Anda di halaman 1dari 21

PENGGUNAAN SURAT AL-FATIHAH SEBAGAI MEDIA

PENGOBATAN
(Studi Living Qur’an dalam Pengajian rutinan Ahad pagi di desa Hulubanteng
Lor kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon)

Abdul Fatah Syafi’i


Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email:
Didi Junaedi
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email:
Fuad Nawawi
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Ilmu Alquran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email:

ABSTRAK

Kajian Alquran yang terus mengalami perkembangan dari awal


mulanya hanya berfokus pada kajian teks saja, kini mulai banyak muncul
kajian Alquran yang objek kajiannya adalah masyarakat. Atau sering kita
dengar dengan istilah Living Qur’an, yaitu fungsi dan makna Alquran yang
riil dialami dan dipahami oleh masyarakat muslim. Pengajian rutin Ahad pagi
merupakan salah satu bentuk fenomena living Qur’an di mana terdapat suatu
kebiasaan membaca surat Al-Fatihah sebanyak tujuh kali sebelum pengajian
dimulai. Hal ini yang memberikan keunikan dan ciri khas tersendiri karena
tradisi tersebut sudah turun temurun.
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang diperoleh langsung dari sumber
yang berkaitan dengan penelitian, dalam hal ini informan terdiri dari pihak-
pihak di lingkup Pengajian rutin Ahad pagi di desa Hulubanteng Lor.

1
Dasar pelaksanaan pembacaan surat Al-Fatihah ini adalah
melaksanakan amanah dari Kyai Ahmad untuk meneruskan perjuangan
dakwahnya dalam pengajian rutin mingguan tersebut. Melihat zaman yang
serba sibuk dengan hal keduniawian sampai lupa dengan alam akherat, sulit
bersilaturahmi, malas untuk membaca Alquran. Alasan pembacaan surat Al-
Fatihah karena mudah dihafal oleh masyarakat hampir semua kalangan bisa
untuk dan juga banyak manfaat bagi yang membaca surat Al-Fatihah
diantaranya sebagai media pengobatan sebagaimana dilakukan oleh KH.
Abdul Shomad ini. resepsi interpretasi dalam pembacaan surat Al-Fatihah
sebuah inisiatif mengikuti tradisi yang pernah dilakukan oleh ulama-ulama
terdahulu untuk mengembangkan dakwah dan juga sebagai bentuk
pengabdian terhadap orang tuanya atas mandat yang telah diberikan kepada
KH. Abdul Shomad. Sedangkan resepsi fungsionalnya yaitu alternative
pengobatan selain menggunakan metode medis dan kedokteran, mengeratkan
tali silaturahmi, membiasakan diri membaca Alquran.

Kata kunci: Pengobatan, Living Qur’an, Pengajian rutinan Ahad Pagi


SISTEMATIKA
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam menyusun dan memahami
penelitian ini secara sistematis, maka peneliti menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut
Bab I berisikan Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah
pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika penulisan dan
daftar pustaka.
Bab II berisikan Tinjauan Umum Living Qur’an dan Surat Al-Fatihah,
bab ini menjelaskan tentang kajian teoritik living Qur’an, resepsi dan
gambaran umum surat Al-Fatihah.
Bab III berisikan Gambaran Umum mengenai Pengajian rutin Ahad
pagi di desa Hulubanteng Lor kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon,
bab ini menjelaskan sejarah berdirinya pengajian rutin Ahad pagi dan juga
profil desa Hulubanteng Lor yang meliputi kondisi ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
Bab IV berisikan analisis terhadap Praktik pembacaan Surat Al-
Fatihah dalam Pengajian rutin mingguan di desa Hulubanteng Lor
kecamatan Pabuaran kabupaten Cirebon, bab ini menjelaskan waktu dan
tempat pelaksanaan tradisi pembacaan surat Al-Fatihah, pemaknaan KH.
Abdul Shomad terhadap pembacaan surat Al-Fatihah dan praktiknya
dalam pengajian rutin mingguan dan resepsi jamaah pengajian rutin

2
mingguan terhadap pembacaan surat Al-Fatihah sebagai media
pengobatan.
Bab V berisikan Penutup, bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran-saran konstruktif yang diperlukan.
PENDAHULUAN

Ditinjau dari segi bahasa, living Quran adalah gabungan dari dua
kata yang berbeda, yaitu living, dan Quran. Kata living sendiri berasal
dari bahas Inggris yang memiliki makna ganda, yaitu “yang hidup” dan
“menghidupkan”. Sehingga memunculkan dua term yang, yakni the living
Quran yang berarti Alquran yang hidup dan living the Quran yang
memiliki makna menghidupkan Alquran.1
Studi Alquran sebagai sebuah upaya sistematis terhadap hal-hal
yang terkait langsung atau tidak langsung dengan Alquran pada dasarnya
sudah dimulai sejak zaman Rasul. Hanya saja pada tahap awalnya semua
cabang „ulūm Alquran dimulai dari praktek yang dilakukan generasi awal
terhadap Alquran, sebagai wujud penghargaan dan ketaatan pengabdian.
‘Ilmu Qirā’at, rasm al-Qur’ān, tafsīr al-Qur’ān, asbāb al-Nuzūl dan
sebagainya dimulai dari praktek generasi pertama Alquran. 2
Dengan demikian, Living Qur’an bermula dari fenomena Alquran
in Everiday Life dimana makna dan fungsi Alquran yang riil dipahami
dan dialami masyarakat muslim sebelum menjadi objek studi bagi ilmu-
ilmu Alquran konvensional (klasik) bahwa fenomena ini sebenarnya
sudah ada embrionya sejak masa yang paling dini, dalam sejarah islam
adalah benar adanya. Akan tetapi, bagi dunia muslim yang saat itu belum
terkontaminasi oleh berbagai pendekatan ilmu sosial yang merupakan
produk dunia barat dimensi sosial kultural yang membayang-bayangi
kehadiran Alquran tampak tidak dapat porsi sebagai objek studi 3
Resepsi sosial terhadap Alquran dapat kita temui dalam kehidupan
sehari-hari seperti halnya pembacaan surat atau pembacaan surat tertentu
pada acara keagamaan tertentu Teks Alquran yang hidup di Masyarakat
itulah merupakan living Qur’an. Living Qur’an yang sebenarnya ialah
1
Ahmad Ubaydi Hasbillah, “Living Qur’an-Hadist Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi”, (Tangerang : Maktabah Darus-sunnah,2019) hal. 20
2
Dosen Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga, Metodologi Penelitian Qur’an dan
Hadits, hal. 5
3
Dosen Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga, Metodologi Penelitian Qur’an dan
Hadits, hal. 5-6

3
Fenomena tempat Alquran “hidup” dalam masyarakat yang berarti
sesuatu yang terjadi satu kali dalam sejarah dan tidak akan berulang lagi.
Adapun yang dimaksud dengan fenomena itu sendiri ialah sesuatu
yang terbuka dalam waktu atau priode saat event itu terjadi yang
menandai keunikan peristiwa itu terjadi. Dalam istilah living Qur’an ini
akan mengungkapkan fenomena (isi sebuah kejadian) yang terkait
dengan Alquran. Jika disepakati oleh para ulama tafsir maka akan
mengganti nama dengan sebutan Living Fenomena Alquran4

PEMBAHASAN

A. Penelitian Terdahulu
Berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka perlu
dicantumkan penelitian-penelitian sebelumnya terkait judul yang diajukan,
baik mengenai Alquran sebagai alat penyembuhan atau pengobatan dan
tolak bala. Hal itu, agar penelitian ini menjadi penelitian baru dan ilmiah
serta menambah wawasan bagi pembacanya.
Skripsi Didik Andriawan pada tahun 2013 yang berjudul, “penggunaan
ayat-ayat Alquran sebagai pengobatan. Studi Living Qur’an pada praktik
pengobatan Dr. KH. Komari Saifullah, pesantren Sunan Kalijaga, Desa
Pakuncen, kec. Patianworo, kab. Nganjuk“ skripsi tersebut menjelaskan
tentang tata cara pengobatan yang dilakukan oleh tabiba Komari Saifullah
dan ayat-ayat apa saja yang digunakan dalam pengobatan tersebut, dan
secara matematik berjumlah kurang lebih 11 ayat. Skripsi ini juga
menjelaskan analisis hubungan hermeneutik antara ayat dengan penyakit
yang secara spesifik memiliki hubungan ada 8 ayat, secara konotatif ada 10
ayat dan yang tidak memiliki hubungan hermeneutik ada 46 ayat.5
Skripsi karya Abdul Hadi tahun 2015 yang berjudul “Bacaan ayat
Alquran sebagai pengobatan (Studi living Qur’an pada praktik pengobatan
di Ds. Keben Kec. Turi Kab. Lamongan Jawa Timur)”. Skripsi tersebut
menjelaskan hubungan bacaan ayat-ayat Alquran terhadap praktik
pengobatan serta menjelaskan pemaknaan Kiai Abdul Fatah terhadap
penggunaan ayat-ayat Alquran dalam praktik pengobatan.6
4
Dadan Rusman, “Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir“ (Bandung: Pustaka
Setia, 2013) hal. 291-292.
5
Didik Andriawan, “Penggunaan Ayat-ayat Alquran sebagai Pengobatan: Studi
Living Qur’an pada praktik pengobatan Dr. KH. Komari Saifullah, pesantren Sunan
Kalijaga, Desa Pakuncen, kec. Patianworo, kab. Nganjuk.” skripsi (Yogyakarta,
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)
6
Abdul Hadi, “Bacaan ayat Alquran sebagai pengobatan (Studi living Qur’an
pada praktik pengobatan di Ds. Keben Kec. Turi Kab. Lamongan Jawa Timur)” skripsi
(Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015)

4
Ketiga, skripsi Aida Hidayah pada tahun 2011 yang berjudul
“Penggunaan Ayat-ayat Alquran Sebagai Metode Pengobatan Bagi Penyakit
Jasmani studi living Qur’an di kabupaten Demak Jawa Tengah “ skripsi
tersebut mengungkap tentang pertama, penggunaan ayat Alquran untuk
pengobatan jasmani di Demak yang dilakukan secara Variatif. Dan yang
kedua, pengaruh tentang spiritualitas tergantung dari partisipasi pasien.7
Dalam tulisannya Isrianas pada tahun 2019 yang berjudul “Penggunaan
ayat-ayat Alquran dalam pengobatan di kelurahan Sungai Bengkal
kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo (Studi Living Qur’an)” skripsi tersebut
mengungkap tentang penggunaan ayat Alquran untuk pengobatan di
kelurahan Sungai Bengkal yang dilakukan secara dua macam. Secara tenaga
kesehatan dan doa-doa.8
Dari beberapa literatur yang telah dipaparkan diatas, peneliti akan
meneliti tentang pembacaan surat Al-Fatihah sebagai pengobatan yang
dipraktikkan oleh jamaah pengajian mingguan di desa Hulubanteng Lor.
Sebab ada beberapa hal yang membedakan tema yang akan peneliti kaji
dengan penelitian yang sudah peneliti paparkan di atas. Diantaranya adalah
obyek penelitian yang mayoritas dilakukan di Pesantren ataupun di tempat
praktisi ataupun tokoh yang membuka praktik pengobatan menggunakan
ayat-ayat Alquran. Sedangkan penelitian ini terletak di pengajian rutin
mingguan di desa Hulubanteng Lor yang belum banyak dibahas di dalam
penelitian-penelitian sebelumnya.

B. Landasan Teori
1. Living Qur’an
Dalam hal ini ada beberapa makna dari ungkapan Living Qur’an
diantaranya yaitu : Pertama, living Qur’an memiliki makna sosok Nabi
Muhammad Saw, karena umat Islam meyakini bahwa akhlak Nabi
Muhammad Saw adalah Alquran dan pada sosok diri Nabi Muhammad
terdapat contoh yang baik. Hal tersebut diperkuat dengan hadis dari Siti
Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad Saw maka beliau
menjawab bahwa akhlak Nabi Saw. adalah Alquran. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Alquran yang hidup, yang
mewujud dalam sosok manusia. Kedua, living Qur’an bisa juga bermakna
mengacu kepada suatu masyarakat yang kehidupan sehari-harinya
menggunakan Alquran sebagai pedoman hidupnya. Mereka hidup dengan

7
Aida Hidayah, “Penggunaan ayat-ayat Alquran sebagai metode pengobatan bagi
penyakit jasmani studi living Qur’an di kabupaten Demak Jawa Tengah” skripsi
(Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011)
8
Isrianas, “Penggunaan ayat-ayat Alquran dalam pengobatan di kelurahan Sungai
Bengkal kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo (Studi Living Qur’an)” skripsi (Jambi,
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019)

5
mengikuti apa-apa yang diperintahkan Alqurann dan menjauhi hal-hal yang
dilarang di dalamnya, sehingga masyarakat tersebut seperti “Alquran yang
hidup”, Alquran yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ketiga,
living Qur’an juga dipahami sebagai “kitab yang hidup”, tidak hanya sebagai
sebuah kitab, yaitu Alquran yang perwujudannya begitu terasa nyata dalam
kehidupan sehari-hari, beserta dengan aneka ragamnya, tergantung
berdasrkan latar belakang dan juga bidang kehidupannya.9
Ada beberapa metode dalam penelitian Living Qur’an yaitu: pertama,
observasi yakni melakukan pengamatan dan juga berpartisipasi aktif langsung
pada kegiatan tersebut dengan tujuan untuk memahami, mencari jawaban,
mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan di lingkuangan tertentu.
Kedua, wawancara atau interview yakni mengumpulkan data dengan
melakukan interaksi atau tanya jawab dengan pihak terkait untuk mendapat
data yang akurat. Ketiga, dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan cara
menghimpun dan menganalisis dokumen, baik berupa dokumen tertulis,
gambar atau elektronik. Keempat, hermeneutika yaitu sebuah metode dalam
memahami teks dan juga konteks yang dalam hal ini memahami kejiwaan
serta perilaku seseorang. 10
2. Teori Resepsi
Resepsi awalnya merupakan cabang ilmu sastra yang kemudian
berkembang dan digunakan dalam studi Alquran. Secara etimologis, kata
resepsi berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang diartikan sebagai
penerimaan atau sambutan pembaca. Sedangkan menurut istilah di dalam
ilmu Sastra, resepsi diartikan sebagai suatu ilmu keindahan yang didasarkan
pada respon pembaca terhadap suatu karya sastra. 11 Apabila dikombinasikan
dengan resepsi Alquran maka definisi secara terminologisnya berarti kajian
tentang sambutan pembaca terhadap ayat-ayat suci Alquran. Sambutan
tersebut bisa berupa cara masyarakat dalam menafsirkan pesan ayat-ayatnya,
cara masyarakat mengaplikasikan ajaran moralnya serta cara masyarakat
membaca dan melantunkan ayat-ayatnya. Dengan demikian, pergaulan dan
interaksi pembaca dengan Alquran merupakan konsentrasi dari kajian resepsi
ini, sehingga implikasi dari kajian tersebut akan memberikan kontribusi
tentang ciri khas dan tipologi masyarakat dalam bergaul dengan Alquran. 12
Pada umumnya, kajian resepsi al-Qur’an setidaknya ada tiga aspek
yang dikaji, yaitu pada tulisan, bacaan dan sistem bahasa. Namun kajian
9
Heddy Shri Ahimsa-Putra, “The Living Al-Qur’an: Beberapa Perspektif
Antropologi”, dalam Jurnal Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2012, hal. 236-237
10
Dosen Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga, Metodologi Penelitian Qur’an dan
Hadits, hal. 56-62.
11
Fathurrosyid, “Tipologi Ideologi Resepsi Al Quran di Kalangan Masyarakat
Sumenep Madura”, dalam jurnal el Harakah, Vol.17 No.2 Tahun 2015, hal 221.
12
Fathurrosyid, “Tipologi Ideologi Resepsi Al Quran di Kalangan Masyarakat
Sumenep Madura”,……. hal 222.

6
fungsi ini lebih terfokus kepada sistem bahasa yang penelitiannya meliputi
fon, morfem, syntak dan pragmatik. Dari sini lah Ahmad Rafiq membagi
kajian resepsi alQur’an ke dalam Resepi Eksegesis, Resepsi Estetis dan
Resepsi Fungsional.
Pertama, Resepsi eksegesis atau hermeneutika. Yakni al-Qur’an
diposisikan sebagai teks yang berbahasa arab dan bermakna secara bahasa.
Resepsi eksegesis mewujud dalam bentuk praktik penafsiran al-Qur’an dan
karya-karya tafsir. Kedua, resepsi estetis. Dalam resepsi ini al-Qur’an
diposisikan sebagai teks yang bernilai estetis atau keindahan dan diterima
dengan cara yang estetis pula. Al-Qur’an diresepsi secara estetis ini berusaha
untuk menunjukkan keindahan inhern al-Qur’an yang dituangkan seperti
dalam bentuk puitik, melodik, yang terkandung dalam al-Qur’an. Dengan
artian al-Qur’an diresepsi secara estetik artinya al-Qur’an dapat ditulis,
dibaca atau disuarakan dan ditampilkan dalam bentuk yang estetis pula.
Ketiga, resepsi fungsional. Dalam resepsi ini al-Qur’an diposisikan sebagai
kitab yang ditujukan kepada manusia untuk dipergunakan dengan tujuan
tertentu. Penggunaannya pun dapat berupa tujuan normatik maupun praktik
yang mendorong lahirnya sebuah sikap atau perilaku. 13
Dari sini dapat diambil gambaran bahwa kajian resepsi adalah
mengkaji bagaimana seorang mufasir merespon al-Qur’an. Adapun yang
diteliti adalah bagaimana mufasir menerima dan atau memahami al-Qur’an
dari sisi metodologi yang digunakan, bagaimana aspek estetis al-Qur’an
berdasarkan perspektif mufasir, dan yang terakhir adalah bagaimana al-
Qur’an difungsikan oleh mufasir.

Metodelogi Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu langkah untuk menemukan data


yang diperoleh selama penelitian bertujuan untuk membuat analisa agar
kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan, sebuah penelitian yang dilakukan
langsung terjun ke lapangan atau ke obyek penelitian untuk mengetahui
secara jelas tentang berbagai sisi dari pelaksanaan awal sampai selesai
dilakukannya
1. Sumber Data
a. Sumber data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi
di pengajian rutin mingguan di desa Hulubanteng Lor kecamatan Pabuaran

13
Ahmad Rafiq, Sejarah al-Qur’an dari Perwahyuan ke Resepsi (Sebuah
pencarian Awal Metodelogi dalam Sahiron Syamsudin Islam dan Tradisi dan
Peradaban”(Yogyakarta;Bina Media Press, 2017) hal. 74

7
kabupaten Cirebon. Khusunya pengasuh, KH. Abdul Shomad dan juga
jamaah yang mengikuti pengajian rutin tersebut.
b. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder ialah bahan rujukan kepustakaan yang menjadi
pendukung dalam penelitian ini. Baik berupa buku, jurnal, artikel, dan tulisan
ilmiah lainnya yang dapat menjadi pelengkap dari data primer di atas.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka teknik
pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara observasi atau pengamatan
langsung pelaksanaan ritual tradisi, interview atau wawancara kepada
narasumber, dan dokumentasi yang didapatkan ketika observasi dan
wawancara
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif
kualitatif, yakni meneliti, menganalisis dan membaca gambaran terkait
kegiatan tersebut. Untuk mengungkap dan menemukan bagaimana pandangan
dan pemaknaan masyarakat yang mengamalkan praktik pembacaan surat Al-
Fatihah oleh jamaah pengajian rutin Ahad pagi di desa Hulubanteng Lor.

Hasil Penelitian
a. Proses Pengobatan yang dilakukan oleh KH. Abdul Shomad
menggunkan surat al-Fatihah pada pengajian rutinan di desa
Hulubanteng Lor
a. Deskripsi Surat a-Fatihah
Sumber ajaran Islam ialah Alquran dan Hadits Nabi Muhammad
Saw. Rujukan paling utama dalam ajaran Islam yaitu kalam Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, untuk disampaikan kepada
umat manusia. Hakikat diturunkannya Alquran adalah menjadi acuan
moral secara universal bagi umat manusia dalam memecahkan
problematik sosial yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Itulah
sebabnya, metode penafsiran Alquran secara tematik, justru dihadirkan
untuk menjawab perbagai problematik aktual yang dihadapi masyarakat
sesuai dengan konteks dan dinamika sejarahnya.14
Al-Fātiḥah yang merupakan mahkota tuntunan ilahi, dinamai juga
Ummu Alquran atau Ummu Al-Kitāb karena ia adalah induk semua ayat-
ayat Alquran. Al-Fātiḥah juga adalah As-Sab’ Al-Matsāni dalam arti tujuh
ayatnya yang diulang ulang. Bukan saja dalam setiap raka’at sholat, tetapi
14
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an, Cet. III (Jakarta: Penamadani, 2005),
hal. 22

8
juga kandungan ketujuh ayatnya diulang dan dirinci oleh seluruh ayat-
ayat Alquran yang berjumlah enam ribu ayat lebih itu. 15
Kata Al-Fātiḥah dalam Bahasa Arab berasal dari kata Fataha,
Yaftahu, fathan yang artinya pembuka atau pemulai surat ini dinamai
surat Al-Fātiḥah karena surat ini sebagai surat pembuka pada Alquranul
Karim. Serta Diletakan surat Al-Fātiḥah pada permulaan surat atas
perintah Nabi Muhamad Saw. 16
Bey Arifin mengutip dari Muhammad Hakiki pengarang kitab
Khozinatul Asrar mengatakan bahwa Al-Fatihah atau Fathul Kitab
mempunyai 30 nama di antaranya sebagai berikut: Al-Fatihah (Pembuka
kitab), Ummul Kitab (Induknya kitab), Ummul Qur’an (Induknya al-
Qur’an), As-Sab’ul Mastani (tujuh ayat yang diulang-ulang), al-Wafi’ah
(mencakup seluruh isi al-Qur’an), al-Kanzu (perbendaharaan), suratu sifa’
(kesembuhan atau obat), suratu safiyah (penyembuh) suratus Su’al
(permintaan), Suratul Munajat (bisikan terhadap Tuhan), Suratut tholab
(tuntunan) Suratut Salah (Surat yang baca ketika Sholat.17
Dari kesemua nama-nama yang mengandung serta berkisar atas
sesuatu yang tersembunyi yang mencakup dari segala kebutuhan yaitu
penegasan melekat segala sesuatu yang tidak dibuka dengannya tidak
akan memiliki nilai, surat ini juga pembuka dari segala kebaikan dan
segala makruf tidak dibilang sah kecuali berulang-ulang terutama
mengulang-ngulangnya ketika sholat dan surat ini merupakan penyembuh
dari segala penyakit, mencukupi manusia dalam mengatasi keresahan
serta melindunginya dari segala keburukan dan menjadikan mantra dari
segala kesulitan.
Menurut Ibnu Katsir memaparkan nama lain dari surat Al-Fātiḥah
yaitu al - Raqiyah yang berarti permohonan ini didasarkan pada hadits
Abi Sa’id yang terdapat dalam Shahih Bukhari, yang mengatakan bahwa
ketika seorang laki-laki mengharapkan keselamatan, Rasulullah s.a.w.
mengatakan kepadanya ‚wa maa yudrika annaha raqiyah‛ (tidaklah ia
dapati bahwa Al-Fātiḥah itu merupakan keselamatan).

15
M. Quraish Shihab, Al Lubab: Makna, Tujuan Dan Pelajaran Dari Al-Fatihah Dan
Juz‟ Amma, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), hal. 7
16
Bustami “Al-Qur’an dan tafsirnya” ( Jakarta, Departemen agama RI:1987) Jilid 1
hal 3
17
Bey Arifin, Samudra Al- Fatihah (Surabaya:PT Bina Ilmu, 1974) hlm. 18

9
Selain menamai surat Al-Fātiḥah dengan sebutan al-Ruqyah Ibnu
Kastir juga menamai Al-Fātiḥah sebagai dengan sebutan asas al -
Alquran yang berarti dasar-dasar Alquran. Sedangkan surat Al-Fātiḥah
dinamai dengan sebutan al -Waqiyah yang artinya pemeliharaan nama
ini diberikan oleh Sufyan bin Uyainah, dan nama al-kafiyah yang berarti
mencakup diberikan oleh Yahya bin Abi Katsir. berdasarkan pada
pemikiran bahwa Al-Fātiḥah mencakup surat-surat lainnya dan tidak ada
yang dapat mencakup kecuali surat Al-Fātiḥah18
Menurut Eko yang memuat dalam jurnal psikologi Islam
berpendapat dari Imam al-Halimi yang memaparkan pendapat dari Imam
al-Baihaqi bahwa keistimewaan atau kelebihan surat dalam al-Qur’an
sangatlah bermacam-macam di antaranya:

a. Amalan yang dianggap lebih penting dari amalan ayat lainnya sebab
itu lebih sering orang membacanya dibanding dengan ayat-ayat yang
lain.
b. Ayat-ayat yang menerangkan nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah.
c. Suatu surat atau ayat dianggap lebih penting dan istimewa, karena
Allah dengan memperantarakan wahnyuNya kepada Nabi Muhammad
saw mengegaskan bahwa membaca atau mengambil pelajaran dari
surah atau ayat akan mendapakan ganjaran (pahala) yang berlimpat
ganda daripada membaca ayat atau surah lainnya. 19
Dalam surat Al-Fātiḥah banyak sekali kandungan yang terdapat
didalamnya diantaranya dalam surat Al-Fātiḥah mencakup beberapa
pokok agama yang membahas mengenai pokok agama, akidah, iman
kepada hari kebangkitan, iman kepada asmaul Husna (nama-nama allah
yang agung ) selain itu juga surat ini mengandung doa, dalam surat ini
juga lebih mengkhususkan ibadah,
Jika dilihat dari asbabul Nuzul surat Al-Fātiḥah menurut Syekh
Muhamad Abduh adalah surat yang petama kali turun dalam Islam akan
tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian ulama karena mereka
menyakini bahwa surat yang pertama kali turun ialah surat al-Alaq
(tentang suruhan umat manusia untuk membaca dan menulis ilmu
pengetahuan) akan tetapi hampir 5 ayat pertama saja selebihnya
diturunkannya secara berjarak karena turunnya wahyu lain.
18
Ibnu Kastir, “ Tafsir Ibnu Kastir “ ( Beirut, Maktabah Al-Nur, tth) Juz I hal. 16-18
19
Eko Hardiansyah, “Pisikologi Al-Fatihah Solusi Untuk Mencapai Kebahagiaan
yang Sebenarnya” Pisikologi Islam, Vol. 4, No. 2 (2017) hlm. 108

10
Surat Al-Fātiḥah diturunkan di Kota Mekah dan di turunkannya
sekaligus (dalam keadaan utuh 7 ayat) karena ada wahyu yang
mewajibkan perintah sholat yang diterima oleh Nabi Muhamad ketika di
Kota Mekkah walaupun secara resmi nabi Muhamad datang ke Sidratul
Muntaha dalam artian juka surat ini diturunkan di Kota Madinah maka
sholat ini tidak akan sah karna tidak memakai surat Al-Fātiḥah. 20

b. Gambaran Umum Pengajian rutin Ahad Pagi di desa Hulubanteng


Lor
Desa Hulubanteng Lor merupakan daerah dataran rendah,
yang meliputi batasan-batasan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Kudukeras Kecamatan
Babakan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Hulubanteng
Kecamatan Pabuaran
c. Sebelah Barat Berbatasan dengan desa Bojonggebang
Kecamatan Babakan
d. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Leuweunggajah
Kecamatan Ciledug
Letak geografis desa Hulubanteng Lor yang sangat stategis ini
menjadikan pengajian rutin tidak hanya diikuti jama’ah dari desa
Hulubanteng Lor saja, namun diikuti daerah lain juga. Desa Hulubanteng
Lor terletak dalam areal kecamatan Pabuaran kabupaten Cirebon, jarak
tempuh desa Hulubanteng Lor dengan pusat pemerintahan kecamatan 4,3
Km, jarak kepusat ibu kota kabupaten 31 Km dan jarak kepusat ibu kota
propinsi Jawa Barat 127 Km. Luas wilayah desa Hulubanteng Lor 97.395
Ha, dengan jumlah rukun tetangga (RT) 18 rukun warga (RW) 4 dan 3
dusun.21
Letak geografis desa Hulubanteng Lor yang sangat stategis ini
menjadikan pengajian rutin tidak hanya diikuti jama’ah dari desa
Hulubanteng Lor saja, namun diikuti daerah lain juga. Desa Hulubanteng
Lor terletak dalam areal kecamatan Pabuaran kabupaten Cirebon, jarak
20
Inu Kencana Syafiie “ Filsafat Al-Fatihah “ (Bandung: Pustaka Al-Fikris, 2009)
hal 9
21
Berdasarkan data dan informasi di desa Hulubanteng Lor tahun 2019, yang diperoleh dari
desa Hulubanteng Lor pada 19 April 2021 pukul 10.00 WIB

11
tempuh desa Hulubanteng Lor dengan pusat pemerintahan kecamatan 4,3
Km, jarak kepusat ibu kota kabupaten 31 Km dan jarak kepusat ibu kota
propinsi Jawa Barat 127 Km. Luas wilayah desa Hulubanteng Lor 97.395
Ha, dengan jumlah rukun tetangga (RT) 18 rukun warga (RW) 4 dan 3
dusun.
Pengajian rutin Ahad pagi sebenarnya sudah dimulai sejak tahun
1950an. Saat itu kiai Ahmad masih menjabat lebe di desa Hulubanteng
yang belum pemekaran menjadi dua desa. Beliau mendapatkan ijazah
pembacaan surat Al-Fatihah sebanyak 7 kali saat masih mondok di Jawa
Timur. Kiai Ahmad awal mulanya diberi amanah untuk mengamalkan
ilmunya selama di pesantren. Kemudian saat pulang tidak lama berselang
beliau ditunjuk menjadi lebe atau kaur kesra yang bertugas untuk
mengurusi warga seputar keagamaan. Seperti mengurusi jenazah,
slametan, tahlilan dan lain sebagainya. Kemudian beliau berinisiatif
untuk membentuk pengajian yang pada saat itu belum ada di desanya. 22
Setelah berjalan beberapa tahun, Kyai Ahmad meminta anak,
saudara dan menantunya untuk ikut mengisi pengajian tersebut. Diantara
orang-orang yang beliau minta untuk mengisi pengajian tersebut adalah
Kyai Syafi’i, K.H Syahroji, Kyai Suhaemi, Kyai Abror dan Kyai Duming
dan secara turun temurun diturunkan sampai kini diasuh oleh anak
bungsunya KH. Abdul Shomad.
KH. Abdul Shomad menceritakan bahwa beliau secara khusus
diberi ijazah amalan Al-Fatihah oleh ayahnya, Kyai Ahmad saat beliau
bekerja menjadi kepala TU di MAN Buntet Pesantren. Setelah
menceritakan semua manfaat dari amalan tersebut, KH. Abdul Shomad
mendapatkan ijazah berupa membaca surat Al-Fatihah sebanyak 7 kali,
untuk mempermudah agar permasalahannya cepat selesai, untuk
mengobati orang-orang yang membutuhkan. Kyai Ahmad juga berpesan
agar suatu saat KH. Abdul Shomad mau meneruskan pengajian rutin
Ahad pagi tersebut. KH. Abdul Shomad melakukan apa yang
diperintahkan oleh Kyai Ahmad tersebut, setelah beliau pensiun dari
tugasnya, KH. Abdul Shomad ikut mengisi pengajian rutin Ahad pagi
bersama Kyai Duming dan sesekali KH. Syahroji.
Pada awalnya KH. Abdul Shomad melakukan pembacaan surat Al-
Fatihah yang telah diijazahkan oleh ayahnya, Kyai Ahmad hanya
22
Wawancara Penulis dengan KH. Abdul Shomad, pada malam Senin 19 April 2021, pukul
19:30 WIB di Musholla As-Syafi’iyah.

12
dilakukan oleh keluarga besarnya saja selama 3 tahun, setalah merasakan
sendiri manfaatnya, akhirnya beliau mengamalkan ijazah tersebut kepada
jamaah pengajian rutinan tersebut. 23

c. Proses Pengajian dan Pengobatan


Pengajian rutinan ini biasanya dilaksanakan hari ahad atau hari
minggu. Namun apabila ada Musholla lain yang meminta pengajian
yang serupa, maka bisa dilakukan di hari yang lain. Adapun
pelaksanaan pengajian rutinan Ahad pagi di desa Hulubanteng Lor
Kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon, sebagai berikut:
1. Syahadat
Syahadat merupakan urutan rukun Islam yang pertama dari
lima rukun islam, yang dibaca oleh orang muslim saat sedang sholat
maupun kegiatan lainya dan dibaca oleh orang yang hendak masuk
islam.
ِ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن لَّا ِإلَهَ َِإاَّل هّللا َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
Artinya: ‘Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan)
Allah.’
2. Istigfar
Istigfar adalah kalimat bentuk permohon maaf seorang kepada
Allah atas kesalahan dalam melakukan suatu kegiatan.

‫اَ ْستَ ْغفِ ُر هّللَا َ ْال َع ِظي َم‬


Artinya:"Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung"
3. Sholawat Nabi
Membaca sholawat Nabi sangatlah penting, dikarenakan
dalam Al-Qur’anpun Allah menyuruh kepada kita semua untuk
senantiasa bersholawat kepada Rasulullah Saw. Membaca sholawat
menandakan bahwa kita adalah umat Nabi Muhammad dan juga
bisa mendapatkan syafaat kelak di akhirat.
‫صلِّ اللَّهُ َّم‬ َ ‫َو َسلَّ َم ِو‬
َ ‫صحْ بِ ِه آلِ ِه َو َعلَى ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِدنَا َعلَى‬
Artinya :“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan
untuk Nabi Muhammad. Dan juga limpahkanlah
23
Wawancara Penulis dengan KH. Abdul Shomad, pada malam Senin 19 April 2021, pukul
19:30 WIB di Musholla As-Syafi’iyah.

13
rahmat dan keselamatan kepada keluarga Nabi
Muhammad, sahabat Nabi Muhammad dan semua
umat Nabi Muhammad.”
4. Tawasul
Tawasul yaitu asal kata dari bahasa arab yang artinya
“Penghubung atau perantara”. Biasanya kalimat yang digunakan
dalam bertawasul merujuk kepada seseorang yang dijadikan
sandaran atau perantara. Nama-nama yang digunakan dalam
bertawasul tersebut dikhususkan dengan dihadiyahkan membaca
Al-Fatihah kepada Nabi, sahabat Nabi, para auliya,
almarhum/almarhumah tuan rumah dan jama’ah, dan seluruh
keluarga jama’ah sebagai pembukaan dalam rangkaian pengajian
rutinan Ahad pagi.
5. Tahlil
Tahlil merupakan salah satu bacaan yang sering digunakan
dalam proses pengajian atau melakukan ritual yang ada
dimasyarakat. Istilah tahlil merujuk kepada tradisi yang ada
dimasyarakat yakni membaca kalimat tahlil dan do’a-do’a tertentu
dari ayat Alquran, dengan menyampaikan hadiah pahala untuk
orang yang meninggal dunia.
6. Pembacaan surat Al-Fatihah 7 kali
Pembacaan surat Al-Fatihah sebanyak tujuh kali dalam
pengajian rutin Ahad pagi merupakan bentuk dengan ciri khusus
tersendiri. Biasanya menggunakan media air putih ataupun air teh
untuk mengharapkan kesehatan ataupun ketenangan hati para
jamaah. Setiap satu kali bacaan surat Al-Fatihah, jamaah
diwajibkan untuk berdo’a agar diberi kesembuhan penyakit dan
ketenangan hati. Hal it uterus diulang sampai 7 kali.
7. Pengajian Tafsir atau Fiqh
Pengajian kitab tafsir atau Fiqh} di pengajian rutin Ahad pagi
bertujuan sebagai sentuhan ilmu. Kitab yang digunakan dalam
pengajian rutinan ini yaitu kitab tafsir Jalalain dan tafsir Al-
Mishbah. Sedangkan kitab Fiqhnya yaitu Safinah.
8. Do’a

14
Pembacaan do’a sebagai penutup acara inti dari pengajian di
pengajian rutin Ahad yang dipimpin KH. Abdul Shomad atau yang
mewakilinya dan diamini oleh jama’ah. 24
Resepsi Jamaah Pengajian Rutin Ahad Pagi Terhadap Pembacaan
Surat Al-Fatihah
Menurut Ahmad Rafiq resepsi al-Qur’an adalah penerimaan
masyarakat mengenai al-Quran dan memahami makna-makna yang
terkandung dalam al-Qur’an, pemahaman masyarakat terhadap al-Qur’an
dapat terlihat ketika masyarakat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.25 Teori Resepsi ini bukan sekedar menerima dan bereaksi terhadap
al-Qur’an, melainkan memanfaatkan atau menggunakannya juga perlu
dilakukan baik sebagai teks yang memuat susunan sintaksis atau sebagai
mushaf yang dibukukan yang memiliki maknanya sendiri atau
sekumpulan lepas kata-kata yang memiliki makna tertentu.
1. Pandangan KH. Abdul Shomadi terhadap Pembacaan Surat al-Fatihah
untuk Pengobatan
Pada pengobatan KH. Abdul Shomad ini Menggunkan salah satu
surat dalam al-Quran yaitu surat al-Fatihah karena sangatlah istimewa,
pada surat al-Fatihah banyak menjeuukinya denga Ummul Quran
(induknya al-Qur’an) semua isi dalam al-Qur’an (fikih, sejarah, tauhid,
doa, janji dan anjaman) disimpulkan dalam satu Surat yaitu Surat al-
fatihah. dalam surat Al-Fatihah juga mengandung do’a yaitu terdapat
dalam ayat ke 5 dan ke-6 selain dari pada itu surat al-Fatihah merupakan
surat yang pertama kali di tulis dalam al-Qur’an.
Menurut KH. Abdul Shomad Fungsi membaca surat Al-Fatihah
kalau menurut saya ya sesuai dengan fadilah-fadilah yang terdapat dalam
surat Al-Fatihah bertambahnya keberkahan, bertambahnya rasa
semangat, hati terasa tenang, bertambahnya keyakinan kepada Allah,
merasakan lebih dekat dengan Allah, keimanan semakin mantap,
diberikan kesabaran ketika mengahadapi cobaan, menjadi obat yang
mujarab ketika sedang sakit sesuai dengan firman Allah tentang salah
satu fungsi Alquran yaitu sebagai obat, dan kaum muslimin banyak yang
24
Berdasarkan hasil observasi partisipan peneliti pada hari Minggu 21 Maret 2021, pukul
07:30 WIB di Musholla As-Syafi’iyah.
25
Ahmad Rafiq, Sejarah al-Qur’an dari Perwahyuan ke Resepsi (Sebuah pencarian
Awal Metodelogi dalam Sahiron Syamsudin Islam dan Tradisi dan
Peradaban”(Yogyakarta;Bina Media Press, 2017) hlm. 73

15
tertolong oleh Allah dikarenakan keberkahan dari surat Al-Fatihah.
Pengobatan yang dilakukan ini semata-mata hanya mengharap ridho
Allah dan yang terpenting tidak menyimpang dari ajaran Rasulullah Saw.
Di tiap satu kali bacaan Al-Fatihah, jamaah diharuskan berdoa untuk
meminta kepada Allah baik itu berupa kesembuhan penyakit, ketenangan
hati, maupun lapangnya rezeki. Saya sangat bersyukur apabila jamaah
merasakan manfaat dari pembacaan surat Al-Fatihah tersebut. Semoga
tetap istiqomah26
2. Resepsi Masyarakat terhadap pengobatan yang dilakukan oleh KH.
Abdul Shomad
Menurut Ibu Isah bahwa manfaat atau fungsi dari pembacaan surat
Al-Fatihah yaitu dengan fadhilah surat Al-Fathihah, Alhamdulillah
penyakit rematik saya jadi sembuh dan jarang kumat lag. Saya menyesal
dikarenakan dulu jarang sekali mengaji, lebih lancar membaca
Alqurannya bahkan sampai hafal walaupun hafalannya hanya sebatas
berurutan, mendapatkan ketenangan dalam kehidupan, jika sedang
bekerjaatau ada masalah di kehidupan biasanya terasa berat atau pusing
setelah mengikuti pembacaan surat Al-Fatihah ini pikiran yang berat dan
pusing itu sudah tidak ada lagi dan untuk manfaat buat di akhirat sangat
banyak sekali diantaranya mendapatkan pahala yang banyak karena
membacanya tidak hanya satu atau dua kali bahkan sampai tujuh kali.27
Menurut Ibu Sulwi bahwa manfaat atau fungsi dari pembacaan
surat Al-Fatihah yaitu dari hal keduniaan mencari rezeki menjadi mudah,
jika mendapatkan kesulitan langsung menemukan solusinya, saya pun
punya penyakit darah tinggi tetapi setelah mengikuti pengajian rutinan
ini penyakit saya berangsur sembuh. Untuk manfaat buat di akhirat nanti
ya tentunya banyak pahala yang kita peroleh karena surat Al-Fatihah
adalah surat yang biasa dibaca dan bisa diamalkan sehari-hari28
Menurut Bapak Caram bahwa manfaat atau fungsi dari pembacaan
surat Al-Fatihah yaitu hati terasa adem, tentram dan merasakan
kedekatan dengan Allah. Dari washilah pengajian ini saya jadi hafal surat
Al-Fatihah dan semoga saja bisa istiqomah untuk melakukan sholat
supaya dosa-dosa saya di masa lalu bisa diampuni oleh Allah Swt.29
26
Wawancara Penulis dengan KH. Abdul Shomad, pada malam Senin 19 April 2021, pukul
19:30 WIB di Musholla As-Syafi’iyah.
27
Wawancara dengan Ibu Isah pada tanggal 26 April 2021 di kediamannya, pada pukul
08.30 WIB
28
Wawancara dengan Ibu Sulwi, pada tanggal 27 April 2021 di kediamannya, pada pukul
20.30 WIB
29
Wawancara dengan Bapak Caram, pada tanggal 27 Maret 2021 di kediamannya, pada pukul
14.00 WIB

16
Menurut Ibu Witi bahwa manfaat atau fungsi dari pembacaan surat
Al-Fatihah yaitu keyakinan kepada Allah bertambah mantep, rasa cinta
kepada Aquran bertambah walaupun saya hanya bisa membaca surat-
surat pendek saja, hati terasa tenang, tidak gelisah, menyikapi
permasalah dengan pikiran yang tenang dan hati yang dingin.30

Keenam, menurut Ibu Carmi bahwa manfaat atau fungsi dari


pembacaan surat Al-Fatihah, yaitu merasakan kedekatan dengan Allah,
rezeki selalu ada jika sedang dibutuhkan secara mendadak,
Alhamdulillah sholat menjadi lebih giat lagi dan harapan saya sih
kedepannya Allah memberikan kesuksesan dunia dan akhirat dan punya
anak cucu yang sholeh sholehah.31
Menurut Ibu Kari bahwa manfaat atau fungsi dari pembacaan surat
Al-Fatihah yaitu diberikan kesabaran dan ketenangan jiwa, usaha lancar,
anak menjadi penurut, Alhamdulillah sholat tidak pernah ketinggalan dan
semangat untuk melakukan sunnah-sunnahnya, rumah tangga menjadi
rukun. 32
Menurut Ibu Sinah bahwa manfaat atau fungsi dari pembacaan
surat Al-Fatihah, yaitu perasaan jiwa tenang tidak merasa gelisah dan
terhindar dari yang negatif. Merasakan lebih dekat dengan Allah., Kalau
tujuan atau harapannya saya mengikuti pembacaan surat Al-Fatihah ya
mencari ridhoAllah, mengharap pahala dan surga dari Allah. 33

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di lapangan, tentang
kajian living Qur’an pembacaan surat Al-Fatihah pada pengajian rutin
di desa Hulubanteng Lor Kecamatan Pabuaran Kota Cirebon, maka
dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai berikut :
Dasar pelaksanaan pembacaan surat Al-Fatihah ini adalah
melaksanakan amanah dari Kyai Ahmad untuk meneruskan
perjuangan dakwahnya dalam pengajian rutin mingguan tersebut.
30
Wawancara dengan Ibu Witi, pada tanggal 28 Maret 2021 di kediamannya, pada pukul
21.00 WIB
31
Wawancara dengan Ibu Carmi, pada tanggal 24 April 2021 di kediamannya, pada pukul
10.00 WIB
32
Wawancara dengan Bpk Ibu Kari, pada tanggal 11 April 2021 di musholah Nurussalam,
pada pukul 19.30 WIB
33
Wawancara dengan Sinah, pada tanggal 25 April 2021 di Mushola As-Syafi’iyah, pada
pukul 18.30 WIB

17
Melihat zaman yang serba sibuk dengan hal keduniawian sampai lupa
dengan alam akherat, sulit bersilaturahmi, malas untuk membaca
Alquran. Alasan pembacaan surat Al-Fatihah karena mudah dihafal
oleh masyarakat hampir semua kalangan bisa untuk dan juga banyak
manfaat bagi yang membaca surat Al-Fatihah diantaranya sebagai
media pengobatan sebagaimana dilakukan oleh KH. Abdul Shomad
ini.
Prosesi pembacaan surat Al-Fatihah pada pengajian rutin Ahad
pagi di desa Hulubanteng Lor Kecamatan Pabuaran Kabupaten
Cirebon, yaitu : kegiatan pembacaan surat Al-Fatihah ini dilakukan
setiap hari Minggu di Mushola As-Syafi’iyah pada pukul 08.00 WIB.
Adapun prosesi pelaksanaan pembacaan surat Yasin, yaitu : pertama,
membaca dua kalimat syahadat, istigfar dan sholawat. Kedua,
membaca tawasul. Ketiga, membaca tahlil, Keempat membaca surat
Al-Fatihah sebanyak 7 kali, setiap jama’ah selesai membaca satu kali,
di dalam hatinya berdoa sesuai hajat masing-masing. Keempat, KH.
Abdul Shomad memberiman wejangan kajian tafsir ataupun kajian
fiqh kepada jamaah. Kelima, pembacaan do’a yang di pimpin oleh
KH. Abdul Shomad.
Sedangkan resepsi interpretasi dalam pembacaan surat Al-
Fatihah sebuah inisiatif mengikuti tradisi yang pernah dilakukan oleh
ulama-ulama terdahulu untuk mengembangkan dakwah dan juga
sebagai bentuk pengabdian terhadap orang tuanya atas mandat yang
telah diberikan kepada KH. Abdul Shomad. Sedangkan resepsi
fungsionalnya yaitu alternative pengobatan selain menggunakan
metode medis dan kedokteran, mengeratkan tali silaturahmi,
membiasakan diri membaca Alquran.

Saran
Setelah menyimpulkan data yang diperoleh, penulis ingin
mengutarakan beberapa saran kepada pihak civitas yang terkait
dengan pelaksanaan pembacaan surat Al-Fatihah sebagai media
pengobatan pada pengajian rutin Ahad pagi di desa Hulubanteng Lor
Kecamatan Pabuaran Kabupaten Cirebon, maka penulis memberikan
saran Khususnya untuk peneliti selanjutnya dan umumnya untuk para
pembaca di antaranya manfaat dari surat Al-Fatihah yang dijadikan
salah satu media Pengobatan Khususnya di daerah Hulubanteng Lor
sendiri dan umunya di daerah yang lain. Penulis memohon saran dan

18
kritikannya dari semua pihak agar bisa memperbaiki lagi dalam hal
penulisan skripsi.

DAFTAR PUSTKA
Dosen Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga. 2007.Metodologi Penelitian
Living Quran dan Hadis.Yogyakarta: TH-Press
Dadan Rusman, 2013, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, Bandung:
Pustaka Setia
Abdul Hadi, “Fungsi Al-Quran Sebagai Syifa’ Bagi Manusia, Studi
Living Qur’an pada Masyarakat Keben Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan Jawa Timur” Yogyakarta, skripsi

19
(Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015)
Farhami Ahmad 2008 “Penggunaan Ayat- ayat Al-Qur’an dalam
Ritual desa di Desa Jetis Klaten “ .Yogyakarta, skripsi
(Fakultas Usuludin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta .
Ahmad Rafiq “Sejarah Al-Qur’an dan Perwahyuan (sebuah pencarian
awal metodelogis)” dalam Islam Tradisi dan Pradaban Shahiron
Syamsudin (ed),Yogyakarta:Bima Mulia Pres,2012
Aida Hidayat,“ Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’ann Sebagai Metode
Pengobatan Bagi Penyakit Jasmani Study Living Qur’an di
Kabupaten Demak Jawa Tengah” Yogyakarta, Skripsi (Fakultas
Usuludin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2011).
Didik Antriawan,“ Pengguanan Ayat-ayat Al-Qur’an sebagai
Pengobatan Study Living Qur’an pada praktik pengobatan
Dr.KH Khomari Saifullah, di Pesantren Kalijaga Desa
Pakuncen Kecamatan Patianrowo Kabupaten Nganjuk”
Yogykarta, skripsi (Fakultas Usuludin UIN Kalijaga 2013)
Syekh Manna Al-Qaththan, 2006. Pengantar Studi Ilmu Alquran,
Penj. Mudzakir AS Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Fathurrosyid, “Tipologi Idiologi Resepsi Al-Qur’an Di kalangan
Masyrakat Sumenep Madura”, dalam el-Harakah, Vol 17, No
2, 201.
Bey Arifin,1974 Samudra Al- Fatihah (Surabaya:PT Bina Ilmu.
Ahmad Rafiq, Sejarah al-Qur’an dari Perwahyuan ke Resepsi
(Sebuah pencarian Awal Metodelogi dalam Sahiron Syamsudin
Islam dan Tradisi dan Peradaban”(Yogyakarta;Bina Media
Press, 2017.
Wawancara Penulis K.H. Abdul Shomad, pengasuh pengajian rutin
Ahad pagi di rumahnya 15 Februari 2021 di kediamannya
pukul 13.00.
Wawancara Penulis dengan Ibu Wasmi, salah satu jamaah pengajian
rutin Ahad pagi di rumahnya 23 Januari 2021 di Mushola
As-Syafi’iyah pukul 16.00
Berdasarkan data dan informasi di di desa Hulubanteng Lor tahun
2019, yang diperoleh dari desa Hulubanteng Lor pada 19
April 2021 pukul 10:00.
Wawancara penulis dengan Ibu Isah pada tanggal 26 April 2021 di
kediaman rumah Ibu Isah, pada pukul 08.30 WIB

20
Wawancara dengan Bapak Caram, pada tanggal 27 Maret 2021 di
kediaman rumah Bapak Caram, pada pukul 14.00 WIB
Wawancara dengan Ibu Kari, pada tanggal 11 April 2021 di musholah
Nurussalam, pada pukul 19.30 WIB
Wawancara dengan Ibu Carmi, pada tanggal 24 April 2021 di
kediamannya, pada pukul 10.00 WIB
Wawancara penulis dengan Ibu Sulwi, pada tanggal 27 April 2021 di
kediaman rumsh Ibu Sulwi, pada pukul 20.30 WIB
Wawancara dengan Sinah, pada tanggal 25 April 2021 di Mushola
As-Syafi’iyah, pada pukul 18.30 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai