Anda di halaman 1dari 28

ETIKA DALAM ORGANISASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Etika Profesi

Oleh:
Kelompok 3
Amelia Putri Rizqullah 151911013015
Sofia Ayu Rosidah 151911013024
Haniah Dias Fanny 151911013026
Fandi Agus Ferdiyansa 151911013031

DIPLOMA III PROGRAM STUDI


ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Etika
Dalam Organisasi” ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada seluruh dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah memberikan tugas
terhadap kami sehingga kami dapat menambah pengetahuan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Etika Profesi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang topik “Etika Dalam Organisasi” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Surabaya, 16 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER …………………………………………………………


KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………
1.3. Tujuan ……………………………………………………………………..
1.4. Manfaat ……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………
2.1. Tujuan, Fungsi Dan Peran Etika Dalam Organisasi....................................
2.1.1 Tujuan Etika Profesi Dalam Organisasi ............................................
2.1.2 Fungsi Etika Profesi Dalam Organisasi .............................................
2.1.3 Peran Etika Profesi Dalam Organisasi ...............................................
2.2. Fungsi Dan Peran Kode Etik Profesi Dalam Peningkatan Kinerja Profesi..
2.2.1 Fungsi Kode Etik ...............................................................................
2.2.2 Peran Kode Etik .................................................................................
2.3. Studi Kasus .................................................................................................
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam
masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia
menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku etis karena selama
ini perilaku etis selalu diabaikan. Etis menjadi kebutuhan penting bagi semua
profesi yang ada agar tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari
hukum.
Sebagai anggota suatu profesi, akuntan juga mempunyai tanggung jawab
untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi
dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri.
Administrator mempunyai tanggung jawab untuk kompeten dan menjaga
integritas dan obyektif mereka.
Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan
adanya tuntunan masyarakat terhadap peran profesi administrator, khususnya
atas kinerja akuntan publik. Masyarakat yang merupakan pengguna jasa
profesi membutuhkan seorang administrator yang profesional. Label
profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas,
dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan yang tulus membantu
permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi
kepercayaan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan, antara lain sebagai berikut:
a. Apa tujuan, fungsi dan peran etika dalam Organisasi?
b. Bagaimana fungsi dan peran kode etik profesi dalam peningkatan kinerja
profesi

1.3 Tujuan

1
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diperoleh tujuan, yaitu:

1
2

a. Untuk mengetahui tujuan, fungsi dan peran etika dalam organisasi


b. Untuk mengetahui fungsi dan peran kode etik profesi dalam peningkatan
kinerja profesi
c. Untuk mengetahui studi kasus mengenai etika dalam organisasi
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah untuk menambah wawasan mengenai
perkembangan etika profesi dan kode etik profesi dan bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan, Fungsi Dan Peran Etika Dalam Organisasi


Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan
yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau satu organisasi. Etika
organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai yang dilaksanakan setiap orang
anggota, Nilai tersebut berkaitan dengan pengaturan bagaimana seharusnya
bersikap dan berperilaku dengan baik seperti sikap hormat, kejujuran, keadilan,
dan tanggung jawab. Seperangkat nilai-nilai tersebut biasanya dijadikan sebagai
acuan dan dianggap sebagai prinsip-prinsip etus dan moral.
Dalam kehidupan organisasi terdapat berbagai permasalahan yang
pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika. Ada cara
pemecahan yang secara moral dan etika dapat diterima tetapi ada juga
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Cara-cara yang secara moral dan
etika dapat diterima merupakan cara yang benar dan sebaliknya, cara-cara
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan disebut sebagai cara-cara yang
salah.
Dalam praktek kehidupan organisasi tidak ada tolak ukur yang
mutlak tentang yang benar dan salah. Ini tidak terlepas dari berbagai factor
seperti agama, budaya, dan sosial. Pemahaman tentang yang benar dan
yang salah itulah yang mendasari perlunya etika dalam organisasi, yaitu
untuk membantu memberikan makna yang tepat tentang kehidupan
organisasi.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa norma moral dan etika itu
diperlukan dalam organisasi antara lain:
a. Karena etika berkaitan dengan perilaku manusia. Hal ini menyangkut
aplikasi seperangkat nilai luhur dalam bertindak bagi kehidupan seorang
dan organisasi, dan menyangkut berbagai prinsip yang menjadi landasan
bagi perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbagai hubungan yang terjadi
antar manusia dan lingkungan hidup.

3
b. Agar bisa mengikuti kehidupan sosial yang tertib, manusia memerlukan
kesepakatan, pemahaman, prinsip dan ketentuan lain yang menyangkut
pola

3
4

perilaku. Etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku


sehingga kehidupan dalam organisasi semakin bermakna. Setiap bentuk
kerja sama didasarkan pada kesepakatan yang dicapai Bersama.
c. Karena dinamika manusia dengan segala konsekuensinya baik bersifat
norma moral maupun etika perlu dianalisa dan dikaji ulang, hal ini
dimaksudkan agar tetap relevan dalam memperkaya makan kehidupan
seseorang, kelompok, organisasi dan masyarakat luas yang pada gilirannya
memperlancar interaksi antar manusia.
d. Pentingnya etika dalam era modern sekatang ini lebih jelas terlihat bila
diingat bahwa etika menunjukkan kepada manusia nilai hakiki dari
kehidupan sosial dengan keyakinan agama, pandangan hidup dan sosial.
Dapat dikatakan bahwa etika berkaitan langsung dengan sistem nilai
manusia, etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas, nilai-nilai hidup
yang hakiki dan memberi inspirasi kepada manusia untuk secara Bersama-
sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai tersebut bagi kesejahteraan
dan kedamaian umat manusia (Sondang Siagian, 1996, 335-337).

2.1.1 Tujuan Etika Profesi Dalam Organisasi


Merujuk pada makalah yang ditulis oleh Dr. Jitendra Kumar dari
Berhampur University, disebutkan bahwa secara garis besar etika profesi memiliki
tiga tujuan utama. Ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi pedoman


profesi tertentu
2. Untuk menyelesaikan masalah moral dalam profesi
3. Untuk membenarkan penilaian moral tentang profesi

Secara gambling, etika profesi memang dimaksudkan agar individu-individu


professional dapat mengembangkan seperangkat keyakinan, sikap, dan kebiasaan
yang harus ditunjukkan sesuai dengan profesi mereka. Jika dijabarkan lagi, tiga
tujuan dari etika profesi yang berkaitan dengan moral prosesional ini dapat
dikelompokkan menjadi dua tujuan utama.
5

Pertama, etika profesi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif


maupun ketrampilan intelek dalam berpikir jernih. Tujuan ini meliputi 5 pokok
sebagai berikut:

1. Munculnya kesadaran moral atau kemahiran dalam mengenali masalah


moral dalam profesi
2. Penalaran moral yang meyakinkan, yaitu dapat memahami dan menilai
pandangan berbeda dari pihak lain
3. Koherensi moral dengan membentuk sudut pandang konsisten yang
berdasarkan fakta
4. Imajinasi moral, dilakukan dengan mencari tanggapan alternative terhadap
masalah dan mau menerima solusi kreatif dari pihak lain
5. Komunikasi moral, dilakukan untuk mengungkapkan dan mendukung
pandangan seseorang kepada orang lain secara professional.

Kedua, etika profesi memiliki tujuan agar individu professional dapat bertindak
dengan cara yang dingiinkan secara moral untuk menuju komitmen moral dan
perilaku tanggung jawab. Adapun penjabaran dari tujuan ini adalah sebagai
berikut:

1. Adanya kewajaran moral, yaitu mau dan mampu bertanggung jawab


secara professional
2. Menghormati orang lain dengan menunjukkan kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain
3. Toleransi terhadap keragaman dengan menghormati perbedaan etnis dan
agama, serta menerima perbedaan secara wajar dalam perspektif moral
professional
4. Harapan moral yang didukung dialog rasional untuk menyelesaikan suatu
masalah terkait dengan moral profesi
5. Integritas yang dilakukan untuk proses intergrasi antara kehidupan
professional dengan pribadi seseorang di luar profesi.

Penjabaran tujuan etika profesi di atas setidaknya memberikan gambaran bahwa


etika profesi adalah rambu-rambu moral bagi individu professional dalam
kehidupannya. Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap bagaimana sesorang
6

dapat mempertanggungjawabkan profesinya kepada masyarakat dan lingkungan


sekitarnya.

2.1.2 Fungsi Etika Profesi Dalam Organisasi


Apabila etika profesi ini ditunaikan dengan benar, maka akan terdapat
banyak fungsi yang dapat dirasakan oleh karyawan dan perusahaan, salah satunya
adalah karyawan akan mendapat suasana kerja yang lebih positif. Selain itu
membuat karyawan Bahagia dan puas saat mereka datang ke kantor. Lebih dari
itu, fungsi dari etika profesi ini akan dibahas lebih lanjut:

1. Meningkatkan produktivitas kerja


Etika profesi mengajarkan pada karyawan untuk menghargai pekerjaan
yang dibebankan kepadanya dengan penuh tanggung jawab. Hal tersebut
yang pada akhirnya akan membuat karyawan bisa menyelesaikan target
dengan tepat waktu dan merangsang produktivitas kerja.
2. Peningkatan branding merek
Ketika karyawan menanamkan nilai-nilai dan tanggung jawab mereka
terhadap lingkungan, maka akan dipastikan karyawan menghindari proses
pembuangan limbah yang berbahaya pada lingkungan masyarakat. Dengan
begitu, maka akan timbul kepercayaan dari masyarakat bahwa perusahaan
memiliki prinsip ramah lingkungan. Pada akhirnya, bentuk kepercayaan
inilah yang bisa meningkatkan citra merek di mata pelanggan.
3. Beradaptasi dengan perubahan
Pekerja yang memiliki etika profesi adalah suatu bentuk kesuksesan
perusahaan. Sebab mereka bisa menjadi tim yang bisa dipercaya,
diandalkan, bertanggung jawab dan siap dengan semua perubahan yang
terjadi dalam lingkunganj kerja. Ini juga membuat perusahaan mudah
memutuskan arahan bisnis, karena karyawan akan selalu menghargai dan
mendukung apapun yang diputuskan oleh perusahaan.
4. Lingkungan kerja bebas dari masalah
Dapat dibayangkan orang yang bekerja tanpa nilai etika profesi, mereka
akan bekerja tanpa arah dan memikirkan orang lain. Dari sana bisa timbul
masalah berupa kejahatan dalam dunia kerja seperti sexual harassment,
7

korupsi, bekerja tidak sesuai SOP dan sebagainya. Sebaliknya, karyawan


yang taat dan tunduk terhadap etika profesi mereka dapat menghindari
penyimpangan itu dan membuat lingkungan kerja menjadi lebih baik.

2.1.3 Peran Etika Profesi Dalam Organisasi


Etika pada hakekatnya merupakan pandangan hidup dan pedoman tentang
bagaimana orang itu seyognya berperilaku. Dan etika berasal dari kesadaran
manusia yang merupakan petunjuk tentang perbuatan mana yang baik dan mana
yang buruk. Etika juga merupakan penilaian kualifikasi terhadap perbuatan
seseorang (Mertokusumo, 1991 : 35)
Dikaitkan dengan profesi yang merupakan suatu pekerjaan dengan
keahlian khusus, menuntut pengetahuan dan tanggung jawab, diabdikan untuk
kepentingan orang banyak, mempunyai organisasi profesi dan mendapatkan
pengakuan dari masyarakat, serta kode etik, sehingga etika merupakan alat untuk
mengendalikan diri bagi masing-masing anggota profesi.
Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa peran etika dalam profesi adalah
sebagai alat pengendali hati Nurani/ kode etik atau tidak, oleh karena itu etika
disini merupakan pencerminan ilmiah dalam perilaku manusia dari sudut norma-
norma baik dan buruk.

2.2 Fungsi Dan Peran Kode Etik Profesi Dalam Peningkatan Kinerja Profesi
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditunjukkan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan ketentuan tertulis. Adapun kode etik profesi dimaksud
untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok professional tertentu. Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan,
tata cara, tanda, atau pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan, pekerjaan,
bahkan perilaku.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
7

mengarungi kehidupannya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-


petunjuk bagi
8

para anggota profesi tentang bagaimana mereka melakukan profesinya. Pada kode
etik profesi juga terdapat larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang
apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka yang merupakan
anggota profesi. Tidak hanya itu, kode etik profesi pun berisi tentang tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Dengan demikian, kode etik profesi berperan sebagai sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

2.2.1 Fungsi Kode Etik


Fungsi kode etik sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan
Mitchel (1995: 449), yang lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut
sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan
pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta
pertanggungjawaban jika ada anggota profesi yang bertindak di luar kewajaran
sebagai seorang profesional.
Biggs dan blocher (1986-10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
b. Mencegah terjadinya suatu pertentangan internal dalam suatu profesi
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

Menurut rumusan Sumaryono (1995), fungsi kode etik yaitu:


a. Sebagai Sarana Kontrol Sosial
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah
digariskan sehingga dapat diketahui secara pasti. Kewajiban profesional
anggota lama, baru dan calon anggota profesi hal ini untuk mencegah
terjadinya konflik antara sesama kelompok profesi, atau antara anggota
kelompok profesi dengan anggota msyarakat. Dengan kode etik profesi
anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat melakukan kontrol
apakah anggota kelompok profesi telah melakukan kewajibannya sesuai
dengan kode etik profesi.
b. Sebagai Pencegah Campur Tangan Pihak Lain
8

Dengan kode etik profesi telah ditetapkan secara tertulis norma atau
patokan tertentu tentang hubungan antara pengemban profesi dengan
masyarakat.
9

Jadi tidak perlu ada campur tangan pemerintah. Misalnya dengan undang-
undang disebut tentang hubungan antara pengacara dengan klien, dosen
dengan makasiswa, dokter dengan pasien.
c. Sebagai Pencegah Kesalahpahaman dan Konflik
Kode etik profesi adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
sudah mapan karena dibuat berdasarkan pertimbangan profesi yang
bersangkutan. Kode etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang
dianggap benar menurut pendapat umum. Dengan demikian kode etik
profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, bahkan dapat
berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi.

2.2.2 Peran Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi suatu perkumpulan atau
perusahaan suatu profesi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik lazim
dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan
kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus
dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota
profesi dari organisasi tersebut, sehingga orang-orang yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut, tidak dapat ditundukkan padanya. Oleh karena
itu, kode etik dari suatu organisasi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika orang yang
menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota dalam suatu organisasi
profesi tersebut). Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara
otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah
ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik,
karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap
kode etik dapat dikenakan sanksi.
a. Menjaga Martabat Profesional
Dalam hal ini yang harus dilindungi adalah “citra” orang luar atau masyarakat
sehingga “orang luar” itu memandang rendah atau “memandang rendah”
profesinya. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang segala
9

bentuk fitnah profesi terhadap dunia luar. Dari perspektif ini, kode etik juga
memiliki namanya atau disebut “kode kehormatan.”
10

b. Menjaga Kesejahteraan Anggota


Artinya kesejahteraan berupa kesehatan materi dan mental atau mental.
Mengenai kesejahteraan material anggota profesional, kode etik biasanya
melarang anggota melakukan perilaku yang merugikan kesejahteraan
anggotanya. Selain itu, kode etik juga memberikan batasan kepada anggotanya
agar tidak melakukan perilaku yang dianggap tercela oleh masyarakat. Kode
Etik juga menetapkan peraturan yang dirancang untuk membatasi perilaku
yang tidak pantas atau tidak jujur pada interaksi anggota industri dengan
anggota industri lainnya.
c. Meningkatkan Layanan Profesional
Dalam hal ini, kode etik juga memuat peran pengabdian tertentu, sehingga para
profesional dapat dengan mudah memahami tanggung jawab dan tanggung
jawab pelayanannya saat menjalankan tugas profesionalnya. Oleh karena itu,
Kode Etik menetapkan aturan yang harus diterapkan oleh para profesional
dalam menjalankan tugasnya.
d. Meningkatkan Kualitas Profesional
Dalam rangka meningkatkan kualitas profesional, kode etik juga memuat
rekomendasi yang relevan, sehingga anggota profesional senantiasa berupaya
untuk meningkatkan kualitas anggotanya sesuai bidang pelayanannya. Selain
itu, kode etik juga mengatur bagaimana menjaga dan meningkatkan kualitas
organisasi profesi.

2.3 Studi Kasus


Etika buruk yang dilakukan Direktur Utama PT. Garuda Indonesia, di
tahun 2019 menyalahgunakan jabatannya dengan kasus penyelundupan sebuah
motor Harley Davidson dan dua buah sepeda Brompton yang menjadi sorotan
publik. Pasalnya, Direktur Utama tersebut melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Kasus penyelundupan komponen motor Harley Davidson dan dua buah sepeda
Brompton itu dilakukan menggunakan pesawat terbaru Garuda Indonesia Airbus
A330-900 yang dilakukannya pada tanggal 17 November 2019. Sebelum
melakukan penerbangan dari Perancis menuju Cengkareng, Direktur Utama PT.
10

Garuda Indonesia ini bekerjasama dengan anak buahnya yang berinisial SAS.
Dapat kita
11

lihat dari sudut pandang Etika dimana seorang direktur PT. Garuda Indonesia
menyadari untuk melakukan hal yang negatif secara moral, maka sebagian besar
masyarakat berpikir bahwa hal tersebut tidak masuk akal jika seorang direktur
utama melakukannya.
Menteri Keuangan menyampaikan bahwa komponen motor harley yang
diselundupkan tersebut berkisar senilai 200 hingga 800 juta. Peristiwa ini
membuat direktur utama PT. Garuda Indonesia sepakat diganti dengan adanya
keputusan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan UU
Nomor 17 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan, Direktur Utama Garuda Indonesia terbukti melanggar Pasal 102
huruf a, setiap orang yang mengekspor barang tanpa menyertakan bukti
kepabeanan dan Pasal 102 huruf b, membongkar barang impor di luar kawasan
pabean atau tempat lain tanpa izin kepala kantor.
Suatu perusahaan yang beroperasi di dalam masyarakat harus dapat
memperlihatkan tata kelola yang baik, dibutuhkan akuntabilitas serta transparansi
di hadapan masyarakat. Sehingga informasi yang diterima oleh masyarakat harus
tepat dan akurat. Good Corporate Governance (GCG) merupakan sebuah prinsip
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan dan menciptakan nilai tambah bagi
seluruh stakeholder (Monks, 2003)

Pembahasan
Berikut ini merupakan hasil analisis penyelundupan Harley dan Brompton
oleh Eks Direktur Utama Garuda Indonesia, ditinjau berdasarkan teori etika dan
Good Corporate Governance:

1. Penyalahgunaan Jabatan oleh Direktur Utama PT. Garuda Indonesia


Direktur Utama PT. Garuda Indonesia yang dilantik pada 12 September 2018
tersebut dicopot jabatannya oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) pada 7 Desember 2019. Dengan menduduki jabatan penting di
perusahaan maskapai tersebut, tentunya seorang direktur utama memiliki
wewenang yang begitu besar dalam setiap pengambilan keputusan di PT.
Garuda Indonesia. Jabatan yang tinggi membuat direktur utama tersebut
11

memiliki hak wewenang yang besar, sayangnya telah terjadi penyalahgunaan


terhadap jabatannya pada
12

kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan dua buah sepeda


Brompton. Eks Dirut Garuda ini memanfaatkan peluang yang ada dengan
tindakan cela.

2. Pelanggaran pada Good Corporate Governance


Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara, Direktur Utama PT. Garuda
Indonesia tersebut tidak menaati aturan Good Corporate Governance yang
harus diterapkan oleh setiap BUMN di Indonesia. Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sendiri telah menyusun 5 (lima) prinsip yang harus diperhatikan
oleh sebuah perusaahan dalam Good Corporate Governance, yaitu meliputi:

 Transparansi (Transparency)
Direktur dan para jajarannya memiliki keterlibatan penting atas segala
tindakan pengambilan keputusan yang terjadi. Setidaknya ada dua
keutamaan transparansi dalam GCG. Pertama, transparansi dapat
membuat direktur dan dewan perusahaan lainnya dapat bertanggung
jawab atas setiap keputusan dan kesalahan yang mereka telah ambil.
Kedua, transparansi dapat menguatkan kepercayaan para pemegang
saham terhadap kinerja perusahaan, baik dalam hal pengelolaan
perusahaan maupun pengembalian investasi yang akan menjadi lebih
baik. Penyelundupan Harley dan Brompton yang dilakukan oleh Direktur
Utama PT. Garuda Indonesia telah terbukti melanggar prinsip ini.
Sebagai pemegang jabatan tinggi di dalam suatu perusahaan, sudah
selayaknya penerapan prinsip transparansi ini diterapkan dengan baik.
Terlihat bahwa Direktur Garuda melakukan penyelundupan untuk
menghindari adanya pembayaran pajak kepada negara yang potensinya
mencapai Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar. Dampak yang ditimbulkan
dari pelanggaran dalam aspek transparency ini akan memberi pengaruh
besar kepada tingkat kepercayaan para pemegang saham di Garuda
Indonesia. Nilai saham dari Garuda Indonesia diklaim sempat turun
sebesar 2,42%

 Akuntabilitas (Accountability)
12

Kejelasan struktur, sistem, fungsi, serta pertanggungjawaban merupakan


sebuah hal penting dalam perusahaan. Para dewan perusahaan serta jajaran
13

direksi memiliki tanggung jawab yang besar kepada seluruh pengelolaan


perusahaan. Para dewan perusahaan yang ada mempunyai pengaruh besar
terhadap tata kelola perusahaan karena mereka merupakan pusat dari ide-
ide penggerak perusahaan. Berbagai keputusan penting, seperti
penunjukan anggota pengurus, kebijakan dividen, dan anggaran belanja
perusahaan lahir dari para dewan. Keputusan tersebut juga mewakili suara
para pemegang saham perusahaan. Meskipun begitu, tanggung jawab yang
penuh harus tetap dipegang. Dalam penerapan prinsip Good Corporate
Governance, dewan perusahaan tentunya memiliki tanggung jawab atas
setiap transaksi, aktivitas, keputusan, serta keefektifan dari kinerja
perusahaan.

 Tanggung Jawab (Responsibility)


Segala keputusan serta langkah-langkah yang telah diambil oleh petinggi
perusahaan harus dapat dipertanggung jawabkan. Pengambilan keputusan
yang didasari dengan tanggung jawab merupakan salah satu bentuk
kepatuhan dari perusahaan terhadap aturan yang berlaku. Tindakan yang
dilakukan oleh Eks Dirut Garuda tersebut mencerminkan perilaku yang
kontradiktif dengan prinsip tanggung jawab dalam Good Corporate
Governance. Berdasarkan peraturan yang berlaku sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan dalam Pasal 102
disebutkan bahwa Direktur Utama PT. Garuda Indonesia tersebut dapat
dijerat pidana karena telah melakukan penyelundupan di bidang impor
dengan pidana penjara paling singkat satu tahun, Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) mengenakan denda sebesar Rp 100 juta kepada
Direktur Utama tersebut atas tindakannya dalam penyelundupan motor
Harley Davidson dan dua buah sepeda Brompton.

 Independensi (Independency)
Pada prinsip ini dimaksudkan agar sebuah perusahaan dapat melaksanakan
seluruh prinsip Good Corporate Governance. Perusahaan harus dapat
menjalankan kegiatan-kegiatannya secara mandiri atau independen, tanpa
adanya paksaan ataupun intervensi dan tekanan dari pihak eksternal sesuai
14

dengan aturan yang berlaku. Pada kasus ini, Garuda Indonesia beroperasi
secara mandiri dibawah pimpinan Direktur Utama.

 Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)


Sebuah perusahaan harus dapat dikelola dengan memberikan perlakuan
yang adil kepada semua pihak yang terlibat di dalam perusahaan tersebut.
Semua hak dari para stakeholder harus dapat terpenuhi dengan menjunjung
prinsip kesetaraan atau seadil-adilnya. Tindakan yang dilakukan oleh
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk belum dapat dikatakan
memenuhi prinsip fairness karena hal yang dilakukan olehnya merupakan
sebuah hal diluar kewajaran dan mencemarkan nama baik Garuda
Indonesia. Penyelundupan motor Harley Davidson dan dua buah sepeda
Brampton menghilangkan norma yang seharusnya dipegang oleh petinggi
perusahaan tersebut.

Pelanggaran yang dilakukan oleh Direktur Utama PT Garuda Indonesia


tersebut termasuk ke dalam pelanggaran kode etik dan moral yang berat. Reputasi
PT Garuda Indonesia telah dicederai sebagai perusahaan publik dan pemegang
bendera (flag carrier) Indonesia atas kasus ini. Kejadian ini juga merupakan
pengkhianatan atas kepercayaan publik kepada mereka yang seharusnya
mengemban tugas secara amanah, yaitu para pejabat BUMN. Sebagai kekayaan
milik negara dan rakyat Indonesia serta sebagai instrumen pembangunan
Indonesia, BUMN seharusnya dikelola secara profesional, jujur, kompeten, dan
berintegritas, bukan malah disalahgunakan demi kepentingan pribadi atau
segelintir orang.
Atas kasus ini, seluruh BUMN diharapkan untuk kedepannya dapat lebih
berhati-hati dalam pemilihan direksi perusahaan BUMN agar berdasarkan tata
kelola yang baik. Rekam jejak dan kompetensi seseorang itu haruslah diperhatikan
agar penyalahgunaan jabatan tidak terulang kembali karena pemimpin akan
menentukan nasib sebuah perusahaan di masa yang akan datang. Persoalan etika
ini harus menjadi agenda perseroan untuk meningkatkan kinerja manajemen dan
adanya transparansi manajemen kepada publik akan membuat perusahaan pelat
14

merah ini menjadi dekat dengan masyarakat disertai respons perusahaan yang
cepat atas berbagai keluhan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN

Etika dalam organisasi adalah pemikiran atau refleksi moralitas


dalam melakukan suatu tindakan di organisasi. Moralitas berarti aspek
baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau
tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang
dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang
perilaku manusia yang penting. Selama perusahaan memiliki produk yang
berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping dikelola dengan
manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia
dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau
lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis
dengan menjujung kode etik merupakan suatu unsur mutlak yang perlu
dalam masyarakat modern.

15
DAFTAR PUSTAKA

E-learning.mdjum. “Peran Etika Dalam Profesi”,


https://pemberianku.wordpress.com/peran-etika-dalam-profesi/, diakses pada 15
Oktober 2021 pukul 12.00.
Djuhriah, Aminatun. 2020. “Etika dan Aturan GCG Tidak Ditaati,
Penyalahgunaan Jabatan oleh Eks Dirut Garuda”,
https://kumparan.com/aminatun-djuhriah/etika-dan-aturan-gcg-tidak-ditaati-
penyalahgunaan-jabatan-oleh-eks-dirut-garuda-1us4oMoL2eR/4, diakses pada 15
Oktober 2021 pukul 13.00.
Junaedi, Nur Lella. 2021. “Etika Profesi: Prinsip, Tujuan, Manfaat, dan 7
Contohnya di Dunia Kerja”, https://www.ekrut.com/media/etika-profesi-adalah,
diakses pada 15 Oktober 2021 pukul 11.15.
Lipoeto, Hendro. “Arti dan Pentingnya Etika Dalam Organisasi”,
https://handokolipoeto4.wixsite.com/sukasuka/single-post/2017/05/30/arti-dan-
pentingnya-etika-dalam-organisasi, diakses pada 15 Oktober 2021 pukul 10.30.

16

Anda mungkin juga menyukai