Praktik living Qur’an ini sebenarnya sudah ada dizaman Nabi Muhammad Saw.
Seperti ketika nabi Muhammad Saw meminta kesembuhan/meruqyah dengan menggunakan
surah Al-fatihah. Begitu Nabi Muhammad Saw membaca surah muawwidzatain (Surah Al-
Ikhlas & Surah An-Nas) untuk menolak sihir. Relevansinya didalam masyarakat, praktik
living Qur’an diperlakukan sebagai kapasitas fungsi diluar teks itu sendiri. Seperti al-Qur’an
yang tidak ada kaitannya dengan penyakit tetapi dalam potongan ayat tertentu digunakan dan
dipercaya dapat menyembuhkan suatu penyakit.
Secara etimologis, kata resepsi berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang diartikan
sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Sedangkan pengertian resepsi secara
terminologis yaitu sebagai ilmu keindahan yang didasarkan pada respon pembaca terhadap
suatu karya sastra. Dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa, resepsi merupakan
disiplin ilmu yang mengkaji peran pembaca dalam merespon, memberikan reaksi, dan
menyambut suatu karya sastra.
Teori Resepsi mengkaji mengenai peran pembaca terhadap suatu karya sastra,
dikarenakan pembaca merupakan penikmat dan konsumen dari karya sastra itu sendiri.
Sehingga, resepsi al-Qur’an adalah respon atau sikap pembaca terhadap ayat-ayat Al-Qur’a,
bisa melalui cara membaca dan melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, cara mengaplikasikan dan
menerapkan ajaran Al-Qur’an, cara menafsirkan pesan yang terkandung didalam ayat-ayat
Al-Qur’an, dll.