Anda di halaman 1dari 19

Amalan Dashyat, Do’a (Hizib) Syekh Abdul

Qodir Al Jailani
– Syekh Abdul Qadir Jaelani atau Abd al-Qadir al-Gilani (bahasa Kurdi: Evdilqadirê
Geylanî, bahasa Persia: ‫عبد القادر گیالنی‬, bahasa Urdu: ‫ عبد القادر آملی گیالنی‬Abdolqāder Gilāni)
(470–561 H) (1077–1166 M) adalah seorang ulama fiqih yang sangat dihormati oleh
Sunni dan dianggap wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Syekh Abdul Qodir menulis
dan menerbitkan beberapa kitab perihal keutamaan sholawat, dzikir, dan do’a-do’a
yang mustajab, dikenal sebagai Hizib Syekh atau amalan yang telah disusun oleh
Syekh Abdul Qodir Jaelani lalu bisa diamalkan bagi para murid, dan kita semua.

Berkah dari hizib Syekh Abdul Qadir Jaelani begitu banyak, khususnya untuk
kerezekian dan mendatangkan kesuksesan. Hizib wirid dan do’a yang ia ajarkan dikenal
sebagai Hizib Syekh Abdul Qodir Jailani.

Do’a (Hizib) Syekh Abdul Qodir Al Jailani 


Khasiat hizib ini, insyaallah, diantaranya mendapat pertolongan secara ajaib/tidak
terduga manakala menghadapi problem apapun. Hizib atau doa ini juga atas izin Allah
dapat memperluas pintu rejeki, selamat dari aneka macam kejahatan

Doa ini memiliki khasiat yang menakjubkan, yaitu barang siapa yang membaca doa ini
72x , maka akan menjadi sakti dengan izin Allah swt.

Selain itu Allah SWT akan menunjukkan perlindungan dari kesusahan, prihatin, serta
diluaskan rezeqinya

Di samping itu, bila ada orang yang akan berbuat jahat maka tidak akan kesampaian.

Kita akan dijauhkan dari musuh, tenung, sihir/santet dan segala perkara yang tidak
terperinci atas kekuasaan Allah SWT serta dipersatukan kelompoknya, dan dipenuhi
kebutuhannya oleh Allah.

Adapun yang mengamalkannya juga bisa mendapat pesan yang tersirat membaca
menjadikannya:
1. Dikasihi dan dicintai makhluk
2. Diberikan ketentraman dalam rumah tangga
3. Disenangi dalam pergaulan
4. Mendapatkan kesaktian/kedigjayaan
5. Diberikan Yang Mahakuasa rezeki yang berlimpah
6. Mendapat perlindungan harta bendanya
7. Mendapat kecukupan barokah, karomah, fadhal.
8. Senantiasa mendapat pertolongan dari Yang Mahakuasa SWT.
Cara mengamalkan Doa (Hizib) Syekh Abdul Qodir
Jaelani

Amalkan hizib ini bisa di dawwamkan (istiqomah) sehabis Sholat fardhu 5 waktu dibaca
1 kali, atau lebih bisa 72 kali dimohon sebelumnya kirim fatihah kepada:

 Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu Àlaihi Wassalam


 Syekh Muhyidin Abdul Qodir al-Jailani
 Syekh Mahfuzh Sya’rani Man Ajazani
Agar menerima Ridho dan Karomahnya serta atas Izin Yang Mahakuasa supaya kita
mendapat khasiat dan impian kita.

Do’a (Hizib) Syekh Abdul Qodir Al Jailani

‫س ِم اللّـ ٰـ ِه ال َّر ْحــمٰ ِن ال َّر ِحـ ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

َ‫ اِنَّ َك أَ ْنت‬،‫ش ْملِي ا ْل ُم ْن َدثِ ْر‬َ ‫اج َم ْع‬ ْ ‫س ْر َو‬ ِ ‫اجبُ ْر قَ ْلبِي ا ْل ُم ْن َك‬ ْ ‫ َو‬،‫َص ْر‬ِ ‫ب فَا ْنت‬ ٌ ‫َر ِّب اِنِّي َم ْغلُ ْو‬
‫ص ْي َرا‬ِ َ‫ َو َكفَى بِاهللِ ن‬،‫و َكفَى بِاهللِ َولِيَّا‬، َ ‫ال َّر ْح َمنُ ا ْل ُم ْقتَ ِد ْر إِ ْكفِنِي يَا َكافِي َوأَنَا ا ْل َع ْب ُد ا ْل ُم ْفتَقِ ْر‬
،‫ َو َما هللاُ يُ ِر ْي ُد ظُ ْل ًمالِ ْل ِعبَا ْد فَقُ ِط َع َدابِ َرا ْلقَ ْو ِم الَّ ِذ ْي َن ظَلَ ُم ْوا‬،‫الش ْركَ لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ِم‬ِ َّ‫إِن‬
‫َوا ْل َح ْم ُدهللِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِم ْي ِن‬

Artinya:

“Wahai Yang Mahakuasa saya sudah kalah (kalah oleh badan dan nafsuku hingga tak
bisa terus-menerus berdzikir dan mendekat kepada-Mu) maka berilah pertolongan,
maka hiburlah hati yang telah hancur ini(Maka padukanlah kemuliaan dan
kesempurnaan yang telah terselubung, sungguh Engkau Yang Maha Pengasih dan
Maha Menentukan)

Cukupkanlah bagiku (cukupilah segala kebutuhanku) dan saya ialah Hamba yg sangat
membutuhkan uluran bantuan-Mu dan cukuplah sudah Yang Mahakuasa sebagai yang
diandalkan, dan cukuplah sudah Yang Mahakuasa sebagai Penolong(Sungguh
menduakan Yang Mahakuasa ialah kejahatan yang besar, dan tiadalah menginginkan
kejahatan dan kegelapan bagi hamba hamba-Nya)(Maka terputuslah segala
kebijaksanaan kancil dan perjuangan mereka mereka yang berbuat kejahatan, dan
segala puji bagi Tuhan sekalian alam)”

Berkah dan khasiat selanjutnya yang dapat kita ambil bila mau mengamalkan hizib
abdul qodir jaelani ini:

 Menghilangkan segala kegelisahan, kegundahan hati dan segala kesusahan


dalam hidup anda. Seberat apapun beban yang anda rasakan akan terasa
ringan dengan rutin membaca hizib tersebut.
 Membuka pintu rezeki, mengalirkan rezeki dengan begitu deras, melimpahkan
serta melipat gandakan rezeki anda, serta menjadikannya rezeki yang berkah
bagi hidup anda.
 Memberikan keselamatan diri anda, baik dari serangan insan maupun
makhluk ghaib. Serta menghindarkan anda dari segala marabahaya.
 Menjaga hati anda dari perbuatan mungkar yang dilaknat ALLAH SWT.
 Menghindarkan anda dari bencana alam dan kecelakaan atas izin Tuhan
Yang Maha Kuasa.
 Menjauhkan anda dari sihir, tenung, teluh, dan sebangsanya. Apapun
sihirnya, Insya Yang Mahakuasa tidak akan bisa membahayakannya. Sebab
ini do’a untuk mengalahkan para dukun yang bersedekah menggunakan
amalan setanMembuat musuh-musuh anda tunduk dan takluk pada anda.
 serta banyak lagi  hikmah lainya
Catatan mengenai pengamalannya

Do’a Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani ini begitu terkenal di kalangan umat muslim. Banyak
orang membahas bagaimana dahsyatnya do’a itu dengan membeberkan aneka macam
khasiat dan keutamaannya.

Bahkan banyak pula yang membeberkan aneka macam kesaktian (Hizb) karena
karomah do’a Syekh Abdul Qodir Al Jailani ini.

Dalam mengamalkan doa apapun itu bukan hanya untuk mencari khasiat. Bacalah doa
tersebut dengan Ikhlash sebagai menambah keimanan kita.

Niatkan Ibadah dan mengasah batin supaya tawadu dalam memohon do’a, dari sipat
su’uzhon atau kotor, bacaan doa-doa hanya untuk mendapat khasiat semata itu sangat
tidak disarankan.

Asy-Syekh memang sudah tiada secara jasadiah, namun secara batiniah orang-orang
shaleh terus memantau perkembangan generas-generasi yang akan datang.

Manakala kita sedang tersudutkan oleh suatu permasalahan hidup, maka yang pertama
harus kiata ingat ialah Yang Mahakuasa serta berdoalah atau bacalah doa tersebut
dengan niat memantapkan keimanan kehidupan dan bersabar menjalankannya.

Jika ini kita lakukan, maka Insya Allah, Syekh juga melihat kita di alamnya. Tanpa kita
sadari karomah demi karomah akan kita dapatkan guna menyelesaikan terjangan
ombak kehidupan.

Dan jangan lupa untuk bertawashul atau hadiah untuk Syekh, karena Yang Mahakuasa
maha pembalas dan Insya Yang Mahakuasa kita akan mendapat akhir kebaikan
dariNya dari karena Mendoakan para Waliullah, Aamiin..!
Akhir kata supaya artikelnya bermanfaat dan dalam mengamalkannya, ditulis oleh Yang
Mahakuasa sebagai Ibadah, dan alhasil yaitu di yaumil Akhkir kita akan termasuk orang
yang mendapat RidhoNya, supaya kita selalu mendapat Lindungan Yang Maha kuasa
Subhanahu Wataàla, Amiin ya Allah. (dari berbagai sumber)

Yang mengaku umat Nabi Muhammad, harusnya mengikuti wasiat ini!


Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah menitipkan wasiat untuk umat beliau melalui para
sahabat. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan pesan untuk umat Islam
amalkan meski sang Rasul telah pergi ke maghfirah-Nya. Wasiat yang disampaikan sang
uswatun hasanah pun bukan lain untuk menyelamatkan umatnya di dunia maupun di
akhirat. Inilah sedikitnya wasiat-wasiat Rasulullah tercinta. Dikutip
dari muslimadaily.com berikut 7 wasiat itu.

1. Jagalah Allah, Maka Allah akan Menjagamu.

Rasulullah menyampaikan wasiat kepada Ibnu Abbas yang saat itu masih sangat muda.
Beliau bersabda, “Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya
engkau akan dapati Dia di hadapanmu.” (HR. At Tirmidzi).

Terkait

 Nasibmu Tak Seindah Namamu


 Institut Tazkia adakan Fun Walk Ekonomi Islam
 Bangkit dan Runtuhnya Andalusia
 Positif Saja!

Makna “menjaga Allah” yakni menjaga syariat-Nya dengan menegakkan perintah-Nya


sesuai batasan. Yaitu melaksanakan kewajiban tanpa melampauinya, serta meninggalkan
hal yang diharamkan sekecil apapun itu. Dengan menjaga Allah, maka Allah akan menjaga
orang tersebut baik dalam hal agama, keluarga, maupun hartanya, baik saat ia hidup
maupun ia telah tiada.

Contoh nyata ada pada kisah Nabi Khidhir yang melakukan perjalanan bersama Nabi
Musa. Di tengah jalan Nabi Khidir membetulkan sebuah tembok rumah yang hampir roboh.
Ketika ditanya oleh Nabi Musa, mengapa melakukannya, ternyata Nabi Khidir menjaga
harta anak yatim yang ditinggalkan ayahnya di bawah dinding yang hendak roboh tersebut.

Penjagaan tersebut dilakukan atas perintah Allah karena ayah sang anak yatim seorang
yang menjaga syariat-Nya. “Adalah ayah keduanya seorang yang saleh.” (QS. Al Kahfi: 82).
Meski si ayah telah meninggal, Allah masih menjaga keluarganya, Masya Allah.

2. Kenalilah Allah Saat Lapang, Maka Allah akan Mengenali Saat Sempit.

Nabi Muhammad bersabda, “Kenalilah Allah dalam keadaan engkau lapang niscaya Dia
akan mengenalimu saat engkau dalam kesempitan. Ketahuilah, apa yang telah ditetapkan
luput dari mu niscaya tidak akan menimpamu dan apa yang ditetapkan menimpamu
niscaya tidak akan luput darimu. Ketahuilah, pertolongan itu bersama kesabaran,
kelapangan itu bersama kesulitan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (HR. Ahmad
dan Al Hakim).

Pada umumnya, manusia hanya dekat pada Allah saat kondisi sulit. Ketika ditimpa masalah
atau hendak mengerjakan suatu kesulitan, tiba-tiba ibadah lebih giat dan lebih sungguh-
sungguh. Namun begitu kesulitan itu terlewati, luntur sudah ibadah yang giat tersebut.
Karena itulah Rasulullah mewasiatkan untuk terus beriman, bertakwa dan beribadah
apapun kondisinya, baik senang atau sedih, susah atau lapang.

Dengannya, Allah pun akan menolong di setiap kesulitan, termasuk pertolongan saat
menghadapi sakitnya kematian, serta memberikan kelancaran di setiap persoalan yang
dihadapi. Ingatlah, Allah akan memberikan dan menjanjikan kemudahan setelah kesulitan
yang dihadapi hamba-Nya yang dekat dengan-Nya di saat lapang maupun sempit. Siapa
yang tak ingin bantuan Allah yang tak memiliki batas, di mana pun dan kapan pun.

3. Bertaqwalah di Mana pun Kau Berada

Melalui Abu Dzar, Rasulullah menyampaikan tiga poin wasiat, beliau bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan
perbuatan baik niscaya kebaikan akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan
budi pekerti yang mulia.” (HR. At Tirmidzi).

Poin pertama yakni mengajak agar selalu bertakwa kepada-Nya di mana pun itu. Tak hanya
bertakwa saat di masjid, namun juga di tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal, bahkan
di jalanan. Tak hanya saat dilihat banyak orang, namun juga bertakwa saat seorang diri.
Sering kali seorang nampak saleh di mata teman, kerabat dan tetangga, namun ternyata
gemar bermaksiat saat seorang diri.

4. Ikutilah Perbuatan Buruk dengan Perbuatan Baik

Masih disebutkan dalam hadits sebelumnya, Rasulullah juga menyampaikan wasiat kepada
umat beliau agar segera melakukan perbuatan baik setelah lalai melakukan perbuatan
buruk. Manusia tak pernah luput dari dosa. Karena itulah Rasulullah mewasiatkan agar
menghapus dosa dan kesalahan dengan amal baik.

Ibnu Mas’ud mengisahkan tentang wasiat tersebut. Suatu hari seorang pemuda mendatangi
Rasulullah dan mengatakan bahwa dahulu ia pernah berbuat dosa, yakni mencium seorang
wanita yang bukan halal untuknya. Ia pun mengungkap kesalahannya kepada Rasulullah
dan ingin bertaubat.

Rasulullah lalu mendapat wahyu dari Allah, “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang
(pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Hud: 114).

Pemuda itu lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah hal itu khusus bagiku?” Rasulullah
menjawab, “Bagi semua orang yang mengamalkannya dari umatku.” (HR. Al Bukhari).

5. Bergaullah dengan Akhlak Mulia

Rasulullah Sang teladan berkata, “Dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang
mulia.” (HR. At Tirmidzi). Agama Islam datang melalui seorang yang paling bagus
akhlaknya dan bertugas menyempurnakan akhlak manusia. Karena itulah beliau
mewasiatkan umatnya untuk memiliki budi pekerti yang baik dalam bersosial, baik
berteman, bertetangga, ataupun bermasyarakat.

Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.”
(QS. Al Ahzab: 21). Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al Bukhari).

Lalu seperti apa akhlak yang baik itu? Ummul Mukminin Aisyah pernah ditanya seperti apa
akhlak Rasulullah. beliau radiyallahu ‘anha pun menjawab, “Akhlak beliau adalah Al
Qur’an.” Maksudnya, perilaku Rasulullah tidaklah keluar dari segala budi pekerti yang
diajarkan kitabullah.
6. Janganlah Engkau Marah, Maka Bagimu Surga
Hadits datang dari Abu Hurairah, ia berkata, seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah,
“Berilah wasiat kepadaku.” Rasulullah bersabda, “Janganlah engkau marah.” Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Rasulullah kembali bersabda, “Janganlah
engkau marah.” (HR. Al Bukhari). Dalam riwayat lain, si pria yang meminta wasiat
tersebut berkata, “(Lalu aku memikirkan wasiat Nabi tersebut), ternyata kemarahan
mencakup keburukan seluruhnya.” (HR. Ahmad).

Wasiat yang disampaikan Rasulullah terus diulang berkali-kali dan lafadznya sama,
“Janganlah engkau marah”. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya menahan
amarah dalam ajaran Islam. Rasulullah juga bersabda, “Janganlah engkau marah, maka
bagimu surga.” (HR. Ibnu Abid Dunya).

Menahan marah pastilah sangat sulit, karena saat marah seakan emosi meluap hingga
lisan dan tangan tak terkendali. Karena itulah Rasulullah memberikan tips menahan marah,
“Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk. Jika
dengan itu kemarahan menjadi hilang (itulah yang diharapkan). Jika masih belum hilang,
hendaknya berbaring.” (HR. Abu Dawud).

Kalau marah, duduklah! Itu wasiat Nabi! CLICK TO TWEET

7. Shalatlah…

Wasiat ini disampaikan Rasulullah ketika ditimpa sakit menjelang kematian beliau.
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, pada saat sakit yang menyebabkan kematian,
Rasulullah bersabda, Sholatlah… dan (jagalah) budak sahaya kalian. Beliau ucapkan itu
terus menerus hingga lisan beliau tidak bisa lagi mengucapkannya dengan fasih.” (HR. Ibnu
Majah).

Di akhir usia beliau, Rasulullah mengingatkan umatnya agar selalu mendirikan shalat, dan
menjaga atau tidak merendahkan budak. Meski rasa sakit yang teramat sangat menyerang
tubuh mulianya, Rasulullah terus berusaha menyelamatkan umatnya agar selamat dunia
dan akhirat.

Sedikitnya itulah tujuh wasiat yang pernah disampaikan Rasulullah. Ada banyak wasiat lain
yang beliau sampaikan dan peringatkan karena besarnya kasih sayang sang khatimul
anbiya pada umat. Wasiat-wasiat tersebut bukan lain untuk bekal para hamba Allah dalam
menjalani dunia dan menghadapi akhirat kelak.
Doa Setelah Sholat Tahajud (Tulisan Arab)
َ ‫ك ْال َح ْم ُد اَ ْن‬
‫ت‬ َ َ‫ َول‬.‫ض َو َم ْن فِ ْي ِه َّن‬ ِ ْ‫ت َو ْاالَر‬ ِ ‫ت قَيِّ ُم ال َّس َم َوا‬ َ ‫ك ْال َح ْم ُد اَ ْن‬ َ َ‫اَللهُ َّم ل‬
ِ ‫ت نُ ْو ُر ال َّس َم َوا‬
‫ت‬ َ ‫ك ْال َح ْم ُد اَ ْن‬ َ َ‫ َول‬.‫ض َو َم ْن فِ ْي ِه َّن‬ِ ْ‫واالَر‬ ْ ‫ت‬ ِ ‫ك ال َّس َم َوا‬ ُ ِ‫َمال‬
ٌّ ‫ك َح‬
‫ق‬ َ ‫ق َولِقَا ُء‬ ُّ ‫ك ْال َح‬َ ‫ق َو َو ْع ُد‬ ُّ ‫ت ْال َح‬
َ ‫ك ْال َح ْم ُد اَ ْن‬َ َ‫ َول‬.‫ض َو َم ْن ِف ْي ِه َّن‬ ِ ْ‫َو ْاالَر‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ق ُم َح َّم ٌد‬ ٌّ ‫ق َوالنَّبِي ُّْو َن َح‬ ٌّ ‫ق َوالنَّا ُر َح‬ ٌّ ‫ق َو ْال َجنَّةُ َح‬ ٌّ ‫ك َح‬ َ ُ‫َوقَ ْول‬
‫ق‬ٌّ ‫ق َوالسَّا َعةُ َح‬ ٌّ ‫َو َسلَّ َم َح‬
“Ya Allah! Milik.Mu lah segala puji. Engkaulah penegak dan pengurus
langit dan bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya. Milik.Mu lah
segala puji. Engkaulah penguasa langit dan bumi beserta makhluk yang
ada di dalamnya. Milik.Mu lah segala puji. Engkaulah cahaya langit dan
bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya. Milik.Mu lah segala puji.
Engkaulah Yang Haq (benar), janji.Mu lah yang benar, pertemuan
dengan.Mu adalah benar, perkataan.Mu benar, surga itu benar (ada),
neraka itu benar (ada), para nabi itu benar, Nabi Muhammad saw itu
benar, dan hari kiamat itu benar (ada).

ُ ‫ص ْم‬
‫ت‬ َ ‫ك َخا‬ ُ ‫ك اَنَب‬
َ ِ‫ْت َوب‬ َ ‫ت َواِلَ ْي‬ُ ‫ك تَ َو َّك ْل‬
َ ‫ت َو َعلَ ْي‬ ُ ‫ك اَ َم ْن‬
َ ِ‫ت َوب‬ ُ ‫ك اَ ْسلَ ْم‬
َ َ‫اَللهُ َّم ل‬
‫ت‬ُ ‫ت َو َما اَ ْعلَ ْن‬ ُ ْ‫ت َو َما اَ ْس َرر‬ ُ ْ‫ت َو َما اَ َّخر‬ ُ ‫ت فَا ْغفِرْ لِ ْي َماقَ َّد ْم‬ُ ‫ك َحا َك ْم‬ َ ‫َواِلَ ْي‬
َ ‫ت ْال ُم َؤ ِّخ ُر الَاِلَهَ اِالَّ اَ ْن‬
َ‫ َوال‬.‫ت‬ َ ‫ت ْال ُمقَ ِّد ُم َواَ ْن‬
َ ‫ اَ ْن‬.‫ت اَ ْعلَ ُم بِ ِه ِمنِّ ْي‬َ ‫َو َما اَ ْن‬
ِ‫َح ْو َل َوالَ قُ َّوةَ اِالَّ بِاهلل‬
Ya Allah! Hanya kepada.Mu lah aku berserah diri, hanya kepada.Mu lah
aku beriman, hanya kepada.Mu lah aku bertawakkal hanya kepada.Mu lah
aku kembali, hanya dehgan.Mu lah kuhadapi musuhku, dan hanya
kepada.Mu lah aku berhukum. Oleh Sebab itu ampunilah segala dosaku,
yang sudah kulakukan dan yang (mungkin) akan kulakukan, yang
kurahasiakan dan yang kulakukan secara terang-terangan, dan dosa-dosa
lainnya yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkaulah Yang
Maha Terdahulu dan Engkaulah Yang Maha Terakhir. Tiada Tuhan selain
Engkau, dan Tiada daya upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah.”
‫حزب الخفى‬

  ‫صلَّى‬ َ ِ‫ل هللا‬Dِ ْ‫ْت فِى َرسُـو‬ ُ ‫ف هللاِ َو تَ َشـفَع‬ ِ ‫ت فِى َكـ ْن‬ ُ ‫ْف صُـ ْن ِع هللاِ بِ َج ِمـي ِْل ِسـ ْت ِر هللاِ َد خَ ْل‬ ِ ‫ف هللاِ بِا للَّ ِطي‬ ْ ُ‫بِ َخـفِ ِّى ل‬
ِ ‫ـط‬
‫ اَ ْهـيَا‬.‫ اُهَـ ْي ٍل‬. ‫ اُهَـي ٍْل‬.‫ بِـيَا ٍه‬. ‫ـظي ِْم بِـيَا ٍه‬ ِ ‫ك هللاِ بِالَ َحوْ َل َوالَ قُـ َّو ةَ اِالَّ بِا هللِ ْال َعـلِ ِّي ْال َع‬ ِ ‫هللاُ َعلَيْـ ِه َو َسـلَّ َم بِ َد َوا ِم ُم ْل‬
‫ق َم ْن يُحْ ِي ْال ِعـظَ ِام َو‬ ِّ ‫ت بِ َح‬ ِ ‫ت ْالبَـيِّـنَا‬
ِ ‫ت هللاِ َو بِا ْاألَ يَا‬ ِ ‫ب هللاِ َو َمنَعْـتُـهَا بِـأ َ يَا‬ ِ ‫س بِ ِح َجا‬ِ ‫ْت نَـ ْف‬ُ ‫ َح َجـب‬.‫س‬ ٍ ‫ اَ ْهـيَا‬. ‫س‬ ٍ
ُ‫صل َى هللا‬ َ ‫ِه َي َر ِمـ ْي ٌم ِجـب ِْر ْي ُل ع َْن يَ ِميْـنِى َو إِ س َْرا فِـ ْي ُل ع َْن َو َر ئِى َو ِمـ ْي َكا ئِـي ِْل ع َْن يَ َسا ِرى َو َسـيِّ ِد نَا ُم َحـ َّم ٍد‬
‫صى ُموْ َسى فِى يَـ ِد ي فَ َم ْن َر أَ نِى هَا بَنِى َو خَ ـت َِم ُسلَـ ْي َما ن َعلَى لِ َسا نِى فَ َم ْن تَـ َكا‬ َ ‫َعلَـ ْي ِه َو َسـلَّ َم اَ َما ِمى َو َع‬
‫ض َحا َجـتِى َو نُوْ ُر يُوْ سُفَ َعلَى َو جْ ِهى فَ َم ْن َر آ نِى ي ُِحـبُّنِى َو هللاُ ِم ْن َو َرا ئِى ُم ِحـ ْيطُ بِى َو ه َُو‬ َ َ‫ت اِ لَيْـ ِه ق‬ ُ ‫لَ ْم‬
‫ْال ُم ْستَ َعا نُ بِى عَل َى اَ ْع َد ا ئِى الَ إِلَـهَ إِالَّ هللاُ ا ْل َكبِـ ْي ُر ا ْل ُمتَـ َعالِى َو الَ َحوْ َل َو الَ قُـ َّو ةَ اِالَّ بِا هللِ ْال َعـلِ ِّي ْال َع ِظـي ِْم‬
ِّ‫صحْ بِ ِه َو َسـلَّم َو ْال َح ْم ُد لِلّـ ِه َرب‬ َ ‫ف ا ْل َغ َّم ِة َو َعلَى اَ لِـ ِه و‬ ِ ‫ هللاُ َعلَى َسـيِّ ِدنَا ُم َحـ َّم ِد النَّبِ ِي األُ َّمـ ِة َو َكا ِش‬D‫صلَّى‬ َ ‫َو‬
َ‫ال َعالَ ِمـين‬

Dengan kesamaran kelembutan Allah dan dengan kelembutan bikinan Allah /


pembuatan Allah dan dengan bagusnya tutup Allah, saya masuk dalam gedung
Allah dan saya minta syafa ‘at kepada rasullullah SAW, Dengan kekalnya kerajaan
Allah dan dengan kalimat la Haw la wa la quwwata illa billahil aliyyil azhim Dan
dengan nama Bi Yaahin – Bi Yaahin U haylin – U haylin Ah yaasin – Ah yaasin
Kebentengi diriku dengan benteng Allah dan kucegah diriku dengan ayat-ayat
Allah dan serta ayat-ayat yang jelas, dengan haknya zat yang menghidupkan tulang
yang sudah rapuh Malikat Jibril dari kanan ku Malaikat Mika’il dari kiri ku
Malaikat Isra’fil dari belakang ku Dan nabi Muhammad saw dari depanku Tongkat
Musa berada dalam tanganku, barang siapa melihat padaku maka takut padaku,
Cincin Sulaiman berada di lisan ku, barang siapa berbicara padaku maka
memenuhi hajatku, Cahaya Yusuf berada di wajahku, barang siapa melihat padaku
maka cinta padaku, Allah dari belakangku dan meliputi padaku, Dia adalah
penolongku, mengalahkan musuh-musuhku Tiada Tuhan kecuali Allah yang maha
besar, luhur, tiada daya dan kekuatan kecuali pertolongan Allah yang maha agung ,
semoga salawat dan salam tercurah kepada nabi Muhammad saw dan yang
menghilangkan kesusahan dan kepada keluarga dan sahabatnya Dan segala Puji
bagi Allah Tuhannya semua makhluk.
SYARAT IBADAH DITERIMA

Allâh Azza wa Jalla mewajibkan seluruh hamba-Nya untuk beribadah kepada-


Nya. Kemudian Dia akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang
telah mereka amalkan. Namun ibadah akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla ,
jika memenuhi syarat-syarat diterimanya amal sebagaimana telah dijelaskan
oleh Allâh dan Rasul-Nya. Syarat-syarat tersebut ada tiga, yaitu: iman, ikhlas,
dan ittiba’. Inilah sedikit penjelasan tentang tiga perkara ini:

IMAN

Secara bahasa Arab, sebagian orang mengartikan iman


dengan: tashdîq (membenarkan atau meyakini kebenaran
sesuatu); thuma’ninah (ketentraman); dan iqrâr (pengakuan). Makna yang ketiga
inilah yang paling tepat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dan telah diketahui bahwa iman
adalah iqrâr (pengakuan), tidak semata-mata tashdîq. Iqrâr (pengakuan)
mencakup perkataan hati, yaitu tashdîq (membenarkan atau meyakini
kebenaran), dan perbuatan hati, yaitu inqiyâd (ketundukan hati)”. [1]

Dengan demikian, iman adalah iqrâr (pengakuan) hati yang mencakup:

 Keyakinan hati, yaitu meyakini kebenaran berita.


 Perkataan hati, yaitu ketundukan terhadap perintah.

Yaitu: keyakinan yang disertai dengan kecintaan dan ketundukan terhadap


segala yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Allâh Azza wa Jalla .

Adapun secara syara’ (agama), maka iman yang sempurna


mencakup qaul (perkataan) dan amal (perbuatan).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dan di antara prinsip-


prinsip Ahli Sunnah wal Jama’ah bahwa ad-din (agama) dan al-iman adalah:
perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan dan
anggota badan”. [2]

Iman memiliki enam rukun, yaitu: iman kepada Allâh, malaikat-malaikatNya,


kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, dan iman kepada qadar. Inilah pokok
iman.
Selain rukun, iman juga memiliki bagian-bagian.  Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam  menyebutkan bahwa iman itu memiliki 73 bagian, sebagaimana
dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ِ ‫ضلُ َها قَ ْو ُل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ ْدنَاهَا إِ َماطَةُ اأْل َ َذى ع َِن الطَّ ِر‬
‫يق َوا ْل َحيَا ُـء‬ َ ‫ش ْعبَةً فَأ َ ْف‬
ُ َ‫ستُّون‬ ْ ِ‫س ْب ُعونَ أَ ْو ب‬
ِ ‫ض ٌع َو‬ ْ ِ‫اإْل ِ ي َمانُ ب‬
َ ‫ض ٌع َو‬
‫إْل‬ ٌ
‫ش ْعبَة ِمنَ ا ِ ي َما ِن‬ ُ

Iman ada 73 lebih atau 63 lebih bagian, yang paling utama adalah perkataan Laa
ilaaha illa Allâh, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan,
dan rasa malu adalah satu bagian dari iman.[3]

Iman Syarat Diterima Amal Shalih

Banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa iman merupakan syarat


diterimanya sebuah amal. Antara lain, firman Allâh Azza wa Jalla :

َ ‫ َولَنَ ْج ِزيَنَّ ُه ْم أَ ْج َر ُه ْم بِأ َ ْح‬  ًۖ‫صالِ ًحا ِمنْ َذ َك ٍر أَ ْو أُ ْنثَ ٰى َوه َُو ُمؤْ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَة‬
َ‫س ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬ َ ‫َمنْ َع ِم َل‬

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. [An-Nahl/16: 97]

Oleh karena itu amalan orang kafir tertolak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫ ٰ َذلِ َك ُه َو‬  ۚ‫سبُوا َعلَ ٰى ش َْي ٍء‬


َ ‫اَل يَ ْق ِد ُرونَ ِم َّما َك‬  ۖ‫ف‬
ٍ ‫َاص‬ ْ ‫أَ ْع َمالُ ُه ْم َك َر َما ٍد ا‬  ۖ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ َكفَ ُروا بِ َربِّ ِه ْم‬
ُ ‫شتَدَّتْ بِ ِه ال ِّر‬
ِ ‫يح فِي يَ ْو ٍم ع‬
‫ضاَل ُل ا ْلبَ ِعي ُد‬ َّ ‫ال‬

Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti


abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin
kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah
mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang
jauh. [Ibrâhîm/14:18]

Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ُ‫ش ْيئًا َو َو َج َد هَّللا َ ِع ْن َدهُ فَ َوفَّاه‬َ ُ‫سبُهُ الظَّ ْمآنُ َما ًء َحت َّٰى إِ َذا َجا َءهُ لَ ْم يَ ِج ْده‬
َ ‫ب بِقِي َع ٍة يَ ْح‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ َكفَ ُروا أَ ْع َمالُ ُه ْم َك‬
ٍ ‫س َرا‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س ِري ُع ا ْل ِح‬ َ ُ ‫ َوهَّللا‬  ُۗ‫سابَه‬ َ ‫ِح‬

Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di


tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya
(ketetapan) Allâh di sisinya, lalu Allâh memberikan kepadanya perhitungan amal-
amalnya dengan cukup dan Allâh sangat cepat perhitungan-Nya. [An-Nur/24: 39]

Walaupun amal orang kafir tertolak di akhirat, namun dengan keadilan-Nya, Allâh
Azza wa Jalla memberikan balasan amal kebaikan orang kafir di dunia ini.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ت َما َع ِم َل بِ َها هَّلِل‬ َ ‫سنَةً يُ ْعطَى بِ َها فِي ال ُّد ْنيَاـ َويُ ْجزَ ى بِ َها ِفي اآْل ِخ َر ِة َوأَ َّما ا ْل َكافِ ُر فَيُ ْط َع ُم بِ َح‬
‫سنَا ِـ‬ َ ‫إِنَّ هَّللا َ الَ يَ ْظلِ ُم ُمؤْ ِمنًا َح‬
‫سنَةٌ يُ ْج َزى بِ َها‬ َ ‫ضى إِلَى اآْل ِخ َر ِة لَ ْم تَ ُكنْ لَهُ َح‬ َ
َ ‫فِي ال ُّد ْنيَا َحتَّى إِ َذا أ ْف‬

Sesungguhnya Allâh tidak akan menzhalimi kepada orang mukmin satu


kebaikanpun, dia akan diberi (rezeki di dunia) dengan sebab kebaikannya itu,
dan akan di balas di akhirat. Adapun orang kafir, maka dia diberi makan dengan
kebaikan-kebaikannya yang telah dia lakukan karena Allâh di dunia, sehingga
jika dia telah sampai ke akhirat, tidak ada baginya satu kebaikanpun yang akan
dibalas .[4]

Dari uraian singkat di atas, kita bisa memahami urgensi iman terkait diterima
atau tidaknya amal ibadah seseorang. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk
terus menjaga dan meningkatkan keimanan kita serta memliharanya dari segala
yang bisa merusaknya. Karena iman juga bisa rusak dengan banyak sebab,
diantaranya syirik (Lihat Az-Zumar/39: 65), nifak (At-Taubah/9:
54), kufur (Muhammad/47: 8-9), dan riddah (Al-Baqarah/2: 217).

Semoga Allah Azza wa Jalla menjauhkan kita dari segala yang bisa merusak
keimanan kita.

IKHLAS

Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan. Maksud ikhlas dalam syara’ adalah


memurnikan niat dalam beribadah kepada Allâh, semata-mata mencari ridha
Allâh, menginginkan wajah Allâh, dan mengharapkan pahala atau keuntungan di
akhirat. Serta membersihkan niat dari syirik niat, riya’, sum’ah, mencari pujian,
balasan, dan ucapan terimakasih dari manusia, serta niat duniawi lainnya.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ِ ِ‫َو َما أُ ِم ُروا إِاَّل لِيَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


َ‫صينَ لَهُ الدِّين‬

 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allâh dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. [Al-
Bayyinah/98: 5]

Orang yang ikhlas mencari ridha Allâh Azza wa Jalla , sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :

‫س ْوفَ نُؤْ تِي ِه أَ ْج ًرا َع ِظي ًما‬ ٰ


َ َ‫ت هَّللا ِ ف‬ َ ‫َو َمنْ يَ ْف َع ْل َذلِكَ ا ْبتِ َغا َء َم ْر‬
‫ضا ِـ‬

Dan barangsiapa yang berbuat demikian (yaitu: memberi sedekah, atau berbuat
ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia) karena mencari
keridhaan Allâh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. [An-
Nisa’/4: 114]
Orang yang ikhlas beramal untuk wajah Allâh, yakni agar bisa melihat wajah
Allâh di surga. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ُ ‫إِنَّ َما نُ ْط ِع ُم ُك ْم لِ َو ْج ِه هَّللا ِ اَل نُ ِري ُد ِم ْن ُك ْم َج َزا ًء َواَل‬


‫ش ُكو ًرا‬

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk wajah Allâh,


kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima
kasih. [Al-Insan/76: 9]

 Orang yang ikhlas itu menghendaki pahala akhirat, bukan balasan dunia. Allâh
Azza wa Jalla berfirman:

‫ب‬ ِ َ‫ث ال ُّد ْنيَاـ نُؤْ تِ ِه ِم ْن َها َو َما لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنْ ن‬
ٍ ‫صي‬ َ ‫ َو َمنْ َكانَ يُ ِري ُد َح ْر‬  ۖ‫ث اآْل ِخ َر ِة نَ ِز ْد لَهُ فِي َح ْرثِ ِه‬
َ ‫َمنْ َكانَ يُ ِري ُد َح ْر‬

Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan


itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat. [Asy-Syûra/42: 20]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫يب‬
ٌ ‫ص‬ِ َ‫فَ َمنْ َع ِم َل ِم ْن ُه ْم َع َم َل اآْل ِخ َر ِة لِل ُّد ْنيَا لَ ْم يَ ُكنْ لَهُ فِي اآْل ِخ َر ِة ن‬

Barangsiapa di antara mereka (umat ini) beramal dengan amalan akhirat untuk
dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat. [5]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ً ِ‫إِنَّ هَّللا َ الَ يَ ْقبَ ُل ِمنَ ا ْل َع َم ِل إِالَّ َما َكانَ لَهُ َخال‬
ُ‫صا َوا ْبتُ ِغ َي بِ ِه َو ْج ُهه‬

Sesungguhnya Allâh tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang
murni untuk–Nya dan untuk mencari wajah–Nya. [6]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ار َـك َوتَ َعالَى أَنَا أَ ْغنَى الش َُّر َكا ِء ع َِن الش ِّْر ِك َمنْ َع ِم َل َع َماًل أَش َْركَ فِي ِه َم ِعي َغ ْي ِري تَ َر ْكتُهُ َو‬
ُ‫ش ْر َكه‬ َ َ‫قَا َل هَّللا ُ تَب‬

Allâh Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Aku paling tidak membutuhkan sekutu.


Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku
bersama–Ku pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya.[7]

Seorang ulama dari India, al-Imam Shiddiiq Hasan Khan al-Husaini rahimahullah
berkata, “Tidak ada perbedaan (di antara Ulama) bahwa ikhlas merupakan
syarat sah amal dan (syarat) diterimanya amal”.[8]

Berdasarkan syarat ikhlas ini, maka barangsiapa melakukan ibadah dengan


meniatkannya untuk selain Allâh, seperti menginginkan pujian manusia, atau
keuntungan duniawi, atau melakukannya karena ikut-ikutan orang lain tanpa
meniatkan amalannya untuk Allâh, atau barangsiapa melakukan ibadah dengan
niat mendekatkan diri kepada makhluk, atau karena takut penguasa, atau
semacamnya, maka ibadahnya tidak akan diterima, tidak akan berpahala.
Demikian juga jika seseorang meniatkan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla,
tetapi niatnya dicampuri riya’, amalannya gugur. Ini merupakan kesepakatan
ulama.[9]

Kesalahan Seputar Ikhlas

Dalam kitab al-Ikhlâsh, penulis yaitu Syaikh Umar Sulaiman al-‘Asyqar


rahimahullah menyebutkan beberapa persepsi yang keliru tentang ikhlas,
diantaranya:

1. Anggapan bahwa makna ikhlas adalah tidak memiliki kehendak


2. Anggapan bahwa orang yang menghendaki ridha Allâh harus
meninggalkan duniawi, harta-benda, wanita, kedudukan, dan sebagainya.
3. Anggapan bahwa ikhlas adalah beribadah hanya dengan dorongan cinta
kepada Allâh, tanpa disertai raja’ (harapan untuk meraih) surga dan
tanpa khauf (rasa takut) dari neraka.
4. Orang yang tujuan hidupnya hanya duniawi.
5. Riya’, sum’ah, dan ‘ujub, bertentangan dengan ikhlas.
1. Riya’ adalah: memperlihatkan ketaatan lahiriyah untuk mendapatkan
kebaikan dunia, pengagungan, pujian, atau kedudukan di hati manusia.
2. Sum’ah semakna riya’ namun berkaitan dengan pendengaran.
3. ‘Ujb: merasa besar atau membanggakan ketaatan.
6. Beribadah dengan niat mengetahui hal-hal ghaib.

ITTIBA

Ittibâ’ adalah mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .


Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah utusan Allâh, maka syahadat tersebut memuat kandungan:
meyakini berita Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mentaati perintah
Beliau, menjauhi larangan Beliau, dan beribadah kepada Allâh hanya
dengan syari’at Beliau. Oleh karena itu, barangsiapa membuat perkara baru
dalam agama ini, maka itu tertolak. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

ِ ‫ساَل ِم ِدينًا فَلَنْ يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوه َُو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ا ْل َخا‬
َ‫س ِرين‬ ْ ِ ‫َو َمنْ يَ ْبت َِغ َغ ْي َر اإْل‬

Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi. [Ali-Imran/3: 85]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

‫سو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا‬


ُ ‫َو َما آتَا ُك ُم ال َّر‬
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dia larang
kepadamu, maka tinggalkanlah. [Al-Hasyr/59: 7]

Ayat ini nyata menjelaskan kewajiban ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam .

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َث فِي أَ ْم ِرنَا َه َذا َما لَ ْي‬


‫س فِي ِه فَ ُه َو َر ٌّد‬ َ ‫َمنْ أَ ْحد‬

Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami (agama) ini, apa-apa
yang bukan padanya, maka itu tertolak. [10]

Hadits ini nyata-nyata mengharamkan perbuatan membuat ibadah yang tidak


diperintahkan dan tidak dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan
mengharamkan perbuatan membuat sifat ibadah walaupun asal ibadah itu
disyari’atkan, karena itu menyelisihi tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . 
Dengan ini jelas bahwa ibadah harus sesuai tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam di dalam waktunya, sifatnya, dan tidak boleh menambahkan ibadah yang
tidak dituntunkan, baik berupa amalan atau perkataan.

Inilah syarat-syarat diterima amal ibadah oleh Allâh Subhaana wa Ta’ala,


semoga Allâh selalu membimbing kita semua di atas jalan yang lurus.
Orang-Orang Yang Tidak Bisa Mencium Bau Surga

Surga adalah tujuan terakhir yang dijanjikan Allah kepada orang Mukmin.


Kenikmatannya yang luar biasa, baunya bisa tercium dari jarak 70 tahun
perjalanan.
Namun, ada orang-orang yang tidak bisa mencium bau surga saja tidak bisa.
Siapakah mereka?

1. Orang yang sombong

Orang yang sombong, ia tidak bisa masuk surga. Juga tidak bisa mencium bau
surga.

»‫ان فِي َق ْل ِب ِه م ِْث َقا ُل َذرَّ ٍة مِنْ ِكب ٍْر‬


َ ‫اَل َي ْد ُخ ُل ْال َج َّن َة َمنْ َك‬

“Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada setitik
kesombongan.” HR. Muslim, no. 275

2. Orang yang mencari ilmu akhirat untuk tujuan duniawi

‫ف ْال َج َّن ِة َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة‬ َ ِ‫َمنْ َت َعلَّ َم عِ ْلمًا ِممَّا ُي ْب َت َغى ِب ِه َوجْ ُه هَّللا ِ اَل َي َت َعلَّ ُم ُه إِاَّل لِيُص‬
َ ْ‫يب ِب ِه َع َرضً ا مِنْ ال ُّد ْن َيا لَ ْم َي ِج ْد َعر‬
‫يح َها‬َ ‫َيعْ نِي ِر‬

“Barangsiapa menuntut  ilmu  yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak


menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari  kiamat  ia tidak akan
mendapatkan bau surga.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan Al-Albany)

3. Menisbatkan nasab bukan kepada ayahnya

Islam melarang umatnya menisbatkan nama kepada nama orang tua angkat

َ ِ‫ِين َعامًا أَ ْو مَس‬


َ ‫ير ِة َس ْبع‬
‫ِين َعامًا‬ َ ‫ُوج ُد مِنْ َق ْد ِر َس ْبع‬ َ ‫َمنْ ا َّد َعى إِلَى َغي ِْر أَ ِبي ِه لَ ْم َي َرحْ َرائ َِح َة ْال َج َّن ِة َوإِنَّ ِر‬
َ ‫يح َها لَي‬
ْ
ِ ‫ب َعلَيَّ ُم َت َع ِّم ًدا َف ْل َي َت َبوَّ ’أ َم ْق َع َدهُ مِنْ ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫َقا َل َو َمنْ َك َذ‬

“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak
akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh
tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Ahmad dishahihkan Al-Albany di
Sohihul Jami’5988)

4. Wanita yang berpakaian tapi telanjang

Kelompok wanita yang berpakaian tapi telanjang ini tidak pernah dijumpai beliau.
Dan kini, sabda beliau terbukti. Banyak wanita yang model demikian di zaman
sekarang.

Rasulullah bersabda:  “Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat;
kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-
wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari
ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga
dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari
perjalanan sejauh ini dan ini.” (HR. Muslim, 2128)

Nabi bersabda: “Perempuan yang memakai baju tetapi telanjang, dan dia memandang
lelaki lain, dan membuatkan lelaki-lelaki lain terpandang kepadanya, maka perempuan
ini tidak akan cium bau surga. Sedangkan bau surga sudah pun boleh dibau dari jarak
500 tahun perjalanan.” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Orang yang menyemir rambutnya, dengan warna hitam

‫ُون َرائ َِح َة ْال َج َّن ِة‬


َ ‫ان ِبالس ََّوا ِد َك َح َواصِ ِل ْال َح َم ِام اَل َي ِريح‬ َ ‫َي ُكونُ َق ْو ٌم َي ْخضِ ب‬
َّ ‫ُون فِي آخ ِِر‬
ِ ‫الز َم‬
“Pada akhir zaman nanti akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan
warna hitam seperti warna mayoritas dada merpati, mereka tidak akan mendapat bau
surga.” (HR. Abu Daud dishahihkan Al-Albany)

6. Wanita yang minta cerai dari suaminya tanpa alasan

‫س َف َح َرا ٌم َعلَ ْي َها َرائ َِح ُة ْال َج َّن ِة‬ ْ ْ َ‫امْرأَ ٍة َسأَل‬
َّ ’‫ت َز ْو َج َها‬ َ ‫أَ ُّي َما‬
ٍ ‫الطاَل َق مِنْ َغي ِْر َما َبأ‬
“Siapa pun wanita yang meminta  talak  pada suaminya tanpa alasan maka bau surga
haram baginya.” (Abu Daud dishahihkan Al-Albany, 1187)

7. Orang yang membunuh kafir mu’ahad, dan kafir dzimmy

Islam sangat menjunjung kesetiaan dan perdamaian. Islam melindungi hak-hak


manusia sebagaimana diatur dalam syariat. Maka seorang muslim tidak boleh
membunuh orang kafir yang terikat perjanjian dengan pemerintah Islam (kafir
mu’ahad). Jika seorang muslim membunuh kafir mu’ahad, ia terancam tidak bisa
mencium bau surga.

‫َمنْ َق َت َل م َُعا َه ًدا لَ ْم َي َرحْ َرائ َِح َة ْال َج َّن ِة‬

“Barangsiapa membunuh orang kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium bau
wangi surga” (HR. Bukhari, 3166)

Sabda Rasulullah, “Barangsiapa membunuh kafir zimmi maka tidak akan mencium


baunya surga. Sesungguhnya baunya surga itu bias dicium sejauh perjalanan 40
tahun” (Hadis Riwayat Imam Ahmad disohihkan Al-Albany di At-Tarhib, 2452)

8. Orang-orang yang mendurhakai kedua ibu bapanya, wanita yang


berpenampilan menyerupai laki-laki dan dayyuts.

ُ
‫الديوث‬ ‫ و‬،‫بالرجال‬
ِ ‫العاق لوالدي ِه والمرأةُ ال ُم َت َرجِّ لَ ُة المتشبه ُة‬
ُّ ٌ
: ‫ثالثة ال ينظ ُر هللاُ إليه ْم يو َم القيام ِة‬

Nabi bersabda: Tiga manusia tidak akan masuk syurga, yaitu orang yang mendurhakai
kedua-dua ibu bapanya, perempuan yang menyerupai dan lelaki dan dayyuts (lelaki
yang tidak menjaga maruah istrinya)” (HR As-Suyuthi disohihkan Al-Albany di Sohih
Al-Jami’, 3542).

َ ‫ و المنانُ بما‬،‫الخمر‬
‫أعطى‬ َ ُّ
ُ‫ و المدمن‬،ِ‫العاق لوالديه‬ : ‫يدخلون الجن َة‬
َ ٌ
‫ثالثة ال‬ ‫و‬

Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk syurga orang yang derhaka kepada kedua ibu
bapanya, orang yang ketagihan minuman keras dan orang yang suka mengungkit-
ungkit pemberiannya” (HR Al-Nasai’ disohihkan Al-Albany di Sohih Al-Jamai’, 3542)

9. Orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan dan laki-laki


yang memanjangkan pakaiannya melebihi mata kaki.

Dari Al-Zuhri, Rasulullah bersabda : “Tidak akan masuk syurga bagi yang memutuskan
silaturahim”. (HR Muslim). Rasulullah bersabda:

‫إزاره‬
َ ٍ ‫عاق وال قاط ُع رح ٍِم وال شي ٌخ‬
ٌّ‫زان وال جار‬ ٌّ ‫هللا ال ي ِج ُدها‬
ِ ‫عام و‬ َ ‫فإنَّ ري َح الج َّن ِة ي‬
ٍ ِ‫ُوج ُد مِن مسير ِة ألف‬
’‫ المعجم األوسط’ تفرد به أحمد بن محمد بن طريف‬: ’‫ُخ َيال َء رواه الطبراني‬

Sabda Rasulullah, “Baunya surga dapat dicium sejauh perjalanan 1000 tahun. Demi
Allah tidak akan menciumnya seseorang yang mendurhaka kepada ibu bapaknya dan
orang yang memutuskan tali persaudaraan, orang tua yang berzina, dan orang yang
memanjangkan pakaiannya (melebihi mata kaki) karena sombong” (HR At-Tabrani
6/18, bersrendiri periwayatannya Ahmad bin Muhammad bin Thorif)

10. Pemimpin-pemimpin yang berkhianat kepada rakyat.

‫ إني مح ِّدثك‬:‫ فقال له معقل‬،‫ عاد معقل بن يسار في مرضه الذي مات فيه‬،‫ أن عبيد هللا بن زياد‬:‫عن الحسن‬
‫ (ما من عبد‬:‫سمعت النبي صلى هللا عليه وسلم يقول‬:‫حديثا ً سمعته من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫اخرجه البخاري‬.)‫ إال لم يجد رائحة الجنة‬،‫ فلم يحطها بنصحه‬،‫يسترعيه هللا رعية‬

Dari Hasan meriwayatkan bahwa Ubaidallah bin Ziad ketika tiba ajalnya
berkata :“Aku ceritakan padamu sebuah hadis yang aku dengar dari Rasulullah .
Baginda bersabda: “Mana-mana pemimpin yang dipilih oleh Allah untuk menjaga
rakyatnya, tetapi tidak memberi teladan yang baik kepada mereka melainkan tidak
mencium bau syurga” (HR Bukhari,7150)

Anda mungkin juga menyukai