, agar tercipta konstribusi positif terhadap
masyarakat luas.
7. Alokasi terhadap masyarakat umum
Perusahaan dan masyarakat saling membutuhkan eksistensinya oleh masing-masing
pihak perusahaan membutuhkan masyarakat, karena perusahaan dapat menggantungkan
hidup dan pertumbuhannya. Demikian dengan masyarakat membutuhkan perusahaan
karena dari perusahaanlah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup.
Sebab dengan adanya perusahaan dilokasi yang sedang beroperasi jangan sampai
menimbulkan pencemaran yang merugikan kelestarian dan kesehatan alam. Bagi
perusahaan alokasi ini semacam ini perlu disediakan oleh perusahaan yang dikenal
sebagai eksternal cost.
B. MITOS BISNIS AMORAL
Ungkapan lain dari etika bisnis menurut De George disebut sebagai Mitos Bisnis Amoral.
Ungkapan tersebut menggambarkan dengan jelas anggapan atau keyakinan orang bisnis,
sejauh mereka menerima mitos seperti itu tentang dirinya , kegiatannya, dan lingkungan
kerjanya. Secara lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa
antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis dan etika
adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak boleh dicampuradukkan.
Menurut mitos ini, karena kegiatan orang bisnis adalah melakukan bisnis sebaik mungkin
untuk mendapat keuntungan, maka yang menjadi pusat perhatian orang bisnis adalah
bagaimana memproduksi, mengedarkan, menjual, dan membeli suatu barang dengan
memperoleh keuntungan. Tujuan satu-satunya adalah mendatangkan keuntungan yang
sebesar besarnya.
Jadi Mitos Bisnis Amoral itu adalah mitos atau ungkapan yang menggambarkan bahwa
antara bisnis dengan moralitas atau etika tidak ada hubungan nya sama sekali. Namun mitos
ini tidak sepenuhnya benar. Bisa dikatakan demikian, karena bagi pembisnis yang
menginginkan bisnis nya lancar dan tahan lama, segi materi itu tidaklah cukup untuk
menjaga suatu bisnis tersebut. Dibutuhkan suatu pengetahuan, pengalaman yang luas untuk
dapat memperoleh atau meraih tujuan tersebut. Beberapa perusahaan ternyata bisa berhasil
karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis juga bagian dari
aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma atau nilai yang dianggap baik dan
berlaku dimasyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis dan dan harus dibedakan antara
legalitas dan moralitas dunia bisnis yang ketat. Perusahaan dapat mengutamakan etika bisnis,
yaitu pelaku bisnis dituntut menjadi orang yang profesional di bidang usahanya. Yang
meliputi kinerja di dalam bisnis, manajemen, kondisi keuangan perusahaan, kinerja etis, dan
etos bisnis yang baik. Perusahaan dapat mengetahui bahwa konsumen adalah raja, dengan ini
pihak perusahaan dapat menjaga kepercayaan konsumen, meneliti lebih lanjut lagi terhadap
selera dan kemauan konsumenserta menunjukksn citra (image) bisnis yang etis dan baik.
Peran pemerintah yang menjamin kepentingan antara hak dan kewajiban bagi semua pihak
yang ada dalam pasar terbuka, demgan ini perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan
baik dan etis. Perusahaan modern menyadari bahwakaryawan bukanlah tenaga yang harus di
eksploitasi demi mencapai keuntungan perusahaan.
Jadi dengan demikian bisa disimpulkan bahwa :
1. bisnis memang sering diibaratkan dengan judi bahkan sudah dianggap sebagai semacam
judi atau permainan penuh persaingan yang ketat.Tidak sepenuhnya bisnis sama dengan
judi atau permainan. Dalam bisnis orang dituntut untuk berani bertaruh, berani mengambi
resiko, berani berspekulasi, dan berani mengambil langkah atau strategi tertentu untuk
bisa berhasil. Namun tidak bisa disangkal juga bahwa yang dipertaruhkan dalam bisnis
tidak hanya menyangkut barang atau material. Dalam bisnis orang mempertaruhkan
dirinya, nama baiknya, seluruh hidupnya, keluarga, hidup serta nasib manusia pada
umumnya. Maka dalam bisnis orang bisnis tidaka sekedar main-main, kalaupun itu
adalah permainan, ini sebuah permainan penuh perhitungan.Karena itu orang bisnis
memang perlu menerapkan cara dan strategi yang tepat untuk bisa berhasil karena
taruhan yang besar tadi.dan harus diperhitungkan secara matang sehingga tidak sampai
merugikan orang atau pihak lain dan agar pada akhirnya juga tidak sampai merugikan
dirinya sendiri.
2. bisnis mempunyai aturan main sendiri yang berbeda sama sekali dari aturan yang berlaku
dalam kehidupan social pada umumnya. Bisnis adalah fenomena modern yang tidak bisa
dipisahkan dari masyarakat. Bisnis terjadi dan berlangsung dalam dalam masyarakat. Itu
artinya norma atau nilai yang dianggap yang dianggap baik dan berlaku dalam kehidupan
pada umumnya mau tidak mau dibawa serta dalam kegiatan dan kehidupan bisnis seorang
pelaku bisnis sebagai manusia.
3. harus dapat membedakan antara Legalitas dan Moralitas. Legalitas dan Moralitas
berkaitan satu sama lain tapi tidak identik. Hukum memang mengandalkan Leglitas dan
Moralitas, tetapi tidak semua hukum dengan Legalitas yang baik ada unsur Moralitas nya.
Contohnya praktek monopoli. Maka monopoli adalah praktek yang secara legal diterima
dan dibenarkan, secara moral praktek ini harus ditentang dan dikutuk, dan memang
ditentang dan dikutuk oleh masyarakat sebagai praktek yang tidak adil, tidak fair, dan
tidak etis. Orang bisnis juga menentang praktek tersebut. Ini menunjukkan bahwa orang
bisnis pun sadar dan menuntut perlunya praktek bisnis yang etis, terlepas dari apakah
praktek itu didasarkan pada aturan hukum bisnis atau tidak.
4. etika harus dibedakan melalui ilmu empiris. Ilmu empiris diibaratkan ilmu pasti seperti
matematika, suatu kenyataan bisa dijadikan patokan dalam pembuatan keputusan
selanjutnya. Namun lain halnya dengan etika. Etika memang melihat kenyataan sebagai
pengambilan keputusan dan perbedaan nya terletak pada unsure-unsur pertimbangan lain
dalam pengambilan keputusan.
5. gerakan dan aksi seperti lingkungan hidup, konsumen, buruh, wanita, dan semacamnya
dengan jelas menunjukkan bahwa masyarkat tetap mengharapkan agar bisnis dijalankan
secara etis dengan memperhatikan masalah lingkungan hidup, hak konsumen, hak buruh,
hak wanita. Dan sebagai manusia yang bermoral, para pelaku bisnis juga sesungguhnya
tidak mau merugikan masyarakat atau konsumen sebagaimana dia sendiri sebagai
konsumen tidak ingin dirugikan oleh produsen manapun
C. KEUNTUNGAN DAN ETIKA
Tujuan utama bisnis adalah mengejar keuntungan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi
kelangsungan bisnis, walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut
pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang buruk.
Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima.
Karena :
Keuntungan memungkinkan perusahaan bertahan dalam usaha bisnisnya. Tanpa
memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan modalnya,
dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi yang produktif demi memacu
pertumbuhan ekonomi yang menjamin kemakmuran nasional.
Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat
menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih baik.

Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru demi
memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai tempat
yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini.
1. Dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut menjadi orang-orang
profesional di bidangnya.
2. Dalam persaingan bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa
konsumen adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa untung
dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana suatu perusahaan bisa
merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak berpihak
tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pemerintah dijamin, para pelaku
bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang
baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya. Salah satu cara yang paling
efektif adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan etis yaitu
dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara sengaja merugikan hak dan
kepentinga semua pihak yang terkait dengan bisnisnya.
4. Perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah
tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk keuntunga yang sebesar-besarnya.
Justru sebaliknya, karyawan semakin dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu
perusahaan yang sangat menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan
tersebut.

Bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika. Dengan kata
lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan untuk
dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan
dan etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan
yang menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak
dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan
dalam kegiatan bisnisnya.

D. SASARAN DAN LINGKUP ETIKA BISNIS


Sasaran etika bisnis adalah membangun kesadaran kritis pelaku bisnis, bahwa bisnis adalah
profit making activity, yang harus dicapai dengan cara-cara baik, tidak curang, tidak
merugikan orang lain. Keuntungan yang dicapai juga meliputi non financial profit, moral,
citra, pelayanan, tanggung jawab sosial, integritas moral, mutu, kepercayaan.
Ada 3 sasaran dan lingkup pokok etika bisnis
1. etika bisnis mengimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis.
Bisnis yang baik dan etis akan mempengaruhi keberhasilan usaha dalam jangka panjang,
Dan berfungsi menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis secara
baik dan etis demi nilai-nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Etika
bisnis dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan
organisasi perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut secara eksternal
2. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga. Pada tingkat ini berfungsi untuk menjaga hak hak masing
masing dan kewajiban masing masing agar tidak terdapat kecurangan kecurangan yang
berfungsi untuk mengambil hak dan kewajiban setiap orang yang bersifat merugikan
orang tersebut, disini dituntut harus mengutamakan keadilan dalam setiap bisnis yang
dilaukan oleh para pelaku pelaku bisnis.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangat etis atau tidaknya
suatu praktek bisnis. Pada tingkatan ini etika bisnis berbicara tentang oligopoly,
monopoli, kolusi dan praktek semacamnya yang akan merugikan dan mempengaruhi
suatu ekonomi di suatu Negara. Disini diperlukan pentingnya legal-politis bagi praktek
yang baik, yaitu sangat pentingnya hukum dan aturan bisnis serta pera pemerintah yang
efektif menjamin keberlakuan aturan bisnis tersebut secara jelas dan konsekuen tanpa
pandang bulu

Bab 3
KASUS
A. KASUS SESUAI ETIKA VS KASUS TIDAK SESUAI ETIKA
1. KASUS TIDAK SESUAI ETIKA
“XL VS AS”

Dalam dunia pertelevisian, istilah iklan tidak lagi asing telinga kita. Iklan merupakan
salah satu bagian terpenting salam dunia pertelevisian. Melalui inilah, para produsen
selalu menyuguhkan iklan yang menarik untuk menarik perhatian konsumen. Tetapi
dalam periklanan ini sering terjadi pelanggaran etika yang dilakukan oleh pihak yang satu
kepada pihak yang lain, dengan kata lain saling menjatuhkan antara yang satu dengan
yang lain.

Salah satu contoh kasus pelanggaran etika dalam dunia periklanan ini adalah iklan kartu
XL dan AS. Sering kali kedua iklan kartu ternama ini ditayangkan di layar televisi kita.
Kedua iklan kartu ini saling menjatuhkan dengan cara saling memurahkan tarif sendiri.
Kedua kartu ini dengan tidak tanggung-tanggungnya menyindir satu sama lain.

Kasus ini dimulai pada saat XL menayangkan iklan yang dibintangi oleh salah
satu pelawak ternama di Indonesia yaitu Sule. Dalam iklan ini Sule bermain satu frame
dengan bintang cilik Baim dan Putri Titian. Pada iklan tersebut, Baim disuruh Sule untuk
ngomong "om sule ganteng", tapi si Baim mengatakan "om sule jelek" hal ini sudah
direkayasa oleh sutradara.

Lalu XL membuat slogan "sejujur Baim, sejujur XL". Tak tinggal diam, Telkomsel(AS)
membalas iklan ini dengan kata-kata "makanya, jangan mau diboongin anak kecil..!".
Telkomsel juga meluncurkan iklan baru dengan Sule.

Dalam iklan tersebut, Sule menyatakan kepada pers bahwadia sudah tobat dan
sekarang Sule memakai kartu AS yang katanya murahnya dari awal. Perang iklan seperti
ini tergolong parah, karena biasanya tidak ada bintang iklan yang pindah ke produk
kompetitor selama 6 bulan.

Dalam kasus ini, terjadi pelanggaran peraturan dan prinsip-prinsip dalam peundang-
undangan. Salah satu prinsip etika yang diatur oleh EPI yaitu "iklan tidak boleh
merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung". Pelanggaran ini
tentunya akan membawa dampak buruk bagi perkembangan ekonomi dan penilaian
masyarakat mengenai kedua merek kartu ternama ini secara moral melanggar hukum
dengan saling bersaing secara tidak sehat.

Solusi dari kasus ini :

 Dalam hal mengiklankan produk, bersainglah secara sehat tanpa harus menjatuhkan
pesaing. Karena bisa jadi pesaing yang lain tersinggung akan sindiran tersebut, dan
hal ini akan berdampak buruk bagi si penyindir dikarenakan pemikiran dan penilaian
di mata masyarakat kurang baik, juga popularitas merek menjadi buruk.
 Harus saling memahami dan mengerti akan kondisi dan fasilitas yang telah didapat
dari provider tertentu. Karena fasilitas yang diberikan kemampuannya terbatas. Jadi,
masing masing dari provider pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan tertentu.
 Selalu tanamkan jiwa kreatif dalam setiap melakukan inovasi. Dalam hal ini provider
dituntut untuk dapat membuat suatu rancangan baru yang lebih baik dan tentunya
dapat memberikan keuntungan yang lebih tanpa harus menjatuhkan pesaing lain.

2. KASUS BERETIKA
PT Pupuk Indonesia (Persero) antara lain :
Kebijakan Larangan Gratifikasi dan anti Suap Perusahaan telah menerapkan kebijakan
yang melarang pemberian dan penerimaan setiap bentuk uang, hadiah atau kenikmatan
atau manfaat, pemberian diskon, pinjaman, penyediaan fasilitas akomodasi, transportasi
atau halhal sejenis lainnya yang terkait dengan bisnis perusahaan kepada dan dari pejabat,
rekan kerja, mitra bisnis atau pihak-pihak lain atau dari siapapun yang terkait dengan
kedudukan atau tugasnya sebagai petugas senior atau karyawan Perusahaan yang diduga
akan mempengaruhi pengambilan suatu keputusan.
Kebijakan dan prosedur Pelaporan (whistle blower) Sebagai salah satu usaha
peningkatan penerapan prinsip prinsip Good Corporate Governance (GCG) di lingkungan
PIHC beserta seluruh jajaran anak perusahaannya, pada tanggal 30 Mei 2008, bertempat
di gedung Bidakara, Jakarta, telah dilaksanakan penandatangan Piagam Pakta Integritas
yang dilakukan oleh seluruh Direksi dan Komisaris Utama PIHC beserta seluruh jajaran
anak perusahaannya. Selaku perwakilan dari PIHC, penandatanganan piagam tersebut
dilakukan oleh Direktur Utama, Bpk. Dadang Heru Kodri. Acara tersebut juga dilengkapi
dengan pembekalan mengenai Etika Bisnis yang disampaikan oleh Ketua KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) saat itu, Bpk. Antasari Azhar.
Inti Pakta Integritas tersebut adalah pernyataan Direksi dan Komisaris Utama
yang memegang teguh dan bertanggung jawab atas penerapan prinsip-prinsip dasar
Integritas di lingkungan PIHC dengan tujuan untuk melaksanakan usaha yang bersih,
transparan, profesional dan pembentukan Whistle Blowing System (M-18) serta
bertindak jujur, dapat dipercaya, menghindari konflik kepentingan dan tidak mentolerir
suap.
Pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance itu tidak hanya wajib
dilakukan oleh pihak Direksi dan Komisaris saja, tetapi juga wajib dilaksanakan oleh
seluruh karyawan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pakta integritas yang telah
ditandatangani.
Kebijakan Anti Fraud Perusahaan melarang anggota Komisaris, Direksi, dan
seluruh karyawan PIHC dan pihak terkait untuk melakukan dan memasuki setiap
transaksi negatif (fraud). Apabila transaksi tersebut terjadi, maka setiap pihak yang
terlibat akan dikenai sanksi, penahanan dan tuntutan sesuai hukum yang berlaku.
Kebijakan Keterlibatan Dalam Politik Kebijakan Perusahaan mengharuskan
Direksi dan karyawan yang mewakili Perusahaan dalam setiap urusan Pemerintah dan
politik, untuk patuh terhadap setiap perundang-undangan yang mengatur keterlibatan
perusahaan dalam urusan publik.

Anda mungkin juga menyukai