Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI
AKULTURASI BUDAYA

Dosen :
Dr. Ali Yusuf, S. Ag., M. Pd.

Disusun Oleh :
MUNZILATUR ROHMAH
21030184062
PFU 2021

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya, serta memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Membumikan Islam di Indonesia Melalui
Akulturasi Budaya” dengan tepat waktu. Tidak lupa pula, sholawat dan salam semoga tetap
senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama islam,
penulis menyampaikan pula banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penulisan makalah ini sehingga terselesaikan tepat pada waktunya. Namun
disamping itu, penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis harap para pembaca memberikan saran maupun kritik
untuk perbaikan makalah ini. Dengan makalah yang sederhana ini, penulis harap dapat
memberikan manfaat dan menginspirasi pembaca dan orang lain.

Surabaya, 09 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………2

A. Kebudayaan islam……………………………………………………………………2
1. Pengertian Kebudayaan Islam…………………………………………………………2
2. Dasar-dasar Kebudayaan Islam………………………………………………………..2
3. Peran dan Fungsi Kebudayaan Islam………………………………………………….3
B. Membumikan Islam di Indonesia…………………………………………………...3
1. Universalisme Islam…………………………………………………………………...3
2. Kosmopolitalisme Kebudayaan Islam…………………………………………………4
3. Adat-istiadat (‘Urf) dalam Islam………………………………………………………4
C. Wujud Akulturasi Islam dengan Budaya dan Contohnya di Indonesia………….6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..9

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………....9
B. Saran…………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….10
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita tahu indonesia merupakan bangsa yang besar terdiri dari berbagai
suku, agama, ras yang beragam, tentu juga mempunyai tradisi dan kebudayaan yang sangat
beragam juga, serta memiliki sejarahnya tersendiri. Dalam sejarah penyebaran agama di
Indonesia, Islam merupakan agama yang paling mudah diterima dari segi ajarannya oleh
semua orang di berbagai belahan dunia salah satunya oleh masyarakat indonesia.
Disamping penyebarannya yang tidak memaksa, faktor lainnya yakni terkait dengan ajaran
Islam tidak ada kontradiksi atau tidak adanya penolakan terhadap kultur budaya daerah
selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan ajaran yang dibahas dalam Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi. Artinya, masuknya ajaran islam di daerah tertentu melalui pertimbangan
budaya daerah serta penetrasi dan akulturasi kebudayaan dengan perpaduan Ajaran Islam.
Sehingga ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di daerah
tersebut dengan pertimbangan tanpa mengubah budaya yang ada atau warisan budaya
nenek moyang di daerah tersebut. Maka jangan heran jika kita datang ke suatu daerah
kemudian kita bertanya ada perbedaan dalam hal ibadah Islam di daerah ini, itu semua
mulai diterima dari segi budaya lokal yang sudah ada di daerah ini dengan ajaran Islam.
Kemunculan dan perkembangan islam di Indonesia menimbulkan akulturasi kebudayaan
antara budaya islam dan budaya lokal. Akulturasi suatu kebudayaan melalui masuknya
kebudayaan islam dapat terjadi, karena islam tidak hanya menekankan keimanan yang
benar, tetapi juga perilaku yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kebudayaan Islam?
2. Bagaimana membumikan islam di Indonesia melalui akulturasi budaya?
3. Bagaimana wujud kebudayaan islam di Indonesia dan contohnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang kebudayaan Islam
2. Mengetahui tentang membumikan islam di Indonesia melalui akulturasi budaya
3. Mengetahui wujud kebudayaan islam di Indonesia dan contohnya
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Islam
1. Pengertian Kebudayaan Islam
Kebudayaan pada umumnya dan merupakan bagian dari pola terpadu dari
pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku manusia. Pengertian kebudayaan secara umum
juga mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan akal dan budi manusia. Hal ini dapat
mencakup pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan kebiasaan. Budaya berasal dari
bahasa Sansekerta, yaitu Buddhayah dan merupakan bentuk jamak dari Buddhi (akal
atau pikiran). Buddhi berarti pikiran, perilaku dan adat. Sedangkan kata “Daya” berarti
hasil karya manusia. Jadi, kebudayaan adalah segala tindakan, prakarsa dan ciptaan
manusia dalam masyarakat. Kebudayaan Islam itu sendiri dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dihasilkan dari tindakan, prakarsa, dan kreativitas manusia yang
berhubungan dengan akal budi manusia dan budi pekerti yang bersumber dari Al-
Qur'an dan Hadits.
2. Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Dasar kebudayaan Islam yang juga menjadi inti utama ajaran Islam adalah
tauhid (akidah), Syariat (hukum Islam), dan Maslahat (etika atau akhlak). Tauhid
menjadikan budaya mempunyai unsur ketuhanan (theosentris), serta menjadikan Al-
Qur'an dan Hadits sebagai sumber inspirasi dan pegangan pokok dalam kebudayaan
dan berbudaya. Syariat atau hal-hal yang dilarang dalam Islam membuat kebudayaaan
menguasai, dan memiliki mata untuk membedakan antara kesalahan dan kebenaran.
Sedangkan moralitas(akhlak) atau utilitas(maslahat) menjadikan kebudayaan
bermartabat dan mendukung nilai-nilai humanistik (anthroposentris). Dengan
demikian, kebudayaan Islam bukanlah budaya sekuler (bersifat duniawi) yang tidak
memiliki nilai dan norma agama. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang memiliki
unsur-unsur dan mendukung nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sekaligus (theo-
anthroposentris).
3. Peran dan Fungsi Budaya dalam Islam
Untuk golongan positivis, agama sebagai halnya seni dan sains, merupakan
bagian dari puncak ekspresi kebudayaan sehingga keduanya sering diklasifikasikan
sebagai peradaban, bukan hanya budaya. Tetapi dalam Islam, kebudayaan adalah
perpanjangan dari perilaku agama. Agama itu seperti roh yang berasal dari langit
sedangkan budaya adalah jasad bumi yang mau menerima roh agama sehingga
pertemuan antara keduanya melahirkan peradaban. Jiwa tidak dapat tampil di istana
sejarah tanpa tubuh, sedangkan tubuh adalah tubuh bumi yang bersedia menerima roh
agama sehingga pertemuan antara keduanya melahirkan peradaban. Jiwa tidak dapat
tampil di istana sejarah tanpa tubuh, sedangkan tubuh adalah tubuh bumi yang bersedia
menerima roh agama sehingga pertemuan antara keduanya melahirkan peradaban.
Agama mengandung keyakinan dan ajaran keselamatan yang jelas dan tegas
yang bersifat maskulin, tetapi kekakuan agama harus dirumuskan oleh bahasa budaya
yang bijaksana, lembut, feminin dan beradab. Dalam agama islam, kebudayaan adalah
perpanjangan dari perilaku agama. Dengan kata lain peran dan fungsi kebudayaan
adalah agama sebagai makna dan budaya sebagai bahasanya. Agama sebagai tujuan dan
sasaran, budaya sebagai sarana penyampaiannya. Agama itu seperti kacang, budaya itu
seperti kulit. Kebudayaan merupakan pelengkap bagi ajaran agama.

B. Membumikan Islam di Indonesia


1. Universalisme Islam
Universalisme islam berarti ajaran islam menargetkan semua umat manusia,
segenap ras dan bangsa serta untuk semua lapisan masyarakat. Islam
berkarakteristik universal, memiliki pandangan hidup yang mengajarkan
kesetaraan, keadilan, kebebasan dan kehormatan serta memiliki konsep
kemanusiaan sebagai nilai dasar dari semua ajaran islam. Menurut As’ad Said Ali,
universalisme Islam sebagaimana pemikiran Abdurrahman Wahid merupakan nilai-
nilai yang ada dalam Islam. Disebut sebagai nilai yang universal karena menjadi
tujuan syariat Islam.
Memperjelas pernyataan tersebut, Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa
dimensi universalisme Islam bukan sekadar sebagai jargon semata. Ajaran
universalisme Islam telah teruji sejarah dan berperan penting dalam membangun
nilai-nilai kemanusiaan yang bermartabat. Universalisme Islam memiliki pengaruh
terhadap budaya khas yang ada di sekitar. Hal ini bermakna bahwa Islam adalah
agama yang memiliki pemahaman secara baik terhadap budaya lokal. Pemikiran
tentang universalisme Islam ini penting dipahami secara baik karena dapat menjadi
dasar untuk memahami perbedaan yang ada.
2. Kosmopolitalisme Kebudayaan Islam
Nilai-nilai universal serta sifat penerimaan terhadap budaya membuat kaum
Muslim selama sekian abad dapat menyerkan segala macam wujud budaya dan
wawasan keilmuan yang datang dari berbagai bangsa. Kearifan yang muncul dari
proses saling pengaruh-mempengaruhi antar peradaban yang dikenal ketika itu
telah menjadikan budaya Islam bergerak maju dan kosmopolit. Sifat ajaran islam
yang universal, berpengaruh pada pandangan budaya yang kosmopolitan, yaitu
sebuah pola budaya yang konsep-konsep dasarnya meliputi seluruh budaya umat
manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa kosmopolitan bermakna bahwa islam
memiliki padangan atau wawasan yang luas. Kosmopilitanisme budaya tidak akan
berakar kuat bila tidak ditunjang oleh universalisme.
Universalisme merupakan landasan dasar untuk mewujudkan kosmopolatisme
budaya. Karena itu dua persoalan tersebut baik dibahas dalam satu kesatuan yang
utuh, mengingat yang satu merupakan konsep ideal sedangkan yang lain merupakan
yang merupakan perwujudan dari konsep tersebut, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam keragaman budaya termasuk seni, agama, politik,
ekonomi, bangunan fisik dan sebagainya. Refleksi dan manifestasi
kosmopolitanisme Islam bisa dilacak dalam etalase sejarah kebudayaan Islam sejak
jaman Rasulullah, baik dalam format non material seperti konsep-konsep
pemikiran, maupun yang material seperti seni arsitektur bangunan dan sebagainya.

3. Adat istiadat (‘Urf) dalam Islam


Kata ‘urf secara etimologi berasal dari kata‚ arafa, ya’rifu sering diartikan
dengan al-ma’ruf dengan arti ‚sesuatu yang dikenal. Menurut istilah, ‘urf adalah segala
sesuatu yang sudah dikenal masyarakat dan telah dilakukan secara terus menerus baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Sehingga disimpulkan bahwa,‘Urf adalah sesuatu
yang menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh manusia dan dijadikan tradisi, baik dalam
bentuk tindakan, perkataan dan sikap.
Dilihat dari segi sumbernya, 'urf dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. 'Urf Qauli, yaitu kebiasaan yang berupa ucapan. Seperti kata "‫ "ل ْحم‬yang
berarti daging. Pengertian daging bisa mencakup semua daging, termasuk daging ikan,
sapi, kambing, dan sebagainya. Namun dalam adat kebiasaan, kata daging tidak berlaku
untuk ikan. Oleh karena itu, jika ada orang bersumpah, "Demi Allah, saya tidak akan
makan daging." tapi kemudian ia makan ikan maka menurut adat ia tidak melanggar
sumpah.
b. 'Urf amaly, yaitu kebiasaan yang berupa perbuatan-perbuatan tertentu yang
telah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat dan dianggap lazim dan sah secara
hukum. Contoh urf amali yang berkembang di tengah masyarakat adalah akad transaksi
yang tidak lewat lafadz perkataan, namun kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli,
telah bersepakat dan saling rela untuk bertransaksi.
Dilihat dari ruang lingkup penggunaannya, 'urf juga dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. 'Urf Aam (Umum), yaitu kebiasaan yang telah umum berlaku di mana saja
hampir di seluruh penjuru dunia tanpa memandang negara, bangsa, dan agama.
Contohnya, menganggukkan kepala pertanda setuju dan menggelengkan kepala
pertanda menolak, mengibarkan bendera setengah tiang menandakan duka cita untuk
kematian orang yang dianggap terhormat. Contoh lainnya, mengucapkan terima kasih
kepada orang yang telah membantu kita dan sebagainya.
b. 'Urf khas (Khusus), yaitu kebiasaan s Umpamanya adat menarik garis
keturunan melalui garis ibu atau perempuan (matriliniel) di Minangkabau atau melalui
bapak (patrilineal) di kalangan suku Batak. Cohtoh ‘urf budaya islam yaitu mengadakan
halal bi halal. Dimana hal tersebut hanya biasa dilakukan oleh bangsa Indonesia yang
beragama Islam pada setiap selesai menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan, sedang
pada negara-negara Islam lain tidak dibiasakan.

Ditinjau dari baik dan buruknya menurut syariat, 'urf terbagi menjadi dua macam:
a. ‘Urf Shahih adalah adat kebiasaan manusia yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan syariat. Seperti contohnya kebiasaan seorang anak yang mencium
tangan orangtua, istri yang mencium tangan suami dan murid yang mencium tangan
gurunya sebagai simbol ungkapan bakti, penghormatan dan ketaatan. Contoh lainnya
yaitu, Kebiasaan masyarakat jahiliyah sebelum masa kenabian untuk menghormati
tamu, dengan memberi mereka pelayanan atau menjamu tamu dengan makan dan
minum. Semua itu ternyata juga dibenarkan dan dihargai di dalam syariat Islam. Maka
para ulama sepakat mengatakan bahwa ‘urf yang seperti itu dilestarikan dan tidak
dihapus, karena sesuai dengan ajaran Islam.
b. ‘Urf Fasid adalah adat kebiasaan manusia yang bertentangan dengan ajaran
islam. Salah satu contohnya adalah pacaran dan praktek ekonomi ribawi, berjudi, dan
minum khamr. Adat kebiasaan ini tidak boleh dilestarikan karena bertentangan dengan
syariat.

Validasi adat istiadat dalam islam diambil dari hadist nabi : “ apa yang dipandang baik
oleh kaum muslimin, maka menurut allah adalah baik, dan sebaliknya yang dipandang
jelek oleh mereka menurut Allah adalah jelek.” (HR.Thabrani).

C. Wujud Akulturasi Islam dengan Budaya dan Contohnya di Indonesia


Menurut kamus besar bahasa indonesia "akulturasi" adalah percampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Akulturasi
sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang timbul disaat suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan
asing. Dengan demikian, akulturasi adalah proses pencampuran dua kebudayaan
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur asli dari dua budaya tersebut.
Dalam hal ini, proses akulturasi melahirkan kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Islam
Indonesia.
Islamisasi budaya adalah mempertahankan sisi baik dari budaya lokal yang sesuai
dengan nilai dan ajaran islam dan mengganti hal-hal yang bertentangan dengan
menghadirkan sebuah budaya yang baru. Banyak hal yang terpengaruh setelah
masuknya Islam ke Indonesia. Mulai dari bangunan-bangunan, seni budaya dan sastra,
hingga upacara. Berikut merupakan contoh perwujudan akulturasi ajaran islam dengan
budaya indonesia.
1. Seni Bangunan
Seni bangunan hasil akulturasi budaya islam dapat dilihat dari bangunan
masjid. Dilihat dari segi arsitektur bangunannya atap tidak berbentuk kubah,
melaikan berbentuk tumpeng (atap bersusun). Atap bersusun ini diambil dari
konsep ‘Meru’ dari masa pra Islam (Hindhu-Budha) yang terdiri dari sembilan
susun. Lalu, Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun, hal ini
melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim yaitu, Iman, Islam,
dan Ihsan. Contohnya pada Masjid Agung Demak. Pada Masjid Menara Kudus,
menggunakan candi sebagai mmenara yang diubah fungsi sesuai kebutuhan.
2. Sistem Kalender
Sistem kalender juga mengalami perubahan dengan masuknya Islam.
Pada masa Hindu-Buddha digunakan sistem kalender dengan tahun Saka. Pada
masa Islam digunakan sistem kalender atau penanggalan baru dengan sistem
Hijriyah. Semenjak masa Sultan Agung Raja Mataram Muslim, kalender saka
yang semula berdasarkan peredaran Matahari (Syamsiyah) diubah berdasarkan
peredaran Bulan (Qamariyah) sesuai penanggalan Islam Hijriyah dan
dinamakan dengan kalender jawa. Serta, nama-nama bulannya pun mengalami
perubahan. Dari nama-nama kehinduan seperti: Srawana, Bhadra, Asuji,
Kartika, Posya, Margasira, Magha, Phalaguna, Cetra, Wasekha, Jyesa dan
Asadha diubah Nama-nama bulan pada kalender Jawa memiliki serapan dari
bahasa Arab yang disesuaikan dengan pengucapan orang Jawa. Seperti Sura,
Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah,
Pasa, Syawal, Dulkangidah dan Besar.
3. Seni Tari dan Musik
Tari Debus diyakini sebagai kesenian asli masyarakat Banten yang
berkembang sejak masa-masa awal Islam, yaitu semasa pemerintahan Sultan
Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus menjadi salah satu sarana
penyebaran agama Islam. Pertunjukan Debus ini diawali dengan nyanyian atau
pembacaan ayat-ayat tertentu dalam Al Quran serta salam (salawat) kepada
Nabi Muhammad. Dewasa ini Debus sebagai seni beladiri banyak
dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.
Tari Seudati yang berasal dari provinsi Aceh adalah contoh lainnya. Tari
ini adalah contoh pengaruh Islam dalam bidang seni, dimana Seudati sendiri
berasal dari kata ‘syahadat’ yang berarti saksi atau bersaksi atau utusan Allah.
Dalam tari Seudati, para penari menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa
salawat terhadap Nabi. Nama lainnya adalah Saman yang berarti delapan karena
permainan ini pada awalnya dilakukan oleh delapan pemain.
Tari Zapin adalah contoh tari lainnya yang mendapat pengaruh Islam.
Tepatnya dari Arab, Persia, dan India sejak abad ke- 13. Tarian tradisional ini
bersifat edukatif dan menghibur, digunakan sebagai media dakwah islamiyah
melalui syair lagu-lagu Zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri
atas dua alat yang utama, yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik
tabuh gendang kecil yang disebut dengan marwas.
4. Seni Pertunjukan Wayang
Pertunjukan wayang adalah suatu bentuk pendalangan yang populer di
Indonesia sejak masa pra islam dan merupakan salah satu sarana penyebaran
islam. Setelah islam memegang kendali, sosok wayang dirubah secara
menyeluruh. Dalam usaha untuk menaati ajaran agama islam yang melarang
menggambar mahluk hidup, maka bentuk wayang kulit, wayang
golek, wayang beber diberi bentuk stilasi dan tidak lagi realistis guna
menghindari penggambaran langsung sosok manusia. Wayang sengaja
digunakan sebagai alat penyebaran agama sebagaimana dilakukan oleh para
wali dalam memperkenalkan ajaran ajaran islam
5. Kosa Kata
Kosa kata bahasa Jawa dan Melayu banyak mengadopsi konsep-konsep
Islam. Istilah-istilah kata benda banyak sekali dipinjam dari bahasa Arab Islam
seperti dalam istilah hukum dan politik : Halal, haram, hakim, mahkamah, adil,
sultan. Dalam istilah keolahragaan : wasit. Dalam istilah kemasyarakatan
musyawarah, mufakat, selamatan, tasyakuran, hajatan. Istilah dalam ilmu
pengetahuan seperti ilmu, wahyu, ilham atau wali istilah-istilah pinjaman
tersebut sebelumnya tidak pernah dikenal dalam khazanah budaya populer
Indonesia.
Dan masih banyak lagi wujud akulturasi ajaran islam dan budaya di
Indonesia seperti dalam seni sastra berupa hikayat, babad, dan suluk. Dalam
Tradisi dan upacara contohnya, perayaan Maulid Nabi, Selametan, Tradisi
ziarah, dll.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kebudayaan adalah segala tindakan, prakarsa dan ciptaan manusia dalam


masyarakat. Kebudayaan Islam itu sendiri dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang dihasilkan dari tindakan, prakarsa, dan kreativitas manusia yang berhubungan
dengan akal budi manusia dan budi pekerti yang bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadits.
2. Islam berkarakteristik universal, memiliki pandangan hidup yang mengajarkan
kesetaraan, keadilan, kebebasan dan kehormatan serta memiliki konsep
kemanusiaan sebagai nilai dasar dari semua ajaran islam. Universalisme dan
Kosmopolitalisme islam perlu dipahami agar tercipta kebudayaan yang sesuai
syariat islam.
3. Masuknya islam ke Indonesia, dalam lingkungan kebudayaan membawa dampak
pada akulturasi islam dan budaya lokal isndonesia. Akulturasi Islam dan budaya
lokal Indonesia dapat dilihat pada berbagai bentuk seperti seni bangunan masjid,
seni sastra, seni tari dan musik dan berbagai tradisi perayaan hari-hari besar Islam.

B. Saran
Sebagai seorang muslim kita hendaknya mempelajari kebudayaan dengan
diiringi nilai-nilai ajaran islam, sehingga meskipun kebudayaan terus berkembang
seiring zaman, tetapi kita memiliki bekal ajaran agama yang dapat memilah mana
budaya yang sesuai syariat islam
DAFTAR PUSTAKA

Burga, M. A. (2019). Kajian Kritis tentang Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. Zawiyah: Jurnal
Pemikiran Islam, 5(1), 1-20.

Madjid, N. (1992). Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Kebudayaan Islam. Islam, Doktrin dan
Peradaban. Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 426-41.

Al-Amri, L., & Haramain, M. (2017). Akulturasi Islam Dalam Budaya Lokal. KURIOSITAS: Media
Komunikasi Sosial dan Keagamaan, 10(2), 87-100.

Naim, N. (2016). Abdurrahman Wahid: Universalisme Islam dan Toleransi. Kalam, 10(2), 423-444.

Kabakoran, A. (2019). JURNAL; Membumikan Islam dalam keindonesian kita. TAHKIM, 15(2), 211-
221.

Harisudin, M. N. (2016). ’Urf sebagai sumber hukum islam (fiqh) nusantara. Jurnal Ushuluddin: Media
Dialog Pemikiran Islam, 20(1), 66-86.

Rustam, R., & Haris, Z. A. (2018). Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.
Deepublish.

Maarif, A. S. (2019). Membumikan Islam. IRCiSoD.

Anda mungkin juga menyukai