Anda di halaman 1dari 27

[tutup]

Mari bergabung dengan sukarelawan Wikipedia bahasa Indonesia!

Silat Minangkabau
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Silat Minangkabau. Pesilat di sebelah kiri memegang senjata tradisional kerambit (foto koleksi
Tropenmuseum, tanpa tahun).

Silat Minangkabau (bahasa Minangkabau: silek Minangkabau) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh
masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke
generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang
lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal
terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping sebagai
bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar.

Daftar isi
 1 Filosofi dan tujuan
 2 Sejarah
 3 Penyebaran
o 3.1 Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri
o 3.2 Penyebaran silek di luar negeri
 4 Proses Berguru
o 4.1 Syarat-syarat berguru
o 4.2 Proses Penerimaan Murid
o 4.3 Jadwal Latihan
 5 Aliran
 6 Konsep
o 6.1 1. Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)
o 6.2 2. Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)
o 6.3 3. Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)
o 6.4 4. Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata Berjawab, Gayung Bersambut)
o 6.5 5. Tagang Bajelo, Kandua Badantiang (Tegang mengalun, Kendor Berdenting)
o 6.6 6. Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin (Alami, logis dan efektif)
 7 Perlengkapan
o 7.1 1. Sasaran Silek (Tempat berlatih silat)
o 7.2 2. Minyak Silek (Minyak silat)
o 7.3 3. Pakaian
o 7.4 4. Senjata dan Pusaka Sasaran
o 7.5 5. Alat Musik serta Perlengkapan Adat
 8 Kurikulum
o 8.1 1. Langkah (Teknik Melangkah)
o 8.2 2. Buah (Teknik Praktis)
o 8.3 3. Isi (Mengambil Isi atau Kaji Duduk)
o 8.4 4. Ujian
o 8.5 5. Kaputusan Silek (Keputusan Silat)
 9 Tokoh silat dari Minangkabau
 10 Lihat Pula
 11 Catatan kaki
 12 Pranala luar

Filosofi dan tujuan

Randai, sebuah tarian Minangkabau yang mengadopsi gerakan silat.

Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya adalah
daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting sejak abad pertama Masehi, oleh sebab itu, tentu
saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi
secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua yakni sebagai

 panjago diri (pembelaan diri dari serangan musuh), dan


 parik paga dalam nagari (sistem pertahanan negeri).

Untuk dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki sistem
pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. Silek tidak
saja sebagai alat untuk beladiri, tetapi juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan randai
(drama Minangkabau) [1]. Emral Djamal Dt Rajo Mudo (2007) pernah menjelaskan bahwa pengembangan
gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari nenek moyang Minangkabau agar silat selalu diulang-ulang di
dalam masa damai dan sekaligus untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas dan keras agar
menjadi lembut dan tenang. Sementara itu, jika dipandang dari sisi istilah, kata pencak silat di dalam
pengertian para tuo silek (guru besar silat) adalah mancak dan silek. Perbedaan dari kata itu adalah:[2]
 Kata mancak atau dikatakan juga sebagai bungo silek (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan
tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-
gerakan untuk mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk pertunjukan.[3]
 Kata silek itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang
dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan
diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan.[4]

Para tuo silek juga mengatakan jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah (jika
melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu
para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum
bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh. Oleh sebab itu, pada acara festival silat tradisi
Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke
gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan
gerakan yang mematikan. Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling
menyakiti lawan main mereka, karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak
kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah
mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa
mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala
masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara.
Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh
orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka
lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama
ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa
penjajah pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa silat itu berasal dari kata silek. Kata silek pun ada yang menganggap
berasal dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di tiap Nagari
memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga sasaran silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo
Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu dia mengajari para pemula.

Orang yang mahir bermain silat dinamakan pandeka (pendekar). Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya
dilewakan (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari nagari yang bersangkutan. Namun pada zaman
penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat
adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka
ini memiliki peranan sebagai parik paga dalam nagari (penjaga keamanan negeri), sehingga mereka
dibutuhkan dalam menciptakan negeri yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009),
Walikota Padang, H. Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh Niniak Mamak (Pemuka Adat) Koto
Tangah, Kota Padang[5]. Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya dia menggiatkan kembali
aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang dia adalah pesilat juga pada masa mudanya,
sehingga gelar itu layak diberikan[6].

Sejarah
Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai
bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo
Silek dari Pauah, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi
(andong) dari Limau Kapeh [2], Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung,
Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau [7]. Ada lagi Tuo Silek
yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini dia peroleh dari Koto Anau, Kabupaten
Solok[8]. Daerah Koto Anau, Bayang dan Banda Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauah di Kota
Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok
misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat,
sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu
banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.

Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal
(1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah

 Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan,
Padangpanjang, Sumatera Barat.
 Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja[?]),
 Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
 Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
 Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia[?]).

Pada masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan
beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri[9]. Nama-nama mereka
memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah
manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang
Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal
karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang
berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air
Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan sekitarnya),
Hadhramaut (Yaman), Mesir, Campa (Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar pada masa lalu,
bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu,
dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat
(Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan
Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya
yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan pada masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri
sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari
penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-
bangsa yang disebutkan di atas.

Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan
beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat
di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun
di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang
lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk
dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar
paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-
bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko
dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika
diuraikan akan menjadi selebar alam)

Penyebaran
Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar ke mana-
mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini memiliki bekal beladiri yang cukup dan ke
mana pun mereka pergi mereka juga sering membuka sasaran silat (perguruan silat) di daerah rantau dan
mengajarkan penduduk setempat beladiri milik mereka. Mereka biasanya lebur dengan penduduk sekitar
karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang mengharuskan mereka berbaur dengan masyarakat di
mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang
dipatah di situ aia disauak (Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, di mana rantiang dipatah di situ air
disauk). Pepatah ini mengharuskan perantau Minang untuk menghargai budaya lokal dan membuka peluang
silat Minangkabau di perantauan mengalami modifikasi akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat
dan terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan khas untuk daerah tersebut. Silek Minangkabau
juga menyebar karena diajarkan kepada pendatang yang dahulunya berdiam di Ranah Minang. Jadi dapat
dikatakan bahwa silek itu menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat perantau dari masyarakat
Minangkabau itu sendiri dan karena diajarkan kepada pendatang.

Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri

Silek yang menyebar ke daerah rantau (luar kawasan Minangkabau) ada yang masih mempertahankan format
aslinya ada yang telah menyatu dengan aliran silat lain di kawasan Nusantara. Beberapa perguruan silat
menyatukan unsur-unsur silat di Nusantara dan Silek Minang masuk ke dalam jenis silat yang memengaruhi
gerakan silat mereka. Beberapa contoh yang dapat diberikan adalah:

 Silek 21 Hari atau dikenal juga dengan nama Silek Pusako Minang : Silat ini berkembang di wilayah
perbatasan antara Pasaman dan Provinsi Riau. Silat ini masih jarang diungkapkan di dalam kajian
Silek Minangkabau jadi keterangan tentang silat ini masih terbatas dan dalam penelitian. Silat ini
lebih menekankan aspek spiritual dan berasal dari kalangan pengamal tarekat di Minangkabau. Saat
ini masih ada keturunan Pagaruyung Minangkabau yang mengajarkan silat ini di beberapa kawasan di
Provinsi Riau, seperti di Rokan Hulu (Kuntu Darussalam), Mandau Duri, Rokan Hilir, dan Perawang.
Silat ini tergolong jenis yang ditakuti di daerah tersebut dan juga berkembang sampai ke Malaysia[10] .
 Silat Sabandar dari Tanah Sunda dikembangkan oleh perantau Minangkabau yang bernama
Mohammad Kosim di Kampung Sabandar, Jawa Barat. Silek ini disegani di Tanah Sunda. Seiring
dengan perkembangan dan pembauran dengan tradisi silat di Tanah Sunda, silat ini telah mengalami
variasi sehingga bentuknya menjadi khas untuk daerah tersebut.
 Silat Pangian di Kuantan Singgigi, Provinsi Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian
Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja
silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya
pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan.
 Silek Minangkabau menyebar ke daerah Deli (sekitar Medan) di Pesisir Timur Provinsi Sumatera
Utara akibat migrasi penduduk Minangkabau pada masa lalu [11]. Saat sekarang tradisi silat itu masih
ada.
 Perguruan Silat Setia Hati, adalah perguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, pendiri
dari perguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau di
samping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh, dan kawasan lain di
Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Perguruan Setia Hati.
Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah dia pelajari selama di Sumatera
Barat pada tahun 1894-1898.[12] Dia adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga
dia memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Dia memiliki
watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
 Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan Pak
Dirdjo, memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki
karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri
termasuk perguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara.[13]
 Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Perguruan Silat Baringan Sakti yang
mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran silat di
Indonesia ke dalam perguruannya.[14]
 Silat Baginda di Sulawesi Utara adalah silat yang berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang
bernama Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe) yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Tan Labiah
meninggal dunia pada tahun 1888.[15]

Penyebaran silek di luar negeri

 Singapura : Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini
dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana
pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau [16]
 Malaysia: Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi
penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di
Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat
Cekak, salah satu perguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek
Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi
pelajarannya.[17] Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai
membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri
Aceh dan Minangkabau.[18] Beberapa perguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau
di dalam nama perguruannya
 Filipina: Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau
dari Kepulauan Sulu pada tahun 1390.[19] Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran
budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih
dalam
 Brunei Darussalam: Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk
Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek
adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa
ilmu beladiri ini ke mana pun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau
dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian
ranji dengan raja-raja di Minangkabau.[20] Ada dugaan bahwa Awang Alak Betatar, pendiri kerajaan
Brunei (1363-1402) yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-
saudara dia mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa
migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15)
tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja
Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung [21]
 Austria: Perguruan sileknya bernama PMG=Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar[22]
 Spanyol: Perguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di
kota Basque[23]
 Belanda:
o Silek Tuo dikembangkan oleh Doeby Usman,[24]
o Satria Muda, dikembangkan oleh Cherry dan Nick Smith pada 1971. Mereka adalah murid
dari dari Guru W. Thomson,[25]
o Paulu Sembilan, Silat dari Pauh Sembilan Kota Padang,[26]
 Hongkong: Perguruannya bernama Black Triangle Silat dikembangkan Pendekar Scott McQuaid.[27]
Pendekar Scott adalah termasuk dalam jalur waris dari guru Hanafi, sama dengan Guru de-Bordes di
Ghana.
 Amerika Serikat:
o Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA,[28]
o Baringin Sakti yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk,[29]
 Perancis: Perguruannya bernama Saudara Kaum dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar.[30]
Perguruan ini juga memiliki guru mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur
(Sabandar, Cikalong dan Cikaret)[31] dan Silat Garis Paksi.[32]
 Ghana, Afrika: Perguruannya bernama Harimau Minangkabau dikembangkan oleh Guru de-Bordes
yang belajar ke Guru Hanafi[33] dengan permainan silat harimau.[34]

Proses Berguru
Jika seseorang ingin belajar silek, maka ia bisa datang sendiri atau biasanya diantar oleh teman, bapak atau
mamak (saudara laki-laki dari ibu) kepada seorang guru, jika di kalangan keluarga mereka tidak ada yang
bisa bermain silat dengan baik. Setelah berbasa basi, maka nanti si calon murid datang pada waktu yang
ditentukan dengan membawa benda-benda tertentu.

Syarat-syarat berguru

Syarat-syarat berguru ini bervariasi pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, lado kutu (cabe
rawit), garam, gula, jarum jahit, cermin, rokok, beras, uang, dan baju silat satu stel (Endong sapatagak).
Jumlah uang biasanya tidak ditentukan. Apa yang dibawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid.
Biasanya diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.
Beberapa contoh dari arti syarat-syarat yang dibawa itu adalah

 kain putiah (kain putih) : pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi
pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
 pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, karena memiliki ilmu setajam
pisau
 lado kutu (cawe rawit), garam dan gulo(gula) : ilmu silat ini memakai raso (rasa), karena semakin
mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi, tetapi menggunakan raso
(perasaan). Contoh, ahli masak terkenal jarang menimbang bahan-bahan yang mereka butuhkan,
tetapi tetap juga menghasilkan masakan yang enak dan khas, seperti itu pulalah silat nantinya pada
tingkat mahir.
 endong sapatagak (Baju Silat satu Stel) : Untuk mengajar silat kepada anak sasiannya (murid)
seorang guru memerlukan pakaian silat yang bagus yang bisa dipakai selama melatih muridnya
sampai tamat (Putuih Kaji), maka sudah sepatutnya dan sepantasnya bagi seorang murid untuk
menyediakan seragam latihan bagi gurunya untuk melatih para muridnya,jangan sampai malah
merepotkan guru yang akan menurunkan ilmunya kepada muridnya.
 bareh jo pitih (beras dan uang) : belajar silat akan menyita waktu guru, oleh karena itu sudah menjadi
kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Di samping itu
beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota sasaran silek (tempat berlatih silat
dinamai sasaran ada juga yang menyebut laman ). Nilai uang dan beras tidak ditentukan jumlahnya.
Namun setidaknya beras itu dibawa satu atau dua liter, sedangkah untuk uang, itu terpulang kepada
kemampuan ekonomi si murid untuk mempertimbangkannya.

Proses Penerimaan Murid

Ada bermacam cara dalam menerima anak sasian (murid), seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid
diminta untuk membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta membawa seekor
ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih oleh guru dan kemudian darahnya
dicecerkan mengelilingi sasaran, dalam prosesi pemotongan ayam ini seorang guru sudah bisa melihat dan
membaca maksud dari seorang murid dalam belajar silat baik dari segi niatnya, karakternya, minat, bakat,
dan kemauan dari seorang calon murid ini.

Ada beberapa pertanda yang dilihat guru pada saat prosesi pemotongan ayam ini di antaranya:

 Setelah di sembelih ayam tersebut akan di lemparkan ke dalam sasaran,lama atau sebentarnya ayam
tersebut meregang nyawa sampai mati, itu memperlihatkan sebuah pertanda minat,bakat dan kemauan
dari sang calon murid untuk belajar silat.
 Dari posisi matinya ayam, seorang guru bisa membaca pertanda dari niat dan karakter seorang murid,
posisi matinya ayam menghadap ke mana dan apakah posisi matinya di luar lingkaran atau di dalam
lingkaran itu adalah sebuah pertanda yang bisa dibaca oleh seorang guru, dan juga apabila pada saat
meregang nyawa ayam tersebut menerjang kearah sang guru, maka itu juga sebuah pertanda bagi sang
guru tentang niat dan karakter calon murid tersebut, sehingga seorang guru silat sudah bisa
memperkirakan apa yang akan terjadi nanti dan seperti apa dan sampai sejauh mana pelajaran silat
yang bisa diberikan sang guru kepada murid tersebut nantinya.
 Ayam tersebut kemudian dimasak, biasanya digulai dan dihidangkan dalam acara mandoa (doa) yang
dihadiri oleh guru dan para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula Urang Siak (sebutan
untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan selama mengikuti
latihan. Kemudian, pada saat makan bersama, sang guru akan mengupas kepala ayam tersebut untuk
mengambil tulang rawan yang berada di bawah lidah atau rahang ayam tersebut, dari tulang rawan
tersebut seorang guru juga bisa membaca sebuah pertanda tentang niat dan kemauan sang murid
untuk belajar silat tersebut.

Biasanya di dalam ritual penerimaan seorang murid, si murid ini diambil sumpahnya untuk patuh kepada
guru dan tidak menggunakan ilmu yang mereka dapatkan ini untuk berbuat keonaran. Bahkan bunyi sumpah
itu keras sekali. Inilah potongan bunyi sumpah itu : kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek,
ditangah-tangah digiriak kumbang (ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat dan di tengah-tengah
dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah tidak akan pernah mendapatkan hidup yang baik selama
hidupnya di dunia seperti yang diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Ada juga prosesi dari perguruan
silat tradisi waktu baru masuk perguruan tersebut dianjurkan mandi dengan tujuh macam limau/jeruk bahkan
ada juga dengan 7 macam bunga. waktu mandinya ada yang sore hari dan ada juga setelah jam 12.00 malam.

Seperti yang berlaku pada perguruan beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah
seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahwa saudara seperguruan itu saasok
sakumayan (satu asap satu kemenyan) atau sabatin artinya dia adalah bagian dari diri kita dan berlaku hukum
saling melindungi.

Prosesi ini tidak sama tiap sasaran silek, ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, sehingga
tidak ada prosesi penerimaan murid seperti yang diuraikan di atas, tetapi kasus ini jarang terjadi, umumnya
selalu ada prosesi penerimaan murid apakah dalam bentuk sederhana bahkan sampai ada yang berbentuk
upacara adat.

Jadwal Latihan

Guru menetapkan jadwal latihan silat dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang
guru tidak keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari setelah salat isya. Ada sasaran silek yang
membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu dilarang oleh gurunya karena sang guru
meyakini lebih dari jam 12 malam adalah waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk
bersilat lagi. Tapi ada pula yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam sampai jam 4
pagi. Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.

Pada tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan silek harimau (silat harimau), malah sang guru yang
biasanya suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta muridnya untuk belajar siang hari. Gerakan dari silat
harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.

Ada sasaran silek yang lebih "privat". Guru tidak suka punya murid banyak-banyak, paling-paling muridnya
cuma 4 orang saja atau sepasang. Murid tunggal juga diterima, dan ini langsung bersilat dengan gurunya.
Khusus untuk murid tunggal, guru harus memiliki stamina yang baik, karena harus ikut bermain dengan
murid dari awal sampai akhir.
Para murid biasanya membawa makanan untuk dimakan bersama, juga rokok, kopi atau teh dan gula saat
hari latihan. Ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya tidak ditentukan, murid sendirilah yang
menentukan berapa nilainya.

Aliran

Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. Peneliti Silat, Hiltrud Cordes pernah
melakukan penelitian, mengatakan ada sepuluh aliran utama Silek Minangkabau, yakni:[35]

* Silek Tuo (Silat Tua) * Silek Harimau (Silat Harimau) * Silek Lintau (Silat Lintau)
* Silek Sitaralak (Silat * Silek Sungai Patai (Silat
* Silek Pauah (Silat Pauh)
Sitaralak) Sungai Patai)
* Silek Luncua (Silat * Silek Gulo-Gulo Tareh (Silat
* Silek Baruah (Silat Baruh)
Luncur) Gulo-Gulo Tareh)
* Silek Kumango (Silat * Silek Ulu Ambek (Silat Ulu
Kumango) Ambek)

Silek Ulu Ambek menurut dia tidak tergolong ke dalam aliran Silek karena lebih menekankan kekuatan batin
daripada kontak fisik. Silek Sitaralak, Lintau, Kumango, Luncua terkenal sampai ke Malaysia. Silek sitaralak
(disebut juga siterlak, terlak[36], sterlak, starlak) merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. Ada beberapa
nama aliran silat lain yang punya nama, yakni Silek Tiang Ampek, Silek Balubuih, Silek Pangian
(berkembang di Kabupaten Kuantan Singingi) dan Buah Tarok dari Bayang, Pesisir Selatan. Asal usul dari
aliran silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang
menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahwa silat itu berasal dari
Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari Harimau Nan Salapan,
sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Hubungan sitaralak dan
Silek Tuo (silat paling tua) adalah kajian yang menarik untuk dikupas lebih dalam.

Gerakan silek itu diambil dari berbagai macam hewan yang ada di Minangkabau, contohnya Silek Harimau,
Kucing[37] dan Silek Buayo (Buaya), namun di dalam perkembangan silek selanjutnya, ada sasaran silek,
umumnya silek yang berasal dari kalangan tarekat atau ulama agama Islam menghilangkan unsur-unsur
gerakan hewan di dalam gerakan silek mereka karena dianggap bertentangan dengan unsur agama versi
mereka.

Jika dilihat dari beberapa gerakan silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola yang dominan di dalam
permainan mereka, yakni:

 bersilat dengan posisi berdiri tegak


 bersilat dengan posisi rendah
 bersilat dengan posisi merayap di tanah
 bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)

Posisi permainan silat ini terjadi akibat kondisi lingkungan di mana silat itu berkembang, pada daerah yang
tidak datar dan licin, mereka lebih suka menggunakan posisi rendah, sementara di daerah pantai yang
berpasir, mereka lebih suka bersilat dengan posisi berdiri. Meskipun demikian, bukan berarti di daerah pesisir
tidak mengenal permainan rendah.

Konsep
Alam takambang jadi guru adalah konsep universal dari budaya alam Minangkabau. Kata "alam",[38] berasal
dari bahasa Sanskerta artinya sama dengan lingkungan kehidupan atau daerah.[39] Konsep ini juga
diterjemahkan oleh para pendiri silat pada masa dahulunya menjadi gerakan-gerakan silat. Antara silat dan
produk budaya lain di Minangkabau adalah satu kesatuan filosofis, jadi untuk menerangkan silat, pepatah-
pepatah yang biasa diucapkan dalam upacara adat bisa digunakan.

Setiap nagari memiliki sasaran silek, ini adalah suatu keharusan, ibarat sebuah negara yang tidak mungkin
tidak memiliki angkatan perang. Konsep nagari itu sama dengan konsep sebuah negara. Hubungan antara
nagari dengan nagari sama halnya dengan hubungan antarnegara. Alam Minangkabau adalah kesatuan
pengikat antar nagari-nagari bahwa mereka merupakan satu konsep budaya. Secara budaya, yang dinamakan
masyarakat Minangkabau mengaku berasal dari Gunung Marapi, tepatnya dari Nagari Pariangan, Sumatera
Barat yakni suatu tempat yang disebut sebagai sawah gadang satampang baniah (sawah luas, setampang
benih). Dari nagari itulah benih kebudayaan yang setampang digagas, disusun dan kemudian dikembangkan
ke wilayah sekitarnya (luhak nan tiga). Oleh karena nagari di Minangkabau tidak obahnya seperti sebuah
republik mini, semuanya lengkap dari wilayah, aparat pemerintah, pertahanan sampai penduduknya, maka
hampir semua nagari memiliki sasaran silek, sehingga variasi dari gerakan-gerakan silat tidak dapat dihindari
sama sekali.

Variasi dari gerakan silek terjadi karena:

 Rentang waktu yang sedemikan lama dari awal silek ini dirumuskan
 Pancarian surang-surang (penemuan baru oleh guru baik disengaja atau tidak)
 Perbedaan minat
 Hasil adu pandapek (hasil diskusi sesama pendekar)
 Pengaruh dari beladiri lain

Meskipun demikian ada kesamaan konsep dari gerakan silat di Minangkabau. Oleh sebab itu kita dapat
membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain di kawasan Nusantara. Beberapa
konsep dari silek Minangkabau itu adalah

1. Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)

Ciri khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. Tagak artinya tegak atau berdiri, di mana
pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak di nan bana), dia bukanlah seorang yang suka cari
rusuh dan merusak tatanan alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan
sebagai tegak alif, pitunggua adam, langkah muhammad[40]. Di dalam permainan silat, posisi berdiri adalah
pelajaran pertama diberikan, yang dinamakan sebagai bukak langkah (sikap pasang) seorang pemain silat
Minangkabau adalah tagak runciang (berdiri runcing atau berdiri serong) dengan posisinya selalu
melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan
menentang arus sungai.
Langkah dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada
umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari gelek, balabek, simpia dan baliak (Lihat
penjelasan istilah ini pada Kurikulum.
Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan[41]

 langkah tigo (langkah tiga, pola langkah yang membentuk segitiga). Silek yang dimainkan oleh Mak
Danin Capek di Cupak Solok, Sumatera Barat, misalnya lebih menekankan penggunaan langkah tiga,
sehingga dia menyebutnya sebagai Silek Langkah Tigo (silat langkah tiga).[42]
 langkah ampek (langkah empat, pola langkah yang membentuk segiempat)
 langkah sambilan (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)

2. Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)

Di dalam bersilat perlu sekali memahami garak dan garik. Garak artinya insting, kemampuan membaca
sesuatu akan terjadi, contoh seorang pesilat bisa merasakan ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya.
Garik adalah gerakan yang dihasilkan oleh pesilat itu sebagai antisipasi dari serangan yang datang. Jika kata
ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ia menjadi kurang pas, karena di dalam bahasa Indonesia,
gerak itu adalah gerakan dan gerik adalah kata pelengkap dari gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa
Minangkabau garak (gerak) itu adalah kemampuan mencium bahaya (insting) dan garik (gerik) adalah
gerakan yang dihasilkan (tindakan).

3. Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)

 Raso (Rasa)

Raso atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang tepat tanpa harus
dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa
centimeter harus memijak rem supaya berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tetapi dengan merasakan
pijakan rem itu dia dapat berhenti dengan mulus.

 Pareso (Periksa)

Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam pertempuran ungkapan
pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam berbagai situasi pertempuran dalam upaya
untuk memperoleh kemenangan. Misalkan, jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan
menghadap ke barat, karena akan silau oleh cahaya matahari.

Jadi antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh terlalu
mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan
perasaan. Ada pepatah yang mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao turun (Rasa di baik naik ke alam
pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud dari raso jo pareso yang
diungkapkan oleh para guru silek.

4. Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata Berjawab, Gayung Bersambut)

Alam fikiran Minangkabau memiliki konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pepatah
yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya: mancari nan baik manulak nan buruak (mencari hal-hal
yang baik dan menolak hal-hal yang buruk), manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas,
membersit dari bumi), tiok kunci ado pambukaknyo (tiap kunci ada pembukanya) dan tiok kabek bisa
diungkai (tiap ikatan bisa dilepas). Hal yang sama berlaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya,
setiap kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat yang mahir mampu
bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja.[43] Mereka baru berhenti kalau sudah letih
atau capek. Hal yang sama juga terjadi pada peniup saluang, mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-
putus sampai lagu selesai.

5. Tagang Bajelo, Kandua Badantiang (Tegang mengalun, Kendor Berdenting)

Guru silek mengatakan, jika tagang badantiang, maka ia akan putus atau rusak, dan jika kandua manjelo
(mengalun) itu artinya lemah. Adapun silek Minangkabau tidaklah demikian, silat itu adalah kombinasi pas
antara kelembutan dan kekuatan, dia lembut tetapi keras, dia keras tetapi lembut. Mungkin istilah lentur atau
plastis bisa disamakan dengan pengertian ungkapan di atas. Di dalam permainan silek, serangan lawan itu
tidak ditangkis atau dihadang, namun dipapah atau dibelokkan ke arah lain. Menangkis serangan lawan,
seperti sepak atau tinju akan membawa risiko memar atau cedera, namun jika serangan itu dibelokkan, risiko
cedera bisa dihindari dan lawan akan terdorong ke arah lain. Prinsip ini mirip dengan prinsip yang digunakan
oleh beladiri tai chi chuan dari China. Teknik ini juga digunakan pada olahraga seperti memantulkan atau
"dribble"[44] bola basket atau teknik "setting"[45] permainan bola voli.

6. Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin (Alami, logis dan efektif)

Tubuh manusia memiliki alur dan pola, gerakan silek harus mengikuti alur tubuh manusia, jangan
menentangnya. Konsep ini adalah konsep flow (mengalir) di dalam permainan silat. Jika konsep ini dipakai,
maka permainan silek akan terlihat indah dan mengalir, serta aman. Sekali alur itu dilanggar, maka akan
terjadi apa yang disebut sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat cedera mulai dari ringan sampai patah.
Silek disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangan kaidah hukum alam sehingga menghasilkan
gerakan yang LOGIS dan EFEKTIF untuk beladiri. Bagaimana mengikuti alur tubuh yang baik dapat dilihat
pada gerakan silat yang dimainkan dan dijelaskan oleh David Benitez.[43]. Prinsip umum silat juga dijelaskan
oleh Luke Holloway yang menyatakan bahwa gerakan memukul yang diawali dengan ancang-ancang rileks,
santai atau tanpa tegangan akan menghasilkan efek pukulan lebih keras daripada pukulan yang diawali
dengan ancang-ancang yang kaku [46]. Efek ini terjadi karena alur dari gerakan alamiah tubuh sendiri.

Perlengkapan
1. Sasaran Silek (Tempat berlatih silat)
Sasaran Silek adalah tempat latihan silat di Minangkabau, sasaran ini mungkin bisa disamakan artinya
dengan padepokan atau gelanggang. Tempat latihan ini ada yang sengaja dibuat oleh guru dan para muridnya
atau disediakan oleh nagari atau suku atau kadangkala sasaran ini di mana saja, seperti di dapur, di bilik, di
gudang dan di tempat yang sepi yang jarang dilewati orang seperti di dangau, di ladang dan di hutan.

2. Minyak Silek (Minyak silat)

Biasanya di suatu perguruan silek memiliki minyak yang digunakan untuk keperluan pengobatan pada kasus
terkilir selama latihan dan juga sekaligus simbol dari warisan sah suatu perguruan. Minyak itu diwarisi secara
turun temurun dari generasi dahulu kepada generasi penerus. Minyak itu dinamakan minyak silek. Perguruan
Silek Salimbado Buah Tarok, salah satu sasaran penerus dari silek asal Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan
masih memelihara tradisi Minyak Silek yang diwariskan semenjak ratusan tahun yang lalu dan minyak ini
merupakan simbol dari perguruan tersebut. Anak sasian (murid) yang baru masuk akan mengikuti tradisi
mandi minyak tersebut. Tradisi yang sama terdapat di Malaysia dan sepertinya mandi minyak ini masih
terpelihara dengan baik.[47] Penggunaan minyak di dalam silat atau maenpo juga lazim terjadi di kalangan
Silat Cimande, Jawa Barat yang minyaknya dikenal dengan nama Minyak Cimande.[48] Saat ini tidak semua
sasaran silek di Minangkabau masih memelihara atau memiliki tradisi mandi minyak.

3. Pakaian

Pakaian yang digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam yang lebih terkenal dengan sebutan
endong atau galembong. Hitam ini sendiri memiliki makna tahan tapo (tahan terpaan) dan tentu saja pakaian
hitam ini lebih baik digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor.
Pakaian silek tradisional pisak-nya sangat rendah sehingga tidak memungkin pelaku silek menyepak terlalu
tinggi, tinggi sepakan paling sampai alat vital lawan saja.
Tidak semua perguruan yang menuntut anak sasian atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek
dari Pauh, Kota Padang malah tidak sependapat, dalam hal ini dia mengatakan bahwa silek yang akan
dipelajari bukan untuk tarian, melainkan buat membela diri jika diserang musuh, jadi pakaian yang paling
bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa dipakai sehari-hari. Dan ada satu atribut silek Minang yang tidak
boleh ketinggalan, yaitu kabek kapalo atau ikat kepala,menurut tuo-tuo silek Minang kalau basilek tidak
memakai ikat kepala maka pada saat berlatih akan diganggu oleh inyiak balang (Harimau),dan memang
sering kejadian dalam berlatih silat tidak menggunakan ikat kepala, suka ada kejadian-kejadian aneh dari
lingkungan sekitar sasaran silek tersebut seperti atap yang dilempari batu atau pasir, jendela yang dibanting-
bantingkan walaupun tidak ada angin, dan hal-hal aneh lainnya. Secara harfiah mungkin memakai ikat kepala
sebagai bentuk penghormatan seorang anak sasian kepada yang menciptakan silat itu sendiri, kepada sang
guru dan kepada partner latihannya.

4. Senjata dan Pusaka Sasaran

Sasaran silek yang baik dan bagus biasanya memiliki senjata yang lengkap serta memiliki benda-benda
pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Senjata-senjata yang biasanya ada adalah Karih (Keris),
tumbak lado (tombak cabe), kurambik (kerambit), tumbak (tombak), ladiang (lading, golok), sabik (sabit),
tungkek (tongkat), dan pisau. Tumbak lado (tombak lada) merupakan senjata asli Minangkabau menurut
Draeger[49]. Wilayah Minangkabau pada kurun waktu 1600-an sangat terkenal dengan pembuatan keris serta
perlengkapan perang yang berkualitas bagus[50]. Keris misalnya yang umumnya kita tahu berasal dari Jawa,
ternyata juga di produksi di Minangkabau, yang dikatakan sebagai crizes atau keris yang berasal dari
Menancabo (Minangkabau) [51].

5. Alat Musik serta Perlengkapan Adat

Pemain Silek pada masa dahulunya juga adalah seniman. Randai dan berbagai tari-tarian adalah turunan dari
silek yang merupakan kegiatan seni. Oleh sebab itu sasaran silek juga memiliki perlengkapan musik yang
mereka miliki adalah beraneka ragam gandang (gendang), talempong, alat-alat musik tiup seperti saluang,
bansi, sarunai, pupuik batang padi, dan tangkolong, malahan juga ada alat musik gesek yang dinamakan
rabab (rebab). Di samping alat musik, sebagai komponen dari nagari, mereka juga memiliki perlengkapan
untuk upacara adat, seperti pakaian adat dan carano. Tidak semua sasaran silek memiliki inventaris berharga
ini sekarang.

Saat sekarang, setelah mendapat pembinaan dari IPSI, tiap sasaran telah memiliki nama sendiri-sendiri, dan
memiliki logo sasaran sendiri, namun itu tidak semua, ada juga sasaran yang tidak memiliki nama dan atribut
khusus.

Kurikulum
Kurikulum di dalam silek Minangkabau itu terdiri dari

 Langkah : Langkah adalah konsep dan kunci utama dari permainan silek yang baik dan benar
 Buah : Teknik praktis dalam silek yang merupakan pengembangan dari langkah.
 Isi : Aspek spiritual, penggunaan tenaga dalam, pemahaman hakikat silat atau olah rasa
 Bungo, Pancak atau Mancak (Kembangan): Aspek seni dalam silat untuk hiburan atau pertunjukan.
Bungo silek ini sering dijumpai pada acara-acara resmi. Bungo silek adalah kombinasi antara langkah
dan buah. Gerakan silek yang ditampilkan seindah dan sebagus mungkin dan kedua pesilat berusaha
untuk tidak saling menyakiti dan biasanya diiringi dengan musik tradisional. Tuo-tuo silek sering
tampil dalam acara ini sebagai penghormatan terhadap dia.

1. Langkah (Teknik Melangkah)

Melangkah adalah pelajaran dasar dalam silek. Ada beberapa gerakan dasar yang akan diajarkan, yakni

 gelek (gelek, dalam bahasa Inggris, twist): mengubah posisi tubuh menghadap kanan dan atau
menghadap kiri tanpa mengubah posisi kaki atau tanpa melangkah). Dalam main berpasangan, kaki
kiri di depan akan menghasilkan gelek dalam, sedangkan jika kaki kanan di depan akan menghasilkan
gelek lua (luar).[52]
 balabek (belebat?): mengubah gerakan tangan sesuai langkah kaki.[53] Balabek berfungsi sebagai
pertahanan untuk tubuh bagian atas jika diserang. Biasanya tangan kanan dan tangan kiri bersilangan
jika dihimpitkan. Cara memainkan balabek ini bervariasi tergantung aliran silatnya, salah satu silat di
Koto Anau, Kabupaten Solok, memainkan balabek dengan cara mengepalkan tangan seperti petinju.
Ada lagi balabek dengan kombinasi kepal di satu tangan dan sudu di tangan lain (lihat: sudu)
 langkah ka muko jo langkah suruik (langkah maju dan langkah mundur): langkah, mengubah
posisi tubuh dengan memindahkan kaki
 langkah insuik (langkah ingsut) : melangkah dengan mengeser kaki ke depan atau ke belakang.
Misalkan, kaki kanan digeser sedikit ke depan, kemudian diikuti dengan menggeser kaki kiri sedikit
ke depan. Langkah insuik tidak perlu mengangkat kaki untuk berpindah, cukup digeser saja. Pola
langkah ini berguna untuk memperbaiki posisi untuk bertahan ataupun menyerang. Biasanya teknik
ini didapat begitu saja tanpa disadari oleh pesilat.
 tagak itiak (tegak itik) : berdiri seperti itik atau bebek dengan hanya menggunakan satu kaki
 babaliak (balik 180 derjat), balik ini bisa baliak suok (balik kanan) atau baliak kida (balik kiri)
 simpia (simpir, sapuan), serangan sapuan pada kaki.
 guntiang (Gunting), serangan guntingan pada kaki.
 tikam jajak (tikam jejak), langkah kaki yang menggantikan posisi langkah sebelumnya. Misalkan,
ketika kaki kanan dilangkahkan ke depan, kaki kiri menempati posisi jejak kaki kanan tersebut.
Prinsip yang sama berlalu sebaliknya.

Salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah
dari pemain silek lain, yaitu, Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek (agak berjinjit)
seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki langkah anak (langkah anak). Langkah anak ini adalah
langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan
tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan
lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini, tetapi mereka tidak menekankan
teknik dua cara melangkah ini kepada muridnya.

Adapun formasi dalam tahap ini adalah

 melingkar, biasanya berpasangan, biasanya sepasang dan membentuk lingkaran, lawan main
diibaratkan bayangan cermin, mereka akan melangkah dan bergerak seperti kita namun dalam posisi
berlawanan. Formasi lingkaran sering ditemui pada sasaran silek. Jika murid sasaran itu banyak,
maka posisi melingkar ini akan membentuk lingkaran besar, jadi hampir semua murid baru bisa
melakukannya dalam satu waktu.
 berdampingan, Salah seorang Tuo Silek dari Pauah, Padang menyebut gerakan ini sebagai arak
kabau gadang, boleh jadi sasaran silek lain memiliki nama lain untuk formasi ini. Dua orang
melangkah berdampingan kiri dan kanan sambil bersilat. Posisi ini tidak sering dimainkan. Guna
posisi ini adalah untuk belajar menghadapi serangan dari samping kiri atau kanan. Biasanya gerakan
ini diajarkan pada murid yang sudah mahir dalam melangkah dan dikombinasikan dengan tahap dua,
maambiak buah (mengambil buah)
 lurus , dengan maksud mempelajari cara menghadapi serangan lawan dari depan dan atau belakang.
Latihan untuk formasi lurus bisa dengan menggunakan sebilah papan disebut sebagai silek sabilah
papan. Silek Biruang Agam sebagai contoh, menunjukkan pola permainan lurus dengan kombinasi
lingkaran.[54]
Kebanyakan murid tidak memahami arti pelajaran ini, sehingga mereka bosan, karena sudah berbulan belajar
mereka merasa kok pelajarannya dari itu ke itu juga. Teknik melangkah yang baik dan benar ini benar-benar
penting bagi pemula. Jika melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah maambiak buah (mengambil buah)
atau mempelajari gerakan-gerakan praktis dalam bersilat, karena buah itu baru bagus digunakan jika langkah
sudah pas dan benar.

Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk
dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.
Meskipun tidak berlaku pada semua sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato
atau manto (mantera), contohnya

 kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum
bapakku langit/alaikum salam ibuku bumi/izinkan aku melangkah di bumi Allah taala.
 doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri dari cedera atau menghilangkan energi
negatif (dalam chi kung dikenal dengan istilah "chi kotor") yang mengganggu kita akibat bermain
silat atau setelah bepergian. Adapun bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku/mandi tubuh serta
nyawa/mandi ruh, serta insan/aku mandi di dalam kandungan kalimah...

Tidak semua sasaran silek mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa
Arab yang dikutip dari ayat Alquran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.

Pelajaran maambiak buah (mengambil buah) merupakan pengembangan dari prinsip langkah tersebut. Dapat
dikatakan, kunci dan salah satu ciri-ciri dari silek di Minangkabau terletak dari gelek jo langkah (gelek dan
langkah), dan mereka berusaha konsisten dengan aturan langkah ini. Namun sayang, pada tahap inilah murid-
murid biasanya sudah berhenti karena bosan, atau jika mereka terus ke tahap dua tanpa menguasai dengan
baik prinsip langkah, hasilnya adalah murid ini tidak bisa main dengan baik dan biasanya di dalam bahasa
Minangkabau dikatakan "langkahnyo indak bulek atau langkahnyo baserak-serak" (langkahnya tidak utuh
alias berserakan).

2. Buah (Teknik Praktis)

Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang teknik-teknik praktis di dalam bersilat atau buah
silat, seperti tangkok (menangkap), ilak (mengelak), mangguntiang (gerakan menggunting) piuah (piuh atau
pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu (sapuan), doroang (dorongan), enjo/egang/jujuik
(tarik, menarik lawan dengan tangan), mangabek/mengunci (teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan
dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai goyangan
pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. Sadonyo anggoto tubuah iduik (semua anggota tubuh harus
hidup dan bisa dimanfaatkan) dan juga dima tumbuh disitu disiang (posisi bagaimanapun harus bisa
digunakan semaksimal mungkin untuk bertahan dan menyerang) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak
buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh
manusia dan di mana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak
jatuh, tetapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu adalah alat vital
atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati. Untuk patah mematah, targetnya adalah siku-
siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh (pilin) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam
gerakan biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian dipatahkan. Alat vital
memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk
menjaga posisi sedemikian rupa agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodepun sampai
saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini belajar ilmu magis, sedangkan
untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan
terhadap pukulan.

Secara ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki,
tangan dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan di bawah ini

 Teknik mempergunakan tangan


o cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : target serangannya lobang pada daerah leher
o cotok duo jari (tusukan dua jari) : target serangannya mata
o cakiak (cekik) : target serangannya leher
o kalatiak (?) : gerakan seperti menampar dengan mempergunakan kuku pada ujung jari
o kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
o siku (sikuan) : target serangannya tulang iga lawan
o rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
o doroang, tundo, tungak (dorong) : mendorong tubuh lawan
o daga : menggunakan bantalan telapak tangan untuk menyerang rahang lawan
o sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan target serangannya ulu hati
lawan, bentuk sudu ini seperti sendok datar. Sudu dan sendok artinya sama.
o piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
o sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan
anggota tubuh lawan
o pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking target
serangannya leher bagian belakang
o patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
o lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
o piciak (pijit) : teknik menjepit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Buah piciak
dipergunakan untuk menyerang titik kelemahan atau pressure point yakni titik-titik tertentu
pada tubuh jika dipijit atau ditekan akan menimbulkan rasa sakit dan gerakan sentak (gerak
refleks) seperti kena setrum listrik. Contoh sasaran adalah wilayah dekat lipatan siku tangan
atau kaki, bawah ketiak, sekitar pergelangan tangan, selaput antara ibu jari dan telunjuk. Seni
ini telah dikenal oleh bangsa Jepang dengan nama kyusho. Korea dan China juga memiliki
pengetahuan tentang ini, serta berbagai bangsa lain di muka bumi selama beratus-ratus tahun
yang lampau. Meskipun di Minangkabau teknik ini tidak terdokumentasi selengkap di Jepang
atau Korea, teknik ini dikenal baik oleh para pendekar dan sangat bermanfaat jika menghadapi
lawan yang memiliki tenaga kuat. Titik kelemahan ini tidak saja diserang dengan teknik
piciak, tetapi bisa dengan cucuak (tusukan satu jari) atau sudu (sodok).
 Teknik mempergunakan kaki
o sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu
bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
o hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau
perutnya
o tundo jo lutuik (dorong dengan lutut) : lutut bisa digunakan untuk mendorong kaki lawan agar
dia jatuh
o sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
o dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk huruf T
o injak (injak): menginjak kaki lawan
o hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam ujung ibu jari kaki lawan dengan
memakai tumit.
 Teknik dengan menggunakan bagian tubuh lain
o sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
o gigik (menggigit lawan) : gigitan di mana saja yang didapatkan pada tubuh lawan
o goyang ikua (goyangan pinggul) : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain
sepak bola untuk menjatuhkan lawannya
 Teknik kombinasi
o mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
o mangabek atau mangunci (kuncian) : Istilah lain yang biasa digunakan oleh praktisi silek
adalah santuang atau kungkuang (kungkung) untuk teknik mengunci lawan dengan
mempergunakan tangan dan atau kaki.
o mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari
bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan
tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan
diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama
yakni teknik malangkah.

Tujuan dari silek adalah mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang dikatakan oleh tuo silek, jadi
sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak boleh digunakan di dalam pertandingan silat, karena berbahaya
dan mencelakakan lawan tanding.

Pada tahap ini muridpun diberi semacam doa atau kato atau manto (mantera) oleh guru, misalnya mantera
yang dipakai untuk menyambut atau untuk menyerang lawan, bisa juga mantera untuk membuat tubuh kita
kelihatan lebih besar dan tinggi, sehingga lawan merasa takut dan sebagainya. Tiap sasaran silek punya
manto atau doa tersendiri. Ada sasaran silek yang hanya memakai doa yang diambil dari kutipan ayat
Alquran, namun kebanyakan mantra berisi campuran antara doa dalam bahasa Arab dan Minangkabau.
Campuran mantera antara bahasa Minang dan bahasa Arab menandakan pengaruh Islam di dalam silat di
Minangkabau.

3. Isi (Mengambil Isi atau Kaji Duduk)


Bagian maambiak isi (mengambil isi) atau dikatakan juga maambiak inti (mengambil inti) adalah bagian
yang paling sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid
tidak belajar bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.

 Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus)

Istilah biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang materi maambiak isi. Kata
bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun
tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru
mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau
malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun
hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.

 Kaji (Materi Pelajaran di Biliak Dalam)

Materi atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi
ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh karena itu,
dalam tahap tertentu, membahas materi yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah
tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian
ditanyakan langsung ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.

Salah satu dari materi pengajian ini adalah mangaji asa (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal
usul diri. Dalam salah satu sasaran mengatakan bahwa manusia berasal dari Nur yang dipancarkan dari
cahaya ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia
yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat
menundukkan sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi. Orang yang berbuat
keonaran dan kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan yang berasal
dari api. Api bersifat negatif atau takluk di bawah kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini
berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai
sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi, air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap manusia, jadi
benda tajam itu tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri pesilat. Di dalam pengajian ini, segala
sesuatu yang datang kepada pesilat, maka dia berupaya mangumbalikan ka asa (mengembalikan sesuatu ke
asal kejadiannya) semua serangan yang datang kepada dirinya. Beginilah bunyi salah satu mantera agar tidak
celaka jika terkena senjata tajam.. Hai sakalian basi, aku tahu asa engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa
engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, aku kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi (Hai sekalian
besi, aku tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau ke asal engkau,
aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).

Istilah basi karasani (Besi Kersani) sering muncul di dalam materi kajian bilik dalam. Basi karasani di
dalam kaji isi dianggap sebagai unsur inti besi pada manusia yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Di
dalam manto (mantera) diucapkan begini ".... mandanciang basi karasani di dalam batang tubuah aku dek
aku mangatahui.." (berdenging besi kersani di dalam batang tubuh aku karena aku mengetahui). Membangkit
basi karasani ini juga termasuk materi yang diberikan buat pesilat yang berminat. Efek dari bangkitnya basi
karasani ini adalah tubuh menjadi kuat dan tahan dari berbagai serangan lawan.
Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam
wilayah sangat sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat, bahwa mereka
yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan perbuatan membuka aurat kepada yang
bukan muhrim.

Materi maambiak isi bisa saja tidak diberikan kepada murid, jika si murid hanya menyukai gerakan fisik saja
untuk olahraga atau beladiri. Adakalanya si murid tidak berminat mengambil materi ini karena tidak ingin
terlalu dalam berfilosofis atau tidak ingin salah cerna pengetahuan yang diberikan guru yang disebut sebagai
tabaliak kaji. Meskipun sangat jarang terjadi, tabaliak kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan psikis
murid karena bisa menyebabkan gila. Guru silek adakalanya enggan memberikan materi ini kepada murid
dengan alasan belum cukup umur atau akibat perilaku kurang baik yang diperlihatkan oleh murid selama
dalam asuhan guru silek.

4. Ujian

Secara tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan
dasar silat seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan keahlian itu
untuk manyambuik (menyambut) serangan, mambaleh (menyerang), mangunci (mengunci) atau malapehkan
kuncian/kabek (melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid,
namun pada tingkat lanjutan, siapa yang pintar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan bisa
menggunakan gerakan-gerakan dasar silat dengan tepat dan benar.

Kemahiran bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:

 Bersilat di tempat lapang


 Bersilat di tempat sempit
 Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
 Penguasaan menghadapi serangan memakai senjata tajam dan tongkat
 Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
 Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
 Bersilat dengan harimau (ujian terakhir pada beberapa sasaran silek)

Sebagian para Tuo Silek mempercayai bahwa silek ini dahulunya milik inyiak balang (harimau), setiap kali
silek ini diadakan jika memakai gerakan harimau, konon harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat
itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di
tempat yang tertutup jika dilakukan di malam hari. Ujian terakhir dilakukan dengan bermain silat langsung
dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru. Ada juga sasaran yang
mengajarkan silek biasa dan silek harimau untuk tingkat lanjutan, setelah selesai dengan silek biasa yang
dilakukan pada malam hari, mereka akan mengambil langkah silek harimau pada siang hari, bukan malam
hari [2]

Sistem sabuk diperkenalkan pada sasaran silek setelah adanya bimbingan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI) kepada guru silat tradisional. Maka semenjak itu dikenal adanya istilah sabuk. Warna dari sabuk itu
sendiri seperti sabuk putih, biru, hijau sampai hitam, diberikan berdasarkan kemahiran murid pada level
tertentu. Silek tradisional tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid berdasarkan kemahiran
murid di dalam latihan seperti yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi tangan kanan guru
untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.

5. Kaputusan Silek (Keputusan Silat)

Umumnya sasaran silek itu memiliki istilah tamat belajar, kecuali seperti yang dikatakan oleh salah satu Tuo
Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru memberikan sesuatu kepada muridnya
tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memberikan semacam mantera penutup, ada pula keputusan
kaji silek itu hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasihat saja dari guru.

Ada sasaran silek yang melakukan badah ayam (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam
tersebut diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau mau melepaskan
gayuang kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si
murid diberi kato atau manto (mantera). Gayuang (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung atau
bagian dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya boleh dipakai ketika
sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan hidup. Gayuang ini bisa berakibat fatal bagi lawan
jika tidak segera diobati. Biasanya pamunah gayuang (pemusnah gayung) diberikan kepada murid yang
berguna untuk menghilangkan efek dari gayuang tersebut jika lawan sudah minta ampun dan menyerah.

Namun hal yang pasti dari seseorang mendapatkan kato kaputusan (kata putus atau tamat) ini adalah dia bisa
mengajar orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru, artinya dia dianggap resmi
sebagai guru baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah.

Tokoh silat dari Minangkabau


 Edward Lebe
 Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam
 Emral Djamal Datuk Rajo Mudo
 Erizal Chaniago

Lihat Pula
 Silat Kumango
 Budaya Minangkabau

Catatan kaki
1. ^ Kirstin Pauka. A Flower of Martial Arts: The Randai Folk Theatre of the Minangkabau in
West Sumatra. Asian Theatre Journal, Vol. 13, No. 2 (Autumn, 1996), pp. 167-191
2. ^ a b c Wawancara dengan Bapak Nawarlis, Pauh, Padang, 1998
3. ^ video yang memperlihatkan gerakan mencak.
4. ^ Contoh aplikasi gerakan silek
5. ^ http://www.padang.go.id/v2/content/view/1630/78/
6. ^ http://mediacenter.fauzibahar-mahyeldi.com/print.php?type=N&item_id=75 (situsnya sudah
kedaluwarsa)
7. ^ Wawancara dengan Tuo Silek, Bapak Nasahan, Sijunjuang, 2001
8. ^ Wawancara dengan Magatin Budua, artis tradisi Minangkabau dari Muaro Bodi,
Sawahlunto, Sumatera Barat,1993
9. ^ Djamal, Mid. Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau. Penerbit CV. Tropic -
Bukittinggi.1986
10. ^ Keterangan dari alm. Syech Kudus, salah seorang guru silek 21 hari di Duri, yang
disampaikan oleh salah seorang cucu dia, Feb 2010.
11. ^ http://ms.wikipedia.org/wiki/Minangkabau
12. ^ http://shterate.info/modules.php?
op=modload&name=Sections&file=index&req=viewarticle&artid=3&page=1
13. ^ http://www.silatperisaidiri.com/index.php/Latest/History.html
14. ^ http://sahabatsilat.com/forum/index.php?
PHPSESSID=5696f036e2ac299f0a067c662ddf84e0&topic=772.15
15. ^ http://www.scribd.com/doc/4551843/Bgd-Tan-Labih
16. ^ Ferrer DS. Shadow of the Prophet : Martial Arts and Sufi Musticism. Springer . 2009 ISBN
978-1-4020-9355-5
17. ^ [1]
18. ^ Shadows of the prophet: Martial arts and sufi mysticism. Ed.9. Springer. 2009
19. ^
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/06/23/SEL/mbm.19900623.SEL18854.id.html
20. ^ http://www.pelitabrunei.gov.bn/news/pelita/27ogos09/berita17.htm
21. ^ http://baikoeni.multiply.com/journal/item/6/6
22. ^ http://www.pandeka.com
23. ^ http://sahabatsilat.com/forum/index.php?topic=458.0
24. ^ http://www.silektuo.nl/
25. ^ http://www.satriamuda.nl/
26. ^ http://www.paulusembilan.nl/
27. ^ http://www.blacktrianglesilat.com/home
28. ^ http://silekusa.com/
29. ^ http://www.baringinsakti-silat.com
30. ^ http://www.saudara-kaum.fr/index.php?
language=en&osCsid=4a3cd96777a78e9ea161ee9c5d041012
31. ^ http://www.youtube.com/watch?v=cLgzv1fRmtE
32. ^ http://www.youtube.com/watch?v=eiIM5CVfIk8&feature=related
33. ^ http://www.de-bordesfoundationworld.com/harimau_page.html
34. ^ http://www.youtube.com/watch?v=ocaBelLtGUM&feature=related
35. ^ Hiltrud Theresia Cordes. Pencak Silat, die Kampfkunst der Minangkabau und ihr kulturelles
Umfeld. Ed 2. Afra Verlag. 2000
36. ^ Hamzah bin Ahmad. Silat terlak nata : pesaka hulubalang Melayu. Kuala Lumpur : Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1967. Diperoleh dari situs http://antalhaq.blogspot.com/2008/11/silat-terlak-
nata_25.html.
37. ^ http://www.youtube.com/watch?v=b2nD4JP-6Jk&feature=related
38. ^ Dobbie A. India - Elephant's blessing. 1st edition. Melrose Books. 2006:Cambridgeshire,
UK. pada situs http://books.google.com/books?
id=ckpEd4emnCkC&printsec=frontcover&source=gbs_v2_summary_r&cad=0#v=onepage&q=alam
&f=false
39. ^ [2]
40. ^ http://www.cimbuak.net/content/view/1620/5/
41. ^ Soetan Zainoel Abidin gelar Datoek Pamoentjak Alam. Boekoe Silat-Pentjak-Tari. Lintau
Tanah Datar (Minangkabau). Tijp Drukk Tschwan Fort De Kock. Tahun cetakan diperkirakan 1944
atau sebelumnya. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/19632789/Silat-Melayu-Ezine-4
halaman 7/15
42. ^ http://sahabatsilat.com/forum/aliran-pencak-silat/silek-cupak-mak-danin-capek/
43. ^ a b http://www.youtube.com/watch?v=F9Up-Ey8LWY
44. ^ http://www.ehow.com/video_2346046_basketball-skills-basic-dribble.html
45. ^ http://www.youtube.com/watch?v=j-Ddv2nZ0oY&feature=related
46. ^ http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&NR=1&v=u0e3atmlteA
47. ^ http://www.youtube.com/watch?v=_EaI_kp_fVI
48. ^ http://sahabatsilat.com/forum/index.php?topic=70.105
49. ^ http://books.google.co.jp/books?
id=g3FLFtThkU0C&pg=PA126&lpg=PA126&dq=tombak+lada&source=bl&ots=Nov0acLR9N&sig
=GQcZrfvo7BcUsQXCF8XzNzNUor8&hl=ja&ei=8Tc5TN7hKY2gkQX51syvAw&sa=X&oi=book_
result&ct=result&resnum=1&ved=0CBgQ6AEwAA#v=onepage&q=tombak%20lada&f=false
50. ^ Donn F. Draeger.1992. Weapons and fighting arts of Indonesia. Rutland, Vt. : Charles E.
Tuttle Co. ISBN 978-0-8048-1716-5. Halaman 112
51. ^ Bartholomew Leonardo de Argenfola. The Discovery and conquest of the Molucco and
Philippine Islands. Translated to English from Spanish. London 1708 . hal 96. diakses dari
http://books.google.com/books?
id=rEkxAAAAMAAJ&pg=PA96&lpg=PA96&dq=menancabo+filipina&source=bl&ots=zXjhwJiPS
L&sig=XmVT3_ynRV4LMB56x-
j6jpOGc94&hl=en&ei=pTUQTaq9C4r5cZqgjeIK&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ve
d=0CBIQ6AEwAA#v=onepage&q=menan&f=false
52. ^ video yang memperlihatkan gerakan gelek
53. ^ Video yang memperlihatkan gerakan tangan atau Balabek
54. ^ http://www.youtube.com/watch?
v=BQxlkSiIKrw&feature=PlayList&p=7C998B74870104CB&playnext_from=PL&index=0

Pranala luar
 12 Warga Asing Belajar Silat Kuno Minangkabau VIVAnews, 29 Agustus 2013. Diakses 4
September 2013.
 Kumango, Silat Leluhur dari Minangkabau Liputan6.com, 3 Juni 2012. Diakses 3 Desember 2013.
 Silat Kumango (Sumatera Barat - Indonesia) Melayuonline.com, 3 Juni 2012. Diakses 3 Desember
2013.

Kategori:

 Pencak silat
 Silat Minangkabau

Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu

Pencarian

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir

Bagikan

 Facebook
 Twitter
 Google+

Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak

Dalam proyek lain

 Wikibooks

Perkakas

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID

Bahasa lain

 Basa Jawa
 Baso Minangkabau
 Bahasa Melayu

Sunting interwiki

 Halaman ini terakhir diubah pada 16 Juli 2017, pukul 14.55.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan
mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

 Kebijakan privasi
 Tentang Wikipedia
 Penyangkalan
 Pengembang
 Cookie statement
 Tampilan seluler

Anda mungkin juga menyukai