DISUSUN OLEH:
10090317084
MANAJEMEN B
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial yang berjudul “GCG dan
Stakeholder”. Kemudian shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
Affandi Iss SE., M.M selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Tanggung Jawab
Sosial yang telah membimbing penyusun dengan penuh tanggung jawab sehingga
penulis makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Dalam artinya sebagai
ilmu, etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang,walaupun setiap orang
kebaikan, melainkan suatu pemhaman yang lebih mendasar dan kritis tentang yang
dianggap baik dan buruk secara moral. Ada beberapa alasan penting mengapa etika
Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya adalah (ta
membangun dari suatu aturan kuat di masyarakat yaitu bagaimana setiap tindak dan
dalam menafsirkan etika sering dilihat dari sudut pandang filsafat. Menurut K.Bertens
“Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia.”
Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik pada diri seseorang
maupun masyarakat dan kebiasaan yang dianut dari seseorang ke orang lain atau satu
generasi ke generasi lain. Etika merupakan kebiasaan hidup orang atau masyarakat
untuk mengikuti nilai-nilai atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. Etika
bermaksud untuk membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat
dipertanggungjawabkan. -
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Faktor-faktor yang melandasi etika adalah meliputi hal tersebut dibawah ini:
b. Norma.
c. Sosial budaya, dibangun oleh konstruksi sosial dan dipengaruhi oleh perkembangan
d. Religius
3) Agama merupakan salah satu sumber nilai dan norma etis yang paling penting.
4) Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para
anggotanya.
e. Kebijakan atau policy maker, siapa stake holders nya dan / bagaimana kebijakan
yang dibuat sangat berpengaruh atau mewarnai etika maupun kode etik.
a. Etika deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
b. Etika normatif
Pada etika normatif terjadi penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian ini
terbentuk atas dasar norma. Etika normatif bersifat preskriptif (memerintahkan), tidak
melukiskan melainkan menentukan benar atau tidaknya tingkah laku. Etika normatif
menampilkan argumentasi atau alasan atas dasar norma dan prinsip etis yang dapat
c. Metaetika
“Meta” berasal dan bahasa Yunani yang berarti melebihi atau melampaui.
PEMBAHASAN
Sukrisno Agoes (2006) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran
Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang
baik juga disebut sebagai suatu proses transparan atas penentuan tujuan
Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah stewardship theory dan
agency theory (Chinn,2000; Shaw,2003). Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis
mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu
bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.
Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan
kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak
Sementara itu, agency theory yang dikembang-kan oleh Michael Johnson, memandang
bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan bertindak
dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan
bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Dalam perkembangan selanjutnya, agency
theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.
agency theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Good corporate governance (GCG) secara definitif
merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham
untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan
Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance
penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas
fundamental perusahaan. Konsep good corporate governance baru populer di Asia. Konsep ini
relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep good corporate governance baru dikenal di
Inggris pada tahun 1992. Negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok OECD
(kelompok Negara-negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara mempraktikkan pada tahun
1999)
Secara umum terdapat lima prinsip dasar darigood corporate governance yaitu:
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenaiperusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
efektif.
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi
hak - hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang
berlaku.
Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk (2003) mengatakan
bahwa paling tidak ada lima alas an mengapa mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:
Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.
Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi
dasar bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis
Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan
Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan
Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang
perusahaann.
Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk
melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan,
dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapatkan
dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Pada umumnya perusahaan-perusahaan
Tahap Persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama: 1) awareness building, 2) GCG assessment, dan 3)
GCG manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini
dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk
kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok. GCG Assessment
merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam
penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG
dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan
Dengan kata lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa
yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat
diambil untuk mewujudkannya. GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG
assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya
dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen
dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ
perusahaan dan manual untuk keseleruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek
seperti:
• Pedoman perilaku
• Roadmap implementasi
Tahap Implementasi
yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG.
Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung
berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai
2. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada,
berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang
melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula
upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang
3.Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya
- upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan
berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG
bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilaku-kan secara teratur dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak
independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Terdapat
banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan di
Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk
assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang
kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat
Pengertian stakeholder sendiri adalah orang atau instansi yang berkepentingan dengan
suatu bisnis atau perusahaan. R. Edward Freeman menjelaskan stakeholder sebagai “individu-
Stakeholder dibagi menjadi pihak berkepentingan internal dan eksternal. Pihak internal
adalah orang-orang berkepentingan yang ada di dalam lembaga tersebut. Sedangkan pihak
eksternal adalah pihak-pihak diluar lembaga yang berkepentingan, misalnya masyarakat dan
pemerintah.Semua masyarakat belum tentu stakeholder atau tidak semua masyarakat adalah
barulah dapat dikatakan sebagai suatu stakeholder yang artinya publik tersebut memiliki
kepentingan (stake) dengan sebuah perusahaan atau dalam sebuah isu yang melibatkan
perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa stakeholder adalah individu atau kelompok yang
Adapun pihak yang memiliki kepentingan utama atau stakeholder dalam organisasi bisnis
antara lain :
1. Pemilik (owner)
Pada awalnya suatu bisnis dimulai dari ide seseorang atau lebih tentang suatu
barang atau jasa dan mereka mengeluarkan uangnya (modal) untuk membiayai usaha
tersebut, karena mereka memiliki keyakinan bahwa kelak dikemudian hari akan
2. Karyawan (employee)
perusahaan. Kinerja perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan, baik
3. Kreditor (creditor)
4. Pemasok (supplier)
Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan yang siap memenuhi ketersediaan
bahan baku, oleh karena itu kinerja perusahaan juga sebagian tergantung pada
5. Pelanggan (customer)
harus menyediakan produk dan layanan yang terbaik serta harga yang bersahabat.
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu
sekunder dan stakeholder kunci . Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai
kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok stakeholder
seperti berikut :
secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus
kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek,
tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara
3. Stakeholder Kunci
legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah
unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stakeholder kunci
jaringan atau individu, tetapi daftar ini perlu sedikit panjang untuk memastikan bahwa tak ada
pihak yang tertinggal. Tabel berikut ini dapat membantu menata sesi brainstorming, atau
memberikan struktur untuk umpan balik dalam plenary jika Anda melakukannya dalam
kelompok-kelompok.
1. Interest Stakeholders
terpengaruh oleh proyek penelitian atau perubahan kebijakan, dan seberapa besar kepentingan
atau kepedulian mereka terhadap atau tentang proyek penelitian atau perubahan kebijakan.
Pada suatu kegiatan usaha kepentingan stakeholder dalam hal ini biasanya seorang pemimpin
tentu saja memiliki keinginan sebagai pemegang kekuasaan dan yang akan memutuskan suatu
keputusan penting perusahaan maka tentu saja kepentingan itu dapat diwujudkan dalam
2. Power Stakeholders
“Kekuasaan” mengukur pengaruh yang mereka miliki atas proyek atau kebijakan, atau
seberapa jauh mereka dapat mendukung tercapainya atau menghambat perubahan yang
diinginkan.
Kekuatan sebagai seorang penguasa dalam suatu perusahaan adalah apa yang menjadi
Dalam sebuah organisasi terdapat saling ketergantungan antara stakeholder satu dengan
lainnya. Karena pada masa kini stakeholder tidak terbatas pada mereka para pelaku dalam
usaha bisnis, tetapi stakeholder tersebut juga mencakup pihak luar seperti masyarakat dan
pemerintah. Realitanya, sebagai konsekuensi alam alamiah bahwa manusia adalah makhluk
sosial maka mereka butuh orang lain dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.
Kenyataan ini pula yamg semakin menunjukkan bahwa dalam suatu oraganisasi, dimana
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.saling ketergantungan tersebut mencakup hubungan dan
pengaruh para pemangku kepentingan.Pola saling ketergantungan ini terjadi atas dasar adanya
kepentingan (interest) dan kekuasaaan (power). Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
kekuasaan tidak dapat berpusat hanya pada satu Stakeholder saja melainkan kepada
masing-masing Stakeholder.
3. Terjadi perubahan signifikan dalam kepentingan dan kekuasaan Stakeholder dari waktu
ke waktu.
BAB III
PENUTUP
Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan
Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Ada empat
komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance yaitu fairness,
penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja
Agoes, sukrisno & Ardana, I Cenik. 2009. Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan
Leonard J. Brooks & Paul Dunn. 2012. Etika Bisnis Dan Profesi .Jakarta.
Salemba Empat.