Anda di halaman 1dari 9

PEMAHAMAAN PESILAT NAHDLATUL ULAMA PAGARNUSA

TERHADAP SURAH .... AYAT.... UNTUK...


(Studi Living Qur’an di Perguruan Pencak Silat Nahdlatul Ulama
Pagarnusa, Desa Talang siku, Sungai Lilin)

Proposal ini dibuat sebagai tugas mata kuliah : Praktik Penelitian Tafsir
Dosen Pengampu:
Tri Handayani, M.Us

Di susun oleh :
RAPITALISA (19010017)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU QUR’AN AL-LATHIFIYYAH
PALEMBANG
2021
Dalam penelitian studi ilmu al-Qur’an dan tafsir, salah satu kajian yang
sangat populer dan sudah tidak asing saat ini adalah kajian Living Qur’an. Kajian
Living Qur’an yaitu kajian yang membahas tentang bagaimana respon sosial
maupun praktik pembacaan terkait kehadiran al- Qur’an dalam kehidupan
masyarakat dan organisasi tertentu.1

Sebagaimana yang dikutip dari Muhammad Ulil Abshor, menyatakan


Salah satu cara untuk merespon ayat-ayat Al-quran adalah dengan membaginya
dalam berbagai bentuk, mulai dari eksegesis (berdasarkan proses pengajaran,
2
interpretasi,penafsiran, dll), estetika (keindahan) dan aspek fungsional (fungsi).

Berikut masyarakat yang merespon Al-Qur’an secara eksegesis diantaranya,


seperti para ahli tafsir yang mencoba menafsirkan Al-Qur’an yang kemudian
mereka membuat kitab tafsir. Contohnya, Tafsir al-Mishbâh, penulis: Quraish
Shihab, Tafsir al-Azhr, Penulis: Buya Hamka (1908-1981 H), Tafsir Turjumân al-
Mustafîd, Penulis: Abdurr’uf Singkil (1024-1105 H), al- Baḫr al-Muḫîth Penulis:
Abu Hayyan (W. 654 H- 745 H), ), kitab tafsir al-Kasysyâf ʹan Haqâiq at-Tanzîl
wa ʹUyȗn at-Taʹwîl fî Wujȗh at-Taʹwîl Penulis: Az-Zamakhsyari (W. 538 H/ 1144
M),kitab tafsir Jâmiʻ al-Bayân fî Tawîl Al-Qur’an Penulis: Ath-Thabari (W. 310
H/ 925 M).3

Kemudian ada juga sebagian orang yang merespon Al-Qur’an secara


fungsional. Misalnya, pada masa nabi Muhammad SAW ada seorang sahabat
yang menjadikan Al-Qur’an sebagai obat.diceritakan di dalam Hadis, bahwasanya
ada seorang sahabat yang menjadikan ummul Qur’an sebagai obat. Pada saat itu,
Kami singgah pada suatu tempat, lalu datanglah seorang wanita kepada kami dan
berkata, "Sesungguhnya pemimpin wilayah ini sedang sakit, maka apakah dari
kalian ada seseorang yang bisa meruqyah?" Abu Sa'id berkata, "Maka berdirilah
1
Lana Umi Fauziah dan mutropfin mutrofin, “Pembacaan surah yasin ayat 9 dan 83 untuk asma'
pamungkas dan panglimunan dalam pencak silat nahdlatul ulama' pagar nusa, Volume 11,
Nomor 2 (Agustus 2021), hlm.252.
2
M. Ulil Abshor, Resepsi Al-Qur’an Masyarakat Gemawang Mlati Yogyakarta, Qof: Volume 3
Nomor 1 Januari 2019, Hal. 51
3
Gita Fatimah Fauziah, Resepsi Santri Saung Pelestarian Pencak Silat Cimande Terhadap Al-
Qur’an (Studi Living Qur’an Di Saung Pelestarian Pencak Pusaka Cimande, Bogor), Skripsi,
(Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ),2020), Hlm.1
seorang laki-laki mengikuti wanita tersebut, padahal kami tidak mengira bahwa
laki-laki tersebut pandai meruqyah. lalu ia meruqyahnya dengan surah Al-Fatihah
hingga iapun sembuh. Sejak saat itulah QS. Al-Fâtiḫah dijadikan sebagai media
pengobatan.4

Kemudian, ada juga sebagian orang merespon Al-Qur'an secara


fungsional.di era modern seperti sekarang ini masih banyak juga orang yang
menjadikan Al-Qur’an sebagai media ruqyah. Misalnya, pengobatan dengan cara
meruqyah yang dilakukan oleh Ustadz Ali dirumah kediamannya, jalan hindoli,
Sungai Lilin. Cara pengobatannya adalah dengan menggunakan bacaan ayat-ayat
Al-Qur’an. Apabila penyakit yang diderita oleh pasien jenis penyakit ringan,
maka pasien hanya dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan setelah itu dilakukan terapi
pijat pada syaraf-syaraf tertentu, Sedangkan apabila pasien menderita penyakit
berat atau diganggu jin yang sulit untuk diusir maka waktu pengobatan pasien
akan ditambah sampai pasien benar-benar merasa sudah sembuh.

Kemudian, sebagian orang menggunakan Al-Qur'an sebagai jimat. Sebagai


contoh, beberapa komunitas Sungai Lilin di Muba, Sumatera Selatan,
menggunakan ayat-ayat Alquran sebagai jimat. Fragmen-fragmen Al-Qur'an
kemudian disimpan oleh pemiliknya dan dibawa kemana-mana, sebagai
penangkal ancaman musuh dan pengaruh jahat, mempromosikan perdagangan
dan tujuan tertentu lainnya.

kemudian, ada juga sebagian orang yang merespon Al-Qur’an dijadikan


sebagai media jimat. Contohnya, sebagian orang Sungai Lilin yang berada di
Muba, Sumsel menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai sarana mistik dan ritus.
potongan-potongan ayat Al-Qur’an kemudian digunakan sebagai media penangkal

4
Hadîts Shahih Muslim, Diceritakan dari Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Harun; Telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin Hasan dari Muhammad bin
Sirin dari saudara laki-lakinya Ma'bad bin Sirin dari Abu Sa'id Al Khudri., Kitab Salam, Bab
bolehnya mengambil bayaran karena meruqyah dengan Al-Quran, , Hadis No. 4081 (Ensiklopedi
Hadist Apk).
dari ancaman musuh dan pengaruh-pengaruh jahat,melariskan perniagaan,serta
beberapa tujuan tertentu lainnya.5
Selain itu, orang menjadikanAl-Qur’an secara eksegesis atau pun secara
fungsional, ada juga masyarakat yang menjadinya secara estetis. misalnya seni
kaligrafi, bisa dilihat dari kaligrafi Yang ditempel di dinding-dinding masjid,
musholah, dan rumah-rumah. Ada juga masyarakat yang menggunakan Al-Qur’an
dalam bentuk seni suara Seperti Tilawatil Al-Qur’an. Dan ada juga masyarakat
yang merespon Al-Qur’an dalam bentuk seni bela diri6.

Pencak silat adalah seni beladiri tradisional yang berasal dari Nusantara
yang merupakan warisan leluhur yang perlu dilindungi atau disebarluaskan.
Dalam sejarah perkembangan pencak silat, selain sebagai sarana pembelaan diri,
memiliki fungsi seni, olah raga, dan pendidikan. Fungsi-fungsi ini berkembang
dengan berbagai tujuan yang dipengaruhi oleh motivasi masing-masing pelakunya
dan juga dipengaruhi oleh tuntutan keadaan yang berkecenderungan berubah-
ubah.7

Beragam respon masyarakat terhadap Al-Qur’an, membuat penulis tertarik


untuk mengkaji seberapa besar respon masyarakat terhadap Al- Qur’an, terutama
dalam bentuk eksegesis, yakni seni bela diri, ada satu komunitas beladiri yang
menarik perhatian penulis untuk diteliti lebih lanjut yang berlokasi di desa Talang
Siku, Sungai Lilin. yaitu, komunitas pencak silat Nahdlatul Ulama Pagarnusa.

5
Fathurrosyid, Tipologi Ideologi Resepsi Al-Qur’an di Kalangan Masyarakat Sumenep Madura,
dalam el Harakah, Vol. 17 No. 2, 2015, h. 234
6
Gita Fatimah Fauziah dalam skripsinya, “Resepsi Santri Saung Pelestarian Pencak Silat Cimande
Terhadap Al-Qur’an (Studi Living Qur’an di Saung Pelestarian Pencak Pusaka Cimande, Bogor)”
yang dikutip dari Rani Siti Fitriani dan Oman Suparman dalam bukunya, “Ensiklopedia Olahraga
Beladiri” menjelaskan bahwa Di dunia ini terdapat berbagai macam jenis ilmu bela diri, di
antaranya sebagai berikut: Taekwondo yang berasal dari negara Korea, Kung Fu yang berasal dari
negara China, Karate yang berasal dari negara Jepang, Muay Thai yang berasal dari negara
Thailand, Systema yang berasal dari negara Rusia, Capoeira yang berasal dari Brazil, Taido yang
berasal dari Jepang, Eskrima yang berasal dari Filipina, Tarung Serajat yang berasal dari
Indonesia, Pencak Silat yang berasal dari negara Indonesia dan lain sebagainya.(Baca: Gita
Fatimah Fauziah, Resepsi Santri Saung Pelestarian Pencak Silat Cimande Terhadap Al-Qur’an
(Studi Living Qur’an Di Saung Pelestarian Pencak Pusaka Cimande, Bogor), Skripsi, (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ),2020), Hlm.1
7
Ivan Firmansyah, Dialektika Al-Qur’an Dan Budaya (Studi Living Qur’an Di Perguruan Seni
Bela Diri Pangean Desa Terusan Batang Hari),Skripsi, (Jambi:Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi,2020), hlm.18
Dalam pencak silat pagar nusa terdapat keunikan-keunikan yang tidak dimiliki
oleh bela diri lain.

Pertama, Pagarnusa adalah Badan Otonom Nahdlatul Ulama dan satu-


satunya wadah yang sah bagi organisasi pencak silat dilingkungan Nahdlatul
Ulama berdasarkan keputusan muktamar. Status resmi kelembagaan inilah yang
membuat pagarnusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga
Nahdlatul Ulama dengan tanpa mengecualikan pencak silat ataubeladiri lainnya.8

Kedua, Ciri khas pagarnusa adalah paham dan konkretisasi tradisi


keagamaan yaitu, Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang juga sering disebut
kelompok tradisionalis didalam Islam, Membahas fenomena keagamaan berarti
mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan beragama, sedangkan fenomena
keagamaan itu sendiri adalah pelaksanaan sikap dan perilaku manusia yang
berkaitan dengan hal-hal yang dipandang suci dalam hal ini adalah Al-Qur’an. Al-
Qur’an pada prinsipnya adalah wahyu yang bertahap. Sistem pegajarannya tidak
hanya mempelajari keterampilan bela diri, tetapi juga mempelajari ilmu kebatinan
yang tidak dapat dicoba dengan sembarangan, dan tidak semua pesilat dapat
menerima dan melakukannaya.9 amaliyah spritual ini diwarisi oleh para
musyayikh, yang diketahui amaliyah-amaliyah itu diambil dari kitab suci Al-
Qur’an dan Sunnah, melalui proses pengijazahkan oleh guru kepada murid.
Kajaan atau amalan yang dimaksud berbeda dengan hal kebiasaannya seperti
pengertian karomah yang berarti keistimewaan yang Allah berikan untuk
waliyullah, tetapi ada semacam korelasi yang menghubungkan antara keduanya,
yaitu sesuatu yang dianggap luar biasa dan terjadi ketika seseorang dalam
upayanya mendekatkan diri kepada Allah SWT. seperti pengamalan bacaan yang

8
Putri Maria Ulvah, Penerapan Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah Melalui Kegiatan Pencak Silat
Pagarnusa Di Pondok Pesantren Darul Abror Watumas Purwanegara Purwokerto Utara, Skripsi,
(Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,2019), Hlm.3
9
Lana Umi Fauziah dan mutropfin mutrofin, “Pembacaan surah yasin ayat 9 dan 83 untuk asma'
pamungkas dan panglimunan dalam pencak silat nahdlatul ulama' pagar nusa, Volume 11,
Nomor 2 (Agustus 2021), hlm.268
menggunakan ayat Al-Qur’an, asma’ul husna dan sholawat, Tahlil,Tawassul,
Istigasah, Ziarah Kubur, dan pembacaan Hizb Nasr.10

ketiga, Yang berbeda antara organisasi pencak silat Pagarnusa ini dengan
organisasi pencak silat yang lainnya adalah Pagarnusa sendiri juga berasaskan
kepada Pancasila, didalam pelatihannya terdapat materi kebangsaan.11

Berdasarkan keunikan-keunikan beladiri pencak silat Nahdlatul Ulama


Pagarnusa di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang bagaimana respon
pesilat Nahdlatul Ulama Pagarnusa tepatnya berada di Desa Talang Siku,Sungai
Lilin. Dalam skripsi ini, akan dibahas pembacaan surah ..... ayat ... untuk ......
karena merupakan kegiatan yang unik, juga menari kpenulis untuk dikaji
sekaligus untuk jadi tambahan pengetahuan baru dalam khazanah ilmu al-Qur’an
dan Tafsir.karena seperti yang kiuta tahu...

Pembacaan sureah.. ayat.... untuk ,,, yang dilakukan oleh anggota pencak silat
Pagar Nusa . Merupakan dari keunikan, karna sepanjang yang peneliti telusuri,
sangat sedikit skripsi yang membahas Living Qur’an tentang amalan yang ada di
dalam organisasi pencak silat Nahdlatul ‘Ulama Pagar Nusa. Sehingga, peneliti
mengangkat tema tersebut untuk diteliti lebih lanjut, Sehingga penulis mengambil
judul “Pemahaman Pesilat Nahdlatul Ulama Pagarnusa terhadap
surah.....ayat......untuk ”. (Studi Living Al-Qur’an di Desa Talang Siku, Sungai
Lilin).

10
Putri Maria Ulvah, Penerapan Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah Melalui Kegiatan Pencak Silat
Pagarnusa Di Pondok Pesantren Darul Abror Watumas Purwanegara Purwokerto Utara, Skripsi,
(Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,2019), Hlm.6
11
Putri Maria Ulvah, Penerapan Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah Melalui Kegiatan Pencak Silat
Pagarnusa Di Pondok Pesantren Darul Abror Watumas Purwanegara Purwokerto Utara, Skripsi,
(Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,2019), Hlm.6
Bertujuan untuk melihat bagaimana proses budaya serta prilaku yang
diinspirasi oleh kehadiran al-qur’an tersebut.12

Penelitian dalam skripsi ini difokuskan pada penelitian lapangan yang


menekankan pada hasil wawancara dengan para narasumber di PSNU Pagar Nusa,
serta penelitian langsung dilakukan di lokasi latihan PSNU Pagar Nusa. Selain itu
penulis juga engumpulkan data-data terkait dengan PSNU Pagar Nusa, baik
melalui Buku Pelatihan Pagar Nusa, Artikel, maupun dariri Skripsi Untuk
mendeskripsikan Tentang Pagar Nusa yaitu dari segi sejarah, amalan yang diambil
dari al-Qur’an dan sunnah, serta mengetahui dari keanekaragaman jurus-jurus
yang ada dalam PSNU Pagar Nusa tersebut.

??????

Istilah Asma’ Pamungkas dan Panglimunan Perspektif PSNU

Setiap daerah dan guru dalam organisasi PSNU Pagar Nusa tentu

saja memiliki ciri khas perbedaan masing-masing, baik dari teknik

gerakannya ataupun amalan-amalan yang dipakai juga sangat beraneka

ragam. Seperti dalam organisasi PSNU Pagar Nusa di Pondok Jidarul

Ummah, Pakel, Kabupaten Tulungagung juga memiliki ciri khas gerakan

tersendiri, yaitu asma’ Pamungkas dan Panglimunan. Tidak hanya


gerakan,

12
Kaca hlm.254
tetapi di dalamnya juga mengandung amalan yang mengambil kutipan ayat

dari surah Yasin, tepatnya pada ayat 83 yang dipakai untuk asma’

pamungkas dan ayat 9 yang dipakai untuk panglimunan. Sebagaimana


yang

dikatakan oleh narasumber :

“Dari akhir ayat surah Yasin kalau disini sebagai asma’ pamungkas yaitu

untuk anti pukulan atau serangan, dan asma’ pamungkas itu sendiri
hanyalah

sebuah nama yang diberikan oleh masing-masing dari gurunya, dan


amalan dari

setiap ayat itu walaupun sama, tapi kadang diambil dari lafadz satunya itu
yang

gunanya untuk apa juga tidak sama kalau lain guru, jadi antara guru satu
dan yang

lainnya bisa memaknainya berbeda-beda.

Kemudian dalam surah Yaasin di ayat yang ke-9, kalau disini untuk

pangelimunan yang artinya menghilang, tapi di lain guru bisa untuk


melihat alam- alam ghaib, sehingga nama dan amalan-amalan itu berbeda,
tergantung dari gurunya

dan keyakinannya, kalau tidak yakin maka amalan itu pun tidak jadi,
karena

amalan itu sendiri urusannya dengan hati masing-masing yang


mengamalkan.”23

Anda mungkin juga menyukai