Oleh:
Abstrak
Pendahuluan
1
Tahlilan merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat al-Qur’an dan
dzikir-dzikir dengan maksud menghadiahkan pahala bacaannya kepada orang
yang telah meninggal.1 Tahlilan berasal dari kata bahasa Arab “tahlii” yang
berarti membaca kalimat “La ilaha illa Allah” Tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah. 2 Didalam Tahlil yang biasa dibaca adalah kalimat
tauhid La ilaha illah Allah, ayat suci al-Qur’an, tasbih, shalawat, dan bacaan-
bacaan lainnya, dari sinilah kalimat yang banyak dibaca tahlil dijadikan nama bagi
kumpulan doa-doa yang ditujukan kepada yang telah meninggal atau bahkan
dalam resepsi pun mereka tidak meninggalkan amalan yang satu ini. 3
Maka dari itu bahwa di perlukannya sebuah metode atau cara agar bisa
menarik simpati masyarakat muslim dalam memahami dan mengkaji setiap ayat-
ayat al-Qur’an secara utuh melalui berbagai peristiwa atau budaya yang ada di
masyarakat yang dilandasi dengan Living Qur’an. Yang dimaksud dengan Living
Qur’an adalah metode yang menjadikan fenomena yang hidup ditengah
masyarakat terkait dengan al-Qur’an, maka dari itu dalam living Qur’an sendiri
akan membahas tentang sosial budaya yang didalamnya diselimuti oleh ayat-ayat
suci al-Qur’an yang hidup ditengah-tengah masyarakat, 4 contohnya adalah tradisi
tahlil.
1
Abidin, Firanda Andirja (22 March 2013) “Tahlilan adalah Bid’ah Menurut Madzhab
Syafi’i”.Firanda.com Diakses tanggal 17 Oktober 2021
2
Abdat, Abdul Hakim bin Amir (2001). “Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut
Empat Madzhab dan Hukum Membaca Al-Qur’an untuk Mayyit Bersama Imam Imam Syafi’i”.
Tasjilat Al-Ikhlas. Diakses tanggal 17 Oktober 2021
3
M. Hanif Muslih, Kesholihan Tahlil Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist, (Semarang: Ar-
Ridha), hal. 2
4
Ibrahim Eldeep, Be A Living Qur’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat Al-Qur’an
dalam Kehidupan Sehari-hari, (Tangerang: Lentera Hati, 2009), hal. 3
2
Sebenarnya dalam tahlilan tidak ada keharusan membaca surat-surat
tersebut diatas, akan tetapi karena bacaan-bacaannya mempunyai keutamaan-
keutamaan lebih dari bacaan-bacaan yang lain, maka bacaan itulah yang paling
banyak di amalkan oleh warga masyarakat desa Candirejo. 5
Metode
Pembahasan
Berdasarkan sudut pandang etimologis, kata tahlil atau tahlilan berasal dari
Bahasa Arab dengan bentuk masdar dari fi’il madli هم, هم, الهاyang mengandung
arti “ekspresi atau kesenangan” atau “ekspresi keriangan”. Kata ini bisa juga
memiliki arti mengucapkan kalimat Thayyibah (“Laa ilaaha illa Allah”) atau
Bahasa Indonesia artinya: “tiada tuhan yang patut disembah selain Allah” atau
dengan kata lain yaitu “pangakuan seorang hamba yang meng’itikadkan bahwa
tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah semata.7
Tahlil merupakan dzikir yang dilakukan oleh umat Islam. Dzikir ini
dianggap memiliki nilai yang besar dan mempunyai banyak keutamaan. Kata
5
Wawancara Warga desa Candirejo
6
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 28th ed, (Bandung:
Alfabeta, 2018), hal. 63
7
Sahab, F. Tahlil dalam Presfektif Ahli Sunnah Wal-Jama’ah. 2008. Diakses dari
http://s4h4.wordpress.com/2008/11/27/tahlil-dalam-presfektif-ahli-sunnah-wal-jamaah/2008 pada
tanggal 17/10/2021
3
tahlil sebangsa dengan ucapan takbir (mengucapkan Allahu akbar), tahmid
(mengucapkan Alhamdulillah), Tasbih (mengucapkan subhanallah), hamdalah
(mengucapkan alhamdulillahi rabbil alamin), dan sebagainya.
4
3) Permulaan surat al-Baqarah.
4) Surat al-Baqarah 163 dan ayat kursi.
5) Ayat-ayat terakhir surat al-Baqarah.
6) Bacaan tarhim dan tabarruq dengan surat Hud: 73 dan al-Ahzab: 33.
7) Shalawat, hasbalah, dan hauqalah.
8) Bacaan istigfar, tahlil, dan tasbih.
9) Do’a penutup.
C. Akar sejarah dan Penyebaran Tahlil di Indonesia.
Ketika agama Hindu dan Budha masuk di Indonesia, kedua agama ini
tidak mampu merubah tradisi animesme tersebut. Bahkan tradisi tersebut
berlangsung terus sampai agama Islam masuk di Indonesia yang dibawa oleh
Ulama, yang dikenal dengan Wali Songo. Setelah orang-orang tersebut masuk
Islam, mereka juga tetap melakukan ritual tersebut.
5
Sebagai langkah awal, para Ulama’ terdahulu tidak memberantasnya tetapi
mengalihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha itu, menjadi upacara
yang beralaskan Islam sehingga tidak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran
Islam.11 Sesaji diganti dengan nasi dan lauk-pauk untuk bersedekah.
Tahlilan yang pada mulanya di tradisikan oleh Wali Songo ini tidak lepas
dari cara dakwahnya, yang mengedepankan metode kultural atau budaya. Wali
Songo mengajarkan nilai-nilai Islam secara luwes dan tidak secara frontal
menentang tradisi Hindu yang telah mengakar kuat di masyarakat, namun
membiarkan tradisi itu berjalan, hanya saja isinya diganti dengan nilai-nilai Islam.
Dalam tradisi lama, bila ada tetangga, kerabat atau saudara yang
meninggal dunia, maka para kerabat famili dan tetangga biasanya akan berkumpul
“jagongan” (berbincang-bincang) di rumah duka. Mereka bukannya mendoakan
mayyit tetapi begadang dengan bermain kartu judi atau mabuk-mabukkan. Wali
Songo tidak serta merta membubarkan tradisi tersebut, tetapi masyarakat
dibiarkan tetap berkumpul namun caranya diganti dengan mendoakan mayyit. 12
6
Desa Candirejo merupakan salah satu desa yang masyarakatnya masih
banyak menjunjung tinggi tradisi kebudayaan di tanah jawa yang mana telah
diturunkan dari nenek moyang mereka terdahulu, terlebih lagi tradisi-tradisi yang
bernilai ke-Islaman, salah satunya adalah tradisi kebudayaan tahlilan.
Tradisi tahlilan di desa Candirejo sendiri adalah suatu tradisi yang sudah
menjadi rutinan dalam masyarakat desa, bahkan di lakukan setiap satu minggu
sekali tepatnya pada malam senin setelah melakukan sholat Isya’. Tradisi tahlilan
di desa Candirejo khususnya di dusun Tasaba ini dilakukan ke rumah-rumah
warga secara bergiliran.
Kesimpulan
13
Z Fanani, & A Sabardila, Sumber Konflik Masyarakat Muslim, Presfektif
Keberterimaan Tahlil, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2001), hal. 32
7
Tahlilan merupakan sebuah budaya yang sangat dinamis dan dari sudut
pandang antropologis dan psikologis, sangat menarik. Tahlilan tak hanya menjadi
perekat sosial, tetapi juga mempersatukan berbagai elemen masyarakat. Tahlilan
merupakan tradis Islam di Indonesia yang sangat menarik dan dapat menjadi
penghubung untuk masyarakat desa yang kerap terlena akan kesibukan sehari-
hari. Tahlilan juga bisa menjadi media yang representatif, mentradisi, dan mampu
memberikan rasa damai, meningkatkan kualitas keimanan, meningkatkan ukhwah
Islamiyah, dan kerukunan umat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdat, Abdul Hakim bin Amir (2001). “Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian)
Menurut Empat Madzhab dan Hukum Membaca Al-Qur’an untuk Mayyit
Bersama Imam Imam Syafi’i”. Tasjilat Al-Ikhlas.
Abdusshomad, Tahlilan dalam Presfektif Al-Qu’an dan Assunnah. (Jember: PP.
Nurul Islam, 2005)
Abidin, Firanda Andirja (22 March 2013) “Tahlilan adalah Bid’ah Menurut
Madzhab Syafi’i”.Firanda.com
C. Nafis, Pasal tentang Tahlil 2008. Diakses dari
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=114
26
http://id.wikipedia.org/wiki/tahlilan
Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, Tradisi Santri dan Kyai. (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2009)
8
Maqsudi, A, Sejarah Upacara Tahlil di Indonesia. Diakses dari
http://pesantren.or.id.42303.masterweb.net/ppssnh.malang/cgi
bin/content.cgi/artikel/tahlil.single?seemore=y
M. Hanif Muslih, Kesholihan Tahlil Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist,
(Semarang: Ar Ridha)
Ibrahim Eldeep, Be A Living Qur’an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat Al-
Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari, (Tangerang: Lentera Hati, 2009)
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 28th ed, (Bandung:
Alfabeta, 2018)
Sahab, F. Tahlil dalam Presfektif Ahli Sunnah Wal-Jama’ah. 2008. Diakses dar
http://s4h4.wordpress.com/2008/11/27/tahlil-dalam-presfektif ahli-
sunnah-wal jamaah/2008
Wawancara Warga desa Candirejo
Z Fanani, & A Sabardila, Sumber Konflik Masyarakat Muslim, Presfektif
Keberterimaan Tahlil, (Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2001).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Ket: Jamiyahan Tahlil Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu desa Candirejo dusun Tasaba.