Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILOSOFIS ETIKA BISNIS

OLEH:

KHOIRUL ANAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURU

INSTITUT KEISLAMAN TUAH NEGERI (IKTN) PELALAWAN

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
memungkinkan penulis menyelesaikan makalah mengenai Filosofis Etika Bisnis.
Sholawat serta salam tak henti-hentinya tercurahkan kepada Nabi besar kita, Nabiullah
Muhammad SAW, yang telah menghapuskan bayang-bayang kejahiliyahan dan menyebarkan
keislaman.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis sadar akan adanya kekurangan dalam penulisan ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan guna
menyempurnakan makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bengkalis, 17 Januari 2024

Penulis
MAKALAH
HAK PEKERJA

A. Latar Belakang
Teori etika, sebagai suatu landasan filosofis, memiliki peran penting dalam
membimbing para pengambil keputusan untuk menilai apakah suatu keputusan sudah
mencerminkan nilai-nilai etis atau belum. Dalam lingkup pengambilan keputusan,
teori etika menyediakan kerangka dasar yang memberikan pemahaman mendalam
terhadap berbagai implikasi moral dari suatu tindakan. Dengan memahami teori etika,
para pengambil keputusan dapat menjadikan keputusan mereka lebih terarah dan
didasari oleh pertimbangan moral yang kokoh. Teori etika memberikan fondasi bagi
sebuah pemahaman tentang benar atau tidaknya suatu keputusan moral, dan dalam
konteks ini, etika menciptakan landasan bagi keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.1
Dalam konteks keorganisasian dan manajemen, teori etika menjadi landasan
bagi manajer dan pemimpin organisasi untuk merumuskan kebijakan dan tindakan
yang sesuai dengan standar moral.2 Keputusan manajerial yang didasarkan pada teori
etika dapat menghindarkan praktik sewenang-wenang dan ketidakpastian hukum,
menciptakan lingkungan kerja yang adil dan beretika. Oleh karena itu, pemahaman
yang baik terhadap berbagai teori etika menjadi suatu keharusan bagi para manajer
yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dalam konteks bisnis dan
organisasi.3
Dalam rangka memahami peran teori etika dalam pengambilan keputusan,
sejumlah pertanyaan muncul yang perlu dijawab untuk menguraikan konsep tersebut.
Pertama, apa yang dimaksud dengan kerangka kerja etis dan bagaimana kerangka ini
mempengaruhi pengambilan keputusan? Kedua, apa yang dimaksud dengan
utilitarianisme dan bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam konteks keputusan
moral? Ketiga, apa yang dimaksud dengan etika prinsip dan hak, serta bagaimana
penerapannya dalam situasi keputusan yang nyata? Keempat, apa yang dimaksud
dengan etika moralitas dan bagaimana nilai-nilai moral memengaruhi keputusan

1
Sinuor, Y. L. (2010). Etika bisnis: pendekatan filsafat moral terhadap perilaku pebisnis kontemporer.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
2
Cahyadi, N., Fachrurazi, H., S. A., Palupi, F. H., Mamengko, R. P. (2022). Pengantar Manajemen. CV
Rey Media Grafika.
3
Sunardi, M. S. (2015). Pengantar bisnis. Media Pressindo.
individu dan organisasi? Terakhir, apa sajakah model pengambilan keputusan yang
telah direvisi, dan bagaimana model-model tersebut dapat diterapkan dalam konteks
bisnis dan organisasi?
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif terkait dengan beberapa aspek kunci dalam teori etika. Pertama,
penulisan ini bertujuan untuk membantu pembaca memahami konsep kerangka kerja
etis dan bagaimana hal ini dapat membentuk landasan pengambilan keputusan yang
etis. Kedua, penulisan ini bertujuan untuk menguraikan prinsip-prinsip utilitarianisme
dan bagaimana konsep ini dapat diaplikasikan dalam konteks pengambilan keputusan.
Selanjutnya, penulisan ini juga bertujuan untuk menjelaskan konsep etika prinsip dan
hak serta relevansinya dalam keputusan moral. Keempat, penulisan ini bertujuan
untuk membahas konsep etika moralitas dan bagaimana nilai-nilai moral
memengaruhi tindakan dan keputusan individu. Terakhir, penulisan ini bertujuan
untuk mengulas model-model pengambilan keputusan yang telah direvisi,
memberikan pemahaman mendalam terkait dengan perubahan dan adaptasi model-
model tersebut dalam konteks keputusan bisnis dan organisasi.

B. Kerangka Etis: Konsekuensi, Prinsip, dan Karakter


Kerangka kerja etis (Ethical Framework) mengemuka sebagai usaha sistematis
untuk memberikan jawaban yang terstruktur terhadap pertanyaan mendasar dalam
etika: Bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya? Etika tidak sekadar
mencari jawaban tentang bagaimana kita seharusnya hidup, melainkan juga
memberikan dasar-dasar pemikiran yang mendukung jawaban tersebut. Tujuannya
adalah memberikan justifikasi rasional mengapa kita harus mengambil tindakan dan
membuat keputusan dengan cara tertentu.4
Pentingnya kerangka kerja etis tidak dapat direduksi menjadi satu prinsip
tunggal atau suatu kerangka kerja yang statis. Sebaliknya, berbagai kerangka kerja
etis telah muncul dan berkembang seiring waktu, diperbaiki, dan diperluas oleh
berbagai pemikir. Ada tiga kerangka kerja etis yang terbukti berpengaruh dan
memiliki relevansi praktis yang tinggi dalam konteks etika bisnis modern.
Pertama, utilitarianisme adalah satu kerangka kerja etis yang menekankan pada
pencapaian konsekuensi positif secara keseluruhan. Pendekatan ini
mempertimbangkan dampak dari suatu tindakan terhadap kebahagiaan dan
4
Zubair, A. C. (2023). Etika dan Asketika Ilmu: Kajian Filsafat Ilmu. Nuansa Cendekia.
kesejahteraan masyarakat secara umum.5 Kedua, deontologi menekankan pada
kewajiban moral dan norma yang bersifat universal. Pendekatan ini menilai tindakan
berdasarkan aturan dan prinsip moral yang melekat, terlepas dari konsekuensinya. 6
Terakhir, etika kesusastraan menggabungkan unsur-unsur budaya dan naratif untuk
membentuk pandangan etis, menyoroti kompleksitas situasional dan interpretatif
dalam mengevaluasi masalah etika.7
Seiring dengan evolusi dan variasi kerangka kerja etis ini, etika bisnis modern
memanfaatkan beragam perspektif untuk mengevaluasi, memahami, dan merespons
tantangan etika yang muncul dalam dunia bisnis. Etika bisnis menjadi semakin
kontekstual dan adaptif, memanfaatkan warisan intelektual dari berbagai pemikir
untuk membimbing perilaku bisnis yang etis dan bertanggung jawab.
1. Utilitarianisme adalah suatu tradisi etis yang menekankan pada penilaian tindakan
berdasarkan konsekuensi keseluruhan yang dihasilkannya. Prinsip dasar dari
utilitarianisme adalah mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan maksimal bagi
sebanyak mungkin orang. Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap etis jika
menghasilkan hasil positif yang paling besar untuk jumlah orang yang paling
banyak.8
2. Kerangka kerja berbasis prinsip adalah pendekatan etis yang mengajarkan kita
untuk bertindak berdasarkan prinsip moral yang bersifat universal. Sebagai
contoh, menghormati hak asasi manusia adalah prinsip moral yang dianggap
fundamental dalam banyak kerangka kerja berbasis prinsip. Dalam hal ini,
keputusan etis diambil dengan mempertimbangkan apakah suatu tindakan sesuai
atau melanggar prinsip-prinsip moral yang telah diakui.9
3. Etika moralitas melibatkan pertimbangan terhadap karakter moral individu dan
bagaimana karakter tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia yang
bahagia dan bermakna. Dalam konteks ini, aspek moralitas menekankan
pentingnya karakter dan integritas pribadi dalam pengambilan keputusan. Etika
moralitas mendorong individu untuk mempertimbangkan dampak karakter moral

5
Fauzan, F., Nurul, S., & Nur Ika, M. (2023). Etika Bisnis dan Profesi.
6
Weruin, U. U. (2019). Teori-Teori Etika Dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi Etika
Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 3(2), 313-322.
7
Suharti, S., Hamsiah, A., Arianto, T., Agus, R. I., Wellem, K. A., Rane, Z. A., & Amir, J.
(2023). Konsep, teori, dan aplikasi kajian sastra. Mafy Media Literasi Indonesia.
8
Pranowo, Y. (2020). Prinsip Utilitarisme sebagai Dasar Hidup Bermasyarakat. Paradigma: Jurnal
Filsafat, Sains, Teknologi, Dan Sosial Budaya, 26(2), 172-179.
9
Djakfar, H. M., & SH, M. A. (2012). Etika bisnis: menangkap spirit ajaran langit dan pesan moral
ajaran bumi. Penebar PLUS+.
mereka terhadap kesejahteraan diri sendiri dan orang lain, serta bagaimana
karakter tersebut dapat menciptakan atau menghalangi kehidupan yang
bermakna.10

C. Utilitarianisme: Membuat Keputusan Berdasarkan Konsekuensi Etis


Utilitarianisme, sebuah tradisi etika yang mengemuka pada abad ke-18 dan 19,
tetap relevan hingga abad ke-21. Filsafat dasarnya menyatakan bahwa kita harus
membuat keputusan berdasarkan konsekuensi keseluruhan dari tindakan kita. 11 Ini
mengacu pada pendekatan konsekuensialis dalam etika dan kebijakan sosial di mana
keputusan dianggap etis jika menghasilkan konsekuensi yang lebih baik dibandingkan
dengan alternatif-alternatif lain yang dipertimbangkan.
Dalam dunia bisnis, konsep utilitarianisme sering diuji, terutama dalam
menanggapi pertanyaan seputar konsekuensi keuangan. Meskipun keputusan yang
benar sering diukur berdasarkan pengembalian keuangan yang optimal, utilitarianisme
menekankan bahwa nilai etika tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, jawaban yang
lebih bermakna dapat ditemukan dengan merujuk pada nilai-nilai etika yang telah
dijelaskan sebelumnya, seperti kebahagiaan, kesehatan, martabat, integritas,
kebebasan, dan rasa hormat bagi semua pihak yang terkena dampak.
Konsep "konsekuensi yang lebih baik" dalam utilitarianisme tidak hanya
mencakup aspek keuangan, tetapi juga kesejahteraan manusia secara menyeluruh. Hal
ini mencakup elemen-elemen seperti kebahagiaan, integritas, dan kebebasan. Oleh
karena itu, dalam perspektif utilitarianisme, keputusan yang mempromosikan nilai-
nilai ini secara maksimal untuk sebanyak mungkin orang dianggap sebagai keputusan
yang paling etis.12 Utilitarianisme memandang bahwa keputusan bisnis yang
menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan secara menyeluruh memiliki nilai etika
yang tinggi.

D. Etika Prinsip dan Hak

10
Maiwan, M. (2018). Memahami Teori-teori Etika: Cakrawala dan Pandangan. Jurnal Ilmiah Mimbar
Demokrasi, 17(2), 193-215.
11
Sugiharto, B. (2019). Kebudayaan dan kondisi post-tradisi: Kajian filosofis atas permasalahan budaya
abad ke-21. PT Kanisius.
12
Handayani, D. L. (2019). Etika Bisnis Islam: Sebuah Kajian Komparatif. Jurnal BAABU AL-ILMI:
Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 4(1), 36-58.
Kerangka kerja etika berikutnya yang memiliki relevansi penting dalam etika
bisnis adalah pengambilan keputusan berdasarkan prinsip daripada konsekuensi.
Prinsip-prinsip ini adalah aturan etis yang mendasarkan nilai-nilai tertentu. Dalam
konteks ini, pendekatan etika ini menegaskan bahwa terdapat aturan-aturan yang
harus diikuti, terlepas dari dampak konsekuensi yang mungkin terjadi, baik itu positif
atau bahkan negatif.
Prinsip-prinsip etika dapat dianggap sebagai jenis aturan yang mengarahkan
perilaku dan pengambilan keputusan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa ada situasi
di mana kita harus mematuhi aturan-aturan ini, bahkan jika hal tersebut menghambat
terjadinya konsekuensi yang diinginkan atau bahkan menghasilkan beberapa
konsekuensi buruk. Sebagai contoh, aturan hukum menjadi satu set pedoman utama
yang harus diikuti, dan hal ini dapat memberikan arahan dalam pengambilan
keputusan.13
Aturan hukum menciptakan kewajiban yang harus dipatuhi, bahkan jika ada
keinginan untuk mencapai hasil yang lebih efisien atau menghindari beberapa
konsekuensi tidak diinginkan. Sebagai ilustrasi, kewajiban untuk membayar pajak
tetap berlaku, meskipun mungkin terdapat argumen bahwa uang tersebut dapat lebih
efektif digunakan untuk pendidikan anak-anak. Begitu pula, dalam situasi bisnis,
aturan hukum menjadi panduan utama yang harus diikuti, terlepas dari konsekuensi
yang mungkin timbul, baik itu diinginkan atau tidak.
Terdapat serangkaian Prinsip Etis yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan diterima secara luas oleh negara-negara anggota. Prinsip-prinsip ini memberikan
dasar bagi perilaku etis dalam berbagai konteks, termasuk dalam ranah bisnis. Salah
satu prinsip utama adalah Hak Asasi Manusia, yang dinyatakan sebagai berikut:14
1. Hak Asasi Manusia
Prinsip 1: Bisnis memiliki tanggung jawab untuk mendukung dan
menghormati perlindungan hak asasi manusia sebagaimana yang telah
diumumkan dalam instrumen-instrumen internasional yang relevan. Hal ini
mencakup komitmen untuk tidak berkontribusi pada atau mendukung
pelanggaran hak asasi manusia.
Prinsip 2: Bisnis harus memastikan bahwa mereka tidak terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia. Ini
13
Aripin, Z., & Negara, M. R. P. (2021). Perilaku bisnis: etika bisnis & perilaku konsumen. Deepublish.
14
Nugroho, R. (2023). Public Policy 7: Dinamika Kebijakan Publik, Analisis Kebijakan Publik,
Manajemen Politik Kebijakan Publik, Etika Kebijakan Publik. PT Elex Media Komputindo.
mencakup upaya untuk mencegah dan mengatasi dampak negatif yang mungkin
timbul dari operasional bisnis mereka terhadap hak asasi manusia.
2. Standar Perburuhan
Prinsip 3: Bisnis memiliki tanggung jawab untuk menjunjung tinggi
kebebasan berserikat dan mengakui secara efektif hak untuk melakukan
perundingan bersama. Ini menegaskan pentingnya mendukung hak pekerja untuk
membentuk serikat pekerja dan berpartisipasi dalam perundingan kolektif untuk
meningkatkan kondisi kerja dan keadilan.
Prinsip 4: Adalah kewajiban bisnis untuk secara tegas menentang dan
menghilangkan segala bentuk kerja paksa dan kerja wajib. Ini mencakup tindakan
untuk mencegah dan mengatasi kondisi kerja yang melibatkan eksploitasi,
pemaksaan, atau penyalahgunaan tenaga kerja.
Prinsip 5: Penghapusan pekerja anak secara efektif menjadi imperatif etis
bagi bisnis. Bisnis harus secara aktif berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan
penghapusan pekerja anak, memastikan bahwa anak-anak tidak terlibat dalam
aktivitas ekonomi yang dapat membahayakan kesejahteraan dan masa depan
mereka.
Prinsip 6: Bisnis harus berkomitmen untuk menghapus segala bentuk
diskriminasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan pekerjaan. Hal ini mencakup
upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan inklusif, di mana setiap
individu dihormati tanpa memandang ras, jenis kelamin, agama, atau faktor
diskriminasi lainnya.
3. Lingkungan Hidup
Prinsip 7: Prinsip ini menekankan perlunya pendekatan proaktif dalam
menghadapi tantangan lingkungan. Bisnis diharapkan untuk tidak hanya
merespons permasalahan lingkungan yang ada, tetapi juga berupaya mencegah
terjadinya dampak negatif lebih lanjut. Hal ini dapat melibatkan penerapan
praktik bisnis yang ramah lingkungan, seperti efisiensi energi, penggunaan bahan
baku yang berkelanjutan, dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab.
Prinsip 8: Bisnis bertanggung jawab untuk memberikan kontribusi positif
terhadap tanggung jawab lingkungan secara keseluruhan. Inisiatif bisnis haruslah
melampaui pematuhan terhadap peraturan dan undang-undang lingkungan.
Prinsip ini mendorong bisnis untuk aktif mencari cara-cara untuk
mempromosikan keberlanjutan lingkungan, seperti berinvestasi dalam proyek-
proyek pelestarian alam, partisipasi dalam upaya restorasi ekosistem, dan
mendukung organisasi-organisasi lingkungan.
Prinsip 9: Prinsip ini menyoroti peran bisnis dalam mendorong adopsi
teknologi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Bisnis diharapkan untuk
menjadi agen perubahan dalam mendorong pengembangan dan penyebaran
teknologi yang ramah lingkungan. Hal ini bisa melibatkan investasi dalam riset
dan pengembangan teknologi baru, serta berbagi pengetahuan dan praktik terbaik
dalam industri untuk mempercepat peralihan menuju ekonomi hijau. Dengan
demikian, bisnis dapat memainkan peran utama dalam memitigasi dampak negatif
terhadap lingkungan dan mempromosikan solusi berkelanjutan.
4. Anti Korupsi
Prinsip 10: Prinsip ini menekankan pentingnya peran bisnis dalam
memerangi korupsi sebagai bagian integral dari praktik bisnis yang etis. Bisnis
diharapkan untuk mengambil sikap yang tegas melawan praktik korupsi dalam
berbagai bentuk, termasuk pemerasan dan penyuapan. Langkah-langkah konkret
yang dapat diambil oleh bisnis melibatkan implementasi kebijakan anti-korupsi,
pelatihan untuk karyawan tentang risiko korupsi, serta pembentukan mekanisme
pengaduan internal yang aman dan dapat diakses oleh semua pihak.
Pentingnya transparansi juga ditekankan, dengan bisnis diharapkan untuk
memberikan informasi yang jelas dan akurat tentang kegiatan mereka, termasuk
praktik anti-korupsi yang diimplementasikan. Selain itu, bisnis diharapkan untuk
berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, lembaga anti-
korupsi, dan masyarakat sipil, untuk menciptakan lingkungan di mana korupsi
sulit berkembang.
Prinsip ini tidak hanya berfungsi sebagai pedoman etika, tetapi juga sebagai
langkah proaktif untuk memastikan bahwa bisnis beroperasi di dalam lingkungan
yang bersih dari korupsi. Melalui komitmen untuk melawan korupsi, bisnis dapat
memainkan peran penting dalam membangun masyarakat yang adil, transparan,
dan berintegritas.

E. Etika Moralitas: Membuat Keputusan Berdasarkan Integritas dan Karakter


1. Moralitas sebagai Bagian dari Kehidupan Manusia yang Baik dan Bermakna
Dalam konteks etika bisnis, keputusan yang dibuat berdasarkan etika
moralitas mengacu pada penilaian yang didasarkan pada integritas dan
karakter. Moralitas dipahami sebagai kumpulan sifat-sifat karakter yang
membentuk kehidupan manusia yang baik dan bermakna. Sifat-sifat seperti
ramah dan ceria, memiliki integritas, kejujuran, ketulusan, memiliki
keinginan yang sederhana, dan toleransi, merupakan karakteristik yang sering
dianggap sebagai bagian integral dari kehidupan yang baik dan bermakna.15
2. Pentingnya Etika Moralitas dalam Pendidikan Anak
Sebagai contoh, etika moralitas dapat diidentifikasi dalam tujuan setiap
orang tua yang berharap untuk membesarkan anak-anak yang bahagia dan
baik. Pengembangan karakter anak-anak, yang mencakup nilai-nilai moral
seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap orang lain,
menjadi landasan dalam menciptakan masyarakat yang etis dan
berintegritas.16
3. Perbedaan dengan Pandangan Egoisme
Dalam memahami perbedaan antara etika moralitas dengan kerangka
kerja egoisme, dapat diketahui bahwa egoisme menekankan bahwa individu
bertindak semata-mata untuk kepentingan diri sendiri. Di sisi lain, etika
moralitas mengajarkan nilai-nilai yang menempatkan kepentingan bersama
dan kepedulian terhadap orang lain sebagai prinsip utama. Ini menciptakan
perbedaan yang jelas antara motivasi yang egois, yang hanya mementingkan
diri sendiri, dan motivasi moralitas, yang mempertimbangkan kepentingan
bersama dan kesejahteraan orang lain.17 Dengan demikian, etika moralitas
memberikan pandangan yang lebih luas dan holistik dalam membuat
keputusan yang mempertimbangkan dampak tidak hanya pada diri sendiri
tetapi juga pada lingkungan sosial dan masyarakat.

F. Model Pengambilan Keputusan Untuk Etika Bisnis Telah Direvisi

15
Qorib, M., Zaini, M., Akrim, A., & Gunawan, G. (2019). Integrasi Etika Dan Moral. Kumpulan Buku
Dosen, 1(1).
16
Wahyono, J. (2023). Cara BIJAK Mendidik Karakter Anak dan Remaja. Penerbit Adab.
17
Djakfar, H. M., & SH, M. A. (2012). Etika bisnis: menangkap spirit ajaran langit dan pesan moral
ajaran bumi. Penebar PLUS+.
Teori-teori etika menyediakan landasan sistematis dan canggih untuk memandu
pemikiran dan penalaran mengenai pertanyaan-pertanyaan etis. Proses pengambilan
keputusan dalam konteks bisnis dapat diintegrasikan dengan teori etika untuk
membentuk model yang lebih rinci. Proses ini bertujuan membantu pengambil
keputusan dalam merinci keputusan bisnis yang bertanggung jawab secara etis.
Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan yang terinci:
1. Tentukan Fakta
Kumpulkan semua fakta yang relevan terkait keputusan yang akan diambil.
Penting untuk menghindari bias dengan memastikan bahwa fakta yang
dikumpulkan bersifat objektif dan tidak memihak pada hasil tertentu.18
2. Identifikasi Masalah Etis
Identifikasi dimensi etis dari keputusan yang dihadapi. Pahami secara jelas apa
yang menjadi inti dari masalah etika yang mungkin muncul. Hindari
ketidakpedulian terhadap dilema etika dengan memperhatikan secara seksama.
3. Identifikasi Pemangku Kepentingan
Tentukan siapa yang akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Analisis
hubungan dan kekuatan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan.
Kenali pihak-pihak yang memiliki kepentingan langsung terhadap hasilnya.19
4. Pertimbangkan Alternatif yang Tersedia
Fokus pada pemikiran kreatif dalam menemukan alternatif penyelesaian konflik.
Jelajahi opsi yang mungkin kurang jelas atau memerlukan pemikiran kreatif yang
"out of the box."20
5. Bandingkan dan Pertimbangkan Alternatifnya
Tinjau dampak setiap alternatif pada setiap pemangku kepentingan.
Pertimbangkan perspektif orang lain yang terlibat. Teori dan tradisi etis dapat
memberikan panduan dalam membandingkan dan mempertimbangkan alternatif
tersebut.21

6. Membuat Keputusan

18
Muktamar, A., Safitri, T., Nirwana, I., & Nurdin, N. (2024). Proses Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen. Journal of International Multidisciplinary Research, 2(1), 17-31.
19
Febrianty, S. E., & Sentanu, I. G. E. P. S. (2023). Manajemen Pengambilan Keputusan. Perkumpulan
Rumah Cemerlang Indonesia.
20
Wujarso, R. (2023). Prinsip Manajemen: Mengelola Bisnis Untuk Masa Depan Yang Berkelanjutan.
Asadel Liamsindo Teknologi.
21
Rumondang, A., Sudirman, A., & Sitorus, S. (2020). Pemasaran Digital dan Perilaku Konsumen.
Tentukan apakah ini keputusan seketika atau langkah yang akan diambil seiring
waktu. Rencanakan implementasi keputusan dengan jelas dan pertimbangkan
skenario yang mungkin terjadi.22
7. Monitoring dan Belajar
Bangun mekanisme evaluasi untuk keputusan yang diambil. Pelajari dari setiap
keputusan dan perbarui pengetahuan Anda. Revisi kebijakan atau prosedur jika
diperlukan sebagai respons terhadap pembelajaran dari situasi ini.23
Proses ini bukanlah suatu langkah tunggal, tetapi sebuah siklus yang
memungkinkan pemantauan, pembelajaran, dan penyesuaian berkelanjutan untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan etis dalam bisnis.
G. Kesimpulan
Etika tidak dapat disederhanakan menjadi satu prinsip atau kerangka kerja
tunggal. Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai kerangka kerja etika yang telah
mengalami penyempurnaan dan perkembangan oleh pemikir-pemikir yang beragam.
Ada tiga kerangka kerja etis yang terbukti signifikan dalam perkembangan etika
bisnis dan memiliki relevansi praktis dalam menilai masalah etika dalam dunia bisnis
modern, yaitu: (1) Utilitarianisme, yang menitikberatkan pada pengambilan keputusan
berdasarkan konsekuensi yang dihasilkan; (2) Kerangka kerja berbasis prinsip yang
menekankan pada prinsip atau aturan moral, dan (3) Etika moralitas, yang fokus pada
pertimbangan terhadap karakter moral individu.

22
Nugraha, R. K. (2023). Marketing Di Era 5.0: Transformasi Teknologi Digital Untuk Efisiensi
Pemasaran. Anak Hebat Indonesia.
23
Widodo, I. H. D. S. (2020). Manajemen Kinerja Kunci Sukes Evaluasi Kerja. Cipta Media Nusantara
(CMN).
DAFTAR PUSTAKA

Aripin, Z., & Negara, M. R. P. (2021). Perilaku bisnis: etika bisnis & perilaku konsumen.
Deepublish.
Cahyadi, N., Fachrurazi, H., S. A., Palupi, F. H., Mamengko, R. P. (2022). Pengantar
Manajemen. CV Rey Media Grafika.
Djakfar, H. M., (2012). Etika bisnis: menangkap spirit ajaran langit dan pesan moral
ajaran bumi. Penebar PLUS+.
Fauzan, F., Nurul, S., & Nur Ika, M. (2023). Etika Bisnis dan Profesi.
Febrianty, S. E., & Sentanu, I. G. E. P. S. (2023). Manajemen Pengambilan Keputusan.
Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia.
Handayani, D. L. (2019). Etika Bisnis Islam: Sebuah Kajian Komparatif. Jurnal BAABU
AL-ILMI: Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 4(1), 36-58.
Maiwan, M. (2018). Memahami Teori-teori Etika: Cakrawala dan Pandangan. Jurnal
Ilmiah Mimbar Demokrasi, 17(2), 193-215.
Muktamar, A., Safitri, T., Nirwana, I., & Nurdin, N. (2024). Proses Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen. Journal of International Multidisciplinary Research,
2(1), 17-31.
Nugraha, R. K. (2023). Marketing Di Era 5.0: Transformasi Teknologi Digital Untuk
Efisiensi Pemasaran. Anak Hebat Indonesia.
Nugroho, R. (2023). Public Policy 7: Dinamika Kebijakan Publik, Analisis Kebijakan
Publik, Manajemen Politik Kebijakan Publik, Etika Kebijakan Publik. PT Elex Media
Komputindo.
Pranowo, Y. (2020). Prinsip Utilitarisme sebagai Dasar Hidup Bermasyarakat. Paradigma:
Jurnal Filsafat, Sains, Teknologi, Dan Sosial Budaya, 26(2), 172-179.
Qorib, M., Zaini, M., Akrim, A., & Gunawan, G. (2019). Integrasi Etika Dan Moral.
Kumpulan Buku Dosen, 1(1).
Rumondang, A., Sudirman, A., & Sitorus, S. (2020). Pemasaran Digital dan Perilaku
Konsumen.
Sinaga, N. A., & Zaluchu, T. (2021). Perlindungan Hukum Hak-Hak Pekerja Dalam
Hubungan Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jurnal Teknologi Industri, 6.
Sinuor, Y. L. (2010). Etika bisnis: pendekatan filsafat moral terhadap perilaku pebisnis
kontemporer. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Suharti, S., Hamsiah, A., Arianto, T., Agus, R. I., Wellem, K. A., Rane, Z. A., & Amir, J.
(2023). Konsep, teori, dan aplikasi kajian sastra. Mafy Media Literasi Indonesia.
Sugiharto, B. (2019). Kebudayaan dan kondisi post-tradisi: Kajian filosofis atas
permasalahan budaya abad ke-21. PT Kanisius.
Sunardi, M. S. (2015). Pengantar bisnis. Media Pressindo.
Suparman, J., Panjaitan, H., & Widiarty, W. S. (2023). Status Ketenagakerjaan Pelaut
Dalam Perspektif Hukum Positif Di Indonesia. Syntax Idea, 5(12), 2660-2679.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006). PEMBANGUNAN EKONOMI, edisi 9, jilid 1.
Erlangga.
Tukiran, M. (2020). Fondasi Teori Manajemen: Sebuah Tinjauan Filosofis, Teoretis,
Metodis, dan Praktis. PT Kanisius.
Wahyono, J. (2023). Cara BIJAK Mendidik Karakter Anak dan Remaja. Penerbit Adab.
Weruin, U. U. (2019). Teori-Teori Etika Dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi
Etika Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 3(2), 313-322.
Widodo, I. H. D. S. (2020). Manajemen Kinerja Kunci Sukes Evaluasi Kerja. Cipta
Media Nusantara (CMN).
Wujarso, R. (2023). Prinsip Manajemen: Mengelola Bisnis Untuk Masa Depan Yang
Berkelanjutan. Asadel Liamsindo Teknologi.
Zubair, A. C. (2023). Etika dan Asketika Ilmu: Kajian Filsafat Ilmu. Nuansa Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai