Anda di halaman 1dari 9

Tradisi Tahlilan Sebagai Kearifan Lokal Di Surabaya

Anggota Kelompok :
1. Farrel Apta Kassuma Putra ( 22042010319 )
2. Muhammad Rifqi Rahmanda ( 22081010315 )
3. Takhta Adi Waskita ( 22013010293 )
4. Rio Adika Putra ( 22013010307 )

PROGRAM STUDI MATA KULIAH UMUM AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS UPN VETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA
2022
ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang Islam dan budaya di daerah Surabaya. Islam merupakan agama
yang paling mudah dipelajari oleh semua orang di berbagai belahan dunia. Hal ini
dikarenakan ajaran Agama Islam tidak menolak atau menentang budaya disekitarnya selama
budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi. Oleh karena
itu, masyarakat daerah dapat dengan sungguh-sungguh memeluk ajaran Islam tanpa
mengubah budaya yang ada. Maka, jangan heran jika kita datang ke suatu daerah lalu
menemukan adanya perbedaan ibadah Agama Islam di daerah tersebut. Semuanya dimulai
dengan budaya lokal yang sudah ada di daerah tersebut. Seperti halnya, adanya kearifan
budaya yang ada di daerah Surabaya yaitu tahlilan. Tahlilan merupakan salah satu bentuk
kearifan lokal yang telah turun-temurun sebagai bentuk upacara ibadah. Upacara tersebut
merupakan suatu bentuk penghormatan dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia.
Dalam artikel ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang berarti metode penelitian
ini menggunakan jurnal,buku,maupun berita dalam penyusunannya.

ABSTRACT

This article discusses Islam and culture in the Surabaya area. Islam is the easiest religion to
learn by everyone in various parts of the world. This is because the teachings of Islam do not
reject or oppose the surrounding culture as long as this culture does not conflict with the
teachings of the Al-Quran and the Sunnah of the Prophet. Therefore, local people can truly
embrace Islamic teachings without changing the existing culture. So, don't be surprised if we
come to an area and find that there are differences in Islamic religious worship in that area. It
all starts with the local culture that is already present in the area. Like the case, there is
cultural wisdom in the Surabaya area, namely tahlilan. Tahlilan is a form of local wisdom
that has been passed down for generations as a form of worship ceremony. The ceremony is a
form of respect and praying for people who have died. This article uses a descriptive research
method, which means that this research method uses journals, books and news in its
preparation.
PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa khususnya di daerah Surabaya sudah tidak lagi
asing dengan kearifan budayanya yaitu tahlilan. Budaya tahlilan yang ada di daerah Surabaya
berkembang secara turun-temurun sebagai suatu ritual adat yang telah hidup dan sangat erat
keberadaannya dengan nilai-nilai Agama Islam. Kata tahlilan berasal dari kata dasar tahlil.
Kata tahlil berarti mengucapkan kalimat la ilaha illallah. Tetapi, tahlilan tidak hanya
mengucapkan kalimat la ilaha illallah, melainkan sebuah tradisi yang didalamnya terdapat
sekumpulan orang yang membacakan ayat-ayat Al Qur’an dan juga doa-doa untuk orang
yang telah meninggal dunia.

Ritual tahlilan atau biasa disebut dengan selamatan kematian telah mengakar pada tradisi di
daerah Surabaya. Budaya ini sangat berpegang erat dengan adat istiadatnya namun tidak
melupakan ajaran Agama islam. Acara tahlilan sendiri sudah lama penyelenggaraannya dan
karena merupakan kearifan budaya lokal masyarakat Pulau Jawa di daerah Surabaya maka
jika tidak dilakukan berarti menyalahi adat yang sudah turun-temurun. Tetapi, jika dilihat dari
sejarah Agama Islam ritual tahlilan tidak ditemukan pada masa Nabi Muhammad SAW.

Maka, sejatinya budaya tahlilan hanya merupakan suatu bentuk kearifan lokal budaya yang
hanya berasal dari nenek moyang yang diteruskan hingga saat ini. Tujuan artikel ini untuk
membahas tentang kearifan lokal budaya tahlilan yang hanya kebuadayaan turun-temurun
dari nenek moyang.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penulisan sebuah artikel sangat diperlukan metode penelitian. Metodelogi penelitian
terdiri dari dua kata yaitu metode yang berasal dari bahasa yunani methodos yang berarti cara
atau jalan, dan kata logos yang berarti pengetahuan. Kemudian pengertian dari penelitian
adalah pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis
dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan
persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. Dengan
demikian arti dari metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan
kemudian mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan
penelitian. Dalam penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dimana isi
dan hasil yang di dapat berasal dari literatur berupa jurnal,buku,maupun laporan penelitian.
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan
masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk
mendeskripsikan apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat dilakukan
penelitian.Penelitian ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan suatu kearifan lokal
tahlilan yang terjadi di daerah Surabaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nilai Tradisi Tahlilan

kita telah tahu pengertian tahlil menurut bahasa maupun istilah. Bahwa tahlil, menurut bahasa
ialah pengucapan sebuah kalimat la ilaha illallah. Sedangkan tahlil secara istilah, menurut KH
M. Irfan Ms, salah seorang tokoh NU, beliau mengesakan Allah dan tidak ada pengabdian
yang tulus kecuali hanya kepada Allah Swt. Tidak hanya mengakui Allah Swt. sebagai Tuhan
akan tetapi juga untuk mengabdi, sebagaimana dalam penafsiran kalimah thayyibah yaitu laa
ilaha ilallah ( ُ ‫ )الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا‬yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Pada perkembangan sekarang,
tahlilan dapat diistilahkan sebagai rangkaian kegiatan doa yang diselenggarakan dalam
rangka mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia. Sebenarnya tahlil bisa dilakukan
secara sendiri-sendiri, namun biasanya tahlil dilakukan dengan secara berjamaah.

Biasanya acara tahlilan dilaksanakan saat malam pertama orang meninggal sampai dengan
tujuh harinya. Lalu dilanjutkan lagi pada hari ke -40, hari ke-100, dan hari ke-1000. Dan
seterusnya dilakukan setiap tahun dengan nama khol atau haul, yang waktunya tepat pada
hari kematiannya. Setelah pembacaan doa selesai biasanya tuan rumah menghidangkan
makanan dan minuman kepada para jamaah tahlil. biasanya masih ditambah dengan berkat
(buah tangan berbentuk makanan matang). Pada perkembangannya tahlil di beberapa daerah
ada yang mengganti berkat, dengan bahan-bahan makanan, seperti mie, beras, gula, teh, telur,
dan lain-lain. Semua itu diberikan sebagai sedekah, yang pahalanya dihadiahkan kepada
orang yang sudah meninggal dunia tersebut. Sekaligus sebagai manifestasi rasa cinta yang
mendalam baginya.
B. Budaya Tahlilan Sebagai Kearifan Lokal Di Masyarakat Sekitar
Kota Surabaya

Masyarakat Indonesia terutama di Jawa khususnya di surabaya sendiri tentu sudah tidak asing
lagi dengan istilah tahlilan. tahlilan yang saat ini berkembang di masyarakat pada umumnya
dilaksanakan untuk mendoakan orang yang telah meninggal. Tahlilan sendiri merupakan
suatu ritual adat yang telah hidup dari zaman dahulu hingga kini keberadaannya sangat erat
dengan nilai-nilai Islam. namun, terdapat beberapa masyarakat yang telah meninggalkan
budaya tahlilan dikarenakan menganggap hal tersebut tidak sesuai dengan teologis maupun
budaya yang dipegangnya.

Tahlilan merupakan suatu kegiatan yang tidak diwajibkan secara hukum, akan tetapi tahlilan
telah menjadi suatu kearifan lokal di indonesia sendiri dan di kota surabaya. dinamakan
kearifan lokal berarti sesuatu yang dianggap arif, bijaksana, atau benar oleh masyarakat lokal.
Orang yang tidak melaksanakan tahlilan untuk mendoakan kematian anggota keluarganya
tidak akan mendapat hukuman secara pidana, tetapi bisa mendapatkan gunjingan sosial dari
masyarakat sekitar. Pada zaman yang sekarang seperti saat ini, rata-rata masyarakat masih
berpendapat betapa pentingnya melakukan tahlilan. Selain untuk menghormati dan
mendoakan orang yang telah meninggal, tahlilan sering kali dijadikan sebagai alat silaturahmi
antar warga atau antar keluarga bahkan lingkup masyarakat itu sendiri di kota surabaya.

C. Pertentangan budaya Tahlilan di masyarakat sekitar


❖ Tahlilan Menurut Muhammidayah

Di kalangan para pendukung gerakan Islam pembaharu (tajdid) yang berorientasi kepada
pemurnian ajaran Islam, seperti Muhammadiyah, sepakat memandang tahlilan orang yang
meninggal dunia sebagai bid'ah yang harus ditinggalkan karena tidak ada tuntunannya dari
Rasulullah:

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”. (HR. Abu Daud no.
3512 dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-
Shahihah

Agama Hindu dan Budha juga memperingati hari kematian. Dan Islam di Nusantara ketika
berkembang juga merayakan hari kematian yang diisi dengan doa doa dan dzikir dzikir untuk
mendoakan para saudara yang telah meninggal. Berarti tahlilan adalah proses akulturasi dari
budaya agama Budha dan Islam sehingga menimbulkan suatu budaya baru yang dinamakan
budaya tahlilan. Apakah di agama Islam ada budaya seperti itu. Sesuai dengan hadist diatas
bisa jadi benar bahwasannya tahlilan merupakan suatu budaya agama Islam yang baru yang
melekat di masyarakat Nusantara.

Muhammadiyah tidak pernah melarang membaca kalimat tahlil “La Ilaha Illallah” (tiada
Tuhan selain Allah).B ahkan menganjurkan agar memperbanyak membacanya, berapa kali
saja, untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS.
al-Baqarah ayat 152 dan QS. al-Ahzab ayat 41. Perintah berzikir dengan menyebut Lafal
Jalalah (La Ilaha illa Allah) dalam hadits-hadits pun banyak diungkapkan. Rasul saw
besabda: “maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka terhadap orang yang
mengucapkan ‘La Ilaha Illa Allah’, yang dengan lafal tersebut ia mencari keridhaan Allah”
(HR. al-Bukhari, Kitab as-Shalah, Bab al-Masajid fi al-Buyut, dari ‘Itban ibn Malik).

Berdasarkan keterangan di atas, maka memperbanyak tahlil adalah termasuk amal ibadah
yang sangat baik, bahkan dijamin masuk surga dan haram masuk neraka. Tentu saja tidaklah
cukup hanya mengucapkannya, atau melafalkannya saja, melainkan harus menghadirkan hati
ketika membacanya, dan merealisasikannya dalam kehidupan keseharian.

Meski demikian, jika masih berbuat syirik, dan tidak beramal shalih, sekalipun membaca
tahlil ribuan kali, tidak ada manfaatnya. Sebab tahlil harus benar-benar diyakini dan
diamalkan dengan berbuat amal shalih sebanyak-banyaknya

❖ Tahlilan Menurut Nahdlatul Ulama

Dalam buku Antologi NU diterangkan, sebelum doa dilakukan, dibacakan terlebih dahulu
kalimat-kalimat syahadad, bacaan hamdalah, takbir, membaca shalawat, tasbih, dan beberapa
ayat suci al-Qur’an serta tidak ketinggalan hailallah (membaca laa ilaaha illahllaah) secara
bersama-sama. dan biasanya dipimpin dengan seseorang yang ahli dalam ibadah tahlil.

Warga NU khususnya di daerah surabaya sendiri sampai sekarang tetap mempertahankan


tahlil, sebagai salah satu tradisi yang dimunculkan pertama kali oleh Walisanga. KH Sahal
Mahfud, ulama NU yang berasal dari Jawa Tengah, beliau berpendapat bahwasanya acara
tahlilan yang sudah mentradisi di indonesia khususnya masyarakat sekitar surabaya
hendaknya terus dilestarikan sebagai salah satu budaya yang bernilai islami dalam rangka
melaksanakan ibadah sosial sekaligus meningkatkan dzikir kepada Allah Swt.
Kalau kita tinjau apa yang disampaikan KH Sahal Mahfud, terdapat dua hikmah yang
ِ َّ‫)حب ٍْل ِّمنَ الن‬
dilakukan dalam tahlilan, yaitu, pertama, hamblum minannas (‫اس‬ َ adalah Hubungan
dengan sesama manusia, dalam rangka melaksanakan ibadah sosial; dan kedua, hablum
minallah dilihat secara syar’i, memiliki makna sebagai berikut: perjanjian seorang hamba
dengan Allah SWT, yaitu ketika dia masuk Islam maka harus beriman dan sebagai jaminan
keselamatan dunia serta akhiratnya, sehingga harus tunduk dengan segala yang diperintahkan
oleh Allah SWT. dan menjauhi larangannya. Dengan meningkatkan dzikir kepada Allah.

Menurut NU memberi jamuan yang biasa diadakan ketika ada orang meninggal, hukumnya
boleh (mubah), dan menurut mayoritas ulama bahwa memberi jamuan itu termasuk dalam
ibadah yang terpuji dan dianjurkan dalam islam. Sebab, jika kita lihat dari segi jamuannya
termasuk sedekah yang dianjurkan dalam Islam yang pahalanya dihadiahkan pada orang telah
meninggal. Dan ada tujuan lain yang ada di balik jamuan tersebut, yaitu ikramud dla`if
(menghormati tamu), bersabar dalam menghadapi musibah dan tidak menampakkan rasa
susah dan gelisah kepada orang lain.

Dalam buku Risalah Amaliyah Nahdhiyin disebutkan dikutip sebuah hadis di mana
Rasulullah pahala sedekah untuk mayit akan sampai.

Dari Aisyah ra.bahwa seorang laki-laki berkata kepada rasulullah SAW. “Sesungguhnya
ibuku telah meninggal, dan aku melihatnya seolah-olah dia berkata, bersedekahlah. Apakah
baginya pahala jika aku bersedekah untuknya?”. Rasulullah SAW. Bersabda,”ya”. (HR.
Muttafaqu ‘alaih).
KESIMPULAN

Di kalangan para pendukung gerakan Islam pembaharu (tajdid) yang berorientasi kepada
pemurnian ajaran Islam, seperti Muhammadiyah, sepakat memandang tahlilan orang yang
meninggal dunia sebagai bid'ah yang harus ditinggalkan karena tidak ada tuntunannya dari
Rasulullah. Sedangkan tahlilan Menurut , KH M. Irfan Ms yang merupakan salah satu tokoh
NU, dia mengesakan Allah dan tidak ada ketaqwaan yang tulus kecuali hanya kepada Allah
SWT. Tahlilan merupakan kegiatan yang tidak diwajibkan oleh undang-undang dan Hukum
yang mengaturnya , namun Tahlilan telah menjadi kearifan lokal di Indonesia sendiri dan di
kota Surabaya. Acara Tahlilan yang sudah menjadi tradisi di Indonesia, khususnya bagi
masyarakat sekitar Surabaya, hendaknya terus dilestarikan sebagai salah satu nilai budaya
Islam untuk mewujudkan ibadah sosial sekaligus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT. Tradisi Tahlilan merupakan sebuah tradisi yang pertama kali
dimunculkan oleh Walisanga . Banyaknya pertentangan budaya yang saat ini terjadi antara
Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama tentang Tahlilan. Namun banyak pertentangan yang
terjadi dari keduanya , Tahlilan memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai bentuk ibadah ,
silahturahmi antar masyarakat , dan Mendoakan Orang yang sudah meninggal dengan bacaan
doa-doa , dzikir , ayat ayat Al-Qur’an , dan lain lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aqlam Journal of Islam and Plurality sumber::


https://www.researchgate.net/publication/329518308_KEARIFAN_LOKAL_TAHLILAN-
YASINAN_DALAM_DUA_PERSPEKTIF_MENURUT_MUHAMMADIYAH (December
2018)

Faizin, Muhammad Sumber: https://www.nu.or.id/daerah/tradisi-tahlilan-di-masyarakat-


indonesia-miliki-hikmah-luhur-yQLGi (12 Desember 2019)

Putri Silviana, Aghnia sumber: https://kumparan.com/aghniaputri01/fenomena-budaya-


tahlilan-yang-berkembang-di-masyarakat-jawa-1xntiOQR5Hs/full (4 April 2022)

Yusuf, M. Amin Nugroho sumber: http://www.tintaguru.com/2012/01/fiqh-khilafiyah-nu-


muhammadiyah-seputar_1302.html#:~:text=Tahlilan%20menurut%20NU%20tidak
%20bertentangan,rasulullah%20(bid'ah) (januari 2012)

Anda mungkin juga menyukai