Anda di halaman 1dari 16

TUGAS IV

MAKALAH
“IKLIM ETIKA ORGANISASI DAN INTEGRITAS”

untuk memenuhi tugas pengantar bisnis dan etika profesi

Dosen pengampu : Safrudin, S.T., M.T.

Disusun Oleh : Rifky (4042022097)

TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

POLITEKNIK BOMBANA

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Pengantar
Bisnis dan Etika Profesi dengan judul: "Iklim Etika Organisasi dan Integritas".

Makalah ini saya buat dengan berbagai sumber referensi yang saya
dapatkan diinternet. Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya
miliki.

Oleh karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Bombana, 30 September 2023

Rifky

i
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3. Tujuan Makalah..................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 3
2.1. Pentingnya Membangun Iklim Etika dan Organisasi Berintegritas...... 3
2.2. Keterbatasan Program Compliance....................................................... 4
2.3. Integritas Sebagai Tata Kelola Etika..................................................... 5
2.4. Program Integritas yang Efektif............................................................ 7
BAB III PENUTUP........................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan........................................................................................... 10
3.2. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai
banyak ungkapan yang semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-
masing ahli. Berikut ini pandangan para ahli tentang etika.

Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat. Sedangkan, Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika
sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha
mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar
Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal
kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa
yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan yang dapat merupakan
perbuatan.

Secara historis etika sebagai usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan
moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2.500 tahun lalu. Karena pandangan-
pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof
mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.

Pada materi ini penulis akan membahas tentang integritas sebagai tata
kelola etika. Integritas adalah apa yang menyediakan nilai kehidupan dari
dalam diri untuk mengubah kesadaran ke dalam tindakan. Etika itu sendiri
adalah sebuah sistem eksternal melalui aturan, hukum, dan kode etik. Jadi,

1
diri yang unggul dengan integritas pribadi adalah diri yang secara internal
pribadi telah memiliki sebuah sistem kejujuran diri sendiri terhadap nilai-nilai
yang diyakini. Oleh karena itu, saat panduan etika bisnis dan kode etik
perilaku kerja diterapkan, maka orang-orang dengan integritas tinggi akan
memiliki kepatuhan sempurna terhadap etika bisnis dan kode etik.
Berdasarkan uraian atau pemaparan diatas maka penulis mengambil rumusan
masalah berikut:

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diambil oleh penulis adalah:


1.2.1. Apa pentingnya membangun iklim etika dan organisasi berintegritas?
1.2.2. Apa keterbatasan program compliance?
1.2.3. Apa yang dimaksud integritas sebagai tata kelola etika?
1.2.4. Apa program integritas yang efektif?

1.3. Tujuan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1.3.1. Menjelaskan pentingnya membangun iklim etika dan organisasi
berintegritas.
1.3.2. Menjelaskan keterbatasan program compliance.
1.3.3. Menjelaskan bagaimana integritas sebagai tata kelola etika.
1.3.4. Menjelaskan program integritas yang efektif.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pentingnya Membangun Iklim Etika dan Organisasi Berintegritas

Dilansir dari Anisamargi (2017), Banyak pimpinan organisasi dan


perusahaan yang beranggapan bahwa permasalahan etika adalah
permasalahan individual. Setiap individu bertanggung jawab terhadap
tindakan-tindakan tidak beretika yang mereka lakukan, sementara itu
organisasi tidak dapat berbuat apa-apa untuk mempengaruhi etika seseorang
karena sudah terbentuk melalui keluarga dan pendidikan pada masa kecil
mereka.

Namun organisasi juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Tekanan,


persaingan, penetapan sasaran dan kompensasi dapat mempengaruhi individu
untuk mencapai tujuan tanpa mempedulikan apakah proses tersebut dilakukan
secara etis atau tidak.

Pada pendekatan integritas, konsep etika yang disepakati oleh anggota


organisasi merupakan kekuatan utama dari organisasi. Nilai-nilai etika akan
mempertajam upaya pencarian kesempatan, perancangan sistem organisasi,
dan proses pengambilan keputusan yang digunakan oleh individu dan
kelompok. Nilai-nilai etika akan meberikan kerangka acuan yang sama dalam
organisasi dan berfungsi sebagai kekuatan untuk mempersatukan organisasi
dari fungsi yang berbeda, bisnis yang berbeda dan kelompok pegawai yang
berbeda. Etika organisasi membantu mendefinisikan organisasi dan apa yang
diperjuangkan dari organisasi tersebut untuk dicapai.

Bentuk dari program integritas menyerupai dengan program compliance,


seperti kode etik, pelatihan, mekanisme pelaporan, investigasi atas potensi
pelanggaran, dan audit dan pengawasan untuk menjamin standar dan aturan
perusahaan dijalankan dan dipatuhi.

3
Pendekatan organisasi yang berintegritas lebih luas, lebih dalam dan lebih
sulit dari program compliance. Dikatakan lebih luas karena pendekatan ini
berupaya memungkinkan terciptanya perilaku yang bertanggung jawab. Lebih
dalam karena mencakup ethos dan sistem operasi dari organisasi dan anggota-
anggotanya, nilai-nilai yang mereka pedomani, cara berpikir dan berperilaku.
Dan lebih sulit karena membutuhkan upaya secara aktif untuk mendefinisikan
tanggung jawab dan aspirasi yang menjadi bagian dari pedoman etika
organisasi. Di atas semuanya, etika organisasi merupakan kerja dari
manajemen. Pimpinan perusahaan mungkin memegang peran penting pada
saat perancangan dan implementasi program integritas, tapi seluruh manajer
dari seluruh lini dan seluruh fungsi terlibat dalam proses.

2.2. Keterbatasan Program Compliance

Dilansir dari Charles Yansens, Compliance adalah proses menyesuaikan


diri dengan suatu aturan seperangkat aturan atau standar Compliance dapat
bersifat wajib yang berarti diwajibkan oleh hukum atau peraturan atau
bersifat sukarela yang berarti sesuatu yang dipilih oleh organisasi untuk
dilakukan dalam rangka meningkatkan operasinya

Dilansir dari Anisamargi (2017), Risiko menghadapi kasus hukum akibat


tindakan yang dilakukan oleh pegawainya yang melanggar hukum tanpa
terdeteksi berdampak pada konsekuensi biaya yang signifikan dan kehilangan
nama baik dan kepercayaan pelanggan. Risiko ini menyebabkan banyak
organisasi perusahaan yang menyadari pentingnya etika organisasi Mereka
mengembangkan etika organisasi yang mampu mendeteksi dan mencegah
pelanggaran hukum. Sementara itu, pemerintah Amerika juga mendorong
perusahaan untuk menerapkan program compliance, dengan memberikan
denda yang lebih rendah kepada perusahaan yang melanggar hukum jika
mereka sudah menerapkan program legal compliance.

Program compliance biasanya menekankan pada pencegahan tindakan


yang melawan hukummelalui peningkatan pemantauan dan pengawasan serta

4
dengan memberikan hukuman bagi pelanggarManajer harus mengembangkan
standar dan prosedurmenugaskan pegawai-pegawai yang memiliki jabatan
yang tinggi untuk mengawasi kepatuhan terhadap standar dan
prosedurmenghindari pendelegasian wewenang kepada orang-orang yang
berpotensi untuk melakukan pelanggaran, mengkomunikasikan standar dan
prosedur melalui pelatihan dan publikasimelakukan audit kepatuhan, proses
pemantauan, sistem whistleblowing dimana pegawai dapat melaporkan
tindakan melawan hukum tanpa merasa takut dihukum, secara konsisten
menegakkan standar melalui tindakan-tindakan disiplin, secara cepat
melakukan tindakan jika terdeteksi pelanggaran, dan melakukan langkah-
langkah pencegahan agar pelanggaran sejenis tidak terulang di masa
mendatang.

Terdapat beberapa keterbatasan atas program compliance yaitu:

 Perusahaan multinasional menghadapi perbedaan hukum dan aturan


pada masing-masing negara.
 Program compliance terlalu menkankan kepada pemberian ancaman
deteksi dan hukuman untuk mendorong perilaku mentaati hukum.
 Program ini cenderung untuk tidak mendorong terciptanya imajinasi
moral atau komitmen.

2.3. Integritas Sebagai Tata Kelola Etika

Dilansir dari Bea Cukai (2014), Integritas adalah pilihan bukan


kewajiban dan etika adalah kewajiban bukan pilihan. Ketika seseorang tidak
merasa memiliki harga diri, persahabatan, stabilitas keuangan, atau juga nilai-
nilai kehidupan positif, maka dia sangat berpotensi untuk bertindak dan
bersikap tanpa integritas. Dan sebaliknya, seseorang dengan harga diri yang
tinggi, rasa syukur dengan keadaan keuangan, nilai-nilai kehidupan positif
sebagai sistem pendukung moral yang kuat, dan kemampuan dirinya hidup
dalam keseimbangan pribadi dan sosial yang kuat, maka dia sangat berpotensi
untuk hidup dengan integritas pribadi yang tinggi.

5
Integritas pribadi seseorang menyampaikan arti keutuhan dan kekuatan
dari jati diri yang asli. Artinya, tidak ada kepalsuan dari pikiran, suasana hati,
ucapan, tindakan, dan sikap. Jati diri selalu konsisten bertindak dengan
integritas diri untuk melakukan apa yang benar melalui kejujuran diri sendiri.
Orang – orang yang hidup dengan integritas pribadi yang kuat adalah mereka
yang dipandu oleh seperangkat prinsip inti, yang memberdayakan kepribadian
dan karakter mereka, untuk berperilaku secara konsisten dengan standar nilai-
nilai yang menjadi dasar dari integritas. Dan pada umumnya, prinsip-prinsip
inti dari integritas adalah nilai-nilai kehidupan yang membawa makna untuk
kebajikan, kasih sayang, kepedulian, ketergantungan, kedermawanan,
kejujuran, kemanusiaan, kebaikan, anti korupsi, anti manipulasi, anti kolusi,
anti nepotisme, anti kekerasan, kesetiaan, kedewasaan, objektifitas,
kepercayaan, kehormatan, dan kebijaksanaan.

Integritas pribadi selalu akan diuji oleh realitas sosial. Mengingat


integritas pribadi adalah sesuatu yang dihasilkan dari dalam diri, maka
kekuatan di luar diri bisa saja tidak memiliki integritas. Sering sekali realitas
kehidupan sosial, politik, ekonomi selalu mempersembahkan integritas yang
sangat miskin dan lemah. Dampaknya, integritas pribadi yang kuat harus
menjadi sangat bermoral dan berkualitas tinggi. Untuk itu, Anda wajib
memiliki keberanian agar dapat mengalahkan tantangan dari realitas integritas
di luar diri, yang lemah dan tak berdaya.

Integritas adalah apa yang menyediakan nilai kehidupan dari dalam diri
untuk mengubah kesadaran ke dalam tindakan. Bila integritas dilengkapi
dengan panduan etika yang unggul dan konsisten, maka saat ada ujian dari
luar diri, diri akan memiliki kekuatan untuk membangkitkan keberanian agar
memenangkan integritas pribadi dari ujian realitas sosial, politik, dan
ekonomi kepentingan.

Etika itu sendiri adalah sebuah sistem eksternal melalui aturan, hukum,
dan kode etik. Jadi, diri yang unggul dengan integritas pribadi adalah diri
yang secara internal pribadi telah memiliki sebuah sistem kejujuran diri

6
sendiri terhadap nilai-nilai yang diyakini. Oleh karena itu, saat panduan etika
bisnis dan kode etik perilaku kerja diterapkan, maka orang-orang dengan
integritas tinggi akan memiliki kepatuhan sempurna terhadap etika bisnis dan
kode etik.

Integritas pribadi adalah dasar bagi implementasi etika perilaku dan etika
bisnis yang sempurna. Perilaku kerja yang etis akan mendorong
kesempurnaan integritas pribadi. Hubungan yang saling memperkuat antara
integritas dan etika, akan menjadi dasar yang sangat kuat untuk menghasilkan
kehidupan kerja yang harmonis dalam kinerja maksimal.

2.4. Program Integritas yang Efektif

Dilansir dari Anonymous Fe0kal, Terdapat beberapa karakteristik dari


program integritas yang efektif, yaitu:

2.4.1. Nilai dan komitmen yang masuk akal dan secara jelas
dikomunikasikan

Nilai dan komitmen ini mencerminkan kewajiban organisasi Pegawai dari


berbagai tingkatan menerima nilai dan komitmen tersebut dengan sungguh-
sungguh, merasa bebas untuk mendiskusikannya, dan memahami pentingknya
dalam praktisiHal ini bukan berarti semuanya sudah jelas sehingga tidak
ambiguitas dan konflik. Namun selalu ada keinginan untuk mencari solusi
yang sesuai dengan kerangka nilai tersebut.

2.4.2. Pimpinan organisasi secara pribadi memiliki komitmen, dapat


dipercayakan bersedia untuk melakukan tindakan atas nilai-nilai yang
mereka pegang

Mereka tidak sekedar juru bicara Mereka bersedia untuk memeriksa


keputusannya sesuai dengan nilai-nilai tesebut. Konsistensi merupakan
bagian penting dari kepemimpinan. Ceramah berkepanjangan dan tidak jelas
tentang nilai-nilai perusahaan hanya memancing ketidak-percayaan pegawai

7
dan penolakan terhadap programPada saat yang sama pemimpin harus
mengambil tanggung jawab untuk membuat keputusan yang sulit ketika
terjadi konflik antara kewajiban etika.

2.4.3. Nilai-nilai yang digunakan terintegritas dalam proses pengambilan


keputusan manajemen dan tercermin dalam kegiatan-kegiatan penting
organisasi

Penyusunan rencana, penetapan sasaran, pencarian kesempatan, alokasi


sumber dayapengumpulan dan komunikasi informasi, pengukuran kinerja,
dan pengembangan SDM.

2.4.4. Sistem dan struktur organisasi mendukung dan menguatkan nilai-


nilai organisasi

Sistem pelaporan dibuat untuk memungkinkan dilakukannya check and


balance untuk mendukung pertimbangan yang objektif dalam pengambilan
keputusanPenilaian kinerja memperhatikan cara kerja dan hasil kerja.

2.4.5. Seluruh manajer memiliki ketrampilan pengambilan keputusan,


pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan yang berbasis etika setiap hari

Berpikir dan memiliki kesadaran etika harus menjadi bagian dari


perlengkapan mental seorang manajer. Pendidikan etika biasanya merupakan
bagian dari proses.

Keberhasilan dalam menciptakan iklim untuk perilaku yang beretika dan


bertanggung jawab untuk membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan investasi
yang cukup besar dalam waktu dan sumber daya Suatu buku kode etika yang
mewah, pejabat yang berpangkat tinggi di bidang etikaprogram pelatihan, dan
audit etika tahunan, serta jebakan-jebakan program etika lainnya tidak perlu
ditambahkan dalam organisasi yang bertanggung jawab dan taat hukum yang
nilai-nilai dimiliki tercermin dalam tindakan yang dilakukan. Program etika

8
formal akan membantu sebagai katalis dan sistem pendukung, tapi integritas
organisasi tergantung kepada integritas nilai-nilai organisasi ke dalam system.

9
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pada pendekatan integritas, konsep etika yang disepakati oleh anggota


organisasi merupakan kekuatan utama dari organisasi. Nilai-nilai etika akan
mempertajam upaya pencarian kesempatan, perancangan sistem organisasi,
dan proses pengambilan keputusan yang digunakan oleh individu dan
kelompok.

Terdapat beberapa keterbatasan atas program compliance yaitu Perusahaan


multinasional menghadapi perbedaan hukum dan aturan pada masing-masing
negara, Program compliance terlalu menkankan kepada pemberian ancaman
deteksi dan hukuman untuk mendorong perilaku mentaati hukum, dan
Program ini cenderung untuk tidak mendorong terciptanya imajinasi moral
atau komitmen.

Integritas adalah apa yang menyediakan nilai kehidupan dari dalam diri
untuk mengubah kesadaran ke dalam tindakan. Etika itu sendiri adalah sebuah
sistem eksternal melalui aturan, hukum, dan kode etik. Jadi, diri yang unggul
dengan integritas pribadi adalah diri yang secara internal pribadi telah
memiliki sebuah sistem kejujuran diri sendiri terhadap nilai-nilai yang
diyakini. Oleh karena itu, saat panduan etika bisnis dan kode etik perilaku
kerja diterapkan, maka orang-orang dengan integritas tinggi akan memiliki
kepatuhan sempurna terhadap etika bisnis dan kode etik.

Terdapat beberapa karakteristik dari program integritas yang efektif, yaitu


Nilai dan komitmen yang masuk akal dan secara jelas dikomunikasikan,
Pimpinan organisasi secara pribadi memiliki komitmen yaitu dapat
dipercayakan bersedia untuk melakukan tindakan atas nilai-nilai yang mereka
pegang, Nilai-nilai yang digunakan terintegritas dalam proses pengambilan
keputusan manajemen dan tercermin dalam kegiatan-kegiatan penting
organisasi, Sistem dan struktur organisasi mendukung dan menguatkan nilai-

10
nilai organisasi, dan Seluruh manajer memiliki ketrampilan pengambilan
keputusan, pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan yang berbasis etika setiap hari.

3.2. Saran

Etika tentunya harus dimiliki oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan
dalam bersosialisasi yang mana hal itu menjadi jembatan agar terciptanya
suatu kondisi yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anisamargi, 2017. “Iklim Etika dan Organisasi Berintegritas”.


https://www.coursehero.com/file/25208125/ETPROF-W-6docx/. Diunduh
22 September 2023.
Adinda, R. 2022. “Pengertian Etika: Macam-macam Etika & Manfaat Etika”.
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/. Diunduh 30
September 2023.

Bea Cukai, 2014. “Integritas adalah pilihan bukan kewajiban dan etika adalah

kewajiban bukan pilihan”. https://bctemas.beacukai.go.id/integritas-


adalah-pilihan-bukan-kewajiban-dan-etika-adalah-kewajiban-bukan-
pilihan/. Diunduh 30 September 2023.
Baswari, Afifa Rifqi, dkk. t.t. Kelompok 6 - Iklim Etika Dan Integritas
Organisasi. Makalah etika profesi dan tata kelola korporat iklim etika dan
integritas organisasi.

Tim Humas. 2022. “Pengertian Etika Menurut Para Ahli”.


https://an-nur.ac.id/pengertian-etika-menurut-ahli/. Diunduh 30 September
2023.
Tauhida Febriana, Deva. 2021. “Sejarah Etika”.
https://mitrapalupi.com/sejarah-etika/. Diunduh 30 September 2023.
Yansens, Charles. “Pengertian Compliance? Peraturan, Teknik, Pertanyaan”.
https://tanyadigital.com/compliance-adalah/. Diunduh 30 September 2023.

12
13

Anda mungkin juga menyukai