Oleh:
Kelompok 3
Amelia Putri Rizqullah 151911013015
Sofia Ayu Rosidah 151911013024
Haniah Dias Fanny 151911013026
Fandi Agus Ferdiyansa 151911013031
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Etika
Dalam Organisasi” ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada seluruh dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah memberikan tugas
terhadap kami sehingga kami dapat menambah pengetahuan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Etika Profesi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang topik “Etika Dalam Organisasi” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diperoleh tujuan, yaitu:
1
2
3
b. Agar bisa mengikuti kehidupan sosial yang tertib, manusia memerlukan
kesepakatan, pemahaman, prinsip dan ketentuan lain yang menyangkut
pola
3
4
Kedua, etika profesi memiliki tujuan agar individu professional dapat bertindak
dengan cara yang dingiinkan secara moral untuk menuju komitmen moral dan
perilaku tanggung jawab. Adapun penjabaran dari tujuan ini adalah sebagai
berikut:
2.2 Fungsi Dan Peran Kode Etik Profesi Dalam Peningkatan Kinerja Profesi
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditunjukkan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan ketentuan tertulis. Adapun kode etik profesi dimaksud
untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok professional tertentu. Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan,
tata cara, tanda, atau pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan, pekerjaan,
bahkan perilaku.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
7
para anggota profesi tentang bagaimana mereka melakukan profesinya. Pada kode
etik profesi juga terdapat larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang
apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka yang merupakan
anggota profesi. Tidak hanya itu, kode etik profesi pun berisi tentang tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Dengan demikian, kode etik profesi berperan sebagai sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
Dengan kode etik profesi telah ditetapkan secara tertulis norma atau
patokan tertentu tentang hubungan antara pengemban profesi dengan
masyarakat.
9
Jadi tidak perlu ada campur tangan pemerintah. Misalnya dengan undang-
undang disebut tentang hubungan antara pengacara dengan klien, dosen
dengan makasiswa, dokter dengan pasien.
c. Sebagai Pencegah Kesalahpahaman dan Konflik
Kode etik profesi adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
sudah mapan karena dibuat berdasarkan pertimbangan profesi yang
bersangkutan. Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang
dianggap benar menurut pendapat umum. Dengan demikian kode etik
profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, bahkan dapat
berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi.
bentuk fitnah profesi terhadap dunia luar. Dari perspektif ini, kode etik juga
memiliki namanya atau disebut “kode kehormatan.”
10
Garuda Indonesia ini bekerjasama dengan anak buahnya yang berinisial SAS.
Dapat kita
11
lihat dari sudut pandang Etika dimana seorang direktur PT. Garuda Indonesia
menyadari untuk melakukan hal yang negatif secara moral, maka sebagian besar
masyarakat berpikir bahwa hal tersebut tidak masuk akal jika seorang direktur
utama melakukannya.
Menteri Keuangan menyampaikan bahwa komponen motor harley yang
diselundupkan tersebut berkisar senilai 200 hingga 800 juta. Peristiwa ini
membuat direktur utama PT. Garuda Indonesia sepakat diganti dengan adanya
keputusan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan UU
Nomor 17 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Direktur Utama Garuda Indonesia terbukti melanggar Pasal 102
huruf a, setiap orang yang mengekspor barang tanpa menyertakan bukti
kepabeanan dan Pasal 102 huruf b, membongkar barang impor di luar kawasan
pabean atau tempat lain tanpa izin kepala kantor.
Suatu perusahaan yang beroperasi di dalam masyarakat harus dapat
memperlihatkan tata kelola yang baik, dibutuhkan akuntabilitas serta transparansi
di hadapan masyarakat. Sehingga informasi yang diterima oleh masyarakat harus
tepat dan akurat. Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah prinsip
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi
seluruh stakeholder (Monks, 2003)
Pembahasan
Berikut ini merupakan hasil analisis penyelundupan Harley dan Brompton
oleh Eks Direktur Utama Garuda Indonesia, ditinjau berdasarkan teori etika dan
Good Corporate Governance:
Transparansi (Transparency)
Direktur dan para jajarannya memiliki keterlibatan penting atas segala
tindakan pengambilan keputusan yang terjadi. Setidaknya ada dua
keutamaan transparansi dalam GCG. Pertama, transparansi dapat
membuat direktur dan dewan perusahaan lainnya dapat bertanggung
jawab atas setiap keputusan dan kesalahan yang mereka telah ambil.
Kedua, transparansi dapat menguatkan kepercayaan para pemegang
saham terhadap kinerja perusahaan, baik dalam hal pengelolaan
perusahaan maupun pengembalian investasi yang akan menjadi lebih
baik. Penyelundupan Harley dan Brompton yang dilakukan oleh Direktur
Utama PT. Garuda Indonesia telah terbukti melanggar prinsip ini.
Sebagai pemegang jabatan tinggi di dalam suatu perusahaan, sudah
selayaknya penerapan prinsip transparansi ini diterapkan dengan baik.
Terlihat bahwa Direktur Garuda melakukan penyelundupan untuk
menghindari adanya pembayaran pajak kepada negara yang potensinya
mencapai Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar. Dampak yang ditimbulkan
dari pelanggaran dalam aspek transparency ini akan memberi pengaruh
besar kepada tingkat kepercayaan para pemegang saham di Garuda
Indonesia. Nilai saham dari Garuda Indonesia diklaim sempat turun
sebesar 2,42%
Akuntabilitas (Accountability)
12
Independensi (Independency)
Pada prinsip ini dimaksudkan agar sebuah perusahaan dapat melaksanakan
seluruh prinsip Good Corporate Governance. Perusahaan harus dapat
menjalankan kegiatan-kegiatannya secara mandiri atau independen, tanpa
adanya paksaan ataupun intervensi dan tekanan dari pihak eksternal sesuai
14
dengan aturan yang berlaku. Pada kasus ini, Garuda Indonesia beroperasi
secara mandiri dibawah pimpinan Direktur Utama.
merah ini menjadi dekat dengan masyarakat disertai respons perusahaan yang
cepat atas berbagai keluhan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16