Anda di halaman 1dari 9

“Korelasi Ayat Fafirru Ilallah Dalam Q.

S az-Zariyat: 50 Dengan Mujahadah Sholawat


Wahidiyah di Desa Pungkalan (Kajian Living Qur’an)”

Option: Korelasi Ayat Fafirru> Illallah dalam QS. Az-Zariyat [51]: 50 dengan Majelis
Mujahadah Shalawat Wahidiyah di Desa Pungkalan: Kajian Living Qur’an

Oleh:
Iin Kusumaningtias (18010729)
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir A (gausah PAke ‘A’nya)
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan
komperhensif untuk mengatur kehidupan di dunia maupun di akherat (akhirat apa akherat?
Liat KBBI). Ia merupakan kitab yang otentik dan unik redaksinya, susunan kalam maupun
kandungan maknanya berasal dari wahyu. Keontentikan ini menurut Quraish Shihab (1992:
21), pakar tafsir dari Indonesia dijamin dan dipelihara oleh Allah sendiri. 1 (maksudnya
gimana?) Dialektika antara al-Qur’an dengan realitas akan melahirkan beragam penafsiran.
Ragam penafsiran ini pada giliranya akan menghadirkan wacana (discourse) dalam ranah
pemikiran, serta tindakan praksis dalam realitas sosial. Dalam ranah publik, al-Qur’an bisa
berfungsi sebagai pengusung perubahan, pembebas masyarakat tertindas, pencerah
masyarakat dari kegelapan dan kejumudan (?), pendobrak sistem pemerintahan yang zalim
dan amoral, penebar semangat emansipasi serta penggerak transformasi masyarakat menuju
kehidupan yang lebih baik.2
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai pedoman, selain itu al-Qur’an juga memiliki fungsi-
fungsi lain yang menjadi keyakinan masyarakat muslim. Di antara fungsi itu adalah bahwa al-
Qur’an merupakan obat dan penyelamat dari mara bahaya. Ia juga merupakan spirit
perubahan, pembela kaum marjinal, penentang tindakan lalim, dan masih banyak lagi
menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Sehingga masyarakat muslim mentransformasikan teks
al-Qur’an dan berdialektika secara langsung yang dengan sendirinya al-Qur’an menjadi

1
Fauzul Iman, “Munasabah Al-Qur’an”, Jurnal al-Qalam, No. 63, 1997, hlm. 45.
2
Didi junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian al-Qur’an”, Journal of Qur’an
and Hadith Studies, Vol. 4, No. 2, 2015, hlm. 170.

1
bernilai dan hidup di tengah-tengah mereka.3 Dalam hal ini, ayat-ayat al-Qur’an berfungsi
sebagai terapi psikis, penawar dari persoalan hidup yang dialami seseorang. Jiwa yang
sebelumnya resah dan gelisah menjadi tenang dan damai ketika membaca dan meresapi
makna ayat-ayat tersebut.4
Interaksi aktif dengan al-Qur’an merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri lagi bagi
masyarakat muslim. Bahkan interaksi tersebut merupakan keharusan bagi mereka sebagai
wujud ketaatan dalam beragama. Bentuk interaksi itu bisa diwujudkan dengan cara membaca,
menelaah, tadabur, dan bahkan terkadang diamalkan sesuai pemahaman masing-masing
masyarakat. Al-Qur’an sering disebut sebagai kitab suci yang fleksibel, salih fi kulli zaman
wa makan (kalo Bahasa asing miring), artinya ia senantiasa selaras dengan situasi dan
kondisi. Indikasi keselarasan tersebut salah satunya bisa di lihat bagaimana ekspresi dan
resepsi masyarakat muslim terhadap keberadaan al-Qur’an di tengah-tengah mereka.5
Secara garis besar, kehidupan manusia diatur oleh al-Qur’an dan aturan tersebut tidak
hanya bersifat teologis. Karena al-Qur’an kitab universal yang mengatur prilaku manusia,
dapat dikatakan kalau aturan tersebut sampai pada tataran praksis. Aturan-aturan tersebut bisa
menjadi pedoman kehidupan bagi masyarakat muslim.6 Nah, berbagai bentuk dan model
praktis resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan al-
Qur’an. Itulah yang disebut dengan living Qur’an (Miring Gais) (al-Qur’an yang hidup) di
tengah kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu ia selalu dijadikan rujukan dan mitra dialog
dalam menyelesaikan problem kehidupan yang mereka hadapi.7
Secara umum kajian living Qur’an artinya mengkaji al-Qur’an sebagai teks-teks yang
hidup, bukan teks-teks yang mati. Pendekatan living Qur’an menekankan aspek fungsi al-
Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia dan orang-orang yang beriman, tapi ini
juga bisa memasukkan peranan al-Qur’an dan hadist (liat KKBI) dalam berbagai kepentingan
dan konteks kehidupan, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Pendekatan ini juga
mengkaji produk penafsiran dan relevansinya bagi persoalan masyarakat kini dan disini. Al-
Qur’an merupakan firman lisan (spoken word), bersamaan atau belakangan lalu menjadi
3
Nur Huda. Athiyyatus, “Living Qur’an: Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren al-Husna Desa Sidorejo
Pamotan Rembang”, Jurnal Kajian Keislaman, Vol. 8, No. 3, 2020, hlm. 259.
4
Didi junaedi, “Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian al-Qur’an”, Journal of Qur’an
and Hadith Studies, Vol. 4, No. 2, 2015, hlm. 170.

5
Nur Huda. Athiyyatus, “Living Qur’an: Resepsi Al-Qur’an di Pondok Pesantren al-Husna Desa Sidorejo
Pamotan Rembang”, Jurnal Kajian Keislaman, Vol. 8, No. 3, 2020, hlm. 360.
6
Moh Muhdator, “Pemaknaan Ayat al-Qur’an Dalam Mujahadah”, Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1,
2014, hlm. 100.
7
Dewi Murni, “Paradigma Umat Beragama Tentang Living Qur’an”, Jurnal Syahadah, Vol. 4, No. 2,
2016, hlm. 74.

2
scripture (kitab) dan kemudian menjadi literature. Dalam kaitan ini al-Qur’an yang di baca
dalam kegiatan sehari-hari muslim menjadi bagian kajian living Qur’an.
Kajian living Qur’an yang berorientasi akademis ilmiah, tidak terlalu memperhatikan
perdebatan otentisitas al-Qur’an, perdebatan-perbedaan metode, kaidah dan produk tafsir
zaman klasik, pertengahan, dan modern, dan perdebatan pemaksa atau bukan pemaksa.
Dalam kajian living Qur’an, tidak ada perhatian dalam penyimpangan-penyimpangan dalam
penafsiran al-Qur’an seperti yang ditulis Muhammmad Husain Al-Dhahabi. Living Qur’an
dalam corak ini menunjukan bahwa setiap penafsiran atau pemahaman terhadap al-Qur’an
benar menurut manusia pemahamannya. Kajian ini lebih memfokuskan pada peran praktis al-
Qur’an dalam pemahaman, sikap, prilaku, aktifitas manusia sebagai individu ataupun
masyarakat.8
Sebagai salah satunya yaitu Mujahadah Sholawat Wahidiyah di Desa Pungkalan.
Pengertian secara khusus Mujahadah Wahidiyah adalah pengamalan sholawat wahidiyah atau
bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif
sholawat wahidiyah sebagai penghormatan kepada Rosululloh dan sekaligus merupakan do’a
permohonan kepada Allah, bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala
bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluk ciptaan Allah.9
Sholawat Wahidiyah ini boleh diamalkan oleh siapa saja, laki-laki, perempuan, tua, muda,
dari golongan dan bangsa manapun dan tidak pandang bulu.
Cara pengamalan sholawat wahidiyah, diamalkan selama empat puluh hari berturut-
turut. Setiap hari paling sedikit menurut bilangan yang tertulis di belakangnya dalam sekali
duduk boleh pagi, sore atau malam hari. Boleh juga selama tujuh hari berturut-turut, namun
bilangan nya diperbanyak menjadi sepuluh kali lipat. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri,
akan tetapi berjamaah bersama keluarga dan masyarakat sekampung (agak gimana gt kalo
sekampung, coba cari kata yg sinonim dengan ini) sangat dianjurkan. Wanita yang sedang
udzur bulanan (udzur bulanan coba diganti jadi halangan, atau cari Bahasa bakunya dari haid)
cukup membaca sholawatnya saja tanpa membaca fatihah (surah al-Fatihah). Adapun bacaan
Fafirru Ilallah dan Waqul…. Boleh dibaca, sebab di sini dimaksudkan sebagai do’a.
mengamalkan (setelah titik, huruf harus besar) harus dengan niat semata-mata beribadah
kepada Allah dengan iklas tanpa pamrih suatu apapun. Harus sungguh-sungguh mulus, ikhlas
8
Muhammad Ali, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Living Hadist”, Journal of Qur’an and
Hadith Studies, Vol. 4, No. 2, 2015, hlm. 154.
9
Muhammad Ruhan Sanusi, Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Sholawat Wahidiyah, Dewan
Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah: 2009, hlm. 2.

3
Karena Allah (Lillah) (miring okee), disamping niat beribadah, lillah juga diniatkan untuk
mengikuti tuntunan Rosululloh (Lirrosul) dan niat mengikuti bimbingan Ghoutsu Haadzaz-
Zaman (Lilghouts), jadi tiga niat dilaksanakan yaitu lillah, lirrosul, lilghouts.10
Di samping melakukan tiga niat tersebut kita merasa dapat melakukan ini semua
karena pertolongan Allah, karena digerakkan oleh Allah (Billah). Di samping merasa billah,
juga bisa merasa Birrosul. Artinya merasa bahwa diri kita ini senantiasa menerima jasa dari
Rosululloh (liat KBBI yg benar gimana). Selanjutnya setelah merasa Billah dan Birrosul
supaya bisa merasakan Bilghouts, yang artinya merasa bahwa kita memperoleh jasa-jasa baik
dari Ghoutsu Haadzaz-Zaman, terutama jasa moril antara lain berupa dukungan moril dan
do’a restu dari beliau, khususnya di dalam kita berdo’a kepada Allah. 11 Kemudian Fafirru
Ilallah (Miring) yang artinya larilah kembali kepada Allah, kalimat Fafirru Illallah dan Waqul
jaa-al Haqqu pada saat berjamaah di baca bersama-sama dengan dipimpin oleh imam dan
diikuti oleh makmum. Kalimat Fafirru Ilallah supaya bisa merasa dirinya sendiri ikut serta
atau termasuk di dalam ajakankanya (kurang ‘n’) dengan maksud getaran hati yang kuat.
Untuk kalimat Waqul jaa-al Haqqu yang di maksudkan yaitu memohon semoga perbuatan
dan akhlak-akhlak (liat KBBI) yang jahat yang merugikan umat dan masyarakat segera
diganti oleh Allah dengan akhlak yang baik, membuahkan manfaat dan menguntungkan
umat, masyarakat yang di ridhoi Allah Warosulihi. (mending Allah dan Rasulnya)
Apabila pengamalan sholawat wahidiyah dijalankan secara berjamaah kemudian
situasi mengizinkan, sesudah membaca surat fatihah (surah al-Fatihah ya) yang terakhir
semua jamaah diajak sekali lagi mengadakan Nidak/panggilan FAFIRRU ILALLAH (gausah
Caps keknya wkwk) dengan berdiri menghadap ke empat penjuru: arah (keempat penjuru
arah: barat, utara, timur dan selatan. Cara ini antara lain mengikuti apa yang pernah dilakukan
oleh Nabiyulloh Ibrahim (‘Nabi Ibrahim as’ Liat KBBI), katika (typo beb) baru selesai
membangun ka’bah (Liat KBBI ya). Beliau juga berdiri ke empat (keempat) penjuru untuk
memanggil umat dan masyarakat agar mendatangi ka’bah (ber-hajji dan umroh). {haji dan
umroh aja biasa}12
Mujahadah Sholawat Wahidiyah merupakan salah satu tradisi jamaah desa Pungkalan
yang dilakukan, dan diikuti oleh jamaah secara rutin setiap hari yaitu yang disebut dengan
mujahadah yaumiyah di laksanakan setelah sholat wajib sebagai wirid dan dzikir di masjid.
Kemudian untuk mujahadah usbu’iyah dilakukan dalam seminggu sekali yang di laksanakan
10
Muhammad Ruhan Sanusi, Kuliah Wahidiyah, Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah:
2010, hlm. 15-16.
11
Ibid., hlm. 17.
12
Ibid., hlm. 27-28.

4
di rumah jamaah secara bergiliran dan bergantian. Sebenarnya pengamalan sholawat
wahidiyah di dalam mujahadah ada beberapa tingkatan-tingkatan mujahadah dan proses yang
berbeda-beda untuk melakukan mujahadah sholawat wahidiyah tersebut. Rutinan pengamalan
sholawat wahidiyah berawal dari Bpk yai Fathurrohman sebagai ketua majelis pengamal
sholawat wahidiyah di desa Pungkalan, beliau juga berusaha mengamalkan ijazah dan
menjalankan wasiat yang diberikan oleh gurunya untuk menyebar luaskan (coba di cek di
internet ini dipisah apa digabung) amalan berupa mujahadah sholawat wahidiyah.13
Inti dari sholawat wahidiyah yaitu sholawat yang di campur (liat di KBBI dipisah apa
digabung kata tsb, trs kalo bisa cari sinonim dr kata tsb ya biar agak enakan wkkw) dengan
doa-doa yang mentauhidkan kepada Allah swt. Nah pengamalan sholawat wahidiyah yaitu
Almujahadatu Miftahul Hidayah (gausah caps setiap kata awalnya) jadi mujahadah itu
sebagai kuncinya dari hidayah. Tujuan dari pada (dari aja) mujahadah (adalah/ yaitu) supaya
hati seseorang bersih dan mendoakan bangsa Negara ini menjadi bangsa yang senantisa
bersatu menjadi bangsa yang aman, damai, dan sejahterah (eits KBBI gimana). Visi dari
sholawat wahidiyah memberikan kedamaian dan keslamatan (keselamatan) kepada manusia
dunia atau akhirat. Kemudian Sholawat wahidiyah memiliki ajaran lillah-billah, lirrosul-
birrosul, lilghouts-bilghouts, dan yuktii kulla dzii haqqin haqqoh.14
Sepanjang pengetahuan saya hanya di lakukan oleh Fathurrohman mengenai sholawat
wahidiyah di Desa Margasari kecamatan sidareja kabupaten Cilacap dengan amalan sholawat
wahidiyahnya. (agak belibet, coba di rincikan lagi) Sholawat wahidiyah merupakan sebuah
amalan yang menurut pengikutnya diperbolehkan bagi siapa saja, baik laki-laki, perempuan,
tua, muda dari golongan dan bangsa manapun juga, tidak pandang bulu (inget dihapus kata
mas arman). Dalam keadaanya, selain sholawat wahidiyah secara rutin diamalkan setiap
ba’da (liat KBBI) (setelah) sholat lima waktu, namun pada saat-saat tertentu mereka juga
mengadakan mujahadah bersama. Kegiatan bernuansa agama tadi adalah fenomena lain yang
di maksudkan untuk memperkuat dan memperjelas sikap religius sebagian masyarakat
muslim.15
Hal yang menarik dari amalan sholawat wahidiyah adalah adanya bacaan sholawat
yang dilakukan secara bersama dengan dipimpin oleh seorang imam. Dalam wirid tersebut
para pengamal sholawat wahidiyah merasa bersalah atupun dosa kepada Allah swt, sehingga
13
Kurniawan Hidayat, “Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an Dalam Tradisi Mujahadah Minggu Kliwon”,
Skripsi, 2017, hlm. 3.
14
Ahmad Dardiri, wawancara 23 November, 2020.
15
Fathurrohman, “Sholawat Wahidiyah Di Desa Margasari Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap”,
Skripsi, 2011, hlm. 2-3.

5
terjadilah tangis-tangisan kesedihan sebagai ungkapan pengakuan dan penyadaran atas dosa-
dosa yang telah di lakukan. Kemudian penelitian ini akan mengkaji pengaruh dan tradisi
mujahadah sholawat wahidiyah di desa pungkalan dengan tema, “korelasi ayat fafirru ilallah
dalam Q.S. az-Zariyat: 50 dengan mujahadah sholawat wahidiyah di desa pungkalan
kecamatan suoh (kajian living Qur’an).

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil pokok-pokok rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh dan tradisi mujahadah sholawat wahidiyah dimasyarakat
(dipisah ya) desa pungkalan?
2. Mengapa di dalam mujahadah sholawat wahidiyah menggunakan ayat fafirru ilallah
untuk berdzikir?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh dan tradisi mujahadah sholawat
wahidiyah dimasyarakat desa pungkalan.
2. Untuk mengetahui kenapa ayat fafirru ilallah yang di gunakan untuk berdzikir di
dalam mujahadah sholawat wahidiyah.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara garis besar, sebagai berikut: (belum rapih semua
paragrafnya)
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka dikursus
(wawasan kajian mending gt) Living Qur’an, sehingga diharapkan bisa berguna
terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosio-kultural masyarakat muslim
dalam memperlakukan, memanfaatkan atau menggunakan al-Qur’an.
2. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Khususnya bagi para pengamal
sholawat wahidiyah di desa pungkalan agar semakin menumbuhkan cinta terhadap al-
Qur’an.

Telaah Pustaka
6
Telaah pustaka ini penting dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui posisi karyanya
terhadap karya-karya yang telah ada sebelumnya. Dalam telaah pustaka ini, penulis akan
mendeskripsikan beberapa sumber maupun literatur yang ada kaitannya dengan korelasi ayat
al-Qur’an dalam mujahadah dan kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan berkenaan
dengan living Qur’an.
*Skripsi karya Kurniawan Hidayat dengan judul “pembacaan ayat-ayat al-Qur’an
dalam Tradisi Mujahadah Minggu Kliwon” (studi living Qur’an di jama’ah pengajian dan
pendidikan Islam JPPI minhajul muslim sleman, Yogyakarta). Skripsi mengungkapkan
makna pembacaan al-Qur’an dalam mujahadah minggu kliwon. Selain itu penulis
menggunakan kajian living Qur’an dan memakai teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim
sebagai sudut pandang penulis dalam menganalisi pemaknaan praktik pembacaan al-Qur’an
dalam mujahadah minggu kliwon di JPPI Minhajul Muslim Depok, Sleman, Yogyakarta.16
*Skripsi yang ditulis oleh Rochmah Nur Azizah yang berjudul “Tradisi Pembacaan
Surat al-Fatihah dan al-Baqarah (kajian living Qur’an di PPTQ ‘Aisyiyah, Ponorogo)”.
Dalam skripsinya peneliti menjelaskan bahwa tradisi pembacaan surat al-Fatihah dan surat al-
Baqarah tersebut dilakukan 1 pekan 1 kali dengan bertilawah yang dilantunkan secara
berjamaah, mengenai pelaksanaanya dimulai dengan membaca surat al-Fatihah, kemudian
berdo’a untuk kedua orang tua, membaca do’a Nabi Musa, do’a bertilawah dan di tutup
dengan membaca ayat dalam surat al-Baqarah.17
*Skripsi yang ditulis oleh Riana Safitri dengan judul “Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an
dalam Praktik Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin di Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an
Dadapayam, Suruh, Kabupaten Semarang. (kajian living Qur’an)”. Dalam skripsinya peneliti
menjelaskan dalam praktik mujahadahnya yaitu menggunakan beberapa ayat yang ada di
dalam al-Qur’an salah satunya yaitu surat al-Fatihah sebagi Tawasul. Pembacaan potongan
surat al-Anbiya ayat 87 sebanyak 100 kali, surat al-Fatihah sebanyak 7 kali, potongan surat
al-Baqarah ayat 225 sebanyak 7 kali, dan masih banyak lagi ayat al-Qur’an yang dibaca
dalam praktik mujahadah Nihadlul Mustaghfirin yang tidak ditemukan dalam mujahadah
lain. Kemudian dalam pelaksanaan praktik mujahadah dilakukan setelah shalat hajat 2 raka’at

16
Kurniawan Hidayat, “Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam Tradisi Mujahadah Minggu Kliwon
(Studi living Qur’an di Jama’ah Pengajian dan Pendidikan Islam JPPI Minhajul Muslim Sleman, Yogyakarta)”,
Skripsi, fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. 2017.
17
Rochmah Nur Azizah, “Tradisi Pembacaan Surat al-Fatihah dan al-Baqarah (kajian living Qur’an di
PPTQ ‘Aisyiyah, Ponorogo)”. Skripsi, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
STAIN Ponorogo. 2016.

7
berjama’ah, dan bagian penutup setelah doa para jama’ah kemudian bersalaman dan
membaca sholawat allahumma sholli ‘ala Muhammad yaa robbi sholli ‘alaihi wa sallim.18
M. Ofik Taufikur Rohman Firdaus, dalam skripsinya yang berjudul “Tradisi
Mujahadah Pembacaan al-Qur’an Sebagai Wirid di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-
Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon, dalam skripsi tersebut peneliti menjelaskan bahwa
tradisi mujahadah pembacaan al-Qur’an sebagai wirid dilaksanakan setiap senin malam
setelah sholat maghrib dimana setiap santri membaca 1 juz al-Qur’an, dan dilanjutkan
membaca 1 ayat dari surat al-Baqarah ayat 255, membaca beberapa al-asma’ al-Husna,
kemudian ditutup dengan do’a. mengungkap dari tradisi mujahadah tersebut bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt.19
Itulah beberapa karya literatur yang pernah mengkaji penelitian mengenai living
Qur’an berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an yang digunakan dalam mujahadah. Namun
permasalahan yang diangkat dari penelitian di atas, tentunya memiliki perbedaan dan
persamaan satu sama lain, sama halnya dengan penelitian ini, memiliki persamaan dalam
mengangkat pembahasan tentang studi living Qur’an dalam praktik mujahadah. Adapun
perbedaanya penelitian ini fokus pada korelasi ayat dalam al-Qur’an dengan mujahadah
sholawat wahidiyah yang dijadikan rutinan Desa Pungkalan Kec. Suoh setiap malam minggu.

Catatan lain:
1. Itu yang ada komen disamping belum aku cuplik semua, tapi itu garis besarnya aja.
Nanti tinggal kamu yang meriksa ulang. Dicari titik-titiknya sendiri yaaaaa terus
diperbaiki
2. Usahakan menulis dalam bentuk narasi bukan definitif
3. Perkaya referensi, jangan hanya dari jurnal yaaaaaa
4. Usahakan menulis yang ndak bertele-tele yaaaa. Kalau bisa sederhana, singkat, padat,
jelas, kenapa tidak?
5. Biasakan kalau nulis sambil buka kamus kbbi yaa
6. Biasakan ngecek di panduan menulis yang punya staispa itu yaa
7. Perhatikan huruf besar kecil, titik, koma jugaaa

18
Riana Safitri, “Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam Praktik Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin di
Pondok Pesantren Roudhotul Qur’an Dadapayam, Suruh, Kabupaten Semarang. (kajian living Qur’an)”. Skripsi,
fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. 2020.
19
M.Ofik Taufikur Rohman Firdaus,“Tradisi Mujahadah Pembacaan Al-Qur’an Sebagai Wirid di Pondok
Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Babakan Ciwaringin Cirebon”. Jurnal Diya al-Afkar Vol.4 No.01 Juni 2016 .

8
8. Dahlah segitu dulu ajaaa, sudah ngantuk, mau istirahat. Bye! Selamat berproses!

Anda mungkin juga menyukai