Anda di halaman 1dari 21

AMALAN SURAH YUSUF UNTUK RUMAH TANGGA

(STUDI LIVING QUR’AN DI PONDOK PESANTREN ASSALAFIY AL-IKHLAS


KALIBOTO, TAROKAN, KEDIRI)
SKRIPSI (ARTIKEL JURNAL)
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Untuk Memenuhi salah satu
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:
Agustea Mufidatul Asiyah
tea.mufidah12@gmail.com
Adrika Fithrotul Aini
Adrikaaini01@gmail.com

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2023
AMALAN SURAH YUSUF UNTUK KELUARGA

(STUDI LIVING QUR’AN DI PONDOK PESANTREN ASSALAFIY AL-IKHLAS


KALIBOTO, TAROKAN, KEDIRI)
Agustea Mufidatul Asiyah
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
tea.mufidah12@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini fokus membahas tentang amalan surah Yusuf ayat 4 untuk rumah tangga yang
dibaca tiga puluh tiga kali setelah sholat fardhu, sebagai kajian Living Qur’an di Pondok
Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas Kaliboto Tarokan Kediri. Surah Yusuf memang banyak diamalkan
dengan tujuan yang berbeda-beda. Penelitian ini membahas tentang bagaimana latar belakang
pembacaan dan pemaknaan surat Yusuf pada santri di Pondok tersebut. Adapun tujuan penelitian
ini adalah mengungkapkan latar belakang dari pelaksanaan amalan surah Yusuf untuk rumah
tangga di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas dan mendeskripsikan pemahaman santri di
Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan observasi secara non partisipatif dan wawancara. Menggunakan
analisis deskriptif dengan menganalisa sesuai teori tindakan sosial Max Webber. Hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa Pertama, latar belakang dari amalan surah Yusuf di Pondok
Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas ini sudah berjalan tidak lama dari pendirian Pondok tersebut,
sekitar 40 tahun dengan usulan dari salah satu pengasuh Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas.
Amalan ini dilaksanakan oleh santri yang tinggal (mukim) rutin setelah jama’ah sholat fardhu,
sedangkan santri yang tidak tinggal (nduduk) secara individu atau sirri dengan artian tidak
diwajibkan melaksanakan. Amalan ini dilaksanakan dengan bukti adanya ketaatan dan
keta’dziman santri terhadap Kyai pengasuhnya yang dianggap menjadi tokoh teladan. Kedua,
pemaknaan amalan surat Yusuf yang dilaksanakan oleh santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-
Ikhlas ini dipercaya dapat menjadikan keindahan dan keharmonisan berumah tangga bagi
pembacanya. Amalan ini sejalan dengan tafsir Ibnu Katsir yang menjelaskan bahwa Nabi Yusuf
dihormati dan dipatuhi keluarganya.
Keyword: Surah Yusuf, Rumah Tangga, Living Qur’an
Abstract
This research focuses on discussing the practice of surah Yusuf verse 4 for households which is
read thirty three times after fardhu prayers, as a study of the Living Qur'an at Assalafiy Al-Ikhlas
Islamic Boarding School Kaliboto Tarokan Kediri. Surah Yusuf is practiced a lot with different
purposes. This study discusses the background of the reading and meaning of Yusuf's letter to
the students at the Pondok. The purpose of this study is to reveal the background of the
implementation of the practice of surah Yusuf for households at the Assalafiy Al-Ikhlas Islamic
Boarding School and to describe the understanding of students at the Assalafiy Al-Ikhlas Islamic
Boarding School. The method used in this study is a qualitative method with non-participatory

1
observation and interviews. Using descriptive analysis by analyzing according to Max Weber's
theory of social action. The results of this study can be concluded that First, the background of
the practice of surah Yusuf at the Assalafiy Al-Ikhlas Islamic Boarding School has been running
not long since the establishment of the Pondok, about 40 years with a suggestion from one of the
caretakers of the Assalafiy Al-Ikhlas Islamic Boarding School. This practice is carried out by
students who live (mukim) regularly after the congregational fardhu prayers, while students who
do not live (nduduk) individually or sirri, meaning they are not required to carry it out. This
practice is carried out with evidence of the obedience and respect of the santri towards the Kyai
who cares for them who is considered a role model. Second, the meaning of the practice of
Yusuf's letter carried out by the students of the Assalafiy Al-Ikhlas Islamic Boarding School is
believed to be able to make the beauty and harmony of a household for its readers. This practice
is in line with the interpretation of Ibn Kathir who explained that the Prophet Yusuf was
respected and obeyed by his family.

Keywords: Surah Yusuf, Household, Living Qur'an

2
Pendahuluan
Pengimplementasian Al-Qur’an banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan
cara yang berbeda-beda. Hal ini tentu akan memunculkan sebuah fenomena keagamaan sebagai
wujud dari sikap manusia yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an pun
terdapat nilai-nilai kebudayaan dalam masyarakat. Di dalamnya memuat tema-tema yang
mencakup seluruh aspek relasi manusia dengan Tuhan, relasi sesama manusia, dan relasi
manusia dengan alam sekitarnya.1 Oleh karena itu, sebagian umat Islam selalu berusaha untuk
berinteraksi dengan al-Qur‟an dengan cara mengekspresikannya melalui lisan, tulisan, maupun
perbuatan, baik berupa pengalaman spiritual,
pemikiran, maupun emosional. 2

Pada zaman dahulu, praktek memberlakukan al-Qur‟an atau bagian- bagian tertentu
darinya sehingga bermakna dalam kehidupan praktis manusia telah terjadi pada masa Nabi
Muhammad SAW. Resepsi semacam ini telah dilakukan oleh Rasulullah sendiri. Seperti
dijelaskan dalam sebuah riwayat, bahwa Rasulullah pernah membaca surat al- Fatihah untuk
meruqyah seseorang yang sedang sakit, atau membaca surat al-Muawwidzatain (surat al-Ikhlas,
al-Falaq dan an-Nas) untuk menolak
sihir. 3

Praktek semacam ini terus dilestarikan sampai ke generasi berikutnya, namun seiring
berkembanganya al-Qur‟an yang mulai merambah ke wilayah baru muncul anggapan-anggapan
tertentu terhadap al-Qur‟an dari berbagai komunitas yang menjadi salah satu faktor pendukung
munculnya praktek mengfungsikan al-Qur‟an dalam kehidupan praktis atau diluar kondisi
tekstualnya. Hal ini menunjukkan bahwasanya terjadi praktik pemaknaan al-Qur‟an yang tidak
mengacu pada pesan tekstual atau pemahamannya, akan tetapi berlandaskan pada anggapan-
anggapan adanya fadilah dari bagian-bagian tertentu teks al-Qur‟an, bagi kepentingan praktis
kehidupan keseharian umat.4
Dalam realitanya, pada era kontemporer ini, fenomena pembacaan al- Qur‟an sebagai
bentuk apresiasi dan respon umat Islam sangat beragam. Mulai dari model pembacaan al-Qur‟an
yang berorientasi pada pendalaman dan pemahaman maknanya sampai yang hanya sekedar
membaca al-Qur‟an untuk memperoleh ketenangan jiwa atau sebagai bentuk ibadah ritual..5
Fenomena berbagai masyarakat mengimplementasikan Al-Qur’an inilah yang
mengklasifikasikannya kedalam kategori Living Qur’an. Perkembangan pemahaman dan
pengkajian terhadap Al-Qur’an sangat pesat sehingga muncul suatu kajian mengenai Al-Qur’an
yaitu Living Qur’an. Living Qur’an menjelaskan fenomena yang terjadi, mencetuskan arti dan
1
M. Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan Ulum al-Qur`an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm. 1
2
Muhammad, Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qur‟an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: TH Press,
2007), 11.
3
M. Mansur, Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an dalam Metodologi Penelitian
Living Qur‟an dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: TH Press, 2007), 3.
4
. Mansur, Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an dalam Metodologi Penelitian
Living Qur‟an dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin, 4
5
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Living Qur‟an dalam Metodologi Penelitian Living Qur‟an
dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin (Yogyakarta: TH Press, 2007), 65

3
kadar yang menempel dari fenomena tersebut. Istilah Living Qur’an berarti Al-Qur’an yang
hidup ditengah-tengah masyarakat.6 Atau dapat dipahami sebagai kajian menghidupkan Al-
Qur’an ditengah-tengah kehidupan masyarakat baik bersifat individu maupun kelompok.
Adanya fenomena Living Qur’an ini terdapat beberapa karya yang telah dijadikan
penelitian sebelumnya, peneliti menemukan kajian penelitian terhadap surat Yusuf dalam bentuk
skripsi yang berjudul “Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an dalam Tradisi Mitoni (Kajian
Living Qur’an di Dusun Sumberjo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten”
yang ditulis oleh Muhammad Fauzan Nasir tahun 2016. Tulisan ini menjelaskan tentang prosesi
tradisi acara mitoni dengan pembacaan tujuh surat pilihan. Mitoni merupakan upacara selamatan
kandungan yang berusia mencapai tujuh bulanan. Adapun tujuh surat pilihan tersebut yaitu, surat
Yusuf, Maryam, Luqman, Al-Sajadah, al-Waqiah, Ar-Rohman dan Muhammad. Disebutkan juga
fungsi dari upacara mitoni ini adalah Al-Qur’an yang di pandang masyarakat sebagai kitab suci,
sebagai obat atau penawar dan sebagai sarana perlindungan. 7 Kemudian, penelitian lain dalam
bentuk jurnal yang tidak jauh beda dengan tema sebelumnya yang berjudul “Islamisasi Budaya
Dalam Tradisi Tujuh Bulanan (Mitoni) Dengan Pembacaan Surat Yusuf Dan Maryam Pada
Jamaah Sima’an Al-Qur’an Di Desa Jurug Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali” yang
ditulis oleh Laili Choirul Ummah tahun 2018. Tulisan ini menjelaskan dengan bacaan Surat
Yūsuf dan Maryam tersebut dengan tujuan semoga diberi keselamatan dan kesehatan untuk ibu
dan bayinya hingga melahirkan. Dalam pembacaan kedua surat ini sebagai sebuah doa,
permintaan agar anak yang dikandung dapat meniru akhlak sholeh dan paras Nabi Yūsuf serta
meniru akhlak yang sholehah dan cantik seperti Siti Maryam. 8 Kemudian, penelitian lain yang
berbentuk skripsi berjudul “Pembacaan Tiga Surat Pilihan Dalam Tradisi Ngupatan (Studi
Living Qur’an Pada Etnis Jawa di Desa Petrans Jaya Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi
Rawas)”. Yang ditulis oleh Septa Rani Tri Novianti tahun 2019. Tulisan ini menjelaskan
pelaksanaan tradisi pembacaan tiga surat pilihan (QS. Yusuf, QS. Maryam, QS. Taubah) yang
dilakukan ketika usia kandungan memasuki usia empat bulan (120 hari) karena pada hari itu
malaikat akan meniupkan ruh pada janin tersebut sehingga dimulailah babak kehidupan baru
yang mana akan menentukan catatan rezeki, kematian, dan amal perbuatan. 9 Kemudian “Surah
dan Ayat Amalan Ibu Hamil: Studi Analisis Living Qur’an pada Masyarakat Banjar di Desa
Hampalit Kecamatan Katingan Hilir” yang ditulis oleh Resya Maulida dkk tahun 2021. Tulisan
ini menjelaskan bahwa di Desa tersebut melaksanakan amalan untuk ibu hamil yaitu pembaca
QS. Yusuf, QS. Al-Kahfi, QS. Maryam, QS. Luqman, QS. Yasin, QS. Al-Waqi’ah, QS. Al-
Mulk, QS. Ali-Imran ayat 33-37, dan QS. Al-Insyirah ayat 5-6. Ada berbagai macam pandangan
tujuan dari pembacaan surat-surat tersebut, diantaranya agar anak yang di dalam kandungan
memiliki wajah yang baik rupanya, memiliki kepribadian yang baik, dan menjadi anak yang
sholeh dan sholehah. Adapun, pelaksanaan dalam pengamalan surah dan ayat ibu hamil dalam

6
Syahiron Syamsuddin, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadist (Yogyakarta: Teras, 2007) hlm. 5
7
Muhammad Fauzan Nasir, “Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an dalam Tradisi Mitoni (Kajian
Living Qur’an di Dusun Sumberjo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten” (IAIN Surakarta,
2016)
8
Laili Choirul Ummah, “Islamisasi Budaya Dalam Tradisi Tujuh Bulanan (Mitoni) Dengan Pembacaan
Surat Yusuf Dan Maryam Pada Jamaah Sima’an Al-Qur’an Di Desa Jurug Kecamatan Mojosongo Kabupaten
Boyolali”, Vol. 4 No. 2, Al-Itqon, 2018.
9
Septa Rani Tri Novianti, Skripsi, “Pembacaan Tiga Surat Pilihan Dalam Tradisi Ngupatan (Studi Living
Qur’an Pada Etnis Jawa di Desa Petrans Jaya Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas)” (IAIN
Bengkulu, 2019)

4
al-Qur’an yaitu dengan berbagai waktu, antara lain setelah sholat Subuh, setelah sholat Maghrib,
setelah sholat Isya, dan disaat waktu luang.10
Dari beberapa karya yang sudah peneliti uraikan di atas, penelitian ini tentunya terdapat
perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Diantaranya terdapat perbedaan lokasi, pelaksanaan
dan tujuan pembacaan. Pada penelitian ini, penulis fokus pada pengamalan Surat Yusuf untuk
rumah tangga yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas yang bertempat di
Kaliboto Tarokan Kediri. Penelitian surat Yusuf memang banyak dikaji, akan tetapi peneliti
meneliti dengan perbedaan tujuan, yaitu untuk keharmonisan dan memperindah keluarga.
Adapun penelitian ini fokus dengan judul Amalan Surah Yusuf Untuk Rumah
Tangga (Studi Living Qur’an di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas Kaliboto, Tarokan,
Kediri). Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas melestarikan resepsi Al-Qur’an yang
dilaksanakan oleh santri putra maupun santri putri diantaranya adalah amalan membaca Al-
Qur’an surah Yusuf ayat 4 yang dijalankan secara rutin setiap setelah sholat fardhu sebanyak tiga
puluh tiga kali. Inilah yang menjadi keunikan tersendiri yang membedakan dengan pengamalan
surat Yusuf dengan yang lain. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya adalah
bagaimana latar belakang pembacaan amalan tersebut dan bagaimana pemaknaan dari amalan
tersebut yang dilaksanakan santri, baik yang tinggal (mukim) ataupun yang tidak tinggal
(nduduk) setiap setelah sholat fardhu di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas.
Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan metode kajian lapangan (field reseach)
yaitu penelitian yang dilaksanakan secara bersistem untuk mendapatkan catatan-catatan yang ada
dilokasi sebagai objek dari penelitian tersebut. 11 Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah observasi secara non partisipatif, wawancara kepada pengurus, pengasuh dan
santri dengan jumlah 15 orang. Pengumpulan data lainnya adalah melalui beberapa sumber
dengan data sekunder dari internet dan jurnal. Analisis dari penelitian ini menggunakan bentuk
analisis deskriptif yaitu memaparkan dan mendeskripsikan data yang diperoleh sesuai dengan
hasil wawancara di Pondok tersebut. Adapun teori untuk menganalisa fenomena ini dengan
menggunakan teori tindakan sosial Max Webber yang mengklasifikasikannya menjadi empat
poin yaitu tindakan tradisional, tindakan afektif, rasionalis instrumental dan rasionalis nilai. 12
Peneliti juga menggunakan teknik observasi partisipan yaitu peneliti ikut terlibat dalam
kehidupan orang yang diamati13

Pembahasan
Sejarah Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas

10
Resya Maulida dkk, “Surah dan Ayat Amalan Ibu Hamil: Studi Analisis Living Qur’an pada Masyarakat
Banjar di Desa Hampalit Kecamatan Katingan Hilir” Vol 2, Syams: Jurnal Studi Keislaman, 2021
11
Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Research (Bandung: Tarsoto, 1995), h. 58
12
Alis Muhlis and Norkholis, “Analisis Tindakan Max Webber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab
Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadits)”, Jurnal Living Hadits, Vol. 1, 2016, hlm. 9
13
Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data
Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial), Jurnal at-Taqaddum, Vol. 8, No. 1, Juli 2016, 36

5
Pondok Pesantren Assalafiy Al Ikhlas ialah badan pondok pesantren yang beralamatkan
di Dusun Kaliboto Kec. Tarokan Kab. Kediri serta berdiri pada Tahun 1980. Julukan Al-
Ikhlas ini merupakan inisiatif dari penggagas pondok sendiri dengan arti seluruh suatu yang
kita jalani di dalam ataupun di luar pondok ini( berlatih, membimbing, ajakan atau yang yang
lain) wajib dilandasi dengan kebersihan batin serta senantiasa diiringi dengan hasrat lillahi
ta`ala, tanpa menginginkan apapun melainkan cuma mengharap ridho dari Allah Ta’ versi.
Penggagas Pondok Pesantren Assalafiy Al- Ikhlas merupakan KH. Mudhofir Ilyas.
Kehadiran Pondok Pesantran ini tidak terbebas dari peperangan keras KH. Mudhofir Ilyas.
Upaya dia merintis serta meningkatkan Pondok Pesantren Assalafiy Al- Ikhlas ini, lewat
jenjang yang penuh halangan dan hambatan. Pondok Pesantren Assalafiy Al- Ikhlas berdiri di
kala kehidupan orang mulai kehabisan pegangan, terjalin kekacauan serta hantaman
bermacam pandangan kehidupan dan di tengah darurat t yang terjadi karena ulah manusia
tergiur oleh dunia sehingga Al-Qur’an dan Sunah Rosul sebagai petunjuk hidup diabaikan.14
Berdirinya Pondok Pesantren Assalafiy Al- Ikhlas tidak jauh dengan terdapatnya
kedudukan dari Pondok Pesantren Sukosari( Duwu Besar) tempo dahulu. Pesantren Sukosari
dibuat oleh Kyai Idris, setelah itu dia memiliki menantu bernama KH Thoyib. Sebaliknya
KH Thoyib memiliki putra bernama Kyai Mudhofir Ilyas. Pada dikala Pesantren h Sukosari
diurus KH Thoyib pada dikala seperti itu KH. Mudhofir Ilyas dilahirkan. Sebab itu Pesantren
Sukosari serta Al- Ikhlas memiliki ikatan yang amat akrab. Dalam kemajuannya, Madrasah
Sukosari memanglah hadapi perputaran kepemimpinan yang mana si anak mengambil alih si
Papa. Tetapi KH. Mudhofir Ilyas tidak lekas meningkatkan Pesantren h Sukosari semacam
yang dicita- citakan si Papa. Dia justru memilah berdiam di Kaliboto sehabis dia menikahi
seseorang muslimah asal Kaliboto, ialah Bunda Nyai Hj. Abidah. Sehabis berdiam di
Kaliboto, dia membuka praktek pertabiban, yang seakan menyimpang dari angan- angan si
papa buat meningkatkan Pesantren. Tetapi lain perihalnya yang di arti oleh KH. Mudhofir
Ilyas, semacam yang dia tuturkan.

“ Aku hendak berjuang apabila telah terdapat modal( ekonomi telah mapan)”.

Praktek pertabiban yang dia tekuni merupakan tahap dini buat menciptakan angan- angan
si Papa. Inilah strategi yang dia gunakan buat mensiasati serta menyikapi situasi lingkungan
yang kala itu memang tidak ramah dan tidak bersahabat.15
Tahap berikutnya dia mengumpulkan semua pemuka- pemuka agama Kaliboto buat
berjuang bersama dalam satu media dengan metode mendirikan Perguruan permanen, di
mana seluruh figur agama Kaliboto itu dilibatkan. Perihal ini dimaksudkan buat memadukan
sekalian menjauhi bentrokan antara figur agama. Namun arti bagus KH. Mudhofir Ilyas ini
bukanlah menemukan asumsi sungguh- sungguh, apalagi terdapat pihak khusus yang
menentangnya, walaupun kurang menemukan sokongan, dia senantiasa berjalan untuk
menciptakan harapannya. Hambatan lain yang dialami dia durasi itu terdapatnya teror serta
bahaya dari bermacam pihak, yang apalagi terdapat yang membutuhkan nyawa dia. Perihal
ini akrab kaitannya dengan keahlian dia dalam membatalkan pembedahan perampokan yang
kerap terjalin di Area Tarokan kala itu.

14
Hasil Wawancara dengan Kyai Arif selaku pengasuh Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Senin,
16 Januari 2023 pukul 10.05
15
Hasil wawancara dengan Kyai Arifuddin selaku pengasuh Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Senin, 16 Januari 2023 pukul 14.40

6
Setelah itu dia berupaya menarik belas kasih kanak- kanak dusun dengan memutarkan tv
di rumahnya. Diantara kesenangan menyaksikan tv inilah kanak- kanak itu diajari membaca.
Perihal ini nyatanya lumayan sukses sebab di durasi itu tv sedang ialah benda sangat jarang.
Dalam kemajuan lebih lanjut, alat buat menarik belas kasih masyarakat setempat
direalisasikan dalam wujud pendiriaan group qosidah dan dibukanya bimbingan Bahasa Arab
free. Lelet laun kanak- kanak yang membaca lalu meningkat, apalagi terdapat yang dari luar
Dusun Kaliboto. Sebab dirasa kehadirannya tidak lagi diperlukan, group qosidah itu
dibubarkan. Dan mulai sejak itu pesantren beliau diakui keberadaannya sebagai pondok
pesantren salafiyah.16
Sekitar tahun 1981, KH. Mudhofir Ilyas mulai mengembangkan pesantrennya, sistem
pesantren mulai diterapkan dan digunakan di pesantrennya, dan Al-Ikhlas pun dalam babak
baru ini serta merta mulai berbenah diri. Asrama tempat tinggal para santri yang dulunya
berbaur dengan tempat tinggal pengobatan orang-orang gila (pasien KH. Mudhofir Ilyas)
mulai bisa dipisahkan dengan memperluas bangunan melebar kebelakang. Secara berangsur-
angsur pula jumlah pasien orang gila dikurangi sedikit demi sedikit. Dan akhirnya tidak ada
sama sekali. Hal itu dimaksudkan agar beliau lebih berkonsentrasi dalam bidang pendidikan
dan mengembangkan Pesantrennya. Adapun ketika madrasah mulai didirikan, tugas-tugas
beliau mulai dibantu oleh para santri seniornya dan cara belajar pun mulai dikelompokkan
dalam berbagai kelas tingkatan. Mulai dari tahun ketahun santri yang belajar di Al-Ikhlas pun
terus bertambah, sementara santri yang tinggal (mukim) yang belajar di Al-Ikhlas pun terus
berdatangan semakin lama semakin banyak,dari Jawa maupun dari luar Pulau Jawa. Sistem
pendidikan dalam lingkungan Pondok Pesantren Al-Ikhlas menerapkan sistem pendidikan
klasik, tradisionalisme atau lebih sering dikenal salafiy, tetapi secara metode Al-Ikhlas selalu
beradaptasi dengan keadaan internalnya.17
Latar Belakang Dan Praktik Pelaksanaan Amalan Pembacaan Surat Yusuf Ayat 4 Di
Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas
Salah satu ibadah yang dilaksanakan di Pondok Madrasah Assalafiy Al- Ikhlas
merupakan artikulasi Pesan Yusuf bagian 4. Ibadah ini awal kali dilaksanakan dengan
terdapatnya usulan dari Ayah Kyai Yatiman, dia merupakan salah satu penjaga serta guru di
Pondok Madrasah itu. Pesan ini diseleksi serta diresmikan oleh Ayah Kyai Yatiman buat
dibaca serta dijadikan ibadah santri- santri Pondok Madrasah Assalafiy Al- Ikhlas yang
dilaksanakan dengan cara teratur disetiap harinya sehabis sholat fardhu berjamaah yang
bertabiat harus dilingkungan Pondok. Lain lagi dengan santri yang tidak bermukim( nduduk),
mereka melakukan ibadah itu dengan cara orang di rumah tiap- tiap setiap setelah sholat
fardhu yang bersifat sunnah.18
Karakteristik dari ibadah ini, mereka cuma membaca 1 bagian saja di dalam Pesan Yusuf
yang dilaksanakan 5 durasi sehabis sholat fardhu. Serta salah satu waktunya didapat pada
dikala petang menjelang petang( sehabis sholat ashar). Tujuan dari dipilihnya durasi petang
itu supaya berkah yang dibaca gampang terkabul serta pada durasi itu diyakini selaku durasi
yang mustajab buat berharap ataupun berdzikir. Sebaliknya, tujuan di pilihkannya durasi

16
Ibid.,
17
Ibid.,
18
Hasil wawancara dengan Ustadzah Halima selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Selasa, 17 Januari 2023 pukul 09.00

7
sehabis sholat sebab pada dikala itu ayat Surat Yusuf di baca dengan keadaan masih suci
atau memiliki wudhu.19
Kemudian, amalan ini mulai terlaksana tidak lama setelah didirikannya Pondok Pesantren
Assalafiy Al-Ikhlas, sekitar tahun 1983. Kurang lebih berjalan selama sekitar 40 tahun.
Tambahan dari pengurus lain, bahwa amalan ini diamalkan juga di Pondok Pesantren
Sukosari (Duwu Gede) yang didirikan oleh Kyai Idris, kakek KH. Mudhofir Ilyas, tetapi
belum seefektif dan serutin di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas. Aamlan pembacaan
surah Yusuf bagian 4 ini bertabiat harus untuk santri yang bermukim( bermukim), melainkan
buat santri yang memanglah terdapat kebutuhan berjalan semacam sekolah, kuliah atau yang
lain yang sedang bertabiat alami. Serta tidak diharuskan ataupun bertabiat sunnah diluar area
pondok untuk santri yang tidak bermukim( nduduk). Di Pondok Pesantren ini, tidak terdapat
takzir untuk santri yang melanggar, cuma saja terdapat desakan wajib membacanya sendiri
dengan cara orang. Maksudnya ibadah ini harus dilaksanakan oleh santri didalam area
Pondok Pesantren Assalafiy Al- Ikhlas sehabis melakukan sholat fardhu berjamaah di
langgar Pondok. Bagus santri gadis atau santri putra sehabis sholat jamaah di haruskan
senantiasa bercokol di dalam langgar hingga ibadah artikulasi Surah Yusuf bagian 4 ini
berakhir dilaksanakan. Artikulasi ibadah ini dilaksanakan pas sehabis sholat berjamaah serta
berlangsungnya dzikir dan berkah, yang dipandu oleh pemimpin jama’ ah ataupun santri
putra yang telah ditunjuk buat mengetuai. Sebaliknya santri gadis yang lagi datang bulan
terkumpul sendiri di zona Pondok buat artikulasi ibadah itu dengan cara bersama- sama yang
dipandu oleh Ustadzah Pondok itu. Hal ini, lain lagi dengan santri yang tidak tinggal
(nduduk) mereka mengamalkan bacaan Surat Yusuf ayat 4 di rumah masing-masing. Karena
mereka tidak setiap saat datang ke Pondok, tetapi hanya untuk Madrasah atau ngaos saja20
Praktik pelaksanaan pembacaan amalan Surat Yusuf ayat 4 dibaca 33 kali setelah sholat
fardhu berjamaah. Pelaksanaan praktik tersebut dilakukan secara berkelompok bagi santri
yang tinggal (mukim) yang bertempat di masjid Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas, bagi
santri putri yang haid bertempat dilokasi pondok tersebut dan dilaksanakan secara individu
bagi santri yang tidak tinggal (nduduk) dirumah masing-masing. Pembacaan Surat Yusuf ayat
4 ini diawali dengan membaca ta’awudz dan Bismillahirrohmanirrohim, kemudian
dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah, kemudian membaca Surat Yusuf ayat 4
sebanyak 33x. Kemudian, di tutup dengan membaca Asmaul Husna dan lafadz
Alhamdulillahi Robbil Alamin.21
Sepuluh informan riset dari santri yang bermukim( bermukim) dengan cara teratur
membaca pesan Yusuf bagian 4 dengan beregu sepanjang sholat fardhu 5 durasi. Mereka
bawa al- Qur’ an selaku alat bacanya dengan alibi belum sangat mengingat bagian itu.
Statment ini nyaris serupa dengan 6 informan lain dari santri yang bermukim( bermukim),
sehabis berakhir membaca ibadah Pesan Yusuf bagian 4 mereka menaikkan dengan
membaca Pesan Yusuf dengan cara komplit cuma diwaktu petang menjelang maghrib saja.
Statment lain dari 5 informan riset dari santri yang bermukim( bermukim) dengan cara
teratur membaca pesan Yusuf dengan beregu, memakai alat novel memo kecil yang berisikan
dzikir- dzikir berarti lain yang kerap diamalkan. Sebaliknya, 5 informan lain dari santri yang
19
Hasil wawancara dengan Ustadzah Halima selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Selasa, 17 Januari 2023 pukul 09.15
20
Hasil wawancara dengan Ustadzah Aini selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Selasa, 17 Januari 2023 pukul 13.00
21
Hasil wawancara dengan Ustadzah Aini selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Selasa, 17 Januari 2023 pukul 13.30

8
bermukim( bermukim) tidak memakai alat namun mereka mengingat Pesan Yusuf bagian 4
itu supaya lebih gampang dikala dalam kondisi datang bulan. Statment lain dari 5 santri yang
bermukim( bermukim) yang lagi datang bulan, mereka mengamalkan surat Yusuf ayat 4
dengan cara mendengarkan mp3 dari handphonenya atau dengan membaca catatan kecil dan
membacanya dengan niat berdzikir.22
Tiga informan dari santri yang tidak tinggal (nduduk), mereka tidak secara rutin
membaca amalan surat Yusuf ayat 4, tetapi mereka selalu menyempatkan untuk membacanya
meskipun dengan mengurangi jumlah bilangan aslinya dari 33x menjadi 11x atau 7x bahkan
3x saja.23
Penafsiran Surat Yusuf Ayat 4
Bunyi surat Yusuf ayat 4 sebagai berikut;

َ‫س َوا ْلقَ َم َر َراَ ْيتُ ُه ْم لِ ْي ٰس ِج ِديْن‬ َ ‫ت اِنِّ ْي َراَ ْيتُ اَ َح َد َع‬
َّ ‫ش َر َك ْو َكبًا َّوال‬
َ ‫ش ْم‬ ُ ‫اِ ْذ قَا َل يُ ْو‬
ِ َ‫سفُ اِل َبِ ْي ِه ٰيٓاَب‬
“Idha qola yuusufa liabiihi yaa abati innii ro aitu ahada asyaro kaukabaa wasyamsa wal
qomaro ro aitahum lii saajidiin”
Artinya:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku
(bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud
kepadaku.”24
Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. berfirman, "Ceritakanlah kepada kaummu, hai Muhammad, dalam kisah-
kisahmu kepada mereka tentang kisah Yusuf. Yaitu ketika Yusuf berkata kepada ayahnya,
Nabi Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s."

‫ ع َِن اب ِْن ُع َم َر؛ َأ َّن‬،‫ ع َْن َأبِي ِه‬،‫َار‬ َّ ‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ال‬ :ُ‫ال اِإْل َما ُم َأحْ َمد‬
ٍ ‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ِدين‬،‫ص َم ِد‬ َ َ‫ق‬
َ ُ‫ُف بْنُ يَ ْعق‬
‫وب‬ vُ ‫ يُوس‬،‫ اب ِْن ْال َك ِر ِيم‬،‫ ا ْب ِن ْال َك ِر ِيم‬،‫ ابْنُ ْال َك ِر ِيم‬،‫"ال َك ِري ُم‬
ْ :‫ال‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬َ ِ ‫َرسُو َل هَّللا‬
‫ق ب ِْن ِإ ْب َرا ِهي َم‬
َ ‫"ِإ ْس َحا‬. ‫ْب ِن‬

“ qolal imamu ahmadu: hadatsana abdusomad, hadastana abdurohmanibnu abdillahibni


dinnari, an abihi, anibni umaro annarosulallahusollahllahu alaihi wasalama qoola:
alkarimubnul karimi, ibnil karimi, ibni karimi yusufubnu yak qoubabni ishaqobni ibrohim”.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Dinar, dari ayahnya, dari

22
Hasil wawancara dengan Rita selaku santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Kamis 19 Januari
2023 pukul 09.30
23
Hasil wawancara dengan Lina selaku santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Kamis 19 Januari
2023 pukul 10.30
24
Al-Qur’an Kemenag RI

9
Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang mulia anak orang mulia anak
orang mulia adalah Yusuf ibnu Ya’qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari secara munfarid. Imam Bukhari
meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Abdus Samad dengan sanad yang
sama.

ِ ‫ َر‬،َ‫ ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرة‬،‫ ع َْن َس ِعي ُد بْنُ َأبِي َس ِعي ٍد‬،ِ ‫ ع َْن ُعبَيْد هَّللا‬،ُ‫ َأ ْخبَ َرنَا َع ْب َدة‬،‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ٌد‬ :‫ُخَاريُّ َأ ْيضًا‬
‫ض َي‬ ِ ‫ال ْالب‬ َ َ‫ق‬
‫ْس‬ ُ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬
َ ‫ لَي‬:‫ قَالوا‬."‫ " ْك َر ُمهُ ْم ِع ْن َد ِ ْتقَاهُ ْم‬:‫ال‬ ‫َأ‬
َ َ‫اس ْك َر ُم؟ ق‬ ‫َأ‬ َّ
ِ َّ‫ يُّ الن‬:‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‬ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫ ُسِئل رسو ُل‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫هَّللا ُ َع ْنه‬
َ ‫ لَي‬:‫ قَالُوا‬."ِ ‫يل هَّللا‬
‫ْس ع َْن‬ ِ ِ‫ ا ْب ِن خَ ل‬،ِ ‫ اب ِْن نَبِ ِّي هَّللا‬،ِ ‫ ابْنُ نَبِ ِّي هَّللا‬،ِ ‫اس يُو ُسفُ نَبِ ُّي هَّللا‬ ِ َّ‫ "فََأ ْك َر ُم الن‬:‫ قَا َل‬. َ‫ع َْن هَ َذا نَ ْسَألُك‬
ِ َ‫م فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة ِخي‬vْ ‫ "فَ ِخيَا ُر ُك‬:‫ قَا َل‬.‫ نَ َع ْم‬:‫ب تَ ْسَألُونِي؟ " قَالُوا‬
‫م فِي‬vْ ‫ار ُك‬ ِ ‫ "فَ َع ْن َم َعا ِد ِن ْال َع َر‬:‫ قَا َل‬.‫ك‬ َ ُ‫هَ َذا نَ ْسَأل‬
‫"ِإ َذا فَقِهوا‬. ‫اِإْل ْساَل ِم‬
“ qola bukhori aidhon : hadastana Muhammad, ahbarona ibdatu, an ubaidillah, an
saiidubnu abi said, hurairah, rodhiyallahu anhu qola? Rasulallahusollahahu
sollalllahuaialiwasalam : ayyanasi akromu qola akromahum indallahi anfaahum. Qola ayna
an hadhanasaka qola: fa akromunnasi yu sufu nabiyallah, ibnu nabiyallah. Ibnu kholillahu.
Qola laisa an hadha nas alak. Fa an ma aa dinil robi aslaunii.., qoola na’am qola :
fahiyarukum fil jaa hiliyati kum filjahiliati hibarikum fil islami isda idha fakihawa”

Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah
menceritakan kepada kami Abdah, dari Ubaidillah, dari Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya, "Siapakah orang yang
paling terhormat?" Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang paling terhormat di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa. Mereka berkata, "Bukan itu yang kami tanyakan kepada
engkau." Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang paling mulia adalah Yusuf Nabi Allah anak
Nabi Allah anak Nabi Allah anak kekasih Allah. Mereka berkata, "Bukan itu yang kami
tanyakan kepada engkau." Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah kalian menanyakan kepadaku
tentang orang-orang Arab yang paling mulia?" Mereka menjawab, "Ya." Rasulullah Saw.
bersabda: Orang-orang yang terpandang dari kalian di masa Jahiliah adalah orang-orang
yang terpandang pula di masa Islam jika mereka mengerti (yakni masuk Islam).
Kemudian Imam Bukhari mengatakan bahwa periwayatan hadis ini diikuti pula oleh Abu
Usamah, dari Ubaidillah.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Ulama tafsir telah
membahas tentang makna mimpi ini, bahwa ungkapan sebelas bintang dimaksudkan adalah
saudara-saudara Nabi Yusuf yang jumlah keseluruhannya ada sebelas orang; jumlah anak
Nabi Ya'qub ada dua belas orang termasuk Nabi Yusuf. Sedangkan yang dimaksud dengan
matahari dan bulan adalah ayah dan ibunya. Hal ini telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-
Dahhak, Qatadah, Sufyan As-Sauri, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Takwil
mimpi Nabi Yusuf ini baru terealisasi sesudah selang empat puluh tahun kemudian,
pendapat lain mengatakan sesudah delapan puluh tahun. Yang demikian itu terjadi ketika
Nabi Yusuf mempersilakan kedua orang tuanya untuk menduduki kursi singgasananya,
sedangkan semua saudaranya berada di hadapannya.

10
َ ‫ت هَ َذا تَْأ ِوي ُل ُرْؤ يَا‬
{‫ي ِم ْن قَ ْب ُل قَ ْد َج َعلَهَا َربِّي َحقًّا‬ ِ َ‫ لَهُ ُس َّجدًا َوقَا َل يَا َأب‬v‫} َوخَرُّ وا‬
“ wahorohu sujadaa wa qola yaa abati hadha tak wiilu ruk yaya minqoblu qod ja alahaa
robbi haqoo”
Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf
"Wahai ayahku, inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah
menjadikannya suatu kenyataan.”(Yusuf: 100)
Di dalam sebuah hadis disebutkan nama bintang-bintang yang sebelas tersebut.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan:

َ َ‫ [ع َْن َجابِ ٍر] ق‬،‫ ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ب ِْن َسابِ ٍط‬،‫ي‬


:‫ال‬ ِّ ‫ ع َِن ال ُّس ِّد‬،‫ َح َّدثَنَا ْال َح َك ُم بْنُ ظُهَي ٍْر‬، ُّ‫َح َّدثَنِي َعلِ ُّي بْنُ َس ِعي ٍد ْال ِك ْن ِدي‬
‫ َع ِن‬v‫ َأ ْخبِرْ نِي‬،ُ‫ يَا ُم َح َّمد‬:ُ‫ال لَه‬ َ َ‫ فَق‬،" ُّ‫ "بُ ْستَانَةُ ْاليَهُو ِدي‬:ُ‫د يُقَا ُل لَه‬vَ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ُج ٌل َم ْن يَهُو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫َأتَى النَّب‬
ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َسا َعةً فَلَ ْم ي ُِج ْبه‬ َ ‫ فَ َسكَتَ النَّبِ ُّي‬:‫ قَا َل‬v‫ َما َأ ْس َماُؤ هَا؟‬،ُ‫اج َدةٌ لَه‬ ِ ‫ب الَّتِي َرآهَا يُو ُسفُ َأنَّهَا َس‬ ِ ‫ْال َك َوا ِك‬
‫م ِإلَ ْي ِه‬vَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬ َ ِ ‫ث َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫ فَبَ َع‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫ فََأ ْخبَ َرهُ بَِأ ْس َماِئهَا‬،‫ َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬،ُ‫ َونَ َز َل [ َعلَ ْي ِه] ِجب ِْريل‬،‫بِ َش ْي ٍء‬
،‫ ال َكنَفَات‬v‫والذيَّال َو ُذو‬ َّ ،ُ‫والطارق‬ ِ ِ ‫ "خَرْ ت‬:‫ال‬
‫َان‬ َ َ‫ ق‬.‫ نَ َع ْم‬:‫ " فَقَا َل‬v‫ك بَِأ ْس َماِئهَا؟‬ َ ُ‫ "هَلْ َأ ْنتَ ُمْؤ ِم ٌن ِإ ْن َأ ْخبَرْ ت‬:‫فَقَا َل‬
ِ ْ‫ ْالفَر‬v‫ َو ُذو‬،ُ‫ضرُوح‬
َ َ‫ فَق‬،"‫ والنُّور‬،‫ والضِّ يَاُء‬،‫غ‬
‫ال‬ َّ ‫ وال‬،ُ‫صبِّح‬ َ ‫ وال ُم‬،ُ‫والفَيلَق‬ ْ ،‫ و َع ُمودَان‬،‫ووثَّاب‬ َ ، ٌ‫َوقَابِس‬
v‫ ِإنَّهَا َأَل ْس َماُؤ هَا‬،ِ ‫إيْ َوهَّللا‬. : ُّ‫ْاليَهُو ِدي‬
“ hadastasa aliyyubnu sa iidil kidhi…, hadastanal hakamubnu dhu hairi, anissadiyyi, an
abdirohmanibni sa biti, an jabiir, qola: annanabiyya shollahualaihiwasalma rojula
mayahuda yuqolulahu: yustaktahul yahudi: faqola lahu ya muhamamd, ahbirni
aninlkawakibi la tii ro aha yusufu annaha saa jidatallahu. Mas mauha.. qolaa
fasakatananabiyya shollahu alaihi wasalama ilaihi faqola: hal antu muk mina in ahbar tuka
biasmaihaa. Faqola : na am qoola, hortani wathoriku wayadhala wa nu ii wallah. Innaha
las mauu haa faqolaal yahudiyyu”

Telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Sa'id Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami
Al-Hakam ibnu Zahir, dari As-Saddi, dari Abdur Rahman ibnu Sabit dari Jabir yang
menceritakan bahwa seorang Yahudi yang dikenal dengan nama Bustanah datang
menghadap Nabi Saw., lalu bertanya, "Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku bintang-
bintang yang dilihat oleh Yusuf dalam mimpinya bersujud kepadanya, apa sajakah nama-
nama bintang-bintang tersebut?" Rasulullah Saw. diam sesaat, tidak menjawab sepatah kata
pun. Lalu Jibril a.s. turun dan menceritakan kepada Nabi Saw. semua nama bintang itu.
Maka Nabi Saw. menyuruh agar lelaki Yahudi itu dipanggil menghadap. Setelah lelaki
Yahudi itu sampai, maka Nabi Saw. bertanya, "Apakah engkau mau beriman jika aku
sebutkan kepadamu nama bintang-bintang itu?" Lelaki Yahudi itu menjawab, "Ya." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Jiryan, Tariq, Zayyal, Zul Kanfat, Qabis, Wassab, 'Amudan,
Faliq, Misbah, Daruh, Zul Farag, Diya, dan Nur. Lelaki Yahudi itu berkata, "Memang benar,
demi Allah, itulah nama bintang-bintang tersebut."
Imam Baihaqi meriwayatkannya di dalam kitab Dalail-nya melalui hadis Sa'id ibnu
Mansur, dari Al-Hakam ibnu Zahir.

11
Hadis ini diriwayatkan pula oleh dua orang Hafiz, yaitu Abu Ya'la Al-Mausuli dan Abu
Bakar Al-Bazzar di dalam kitab Musnad masing-masing, juga oleh Ibnu Abu Hatim di
dalam kitab Tafsir-nya. Adapun menurut riwayat Abu Ya’la, maka ia menceritakannya dari
empat orang gurunya, dari Al-Hakam ibnu Zahir, dengan sanad yang sama. Di dalam
riwayatnya ditambahkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

ٌ َّ‫ هَ َذا َأ ْم ٌر ُمتَ َشت‬:ُ‫ال لَهُ َأبُوه‬


َّ ‫ َوال‬:‫ت يَجْ َم ُعهُ هَّللا ُ ِم ْن بَ ْعدُ؛ قَا َل‬
" ُ‫ش ْمس‬ َ ُ‫لَ َّما َرآهَا يُو ُسفُ قَصّها َعلَى َأبِي ِه يَ ْعق‬
َ َ‫ فَق‬،‫وب‬
ُ‫ َو ْالقَ َم ُر ُأ ُّمه‬،ُ‫"َأبُوه‬
“ lamma ro a haa yuusufu qosohaa alla abiihi yak quuba, faqola lahu abuhu: hadhaa
amro mutasasastu yaj ma u hulla mimbakdu, qolaa wassamsu, abuhu, wal qomaru, amahu”
Setelah Yusuf melihat mimpinya itu dan ia menceritakannya kepada ayahnya Ya’qub,
maka Ya’qub berkata kepadanya, "Ini merupakan suatu perkara yang berpecah belah, lalu
Allah menghimpunkannya kembali sesudah itu.” Matahari adalah ayahnya, sedangkan bulan
adalah ibunya.
Hal ini diriwayatkan secara munfarid oleh Al-Hakam ibnu Zahir Al-Fazzari. Para imam
menilainya daif dan banyak ulama yang tidak memakai hadisnya. Al-Jauzani mengatakan
bahwa hal itu tidak benar, dia adalah pemilik hadis yang hasan. Kemudian ia menceritakan
sebuah hadis yang diriwayatkan dari Jabir, bahwa seorang Yahudi bertanya kepada Nabi
Saw. tentang nama bintang-bintang yang dilihat oleh Nabi Yusuf dalam mimpinya, yakni
apakah nama bintang-bintang tersebut. Lalu Nabi Saw. menjawabnya. Kemudian ia
menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Al-Hakam ibnu Zahir yang
dinilai daif oleh Arba'ah.25
Dari penjelasan tafsir diatas, tradisi amalan surat Yusuf ayat 4 di Pondok Pesantren
Assalafiy Al-Ikhlas ada kaitannya dengan tafsir Ibnu Katsir dan hadits yang menjelaskan
bahwa dalam mimpi Nabi Yusuf, beliau melihat ada sebelas bintang, matahari dan bulan
semuanya sujud kepada Nabi Yusuf. Adapun maksud dari pernyataan itu, sebelas bintang
adalah saudara-saudara Nabi Yusuf yang berjumlah sebelas orang, sedangkan matahari
adalah ayahnya dan bulan adalah ibunya. Semuanya tunduk dan sujud mengarah kepada
Nabi Yusuf. Maksud dari tunduk dan sujud bukan menyembah tetapi tunduk dan sujud
dalam artian menghormati atau patuh kepada Nabi Yusuf.
Berdasarkan dari beberapa kitab tafsir, hal ini menjadi salah satu faktor pengasuh dan
Kyai Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas ini menggunakan surat Yusuf ayat 4 sebagai
amalan yang fungsinya untuk mendoakan rumah tangga. Makna yang telah disampaikan
oleh pengasuh dan Kyai Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas yang mengambil surat Yusuf
ayat 4 sebagai amalan untuk rumah tangga, dari analisis dengan kitab tafsir yang sudah
peneliti sampaikan sebelumnya yaitu, pengasuh dan Kyai pondok Pesantren tersebut
mengaitkan dengan kalimat terakhir dari ayat itu yang berbunyi “semuanya sujud kepadaku”
yang mana diartikan dengan tunduk dan patuh, maka diharapkan ketika membaca surat
Yusuf ayat 4 antar orang di dalam rumah tangga dapat dipatuhi dan dihormati oleh semua
anggota keluarganya sehingga dapat tercipta rumah tangga yang indah, sejahtera dan
harmonis dengan tidak adanya permusuhan dan perseteruan dari antar keluarga.
25
Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, “Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4” (Jakarta, Pustaka Imam Asy-Syafi’I,
2017)

12
Pemaknaan Pelaksanaan Amalan Surat Yusuf Ayat 4 Di Pondok Pesantren Assalafiy Al-
Ikhlas Menggunakan Analisis Teori Tindakan Sosial Max Webber
Alasan dipilihkannya surat Yusuf ayat 4 ini karena diyakini adanya manfaat tersendiri
dari ayat tersebut. Diantaranya yaitu dapat mensejahterakan kehidupan rumah tangga,
menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga dan memperindah rumah tangga. Adapun
pengamalan pembacaan ayat tersebut secara istiqomah diharapkan bisa membantu
keberkahan dan keridhoan rumah tangga yang berada dirumah dan rumah tangga yang kelak
akan dibina oleh pembacanya. Pendapat inilah yang disampaikan oleh Kyai Yatiman dulu
saat pertama kali mengusulkan amalan ini, oleh karena itu, hingga saat ini amalan tersebut
tetap dijaga dan dilestarikan oleh pengasuh dan pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-
Ikhlas.26
Santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas memiliki beberapa tujuan di dalam
melaksanakan tradisi pembacaan Surat Yusuf ayat 4. Ada beberapa santri yang
melaksanakan amalan hanya untuk melestarikan dan menghormati tradisi yang sudah ada
sejak dulu agar tetap terlaksana dan tidak hilang serta tetap berjalan di generasi-generasi
santri selanjutnya, dibuktikan dengan rasa tawadddu’ para santri kepada kyai dan pengasuh
Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas dengan senantiasa melakukan amalan tersebut secara
istiqomah. Sebagaimana pernyataan dari Rizki.
“Pelaksanaan amalan surat Yusuf ayat 4 ini, dilaksanakan oleh santri seperti kami
hanya untuk menggugurkan kewajiban dari adanya aturan pelaksanaan di Pondok.
Kami melaksanakan amalan tersebut untuk melestarikan dan menghormati tradisi
yang sudah ada dan turun temurun, agar tetap berjalan di generasi-generasi
selanjutnya. Kami melaksanakan amalan tersebut dengan bukti ketawaddu’an kami
kepada para pengasuh dan Kyai di Pondok Pesantren kami yang senantisa
menganjurkan untuk tetap istiqomah menjalankannya”.27
Hal ini sejalan dengan pengaplikasian teori tindakan Max Webber yang pertama yaitu
tindakan tradisional. Tindakan tradisional ini berisi tindakan dari pelaku yang sudah lama
dan terjadi secara turun-temurun.28
Teori tindakan yang kedua adalah tindakan afektif, teori ini berisi tindakan yang
ditentukan oleh kondisi dan orientasi emosional pelaku.29 Karena banyaknya manfaat yang
dapat diambil oleh pembaca setelah mengamalkan tradisi maka, santri ingin dan berharap
dapat merasakan kemanfaatan pembelajaran dari arti dan kandungan surat Yusuf khususnya
pada ayat 4. Santri berkeyakinan dengan tradisi tersebut dapat membantu kehidupan menjadi
lebih baik dengan melakukan kegiatan yang positif, maka dampaknya akan positif pula.
Santri juga lebih cinta terhadap Al-Qur’an dan berakhlak baik terhadap sesama.
Sebagaimana pernyataan dari Imma.

26
Hasil wawancara dengan Ustadzah Aini selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Selasa, 17 Januari 2023 pukul 14.00
27
Hasil wawancara dengan Rizki selaku santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Jum’at, 20
Januari 2023 pukul 13.30
28
Alis Muhlis and Norkholis, “Analisis Tindakan Max Webber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab
Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadits)”, Jurnal Living Hadits, Vol. 1, 2016, hlm. 9
29
Ibid.,

13
“Dalam melaksanakan amalan surat Yusuf ini, saya berharap dapat merasakan
kemanfaatan pembelajaran dari arti dan kandungan yang terdapat di dalam surat
Yusuf khususnya pada ayat 4. Saya yakin dengan tradisi yang sudah saya amalkan
secara rutin dapat membantu kehidupan menjadi lebih baik serta selalu diiringi
dengan melakukan kegiatan yang positif, maka dampaknya akan positif pula bagi
saya dan pembaca lainnya. Setelah mengamalkan ayat tersebut saya lebih cinta
terhadap Al-Qur’an, mempelajari setiap kandungan Al-Qur’an yang dibaca meskipun
tidak banyak dan muncul rasa untuk selalu perbuatan baik terhadap sesama
khususnya di lingkungan Pondok.”30
Kondisi emosional inilah yang dapat mendorong para santri untuk istiqomah
melaksanakan tradisi pembacaan surat Yusuf ayat 4 tersebut. Adapun manfaat umum yang
terlihat pada beberapa diri santri setelah melaksanakan amalan tersebut secara istiqomah,
maka yang didapat yaitu pertama, santri lebih terbiasa dalam memanfaatkan waktu untuk hal
yang lebih baik dan positif. Kedua, santri lebih tartil dalam membaca ayat yang menjadi
pilihan untuk diamalkan sehingga menjadikan santri lebih cinta terhadap Al-Qur’an. Ketiga,
karena ke istiqomahan membaca ayat tersebut, santri menjadi hafal lafadz, arti serta
kandungannya dengan sendirinya. Sebagaimana pernyataan dari Wahyu.
“Adanya pelaksanaan amalan surat Yusuf ayat 4 yang istiqomah dibaca oleh santri,
ada manfaat yang banyak saya lihat atau manfaat umum yang terdapat pada beberapa
santri termasuk saya sendiri yaitu, kami lebih terbiasa dalam memanfaatkan waktu
untuk hal yang lebih baik dan positif, kami lebih tartil dalam membaca surat Yusuf
ayat 4 sehingga menjadi lebih cinta terhadap Al-Qur’an dan karena ke istiqomahan
membaca ayat tersebut kami menjadi hafal dengan lafadz, arti serta kandungannya
dengan sendirinya secara perlahan-lahan”.31
Adapun beberapa manfaat lain yang disampaikan oleh pengurus sesuai dengan tindakan
afektif. Manfaat ini tidak jauh berbeda dengan pernyataan sebelumnya, dengan adanya
kegiatan positif ini, santri lebih banyak meluangkan waktunya untuk hal yang baik dan
bermanfaat. Bahkan santri pun lebih bijaksana dalam memilah waktu dengan baik dengan
membedakan mana yang dinomer satukan dan mana yang dinomer duakan. Santri juga
memahami semua hal yang ingin didapatkan tidak datang secara langsung tetapi harus
dengan keistiqomahan, kesabaran dan memiliki niat tulus serta hati yang bersih.
Sebagaimana pernyataan dari Ustadz Fauzan.
“Setiap pelaksanaan pembacaan amalan surat Yusuf ayat 4 tersebut saya selalu ikut
melaksanakan dan memantau di tempat pelaksanaan, dari kejadian yang saya lihat
dengan banyaknya pembaca dan semangat para santri mengikuti amalan ini dapat
diartikan bahwa para santri lebih banyak meluangkan waktunya untuk melaksanakan
hal yang positif dan lebih bermanfaat. Para santri lebih bijaksana dalam mengatur
waktu dengan membedakan mana yang dinomer satukan dan mana yang dinomer
duakan. Adanya tindakan santri yang seperti itu tidak untuk mendapatkan sesuatu

30
Hasil wawancara dengan Imma selaku santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Kamis 19
Januari 2023 pukul 08.30
31
Hasil wawancara dengan Wahyu selaku santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Sabtu, 21
Januari 2023 pukul 15.00

14
dengan instan, para santri pun memahami jika semua yang diinginkan butuh
keistiqomahan, kesabaran, niat yang tulus dan hati yang bersih”.32
Ketiga, teori rasionalis instrumental. Teori ini berisi tindakan yang ditujukan untuk
mencapai tujuan secara masuk akal yang dapat dicapai oleh pelaku. 33 Analisa yang
didapatkan oleh peneliti dalam rasionalis Instrumental ini, dapat dilihat dari masih terjaga
dan terlaksananya tradisi pengamalan hingga sekarang membuktikan bahwa secara rasional
Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas masih mampu melaksanakan tradisi tersebut. Hal ini
dapat dibuktikan juga dengan jumlah pelaksanya yang masih banyak, baik dari santri yang
tinggal (mukim) dan santri yang tidak tinggal (nduduk) bahkan adanya niat pelaku yang
besar dalam melakukan tradisi pembacaan amalan tersebut. Dan tradisi ini bersifat wajib
dilaksakan bagi santri yang tinggal (mukim) dan santri yang tidak tinggal (nduduk) di
Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas. Hal masuk akal lainnya yang telah dirasakan oleh
santri yang tinggal (mukim) yaitu urusan keluarga santri yang ada di rumah jadi lebih ringan
dan kehidupan di rumah atau di Pondok jadi lebih rukun karna mendapat keberkahan dari
amalan tersebut. Sebagaimana pernyataan dari Nihaya.
“Saya mondok di Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas sejak lulus MI, bermula masuk
Wustho sampai sekarang di jenjang Aliyah. Saya melaksanakan amalan ini selama
kurang lebih 6 tahun, tetapi sebelumnya saya sudah pernah mendengar dari saudara
selaku alumni Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas bahwa amalan ini sudah
berjalan pada tahun-tahun sebelumnya dengan jumlah pembaca yang banyak. Para
pembaca amalan ini tidak hanya dari santri yang tinggal (mukim) saja tetapi juga dari
santri yang tidak tinggal (nduduk) dengan jumlah yang banyak juga. Manfaat yang
sudah saya pribadi rasakan setelah mengamalkan surat Yusuf ayat 4 ini, urusan
keluarga yang ada di rumah jadi lebih ringan, contohnya kiriman dan uang jajan saya
menjadi lancar daripada tahun sebelum-sebelumnya dan kehidupan di rumah atau di
Pondok jadi lebih rukun karna mendapat keberkahan dari amalan tersebut.”34
Teori yang keempat yaitu rasionalis nilai. Teori ini berisi tindakan yang dilakukan
berdasarkan suatu nilai yang dapat diperoleh pelaku.35 Teori ini sejalan dengan pernyataan
santri yang tinggal (mukim), para santri melaksanakan tradisi pembacaan karena dengan
mengharap mendapat keberkahan baik dari kyai, pengasuh Pondok maupun dari Allah swt.,
ingin mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam mencari ilmu dimanapun mereka
menuntut ilmu, ingin mendapatkan kesejahteraan, keharmonisan dan keindahan dalam
rumah tangga yang ada dirumah dengan membantu secara sirri mendoakan keluarga santri
di rumah ataupun rumah tangga yang kelak akan dibina dan ingin senantiasa menjadi lebih
baik dengan melakukan hal yang positif dan berpikiran positif serta mendapat kemudahan
dalam segala urusan. Pastinya amalan ini tidak sembarangan dipilih untuk diamalkan, tetapi
akan ada pengaruh tersendiri dalam kehidupan pembacanya. Karena semua yang kita tanam
32
Hasil wawancara dengan Ustadz Fauzan selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Sabtu, 21 Januari 2023 pukul 16.00
33
Alis Muhlis and Norkholis, “Analisis Tindakan Max Webber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab
Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadits)”, Jurnal Living Hadits, Vol. 1, 2016, hlm. 9
34
Hasil wawancara dengan Nihaya selaku Santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Rabu, 18
Januari 2023 pukul 14.15
35
Alis Muhlis and Norkholis, “Analisis Tindakan Max Webber Dalam Tradisi Pembacaan Kitab
Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadits)”, Jurnal Living Hadits, Vol. 1, 2016, hlm. 9

15
akan kembali ke diri kita masing-masing dengan membawa hal yang positif pula.
Sebagaimana pernyataan dari Rita.
“Para santri melaksanakan tradisi pembacaan surat Yusuf ayat 4 ini dengan
mengharap keberkahan baik dari kyai, pengasuh Pondok maupun dari Allah swt.,
santri juga ingin mendapatkan kelancaran dan kemudahan dalam mencari ilmu
dimanapun dan kapanpun santri berada, dari pembacaan amalan surat tersebut para
santri ingin mendapatkan kesejahteraan, keharmonisan dan keindahan dalam rumah
tangga yang ada dirumah masing-masing santri dengan membantu secara sirri
mendoakan keluarga para santri yang berada di rumah ataupun rumah tangga yang
kelak akan dibina oleh membaca dan ingin mendapat kemudahan dalam segala
urusan serta ingin senantiasa menjadi lebih baik dengan melakukan hal yang positif
dan berpikiran positif.”36
Beberapa alumni Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pun antusias memberikan
pernyataan manfaat yang didapat dari mengamalkan surat Yusuf ayat 4 ini, bahwa dari
keistiqomahannya mengamalkan ayat tersebut rumah tangga yang dibina dalam
hubungannya dengan mertua, suami maupun saudara-saudaranya menjadi lebih harmonis
dan lebih terasa keindahannya. Adapun manfaat dari alumni santri lain, setelah
mengamalkannya ia mendapatkan kriteria jodoh yang diidamkan semasa menjadi santri di
Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas tersebut. Maka dari itu, mereka berpendapat bahwa
mengamalkan ayat tersebut bagus untuk rumah tangga, apalagi jika membaca surat Yusuf
secara penuh karena arti dan kandungannya sangat banyak memberi manfaat bagi
pembacanya.
“Saya lulus dari Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas sejak 3 tahun yang lalu, dulu
selama tinggal di Pesantren saya istiqomah membaca amalan surat Yusuf ayat 4
dengan harapan mendapat mertua yang merestui hubungan yang sedang saya jalin
dengan seseorang dan setelah lulus dari Pondok saya tetap mengamalkan surat Yusuf
ayat 4 tersebut dengan pengulangan durasi menjadi 3x saja setelah sholat fardhu,
dengan izin dan ridho Allah swt, Alhamdulillah saya mendapat seperti yang saya
inginkan. Calon mertua yang belum merestui hubungan saya dibukakan hatinya oleh
Allah hingga kami menikah dan mempunyai anak hubungan saya dengan mertua
serta saudara-saudara lainnya menjadi adem, harmonis dan lebih terasa
keindahannya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan teman santri saya yang juga alumni
di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas, pengalamannya setelah mengamalkan ayat
tersebut ia mendapat kriteria jodoh yang sudah diidamkan semasa menjadi santri di
Pondok tersebut, dengan ini saya berpendapat bahwa mengamalkan ayat tersebut
bagus untuk rumah tangga, apalagi jika membaca surat Yusuf secara penuh karena
arti dan kandungannya sangat banyak memberi manfaat bagi pembacanya”.37
Berdasarkan hasil analisa peneliti, dalam hal ini pernyataan informan alumni Pondok
Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas yang pertama sejalan dengan penjelasan tafsir Ibnu Katsir,
yang mana bagi pembacanya akan dihormati dan dipatuhi oleh anggota keluarganya.
36
Hasil wawancara dengan Rita selaku santri Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Kamis 19 Januari
2023 pukul 09.30
37
Hasil wawancara dengan Ratih selaku Alumni Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Sabtu, 21
Januari 2023 pukul 09.45

16
Sedangkan, pernyataan yang kedua merujuk pada keutamaan-keutamaan surat Yusuf ayat 4
yang dipercaya oleh sebagian umat muslim sebagai doa agar mempermudah mendapat
jodoh, seperti yang kita ketahui dari artikel maupun ceramah dari guru agama dan ustadz
bahwa Nabi Yusuf adalah utusan Allah swt. yang memiliki wajah tampan sehingga bisa
memikat hati dan meluluhkan hati manusia.
Adapun dengan diwajibkannya kegiatan pengamalan ayat ini di lingkungan Pondok
Pesantren, pengurus dan pengasuh berharap santri memperoleh banyak kemanfaatan dan
keberkahan dalam hidup, dalam menuntut ilmu, kehidupan keluarga yang ada di rumah serta
terjalinnya rumah tangga yang akan dibinanya kelak. 38 Adanya rutinitas baca Al-Qur’an
menjadikan santri lebih cinta terhadap Al-Qur’an dan berakhlak baik terhadap sesama.
Kemudian, pengurus dan pengasuh berharap santri memiliki rasa berserah diri kepada Allah
swt. dengan menyerahkan segala urusannya kepada-Nya dan dengan keistiqomahan
membacanya, berharap pahala pun terus mengalir serta mendapatkan manfaat baik di dunia
maupun diakhirat untuk pembacanya, karena memohon kepada Allah tidak hanya dengan
berdoa saja tetapi juga dengan usaha (ikhtiar).39

38
Hasil wawancara dengan Ustadz Fauzan selaku pengurus Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada
Sabtu, 21 Januari 2023 pukul 16.00
39
Hasil wawancara dengan Kyai Arif selaku pengasuh Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas pada Sabtu,
21 Januari 2023 pukul 16.40

17
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka hasil penelitian dari amalan pembacaan Surat
Yusuf ayat 4 di Pondok Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas di Desa Kaliboto Kecamatan Tarokan
Kabupaten Kediri ini merupakan salah satu tradisi yang sangat dijaga kelestariannya dari tahun
ke tahun. Dan tetap dilaksanakan dengan banyaknya pelaku dengan harapan santri dan lembaga
pondok bisa mendapat keberkahan serta manfaat dari pelaksanaan tradisi tersebut.
Latar belakang dilaksanakan amalan ini dengan adanya usulan dari Bapak Kyai Yatiman,
beliau adalah salah satu pengasuh dan guru di Pondok Pesantren tersebut. Surat ini dipilih dan
ditetapkan oleh Bapak Kyai Yatiman untuk dibaca dan dijadikan amalan santri-santri Pondok
Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas yang dilaksanakan secara rutin disetiap harinya setelah sholat
fardhu berjamaah yang bersifat wajib dilingkungan Pondok. Lain lagi dengan santri yang
nduduk, mereka melaksanakan amalan tersebut secara individu di rumah masing-masing setiap
setelah sholat fardhu yang bersifat sunnah. Amalan ini sudah berjalan selama kurang lebih 40
tahun dari tahun 1983-2023 ini.
Pemaknaan dari amalan pembacaan Surat Yusuf ayat 4 di Pondok Pesantren Assalafiy
Al-Ikhlas ini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Tujuan yang banyak dirasakan oleh
pembacanya yaitu, pertama, mendapatkan kesejahteraan, keharmonisan, keindahan dalam rumah
tangga yang ada di rumah atau yang kelak dan sudah dibina. Kedua, mendapatkan kemudahan
dan kelancaran dalam menghadapi segala urusan. Ketiga, diberi kemudahan dalam mencari ilmu
dengan ngalap barokah dari kyai, pengurus serta pengasuh Pondok Pesantren Assalafiy Al-
Ikhlas.
Amalan ini sejalan dengan penafsiran pada tafsir Ibnu Katsir, yang menyatakan bahwa
keluarga Nabi Yusuf tunduk dan patuh kepadanya. Maka, dengan ini pengasuh dan Kyai Pondok
Pesantren Assalafiy Al-Ikhlas menggunakan dan memilih amalan ayat ini untuk rumah tangga,
dengan mengharapkan pembacanya dapat dipatuhi dan dihormati oleh semua anggota
keluarganya sehingga dapat tercipta rumah tangga yang indah, sejahtera dan harmonis dengan
tidak adanya permusuhan dan perseteruan dari antar keluarga.

18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi. Dasar-Dasar Research (Bandung: Tarsoto, 1995)
Shihab, M. Quraish dkk. Sejarah dan Ulum al-Qur`an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001)
Syamsuddin, Syahiron. Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadist (Yogyakarta: Teras,
2007)
Nasir, Muhammad Fauzan. “Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an dalam Tradisi
Mitoni (Kajian Living Qur’an di Dusun Sumberjo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom,
Kabupaten Klaten” (IAIN Surakarta, 2016)
Ummah, Laili Choirul. “Islamisasi Budaya Dalam Tradisi Tujuh Bulanan (Mitoni)
Dengan Pembacaan Surat Yusuf Dan Maryam Pada Jamaah Sima’an Al-Qur’an Di Desa Jurug
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali”, Vol. 4 No. 2, Al-Itqon, 2018.
Novianti, Septa Rani Tri. Skripsi, “Pembacaan Tiga Surat Pilihan Dalam Tradisi
Ngupatan (Studi Living Qur’an Pada Etnis Jawa di Desa Petrans Jaya Kecamatan Muara
Kelingi Kabupaten Musi Rawas)” (IAIN Bengkulu, 2019)
Mansur, M. Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an dalam
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin.
Yogyakarta: TH Press, 2007.
Mannheim, Karl. Ideologi dan Utopia. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Mannheim, Karl. Essay On The Sociology Of Knowledge. London: Brodway
House, 1945
Maulida, Resya dkk. “Surah dan Ayat Amalan Ibu Hamil: Studi Analisis Living Qur’an
pada Masyarakat Banjar di Desa Hampalit Kecamatan Katingan Hilir” Vol 2, Syams: Jurnal
Studi Keislaman, 2021
Muhammad. Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dengan Al-Qur‟an
dalam Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin.
Yogyakarta: TH Press, 2007.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Living Qur‟an dalam Metodologi Penelitian
Living Qur‟an dan Hadis: Dr. Sahiron Syamsuddin. Yogyakarta: TH Press, 2007.
Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. “Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4” (Jakarta, Pustaka
Imam Asy-Syafi’I, 2017)

Muhlis, Alis and Norkholis. “Analisis Tindakan Max Webber Dalam Tradisi Pembacaan
Kitab Mukhtashar Al-Bukhari (Studi Living Hadits)”, Jurnal Living Hadits, Vol. 1, 2016

Sumber Informan
Pengasuh
Kyai Arif, pada tanggal 16 Januari 2023.
Kyai Arifuddin, pada tanggal 16 Januari 2023.

19
Pengurus
Ustadz Fauzan, pada tanggal 21 Januari 2023.
Ustadzah Halima, pada tanggal 17 Januari 2023.
Ustadzah Aini, pada tanggal 17 Januari 2023.

Santri
Ari, pada tanggal 18 Januari 2023.
Nihaya, pada tanggal 18 Januari 2023.
Imma, pada tanggal 19 Januari 2023.
Rita, pada tanggal 19 Januari 2023.
Lina, pada tanggal 19 Januari 2023.
Rizki, pada tanggal 20 Januari 2023.
Ratih, pada tanggal 21 Januari 2023.
Wahyu, pada tanggal 21 Januari 2023.

20

Anda mungkin juga menyukai