Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LANDASAN DASAR DAN TEORI ETIKA

Disusun oleh :

Nama : Putri Rivani Gunawan

NPM : 10090315073

Kelas : Manajemen – B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2017
Assalamualaikum.wr.wb

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai Landasan Dasar dan
Teori Etika. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Bandung. Tujuan makalah ini dibuat adalah agar mahasiswa mendapat
pengetahuan baru dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan,karena manusia memang tempatnya salah dan dosa. Namun dalam hal ini
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga penulis menjadi lebih tau tentang ekonomi dan bisnis dan pihak
yang membantu selesainya makalah ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki
makalah selanjutnya yang dibuat. Semoga makpalah ini dapat memberi manfaat untuk
semuanya.

Terimakasih

Bandung, Oktober 2017


PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sudah lama sekali manusia mengetahui yang namanya etika secara praktiknya,
karena etika dilakukan sendiri oleh manusia sebagai kebiasaan yang telah tertanam
dalam diri mereka di akibatkan oleh lingkungan yang memiliki pengaruh besar.
Dengan adanya etika dapat membuat seseorang atau sekelompok orang di hargai oleh
orang lain dan menunjukkan kepribadiannya melalui perilaku yang dilakukannya.
Etika orang Indonesia yang tinggal di kota dengan di desa berbeda contoh yang
paling kecil yaitu jika orang kota saat bertemu dengan orang lain mereka acuh tidak
mau menyapa, sedangkan orang desa saat bertemu orang lain baik itu yang di kenali
maupun yang tidak di kenali mereka akan tetap menyapa dengan ramah. Cara
berpakaian orang yang tinggal di desa dengan di kota juga berbeda, orang yang
tinggal di desa cenderung sangat sederhana sekali dalam berpakaian namun orang
yang tinggal di kota memakai pakaian yang rapi dan sopan. Etika sering berkaitan
dengan apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan karena etika juga
memiliki peraturan yang di tetapkan walaupun hal itu sebetulnya sangat biasa.
Etika dapat menilai baik buruknya seseorang dan dijalankan dengan suatu tahapan
yang teratur. Etika dapat berjalan dengan baik bila dilandasi dengan teori dan ilmu,
karena apapun yang ada di dunia ini pasti ada penjelasannya sebelum sesuatu hal itu
diaplikasikan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi etika ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip etika?
3. Apa saja teori-teori dalam etika ?

1.3. Tujuan
1. Memahami definisi etika lebih luas.
2. Mengetahui prinsip etika.
3. Mengetahui teori-teori etika
BAB II
PEMBAHASAN

LANDASAN DASAR DAN TEORI ETIKA

2.1. Definisi Etika


Etika berasal dari kata Yunani “ethos” (jamak - ta etha) yang berarti adat istiadat.
Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik pada diri seseorang maupun
masyarakat dan kebiasaan yang dianut dari seseorang ke orang lain atau satu generasi ke
generasi lain. Etika merupakan kebiasaan hidup orang atau masyarakat untuk mengikuti
nilai-nilai atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. Etika bermaksud untuk membantu
manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan.
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.

 Etika sebagai moralitas


Moralitas berasal dari kata Latin Mos (jamak- Mores) berarti adat istiadat atau
kebiasaan. Pengertian harfiah dari etika dan moralitas sama-sama berarti sistem nilai
yang mengatur bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah pola perilaku yang kemudian terwujud dalam
pola perilaku yang tetap dan terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana
layaknya sebuah kebiasaan. Etika sebagai praksis sama artinya dengan moral atau
moralitas, apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan
sebagainya.

Contoh etika sebagai moralitas :

Pertanyaan etis yang dihadapi pelaku bisnis tertentu adalah mengapa saya harus
jujur dalam menawarkan barang dan jasa kepada konsumen, memang ada nilai dan
norma tertentu bahwa saya harus berbisnis secara jujur sebagai manusia. Pertanyaan
mengapa adalah yang paling penting karena di sanalah dasar moral tindakan jujur dan
tidak jujur dalam menawarkan barang dan jasa bisa dipakai untuk membenarkan atau
tidak tindakan bisnis tersebut.

Jawaban dari pertanyaan itu adalah memang saya harus jujur dalam menawarkan
barang dan jasa kepada konsumen bukan karena perintah moral semata, namun
berdampak merugikan bagi bisnis yang saya jalankan dan merugikan pula bagi
konsumen, otomatis jika saya tidak jujur maka konsumen akan kecewa dan berpindah
ke produk lain. Maka, kejujuran bukan merupakan sebuah tuntutan moral dari luar
namun merupakan tuntutan dari dalam diri demi kepentingan bisnis jangka panjang.

 Etika sebagai filsafat moral


Etika sebagai filsafat moral tidak memberi perintah konkret sebagai pegangan siap
pakai, dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma yang
menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia, masalah
kehidupan manusia didasarkan pada nilai dan norma moral yang umum diterima.

Etika sebagi refleksi adalah pemikiran moral, dalam etika sebagai refleksi kita
berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan
atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagi refleksi dapat mencapai dua taraf, yaitu :

- Taraf populer : menilai baik buruknya perilaku orang, misalnya dalam surat
kabar atau majalah tentang peristiwa yang berkonotasi etis mengenai
perampokan, pembunuhan, korupsi, dll.
- Taraf ilmiah : ciri etika mencapai taraf ilmiah yaitu bila dijalankan dengan kritis,
metodis, dan sistematis. Kritis yaitu bisa membedakan antara yang tahan uji dan
tidak tahan uji, antara yang mempunyai dasar kukuh dan lemah. Metodis yaitu
menjalankan secara teratur satu demi satu tahap sesuai dengan yang telah
direncanakan. Sistematis yaitu menyangkut semua bidang secara keseluruhan
dan tidak membatasi salah satu sisi saja. Seseorang atau sekelompok orang
dikatakan beretika jika mereka secara konsisten mau menerapkan nilai-nilai
yang ada di sekitarnya.
 Etika sebagai ilmu (etika filosofis)
Etika filosofis mempunyai tradisi yang sudah lama, pada permulaan sejarah
filsafat di Yunani kuno etika filosofis sudah mencapai mutu yang mengagumkan pada
Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Tradisi ini sudah berlangsung sampai hari ini selama
25 abad lebih. Etika filosofis lebih terarah kepada masalah-masalah konkret, sejak
akhir tahun 1960-an teori etika mulai membuka diri bagi topik konkret dan aktual
sebagai objek penelitiannya yang disebut etika terapan. Etika terapan ini menyangkut
ilmu-ilmu biomedis, lingkungan hidup, persenjataan nuklir, penggunaan tenaga nuklir
dalam pembangkit listrik tenaga nuklir, dll.

 Manfaat Etika
 Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
 Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana
yang boleh dirubah.
 Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
 Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.

 Prinsip-Prinsip Etika
 Tanggung jawab
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya serta
untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
 Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
 Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap orang memiliki dan di beri kebebasan dalam
menjalankan pekerjaannya.

 Pertimbangan Etika
- Utility : apakah dapat di percaya sebagai yang terbaik untuk semua orang yang
di pengaruhi ?
- Rights : apakah sudah menunjukkan hak – hak yang wajar untuk yang terlibat ?
- Justice : apakah sudah konsisten dengan apa yang disebut adil ?
- Caring : apakah konsisten dengan tanggung jawab terhadap satu sama lainnya ?

 Kode Etik
Kode etik diperlukan untuk hal seperti berikut :
- Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen strategis
dan kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pihak dengan
pengembangan sosial ekonomi di lain pihak .
- Untuk menciptakan iklam usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang
sehat .
- Untuk mewujudkan integritas perusahaan terhadap lingkungan , masyarakat
dan pemerintah .
- Untuk menciptakan ketenangan , kenyamanan dan keamanan batin bagi
pemilik perusahaan atau investor serta bagi para karyawan .
- Untuk dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia perdagangan
internasional .
2.2. Teori Etika
a) Teori Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos. Menurut teori ini kualitas etis suatu
perbuatan atau tindakan diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan itu sendiri.
Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang baik dan
berguna.

Ada dua macam aliran dalam teori teleologi, yaitu:

 Utilitarisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu
tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin
anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest
happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan
paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme
etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham
utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan
bersama, kepentingan masyarakat).
 Egoisme
Menurut Rachels (2004: 146) artinya teori mengenai bagaimana kita
seharusnya bertindak, tanpa memandang bagaimana kita biasanya bertindak.
Menurut teori ini hanya ada satu prinsip perilaku yang utama, yakni prinsip
kepentingan diri, dan prinsip ini merangkum semua tugas dan kewajiban alami
seseorang. Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan
dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme
psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia
dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah tindakan yang
dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat
diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme
etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai
dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan
tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.

b) Teori Hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu
hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.

c) Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori Keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan
apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral. Contoh keutamaan : kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup
yang baik.

d) Teori Etika Teonom


Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir
yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten,
yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral
dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap
tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana dituangkan dalam
kitab suci.
Disamping teori-teori ini , mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak
menyoroti perbuatan , tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku
moral . Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap
atau akhlak seseorang . Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori
keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah
dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma . Namun demikian, dalam
sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang baru . Sebaliknya , teori
ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat Yunani
kuno . Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral . Kebijaksanaan misalnya merupakan suatu keutamaan yang membuat
seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah
keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang
menjadi haknya . Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak
menonjolkan diri , sekalipun situasi mengizinkan . Suka bekerja keras adalah
keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk
bermalas-malasan . Ada banyak keutamaan semacam ini . Seseorang adalah orang
yang baik jika memiliki keutamaan . Hidup yang baik adalah hidup menurut
keutamaan (virtuous life) .

Menurut pemikir Yunani (Aristoteles) , hidup etis hanya mungkin dalam polis .
Manusia adalah “makhluk politik” , dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau
komunitasnya . Dalam etika bisnis , teori keutamaan belum banyak dimanfaatkan .
Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan keutamaan
pada taraf perusahaan . Di samping itu ia berbicara lagi tentang keadilan sebagai
keutamaan paling mendasar di bidang bisnis . Diantara keutamaan yang harus
menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran , fairness , kepercayaan dan
keuletan . Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang
malah ada tumpang tindih di antaranya . Kejujuran secara umum diakui sebagai
keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis . Kejujuran
menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran . Jika mitra bisnis ingin bertanya ,
pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi keterangan . Tetapi suasana keterbukaan
itu tidak berarti si pebisnis harus membuka segala kartunya . Sambil berbisnis , sering
kita terlibat dalam negosiasi kadang-kadang malah negosiasi yang cukup keras dan
posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu ditelanjangi bagi mitra bisnis .
Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik dengan
tajam .

Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat . Keutamaan kedua
adalah fairness . Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi . Insider trading adalah contoh mengenai
cara berbisnis yang tidak fair . Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau
membeli saham berdasarkan informasi “dari dalam” yang tidak tersedia bagi umum .
Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan semua orang yang bergiat disini
mempunyai pengetahuan yang sama tentang keadaan perusahaan yang mereka
jualbelikan sahamnya . Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak
umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair . Kepercayaan (trust) juga merupakan
keutamaan yang penting dalan konteks bisnis . Kepercayaan harus ditempatkan
dalam relasi timbal balik . Ada beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan .
Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan . Cara-cara itu bisa menunjang
kepercayaan antara pebisnis , tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya
kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri .

2.3. Macam-Macam Etika


a) Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang
bernilai, berbicara mengenai fakta secara apa adanya yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai
atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
b) Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan
apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang
dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang
buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

c) Etika Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon, yang berarti kewajiban. Etika
deontologi memberikan pedoman moral agar manusia melakukan apa yang menjadi
kewajiban sesuai dengan nilainilai atau norma-norma yang ada. Suatu perilaku akan
dinilai baik atau buruk berdasarkan kewajiban yang mengacu pada nilai-nilai atau
norma-norma moral. Tindakan sedekah kepada orang miskin adalah tindakan yang
baik karena perbuatan tersebut merupakan kewajiban manusia untuk melakukannya.
Sebaliknya, tindakan mencuri, penggelapan dan korupsi adalah perbuatan buruk dan
kewajiban manusia untuk menghindarinya. Etika deontologi tidak membahas apa
akibat atau konsekuensi dari suatu perilaku. Suatu perilaku dibenarkan bukan karena
perilaku itu berakibat baik, tetapi perilaku itu memang baik dan perilaku itu
didasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan.

Secara umum Etika dapat dibagi menjadi:

- Etika Umum adalah berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-
kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis,bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga normatif dan
semacamnya.
- Etika Khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud:
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan
manusia bertindak etis: cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan/tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada akibatnya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi 3:
+ Etika Individual lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
+ Etika Sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya.
+ Etika Lingkungan Hidup, menjelaskan hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya dan juga hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak
pada lingkungan hidup secara keseluruhan.

 Dilema Etika
Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus
membuat keputusan mengenai perilaku yang harus dilakukannya. Contoh sederhananya
adalah jika seseorang menemukan cincin berlian, ia harus memutuskan untuk mencari
pemilik cincin atau mengambil cincin tersebut. Para auditor, akuntan, dan pebisnis
lainnya, menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka. Terlibat dengan
klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika tidak diberikan opini unqualified
akan menimbulkan dilema etika jika opini unqualified tersebut ternyata tidak tepat untuk
diberikan.

2.4. Garis Besar Landasan Etika


a) Naturalisme, pembenaran-pembenaran hanya dapat dilakukan melalui pengkajian
atas fakta, mengahargai manusia.
b) Individualisme, Emmanuel Kant menekankan bahwa setiap orang bertanggung
jawab secara individual bagi dirinya. Dampak positif dari individualisme adalah
terpacunya prestasi dan kreativitas individu, orang ingin berbuat yang terbaik bagi
dirinya. Dampak negatifnya setiap orang akan mementingkan diri sendiri.
c) Hedonisme, bila kebutuhan kodrati terpenuhi, orang akan memperoleh kenikmatan
sepus-puasnya.
d) Eudaemonisme, kepuasan yang sempurna secara jasmani dan rohani, kebahagiaan
merupakan kebaikan tertinggi.
e) Utilitarianisme, suatu perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat atau
kegunaan, berguna artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak
menghasilkan sesuatu yang buruk.
f) Idealisme, timbul dari kesadaran akan adanya lingkungan normativitas, pengakuan
tentang dualism manusia bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani,
berdasrkan aspek cipta, rasa dan karsa yang terdapat dalam batin manusia.
Keunggulan dari ajaran ini adalah
- Idealisme rasionalistik, dengan menggunakan pikiran dan akal, manusia dapat
mengenal norma-norma yang menuntun perilakunya.
- Idealisme estetik, dunia serta kehidupan manusia dapat dilihat dari perspektif
karya seni.
- Idealisme etik, ingin menentukan ukuran-ukuran moral dan kesusilaan terhadap
dunia dan kehidupan manusia.

 Sanksi Etika
1. Sanksi sosial, skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat
dimaafkan. Contohnya, kita mendapat teguran karena membuang sampah
sembarangan, mendapat nilai yang tidak baik, berpakaian yang tidak rapi, dll.
2. Sanksi hukum, skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati
prioritas utama dan diikuti hukum perdata. Contohnya, hukuman penjara dan
denda uang yang dijatuhkan untuk perampok, pemerkosa, koruptor ; Hukuman
mati dijatuhkan kepada terorisme ; dll
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Etika merupakan kebiasaan hidup manusia atau masyarakat sesuai aturan yang
berlaku untuk membantu manusia dalam bertindak yang menguntungkan bagi diri
manusia itu sendiri dan tidak merugikan orang lain. Dengan adanya etika diharapkan
memberi pengaruh yang baik walaupun terkadang etika dapat membingungkan seseorang
dalam bertindak namun tetap dapat membantu seseorang mencari pendapat terbaik. Pada
dasarnya teori-teori etika menyangkut tentang nilai dan norma serta tindakan dan
perbuatan yang dilakukan seseorang bukan hanya untuk keselamatan dunia namun juga
akhirat karena jika seseorang tidak memiliki etika yang baik maka ia akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya yang mungkin sangat
merugikan bagi lingkungan sekitarnya.

Sekian makalah yang saya buat semoga bermanfaat, mohon maaf jika terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan.

Wassalamualaikum.wr.wb.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : KANISIUS (Anggota IKAPI).

Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

Disarikan dari Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara, Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2009, h. 6 – 42.

http://nurulfahmikesling.blogspot.co.id/2015/12/mata-kuliah-etika-profesi-sanitarian.html

Anda mungkin juga menyukai