Anda di halaman 1dari 18

PENAFSIRAN AYAT DAKWAH TERHADAP AHLI KITAB

(SURAH ALI IMRAN AYAT 64)

OLEH :
NURFAIKA ASRI (30356122015)

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
2023
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Surah Ali Imran ayat 64 merupakan salah satu ayat dalam Al-Quran yang
berbicara tentang penafsiran ayat dakwah terhadap Ahli Kitab. Ayat ini mengandung
pesan penting mengenai strategi dan pendekatan dalam berdialog dengan Ahli Kitab,
yaitu orang-orang yang memeluk agama samawi sebelum kedatangan Nabi
Muhammad SAW, terutama Yahudi dan Nasrani.
Penafsiran ayat dakwah terhadap Ahli Kitab dalam surah Ali Imran ayat 64
memiliki relevansi yang besar dalam konteks hubungan antara umat Islam dengan
Ahli Kitab. Ayat ini memberikan panduan yang jelas dan strategi yang bijaksana
dalam berinteraksi dan menyampaikan ajaran Islam kepada Ahli Kitab.
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang benar dan
pendekatan yang tepat dalam berdialog dan berinteraksi dengan Ahli Kitab. Dengan
penafsiran yang tepat, umat Islam dapat menyampaikan pesan dakwah dengan cara
yang tepat dan efektif kepada Ahli Kitab, dengan harapan agar mereka dapat
menerima kebenaran Islam.
Makalah ini akan mengkaji penafsiran ayat dakwah terhadap Ahli Kitab dalam
surah Ali Imran ayat 64 secara mendalam serta makna dan pesan yang terkandung
dalam ayat ini,

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Ahli Kitab?
b. Bagaimana penafsiran surah Ali Imran Ayat 64 dalam kitab Al-Misbah?
c. Apa saja sifat Ahli Kitab dalam Al-Qur’an?

2
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Ahli Kitab
Secara etimologi, ahli kitab berasal dari dua kata, yaitu kata ahli yang
berasal dari arab dan kata kitab. Kata ”Ahl” adalah kata benda yang berasal dari
kata kerja ”ahila-ya’halu-ahlan”. kata “lafaz ahl kitab” berarti dua kata,yaitu “Ahl”
dan “al-Kitab”. Kata Ahl secara asal-usul memiliki makna yang menyenangkan
atau suka. Kadang juga berart orang yang tinggal Bersama di suatu tempat. Ahl
kitab Adalah orang-orang yang memiliki kitab suci yang diturunkan kepada
mereka melalui wahyu Allah. Di antara mereka ada orang-orang yahudi dna orang-
orang nasrani. Ahlu kitab diberi nama itu karena mereka menerima kitab suci dari
Allah ta’ala.1
Dalam Al-Quran kata ahl tertulis 125 kali. Kata ahl memiliki sangat banyak
versi di dalam Al-Quran. Tetapi, kebanyakan arti kata ahl dipulihkan kembali ke
defenisi bahasanya. Contoh, lafaz ahl yang memperlihatkan gabungan atau
komunitas seperti ahl al-bait QS. Al Ahzab ayat 33 yang terarah ke keluarga Nabi
Muhammad saw. Kata ini juga bisa ditujukan kepada masyarakat, seperti dalam
surah QS. Al-Qasas ayat 45, kemudian kepada keluarga QS. Hud ayat 40.
Kemudian, diperlihatkan kepada pemeluk suatu paham tertentu QS. Al-Baqarah
ayat 105.
Selain itu, lafal al-Kitab secara etimologi artinya menggabungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lainnya, seperti penggabungan kulit binatang yang telah
disamak kemudian menjahitnya. Istilah al-Kitab, juga diartikan sebagai tulisan,
karena Tulisan itu sendiri mempunyai beberapa jumlah rangkaian huruf, istilah
termasuk firman Allah Swt yang diturunkan kepada rasul-Nya yang disebut
sebagai al-Kitab dikarenakan menggabungkan dari beberapa lafaz.

1
Universitas Islam An Nur Lampung,”masih adakah Ahli Kitab sampai saat
ini?”,ARTIKEL,( https://an-nur.ac.id/masih-adakah-ahli-kitab-sampai-saat-ini/), 1 Mei 2021.

3
Pelafalan Al-kitab dalam Al-Quran tertera sebanyak 319 kali. Defenisi dari
al-kitab juga memiliki berbagai macam versi yang dimana mencakup tulisan,
kitab, ketentuan dan kewajiban. pena al-kitab biasanya juga, mempunyai
penegrtian bahwa kitab suci adalah pesan yang Allah kirim kepada para rasul-nya,
baik yang hidup sebelum Nabi Muhammad Saw. Seperti Nabi Musa dan yang
lainnya adalah wahyu yang diberikan kepada nabi Muhammad saw.
Secara sederhana, ahl al kitab berarti ”mereka yang memiliki kitab”. Ini
berarti semua orang yang menganut agama selain Islam yang memiliki ktab suci
mereka sendiri. Keberadaan mereka ini memberikan dasar bagi mereka untuk
mempraktikkan agama mereka dengan bebas. Ahl al-kitab mengacu pada orang-
orang yang mengikuti agama selain Islam karena mereka tidak percaya atau
menentang pesan Nabi.
Dari 31 ayat yang menuturkan terkait ahl al-kitab, ada 4 ayat seperti
memberikan anggapan kepedulian terhadap ahl al-kitab diantaranya QS. Ali Imran
ayat 64, 110, 113 dan 119, dimana surahnya termasuk dalam golongan Madaniyah.
Sementara itu, 27 ayat yang lainnya, berisi pengamatan serta peringatan terhadap
ahl al-kitab. Adapun dari keseluruhan ayat tersebut, ada didalam surah yaitu, Al-
Baqarah, Ali ’Imran, Al-Nisa, Al- Maidah, Al-Ankabut, Al-Ahzab, Al-Hadid, Al-
Hasyr, dan dari kesembilan surah tersebut, Al-Ankabut termasuk ke dalam surah
Makkiyah dan yang lainya termasuk ke dalam surah Madaniyah. 2
Mengikut dari penjelasan diatas bisa dilihat bahwa kata ahl al-kitab lebih
banyak mengandung unsur peringatan dan pengamatan bagi mereka, serta ajakan
kembali untuk beriman. Meskipun demikian, dari banyaknya ayat yang berisi
peringatan kepada mereka, masih terdapat sejumlah kata yang mengelompokkan

2
Hanif Luthfi, Hukum Fiqih Seputar Ahli Kitab, (Jakarta: Rumah Fiqih Publisihing, 2018),
hal. 6

4
akan kebaikan mereka. Untuk itu, kata ahl al-kitab yang ada di dalam Al-Quran
lebih kepada memberikan mereka peringatan untuk kembali beriman.3
Kitab atau Al-Kitab kalau sudah terkenal di Indonesia berarti kitab dalam arti
yang lebih personal, yaitu kitab suci. Dari pengertian di atas jika dihubungkan,
dengan al-kitâb, boleh jadi yang paling sesuai dengan pengertiannya secara
bahasa, adalah orang-orang yang beragama sesuai dengan al-Kitab. Dengan
pernyataan yang berbeda, mereka adalah para pemeluk atau penganut al-Kitab.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang termasuk ahlul
kitab yaitu, yang mengikuti kitab suci selain Al-quran.
Dari pengertian secara etimologi maupun terminology bisa diartikan
bahwa ahli kitab atau ahlu kitab adalah kaum Yahudi dan Nasrani, sebagaimana
disebutkan oleh Imam al Baidhawi dalam menjelaskan Surat Al-Maidah: 5
mengatakan “bahwa ahli kitab termasuk yang diberikan kepada mereka oleh ahli
kitab, yaitu orangYahudi dan Nasrani”.
Meskipun Imam al-Syafi’i memberikan pengertian yang lebih sempit,
pengertian bahwa istilah orang dalam kitab tersebut hanya meliputi orang Yahudi
dan Nasrani Bani Israil, artinya sisapa saja yang memeluk agama Yahudi dan
Nasrani serta keturunan Bani Israil tidak dapat memenuhi syarat sebagai orang
Bani Israil.

2. Penafsiran Surah Ali Imran ayat 64


Al-Quran, kitab suci umat Islam, seharusnya dipahami dengan
memperlakukan orang lain dengan toleransi. Perlu diketahui bahwa ajaran cinta
kasih sangat penting dalam agama-agama samawi yang ada sebelumnya 4. Pada
dasarnya yang tersisa dari Al-quran adalah menyempurnakan dan melanjutkan

3
Muhammad Daffa,”AHLI KITAB DALAM AL-QUR’AN (Perspektif Muhammad
Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar)”,SKRPSI,Institut PTIQ JAKARTA,2022,hlm.42-43.
4
Inheren adalah berhubungan erat (dengan) tidak dapat di ceraikan. Tim Penyusun, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
1988),

5
ajaran agama yang mulia ini. Oleh karena itu, toleransi sebagai nilai kunci dalam
keberagaman umat Islam merupakan salah satu Upaya untuk mempresentasikan
sesuatu yang fundamental dalam Islam.5
Dalam Al-quran, konsep toleransi sangat penting. Al-Quran mengatakan
bahwa perbedaan agama tidak boleh menghentikan persahabatan antara orang-
orang dengan agama yang berbeda. Tuhan membuat bumi untuk semua agama,
tidak hanya satu agama saja. Keberadaan banyak agama berbeda tidak berarti
bahwa Tuhan mengizinkan perbedaan dalam keyakinan agama masing-masing.
Dasar teologis untuk ini dapat ditemukan dalam ayat-ayat suci. dasar teologisnya
apa yang tercantum pada Q.S. Ali’Imran ayat 64:

‫ُقْل ٰٓيَاْهَل اْلِكٰت ِب َتَع اَلْو ا ِاٰل ى َك ِلَم ٍة َس َو ۤا ٍۢء َبْيَنَنا َو َبْيَنُك ْم َااَّل َنْع ُبَد ِااَّل َهّٰللا َو اَل ُنْش ِرَك ِبٖه َش ْئًـا َّو اَل َيَّتِخ َذ َبْع ُضَن َبْعًضا‬
‫َاْر َباًبا ِّم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا ۗ َفِاْن َتَو َّلْو ا َفُقْو ُلوا اْش َهُد ْو ا ِبَاَّنا ُم ْس ِلُم ْو َنا‬
Artinya:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak
kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)".6

Menurut tafsir al-Misbah, ditafsirkan bahwa ayat ini diturunkan ketika


Nabi selesai menghadang kafilah atau utusan Nasrani yang mengajak mereka
masuk Islam. Tidak hanya Kristen tetapi juga Yahudi, ada juga Quraish
Shihab mengatakan dalam penafsirannya ada ulama yang mendefinisikan al-
kitab sebagai semua agama yang ada kitabnya. Beberapa ahli kitab tinggal di
Madinah ataupun daerah yang lain. Untuk orang-orang. Ayat ini ditujukan
pula kepada akhir zaman.

5
Zuhairi Misrawi, Alquran Kitab Toleransi, ( Pustaka OASIS, Jakarta 2010), 205
6
https://qurano.com/id/3-ali-imran/ayat-64/

6
Nabi Muhammad SAW sangat menginginkan umat Nasrani untuk Jika
seseorang menerima agama Islam, Allah menyuruhnya untuk mengajak orang
lain serta semua pengikut Kitab Suci termasuk umat Islam. Pesan ini dibuat
dengan lebih dapat memahami dan bijaksana tanpa keuntungan baginya atau
Islam. Doa Ahl-Kitab adalah cara yang sopan informal, untuk memanggil
orang-orang yang mempercayai kitab suci. Doa tersebut mekui bahwa allah
memberikan manfaat kepada mereka melalui kitab suci, tanpa menyinggung
perubahan yang mereka buat pada kitab suci tersebut. Ajaklah mereka
bersama-sama untuk beribadah kepada Allah dengan benar. Jika mereka
menolak, maka bersaksilah bahwa umat Islam akan menerapkan ajaran sesuai
dengan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim. Agama yang benar dan ketundukan
kepada Tuhan. Namun, kami mengundang Anda untuk menjalankan agama
dan keyakinan Anda, berikan agama Anda dan berikan saya agama saya7.
Dalam Al-quran dan Tafsir, ayat ini memberi perintah kepada Nabi
Muhammad saw untuk mengajak Ahli Kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan
Nasrani, untuk berbicara dengan adil. guna menemukan kesamaan prinsip dari
ajaran ini, bahwa mereka tidak boleh menyembah selain Allah yang memiliki
kekuasaan mutlak yang berkuasa menciptakan syariat dan hak untuk
menghalalkan dan melarangnya, serta menyekutukannya.8
Dalam kitab Al-Qur’an dan Tafsir dijelaskan bahwa ayat ini
mengandung Tauhid Uluhiya untuk Allah yang merupakan keesaan Allah
sebagaimana dalam firman-Nya:‫ األهلال األنعبد‬yang tidak kita sembah selain Allah
hakikat Tauhid Rasulullah saw. Menurut firman-Nya ‫هلال دون من اربابا بعضنا‬
‫ واليتخذ‬dan bahwa kita tidak menjadikan diri kita ilahi. Semua orang setuju
dengan peraturan ini, dan Ibrahim a. s dapat membuktikannya sebagai utusan
7
Ziska Yanti, ” KAJIAN INTERTEKTUALITAS AYAT AHL AL-KITAB DALAM
TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB DENGAN TAFSIR AL-MIZAN KARYA
HUSEIN THATHABA’I”, jurnal El-Maqra Ilmu Al-Qur’an, Hadis dan Teologi, Vol. 2, No. 1, Mei
2022, h.26
8
Dadang Kahmad, Kementerian Agama RI, Alquran dan Tafsir Jil I Juz 1-2-3 (Jakarta:
Lentera Hati, 2010), 524

7
Allah yang membawa agama tauhid, seperti yang terdapat dalam kitab Taurat.
Allah berfirman kepada Nabi Musa., “Sesungguhnya Allah adalah
sembahanmu, tidak ada sesembahanmu selain aku, dan janganlah kamu
membuat patung, atau apapun diatasnya, langit dan bumi, serta apa yang
terdapat di dalam air. Jangan tunduk pada berhala dan gambar dan jangan
menyembah mereka.9
Ada juga menurut penafsiran dalam kitabnya Ahmad Mushthafah Al-
Maragi mengenai surat Ali Imran ayat 64 mengatakan bahwa ayat ini
mengandung tauhid dalam ketuhanan, sebagaimana tertulis dalam firman-Nya
(Alla Na'budu illallah), serta teori tauhid dalam Alkitab. suci, ditulis dengan
kata -Nya (Wa la yattakhizu ba'duna ba'dan araban min dunillah). Obyek ini
telah menyatu dalam semua agama. Nabi Ibrahim telah datang membawa
ajaran tauhid. Nabi Musa juga datang dengan tauhid. Di dalam Taurat
disebutkan mengutip firman Allah, “Sesungguhnya Tuhan adalah Tuhanmu,
jangan ada Tuhan di hadapanku. Jangan menjadikan dirimu patung pahatan,
atau sosok lain. apa saja yang ada di langit dan di bumi, dan juga berupa apa
yang ada di dalam air. Jangan membungkuk dan menyembah mereka.10

Asbabun-Nuzul Surah Ali’ Imran Ayat 64


Saat Nabi saw menyuruh untuk menulis surat kepada Heraklius raja
Romawi, yang mengatakan: Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, Muhammad yang adalah utusan Allah,
menulis pesan kepada Heraklius yang adalah penguasa Kekaisaran Romawi.
Aman bagi yang mengikuti saran shahdan. Masuk Islam, kamu akan selamat.
Masuk Islam Allah akan memberi anda pahala ganda. Namun jika kemudian
9
Lira Sofnita,”DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-
QUR’AN (Analisis Surah Ali’ Imran Ayat 64”,SKRPSI,IAIN Palu,2018,hlm.57-60.
10
Ahmad Mushthafah Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi jilid 3( Mesir: Al-Halabi, 1974), 308-
309

8
mendurhakai dosa orang-orang kecil, dalam melengkapi surat ini Allah
mengirimkan surah Ali Imran ayat 64 lalu ditulis dan kemudian surah ini
dikirimkan kepada Abi Sofyan yang saat itu masih juga seorang musyrik. Abi
Sofyan masuk Islam setelah perjanjian Hudaibiyah membuka kota Mekkah.
Tafsir menurut Muhammad Bin Ishak dan Zuhri, turunnya ayat ini berkaitan
dengan hal-hal yang penting yaitu:
a. Kalimat ini berarti bahwa ayat ini diturunkan dua kali, pertama sebelum
perjanjian Hudaibiyah, dan yang kedua setelah kota Mekkah dikuasai..
b. Sebagian besar ayat-ayat dalam surah Ali 'Imran berbicara tentang orang-
orang Nasrani di kota Najran. Jadi, ayat pertama sampai ayat ke-64 ini ditulis
tentang mereka.
c. Ketika orang-orang Nasrani dari Najran datang bertemu dengan Rasulullah
sebelum perjanjian hudaibiyah terjadi. Artinya, jizyah adalah bentuk
pembayaran harta sebagai tanda perdamaian. Ayat tentang jizyah tersebut
diturunkan setelah Kota Mekah ditaklukkan. Suatu saat, orang-orang Nasrani
dari Najran dan pemimpin-pemimpin Yahudi bertemu dan berdebat di
hadapan Nabi Muhammad saw. Salah satu pemimpin Yahudi mengatakan
"Nabi Ibrahim adalah pengikut agama Nasrani". Karena pertengkaran mereka
itu, Allah swt menurunkan ayat ke-65 sebagai teguran kepada mereka.11

11
Lira Sofnita,”DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Analisis Surah Ali’
Imran Ayat 64”,SKRPSI,IAIN Palu,2018,hlm.64-65.

9
3. Sifat Ahli Kitab dalam Al-Qur’an
l-Quran mengatakan bahwa orang-orang dari ahl al-kitab (orang-orang yang
memiliki kitab suci seperti Alkitab atau Taurat) ada dan diakui. Dalam Al-Quran,
"ahl alkitab" merujuk kepada orang-orang Yahudi dan Kristen secara umum.
Tetapi, ada beberapa ahli penafsiran yang juga menyertakan dukun dan Shabiin
dalam kelompok Musyrikin yang disebutkan oleh Allah dalam Al-quran. Mereka
tidak diizinkan menjadi orang yang sangat baik, jujur, dan adil karena dalam Al-
Quran ada banyak ayat yang mengkritik sikap dan perilaku Ahl al-Kitab yang
dapat menyebabkan perilaku yang buruk.
Hasan Hanafi mengatakan:
Al-Quran adalah kitab suci agama yang berbicara tentang adanya
penyimpangan dan perubahan dari kitab-kitab sebelumnya. Selain itu, Al-quran
juga menceritakan tentang perubahan ajaran, kesalahpahaman ajaran al-Masih,
penempaan perkataan dan wahyu para nabi, permusuhan terhadap bangsa lain,
pembunuhan para nabi, pemberontakan, dan sikap keras kepala yang mereka
miliki. Al-Quran juga mengatakan agar kita tidak bekerja sama dengan orang-
orang yang iri hati, fanatik, dan serakah. Dalam bahasa sehari-hari, terutama
karena sikap mereka yang rasis, egois, dan berlaku tidak adil.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik dan tindakan orang-orang yang termasuk
Ahl-Al-Kitab yang juga termasuk bukti-bukti yang terdapat dalam Al-Qur'an.
a. Memusuhi Umat Islam
Sikap dan perilaku ahl al-kitab yang menjadikan mereka dikecam karena telah
membuat permusuhan terhadap kaum muslimin, berdasarkan QS. Al-Maidah (5)
ayat 82.

Artinya: Orang-orang Yahudi dan orang musyrik diketahui sebagai mereka


yang sangat membenci orang-orang beriman. Dan sesungguhnya,
kamu akan menemukan bahwa yang paling dekat persahabatannya
dengan orang-orang beriman adalah mereka yang mengaku menjadi
orang Nasrani. Hal ini terjadi karena di antara mereka ada orang-

10
orang Nasrani yang menjadi pendeta dan rahib. Mereka juga tidak
sombong.

b. Melampaui Batas dan Berlebih-lebihan


Sikap Ahli Kitab lainnya adalah sikap yang berlebihan da melampaui batas
dalam perbuatannya, seperti menjadikan ‘Uzair sebagai anak dari Allah Swt dan
Nabi Isa as. Diciptakan oleh mereka sebagai Tuhan selain Allah Swt. Adapun
yang dilebih-lebihkan dan dibesar-besarkan, dalam hal ini Allah Swt berfirman
kepada mereka dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 77.
Artinya: Katakan: "Hai orang-orang yang beragama, janganlah melampaui
batas dengan salah dalam agama kamu. " Dan janganlah kamu
mengikuti orang-orang yang telah membuat kesalahan, mereka telah
menyesatkan banyak orang, dan mereka telah keluar dari jalan yang
benar.”

Ahl al-kitab yang memiliki rasa benci dan dengki terhadap umat Islam,
tidak akan ketika melihat keimanan umat Islam. Mereka akan terus berusaha
merusak akidah secara perlahan dengan mempersoalkan akidah yang dianut
umat Islam, yang dapat dilihat dalam firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah
(2) ayat 109:
Artinya: Banyak dari Ahli Kitab ingin membuat kamu kembali menjadi kafir
setelah kamu menjadi beriman, karena mereka iri hati terhadapmu
setelah kebenaran terlihat bagi mereka. Maafkan dan izinkanlah
mereka, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah
maha kuasa atas segala sesuatu.

c. Mengingkari Risalah Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur’an


Penyimpangan Ahli Kitab terhadap kitab sucinya merupakan perbuatan yang
mengundang murka Allah Swt. Yahudi dan Kristen bukanlah satu-satunya yang
menolak kerasulan oposisi juga ketidaktaatan terhadap apa yang dibawa
Muhammad Saw kepadanya, berdasarkan QS. Ali Imran (3) ayat 98 dan QS. Al-
Maidah (5) ayat 59 dan 68:

11
Artinya: “Katakanlah: Hai orang-orang yang memiliki kitab suci, mengapa
kamu tidak percaya pada ayat-ayat Allah, padahal Allah tahu semua
yang kamu lakukan. ".(Q.S Ali Imran ayat 98)

Artinya: “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, apakah kalian menganggap kami salah
karena kita percaya kepada Allah, kepada kitab yang disampaikan
kepada kami, dan kitab yang datang sebelumnya, sedangkan sebagian
besar dari kalian adalah orang-orang yang fasik?”.(Q.S Al-Maidah
ayat 59)

Artinya: “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama


sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan
Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya
apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan
menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari
mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang
yang kafir itu.”(Q.S Al-Maidah ayat 68)

d. Mancampur-adukkan antara yang yang Hak dan Bathil


Sikap tidak terpuji dari orang-orang dalam kitab tersebut, khususnya para
rahib dan Imamnya, didasarkan pada QS. Al-Taubah (9) ayat 34:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman. Dalam komunitas Yahudi dan Nasrani,
sebagian besar orang yang berpendidikan dan para biarawan secara
tidak benar mengambil harta orang lain dan menghalangi manusia
dari mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Allah. Dan kepada
mereka yang menyimpan emas dan perak tetapi tidak memberikan
sedekah pada orang yang membutuhkan, sampaikanlah kepada
mereka bahwa mereka akan menerima hukuman yang sangat
menyakitkan.”

e. Sikap Materialistis
Salah satu tugas penting dari aturan-aturan dalam Islam adalah untuk
memastikan adanya keadilan kepada semua makhluk yang diciptakan oleh
Tuhan. Al-Quran juga mengatakan agar umat Islam harus adil bahkan kepada
orang-orang yang membenci kita. Maksudnya, Al-quran mengajarkan nilai-nilai
penting dalam kehidupan kepada semua orang. Umat Islam disarankan untuk

12
hidup dengan jujur dan merendahkan hati ketika menggunakan kekayaan dan
kenikmatan yang diberikan Allah di dunia ini. Al-Quran juga mengajarkan
pentingnya menyeimbangkan tujuan duniawi dan akhirat. Mengutamakan hidup
di dunia tanpa memikirkan tentang kehidupan setelah mati adalah sikap yang
tidak baik dan banyak yang mengkritiknya. Orang-orang seperti ini lebih
menghargai harta benda daripada hal-hal yang berhubungan dengan spiritual.
Allah Swt berfirman dalam QS Al-A’la (87) ayat 16-17:

Artinya: “Akan tetapi kalian mementingkan (mendahulukan) kehidupan dunia,


padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”

Sikap materialistik seperti itu adalah salah satu tanda bahwa seseorang adalah Ahl al-
Kitab karena mereka sangat ingin memiliki sesuatu hingga melanggar aturan demi
mendapatkannya. Para rahib dan pendeta melanggar aturan-aturan suci agama.
sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Taubah (9) ayat 34:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari


orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.”

Hassan Hanafi said, "Ketika Nabi Isa as Mereka datang dan membuat kekacauan.
Sebagai tanggapan atas sikap berlebihan yang mengutamakan materi, muncul gerakan
spiritualitas. Gerakan ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara hukum
dan cinta, kebencian dan kasih sayang, hukuman dan pengampunan, serta pembalasan
dan pemberian maaf.

13
f. Tidak Mensyukuri Nikmat
llah in Al-Quran mengkritik orang-orang yang tidak bersyukur kepada-Nya
dan bahkan sombong dan menolak ajaran para nabi dan rasul Allah
menyampaikan banyak nasihat dan undangan kepada umat melalui kitab tersebut,
tetapi mereka tidak mengikutinya seperti yang Allah katakan dalam Surah
tersebut Ibrahim (14) ayat 6:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah
nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun
dan) pengikutpengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa
yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu,
membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang
demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu."

Karunia dan nikmat lain yang diberikan Allah Swt kepada Ahli Kitab adalah
kelebihan yang dia berikan kepada mereka atas bangsa-bangsa lain. Karena firman
Allah Swt menunjukkan mereka telah diberkahi, yaitu QS. Al-Baqarah (2) ayat 47
dan 122:

Artinya: “Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan
kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan
kamu atas segala umat.” Atas pengingkaran terhadap nikmat-nikmat
inilah, maka mereka dikutuk mendapatkan kehinaan dan
kesengsaraan di muka bumi ini, terlebih lagi di akhirat.

g. Melanggar Janji
Kebiasaan lain yang menjadi sikap dan karakter Ahl al-kitab adalah suka
mengingkari janji yang telah dibuatnya, terutama kepada Allah Swt, Rasul dan
umat-Nya. Mereka membuat perjanjian dengan Allah Swt bahwa mereka hanya
akan beribadah kepada Allah Swt, namun mereka mengingkari janji itu. Dalam Al-
quran setidaknya terdapat enam ayat yang menjelaskan bagaimana manusia
melanggar dan merusak sertamerusak janji yang telah mereka buat sendiri, yaitu:

14
QS. An-Nahl (16): 91 dan 92, QS. Al-Baqarah (2): 27, QS. Al-Anfal (8): 58, Dan
QS. Ar-Ra’d (13): 20 dan 25.

h. Sikap Munafik
Diantara keburukan yang ditampilkan oleh orang-orang di dalam kitab, yang
dikutuk oleh Al-quran, ada kemunafikan yang tersembunyi didalamnya.
Kebohongan ynag mereka tampilkan didepan umat Islam dapat menipu dan
menjauhkan umat Islam dari Iman mereka, dan inila yang mereka harapkan dari
Tindakan dan niat tercela mereka. Sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Hasyr
(59) ayat 11:

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang


berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli
kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar
bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada
siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti
kami akan membantu kamu". Dan Allah menyaksikan bahwa
Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.”

Pada dasarnya orang-orang ahl al-kitab mengenal dan mengetahui ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw adalah pelajaran yang sebenarnya. Namun, karena
kemunafikannyayang sangat tinggi, mereka tidak mau mengikuti ajaran-Nya, padahal
mereka tampak sebagai orang yang taat dan mau menerima dan mengikuti-Nya,
padahal mereka menyuruh orang lain untuk taat dan taat kepadanya. Yaitu Nabi
Muhammad saw. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Baqarah (2): 44:

Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang


kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca
Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir.”

Pada ayat di atas, dikatakan bahwa orang-orang Yahudi di Madinah meminta keluarga
mereka yang telah masuk Islam untuk tetap berpegang teguh pada agama Islam dan

15
melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw. Karena apa yang
diperintahkan itu adalah yang benar. Namun, mereka tidak mau melakukannya.12

12
Muhammad Daffa,”AHLI KITAB DALAM AL-QUR’AN (Perspektif Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir
Al-Manar)”,SKRPSI,Institut PTIQ JAKARTA,2022,hlm.43-49.

16
KESIMPULAN
Dalam pembahasan tentang pengertian ahli kitab, penafsiran Surah Ali
Imran ayat 64 dalam Kitab Al-Misbah, dan sifat Ahli Kitab dalam Al-Qur’an
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Ahli Kitab merujuk kepada orang-orang yang memeluk agama samawi
sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, terutama Yahudi dan Nasrani.
Surah Ali Imran ayat 64 merupakan ayat penting yang berbicara tentang
penafsiran ayat dakwah terhadap Ahli Kitab. Kitab Al-Misbah memberikan
penafsiran yang menyatakan bahwa umat Islam harus mengedepankan
pendekatan yang baik, bijaksana, dan ramah dalam berinteraksi dengan Ahli
Kitab, dengan tujuan untuk memperkuat hubungan antaragama dan
menyebarkan ajaran Islam dengan baik.
Al-Qur’an memberikan gambaran tentang sifat-sifat Ahli Kitab yang
terkandung dalam berbagai ayatnya. Beberapa ayat menyoroti kebaikan dan
kebenaran yang terdapat dalam Ahli Kitab, namun terdapat juga
penggambaran kesesatan, penolakan dan sikap tidak adil dari Sebagian Ahli
Kitab.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mushthafah Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi jilid 3( Mesir: Al-Halabi, 1974)
https://qurano.com/id/3-ali-imran/ayat-64/
Kahmad Dadang, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000)Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsir Jil I Juz 1-2-3
(Jakarta: Lentera Hati, 2010),
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengertian inheren
Lira S.2018.Ushuluddin Adab dan Dakwah.SKRPSI. DIALOG ANTAR UMAT
BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (ANALISIS
SURAH ALI ‘IMRAN
Madji N. 1998. Lintas Agama. Jakarta: Paramadina.
Miswari Z. 2010. OASIS Al-quran Toleransi Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil
Alamin: Jakarta
Muhammad D. 2022. Ushuluddin.SKRIPSI. AHLI KITAB DALAM AL-QURAN
(PERSPEKTIF MUHAMMAD RASYID RIDHA DALAM TAFSIR
AL-MANAR), Institut Perguruan Tinggi Jakarta: Jakarta.
Universitas Islam An Nur Lampung ,https://an-nur.ac.id/masih-adakah-ahli-kitab-
sampai-saat-ini/, diakses pada 1 Mei 2021.
Yanti Z. 2022. Jurnal El-Maqra Ilmu Al-Qur’an, Hadis dan Teologi, Vol. 2, No. 1,
Kajian Intertektualitas Ayat Ahl Al-Kitab Dalam Tafsir Al-Misbah
Karya Quraish Shihab Dengan Tafsir Al-Mizan Karya Husein
Thathaba’i.

18

Anda mungkin juga menyukai