Anda di halaman 1dari 15

Oleh :

Kelompok 2
1. ILHAM HIDAYAT
2. JOHAN MAHENDRA ADI PUTRA
3. LAURINA MARTHA HARIYANTI
4. MAHENDHI AJENG KINANTI
5. MEY SHELLA MUSLIMATUN
6. LIDYA SAFURA

UNIVERSITAS TERBUKA
JURUSAN S1 MANAJEMEN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB“ ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku materi pokok yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar. Atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai “ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB” khususnya bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk
penyempurnaan makalah ini

Tuban 16 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3. Tujuan penulisan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
2.1.Etika Bisnis..........................................................................................................
2.2. Tanggung Jawab Sosial.......................................................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................................
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................
3.2. Kritik dan Saran .................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bisnis merupakan realitas yang amat kompleks banya faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kegiatan bisnis. Antara lain faktor organisatoris manajerial, ilmiah teknologis,
dan politik-sosial-kultural, Kompleksitas bisnis itu kegiatan sosial, bisnis dengan
kompleksitas masyarakat modern sekarang.. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak
cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern itu. Semuan faktor yang membentuk
kompleksitas bisnis modern sudah sering dipelajari dan dianalisis melalui pendekatan ilmiah,
khususnya ilmu ekonomi dan teori manajemen. sedangkan banyak perusahaan bisnis tidak
mempunyai tanggung jawab, baik dengan keryawanya, lingkungan seperti membuang limbah
dengan sembarangan. Hal inilah yang dapat menjadikan prusahaan itu tidak eksis, bahkan
menjadi bangkrut, itu disebabkan mengindahkan hal –hal tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1) Apa yang anda ketahui tentang etika bisnis?
2) Apa yang anda ketahui tanggung jawab sosial?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui arti etika bisnis dan tanggung jawab sosial
BAB II
PEMBAHASAN

K.B 1

2.1 ETIKA BISNIS

A. PENGERTIAN ETIKA BISNIS

Menurut Ebert & Griffin etika bisnis merupakan prinsip dan standart yang menentukan
perilaku dalam organisasi bisnis.Dalam bisnis seperti dalam kehidupan manusia keputusan
mengenai benar atau salah pada situasi tertentu tidak selalu melibatkan pilihan yang jelas.Dan
menurut Harrison (2005) ada beberapa peran yang penting dalam etika bisnis, yaitu :

1. Mendeskripsikan mengetegosikan proses pembentukan nilai dalam organisasi dan


dalam perekonomian pasar bebas
2. Menjelaskan dan mengategosikan sebagai moral
3. Memberikan kritik dalam proses pembentukan nilai dalam organisasi dan dalam
perekonomian pasar bebas
4. Mengarahkan nilai nilai yang harus dipertahankan dalam organisasi dengan
memperhatikan kombinasi pengalaman dan temuan dalam ilmu sosial.
5. Menjelaskan bagaimana keputusan harus dibuat dengan cra memperhatikan prinsip
prinsip moral.

Dan untuk melaksanakan peran etika bisnis tersebut , ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :

1. Tanggung jawab dab kewenangan sesuai harirki yang ada


2. Mengelola ketidak pastian dan berani menganggung resiko
3. Rantai hubungan sebab dan akibat yang komplek
4. Peran kunci aliran informasi dan asimetri informasi
5. Ukuran dan hubungan antar sistem dengan pertimbangan tertentu

B.ISU ISU ETIKA DALAM BISNIS

Isu etika merupakan permasalahan, situasi, dan kesempatan yang dapat dinilai baik dan
buruknya atau etis dan tidaknya. Dalam bisnis pilihan tersebut membawa konsekuesi pada
keuntungan yang dapat diperoleh. Selain itu perilaku mengintimidasi (intimiating) atau
melakuan tidak ( abusiting) pada karyawan lain juga merupakan perilaku tidak etis
karyawan di tempat kerja.
C. STANDAR ETIKA BISNIS

Etika bisnis merupakan pencarian dan komitmen untuk memenuhi standar moral yang
tepat dalam bisnis. Etika bisnis merupakan pemahaman terhadap cara untuk bertindak dalam
lingkungan bisnis yang berbeda.

Selanjutnya, adanya dilema moral yang merupakan konflik kepentingan yang melibatkan
pilihan etika. Adanya dilema moral ini disebabkan adanya standar personal mengenai apa
yang benar dan konflik yang sesuai dengan situasi. Peran pimpinan adalah mengevaluasi
dampak keputusan yang diambil dan kesesuaiannya dengan para pemangku
kepentingan.Dampak keputusan tersebut ada yang bersifat obyektif da nada yang bersifat
subyektif.

Ada tiga pendekatan atau teori dalam menganalisis perilaku etis, yaitu pendekatan
utilitarianisme, teori hak, dan teori keadilan.

Untuk mencegah kegiatan yang tidak etis dan illegal, organisasi atau perusahaan
memiliki langkah-langkah formal seperti menyusun kode etik, mengembangkan kejelasan
posisi perilaku yang etis, dan menunjukan dukungan manajemen yang lebih tinggi terhadap
standar etika yang digunakan.

Keputusan etis dalam organisasi dipengaruhi oleh tiga factor kunci, yaitu standar moral
individu, pengaruh manajer, dan rekan kerja, serta kesempatan untuk terlibat dalam perbuatan
yang menyimpang. Kegiatan dan contoh yang telah dilakukan rekan kerja sesuai dengan
peraturan dan kebijakan yang disusun organisasi akan menghasilkan perilaku etis dan
konsisten dalam organisasi. Apabila perusahaan atau organisasi gagal memberikan contoh
atau teladan yang baik atau yang sesuai dengan kode etik maka akan terjadi kekacauan dan
konflik yang berkembang menjadi perilaku yang tidak etis bahkan jahat.

Isu-isu etika pada umumnya muncul dari konflik, oleh karenanya akan sangat bermanfaat
menguji penyebab konflik etika. Konflik akan meningkat apabila karyawan merasa bahwa
perusahaannya mendorong dilakukannya perilaku yang tidak etis atau merasa mendapat
tekanan di perusahaan karena perbedaan tersebut.

Selanjutnya, kode etik professional merupakan peraturan dan standar formal yang
menjelaskan hal yang diharapkan perusahaan dari karyawan.Kode etik dan kebijakan etika
mendorong terciptanya budaya etis dalam perusahaan. Pelaksanaan kode etik dan kebijakan
etika melalui pemberian penghargaan dan hukuman akan meningkatkan penerimaan
karyawan terhadap standar etika.

Salah satu program untuk meningkatkan pelaksanaan standar etika adalah karyawan
boleh melaporkan perilaku tidak etis di tempat kerja secara anonim.Whistleblowing terjadi
ketika karyawan mengungkapkan perilaku tidak etis karyawan lain kepada pihak eksternal
organisasi, seperti ke media atau lembaga pemerintah. Perusahaan seringkali meminta
karyawan untuk melaporkan perlakuan tidak etis rekan kerjanya secara internal saja.Namun
demikian, Whistleblowing seringkali diperlakukan negative dalam organisasi.

Kecenderungan yang ada saat ini adalah perubahan inisiatif etika berdasar peraturan atau
legal dalam organisasi menjadi budaya atau integritas yang menjadikan etika bagian dari
nilai-nilai yang dianut organisasi.etika organisasional akan memberikan dampak positif bagi
tercapainya sasaran organisasi seperti keuntungan, kemampuan, kepuasan kerja karyawan,
dan loyalitas pelanggan. Tidak adanya etika organisasionaldan tidak adanya nilai-nilai di
tempat kerja seperti kejujuran, kepercayaan, dan integritas dapat memiliki dampak negative
pada sasaran organisasi dan ingatan karyawan.

Menurut Madura (2007), ada beberapa contoh keputusan bisnis yang dinilai tidak etis, yaitu:

1. Pemberian komisi agar mendapatkan harga produk yang lebih murah atau untuk
mendapatkan proyek tertentu.
2. Manajer yang merekrut calon karyawan yang tidak memenuhi kualifikasi karena
calon karyawan tersebut adalah teman sekolahnya dulu.
3. Manajer yang memberikan kemenangan dalam tender untuk pembelian bahan-bahan
dari pemasok yang dapat memberikan komisi kepadanya.
4. Untuk menghemat biaya, perusahaan membuang limbah ke sembarang tempat yang
dapat menyemarkan lingkungan sekitarnya.

Etika tidak pernah terlepas dari hokum. Baik etika ( termasuk etika bisnis) dan system
hokum dalam suatu Negara selalu berrevolusi dari waktu ke waktu. Namun demikian ada
beberapa hal yang menjadikan perhatian oleh para pelaku bisnis, seperti:

1. Ada beberapa tindakan yang legal menurut hokum namun dipandang kurang atau
tidak etis menurut beberapa orang.
2. Ada beberapa tindakan yang tidak sah atau tidak dapat diterima menurut peraturan
hokum namun tidak mengandung konten etika.
3. Beberapa pengembangan etika berhubungan dengan pengembangan karakter atau
memaksimalkan manfaat social.

Bisnis juga mempunyai nilai inti (core values) yang merupakan keyakinan khusus untuk
menjadi filosofi pengoprasian bisnis.Nilai inti dalam bisnis tersebut meliputi kejujuran,
kepercayaan, penghargaan dan seluruh nilai moral yang terkait dengan bisnis.

Cara yang paling popular dalam memromosikan perilaku etis adalah melalui kode
etik.Kode etik tersebut bersifat formal. Tujuan disusunnya kode etik tersebut adalah untuk
memberitahu kepada semua pihak terkait mengenai cara menyelesaikan permasalahan yang
terkait dengan isu-isu etika.Selanjutnya, budaya bisnis merupakan hal yang penting dalam
mempelajari etika bisnis. Budaya bisnis merupakan seperangkat nilai dan keyakinan
mengenai hal yang baik, benar, dan tepat dalam bisnis. Factor yang menentukan perilaku
seseorang apakah perilaku seseorang tersebut etis atau tidak antara lain tahap pengembangan
moral dan variable pemoderasi lain seperti karakteristik individual, desain struktur organisasi,
budaya organisasi, dan intensitas isu-isu mengenai etika.
Selanjutnya, ada tiga tahap pengembangan moral (Boone & Kurrtz, 2005) tahap pertama
adalah preconventionallevel, conventional level, dan principle level.ada dua karakteristik
individual sebagai factor pemoderasi, yaitu nilai dan kepribadian yang menentukan orang
apakah akan berperilaku etis. Selanjutnya, ada dua jenis kepribadian yang memengaruhi
tindakan individu yang mendasarkan pada keyakinan yang mengenai hal yang benar dan yang
salah, yaitu kekuatan ego (ego strength) dan kemampuan pengendalian (locus of control).

Factor pemoderasi lainnya adalah desain struktur organisasi.Selanjutnya, budaya


organisasi juga memengaruhi perilaku etis.budaya organisasi berisi nilai-nilai bersama
organisasi yang dianut tersebut. Nilai-nilai tersebut menunjukan apa yang diterima dan apa
yang diyakini seperti menciptakan lingkungan yang dapat mendorong periku etis atau tidak
etis.

Bagaimana perilaku etis dapat diciptakan? Manejer dapat melakukan sejumlah langkah
untuk menciptakan perilaku etis di tempat kerja, seperti menyeleksi karyawan dan memilih
karyawan yang sesuai dengan standar etika, menyusun kode etik, memimpin dengan cara
memberikan contoh. Selanjutnya, melakukan bisnis secara etis memerlukan komitmen dari
pimpinan puncak karena nilai-nilai bersama atau yang di sebut budaya disusun antara lain
oleh pemimpin dan pendiri. Bagaimana etika bisnis di kembangkan?Banyak perusahaan
membuat seminar, workshop dan berbagai program bentuk pelatihan untuk menciptakan dan
mendorong perilaku etis.

Selanjtnya, ada berbagai isu dalam etika bisnis, yaitu kepemimpinan yang etis,
melindungi karyawan yang melaporkan kesalahan, kewirausahaan sosial, dan usaha sukarela
dari para karyawan.Pemimpin yang etis adalah pemimpin yang mengambil keputusan secara
etis, jujur, tidak melakukan manipulasi, tidak berbohong, berlaku adil, dan tidak
menggunakan kesempatan atau situasi untuk memanfaatkan karyawan.Sementara itu,
kewirausahaan sosial merupakan individu atau organisasi yang mencari kesempatan untuk
memperbaiki masyarakat dengan menggunakan pendekatan praktis, inovatif, dan
berkelanjutan.Usaha sukarela karyawan seringkali disebut sebegai perilaku menyimpang
yang tidak ada dalam deskripsi pekerjaannya, namun karyawan secara sukarela
melakukannya.

Cole (2004) menyatakan bahwa beberapa perusahaan telah menerapkan duabelas langkah
dalam menerapkan kode etik untuk melaksanakan etika bisnis, yaitu:

1. Mengintegrasikan kode etik dalam system nilai perusahaan


2. Menjamin bahwa kode etik yang ada didukung oleh pememimpin
3. Menyosialisasikan kode etik pada semua karyawan dengan benar
4. Mengarahkan karyawan mengenai cara mengelola kesulitan pelaksanaan kode etik
dan cara menangani kemungkinan terjadinya penyimpangan dari kode etik
5. Memberikan kesempatan kepada semua personel dalam organisasi untuk menanggapi
isi kode etik tersebut
6. Memberitahukan persyaratan yang harus dijalankan manajer untuk memahami dan
menerapkan kode etik dalam praktik
7. Mengenalkan prosedur untuk meninjau dan merevisi kode etik bila diperlukan
8. Membuat suatu kontrak kesediaan untuk melakukan kode etik bagi karyawan
9. Menyediakan pelatihan mengenai isu-isu yang relavan bila menerapkan kode etik
10. Menerjemahkan kode etik ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami bila
diperlukan
11. Mendistribusikan fotokopi kode etik kepada pemasok dan pelanggan untuk
mendukung tanggung jawab mereka dalam melaksanakan kode etik
12. Memasukkan kode etik dalam laporan tahuan sehingga para pemangku kepentingan
dan masyarakat umum mengetahui kode etik yang berlaku di perusahaan tersebut.

Untuk melaksanakan kode etik tidak dapat terlepas dari permasalahan dilemma moral seperti
yang telah disinggung pada subpokok bahasan sebelumnya. Dilemma moral tersebut
meliputi:

1. Suatu cara kegiatan atau keputusan tertentu dilaporkan dalam laporan tahunan seperti
ukuran depresiasi terutama pada situasi dan kopndisi khusus
2. Mendapatkan kontrak penjualan di pasar yang persaingannya tinggi sehingga
membutuhkan adanya dorongan atau pilihan yang disarankan
3. Penggabungan antara rencana, desain, dan informasi penting lainnya dari pesaing oleh
mata-mata (espionage)
4. Merencanakan pengendalian terhadap kenyataan yang menggabungkan keamananatau
keefektifan produk.

Keberadaan kode etik dalam etika bisnis didukung oleh manajemen puncak (top
management)akan membantu mewarnai budaya perusahaan yang membedakan praktik bisnis
perusahaan tersebut dari perusahaan bisnis lain, membedakan praktik bisnis yang dapat
diterima oleh perusahaan tersebut, serta mempertajam praktik bisnis yang ada. Isu mengenai
etika lainnya adalah mengeksploitasi wanita dan anak-anak baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.

Menurut (Harrison,2005) etika lingkungan merupakan hak keuangan para pemegang


saham untuk menyusun pendekatan proaktif menghadapi green issues . etika medis
merupakan kewajiban perusahaan unuk menetapkan harga yang rendah di negar Negara
sedang berkembanmg yang masih memerlukaanb bantuan keuanggan dan memiliki
keterbatasan sumber daya .

Etika bisnis juga berhubungan dan tumpang tindih dengan etika professional , seperti
etika akuntan , etika penmasaran , etika menejemen sumber daya manusia , dsb.

Hukum sebagai bentuk operasionalisasi kode moral memiliki beberapa catatan penting , yaitu
:

1. Adakalanya tindakan yang dilakukan telah sesuai hokum , namun dipandang tiding
tidak etis oleh individu dalam masyarakat.
2. Adakalanya tindakan yang dilakukan melanggar hokum ( illegal ) , namun tidak
mengandung konten etika secara kusus.
3. Beberapa pendekatan dalam etika berhubungan dengan pengembangan atau untun
memaksimumkan manfaat sosial yang tidak secara sederhana diatur dengan hokum
kecuali untuk hal hal yang terkait dengan hukum.

Dalam melaksanakan etika bisnis, terdapat tiga langkah , yaitu kesadaran ( awareness ),
keinginan (intention) , dan keputusan (decision).

K.B 2

2.2 A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Tanggung jawab sosial merupakan keseluruhan cara yang dilakukan bisnis dalam usaha
menyeimbangkan komitmen terhadap kelompok yang relevan dan individu dalam
lingkungan sosialnya. Kelompok ataupu individu yang secara langsung dipengaruhi oleh
praktek organisasi tersebut dan memiliki kesempatan mempengaruhi kinerja organisasi
tersebut sebagai pemangku kepentingan organisasi. Yang dimaksud pemangku
kepentingan disini adalah pelanggan, karyawan, investor, pemasokan, dan komunitas
local.

Bertanggung jawab secara sosial memberikan dampak pada peran ekonomi dalam
masyarakat. Tanggung jawab sosial korporasi merupakan tindakan atau kegiatan
perusahaan yang dapat dipertanggung jawabkan dan yang mempengaruhi banyak orang ,
masyarakat , dan lingkungannya.

Tanggung jawab sosial meliputi tanggung jawab pada pelanggan, pada karyawan, pada
investor, pada kreditur dan pada lingkungan masyarakat. Menurut Ferrel et al. (2011),
terdapat empat dimensi tanggung jawab sosial, yaitu dimensi ekonomi , hukum, etika ,dan
sukarela.

Kekeluargaan korporasi ( corporate citizenship ) merupakan pemenuhan tanggung jawab


hukum, etika, dan ekonomi secara sukarela yang dilakukan oleh para pemangku
kepentingan. Tanggung jawab sosial keuangan satu bidang yang dinamis dengan
perubahan isu secara konstan terdapat permintaan sosial.

Konsep tanggung jawab sosial dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda. Menurut
Robbins dan Coulter (2012), dan ada dua konsep yang terkait dengan tanggung jawab
sosial, yaitu tanggung jawab bila perusahaan terkait dalam kegiatan sosial karna tanggung
jawab untuk memenuhi tanggung jawab sosial dan legal dan pandangan klasik.

Menurut Crane dan Matten, terdapat dua karakteristik tanggung jawab sosial, yaitu
mendorong pelaksaannya menggunakan hukum atau mempengaruhi personil organisasi
atau perusahaan untuk secara sukarela melakukan tanggung jawab sosial perusahaan pada
masyarakat.

1. TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PELANGGAN


Tanggung Jawab pada pelanggan merupakan tanggung jawab perusahaan dalam
menghasilkan produk, baik barang maupun layanan yang dilakukan ketika melakukan
produksi atau penjualan produk tersebut. Produk yang aman bagi pelanggan, dapat
digunakan, tidak kadaluarsa, mendapat izin dari pemerintah setempat, dapat dikomsumsi
sesuai dengan ketentuan syarat umurnya.

a. Menyusun kode tanggung jawab bisnis, yaitu menyusun pedoman (guideline) untuk
menghasilkan produk yang berkualitas, guideline bagi pelanggan, karyawan dan
pemilik untuk dapat menjalankan bisnis dengan baik.
b. Memantau kumpulan pelanggan. Perusahaan harus memastikan bahwa pelanggan
memiliki nomor kontak perusahaan dapat menyampaikan komplain kepada.
c. Mendapat dan menggunakan umpan balik dari pelanggan.

Pemerintah pada umumnya berperan serta membantu terjaminnya tanggung jawab


perusahaan kepada pelanggan. Hal ini bertujuan agar konsumen terjamin kesehatan dan
keamannya dalam konsumsi barang atau mendapat layanan . ( Consumerism ) yaitu
kegitan sosial melindungi hak pelanggan yang terkait dengan bisnis. Kolusi ( collusion )
terjadi apabila dua atau lebih perusahaan berkolaborasi untuk menetapkan harga dnegan
cara yang keliru.

2. Tanggung Jawab Sosial pada Karyawan

Perusahaan juga memiliki tanggung jawab pada karyawan yang pada umumnya untuk
menjamin keselamatan kerja karyawan dan keadilan bagi seluruh karyawan. Tanggung
jawab perusahaan pada karywan ditunjukan dengan menjaga keselamatan kerja karyawan
selama proses produksi di perusahaan.

3. Tanggung Jawab Sosial pada Investor dan Kreditur

Selain terdapat pelanggan dan karyawan, perusahaan juga harus bertanggung jawab
kepada pemilik perushaan atau investor. Bertanggung jawab perusahaan terhadap pemilik
investor ini pada umumnya adalah tanggung jawab pengguna dana untuk menhasilkan
produk yang menguntungkan para pemangku kepentingan.

4. Tanggung Jawab pada Lingkungan

Akhir ini terjadi peningkatan perhatian pada perubahan iklim global pada bisns, baik dari
pemerintah maupun pelanggan untuk mengendalikan dampak negativ lingkungan. Ada
beberapa jenis polusi, seperti polusi udara, polusi air , polusi tanah, polusi suara dsb.
B.Menerapkan program tanggung jawab social

bertanggung jawab secara social bukan hanya terkait dengan permasalahan


perekonomian,melainkan peran perusahaan dalam masyarakat.dalam hal itu ada berbagai
pendekatan yang sering digunakan dalam tanggung jawab social,yaitu:

1. pendekatan halangan(obstructionis)
2. pendekatan bertahan(defensive)
3. pendekatan akomodatif(accommodative)
4. pendekatan proaktif(proactive)

menurut ebert dan griffin(2009)ada beberapa langkah untuk mengelola pelaksanaan program
tanggung jawab social,yaitu:

1. tanggung jawab social harus dimulai dari pimpinan tertinggi dan terdapat dalam
perencanaan strategis.
2. para manager puncak harus mengembangkan perencanaan secara mendetail dukungan
manajemen.
3. Seorang eksekutif perusahaan harus bertanggung jawab dalam melaksanakan agenda
perusahaan.
4. organisasi harus melakukan audit social.

sejak tahun 1960 banyak individu dan organisasi memperhatikan dampak lingkungan dari
keputusan dan tindakan yang dilakukan organisasi.dan hal itu menyebabkan banyaknya
perhatian manager terhadap lingkungan sehingga muncul isu mengenai pengelolaan
hijau(green management).

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan pengelolaan


hijau.pendekatan legal secara sederhana mengerjakan hal yang secara hukum diperlukan.cara
lain yang dapat dilakukan organisasi dalam menunjukan komitmen menggunakan
standatarisasi yang dikeluarkan oleh organisasi standar internasional(ISO),yaitu ISO 9000
mengenai managemen kualitas dan ISO 14000 mengenai managemen lingkungan.

perilaku kewargaan organisasional yang merupakan bentuk kewargaan korporasi mendapat


pengaruh langsung dari interaksi pelanggan dan karyawan.pengaruh positif dapat diperoleh
melalui factor internal organisasi seperti lingkungan kerja,iklim pelayanan,dan konsistensi
proses pelayanan.pada level organisasi,perilaku kewargaan organisasional dapat:

1. mendorong kinerja organisasi secara keseluruhan.


2. meningkatkan kualitas dan kuantitas output
3. memberikan kontribusi bagi keefektifan tim
4. meningkatkan unit kerja
5. meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan
6. memfokuskan sumber daya untuk tugas yang lebih produktif
7. mendorong produktivitas rekan kerja dan manajerial
Akhir akhir ini perusahaan mencanangkan program yang disebut sebagai tanggung jawab
social korporasi(corporate social responsibility atau CSR).CSR merupakan suatu bentuk atau
proses negosiasi kepentingan dan peran bisnis dalam mAsyarakat.Ada tiga hal yang
merupakan standart keberlanjutan hidup perusahaan atau korporasi,yaitu
ekonomi,lingkungan,dan social.CSR sendiri dimaksudkan untuk menjaga dan
mempertahankan hubungan baik dengan para pemangku kepentingan sehingga dapat
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.dan kegiatan ini merupakan mekanisme yang
terintregrasi antara mengadaptasi orang,proses,dan struktur.

C. TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN BUDAYA ORGANISASIONAL

Budaya organisasional merupakan seperangkat nilai dan norma yang dianut dan
digunakan karyawan yang memberikan petunjuk dalam berinteraksi dengan rekan kerja,
manajemen, dan klien atau pelanggan. Budaya organisasional juga merupakan sisitem nilai
dan keyakinan bersama yang menghasilkan norma perilaku yang menyusun cara hidup
organisasional . budaya organisasional juga merupakan fokus normatif yang mencoba
menangkap nilai, keyakinan,dan asumsi anggota organisasi sebagai cara yang tepat untuk
berpikir, bertindak dan berperilaku.

Selain itu, budaya adabtability, bukan stability juga merupakan prediktor bagi kinerja
jangka pendek. Pandangan situasional ini juga sesuai dengan pendapat Arogyaswamy dan
Byles (1987). Menurut mereka, pengaruh perubahan pada beberapa variabel yang dipilih
pada pentingnya kesesuaian internal (internal fit)dari budaya menekankan bahwa :
(1). Kesesuaian internal bukan merupakan persyaratan universal untuk sukses.
(2). Budaya organisasi sebagai variabel tidak membutuhkan penolakan kepentingan seluruh
organisasi.
Kinerja organisasional meliputi kinerja unut, kualitas dan kuantitas produksi, efisiensi operasi
baik untuk karyawan tetap ataupun karyawan paruh waktu, kepuasan pelanggan, dan
produktivitas dan perputaran kerja.

Barney berpendapat bahwa kinerja lebih berhubungan dengan pengembangan cara


yang kompleks yang merupakan perpaduan fenomena atau merupakan proses organisasi yang
tidak dapat ditiru, dan merupakan keunikan kepribadian manusia dalam setiap organisasi
daripada yang bersifat umum pada semua organisasi.
Apabila dikaitkan dengan kinerja organisasi maka hanya sedikit budaya organisasi
yang menyangkut soal kinerja. Dari sisi mikro ekonomi, kinerja dapat dibagi menjadi kinerja
normal, superior, dan dibawah normal.

Apabila budaya dikaitkan dengan kemampuannya menyediakan keunggulan bersaing


maka ada tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu :
(1). Budaya harus dapat dinilai baik dengan penjualan tinggi, biaya rendah maupun margin
yang tinggi.
(2). Budaya harus jarang dan tidak biasa terdapat pada setiap organisasi lain.
(3). Budaya tidak dapat ditiru dengan sempurna.

Perusahaan dapat memiliki keunggulan bersaing dari budaya yang dimilikinya.


Budaya adalah unik dan hanya sesuai untuk organisasi tertentu, sehingga merupakan
pandangan situasional dalam budaya. Karena keunikan budaya tersebut maka budaya ini
seharusnya berbeda dari organisasi lain dan dapat membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi lain, baik secara eksplisit maupun secara implicit. Budaya memang tidak bersifat
statis, namun berubah mengikuti perkembangan yang ada, baik internal maupun eksternal.
Budaya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik individu, kelompok maupun
organisasi secara menyeluruh.

Budaya bukan unidimensional, melainkan multidimensional. Penelitian budaya dapat


dipandang dari a culture purist’s view (budaya merupakan an emergent process dan berakar
dari values dan beliefs) dan a culture pragmatist’s view. Perkembangan terbaru mengenai
budaya organisasi adalah pandangan bahwa manajemen yang unggul adalah yang mampu
memperhatikan budaya sebagai sesuatu yang beragam.
Teori situasional memprediksi bahwa tidak semua nilai-nilai pada kerangka kerja
budaya yang umum tidak akan sama pentingnya dalam implementasi berbagai inovasi. Teori
situasional menunjukan bahwa tidak semua elemen budaya tercapai pada inovasi khusus
sehingga memerlukan adopsi pada tingkat yang sama diseluruh organisasi. Schein juga
menyatakan bahwa budaya berkembang dari waktu ke waktu untuk menanggapi
permasalahan yang bersumber dari sumber internal maupun eksternal.
Budaya organisasional harus dimanifestasikan dalam iklim organisasional. Tanggung
jawab sosial akan berhasil bila tanggung jawab sosial tersebut merupakan bagian dari budaya
organisasi. Budaya kuat yang diukur dengan konsistensi persepsi terhadap nilai-nilai
organisasi merupakan prediktif bagi kinerja perusahaan jangka pendek.

3.1  KESIMPILAN
Etika bisnis suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan
atau berusaha 
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat
Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis adalah :
1)      Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
steakholder
2)      Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin komplek
3)      Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi
4)      Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat
menambah uang dalam bisnis mereka

3.2  KRITIK DAN SARAN

Di harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu bagi pembacanya

Anda mungkin juga menyukai