Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA

Dosen pengampu: Dr. M. ARZANI, M.Pd.I

Oleh :

Lisa Wenti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
HAMZAR TAHUN 2023-2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai “Membumikan Islam Di
Indonesia” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini.

Dengan makalah ini saya bermaksud memberikan informasi mengenai


bagaimana membumikan Islam. Dalam penyelesaian makalah ini saya banyak
mendapatkan kesulitan, tapi tetap dapat menyelesaikannya. Saya yakin makalah
ini belum sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat.

Tanjung, 29 November 2023

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah
agama semua nabi, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, agama yang
menjadi petunjuk manusia, mengatur hubungan antara manusia dengan Rabbnya
dan manusia dengan lingkungannya. Agama rahmah bagi semesta alam, dan
merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah, agama yang sempurna.
Dengan beragama Islam, setiap Muslim memiliki landasan tauhidullah, dan
menjalankan peran dalam hidup berupa ibadah (pengabdian vertical) dan khilafah
(pengabdian horizontal) dan bertujuan meraih ridha dan karunia Allah. Dibawa
secara berantai (estafet) dari satu generasi kegenerasi selanjutnya dari satu
angkatan ke angkatan berikutnya.Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi
manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama Islam. Banyak juga yang memilih
menjadi mualaf setelah mengetahui semua kebenaran ajaran nabi Muhammad
SAW. Ini yang tercantum dalam Al-Quran. Tapi banyak yang hanya menjalankan
syari’ah atau ajaran-ajaran Islam tanpa mengerti makna Islam. Islam adalah
agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya untuk di ajarkan kepada
manusia.
Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan
manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt. Mayoritas manusia di bumi ini
memeluk agama islam. Banyak juga yang memilih menjadi mualaf setelah
mengetahui semua kebenaran ajaran nabi Muhammad SAW. Ini yang tercantum
dalam al-Qur’an.
Namun di masa kejayaan islam pada masa sekarang,semakin banyak pula
orang-orang yang beragama islam, tapi tidak mengerti arti islam itu sendiri.
Mereka hanya menjalankan syari’ah atau ajaran-ajaran islam tanpa mengerti
makna islam. Ada juga orang yang islam KTP atau islam hanya sebagai
menyempurnakan KTP dari pada tak tercantum agamanya. Oleh karena itu di
makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana membumikan islam di Indonesia.

3
B. Rumusan Masalah
a) Tranformasi wahyu dan implikasinya terhadap corak keberagaman.
b) Alasan perbedaan ekspresi dan praktik keberagamaan.
c) Sumber historis, sosiologis, teotologis dan filosofis tentang
pribumisasi Islam.
d) Argumen tentang urgensi pribumisasi Islam.
e) Pribumisasi islam sebagai upaya membumikan Islam di Indonesia.

C. Tujuan

a) Mampu memahami transformasi Wahyu dan implikasinya terhadap


corak keberagaman.
b) Mampu memahami perbedaan ekspresi dan praktik keberagamaan.
c) Mengetahui sumber historis, sosiologis, teologis dan filosofis tentang
pribumi Islam.
d) Mengetahui bagaimana cara membangun argumen tentang urgensi
pribumi Islam.
e) Mampu mendeskripsikan dan mengkomunikasikan Pribumi Islam
sebagai upaya membumikan Islam di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tranformasi wahyu dan implikasinya terhadap corak keberagaman.


Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
nabi Muhammad SAW sebagai rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam
sebagai agama yang Rahmatall lil’aalamain (Rahmad bagi seluruh alam).
Wahyu difirmankan untuk memperpendek proses pembacaan terhadap alam
(Wahyu yang terbentang). Apabila manusia diberikan kesempatan untuk
membaca dan memahami alam dengan segenap potensi nalar, jiwa dan rasa
yang dimilikinya ia akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai
jawaban yang tepat. Namun berkat Wahyu proses yang panjang tersebut
disingkat sedemikan rupa sehingga manusia tidak perlu bersusah payah
mendapatkan jawaban akhir kehidupan. Sehingga saat Islam yang mulai
menyebar ke seluruh penjuru dunia harus beradaptasi dengan nilai-nilai
budaya lokal (kearifan lokal). Sebagai subtansi, Islam merupakan nilai-nilai
universal yang dapat berinteraksi dengan nilai-nilai lokal untuk menghasilkan
suatu norma budaya tertentu sehingga Islam masuk ke Indonesia mampu
beradaptasi dengan kebudayaan lokal.1
B. Alasan perbedaan ekspresi dan praktik keberagamaan
Terdapat dua hal yang mempengaruhi dinamika dan struktur sosial
masyarakat, yaitu agama dan budaya lokal. Dalam masyarakat Indonesia dua
hal tersebut memiliki peranan penting dalam membentuk karakter dan perilaku
sosial yang kemudian sering disebut sebagai “jati diri”orang Indonesia. Agama
hadir dalam diri manusia sepanjang sejarah eksistensinya di muka bumi,
agama juga hadir berdasarkan kebutuhan yang amat manusiawi, paling tidak
dari segi emosional manusia itu sendiri (Azyumardi Azra, 1985: 10). Agama
1
Utarianti, R. S. P., Hayati, I., & Nurlaili, N. (2023). Membumikan Islam Di Indonesia. Science and
Education Journal (SICEDU), 2(2), 364-371.

5
sejatinya diturunkan dan dianut oleh masyarakat dikarenakan memiliki sebab
dan tujuan-tujuan tertentu, dan yang paling fundamen dari sebab dan tujuan
tersebut adalah harapan tempat menyandarkan kedamaian, kebaikan, dan
keselamatan di dunia dan akhirat. Berdasarkan keyakinan dan nilai religiusitas
masyarakat, sehingga mempelajari kebudayaan atau peradaban tidak akan
mencapai hasil maksimal jika penelitian tentang agama diabaikan. Dalam teori
budaya yang dikembangkan Clifford Geertz terlihat bahwa agama menjadi
fondasi bagi terbentuknya suatu kultur dan tradisi dalam masyarakat, yakni
manifestasi agama dalam budaya.2 Terdapat adanya dua corak utama
keberagamaan umat Islam Indonesia, yaitu sufistik tradisionalis dan revivalis
fundamentalis. Kelompok pertama sangat akomodatif terhadap perbedaan dan
pengaruh luar, bahkan toleran terhadap praktik-praktik keagamaan yang tidak
sejalan dengan rasionalitas dan norma-norma Islam sendiri. Sebaliknya
kelompok kedua lebih rasional dalam menyikapi tradisi keagamaan, namun
cenderung ekslusif dan agresif terhadap praktik-praktik yang dianggap tidak
memiliki dasar hukum dalam ajaran Islam.
C. Sumber historis, Sosiologis, Teologis, dan Filosofis tentang
pribumisasi Islam
 Sumber historis
pribumisasi Islam dipopulerkan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada era
1980-an. Tentu saja, istilah pribumisasi secara praksis jauh lebih tua. Dakwah
Walisongo di pulau Jawa, misalnya, telah menggunakan kearifan-kearifan
lokal dan tradisi sebagai metode. Walisongo tidak seluruhnya menghapus
tradisi-tradisi lokal dan menggantinya dengan Islam. Walisongo
mempertahankan segi-segi tradisi dan mencoba mengadaptasinya dengan
ajaran Islam tanpa merusak nilai substansialnya. Salah satu contoh, bangunan
masjid kuno masih mempertahankan model Hindu-Budha pada aspek
kubahnya yang bersusun tiga.3
 Sumber Sosiologis

2
Fahrurrozi, F. (2015). Ekspresi Keberagamaan Masyarakat Islam Indonesia: Mozaik
Multikulturalisme Indonesia. Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 7(1),
15-34.
3
Abdullah, M. (2014). Pribumisasi Islam dalam Konteks Budaya Jawa dan Integrasi Bangsa. Jurnal
Indo-Islamika, 4(1), 67-90.

6
Sebelum Islam datang, penduduk Indonesia (nusantara) telah menganut
agama, baik yang masih primitif seperti animisme-dinamisme maupun yang
sudah berbentuk agama formal seperti Hindu atau Buddha. Berdasarkan
catatan sejarah kedatangan Islam tidak disertai konflik sosial keagamaan.
Sehingga strategi dakwah para da’i muslim berhasil pendekatan persuasif,
kultural dan politik terhadap penduduk Indonesia. Jadi para Penjelasan
sosiologis, juga diharapkan bisa memahami adanya hubungan yang dialektis
antara agama dan realitas sosial yang dapat membentuk dan memicu
munculnya Islam Nusantara sebagai gerakan sosial (social movement) . 4
Pandangan dunia, orang Jawa dan Islam pada tahap sosiologis bertemu dalam
wujud-wujud budaya. Yaitu dalam dakwah Wali Songo mengadopsi wayang,
seni, dan gamelan, dalam penyebaran Islam. Pada waktu itu, cara ini menjadi
metode sangat efektif untuk mengislamkan Jawa. Upacara-upacara yang
diselenggarakan Keraton juga terkait erat dengan Islam, misalnya Garebeg ada
tiga upacara Garebeg yang dihubungkan dengan agama Islam di keraton,
yakni: Garebeg Mulud jatuh pada 12 Rabiul Awwal, Garebeg Puasa pada 1
Sawal, dan Garebeg Besar jatuh pada 10 Dzulhijjah untuk merayakan hari
Haji. Dalam upacara Garebeg ini simbol-simbol Islam ditampilkan dan
menggambarkan suatu praksis Islam Jawa.
 Sumber teologis dan filosofis
Secara teologis, tauhid bukan sekedar pengakuan atau persaksian bahasa tiada
ilah selain Allah, tapi pemaknaan terhadap tauhid melampaui sekedar
pengakuan atas eksistensinya yang tunggal. ditarik pemaknaannya tauhid
dalam ranah realitas ciptaan (mahluk), maka tauhid berarti pengakuan akan
pluaritas atas selain dia (makhluknya)hanya dia yang tunggal, dan selain dia
adalah prulal. Secara filosofis pribumi islam didasari oleh pradigma sufistik
tentang subtansi keberagamaan. Dalam pradigma sufistik, agama memiliki dua
aspek, yaitu aspek esotoris (aspek dalam) dan aspek eksetorik (aspek luar).
Dalam tataran esoteris, semua agama sama karena ia berasal dari yang
tunggal. Dalam pandangan sufistik, bahkan dikatakan semua yang maujud di
alam ini pada hakikatnya berasal dari wujud yang satu (tuhan yang maha esa)
4
Dwijayanto, A. (2017). Pribumisasi Islam Nusantara: Antara Nalar Beragama dan Gerakan Sosial
Keagamaan di Indonesia. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 9(02), 71-92.

7
alam ciptaan dengan pluaritas manifestasinya pada hakikatnya diikat oleh
sebuah kebenaran universal yang berasal dari sang pencipta yang tunggal.
Sedangkan eksoterik yaitu unsur lahir dan amalan kasat mata saja. Diberbagai
tempat agama islam sering dikontraskan dengan budaya sehingga sering
terjadi Ketegangan-ketegangan antara pemeluk agama islam yang setia pada
doktrin-doktrin theologis Agamanya dengan masyarakat yang memegang
teguh budayanya.
D. Argument tentang urgensi pribumi islami
Gusdur mempunyai gambaran sejarah panjang asal-usul peradaban
Islam dengan kompleks dan humanis, agama dan sejarahnya tidak dipisahkan
sedemikian rupa. Sehingga pandangan Gusdur tentang peradaban Islam slam
menjadi sangat unik. Hal ini akan penulis lihat dari peradaban sastra dan
keilmuan dalam tradisi ilmiah. Dengan argumentasi bahwa Gusdur sangat
dekat dengan tradisi ilmiah dan mempunyai latar belakang sastra, yaitu ketika
di Baghdad. Asal-usul ilmu dalam tradisi Islam dapat dilihat pada
perkembangan ilmu-ilmu keislaman sejak ia ada dalam masyarakat Islam yang
pertama. Salah satu watak utama dari Islam adalah tekanan yang berat sekali
pada aspek pendidikan, sebagaimana dapat dilihat pada sejumlah sumber
motivatif, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang menggambarkan
pentingnya arti ilmu bagi Islam dalam pandangan Allah dan dalam pandangan
Nabi Muhammad. 5
E. Pribumi Islam sebagai upaya membumikan Islam di Indonesia
Masyarakat Islam yang ideal dalam perspektif al-Qur’an adalah
muslimin yang berpegang teguh dalam keimanan yang kokoh kepada Allah
Swt. Takdir dari Allah SWT yang menjadikan manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia tak akan bisa hidup tanpa Saling bantu. Oleh karena itu, untuk
menjaga keadaan tersebut setiap individu harus memiliki kesadaran betapa
pentingnya sikap peduli dengan sesama.6 Islam yang pernah ada di Eropa
hanya meninggalkan benda, dan bangunan. Islam tidak mengakar dengan tidak

5
Shofiyyuddin, M,(20 juli 2013) . Masa Depan Kehidupan Beragama dan Kearifan Budaya
Lokal: Studi terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid Mengenai Asal Usul Peradaban
Islam dan Implikasinya Di Masa Mendatang. ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin,
13(2), 337-352.
6
Ahdiah, M. P. (2023). Membumikan Islam Melalui Sikap Keberagamaan. AL-IBNOR, 1(1), 18-30.

8
meninggalkan tradisi. Tradisi Keagamaan Islam merupakan akulturasi,
asimilasi, kolaborasi ajaran Islam dengan tradisi masyarakat lokal yang telah
ada. Islam semacam ini semakin kuat, kokoh dan dapat diterima oleh semua
lapisan masyarakat, sehingga keislaman seperti ini tidak mudah pudar walau
dibenturkan dengan berbagai kebudayaan dari luar. Upaya membumikan Islam
dengan tetap mempertahankan, melestarikan tradisi yang ada. Tradisi yang
dimaksud adalah tahlilan, grebek dijawa, barzanji, halal bihalal, istigasah,
muludan, yasinan, dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menegaskan keesaan Allah SWT melalui berbagai karakteristik dan
ekspresi sosial budayanya untuk menunjukkan keesaan Allah.
B. Saran
Berusaha untuk mengembangkan Islam di Indonesia agar semakin maju
menuju kejayaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2014). Pribumisasi Islam dalam Konteks Budaya Jawa dan


Integrasi Bangsa. Jurnal Indo-Islamika, 4(1), 67-90.
Ahdiah, M. P. (2023). Membumikan Islam Melalui Sikap Keberagamaan. AL-
IBNOR, 1(1), 18-30.
Dwijayanto, A. (2017). Pribumisasi Islam Nusantara: Antara Nalar Beragama dan
Gerakan Sosial Keagamaan di Indonesia. QALAMUNA: Jurnal
Pendidikan,Sosial, Dan Agama, 9(02), 71-92.
Fahrurrozi, F. (2015). Ekspresi Keberagamaan Masyarakat Islam Indonesia:
Mozaik Multikulturalisme Indonesia. Toleransi: Media Ilmiah Komunikasi
Umat Beragama, 7(1), 15-34.
Shofiyyuddin, M,(20 juli 2013) . Masa Depan Kehidupan Beragama dan Kearifan
Budaya Lokal: Studi terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid Mengenai
Asal Usul Peradaban Islam dan Implikasinya Di Masa Mendatang.
ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 13(2), 337-352.
Utarianti, R. S. P., Hayati, I., & Nurlaili, N. (2023). Membumikan Islam Di
Indonesia. Science and Education Journal (SICEDU), 2(2), 364-371.
Jauhar puad. (2017, December 15). Membumikan Islam nusantara. Universitas
Islam Tribakti Lirboyo Kediri.

10

Anda mungkin juga menyukai