Syauki, yang konon merupakan salah seorang Rijal Ghaib ….dan lain
sebagainya. Dalam kondisi Spiritual sang Syaikh berkata “Kakiku ini ada
di punggung setiap Wali”. Begitu mendengar tersebut Syeh Ali ASl-Hiti
,”Kedua telapak kakiku ini berada di punggung setiap Wali Allah”. dan
pernyataan itu benar adanya. Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwea beliau adalah Qutb mereka pada saat itu. Barang siapa
berjumpa dengannya pada sat itu, berkhidmadlah kepadanya. Syaikh
musallamah bin Naimah As-Saruji ketika ditanya tentang siapakah
Qutb itu, beliau menjawab, “Beliau sekarang ada di Makkah,
bersembunyi dan hanya diketahui oleh orang-orang saleh. Dan akn
muncul di sini (Iraq) seorang pemuda ‘ajam yang mulia bernama
Abdul Qodir Akan tampak dari beliau beberapa Karomah yang luar
biasa . Beliau adalah Qutb waktunya dan Ghauts Zamannya. Baliau akn
berkata di hadapan orang-orang “Kedua telapak kakiku ini ada di
punggung setiap Wali Allah”, dan para Wali akan merendahkan
punggungnya kepada beliau. Allah akan memberikan manfaat darinya
dan dari karomahnya kepada siapa saja yang mempercayainya. Syaikh
Ali Al-Hiti meriwayatkan, “ketika Syaikh Abu Wafa sedang berbicara di
dalam majlis, masuklah Syeh Abdul Qodir .beliau memerintahkan para
murid untuk mengeluarkannya dan meneruskan ceramahnya.
Kemudian untuk yang ke tiga kalinya Syeh Abdul Qodir kembali masuk
ke pengajian tersebut. Kali ini Syaikh Abu Wafa’ turun dari kursinya
tempat menyampaikan pengajaran lalu memeluk beliau dan menciumi
dahinya seraya berkata,’Para penduduk Baghdad, berdirilah demi Wali
6|Manaqib Syech ‘Abdul Qodir Al-Jaelani
beliau dan jubah otoritas total atas segala yang wujud/eksis , untuk
mengangkatnya menjadi Wali atau menurunkannya sesuai syariat dan
hakikat. Dan aku mendengar eliau berkata ,”kedua telapak kakiku ini
dunia ini ada orang yang memiliki ciri seperti itu ?’ tanya seseorang
kepada beliau’Ada, dan Syeh Abdul Qodir pemimpin mereka’jawab
beliau. Di Maroko (Maghrib) Syaikh Abu Madin (setelah mendengarkan
pernyataan Syaikh Abdul Qadir ) memanjangkan lehernya dan berkata,
‘benar dan aku salah seorang dari mereka. Yaa Allah aku bersaksi
kepadaMu dan kepada para MalaikatMu bahwa aku mendengar dan
patuh’. Kemudian termasuk diantara mereka adalah Syaikh Abu Na’im
AL-Maghribi, Syaikh Abu Umar dan Utsman bin Marwazih Al-Bathiahi,
Syaikh Makarim, Syaikh Khalifah, Syaikh Uday bin Musafir. Pada saat
beliau mengucapkannya banyak orang yang melihat rombongan
orang yang terbang di udara untuk menghadap beliau berdasarkan
perintah Khidir as. Dan setelah mengucapkan selamat, seorang wali
berkata kepada beliau, ‘eahai raja zaman, pengusas tempat, pelaksana
perintah Sang Maha Pengasih, pewaris kitab Allah dan wakil RasuluLlah
SAW, yang dianugerahi langit dan bumi, yang menjadikan seluruh
orang pada masanya sebagai keluarganya, yang doanya dapat
menurunkan hujan, dan berkahnya menghilangkan mendung, yang
menjadikan kepala orang yang menghadapnya tertunduk, yang
makhluk gaib hadir di hadapannya sebanyak 40 shaf, dengan 70 orang
Gaib pada setiap shaf, yang ditelapak tangannya tertulis bahwa dia
tidak akan mendapat makar dari Allah, dan di umurnya yang ke dua
12 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i
Baghdad dan berkata dalam hati, “aku tidak akan menyanyi kecuali
untuk yang mati”. Saat aku mengelilingi kuburan ini, aku duduk di
salah satu kuburan yang ternyata telah terbelah dan nampak kepala
kepada beliau. Beliau hanya mengambil dari satu oraang, dan setelah
orang ini bertaubat, sisa dari uang pemberian tersebut beliau bagikan
kepada orang-orang. Peristiwa hari itu menyebabkan 5 orang
meninggal dunia. Al-Kaimani, Al-Bazaar, dan Abu Hasan Al-Ali yang
dikenal dengan As-Saqazar bercerita bahwa pada hari Rabu tanggal
27 Sya’ban tahun 529 H. Syaikh Abdul Qadir bersama rombongan
mengunjungi pekuburan Syunizi. Beliau berhenti di pekuburan Syaikh
HammadAd-Dabbas agak lama kemudian menlanjutkan perjalanannya
dengan muka berseri-seri. Pada saat ditanya sebab lamanya beliau
berhenti dan berseri-serinya muka Beliau, sang Syaikh menjawab,
“Pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 499 H aku bersama murid
Syaikh Hammad mengikuti beliau keluar Baghdad. Setibanya di
jembatan Yahud, beliau mendorongku sampai aku tercebur ke sungai-
pada saat itu udara sangat dingin-kemudian mereka berlalu dan
meninggalkanku. Aku berkata dalam hati, “Aku berniat mandi Jum’at”.
Saat itu aku mengenakan jubah sufi dan di lenganku terdapat sebuah
jubah lagi yang membuatku harus mengangkatnya agar tidak basah.
Aku kemudian keluar dari air dan memeras jubah tersebut dan
menyusul mereka dalam kondisi kedinginan hingga menusuk ke
tulang. Melihat kondisiku, para murid bermaksud hendak menolongku
namun beliau melarangnya seraya berkata, “Apa yang aku lakukan
18 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i
mahkota dari Yakut .di tangan kirinya terdapat gelang dari emas dan
beliau memakai dua sandal dari emas. Tapi tangan kanannya hilang.
‘Ada apa dengan lengan ini ?’ tanya ku kepada beliau. Beliau
menjawab, ‘inilah tangan yang aku pergunakan untuk mendorongmu’.
Kemudian beliau berkata, ‘maukah engkau memaafkan perbuatanku
itu ?’ ‘Ya’ jawabku. ‘jika demikian’ kata beliau, ‘mohonkan kepada Allah
agar Dia mengembalikan lenganku seperti sedia kala’. Akupun
memohonkan kepada Allah untuk itu dan pada saat itu 5000 wali turut
memohon kepada Allah, mendukungku dari kubur mereka. Aku terus
memohon kepada Allah hingga akhirnya Allah mengembalikann
lengan kanannya dan beliau menjabat tanganku dengan tangan kanan
tersebut. Dengan demikian sempurnalah kebahagiaannya dan
kebahagiaanku.” Ketika kabar tersebut tersebar di Baghdad para murid
Syaikh Hammad beramai-ramai mendatangi sang Syaikh untuk
meminta klarifikasi atas pernyataan tersebut. Setibanya di madrasah
beliau, sebagai rasa hormat mereka kepada beliau, tidak ada
seorangpun yang memulai pembicaraan. Beliaupun kemudian
memulai pembicaraan dengan menerangkan maksud kedatangan
mereka saat itu. Kemudian beliau berkata kepada mereka, “Kalian pilih
dua orang. Insya Allah melalui mereka berdua akan jelas apa yang aku
ucapkan”. Mereka kemudin memilih Syaikh Yusuf Al-Hamdani RA.
19 | M a n a q i b S y e c h ‘ A b d u l Q o d i r A l - J a e l a n i
Yang pada saat itu ada di Baghdad, dan Syaikh Abdurrahman AL-Kurdi
yang memang tinggal di Baghdad. Mereka berdua termasuk orang-
orang yang dianugerahi kasyf .’Kami serahkan urusan ini kepada kalian’
‘Demi hak-Ku atas dirimu, makan’. Aku juga tidak minum sampai Allah
berkata kepadaku, ‘Demi hak-Ku atas dirimu, minum’. Dan aku tidak
akan melakukan sesuatu kecuali berdasarkan perintah Allah”. Syaikh
Engkau cerai beraikan mereka seperti ini’. Seketika itu pula hujan
berhenti, tidak ada satu tetespun air yang turun di majlis tersebut
sedangkan di luar madrasah hujan tetap lebat”. Syaikh AbdulLah Al-
tempat semacam ribath yang sama sekali tidak aku ketahui. Di dalam
ribath tersebut terdapat 6 orang yang sedang duduk, dan ketika
mereka mengetahui kedatangan Syaikh Abdul Qadir maka merekapun
wali abdal dan suara dengungan yang engkau dengar adalah wali
yang ke tujuh. Dia sedang sakit dan aku hadir di sana untuk
melayatinya. Adapun orang yang aku ambil syahadatnya adalah