Anda di halaman 1dari 18

MENGELOLA ETIKA DAN TANGGUNG

JAWAB
Dosen Pengampu : Dra.Erry Andaniwati, MAKs.AK

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Nila Inayatul Maulidiyah (22013010273)
2. Puja Dwi Ramadhani (22013010276)
3. Khoirun Nisa (22013010277)
4. Mega Anggun Sari (22013010278)
5. Aisyah Andini A. (22013010280)
6. Shevila Indi Bilbinar (22013010282)
7. Rio adika putra (22013010307)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UPN “VETERAN” JAWA

TIMUR 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari. Kami selaku penyusun makalah sangat berterimakasih adan bersyukur atas izin
Allah kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Mengelola Etika dan Tanggung
Jawab Sosial” dengan tepat waktu.

Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas yang telah diberikan sesuai
dengan kententuan yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Lingkungan
Bisnis dan Manajemen .Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurang dalam
makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk perbaikan
makalah ini agar dapat terwujud dengan lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan para pembaca pada umumnya, mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Surabaya, 06 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

MENGELOLA ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB..............................................................1


KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6
A. APAKAH ETIKA MANAJEMEN ITU ?.............................................................................6
B.KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS................................................7
C.PILIHAN-PILIHAN ETIS SEORANG MANAJER.............................................................9
D.APAKAH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN ITU?...................................10
E.ETIKA KETAHANAN........................................................................................................11
F.MENGEVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.............................11
G.MENGATUR ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN...............13
BAB III PENUTUP....................................................................................................................18
A. KESIMPULAN...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Konsep bahwa bisnis harus bertanggung jawab secara sosial merupakan seruan
dengan pertanyaan “ Bertanggung jawab kepada siapa?”. Lingkungan kerja meliputi sejumlah
besar kelompok dengan berbagai kepentingan dalam aktivitas organisasi bisnis. Kelompok itu
disebut stakeholder karena mereka mempunyai kepentingan langsung, mereka mempengaruhi
atau dipengaruhi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Apakah seharusnya perusahaan hanya
bertanggung jawab kepada kelompok tersebut, atau apakah perusahaan mempunyai tanggung
jawab yang sama kepada mereka semua ?
Sebagaimana ditunjukan dalam contoh Rite, kecenderungan perusahaan bisnis di
Amerika Serikat untuk memindahkan aktivititas pemanufakturannya ke negara-negara
dengan upah rendah, telah menciptakan kebencian, tidak hanya di antara anggota di serikat
tetapi juga di antara karyawan dan stakeholder bukan karyawan. Untuk memuaskan satu
kelompok orang katakanlah pemegang saham, manajemen akan menciptakan masalah dengan
kelompok kepentingan yang lain. Reaksi negatif akan semakin hebat khususnya jika ada
operasi perusahaan asing atau kontraktor yang menyalahgunakan pekerja, dan memberi upah
yang tidak cukup untuk kebutuhan-kebutuhan dasar kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat disusunlah rumusan
masalah sebagai berikut:
● Apa yang di maksud dengan etika manajemen ?
● Apa saja kriteria pengambilan keputusan yang etis ?
● Apa yang yang menjadi pilihan etis seorang manajer ?
● Apakah tanggung jawab sosial perusahaan itu ?
● Apa yang di maksud dengan etika ketahanan ?
● Bagaimana mengevaluasi tanggung jawab sosial perusahaan ?
● bagaimana mengatur etika dan tanggung jawab sosial perusahaan ?
C. TUJUAN MASALAH
● Untuk mengetahui etika manajemen
● Untuk mengetahui kriteria pengambilan keputusan yang etis
● Untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan
● Untuk mengetahui etika ketahanan
● Untuk mengetahui bagaimana mengevaluasi dan mengatur etika tanggung jawab
sosial perusahaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. APAKAH ETIKA MANAJEMEN ITU ?


Etika (ethics) adalah kode prinsip dan nilai moral yang membangun perilaku
seseorang atau sebuah kelompok yang berhubungan dengan benar dan salah. etika adalah
penentu standar-standar dari mana yang baik atau buruk dalam tindakan dan keputusan.
manajer sering kali menghadapi situasi dimana ia mengalami kesulitan untuk menentukan
mana yang benar dan salah. Selain itu, manajer juga mungkin akan terbagi antara
perbuatannya yang dianggap salah dan tuntutan kewajibannya terhadap bos dan organisasi.
Terkadang manajer ingin mengambil tindakan tetapi tidak berani untuk menentang orang
lain, menjadi bahan pembicaraan, atau mempertaruh kan pekerjaannya.
Perilaku manusia dibagi kedalam tiga kategori. yang pertama adalah hukum yang ada,
dimana nilai-nilai dan standar-standar ditulis dalam sistem hukum dan diselenggarakan di
pengadilan. Yang kedua wilayah etika wilayah ini tidak memiliki hukum yang spesifik, tetapi
terdapat standar-standar tingkah laku berdasarkan prinsip dan nilai yang dipegang tentang
tingkah laku moral yang menuntun seorang individu atau sebuah perusahaan. Yang ketiga
adalah wilayah pilihan bebas, banyak perusahaan bermasalah dengan pandangan ini karena
pandangan ini membuat orang-orang mempunyai asumsi yang salah bahwa jika suatu hal
tidak ilegal, maka hal itu pastilah tidak melanggar etika, seakan wilayah ketiga tidaklah ada.
Pilihan yang lebih baik adalah mengenali wilayah etika dan menerima nilai-nilai moral
sebagai daya yang kuat untuk kebaikan yang dapat mengatur perilaku baik di dalam maupun
diluar organisasi.
Etika selalu berhubungan dengan pengambilan keputusan dan beberapa permasalahan
etika sangat sulit dipecahkan. Oleh karena standar etika tidaklah ditetapkan, perbedaan
pendapat dan dilema mengenai perilaku mana yang patut dan tidak seringkali muncul.
Dilema etis (ethical dilemma) muncul dalam situasi yang menyangkut benar atau salah ketika
nilai-nilai menjadi pertentangan. Individu yang harus membuat pilihan etis dalam sebuah
organisasi disebut agen moral.
B. KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS

Sebagian besar dilema etis melibatkan konflik antara kebutuhan sebagian pihak dan
keseluruhan pihak individu melawan organisasi atau organisasi melayani masyarakat
keseluruhan. Manajer-manajer yang berhadapan dengan jenis-jenis pilihan etis yang sulit ini
sering kali mendapat keuntungan dari strategi normatif yaitu strategi yang didasarkan kepada
norma dan nilai untuk membimbing keputusan mereka.. Etika normatif menggunakan
beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai dalam membimbing pengambilan
keputusan yang etis. Keempat pendekatan ini yang akan membantu manajer adalah
pendekatan bermanfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan
pendekatan keadilan.

Pendekatan Bermanfaat (utilitarian approach), yang didukung oleh filsuf abad


kesembilan belas, Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, menyatakan bahwa perilaku moral
menghasilkan kebaikan yang paling besar bagi jumlah yang lebih besar. Dibawah pendekatan
ini, seorang pengambil keputusan diharapkan untuk mempertimbangkan dampak dari setiap
keputusan yang ada terhadap semua pihak dan memilih keputusan yang mengoptimalkan
keuntungan jumlah orang yang lebih besar.

Pendekatan Individualisme (individualism approach) mengatakan bahwa suatu


tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka
panjang seorang individu. Arah yang diambil seorang individu merupakan hal yang
terpenting, dan kekuatan-kekuatan eksternal yang menghalangi arah tersebut haruslah
dibatasi dengan sungguh-sungguh.

Satu nilai dari memahami pendekatan ini adalah untuk mengenali variasi jangka pendek jika
diajukan. Orang-orang kiranya akan berdebat mengenai kepentingan diri jangka pendek
berdasarkan pada individualisme, tetapi individualisme bukanlah seperti itu.

Pendekatan Hak-Hak Moral (moral-rights approach) menyatakan bahwa umat manusia


memiliki hak asasi dan kebebasan yang tidak bisa direbut oleh keputusan satu individu.

Enam hak-hak moral harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan:

1. Hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut
secara sadar dan tidak dipaksa setuju untuk diperlukan.
2. Hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di
luar pekerjaannya dan memegang kendali akan informasi tentang kehidupan
pribadinya.
3. Hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah
yang melanggar moral dan norma agamanya.
4. Hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau
legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
5. Hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak
atas perlakuan yang adil.
6. Hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan
ancaman terhadap Kesehatan dan keamanannya.

Untuk membuat keputusan yang beretika, manajer harus menghindari rasa untuk mengusik
hak asasi orang lain.

· Pendekatan Keadilan (justice approach) menyatakan bahwa keputusan moral harus


didasarkan pada standar-standar keadilan, kejujuran, dan ketidak berat sebelahan. Tiga
jenis keadilan yang harus diperhatikan oleh para manajer:

1. Keadilan distributif (distributive justice) mengharuskan bahwa perlakuan yang


berbeda terhadap orang-orang tidaklah didasarkan pada karakteristik
kesewenangan-wenangan. Individu yang dianggap sama dengan cara yang
berhubungan dengan sebuah keputusan harus diperlakukan serupa.
2. Keadilan prosedural (procedural justice) mengharuskan bahwa peraturan didirikan
dengan adil. Peraturan harus dengan jelas diberikan dan dijalankan secara konsisten
dan tidak berat sebelah.
3. Keadilan kompensasi (compensatory justice) mengatakan bahwa individu harus
diberikan kompensasi atas cedera yang dideritanya yang disebabkan oleh pihak yang
bertanggung jawab. Selain itu, individu tidak perlu bertanggung jawab atas hal-hal
yang bukan di bawah kendalinya.

Namun, pendekatan ini membenarkan perilaku etis dari usaha memperbaiki kesalahan yang
dilakukan di masa lalu, bekerja dengan adil di bawah peraturan yang ada, dan memegang
tegas perbedaan-perbedaan yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai dasar bagi tingkatan
gaji yang berbeda atau kesempatan untuk naik jabatan.
Tanggung jawab hukum menentukan apa yang dianggap masyarakat sebagai suatu yang
penting berhubungan dengan perilaku yang pantas dilakukan oleh perusahaan. Contoh
Tindakan yang dilakukan perusahaan adalah penipuan. Tanggung jawab etika terdiri dari
perilaku-perilaku yang tidak bisa ditempatkan ke dalam ranah hukum dan mungkin
berhubungan dengan kepentingan ekonomi perusahaan secara langsung. Perilaku yang tidak
etis muncul ketika keputusan memungkinkan seorang individu atau sebuah perusahaan
mendapat keuntungan dengan mengorbankan orang lain atau seluruh masyarakat.

Tanggung jawab diskresioner (discretionary responbility) benar-benar bersifat sukarela dan


dibimbing oleh Hasrat perusahaan untuk memberikan kontribusi social yang tidak
dimandatkan oleh ekonomi, hukum dan etika. Aktivitas kebijakan ini terdiri dari kontribusi
dalam filantropi yang tidak memberikan masukan uang pada perusahaan dan perusahaan pun
memang tidak mengharapkannya.

C. PILIHAN-PILIHAN ETIS SEORANG MANAJER

sejumlah faktor dapat mempengaruhi kemampuan seorang manajer untuk membuat


sebuah keputusan yang beretika. individu membawa kepribadiannya sendiri dan ciri perilaku
ke tempat kerjanya. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang agama
membentuk sistem nilai seorang manajer. salah satu ciri pribadi yang penting adalah tahap
pengembangan moral.

Tiga tingkatan pengembangan moral pribadi

1. Prakonvensional, adalah setiap individu mementingkan penghargaan dan hukuman


dari pihak luar dan mematuhi pihak berwenang untuk menghindari konsekuensi yang
akan mengganggu dirinya.
2. Konvensional, adalah orang-orang yang belajar untuk mengonfirmasi pengharapan
akan perilaku yang baik sebagaimana yang ditentukan oleh rekan kerja, keluarga,
teman, dan masyarakat.
3. Poskonvensional, adalah individu yang diarahkan oleh serangkaian nilai-nilai internal
yang berdasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan hak internasional dan bahkan
tidak akan mematuhi peraturan atau hukum yang melanggar prinsip-prinsip ini.
Bagaimana menegur bos atau permasalahan tentang etika

1. Lakukan penelitian
2. Mulailah pertemuan ini dengan membiarkan bos anda menjelaskan.
3. Perhatikanlah pilihan kata-kata anda dan cara bertindak.
4. Berhati-hatilah ketika anda mengajukan solusi alternatif yang anda buat.
5. bersabarlah.

D. APAKAH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN ITU?

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah kewajiban manajemen untuk membuat
pilihan dan melakukan tindakan yang akan berperan terhadap kesejahteraan dan kepentingan
masyarakat serta organisasi.

Meskipun pengertiannya lugas, CSR dapat menjadi sebuah konsep yang sulit
dipahami karena orang-orang yang berbeda memiliki keyakinan yang berbeda mengenai
tindakan apa yang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pemangku kepentingan dalam organisasi

Pemangku kepentingan adalah kelompok apa pun yang berada di dalam maupun di luar
organisasi yang memiliki andil dalam kinerja organisasi. Setiap pemangku kepentingan
memiliki kriteria yang berbeda dalam menentukan suatu tindakan karena setiap pemangku
kepentingan memiliki kepentingan yang berbeda pula dalam organisasi.

Dasar Piramida

Konsep dasar piramida, yang terkadang disebut juga kaki piramida, menyatakan bahwa
perusahaan dapat mengurangi kemiskinan dan penyakit sosial lainnya, sekaligus tetap
memperoleh keuntungan, dengan menjual barang pada orang-orang termiskin di dunia. istilah
dasar piramida mengacu pada lebih dari 4 miliar orang yang hidup dalam tingkatan terendah
dari “piramida” ekonomi dunia berdasarkan pendapatan per kapita. orang-orang yang berada
di dasar piramida ini memperoleh kurang dari $1.500 per tahun dengan sekitar
seperempatnya memperoleh pendapatan kurang dari satu dollar per hari. secara trandisional,
orang-orang ini belum pernah dilayani oleh kebanyakan bisnis-bisnis besar karena barang dan
jasa terlalu mahal, tidak bisa diakses, dan tidak sesuai dengan keinginan mereka.
E. ETIKA KETAHANAN

Perusahaan yang terlibat dalam aktivitas dasar piramida, begitu juga sejumlah
perusahaan lainnya di seluruh dunia juga memegang ide revolusioner yang disebut
ketahanan atau pengembangan yang dapat bertahan. Ketahanan (sustainability)
mengacu pada perkembangan ekonomi yang menghasilkan kekayaan dan memenuhi
kebutuhan generasi saat ini sekaligus menjaga lingkungan agar generasi masa depan dapat
memenuhi kebutuhan mereka juga. Dengan filosofi ketahanan, manajer menjalin keprihatinan
lingkungan dan sosial ke dalam setiap keputusan strategis, merevisi kebijakan dan prosedur
untuk mendukung usaha ketahanan dan mengukur kemajuannya dalam mencapai tujuan-
tujuan ketahanan.

F. MENGEVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL


PERUSAHAAN

Tanggung jawab sosial perusahaan saat ini menjadi suatu konsep yang harus diterapkan oleh
setiap perusahaan untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan usahanya. Meskipun bukan merupakan hal
baru dalam dunia bisnis Indonesia, masih banyak perusahaan yang memahami tanggung jawab sosial
sebagai tindakan filantropi (aksi kedermawanan) dan pengembangan masyarakat. Tanggung jawab sosial
perusahaan harus dikaitkan dengan bisnis inti agar tidak hanya tertuju pada bagaimana memberikan
sebagian keuntungan yang diperoleh kepada masyarakat sekitar, tetapi juga pada bagaimana keuntungan
itu dibuat dengan cara-cara yang bertanggung jawab. Tentu saja, banyak organisasi menyatakan
secara terbuka bahwa mereka meminta pertanggungjawaban mereka kepada pihak selain
pemegang saham. Sebuah perusahaan harus secara sukarela mengungkapkan kepada publik
tentang kinerja sosial dan lingkungannya, yang berarti bahwa manajer mengakui bahwa
mereka bertanggung jawab kepada kelompok-kelompok yang relevan di negara ini, tidak
hanya dalam hal kinerja keuangan mereka tetapi juga kinerja sosial dan lingkungan mereka.
Aspek lingkungan ini harus dijelaskan dalam banyak kemajuan dalam pelaporan tanggung
jawab sosial publik mereka, berharap bahwa semua pemegang saham sepenuhnya menyadari
posisi keuangan dan kinerja operasi mereka, kegiatan, risiko, prospek bisnis dan
keberlanjutan perusahaan. Perusahaan harus mengungkapkan akuntansi mereka untuk
lingkungan sosial ekonomi yang lebih luas seperti tanggung jawab sosial perusahaan (CSR),
yang berisi peta sosial, menunjukkan keselarasan tujuan antara perusahaan dan masyarakat.

Kriteria pertama dari tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab ekonomi.
Institusi bisnis sendiri adalah unit ekonomi yang mendasar di masyarakat. Tanggung
jawabnya adalah menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan masyarakat serta
memaksimalkan keuntungan bagi pemilik dan pemegang saham institusi tersebut. Tanggung
jawab ekonomi yang paling ekstrim disebut pandangan pemaksimalan keuntungan, yang
diusung oleh peraih Nobel di bidang ekonomi yaitu Milton Friedman. Pandangan ini
menyatakan bahwa perusahaan harus berjalan di atas landasan yang berorientasikan
keuntungan, dengan misi tunggalnya yakni untuk meningkatkan keuntungannya selama
perusahaan tersebut mengikuti aturan permainan. Pandangan murni akan pemaksimalan
keuntungan tidak lagi dianggap sebagai kriteria kinerja yang memadai di beberapa negara
seperti Kanada, Amerika Serikat dan Eropa. Pendekatan ini berarti bahwa keuntungan
ekonomi adalah satu-satunya tanggung jawab sosial dan pendekatan yang dapat membawa
masalah pada perusahaan.

G. MENGATUR ETIKA DAN


TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Salah satu langkah penting yang dapat diambil oleh seorang manajer adalah untuk
menjalankan kepemimpinan yang beretika. Kepemimpinan yang beretika berate bahwa
manajer berlaku jujur dan dapat dipercaya, adil dalam bekerja bersama pegawai dan
pelanggan, dan beretika dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesionalnya.
Manajer dan supervisor tingkat pertama merupakan panutan yang penting dalam menunjukan
perilaku beretika dan mereka sangat mempengaruhi iklim etika di organisasi dengan perilaku
dan keputusan yang mencerminkan standar etika.

Beberapa mekanisme utama manajer adalah kode etik, struktur etis, dan ukuran-ukuran yang
dapat melindungi orang-orang yang memberikan informasi tentang adanya perilaku tak patut.

Kode Etik

Kode etik (code of ethics) adalah pernyataan resmi dari nilai-nilai yang dianut oleh
perusahaan yang berkaitan dengan persoalan etika dan social. Kode etik menyampaikan pada
pegawai tentang apa yang dibela dari perusahaan mereka. Organisasi yang beretika seperti
kepemimpinan yang beretika, kode etik, komite etika, kepala petugas etika, layanan
telephone etika, pelatihan etika dan dukungan bagi Whistle Blowers. Terdapat dua jenis kode
etik yaitu pernyataan berdasarkan prinsip dan pernyataan berdasarkan kebijakan.
- Pernyataan berdasarkan prinsip: mempengaruhi budaya perusahaan, menentukan
nilai-nilai mendasar dan berisi Bahasa umum mengenai tanggung jawab perusahaan, kualitas
produk, dan perlakuan terhadap pegawai.

- Pernyataan yang berdasarkan kebijakan secara umum: menguraikan prosedur-


prosedur yang digunakan dalam situasi etis tertentu. Situasi-situasi ini terdiri atas praktik
pemasaran, konflik kepentingan, ketaatan pada hukum, informasi kepemilikan, hadiah-hadiah
politis dan peluang yang sama.

Pada tahun-tahun belakangan ini, tuntutan dan plagiarisme dan pelanggaran etika lainnya
membuat banyak sorotan di media massa. Setiap pegawai pada Suatu perusahaan harus
memiliki kewajiban untuk menerapkan kejujuran dan kesusilaan yang jelas pada setiap aspek.
Jika berhadapan dengan etika kita harus bertanya:

1. Apakah tindakan ini ilegal?

2. Apakah Tindakan ini sesuai dengan kebijakan perusahaan dan/atau tata cara bisnis
yang baik?

3. Apakah apakah Tindakan ini adalah Tindakan yang saya tidak ingin supervisor, rekan
pegawai, bawahan, keluarga saya ketahui?

4. Apakah Tindakan ini adalah Tindakan yang saya tidak ingin masyarakat umum
ketahui?

Kode etik milik journal juga berisi pernyataan-pernyataan tentang menghormati orang lain
dalam persoalan etika dan menjanjikan perlindungan dari saling tuding, Kode etik dalam
journal memberikan kepada pegawainya hak dan tanggung jawab dalam menjaga iklim kerja
yang beretika di organisasi.

Struktur Etis
Struktur etis mewakili berbagai sistem, posisi, dan program yang dapat dilaksanakan oleh
perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika. Salah satu posisi terbaru dalam organisasi
adalah kepala petugas akuntansi, yang menjadi jawaban terhadap kejahatan keuangan yang
sangat marak terjadi di tahun-tahun belakangan ini. Eksekutif-eksekutif tingkat tinggi ini
menangani pelaporan dan pemenuhan, menjamin due diligence, dan bekerja bersama auditor
luar." Komite etika (ethics committee) adalah kelompok eksekutif yang ditunjuk untuk
mengawasi etika perusahaan. Komite ini memberikan aturan-aturan mengenai persoalan-
persoalan etika yang belum jelas dan bertanggung wab untuk menertibkan pelaku kejahatan.
Komite Pemenuhan Etika di perusahaan Motorola, misalnya, bertanggung jawab untuk
mengartikan, menjelaskan, dan menyampaikan kode etik perusahaan dan mengadili dugaan
pelanggaran kode.
Banyak perusahaan menyusun kantor-kantor beretika dengan staf yang bekerja penuh
waktu untuk menjamin bahwa standar etika adalah bagian yang dipadukan dengan
operasional perusahaan. Kantor-kantor ini dikepalai oleh kepala petugas etika (a chief ethics
officer), yaitu eksekutif perusahaan yang mengawasi semua aspek etika dan kepatuhan
hukum, di antaranya membangun dan menyampaikan secara luas standar-standar, pelatihan
etika, mengatasi pengecualian dan permasalahan, serta memberikan saran pada manajer
senior dalam aspek pengambilan keputusan yang beretika dan sesuai." Gelar kepala petugas
etika hampir tidak terdengar sepuluh tahun yang lalu, namun masalah-masalah etika dan
hukum yang sangat tersebar luas pada tahun-tahun belakangan ini memunculkan kebutuhan
yang makin lama makin besar akan adanya para ahli etika ini. Asosiasi Petugas Etika dan
Kepatuhan, sebuah grup perdagangan, melaporkan bahwa keanggotaannya naik 70 persen,
hingga lebih dari 1.260 perusahaan, dalam lima tahun setelah jatuhnya Enron karena
kejahatan finansial yang terjadi." Sebagian kantor-kantor etika juga berfungsi sebagai pusat
konseling untuk membantu pegawai dalam menyelesaikan permasalahan etika yang sulit.
Layanan telepon etika yang bebas pulsa dan rahasia juga memungkinkan pegawai untuk
melaporkan perilaku mencurigakan serta mencari bimbingan dalam menghadapi dilema etis.
Program pelatihan etika (ethics training) juga membantu pegawai untuk mengatasi
persoalan etika dan menerjemahkan nilai-nilai yang dinyatakan dalam kode etik kedalam
perilaku sehari-hari. Program pelatihan merupakan dorongan yang penting untuk
mewujudkan kode etik tertulis. General Electric menerapkan program pelatihan kepatuhan
dan etika yang kuat bagi 320.000 pegawainya di seluruh dunia. Sebagian besar pelatihan ini
dilakukan secara online, di mana para pegawai dapat menguji diri mereka sendiri tentang
bagaimana mereka akan mengatasi persoalan etika yang sulit. Selain itu, pertemuan-
pertemuan kelompok kecil memberikan orang-orang kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan dan berdiskusi tentang dilema etika atau tindakan-tindakan yang mencurigakan.
Setiap tiga bulan sekali, tiap-tiap unit bisnis GE memberikan laporan pada kantor pusat
tentang persentasi pegawai divisi yang telah menyelesaikan sesi pelatihan dan persentasi
yang telah membaca dan keluar dari panduan etika perusahaan, "Spirit and Letter"." Di
McMurray Publishing Company yang berada Phoenix, semua pegawai
menghadiri pertemuan mingguan mengenai etika di tempat kerja, di mana mereka membahas
bagaimana mengatasi dilema etika dan bagaimana menyelesaikan pertentangan nilai-nilai.
kode etik dan struktur etika semata untuk mencegah terjadinya semua perilaku yang
tidak patut. Untuk menjaga organisasi tetap bertanggung jawab, untuk beberapa hal tertentu,
manajer dapat mengandalkan orang-orang tertentu yang rela untuk memberikan laporan jika
mereka mendeteksi aktivitas yang ilegal, berbahaya, atau tidak etis. Whistle blower sering
kali melaporkan tindakan kejahatan pada pihak haar, seperti agen perundangan, senator,
wartawan surat kabar. Beberapa perusahaan telah mengadakan program inovatif ada layanan
telepon rahasia untuk mendorong dan mendukung kinerja whistle-blowing internal. Namun,
agar praktik ini dapat menjadi usaha perlidungan yang efektif dan beretika, perusahaan harus
memandang whistle-blowing sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaan, serta
perusahaan harus melakukan usaha yang berdedikasi untuk melindungi para whistle-blower
Pricewaterhouse Coopers mengadakan survei Kejahatan Ekonomi Global dan melaporkan
bahwa dua investasi yang paling efektif dalam program etika adalah audit internal dan
dukungan dari whistle-blower.
Tanpa ukuran perlindungan yang efektif, para whistle-blower akan menderita. Praktik
whistle-blowing memang telah tersebar luas, tetapi praktik ini masih berisiko bagi para
pegawai, yang bisa saja kehilangan pekerjaan mereka, diasingkan oleh rekan kerja mereka,
atau dipindahkan ke jabatan yang lebih rendah. Perhatikan apa yang terjadi ketika Linda
Kimble melaporkan bahwa agen rental mobil tempatnya bekerja memaksakan penjualan
asuransi pada pelanggan yang telah memiliki asuransi. Dalam beberapa minggu setelah
mengajukan pengaduan pada manajer puncak, Kimble pun dipecat. Undang-Undang
Sarbanes-Oxley tahun 2002 memberikan keamanan bagi para whistle-blower seperti Kimble.
Orang-orang yang dipecat karena melaporkan tindakan kejahatan dapat mengajukan
pengaduan di bawah hukum dan berkah mendapat uang ganti rugi, uang untuk membayar
pengacara, dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan mereka kembali, sebagaimana
Kimble yang
Mendapatkan kembali pekerjaannya. Dampak undang-undang ini masih belum jelas,
tetapi banyak whistle-blower yang takut bahwa mereka akan makin menderita jika mereka
kembali pada pekerjaan mereka yang lama setelah mereka memenangkan kasus di bawah
undang- undang Sarbanes-Oxley Banyak manajer yang masih memandang whistle-blower
sebagai pegawai yang tidak puas, yang tidak cocok bekerja dalam tim. Namun, untuk
menjaga standar-standar etika, organisasi membutuhkan orang-orang yang rela menyibakkan
tindakan kejahatan. Manajer dapat dilatih untuk memandang praktik whistle-blowing sebagai
sebuah keuntungan daripada sebuah ancaman, dan sistem dapat disusun untuk melindungi
pegawai yang melaporkan tindakan yang ilegal dan tidak etis.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Etika (ethics) merupakan kode prinsip dan nilai moral yang membangun perilaku
seseorang atau sebuah kelompok yang berhubungan dengan benar dan salah. etika adapat
dikatakan sebagai penentu standar-standar dari mana yang baik atau buruk dalam tindakan
dan keputusan. manajer sering kali menghadapi situasi dimana ia mengalami kesulitan untuk
menentukan mana yang benar dan salah. Pendekatan etika normatif yang akan membantu
manajer adalah pendekatan bermanfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak
moral, dan pendekatan keadilan. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang
agama membentuk sistem nilai seorang manajer. Seorang individu yang baik harus memiliki
pengembangan moral. Terdapat tiga pengembangan moral yang baik yaitu Prakonvensional,
Konvensional dan Pascakonvensional.

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah kewajiban manajemen untuk membuat
pilihan dan melakukan tindakan yang akan berperan terhadap kesejahteraan dan kepentingan
masyarakat serta organisasi. Terdapat beberapa klasifikasi seperti Pemangku kepentingan
organisasi dan Dasar piramida. Suatu perusahaan harus memiliki ketahanan (sustainability)
yang mengacu pada perkembangan ekonomi yang menghasilkan kekayaan dan memenuhi
kebutuhan generasi saat ini sekaligus menjaga lingkungan agar generasi masa depan dapat
memenuhi kebutuhan mereka juga dan harus memiliki tanggung jawab sosial perusahaan harus
dikaitkan dengan bisnis inti agar tidak hanya tertuju pada bagaimana memberikan sebagian keuntungan
yang diperoleh kepada masyarakat sekitar, tetapi juga pada bagaimana keuntungan itu dibuat dengan cara-
cara yang bertanggung jawab. Beberapa pelatihan etika perlu ditingkatkan secara menyeluruh program
pelatihan etika (ethics training) juga membantu pegawai untuk mengatasi persoalan etika dan
menerjemahkan nilai-nilai yang dinyatakan dalam kode etik kedalam perilaku sehari-hari.
Kode etik dan struktur etis harus diperhatikan, kode etik yang baik merupakan pernyataan
resmi dari nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan yang berkaitan dengan persoalan etika dan
social sementara struktur etis mewakili berbagai sistem, posisi, dan program yang dapat
dilaksanakan oleh perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika.
DAFTAR PUSTAKA

Era Baru Manajemen, New Era Of Management, Richard L. Daft

Anda mungkin juga menyukai