Anda di halaman 1dari 11

Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an dan Tafsir di Jawa

Studi Kasus Pembacaan Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas

di Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo

Muhammad Khilmi Labib

Luthfi Maulana

Pendahuluan

Sebelum membahas pendekatan studi Islam secara sosiologis, terlebih


dulu membahas apa itu sosiologi sendiri, sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu
socius yang berarti kawan, teman sedangkan logos berarti ilmu penge- tahuan
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi), ungkapan ini dipublikasikan
diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul Cours de Philosophie
Positive karangan August Comte (1798-1857), walaupun banyak definisi tentang
sosiologi, namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang
masyarakat, sosiologi mempelajari masyarakat meliputi gejala-gejala sosial,
struktur sosial, perubahan sosial dan jaringan hubungan atau interaksi manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat
ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari
pengertianpengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum. Kaitannya
dengan pendekatan sosiologi. Minimal ada tiga teori yang bisa digunakan dalam
penelitian, yaitu: teori fungsional, teori interaksional, dan teori konflik. Tapi ada
juga yang menambahkan dua teori lainnya, yaitu teori peranan dan teori
kepentingan.
Dalam perspektif sosiologis, agama dipandang sebagai sistem kepercayaan
yang diwujudkan dalam prilaku sosial tertentu (Henri L. Tischler, 1990: 380), Ia
berkaitan dengan pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
Sehingga setiap perilaku yang diperankannya akan terkait dengan sistem
keyakinan dari ajaran agama yang dianutnya. Perilaku individu dan sosial
digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan pada nilainilai ajaran agama
yang menginternalisasi sebelumnya.

Mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia


dalam kehidupan beragamanya, fenomena keagamaan itu sendiri adalah
perwujudan sikap dan perilaku yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci,
keramat yang berasal dari hal-hal yang bersifat ghaib, kalau kita mencoba
menggambarkannya dalam pendekatan sosiologi, maka fenomena-fenomena
keagamaan itu berakumulasi pada perilaku manusia dalam kaitannya dengan
struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi dan
ditunjang bersama-sama (Dwi Narwoko, 2007:3).

Living Qur’an adalah studi tentang al-Qur’an, tetapi tidak bertumpu pada
eksistensi tekstualnya, melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkait
dengan kehadiran al-Qur’an dalam wilayah geografi tertentu dan mungkin masa
tertentu pula.1

Sebagai kajian yang berangkat dari fenomena sosial, maka pendekatan


sosiologi dan fenomenologi dapat ditawarkan dalam metode living Qur’an ini.
Meskipun demikian, bukan berarti hanya pendekatan sosiologi dan fenomenologi
yang bisa menjadi pisau analisis dalam penelitian living Qur’an ini, tetapi
pendekatan-pendekatan ilmiah lainnya juga bisa diterapkan dalam penelitian ini,
seperti antropologi, psikologi dan beberapa pendekatan ilmiah lainnya.

1
Muhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,” dalam
Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007),
39.
Contoh Pendekatan Sosiologi dalam penelitian Living Qur’an dan Tafsir

Sebagai kajian yang berangkat dari fenomena sosial, maka pendekatan


sosiologi dan fenomenologi dapat ditawarkan dalam metode Living Qur‟an ini.
Pendekatan-pendekatan ilmiah lainnya pun juga bisa diterapkan dalam penelitian
ini, seperti antropologi, psikologi, dan beberapa pendekatan ilmiah lainnya.2

Ragam Interaksi Masyarakat Islam dengan al-Qur‟an Sebenarnya sejak


zaman Nabi Muhammad SAW, masyarakat Islam sudah melakukan interaksi
dengan al-Qur‟an mulai dari dijadikan objek hafalan (tahfīẓ), penulisan (kitābah)
hingga pengobatan (shifā‟). Sampai pada masa ini, semakin banyak tradisi
masyarakat Islam berinteraksi dengan al-Qur‟an yang muncul di berbagai daerah
masingmasing di seluruh penjuru dunia, sehingga respon mereka terhadap
alQur‟an semakin berkembang dan bervariasi.3

Masyarakat Islam, khususnya di Indonesia banyak sekali ragam bentuk


interaksi mereka dengan al-Qur‟an yang mencerminkan everyday life of the
Qur‟an, berikut adalah berapa kegiatan yang sering ditemui seperti:

1. Al-Qur’an menjadi tradisi pembacaan di acara tertentu atau diajarkan di


beberapa tempat ibadah seperti masjid dan musholla, atau di rumahrumah, terlebih
di pesantren-pesantren yang sudah menjadi kegiatan wajib untuk dibaca setiap
hari di beberapa waktu tertentu secara rutin.Berikut adalah beberapa kegiatan
yang termasuk tradisi pembacaan alQur‟an:

a) Khataman al-Qur’an, yaitu membaca al-Qur‟an dari surat pertama sampai surat
terakhir sesuai dengan mushaf uthmanī baik secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama.

b) Tadarus al-Qur’an, yaitu pembacaan al-Qur’an secara tartil.

2
Fajarudin Akhmad, “Metodologo Penelitian The Living Qur‟an dan Hadis”,
Academia.edu, https://www.academia.edu, diakses tanggal 11 Juni 2020.
3
Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an dalam Buku
Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007), 42-43.
c) Al-Qur’an dibaca dalam acara tertentu, seperti pernikahan, peringatan hari
besar Islam, aqiqahan, kematian, dan lain-lain.

d) Festival/Musabaqoh al-Qur‟an, yaitu perlombaan yang bernuansa Qur’ani


untuk memperingati Hari Besar Islam atau momen khusus dalam suatu lembaga
Islami. Seperti lomba tilāwatil Qur‟ān, tahfīẓil al-Qur’ān, syarhil Qur’ān, atau
cerdas cermat alQur‟an baik dalam tingkat lokal, nasional bahkan sampai
internasional.

e) TPA dan TPQ adalah salah satu lembaga pembelajaran al-Qur‟an sekaligus
untuk belajar bahasa Arab bagi anak-anak mulai usia dini. Bahkan saat ini
madrasah Qur‟an khusus dalam bidang tahfiz pun banyak berdiri secara formal.

2. Al-Qur’an dihafalkan secara utuh mulai dari juz 1 sampai juz 30, maupun
hanya sebagian seperti menghafalkan beberapa ayat atau surat-surat tertentu
dalam al-Qur’an untuk kepentingan amalan, bacaan dalam sholat, atau acara
tertentu.

3. Al-Qur’an ditulis di atas berbagai bahan seperti kain, kulit binatang, kayu ukir,
logam, atau batu keramik dengan bentuk kaligrafi yang sangat indah untuk
dijadikan sebagai hiasan di berbagai tempat seperti rumah, masjid, pondok bahkan
ka‟bah.

4. Al-Qur’an dikutip dan dicetak beberapa ayat sebagai aksesoris berbentuk


gantungan kunci, stiker atau undangan sesuai konteks acara.

5. Al-Qur’an dijadikan sebagai jampi-jampi, terapi jiwa sebagai pelipur duka lara,
untuk mendoakan pasien yang sakit bahkan untuk mengobati berbagai penyakit,
dengan dibacakan beberapa ayat atau surat tertentu dari al-Qur’an.

6. Potongan-potongan al-Qur’an dijadikan sebagai wirid 4dalam bilangan tertentu


dengan tujuan untuk memperoleh kemuliaan atau keberuntungan dengan jalan

4
Zikir yang diucapkan sesudah salat. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kelima (KBBI V).
riyāḍah5, meskipun terkadang terkontaminasi dengan unsur-unsur mistik dan
magis.6

Selain dari hal-hal yang telah disebutkan tersebut, masih ada banyak lagi
fenomena sosial keagamaan yang dapat memperkuat asumsi bahwa al-Qur’an
telah direspon oleh masyarakat Islam dalam berbagai praktik. Sehingga fenomena
keberagamaan semacam ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengkaji al-
Qur‟an untuk dijadikan objek kajian dan penelitian.

Deskripsi Pondok Pesantren

Pondok pesantran Darussalam gontor atau lebih dikenal dengan pondok


modren gontor terletak di desa Gontor Kec. Mlarak Kab. Ponorogo Prov. Jawa
Timur. Pondok ini adalah salah satu pondok yang terkenal di daerah ponoroga,
yang memilikin cabang di berbagi daerah di indonesia. Selain itu pondok ini juga
terkenal dengan penerapan kedisiplinan yang tinggi, Bahasa yang di gunakan
dalam pomdok ini adalah bahasa asing baik arab maupun inggris. Jaringan alimni
di pondok ini juga sangat kuat. Terbukti dengan mengikutsertakan para alumni
dalam setiap kegiatan yang ada di pondok.

Pondok ini didirakan pada tanggal 20 September 1926 bertepatan dengan


12 Rabi’ul Awwal 1345, pada awal mula pendirian pondok ini masyarakat sekitar
memberikan tanggapan yang positif, dengan adanya pondok sistem perekonomian
masyarakat menjadi lebih baik. Para masyarakat juga di libatkan dalam beberapa
kegiatan yang ada di pondok, salah satunya pada saat bulan ramadhan diadakan
acara buka bersama masyarakat sekitar. Selain itu di pondok ini juga
memperkerjakan masyarakat sekitar seperti juru masak, tambal sulam tukang dan
lain lain. Dalam segi sosial kiranya pondok ini juga ikut membantu kesejahteraan
masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan bagi mereka yang kurang

5
Latiha penyempurnaan diri secara terus menerus melalui zikir dan pendekatan diri
kepada Allah. Dikutip dari Opini dan Artikel karya Yanti Kaiy dengan judul “Makna dan Manfa‟at
Riyadhoh”, Nusa News.net. diakses pada tanggal 05 November 2020.
6
Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an, 43-46.
mampu. Pada mulanya para santri yang menimba ilmu di pondok ini juga ada
yang tidak mukim dari masyarakat sekitar. Namun pad tahun 2008 dari pondok
memberikan peraturan baru, yang mana diwajibkan kepada santri untuk mukim

Studi Kasus Pondok Pesantren

Tradisi membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, an-nas dan al-falaq yang
sudah ada di pondok pesantren modern Darussalam gontor sejak awal
kemunculanya, selain itu tradisi ini adalah salah satu peraturan pondok yang harus
ditaati oleh segenap santri. pengasuh pondok membiasakan para santri dalam
membaca do’a sebelum tidur bermaksud sebagai sunnah dari Nabi SAW. cara
membacanya pun bisa dikatakan unik, yang mana ketika pukul 21.45 semua santri
wajib keluar kamar dan berkumpul di depan kamar membentuk barisan dan duduk
bersama. Pada pukul 10.00 santri bersama-sama membaca surat al-fatihah, ayat
kursi, al ikhlas, al-falaq dan an-nas lalu membaca doa sebelum tidur dan membaca
doa untuk orang tua.

Pada mulanya, pembaacaan ini hanya dilakukan secara personal sebagai


bentuk pelatihan dan pendidikan, karena dirasa hal itu, perlu dilatih sebagai
bentuk pembiasaan, karena berada dilakukan dalam lingkungan Pondok
Pesantren, maka penerapannya dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus
hingga saat ini.7

Pemaknaan dalam hal ini bermaksud sebagai do’a yang dipanjatkan


kepada sang pencipta agar pada saat nanti tidur terhindar dari berbagai macam
gangguan setan dan hal-hal yang buruk, karena pada saat kita tidur akan banyak
hal yang akan dihadapi baik dalam hal mimpi atupun ganguan dari alam lain, hal
ini sudah menjadi kepercayaan bagi para santri Gontor bahwanya membaca
bacaan tersebut akan mendapatkan perlindungan dari sang pencipta.8
7
Wawancara dengan Al-Ustadz Miftah Hamdani pada Senin, 20 Mei 2019 via chatting
dan telepon
8
Wawancara dengan Al-Ustadz Romi Gerhard Minggu, 19 Mei 2019 pukul 13.29 via
telepon dan chatting
Pemilihan bacaan al-Qur’an ini bukan dilihat dari segi arti dan turunnya,
namun pemilihan ini lebih pada ayatnya yang tidak terlalu banyak. Karena, jika
kita memilih surat-surat dengan ayat yang panjang akan ditakutkan lamanya
dalam pembacaannya dan menghabiskan waktu yang lama. Selain itu para santri
juga diberikan pembelajan bahwa membaca do’a sebelum tidur itu, perlindungan
terhadap gangguan hal-hal ghaib ketika tidur, mungkin doa terakhir ketika hidup
sebab tidak pernah diketahui hal setelah tidur dan membaca doa adalah pahala. 9

Seiring berkembanganya zaman dan semakin majunya teknologi, di


takutkan terdapat beberapa pergeseran yang terjadi dari beberapa nilainilai agama
yang membudaya. Pelestarian yang dilakukan oleh pondok ini adalah salah satu
bentuk penjagaan nilai-nilai agama yang menjadi tradisi dalam pembacaan-
pembacaan ayat-ayat al-Qur’an.

Praktek yang dilakukan memperlihatkan bagaimana sebuah nilai


keagamaan yang ingin disampaikan kepada para santri, melalui media pembacaan
surat al-Qur’an sebelum tidur. Hal ini sudah terjadi sejak pondok berdiri dan
sampai saat ini pun hal itu terus dilakukan. Penerapan yang di lakukan pada
kenyataanya memiliki nilai keistiqomahan yang ingin ditanamkan kepada para
santri, bukan hanya dalam hal membaca doa sebelum tidur, namun hal ini juga
diharapkan dalam hal-hal baik lainya.

Literatur Turast Legalisasi Studi Kasus Pondok Pesantren

Pelaksannan tradisi ini memang tidak terlepas dari teks alQur’an sebagai
bacaanya. Melihat lebih dalam lagi pemaknaan ini bukan hany pada penjagaan
diri. selain itu, pondok mempercayai sebuah hadits yang menerangkan hal
tersebut.pada hadits riwayat bukhori yang artinya:

Nabi SAW ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau


mengumpulkan kedua telapak tangan lalu kedua telapak tangan tersebut di tiupkan
9
Wawancara dengan Iltimas Tsubutul Aqdam Alumni Pondok Gontor dan Mahasiswa
Unida Darussalam Gontor pada senin 20 mei 2019 pukul 14.10
dan di bacakan surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas, kemudian beliau
mengusapkan tangan tadi kepada anggota tubuh yang mampu di jangkau dari
kepala, wajah, dan tubuh bagian depan beliau melakukan yang demikian sebanyak
tiga kali (HR.Bukhori no.5017).10

Selain itu juga terdapat hadits lain yang menerangkan tentang fadhillah
bacaan al-Qur’an sebelum tidur, seperti pada hadits yang artinya:

Jika kamu hendak berbaring di tempat tidur, bacalah ayat kursi karena
dengannya kamu selalu dijaga oleh allah ta’ala dan setan tidak akan dapat
mendekatimu sampai pagi. (HR.Bukhori no.3275).11

Pada hadits diatas menerangkan faidah dari ayat kursi dan surat al-
ikhlas,al-falaq dan an-nas ketika di baca pada saat sebelum tidur di percaya akan
menghindarkan kita dari gangguan setan dan kita akan di jaga sampai pagi harinya
lagi.

Bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala
itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan
untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantasberkata kepada para sahabat
yang mampir, ‚Apakah di antara kalian ada yang bias meruqyah karena pembesar
kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.‛ Di antara para
sahabat lantas berkata,‚Iya ada.‛Lalu iapunmendatangipembesar kampung tersebut
dan ia meruqyahnya dengan membaca surat AlFatihah. Maka pembesar kampung
itupun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing,
namun ia enggan menerimanya, -dan disebutkan- ia mau menerima sampai kisah
tadi diceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kisahnya tadi kepada beliau.Ia
berkata,‚WahaiRasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat
Al-Fatihah.‛ Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam lantastersenyum dan berkata,
‚Bagaimana engkau bias tahu Al-Fatihah adalah ruqyah?‛ Beliaupun bersabda,
10
HR.Bukhori no.5017
11
HR.Bukhori no.3275
‚Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya
bersama kalian‛ (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada hadits di atas menerangkan mengenai bagai mana fadhillah dari al


fatihah itu sendiri. Pada hadits di atas dijelaskan bagaimana alfatihah dapat
menyembuhkan penyakit. Pada penjelasan beberapa hadits di atas dapat kita tarik
kesimpulan bahwasanya pemaknaan yang dilakukan juga merujuk kepada hadits
nabi SAW. Mengingat sunnah adalah sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an.
Informasi yang di sajikan kepada santri juga mencantumkan hadits dalam
penjelasannya.

Melihat hadits sebagai sumber rujukan al-Qur’an menempatkanya sebai


penjelas. Memahami hadits secara kontekstual dirasa penting agar sebagai
pembaca hadits kita dapat memahami maknanya. kontekstual disini kita
mengambila pemahaman dengan melihat keterkaitan dengan masa sekarang,
selain itu kita juga akan mengenai ilmu asbabul wurut, hal ini dilakukan agar
dapat mengungkap makan atau kandungan yang ada dalam hadits. Agar dapat
terssalur secara tepat manfaat dan kandungan hadits.

Kesimpulan

Kegiatan membaca Ayat Kursi, Surat Al-Ikhlas, An-Nas dan, Al-Falaq


ketika akan tidur secara bersama-sama oleh para santri gontor ini telah dilakuakn
sejak awal mula pendirian pondok pesantren. Setiap santri diberi pemahaman
yang sama mengenai manfaat dari dibacanya doa-doa sebelum tidur, selain itu di
dalam sebuah hadits juga terdapat manfaat apa dari setiap doa-doa yang di
panjatkan. Namun, secara khusus santri tidak sadar bahwasnya dengan melakukan
kegiatan tersebut dia telah melakukan penghidupan al-Qur’an di dalam keseharian
mereka. Para santri hanya memaknainya dalam segi hal ibadah dan mengikuti
sunnah Nabi SAW. Hal ini sangat baik dilakukan dalam rangka pelestarian
terhadap ayat-ayat al-Qur’an dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Fajarudin, “Metodologo Penelitian The Living Qur‟an dan Hadis”,


Academia.edu, https://www.academia.edu, diakses tanggal 11 Juni 2020.

HR.Bukhori no.3275

HR.Bukhori no.5017

Latiha penyempurnaan diri secara terus menerus melalui zikir dan pendekatan diri
kepada Allah. Dikutip dari Opini dan Artikel karya Yanti Kaiy dengan
judul “Makna dan Manfa‟at Riyadhoh”, Nusa News.net. diakses pada
tanggal 05 November 2020.

Yusuf, Muhammad, “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,”


dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan
Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007).

_____, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an dalam Buku


Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras,
2007).

_____, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur‟an, 43-46.

Wawancara dengan Al-Ustadz Miftah Hamdani pada Senin, 20 Mei 2019 via
chatting dan telepon

Wawancara dengan Al-Ustadz Romi Gerhard Minggu, 19 Mei 2019 pukul 13.29
via telepon dan chatting

Wawancara dengan Iltimas Tsubutul Aqdam Alumni Pondok Gontor dan


Mahasiswa Unida Darussalam Gontor pada senin 20 mei 2019 pukul 14.10

Zikir yang diucapkan sesudah salat. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kelima (KBBI V).

Anda mungkin juga menyukai